• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTRUKSI SOSIAL MEDIA MASSA PADA IKLAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSTRUKSI SOSIAL MEDIA MASSA PADA IKLAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

KONSTRUKSI SOSIAL MEDIA MASSA PADA IKLAN PRODUK KECANTIKAN DI TELEVISI TERHADAP PEREMPUAN INDONESIA

SEJARAH MEDIA MASSA INDONESIA

NESIA QURROTA A’YUNI

1306371666

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada sejarahnya, periklanan terbukti telah ada kurang lebih 3000 tahun yang lalu. Bukti tersebut ditemukan pada zaman Mesopotamia dan Babilonia yang terkenal memiliki peradaban yang maju. Pedagang-pedagang dari dua bangsa tersebut menyewa perahu-perahu dan mengutus pedagang keliling mengantar hasil produksi ke konsumen mereka yang tinggal jauh di pedalaman. Pada saat itu, pedagang keliling memiliki model pemasaran door to door (pintu ke pintu) yang dikenal sebagai model pemasaran utama.1

Pada perkembangan selanjutnya, bentuk iklan mengalami perubahan, yaitu menjadi relief-relief yang diukir pada dinding-dinding. Dalam penggalian puing-puing Herculaneum, ditemukan gambar dinding yang mengumumkan rencana penyelenggaraan pesta pertaruangan gladiator. Pada zaman Caesar, di kota-kota besar banyak ditemukan telah memakai tanda dan simbol atau papan nama sebagai media beriklan di masyarakat Romawi. Selanjutnya, pada tahun 1450, mesin percetakan ditemukan oleh Guttenberg sehingga muncul kemudian sejumlah surat kabar mingguan, dan iklan semakin sering digunakan untuk kepentingan komersial.

Seiring dengan perkembangan masyarakat yang terus berlangsung, turut diiringi dengan perkembangan iklan yang seirama dengan peradaban manusia yang semakin maju. Ditemukannya alat –alat komunikasi seperti radio pada tahun 1895 oleh Marconi dan televisi pada tahun 1925 oleh J.L. Braid, turut mengubah wajah periklanan berikutnya. Iklan yang dulunya banyak ditemukan di surat kabar, selanjutnya bertransformasi ke dalam bentuk audio ataupun audiovisual di dalam radio atau televisi. Akan tetapi, dalam perkembangnya, televisi menjadi media massa yang paling efektif sebagai tempat menyampaikan iklan.

Pada awalnya, iklan dalam televisi merupakan subkajian dalam sosiologi komunikasi massa yang kemudian bersentuhan dengan studi komunikasi bisnis dan budaya popular. Iklan yang terdapat dalam televisi memiliki keunggulan, yaitu pesan-pesan yang disampaikan menjadi semakin hidup, bergairah, dan memenuhi sasaran

(3)

secara lebih efektif dibandingkan dengan médium lainnya.2 Dengan demikian, iklan dalam televisi menjadi banyak menumbuhkan kegairahan sosiologis dalam interaksi sosial di antara anggota masyarakat.

Pada realitasnya, iklan televisi merupakan wacana publik dalam ruang sosiologis yanh telah menghidupkan diskusi-diskusi tanpa henti-henti di kalangan anggota masyarakat. Dengan adanya wacana iklan televisi ini sekilas menunjukkan adanya kekuatan media, dalam hal ini adalah televisi dalam mengkonstruksi realitas sosial dalam masyarakat, sebagaimana dalam sebuah parodi (bagian dari interaksi verbal) yang terdapat di dalam masyarakat.3

Adapun contoh dari parodi yang ada salah satunya adalah yang terdapat dalam iklan-iklan kosmetik selama ini. Selama ini, iklan kosmetik menggambarkan kecantikan melalui penampilan fisik yang menampilkan bagian tubuh tertentu sebagai daya tarik. Di tengah keberadaan iklan-iklan produk kecantikan yang ada, Wardah4 hadir dengan slogan menarik dan berbeda, yaitu “Wardah Lightening series, inspirasi kulit cerah, terawat dan halal, Wardah inspiring beauty”. 5 Dari kutipan tersebut, adapun makna yang ingin disampaikan oleh wardah sebagaimana yang terdapat website Wardah adalah

“Ingin terlihat cantik, tapi tidak mau memakai kosmetik yang melanggar ajaran Islam. "Kosmetik halal" adalah jawaban bagi wanita Islam yang ingin tampil cantik namun tidak melanggar ajaran agama”.

Dengan adanya realitas di atas, hal tersebut akan menggiring untuk menemukan pertanyaan, bagaimana suatu realitas sosial dapat dikonstruksi oleh iklan televisi sehingga mempengaruhi sebuah kelompok masyarakat.

2 Ibid.,hlm.1

3 Burhan Bungin. Makna Realitas Sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik, Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XIV, No 2, April 2001, hlm 51

4 Sebuah produk kecantikan dari PT. Paragon Technology And Innovation yang produknya Suci telah memiliki sertifikat halal dari lembaga LP POM MUI dan Aman karena memakai bahan baku bermutu tinggi dan tentunya telah memiliki nomor registrasi yang dikeluarkan oleh DepKes

(4)

BAB 2

PERKEMBANGAN DAN DAYA TARIK IKLAN DI INDONESIA

2.1 Perkembangan Awal Iklan di Indonesia

Iklan di Indonesia mulai dikenal semenjak surat kabar pertama kali beredar sekitar seratus tahun yang lalu dengan nama ‘Pemberitahoewan’. Adapun iklan-iklan tersebut dalam surat kabar ‘Tjahaja Sijang’ yang terbit di Manado pada tahun 1869 dan dalam surat kabar ‘De Locomotief’ yang terbit pada tahun 1864.6 Kemunculan iklan di Indonesia tersebut pada awalnya lebih banyak memuat iklan pribadi dibanding dengan iklan perusahaan.

Dalam perkembangannya, iklan di surat kabar cukup lama menguasai periklanan di Indonesia di samping iklan-iklan lainnya seperti radio dan iklan luar ruang. Selanjutnya, setelah TVRI didirikan pada tahun 1962, setahun berikutnya, tepat pada tanggal 1 Maret 1963 pukul 19.00 WIB, TVRI diperbolehkan menayangkan iklan, namun masih dibatasi hanya sebanyak 15 % dari total jam siaran.7

Beriringan dengan begitu banyak media yang lahir dalam masyarakat dalam berbagai bentuk dan jenis, iklan juga turut berkembang dengan pesat. Pengguna media jasa untuk periklanan lebih mudah memilih media mana yang digunakan didasarkan atas pertimbangan segmen dan anggaran yang tersedia.Selanjutnya, iklan yang ada tidak berkembang menurut jenis media, melainkan melalui jenis kebutuhan masyarakat terhadap media itu sendiri serta ketersediaan dana terhadap dana periklanan. Hal tersebut kemudian menentukan variasi jenis iklan dalam satu media, sebagai contoh adalah lahirnya iklan ‘kecik di SCTV’, ‘iklan baris’ di koran, ‘Promo Ad’ di televisi, dan ‘ad lip’ di media radio.

6 Surat kabar ‘De Locomotief pada waktu itu beredar hingga Paris dan Amsterdam sehingga juga memuat iklan-iklan penginapan di Paris.

(5)

2.2 Daya Tarik Iklan terhadap Masyarakat

Iklan merupakan bagian penting dari serangkaian kegiatan mempromosikan produk yang menekankan pada unsur citra. Oleh karena itu, objek yang terdapat pada iklan tidak hanya tampil dalam wajah yang utuh, namun melalui proses pencitraan sehingga citra produk lebih mendominasi bila dibandingkan dengan kualitas produk itu sendiri. Dalam keadaan tersebut, cita produk diubah menjadi citra produk.8 Pada proses mengubah cita menjadi citra merupakan masalah interaksi simbolis saat objek iklan dipertontonkan. Adapun yang menjadi fokus perhatian pada makna simbolis konsumen iklan adalah apa yang ditampilkan dalam iklan itu sendiri pada saat simbol-simbol budaya dan kelas sosial menjadi bagian dominan dalam kehidupan konsumen.

Salah satu bentuk iklan yang memiliki daya tarik sangat besar adalah iklan televisi. Iklan televisi merupakam promosi dengan menggunakan televisi sebagai media penyampaian pesan. Adapun tujuannya adalah untuk mempersuasi penontonnya untuk menggunakan produk yang ditawarkan. Televisi memiliki daya tarik yang berbeda dengan media massa lainnya. Apanbila dibandingkan dengan radio sebagai sesama media elektronik, televisi tidak hanya mampu memperdengarkan musik dan sound effect, tetapi juga televisi memiliki unsur visual berupa gambar yang bergerak Selain itu siaran televisi tidak terbatas ruang, artinya penontonnya dapat menik mati siaran televisi di mana saja dalam jangkauan siarannya.

2.3 Paradigma Kecantikan di Indonesia

Perkembangan konsep kecantikan di Indonesia pada dasarnya mengalami beberapa perubahan. Standar ideal mengenai perempuan cantik pada era tahun 60-70-an adalah seorang wanita yang memiliki tubuh kurus, kulit hitam, dan rambut berombak. Namun, pada tahun 80-an standar kecantikan itu berubah, bahwa seorang perempuan cantik adalah sosok perempuan yang memiliki kulit halus dan lembut. Adanya perubahan mengenai standar kecantikan perempuan tersebut dipelopori oleh adanya iklan-iklan yang tayang di televisi. Selanjutnya, pada tahun 90-an iklan mengkonstruksi

(6)

standar baru bahwa seseorang yang cantik adalah dia yang memiliki tubuh ideal yaitu, dengan lekuk tubuh yang jelas, kulit putih dan tidak sekadar halus dan lembut, kemudian standar tersebut ditambah lagi dengan kulit bersinar sehingga standar mengenai kecantikan menjadi lebih rumit dan semakin kompleks.

Para pembuat iklan menciptakan konsep sosok ideal mengenai perempuan cantik dengan berbagai ciri-ciri sehingga produk kecantikan yang diiklankan dapat ditawarkan dan terjual kepada masyarakat luas, misalnya untuk menjadi cantik harus berkulit putih dan mulus. Dari situ terlihat bahwa iklan telah menanamkan nilai-nilai dan konsep ideal kecantikan yang baru. Secara tegas iklan telah membentuk sebuah ideologi tentang makna atau image gaya hidup dan penampilan terutama tentang konsep kecantikan bagi perempuan. Hal ini memperjelas bahwa iklan yang disampaikan melalui media massa memliki peran yang sangat besar dalam memproduksi dan mengkonstruksi arti gaya hidup dengan kecantikan sebagai big idea-nya.9

Oleh karena makna kecantikan yang hadir saat ini merupakan realitas konstruksi dari iklan, maka model iklan yang cantik selalu muncul dalam iklan-iklan yang menyasar ke segmen perempuan. Perempuan cantik memang selalu ditampilkan dalam model iklan, perempuan dan bagian-bagian tubuhnya dapat menjual segalanya mulai dari makanan hingga mobil. Ada beberapa alasan menjadikan perempuan sebagai model dalam iklan, antara lain karena sosok perempuan dibutuhkan untuk memperkuatdaya jual dari sebuah produk, perempuan dijadikan wahana promosi barang-barang produksi dan produsen, dan karena kecantikan “tubuh” perempuan bisa dijadikan stopping power

dalam iklan. 10

9 Rina Wahyu R. Representasi, Kecantikan Perempuan dalam Iklan, (Jakarta: Jurnal Deiksis Program Studi Komunikasi Visual PGRI Jakarta, 2009), hlm.3

(7)

BAB 3

KONSTRUKSI IKLAN PRODUK KECANTIKAN TERHADAP PEREMPUAN INDONESIA

3.1 Realitas Sosial Hasil Bentukan Iklan

Dalam buku The Technological Society, Jacques Ellul mengungkapkan bahwa jika kita ingin menggambarkan zaman sekarang, maka gambaran yang terbaik untuk menjelaskan suatu realitas mayarakat yang ada adalah masyarakat dengan sistem teknologi yang baik atau masyarakat teknologi. Dengan demikian, teknologi secara fungsional telah menguasai masyarakat, bahkan pada fungsi substansial, seperti mengatur beberapa sistem norma di masyarakat, seperti sistem lalu lintas di jalan raya, sistem komunikasi, seni pertunjukan , dan lain-lain.

Dalam dunia pertelevisian, sistem teknologi telah menguasai jalan pikiran masyarakat. Hal tersebut lazim disebut sebagai theatre of mind. Sebagai contoh adalah iklan shampo Clear yang menggunakan iklan dengan gaya seperti yang ada dalam film

Matrix. Gambarannya adalah seorang pemuda bershampo Clear mampu menghindari tembakan peluru dengan lekukan tubuh yang fleksibel sehingga dapat mengagumkan pemirsanya. Iklan Clear tersebut selain realistis, adegan-adegan yang ditampilkan mampu membawa pemirsa kepada dunia lain yang maha dahsyat.11

Penciptaan realitas tersebut pada dasarnya menggunakan satu model produksi yang disebut dengan simulasi, yaitu penciptaan model-model nyata yang tanpa asal usul atau realitas awal. Hal tersebut selanjutnya disebut sebagai hiper-realita. Melalui model simulasi tersebut, manusia dijebak di dalam satu ruang yang disadarinya sebagai nyata, walaupun sesungguhnya semu, maya, atau khayalan belaka.12 Ruang realitas semu tersebut dapat digambarkan melalui analogi peta. Apabila dalam suatu ruang nyata, sebuah peta merupakan representasi dari sebuah territorial, dalam model simulasi, petalah yang mendahului territorial. Realitas yang dalam hal ini adalah teritorial sosial, kebudayaan, atau politik, saat ini dibangun berdasarkan model-model (peta) fantasi yang ditawarkan oleh iklan dalam televisi.

11 Ibid.,hlm. 119

(8)

Wacana simulasi pada kenyataannya merupakan ruang pengetahuan yang dikontruksikan oleh iklan televisi, di mana manusia mendiami suatu ruang realitas, di mana perbedaan antara yang nyata dan fantasi atau yang benar dengan yang palsu menjadi sangat tipis. Manusia kini tengah hidup dalam dunia maya dan khayal. Televisi dan informasi lebih nyata dari pengetahuan sejarah dan etika, namun sama-sama membentuk sikap manusia.13

3.2 Konstruksi Sosial pada Iklan Produk Kecantikan

Kecantikan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk konstruksi media massa, salah satunya adalah iklan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa teks media merupakan konstruksi media berdasarkan realitas sosial, sama halnya dengan kecantikan. Dalam kehidupan masyarakat, kecantikan memiliki standar yang ditetapkan oleh tiap-tiap masyarakat itu sendiri. Perempuan dikatakan cantik tidak hanya berdasarkan kecantikan wajahnya, tetapi juga mereka yang memiliki kulit putih, mulus dan kencang, serta bentuk tubuh yang menonjolkan lekukan dan kemontokan organ tertentu, seperti dada dan pinggul, bibir yang sensual, serta segalah hal yang terkait dengan organ tubuh perempuan.14 Hal ini kemudian menjadi standar kecantikan yang berkembang di masyarakat. Oleh karenanya, perempuan melakukan apapun agar dianggap cantik oleh lingkungan sosialnya. Dengan demikian, menggunakan kosmetik, menguruskan badan, hingga operasi plastik adalah beberapa bentuk upaya yang dilakukan perempuan untuk terlihat cantik. Dari situ kalimat “Beauty is pain” merupakan satu kalimat yang dipegang teguh sebagian besar perempuan. Kalimat tersebut bermaksna untuk mencapai kecantikan, banyak usaha yang berat harus dilakukan karena penampilan fisik adalah syarat utama untuk menjadi cantik.

3.2.1 Konstruksi pada Iklan Wardah

13 Op.Cit., Bungin. Hlm.121.

(9)

Sumber:http://www.ceritamu.com/uploads/posts/2014/04/12/468704e32e0e74d36d0638631853 3ccf3387875d.jpg, diunduh pada Minggu 27 Desember 2015

Iklan Wardah pada awal kemunculannya, menampilkan kecantikan sebagai bagian dari budaya patriarki. Kecantikan yang dimiliki perempuan akan terlihat apabila ia memiliki penampilan dan sikap yang feminin. Wardah sebagai kosmetik Islami membawa nilai agama Islam dalam iklannya yang tidak hanya sebatas busana Islami saja, tetapi juga dari makna yang terkandung di balik penampilan tersebut. Dalam agama Islam, nilai patriarkis sangat kuat, di mana terdapat batasan-batasan antara perempuan dan laki-laki, dari pekerjaan hingga nilai-nilai berpenampilan. Hal tersebut kemudian yang ditampilkan Wardah saat pertama kali iklannya muncul di layar televisi. 15

Pada dasarnya, kecantikan yang menjadi standar tidak hanya dipengaruhi oleh pandangan budaya patriarki saja, tetapi juga sosial, ekonomi dan trend politik dalam jangka waktu tertentu turut mempengaruhinya. Dari situ, standar kecantikan merupakan sebuah konstruksi sosial. Kecantikan berubah dari waktu ke waktu adalah bentuk reaksi terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Budaya patriarki yang mengharapkan perempuan untuk mencapai standar kecantikan tertentu. Hal tersebut kemudian dilihat oleh kaum kapitalis, dimana kaum kapitalis ingin melanggengkan standar tersebut dengan menciptkan produk kecantikan untuk perempuan. Dengan menciptakan produk tersebut, kaum kapitalis membentuk standar kecantikannya sendiri untuk mendukung

(10)

produknya.. Melalui iklan yang ditampilkan, produsen mempengaruhi bawah sadar penonton tentang produknya sehingga terbentuk sebuah poin-poin yang menjadi standar. Selama ini kecantikan direpresentasikan oleh perempuan dengan menggunakan baju yang minim dan terkesan sensual, namun iklan Wardah yang menampilkan perempuan dengan busana Islami yang merupakan citra perempuan muslim yang menjadi standarisasi kecantikan perempuan saat ini. Hal tersebut merupakan pengaruh dari konteks sosial dan budaya Indonesia saat ini, di mana perempuan berhijab yang dulunya dianggap kuno dan tidak cantik, kini sedang menjadi tren baik dalam hal fesyen maupun gaya hidup.

Melihat hal tersebut, kaum kapitalis kemudian memanfaatkan peluang, dengan menampilkan perempuan berhijab dalam iklan. Disini terjadi pergeseran konsep kecantikan. Kecantikan yang ditunjukan tidak lagi terfokus kepada penampilan yang sensual, tetapi lebih mengarah kepada kecantikan dengan penampilan yang tidak minim, dengan menggunakan hijab sebagai busana. Akan tetapi, hijab yang bertujuan untuk menciptakan kesan tersebut tanpa sadar adalah sebuah produk kapitalis yang ditampilkan dalam iklan. Mengenai busana kuno yang dipakai oleh perempuan dalam masyarakat Islam, menimbulkan citra pembatasan atau penekanan dan budaya patriarki. Pandangan terhadap perempuan muslim yang selama ini dilihat masyarakat adalah perempuan yang tercerabut dari konteks sejarahnya (ketinggalan jaman atau timeless), monolitil, dan memiliki sistem yang kaku. Namun seiring dengan berkembangnya zaman, maka busana muslim yang direpresentasikan dalam bentuk hijab modern saat ini, tidak ketinggalan zaman lagi melainkan sebuah fesyen yang menjadi tren.

(11)

Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-eeW-0eon1-o/U3SnJS7PH0I/AAAAAAAAAKE/f6KLT

gbVHbE/s1600/hgjgbuj.png, diakses pada Minggu, 27 Desember 2015, pukul 01.37 WIB.

Di situ iklan Wardah menunjukan kecantikan tidak hanya terfokus kepada penampilan perempuan yang terlihat sensual, tetapi kecantikan wajah dan tubuh yang ramping. Iklan Wardah pada dasrnya melawan anggapan kecantikan perempuan yang sensual, tetapi juga mengiyakan standar kecantikan fisik lainnya, yaitu tubuh yang ramping dan wajah ideal dengan memiliki kulit yang putih, hidung yang mancung, gigi yang tertata rapi, dan rambut yang panjang.

3.2.3 Konstruksi Kecantikan pada Iklan Citra Hand Body Lotion

(12)

Konstruksi kecantikan dalam iklan Citra masih tetap menggunakan atribut-atribut fisik seperti kulit putih, tubuh langsing, rambut hitam berkilau, dan usia muda sebagai instrumen pengisi konsep kecantikan. Namun, aspek inner beauty juga sudah terepresentasikan melalui karakter brand ambassador mereka. Pemilihan brand ambassador yang dapat merepresentasikan kecantikan dari luar dan dalam, supaya pemirsa iklan tidak terjebak dalam stereotipe kecantikan secara fisik saja.

Citra adalah brand body lotion bagi kecantikan kulit yang sudah terkenal di Indonesia. Melalui serangkaian kegiatan promotional seperti iklan, Citra ingin menyampaikan pesan bahwa brand Citra membantu mewujudkan impian wanita Indonesia untuk memiliki kecantikan kulit yang alami dan menjadi sosok yang percaya diri dengan segala kelebihan yang dimiliki sehingga akhirnya memunculkan aura cantik yang inspiratif dan membawa pengaruh positif bagi orang-orang sekitarnya serta menimbulkan rasa bangga menjadi wanita Indonesia. Dengan kecantikan luar dalam yang siap untuk berinteraksi dan mencetak prestasi di ruang lingkup global dan mendunia tanpa melupakan kodratnya sebagai wanita yang menjunjung tinggi kebudayaan Indonesia dan adat ketimuran yang selama ini menjadi ciri khas dan kebanggaan Indonesia. 16

Citra sebagai sebuah produk kecantikan yang berfokus pada kecantikan kulit berarti telah ikut berandil besar dalam mengkonstruksi mengenai konsepsi kecantikan di Indonesia melalui iklan-iklan dan kegiatan promotional yang mereka lakukan. citra merupakan salah satu brand suplemen kecantikan kulit yang melakukan kegiatan pemasaran produk mereka melalui cara periklanan. Dalam iklan-iklannya Citra menggunakan selebriti wanita sebagai endorser dan brand ambassador untuk menanamkan nilai-nilai mengenai kecantikan kepada khalayak sasaran mereka.

Konstruksi mengenai konsep kecantikan dalam iklan majalah Citra dapat dilihat dari wujud visual dan salinan yang ditampilkan dalam iklan tersebut yang menjadi representasi dari konsepsi mengenai kecantikan. Tanda-tanda yang lain bersifat memperkuat keberadaan mereka sebagai representasi dari tema kecantikan. Secara keseluruhan kecantikan dalam iklan Citra dikonstruksikan secara sama. Tema-tema

(13)
(14)

SIMPULAN

Pada singkatnya, iklan sebagai bagian dari media massa merupakan sebuah informasi yang disuguhkan oleh produsen kepada masyarakat dengan harapan agar khalayak tertarik mengkonsumsi produk yang ditawarkan. Lebih jauh lagi, iklan juga memanipulasi psikologis konsumen secara persuasif untuk mengubah sikap dan pikiran sehingga mau membeli atau menggunakan produk yang ditawarkan.

Berbagai pengaruh psikologis yang bersifat individu dari iklan, lambat laun mengkristal secara kolektif dan menjadi perilaku masyarakat secara umum. Perilaku publik ini membentuk sistem nilai, gaya hidup, standar budaya tertentu, termasuk standar moral, etika maupun estetika. Periklanan telah menjadi agen yang memformulasikan kerangka-kerangka kultural gaya hidup citraan yang terus menerpa kehidupan masyarakat.

(15)

Daftar Acuan

Bungin, B. Makna Realitas Sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik, Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XIV, No 2, April 2001,51—64

Bungin, B. (2008). Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

http://www.rileks.com/community/artikelmu/ceremonia/31738-citra mengajak- perempu an-indonesia-untuk-menikmati-setiap-proses-dalam meraih-kecantikan-alami.html, diakses pada Minggu 27 Desember, 2015, Pukul 02.14 WIB

Kasali, R. (1995). Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.

Jakarta: Gramedia

Kasiyan. (2008). Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan dalam Iklan. Yogyakarta: Ombak

Piliang. (1998). Sebuah dunia yang dilipat , realitas kebudayaan, menjelang millennium ketiga dan matinya postmodernism. Bandung: Mizan.

Winarni, R.W. (2009). Representasi, Kecantikan Perempuan dalam Iklan, Jakarta: Jurnal Deiksis Program Studi Komunikasi Visual PGRI Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Persoalan tentang masalah pemungutan biaya transport yang tidak diatur secara tegas dalam Perda Kota Kupang Nomor 05 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Perda Nomor 06 Tahun

Pd.I PONOROGO 01/05/1986 4833764668110002 15/07/2008 MI KANZUL HUDA GUNDIK Guru Kelas MI Data Baru Tidak Layak Tidak Sesuai No Nama Lengkap Gelar Tempat Lahir Tanggal..

Sebuah sistem informasi geografis (web GIS application ) menggunakan google maps API untuk melakukan visualisasi data mengenai kawasan bencana alam diwilayah

For each use of the bounding box data structure, a specific OWS Implementation Specification should specify if that use shall allow specifying the minimum rectangular bounding

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam novel populer tahun 2000-an, impian perubahan kelas melalui pendidikan menjadi wacana dominan, dan anak muda yang dikonstruksikan

Angka CD4 nadir rendah merupakan faktor risiko terjadinya gangguan kognitif pada penelitian ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Valcour dkk bahwa penurunan angka CD4

Bakteri Asam Laktat merupakan bakteri yang bermanfaat dan digunakan dalam industri besar sebagai bakteri fermentasi, bakteri pada umunya memiliki sifat kimia yang hampir

Penguasaan terhadap permasalahan dan tujuan kerja praktek/magang, Penguasaan terhadap metodologi, teknik, solusi yang dibahas pada Kerja