• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas individu ekbang kemiskinan. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas individu ekbang kemiskinan. docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan

Di susun Oleh :

Atria Ghita Mayasari

C1A011089

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Jenderal Soedirman

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat serta karunianya makalah Tingkat Kemiskinan Di Daerah Kabupaten banjar Kaliman Selatan dapat terselesaikan, guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan II.

Makalah ini akan membahas mengenai kemiskinan, khusunya daerah Kabupaten Banjar kalimantan selatan. Dengan melihat indikator-indikator kemiskinan yang digunakan di Indonesia, penulis akan menganalisis tingkat kemiskinan di daerah tersebut. Kemiskinan memang salah satu masalah pembangunan yang masih menjadi momok di setiap negara. Sehingga pembahasan masalah kemiskinan akan selalu menjadi topik yang hangat untuk di bahas

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang sudah menjadi inspirasi penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini mungkin terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, yang dikarenakan penulis masih berada dalam proses belajar dan belum memiliki wawasan yang luas. Oleh karena itu penulis mengucapkan maaf jika ada kesalahan dan kekurangan kata. Semoga isi dari makalh ini dapat bermanfaaat untuk siapa saja yang membacanya, amin.

(3)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan salah satu masalah pembangunan yang masih banyak terjadi di seluruh negara belahan dunia, meskipun dengan rasio yang beragam. Angka kemiskinan negara maju memang jauh berbeda dengan negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia.

Masyarakat miskin atau dapat di sebut tidak punya, memiliki kemampuan yang terbatas dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Kesulitan tersebut mengakibatkan kondisi fisik dan kesehatan yang buruk serta produktivitas kerja yang rendah. Selain itu, kemiskinan menyebabkan adanya disparitas golongan manusia antara yang punya dan tidak punya. Hal ini menyebabkan dapat terjadinya kecemburuan sosial, bahkan tindakan kriminalitas.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini memang memperlihatkan hasil yang positif, tetapi masalh kemiskinan masih menjadi masalah utama yang harus di atasi. Meskipun sebuah negara mempunyai pendapatan per kapita yang tinggi, tetapi jika ketimpangan pendapatannya juga tinggi, ada kemungkinan negara tersebut juga akan menghadapi masalh kemiskinan, sama peliknya dengan masalah kemikinan di negara berpendapatn per kapita rendah (Abul Hakim,2010:217). Dapat di simpulkan bahwa sebagian kasus kemiskinan secara tidak langsung diakibatan oleh disparitas distribusi pendapatan. Oleh karena itu pemerintah berupaya menanggulangi masalah kemiskinan ini dengan bantuan secara langsung, dengan memberikan bantuan langsung tunai atau jaminan kesehatan (jamkesmas/jamkesda) dan bantuan secara tidak langsung yang di harpkan dapat mengurangi kemiskinan, yaitu dengan menerapkan pajak progresif untuk pemerataan distribusi pendapatan yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat kemiskinan.

Kemiskinan dapat di definisikan dengan dua pendekatan, kemisikinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah kondisi seseorang (atau keluarga) yang pendapatannya kurang dari pendapatan yang bisa mencukupi berbagai kebutuhan dasar berupa makanan, pakaian, perumahan (di beberapa negara ditambah dengan kebutuhan khas setempat). Definisi kemiskinan absolut juga bervariasi menurut standar hidup antar waktu dan antar daerah. Sementara kemiskinan relatif bersifat kondisional, biasanya membandingkan pendapat sekelompok orang dengan pendapat kelompok yang lain dalam masyarakat.

1.2. Rumusan masalah

1. Apa definisi dari kemiskinan?

2. Bagaimana perhitungan angka kemiskinan? 3. Apa yang menyebabkan kemiskinan terjadi?

4. Bagaimana pemerintah menanggulangi kemiskinan yang terjadi?

5. Bagaimana angka kemiskinan di daerah kabupaten banjar kalimantan selatan? 1.3. Tujuan penulisan

1. Mengetahui definisi kemiskinan, agar mempunyai persamaan persepsi dan kesamaan sudut pandang dalam melihat kemiskinan

2. Mengetahui bagaimana perhitungan kemiskinan yang di gunakan di Indonesia 3. Mengetahui penyebab-penyebab terjadinya kemiskinan

(4)

II. PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Kemiskinan dan Indikator Kemiskinan II.1.1. Pengertian kemiskinan

Pandangan para ahli mengenai kemiskina memang memiliki persepsi yang berbeda. Berikut ini merupakan beberapa pendapat ahli mengenai kemiskinan.

BAPPENAS (1993) mendefisnisikan keimiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Definisi secara umum yang lazim dipakai dalam perhitungan dan kajian-kajian akademik adalah pengertian kemiskinan yang diperkenalkan oleh Bank Dunia yaitu sebagai ketidakmampuan mencapai standar hidup minimum (Word Bank, 1990).

Scott menerangkan (Usman, 2006) bahwa kemiskinan setidaknya memiliki kondisi-kondisi yang pada umumnya didekati (1) dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan non material yang diterima oleh seseorang sehingga secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk atau kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat; (2) kadang-kadang didefinisikan dari segi kepemilikan aset yakni tanah, rumah, peralatan, uang, emas, kredit dan lain-lain; (3) kemiskinan non-materi meliputi berbagai macam kebebasan, hak untuk memperoleh pekerjaan yang layak, hak atas rumah tangga dan kehidupan yang layak.

United Nations Development Program (UNDP) mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk memperluas pilihan-pilihan dalam hidup, antara lain dengan memasukkan penilaian “tidak adanya partisipasi dalam pengambilan keputusan publik” sebagai salah satu indikator kemiskinan (Cahyat 2004).

II.1.2. Indikator kemiskinan

Kemiskinan memiliki tolak ukur atau indikator tersendiri. Indikator kemiskinan yang sering digunakan adalah indikator oleh Bank dunia, dan Indonesia sendiri menggunakan indikator yang di tetapkan oleh BPS.

 Indikator kemiskinan oleh bank dunia :

World Bank membuat garis kemiskinan absolut US$ 1 dan US$ 2 PPP (purchasing power parity/paritas daya beli) per hari (bukan nilai tukar US$ resmi) dengan tujuan untuk membandingkan angka kemiskinan antar negara/wilayah dan perkembangannya menurut waktu untuk menilai kemajuan yang dicapai dalam memerangi kemiskinan di tingkat global /internasional. Angka konversi PPP adalah banyaknya rupiah yang dikeluarkan untuk membeli sejumlah kebutuhan barang dan jasa dimana jumlah yang sama tersebut dapat dibeli sebesar US$ 1 di Amerika Serikat. Angka konversi ini dihitung berdasarkan harga dan kuantitas di masing-masing negara yang dikumpulkan dalam suatu survei yang biasanya dilakukan setiap lima tahun. Garis kemiskinan PPP disesuaikan antar waktu dengan angka inflasi relatif, yaitu menggunakan angka indeks harga konsumen.

 Indikator kemiskinan oleh BPS:

1. Sumber Data

(5)

Komoditi Kebutuhan Dasar) yang digunakan untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok non makanan.

2. Metode

Metode yang digunakan adalah menghitung garis kemiskinan (GK) yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), sebagai berikut:

GK = GKM + GKNM

Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

Garis kemiskinan makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori perkapita per hari. Patokan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Ke-52 jenis komoditi ini merupakan komoditi-komoditi yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk miskin. Jumlah pengeluaran untuk 52 komoditi ini sekitar 70 persen dari total pengeluaran orang miskin. Garis kemiskinan non-makanan (GKNM) adalah kebutuhabn minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.

3. Teknik Penghitungan Garis Kemiskinan

Tahap pertama adalah menentukan penduduk referensi, yaitu 20 persen penduduk yang berada di atas Garis Kemiskinan Sementara, yaitu garis kemiskinan periode lalu yang di-inflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian dihitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).

Garis Kemiskinan Makanan adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi dasar makanan yang riil dikonsumdi penduduk referensi dan kemudian disetarakan dengan nilai energi 2.100 kilokalori perkapita per hari. Penyetaraan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan dilakukan dengan menghitung harga rata-rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut. Selanjutnya GKM tersebut disetarakan dengan 2.100 kilokalori dengan cara mengalikan 2.100 terhadap harga implisit rata-rata kalori.

Garis Kemiskinan Non-Makanan merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi non-makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Nilai kebutuhan minimum per komoditi/sub-kelompok non-makanan dihitung dengan menggunakan suatu rasio pengeluaran komoditi /sub-kelompok tersebut terhadap total pengeluaran komoditi/sub-kelompok yang tercatat dalan data Susenas modul konsumsi. Rasio tersebut dihitung dari hasil Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar 2004 (SPKKD 2004), yang dilakukan untuk mengumpulkan data pengeluaran konsumsi rumahtangga per komoditi non-makanan yang lebih rinci dibandingkan data Susenas modul konsumsi.

Garis Kemiskinan merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan dan Garis Kemiskinan Non-Makanan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

(6)

Berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar, ada 3 indikator kemiskinan yang digunakan. Pertama, Head Count Index (HCI-P0), yaitu persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan (GK).

Kedua, Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) yang merupakan rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

Ketiga, Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index- P2) yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.

II.2. Angka kemiskinan di kab banjar kalsel

II.2.1. Angka kemiskinan provinsi kalimantan selatan

Kalimantan selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mengalami perkembangan yang pesat tiap tahunnya. Namun, tetap saja kemiskinan masih menjadi masalah ekonomi pertama yang perlu mendapatkan perhatian. Berdasarkan data BPS provinsi kalimantan selatan, selama periode satu tahun antara 2010-2011, jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan mengalami kenaikan sebanyak 12.660 orang. Penduduk miskin di Kalimantan Selatan keadaan Maret 2011 tercatat sebanyak 194.623 orang (5,29 persen). Sedangkan pada periode yang sama setahun yang lalu, penduduk miskin di Kalimantan Selatan tercatat sebanyak 181.963 orang jiwa (5,21 persen).

Dengan memperhatikan berbagai indikator ekonomi yang berkaitan erat dengan tingkat kemiskinan, maka kenaikan jumlah penduduk miskin selama periode Maret 2010 – Maret 2011, salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga barang-barang komoditi yang berhubungan dengan penghitungan kemiskinan. IHK di Kalimantan Selatan naik sebesar 7,95 persen selama periode tersebut. Angka ini berada diatas angka IHK Nasional yaitu 6,64 persen.

(7)

Selatan adalah Rp.210.850,- perkapita perbulan, sedangkan pada Maret 2011 naik menjadi Rp.238.535,- perkapita perbulan.

II.2.2. Angka kemiskinan Kabupaten Banjar

Kabupaten Banjar adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Martapura. Kabupaten ini memiliki luas wilayah ± 4.688 km² dan berpenduduk sebanyak 506.204 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Kabupaten Banjar termasuk dalam calon Wilayah Metropolitan Banjar Bakula. Motto daerah ini adalah "Barakat" yang artinya "Berkah" (bahasa Banjar).

Kabupaten Banjar terbagi menjadi 19 kecamatan, yaitu:

1. Aluh Aluh

2. Aranio

3. Astambul

4. Beruntung Baru

5. Gambut

6. Karang Intan

7. Kertak Hanyar

8. Martapura

9. Martapura Barat

10.Martapura Timur

11.Mataraman

12.Paramasan

13.Pengaron

14.Sambung Makmur

15.Simpang Empat

16.Sungai Pinang

17.Sungai Tabuk

18.Telaga Bauntung

19.Tatah Makmur 20.

(8)

22. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dari perkebunan karet yang rata-rata adalah kebun perseorangan. Selain itu perkebunan jeruk menjadi penopang hidup sebagian masyarakat yang merupakan produk unggulan dari Kecamatan Astambul. Keberadaan perusahaan lokal, nasional dan asing yang bergerak dibidang Tambang Batubara turut memberikan andil besar terhadap perekonomian di Kabupaten Banjar.

23. Tambang Batubara di kabupaten ini dikelola oleh perusahaan seperti PT. Pamapersada Nusantara, PT. Kalimantan Prima Persada, PT. Pinang Coal Indonesia dan lain-lain yang diawasi oleh Perusahaan Daerah (PD. Baramarta).

24. Kabupaten banjar termasuk daerah yang mengalami peningkatan yang baik, karena upaya pengurangan angka kemiskinannya dapat terlihat menonjol dari kabupaten yang lain. Dapat dilihat pada tabel dibawah :

25.

26. Pada tabel diatas terlihat bahwa kabupaten banjar mengalami penurunan tingkat kemiskinan selama periode 2009-2011. Pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin 18.177 jiwa dan di tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 16.438 jiwa. Hal ini di karenakan adanya upaya dari pemerintah daerah kabupaten banjar yang getol dalam menanggulangi masalah kemiskinan. Menurut berita di media massa 09(11) 2012, tingkat kemiskinan kabupaten banjar 3.34% atau terendah dari 13 kabupaten lain di provinsi kalimantan selatan. tingkat kemiskinan paling rendah, kabupaten berpenduduk 506 ribu jiwa itu, juga rendah dalam angka pengangguran yakni 4,67 persen dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencapai 70,94 persen.

27. Hal ini merupakan kabar positif dan angin segar agar pemerintah terus berupaya menanggulangi kemiskinan di daerah kabupaten banjar. Meskipun begitu tetap saja masih ada hambatan yang menjadi penghambat upaya tersebut. Pembahasan selanjutnya akan di bahas mengenai faktor-faktor terjadinya kemiskinan, yang tentunya menjadi penghambat bagi upaya pemerintah.

(9)

28. Menurut Suryadiningrat (2003), kemiskinan pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya komitmen manusia terhadap norma dan nilai-nilai kebenaran ajaran agama, kejujuran dan keadilan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penganiayaan manusia terhadap diri sendiri dan orang lain. Penganiayaan manusia terhadap diri sendiri tercermin dari adanya : 1) keengganan bekerja dan berusaha, 2) kebodohan, 3) motivasi rendah, 4) tidak memiliki rencana jangka panjang, 5) budaya kemiskinan dan 6) pemahaman keliru terhadap kemiskinan. Sedangkan penganiayaan terhadap orang lain terlihat dari ketidakmampuan seseorang bekerja dan berusaha akibat : 1) Ketidakpedulian orang mampu kepada orang yang memerlukan atau orang tidak mampu dan 2) kebijakan yang tidak memihak kepada orang miskin.

29. Menurut Kartasasmita dalam Rahmawati (2006), kondisi kemiskinan dapat disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat penyebab, yaitu :

30. 1. Rendahnya taraf pendidikan dimana taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. Taraf pendidikan yang rendah juga membatasi kemampuan untuk mencari dan memanfaatkan peluang.

31. 2. Rendahnya derajat kesehatan Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa.

32. 3. Terbatasnya lapangan kerja Keadaan kemiskinan karena kondisi pendidikan dan kesehatan diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja atau kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan itu.

33. 4. Kondisi keterisolasian Banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karenan terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lainnya. 34. Menurut Todaro (1998) bahwa tinggi rendahnya tingkat kemiskinan tergantung pada dua

faktor yakni tingkat pendapatan nasional rata-rata dan lebar sempitnya kesenjangan dalam distribusi pendapatan. Pendapatan nasional diperoleh dari faktor-faktor yang digunakan dimana faktor-faktor produksi merupakan faktor input yang digunakan perusahaan atau industri di dalam menghasilkan suatu output.

II.2.4. Upaya Penanggulangan Kemiskinan

35. Pemerintah kabupaten banjar sangat gigih dalam penanggulangan kemiskinan. Hal ini di buktikan dengan adanya penurunan tingkat kemiskinan di kabpuaten banjar selama periode 2009-2011.

36. Berikut berbagai upaya yang dilakukan pemda kab. Banjar untuk menanggulangi kemiskinan :

1. Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten Banjar di ketuai DR. H.A. Fauzan Saleh, M.Ag (Wakil Bupati Banjar). Pada 20 februari 2013 lalu di adakan rapat sekretariat TKPK, dalam kesempatan itu beliau menyampaikan beberapa point tentang pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan diantaranya adalah :

(10)

dapur/kesekretariatan TKPK agar dapat menghimpun data-data kemiskinan yang lebih akurat dan tersimpan dengan baik.

38.  Fungsi dapur/sekretariat TKPK adalah untuk memperkuat kelembagaan, membangun jaringan agar klaster-klaster dapat terdata dengan bagus dan yang lebih utama menyimpan data hasil verifikasi maupun Data Taskin PPLs 2011 yang sudah diberikan oleh TNP2K. 39.  Dengan adanya ruangan Sekretariat TKPK yang baru agar semua fasilitas yang

diperlukan segera disiapkan guna kelancaran operasional dan kenyamanan dalam bekerja. 2. Pembentukan program PKH sebagai upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada

masyarakat miskin.

40. PKH sendiri merupakan program lintas Kementerian dan Lembaga, yang diantaranya adalah dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan lnformatika, dan Badan Pusat Statistik.oleh karena itulah BAPPEDA kab. Banjar melalui bidang sosial dan budaya dimana sebagai pengkoordinir TKPK tingkat daerah kabupaten Banjar.

41. menanggulangi kemiskinan di provinsi tersebut. Saran tersebut dari Wakil Ketua Komisi IV bidang Kesra DPRD Kalsel H Budiman Mustafa. Pendekatan tersebut bisa dengan cara menyampaikan data masyarakat miskin secara terinci dari kabupaten/kota se Kalsel, guna memudahkan perusahaan yang ingin memberikan bantuan melalui program CSR.

47. Upaya-upaya di atas merupakan beberapa upaya yang di lakukan pemerintah kabupaten banjar untuk menanggulangi pemerintah. Upaya tersebut mendapatkan apresiasi dari BAPENAS terhadap kebijakan penanggulangan kemiskinan di kabupaten banjar. Kerja keras Kabupaten banjar dalam menekan angka kemiskinan membuat kabupaten ini menempati peringkat ketiga terendah penduduk miskin secara nasional setelah DKI jakarta dan Bali pada tahun 2011. Upaya penanggulangan kemiskinan daerah semakin dipercepat pada tahun 2007. Dimana Pak Bupati Sultan H Khairul Saleh menggagas perlu ada survei pemetaan penduduk dan wilayah kemiskinan. Bekerja sama dengan BPS kita berhasil memiliki data peta kemiskinan yang menjadi bahan bagi usaha penanggulangan kemiskinan. Kemudian, lanjutnya, pada tahun 2009 dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan daerah diketuai Wakil Bupati Dr H Fauzan Saleh dan pengurus lain Sekda dan Kepala Bappeda. Usaha penanggulangan kemiskinan semakin dipertajam daerah dengan merangkul Lembaga Penelitian Unlam yang melakukan survei dan analisa bersama untuk mengejar target penurunan angka kemiskinan.

(11)

52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63.

III. PENUTUP

III.1. Kesimpulan

64. BAPPENAS (1993) mendefisnisikan keimiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Banyak sedikitnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Penduduk miskin suatu wilayah adalah penduduk yang rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan di wilayah tersebut. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang digolongkan sebagai penduduk miskin. Selama Maret 2010 –Maret 2011, Garis Kemiskinan (GK) di Kalimantan Selatan mengalami kenaikan sebesar 13,13persen. Pada Maret 2010 GK Kalimantan Selatan adalah Rp.210.850,- perkapita perbulan, sedangkan pada Maret 2011 naik menjadi Rp.238.535,- perkapita perbulan.

65. kabupaten banjar mengalami penurunan tingkat kemiskinan selama periode 2009-2011. Pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin 18.177 jiwa dan di tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 16.438 jiwa. tingkat kemiskinan kabupaten banjar 3.34% atau terendah dari 13 kabupaten lain di provinsi kalimantan selatan. tingkat kemiskinan paling rendah, kabupaten berpenduduk 506 ribu jiwa itu, juga rendah dalam angka pengangguran yakni 4,67 persen dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencapai 70,94 persen.

66. Upaya Penanggulangan Kemiskinan Pemerintah kabupaten banjar adalah Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), Pembentukan program PKH sebagai upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin, dan Dana CSR untuk menanggulangi kemiskinan

(12)

III.2. Implikasi

68. kemiskinan memang menjadi masalah ekonomi yang selalu ada di setiap negara. Penanggulangan kemiskinan yang baik ketika semua aparat pemerintahan dari bawah hingga atas, masyarakat, dan mahasiswa mampu berkomitmen untuk mengentaskan kemiskinan. Niat itu memang penting dan menjadi modal utama. Mungkin kabupaten banjar sudah berhasil mengurangi angka kemiskinan di kabupatennya, tetapi tidak semua kabupaten bisa melakukannya. Oleh karena itu hal yang sebaiknya di lakukan :

1. Pemerintah kabupaten banjar harus melakukan transfering ke kabupaten lain, agar kabupaten lain bisa mengikuti jejak langkah kabupaten banjar dalam penanggulangan kemiskinan. 2. Menjaga komitmen dan jangan terlalu cepat merasa puas, karena kemiskinan memiliki

banyak faktor penyebab, dan jika salah melangkah mungkin akan menciptakan lagi faktor kemiskinan lainnya.

3. Kemiskinan memang salah satu dari masalah ekonomi, tetapi di harapkan pemerintah tidak hanya memperhatikan masalah kemiskinan saja. Pengurangan kemiskinan yang tidak di barengi dengan peningkatan kesejahteraan itu sama saja tidak berarti apa-apa.

4. Perlu adanya peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan karena bidang ini merupakan bidang yang mempengaruhi tingkat kemiskinan juga.

69.

IV. DAFTAR PUSTAKA 70.

71. Hakim,Abdul,2010,Ekonomi Pembangunan,Ekonisia: Kampus Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

72. BPS Provinsi Kalimantan Selatan, Data-data kemiskinan tahun 2009-2011, http://kalsel.bps.go.id. Di akses tanggal 4 April 2013.

73. Hanafi,Imam,2012, kemiskinan banjar terendah di kalsel, http://www.antarkalsel.com .di akses tanggal 30 Maret 2013.

74. Maskuriah,Ulil,2012, kemiskinan tanggung jawab bersama, http://www.antarkalsel.com, di akses tanggal 30 Maret 2013.

75. Zainuddin,Hasan,2012, CSR buat tanggulangi kemsikinan, http://www.antarkalsel.com, di akses tangal 30 maret 2013

76. Bappeda Kab. Banjar, Rapat Sekretariat TKPK Kabupaten Banjar, http://bappeda.banjarkab.go.id, di akses tanggal 30 Maret 2013.

77. Humas Bappeda Kab. Banjar, Rapat Koordinasi Tim PKH Kabupaten Banjar, http://humas.banjarkab.go.id, di akses tanggal 30 Maret 2013.

78. Humas Bappeda Kab. Banjar, Kabupaten Banjar Bahas Program Kemiskinan ,http://humas.banjarkab.go.id, di akses tanggal 30 Maret 2013.

(13)

80. BPS Provinsi Kalimantan Selatan,Berita Resmi Statistik Kondisi kemiskinan provinsi Kalimantan Selatan Maret 2010 – Maret 2011, di akses tanggal 4 April 2013.

81. Wikipedia, Kabupaten Banjar, http://id.wikipedia.org, di akses tanggal 4 April 2013

82. Ryzmelinda,2012, Pengertian Kemiskinan Menurut beberapa Ahli,http://ryzmelinda-ryzmelinda.blogspot.com, diakses tanggal 30 Maret 2013.

83. http://www.psychologymania.com, 2013, Definisi Kemiskinan, di akses tanggal 4 April 2013

84. Nurhayati,Maruti, 2007, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Jawa Barat, skripsi: Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di Latar belakamg di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan kewirausahaan dan Literasi digital

Tahapan-tahapan yang belum dilaksanakan yaitu pembuatan Rencana Aksi Daerah (RAD), penilaian status kelurahan, serta penyusunan Rencana Aksi Kelurahan dan

Kluster / Kelompok Program Bantuan dan Perlindungan Sosial Kelompok Sasaran Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Usaha Mikro dan.

Konsep kelangkaan dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai suatu keadaan saat manusia ingin mengonsumsi suatu barang atau jasa lebih banyak daripada

Pencarian data primer tersebut di atas, dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan tentang peristiwa, hal-hal yang dialami, pelayanan yang diperoleh pada saat kejadian dan pasca

(tujuh) kendaraan yang diuji tercapai pada kisaran putaran mesin yang berbeda- beda. 2) Posisi throttle saat tercapai konsumsi bahan bakar optimum pada 7 (tujuh)

Strategi Evaluation pada program Negeri Indonesia selalu dilakukan dalam segala kesempatan evaluasi dan itu biasanya dilakukan pada saat program tersebut sudah

Deskripsi dan analisis mengenai efektifitas program BLT dan dampak ekonomisnya dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat akan dapat digunakan sebagai masukan untuk