• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI NAGA PADA TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL GELANG GIOK NAGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REPRESENTASI NAGA PADA TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL GELANG GIOK NAGA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

NOVEL

GELANG GIOK NAGA

The Representation of Dragon of Women Character in Gelang Giok Naga

Resti Nurfaidah

Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Jalan Sumbawa Nomor 11 Bandung, Telepon: 089655242220, Pos-el: neneng_resti@yahoo.co.id

Naskah masuk: 30 Desember 2012—Revisi akhir: 31 Mei 2013

Abstrak: Naga merupakan hewan yang paling istimewa di antara kedua belas simbol hewan dalam penanggalan Cina. Jika binatang lain masih dapat dilihat dalam kehidupan nyata, naga merupakan hewan yang imajiner. Namun, naga dianggap sebagai sumber peruntungan yang luar biasa. Tahun naga dianggap sebagai tahun keberuntungan. Hanya saja, keberuntungan tersebut tidak lantas mengundang risiko kehancuran yang tidak kalah dahsyatnya. Novel Gelang Giok Naga mengungkapkan representasi keagungan naga pada serangkaian tokoh perempuan. Perempuan-perempuan yang digambarkan dalam novel tersebut adalah perempuan yang pada awalnya mampu meraih keberuntungan dengan caranya sendiri, tetapi dalam kurun waktu tertentu mendapati kehancuran. Makalah berikut, dengan penggunaan teori representasi dari Stuart Hall, memaparkan representasi naga pada beberapa tokoh perempuan dalam novel Gelang Giok Naga. Tokoh perempuan itu dianggap merepresentasikan karakter naga dengan segala konsekuensinya.

Kata kunci: naga, perempuan, Cina, gelang, representasi

Abstract: Dragon is the most special animal among twelve symbolical animals in the Chinese calendar. If other animals are found in the reality, the dragon is only found in an imaginary world. However, it is considered as a source of the incredible fortune. The year of the dragon is considered a lucky year. Nevertheless, the luck does not mean to give an incredible risk. Gelang Giok Naga novel reveals the representation of the dragon greatness on its female characters. The women in the novel are those who initially got their great fortune in their own way, yet in the end they got a certain period of falling. The paper, applying the theory of the Stuart Hall’s representation, presents the dragon representation on those female characters in in the novel. The women character is considered representing the dragon character with its consequences.

Key words: dragon, Chinese women, bracelet, representation

1. Pendahuluan

Seperti pada budaya lain di berbagai belahan bumi, budaya Cina mengenal mitos tentang hew an. Beberap a jenis hew an dianggap sebagai pembawa berkah, seperti babi. Babi d iang g ap sebag ai hew an pembawa rezeki karena berdaging banyak.

(2)

(peruntungan), yaitu tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi (Minibalanar, 2012). Shio adalah siklus tahunan yang terdiri atas 12 bulan, akhir Januari— p erteng ahan Februari, dalam penanggalan Cina berbasis p erjalanan bulan (A d m in, 2011). Shio tersebut menjadi muncul dalam hitungan setiap 12 tahun hewan. Setiap lambang shio memiliki karakter tersendiri, misalnya, shio tikus cend erung berkarakter ag resif, imajinatif, kritis, oportunistis, dan emosional. Berbed a d eng an nag a y ang m em iliki karakter lincah dan selalu bersemangat, perfeksionis, pandai, penuh talenta, tetapi bermulut besar.

Naga alam penanggalan Cina dan di antara ke-12 shio lain merup akan jenis hew an yang berbeda. Naga tidak pernah tam p ak d alam kehid up an sem entara hewan lain sampai saat ini hidup kasat mata dalam kehid up an manusia. Naga d alam bud ay a Cina m erup akan hew an y ang terhormat, tetapi dalam budaya Barat naga dianggap sebagai makhluk jahat (Surono, 2013). Dapat kita lihat dalam salah satu film produksi Disney (seri klasik) berjudul Sleeping Beauty, naga digambarkan sebagai jelmaan Ratu Peny ihir y ang berusaha keras menghalangi upaya sang pangeran untuk membebaskan Puteri Aurora dari kutukan maut. Hal itu juga didukung pendapat Williams y ang m eny atakan bahw a nag a d alam konsep ketimuran bukan merupakan monster ganas seperti pandangan abad pertengahan atau Barat p ad a um umnya (1976: 132). Kondisi dan pandangan yang berbeda dapat ditemukan pada sistem penanggalan Cina. Surono menambahkan bahw a era tahun 2000 d alam penanggalan Cina dianggap sebagai tahun naga emas (2013). Tahun 2012 lalu dalam penanggalan Cina merupakan tahun nag a air. Tahun nag a d alam p enang g alan Cina d iang g ap sang at istimewa. Tahun naga dianggap sebagai tahun p em baw a keberuntung an m eskip un mengundang risiko yang tidak kalah luar biasa.

Naga dalam beberapa literatur berikut

(3)

berani.

Dari berbagai literatur tadi, naga dalam berbagai representasi tidak pernah terlepas dari konsep karakter naga, yaitu kekuatan, keperkasaan, keteguhan, dan keagungan (Anton, 2012: 152—154). Keagungan naga dalam novel Gelang Giok Naga digambarkan sebagai gabungan sembilan hew an yang paling hebat, seperti dalam kutipan berikut.

“ Hay … yah, katakan, Anakku, adakah m akhluk y ang lebih m enakjubkan d arip ad a nag a? Rupany a ad alah gabungan dari sembilan binatang yang paling hebat. Bertanduk indah seperti kijang yang lincah, berkepala unta yang tahan penderitaan, bermata iblis yang mengetahui isi lubuk hatimu yang pal-ing dalam, berleher ular yang lihai dan penyabar, perutnya seperti perut katak yang bisa hidup di dua dunia, bersisik indah seperti ikan pelangi, bercakar harimau yang kuat dan garang, berkuku setajam pedang elang, dan bertelinga kerbau yang pekerja keras” (Helena, 2006:18).

Gambaran naga d alam p rolo g no vel tersebut bersum ber p ad a W illiam s (1976:133). Helena, seperti etnis Cina pada umumnya, menggambarkan naga dalam novel tersebut sebagai hewan yang agung, baik hati, rela berko rban, d an memiliki empati tinggi terhadap kehidupan bumi dan manusia. Mereka d igambarkan laksana pahlawan yang rela berkorban karena murka p eng uasa lang it. Keem p at nag a itu m eng had ap i d an m enjalani hukum an sang si lang it d em i kelang sung an d an kesejahteraan hidup manusia di muka bumi. Kehebatan naga tid ak hanya sep erti yang digambarkan pada bagian prolog novel Gelang Giok N aga, tetap i m eng alam i representasi mewujud pula pada etnis Cina sebag ai p em uja hew an itu. Helena menggambarkan representasi naga pada sederet tokoh-to koh p eremp uan yang ia ungkapkan secara gamblang di dalam novel itu. Helena ing in m eng ang kat to ko h peremp uan yang bergeliat d an berjuang untuk dapat bertahan di tengah kokohnya

budaya patriarki yang dianut budaya Cina. M akalah berikut akan m em bahas representasi tokoh perempuan dalam novel Gelang Giok Naga. Pembahasan tersebut m eng g unakan teo ri rep resentasi y ang dikemukakan oleh Stuart Hall (1997). Tujuan d ari p enulisan makalah berikut ad alah untuk m em buktikan bahw a d alam kungkungan p atriarki seko ko h apa pun selalu ada celah untuk kaum haw a agar mereka dapat menunjukkan diri di tengah ketatnya lingkungan patriarki. Selain itu, karakter hew an d ap at terp resentasikan dalam kehidupan manusia.

2. Kajian Teori

Hall berpendapat bahwa represesentasi adalah produksi makna dari konsep-konsep yang ada di dalam pikiran melalui bahasa (1997:16). Inti p ro ses p emaknaan d alam satu budaya dikaitkan dengan dua sistem representasi berikut.

The first enables us to give meaning ti the world by constructing a set of correspondence or a chain of equivalencies between things— people, objects, events, abstract ideas, etc.— and our system of concepts, our conceptual maps. The second depends on constructing a set of correspondences between our conceptual map and a set of signs, arranged or organized into various languages which stand for or rep-resent those concepts (Hall, 1997:19)..

Pertama, pemaknaan memungkinkan kita untuk menyampaikan arti kepada dunia d eng an m em bang un serang kaian ko resp o nd ensi atau rantai ekiv alensi terhadap beberapa hal berikut, seperti: orang, benda, peristiwa, ide-ide abstrak, dan lain-lain, serta sistem konsep kami berupa peta ko nsep tual. Ked ua p emaknaan tersebut

berg antung p ad a serang kaian

korespondensi antara peta konseptual dan rangkaian tanda yang diatur atau disusun dalam berbagai bahasa yang berdiri sendiri untuk atau mewakili konsep-konsep itu.

(4)

‘pendekatan secara reflektif atau mimetik’, (2) intentional approach ‘pendekatan intensional’, dan (3) constructional approach ‘pendekatan konstruksional’. Reflective or mimetic approach m erup akan up ay a pelanggaran makna terhadap objek, persona, ide, atau peristiwa yang terdapat di alam nyata, serta fungsi bahasa seperti cermin yang memantulkan m akna hakiki d i alam ny ata. Hall mencontohkan pemaknaan kata rose yang sesungguhnya karena dilatari konsep yang sudah dikuasai Hall tentang benda yang disebut rose (1997: 24). Intentional approach m erup akan p em aknaan m akna y ang menunjukkan p erlaw anan. Pemaknaan tersebut d ilakukan o leh p embicara atau penulis yang menekankan makna tersendiri kepada dunia melalui perantaraan bahasa. Constructional approach merupakan pemaknaan y ang m enjang kau asp ek p ublik atau karakter sosial dalam bahasa. Pada tahapan ini, Hall menekankan bahwa makna tidak lagi dipedulikan, tetapi kita mengonstruksi makna dengan menggunakan sistem representasional dalam bentuk konsep dan tanda.

Jika dikaitkan dengan teori representasi tadi, naga dalam tahapan (1) reflective or mimetic approach merupakan konsep yang terd ap at d alam p ikiran manusia jika ia mend engar kata naga. Imajinasi manusia akan tertuju p ad a seeko r hew an y ang ukuran tubuhnya panjang, berkaki ramping, bersisik, memiliki moncong seperti ular yang dalam ko nd isi dan situasi tertentu akan menyemburkan api atau asap, dan bersulur-sulur. Jika kata naga d ikaitkan d engan intentional approach, makna kata tersebut sud ah m elenceng jauh. M akna nag a dikaitkan dengan kehendak hati si penutur terhadap satu benda tertentu, misalnya jika seseo rang yang berm ulut bau, ia akan menandai aroma tak sedap itu dengan istilah bau naga. Dalam tataran ketiga, constructional approach, makna naga direpresentasikan terhad ap hal-hal y ang berad a d i luar ko nteks, sep erti ko nsep nag a y ang d irep resentasikan terhad ap kebangkitan negeri Cina atau salah satu p erusahaan

raksasa di negeri itu (Widyahartono, 2004; Ming, 2008).

Pemaknaan naga dalam novel Gelang Giok Naga mengalami ko nstruksi so sial d alam p and ang an Helena. Helena m em and ang bahw a sebag ai keturunan naga, etnis Cina berhak menunjukkan jati dirinya di tengah publik, meskipun publik tersebut berasal dari sesama etnis Cina. Naga telah berabad-abad menghasilkan keturunan, baik laki-laki maupun perempuan. Nag a dianggap sebagai pejantan yang bersikap jantan. A sp ek maskulin sangat kentara dalam mitos naga. Tidak mengherankan jika maskulinitas juga sangat diagungkan dalam bud ay a Cina. Laki-laki m end ap atkan tempat yang lebih terhormat. Setiap bayi yang dilahirkan diharapkan berjenis kelamin laki-laki. Kelahiran anak perempuan seolah merugi. Perempuan yang melahirkan anak p erem p uan tid ak akan m end ap atkan tempat terhormat di tengah keluarga besar laki-laki. Dulu, konsep perempuan yang cantik adalah perempuan yang berkaki ‘lipat’ laksana bung a teratai. A turan tersebut dibuat semata demi kesenangan kaum laki-laki. Kebijakan sosial lebih dititikberatkan pada kepentingan laki-laki.

(5)

terobosan yang dilakukan w anita baja itu adalah menempatkan balita berusia empat tahun bernama Pu Yi sebagai kaisar termuda di dataran Cina. Tidak lama setelah itu, Tzu Hsi menghembuskan napas terakhirnya. Sem entara itu, Hua Mulan merup akan pendekar wanita pada zaman Dinasti Han yang terpaksa menyamar sebagai laki-laki ag ar sem ata d ap at terjun d alam p ep erang an. Ketang g uhan Hua M ulan menjadi legenda dalam ingatan perempuan etnis Cina. Riw ay at hid up ked ua perempuan itu diangkat d alam berbagai karya seni, di antaranya drama dan film.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Ringkasan Cerita Novel Gelang Giok Naga

N o v el Gelang Giok N aga bercerita tentang p eremp uan-peremp uan p ew aris gelang yang terbuat dari batu gio k dan berhiaskan ukiran emas berbentuk kepala naga di kedua ujungnya. Gelang itu semula dimiliki oleh Selir Yang Kuei-Fei. Sebagai selir kesayangan Kaisar Jia Shi yang bergelar Putera Langit, Fei mendapatkan fasilitas yang tidak dinikmati oleh selir lainnya. Fei merupakan selir berprestasi tinggi karena memiliki kemamp uan berp eran gand a, antara lain, sebagai pelayan dan penghibur, sekaligus pendidik dan pengasah mental sang Kaisar. Persengkongkolan antara pihak yang pro dan kontra pada kebijakan sang Kaisar mengakibatkan terjadinya peristiwa kematian Kaisar Putera Langit.

Setelah peristiwa kematian itu, Fei dan Kasim Fu—pendukung Fei selama ini— melarikan diri ke Guang Dong. Pada saat itu, Fei sed ang mengandung anak, buah cintany a d eng an sang Kaisar. Seluruh p erhiasan p em berian Kaisar turut d ibaw anya. Namun, tid ak lam a setelah p elarian itu, Fei m elahirkan anak perempuannya, lalu menderita sakit parah, dan akhirnya meninggal dunia. Harta benda miliknya ludes untuk biaya p engo batan p enyakitnya. Pascap elarian itu, Fei d an

Kasim Fu hid up bersam a. Fei p erg i meninggalkan gelang giok pemberian sang Kaisar yang d ijanjikan Kasim Fu untuk d iberikan kepad a anak p eremp uan Fei kelak setelah dewasa.

Beberapa generasi berlalu. Gelang itu diturunkan pada seorang anak perempuan d ari satu g enerasi ke g enerasi, hingg a akhirnya tiba p ad a to ko h A Sui. A Sui m ew arisi g elang itu sebag ai had iah pernikahannya dari sang ibu. A Sui tergolong sebagai perempuan yang beruntung karena dapat mengenyam pendidikan hingga kelas meneng ah d an terbebas d ari kew ajiban tradisi membebat kaki karena pandangan sang ay ah y ang m o d erat. Selain itu dukungan edukasi juga datang dari pihak keluarg a suam iny a. Ia m elanjutkan sekolahnya sampai tiba pada saat kepergian dirinya ke Batavia untuk menyusul sang suami. Selama beberapa tahun berselang, kehidupan A Sui sangat bahagia. Keadaan tersebut berubah d rastis ketika era p end ud ukan Beland a berakhir. Rum ah tangga A Sui—Kian Li dilanda kesulitan finansial. Kesulitan tersebut m emaksa m ereka untuk m elep askan salah satu anaknya untuk diadopsi keluarga yang lebih mampu.

Untuk melepaskan diri dari kesulitan hidup, gelang itu digadaikan kepada A Lin. A Lin, selain sebagai pengusah kelontong yang sukses, juga dikenal sebagai rentenir. Dengan angkuh, gelang kuno itu dihargai A Lin dengan harga rendah. A Sui tidak berkutik. Ia terpaksa menerima kezaliman A Lin. Jalur kehidupan seorang A Lin lebih berwarna jika dibandingkan dengan A Sui. A Lin terlahir sebagai anak sulung pasangan petani miskin. Sejak kecil ia terdidik untuk bekerja keras membantu ibunya mengurus rumah tangga. Karena kesulitan finansial, sang ibu terpaksa menjual A Lin kepada pemasok gadis-gadis. Gadis-gadis malang dibawa ke negeri jauh untuk bekerja dengan harapan keberuntungan diangkat sebagai menantu sang majikan.

(6)

menjadikannya sebagai asisten. Sang juru masak akan membawanya berlayar keliling dunia, bahkan, sampai New York. Namun, entah apa yang terjadi, nasib baik itu luput dari tangannya. A Lin terdampar di Batavia, di rumah seorang juragan ternak babi. Ia dip aksa untuk bekerja sebagai p engurus hewan itu. Hingga pada suatu hari, nasib m em p ertemukanny a d eng an M evro uw Ulrike, seorang penyalur para nyai. A Lin pun melayani seorang pria Belanda yang baik hati bernama Co rnell van der Beek hing g a m elahirkan sep asang bay i p erem p uan kem bar. A khir m asa p end ud ukan Beland a m em buat A Lin kehilangan pria yang terlanjur dicintainya d an anak kembarny a. Kemud ian A Lin menikahi Loi Kun dan menjalani kehidupan sebagai pengusaha sukses.

Kesusesan A Lin m eng alam i kem und uran ketika suam iny a sakit berkepanjangan dan meninggal. Selain itu, p erkaw inan ‘ terd esak’ anak bungsunya dengan anak bungsu A Sui juga dianggap sebag ai sum ber kem und uran karirny a sebagai juragan kelontong. Ketika Swanlin lahir, A Lin dan A Sui berbalik menyayangi bayi itu. Mereka menularkan ilmu dan kasih sayang kepada sang cucu dengan caranya sendiri. A Sui menunjukkan hal itu melalui kisah bijak, sem entara A Lin m elalui p engetahuan tentang bend a-benda yang dimilikinya.

Sw anlin d ig am barkan sebag ai p erem p uan y ang ad ap tif terhad ap lingkungan kebanyakan. Ia memilih untuk meleburkan d iri d engan kaum p ribumi, term asuk d alam m enentukan seko lah (sekolah negeri), berteman, menjalin kasih, dan menikah. Swanlin merupakan pewaris gelang giok terakhir. Gelang itu diberikan A Lin sebagai hadiah perkawinannya dengan Parulian, seorang pemuda asal suku Batak. A khir hid up Sw anlin ham p ir m irip leluhurnya, Yang Kuei-Fei. Ia meninggal dalam usia muda dengan penyakit yang sama, kanker, serta meninggalkan dua or-ang yor-ang dicintai, yaitu Parulian dan anak semata wayangnya.

3.2 Representasi N aga Pada Tokoh Perempuan dalam Novel Gelang Giok Naga

Representasi naga dalam novel Gelang Giok Naga tersebut dilakukan dalam tataran sistem ketiga atau mitos. Naga tidak pernah m uncul d i d alam kehid up an manusia. N am un, p eta ko nsep tual tentang nag a sud ah tertanam kuat d i d alam benak manusia, baik etnis Cina maupun non-etnis Cina. Naga yang dari hidungnya kerapkali mengeluarkan asap atau menyemburkan ap i, berkuku tajam, bersisik kasar, d an bergigi tajam. Seperti pada paparan awal, dalam bagian prolog, Helena memberikan gambaran tentang bentuk naga sebagai hew an y ang sang at istim ew a karena merupakan gabungan dari sembilan hewan lain.

Pandangan etnis Cina berbeda dengan pandangan etnis Barat yang menganggap bahw a nag a ad alah hew an yang jahat, m ey akini bahw a p eranan nag a sang at p enting , terutam a p ad a m asa aw al kehidupan manusia di muka bumi. Helena mengungkapkan keyakinan dirinya sebagai etnis Cina yang sangat mengidolakan naga d alam bagian p ro lo g no vel Gelang Giok Naga. Helena mengisahkan bahwa keempat naga—Naga Hitam, Naga Kuning, Naga Panjang, dan Naga Mutiara—dalam novel itu mereka mengubah diri menjadi empat buah sungai ternama di dataran Cina, yaitu Sungai Hitam (di utara), Sungai Kuning (tengah), Sungai Panjang (selatan), d an

Sung ai M utiara (teng g ara)

p ascap eng urung an. Peng ubahan d iri keempat naga itu merupakan pendekatan ko nstruktif atas p em anjang an atau pelestarian konsep naga sebagai ‘pahlawan’ bagi kehidupan manusia. Bahkan, sebagai bukti fanatisme yang luar biasa terhadap hewan itu, etnis Cina mengukuhkan diri sebagai keturunan naga (2006: 35).

(7)

jeruji kung kung an bud ay a p atriarki. Tem bo k bud ay a p atriarki bukanlah m ahakary a yang sem p urna. Bend a itu memiliki kelemahan. Pada titik-titik tertentu terdapat celah yang jika ditemukan o leh peremp uan etnis Cina akan membuat si perempuan itu berdiri tegak. Beberapa tokoh perempuan Cina dalam novel tersebut dapat menemukan celah dan mampu menaklukan beberapa bagian dari supremasi laki-laki. Tokoh perempuan dalam novel Gelang Giok Naga tersebut adalah Yang Kuei-Fei, A Sui, A Lin, dan Sw anlin. Keempat perempuan Cina tersebut d irep resentasikan sebagai jelmaan naga yang selalu dapat memberi manfaat kepada orang-orang di sekitarnya.

3.2.1 Yang Kuei-Fei

Yang Kuei-Fei adalah salah satu selir kesayangan Kaisar Jia Shi yang bergelar Kaisar Putera Langit. Kaisar digambarkan tidak mumpuni sebagai seorang penguasa tahta kekaisaran. Kaisar d ig am barkan bersikap kurang ad il, baik d alam p em erintahan m aup un d alam urusan berbagi cinta dengan istri dan selirnya. Sikap kaisar tersebut mengundang reaksi, baik dari kalangan p enasihat maup un p ara selir. D alam no v el tersebut, Helena menggambarkan sosok kaisar yang lemah di balik kuatnya dunia patriarki. Kaisar seperti tidak terdidik dan ia hanya bisa mengumbar ambisi di balik kebesaran nama ayahnya, Kaisar Khang Shi. Ia ingin mengikuti jejak sang ay ah untuk bereksp ansi ke luar w ilay ah kekuasaanny a. N am un, p ara penasihat melihat kondisi dan situasi yang

tid ak m em ung kinkan. Helena

menggambarkan bahw a kekuasaan kaisar sesungguhnya bukan merupakan kekuasaan abso lut. Kaisar sangat bergantung p ad a bisikan barisan penasihat dan perempuan di sekelilingnya, misalnya selir.

Sebagai selir kesayangan kaisar, Yang Kuei-Fei tergolong istimewa. Ia dapat diberi hak untuk menempati Paviliun Bunga Mei, m eng g eser m antan selir kesay ang an sebelumnya—selir Mu Fang. Sebagai seorang selir, Fei memiliki kemampuan di atas rata-rata. Fei sangat cantik, cerdas, menguasai

berbagai bid ang p engetahuan d an seni, termasuk taktik perang. Kedudukan Fei tidak d ip ero leh d engan send irinya. Ia sangat ditopang oleh usaha keras Kasim Fu sebagai protokoler istana dan selalu mengarahkan kaisar supaya dekat dengan Fei.

Sikap Kaisar y ang tid ak ad il mengundang reaksi hebat dari kalangan selir lain. Persaingan keras p un terjad i. Fei merupakan salah satu di antara selir yang m em bero ntak. Ia berup ay a untuk melakukan strateg i jitu untuk menarik perhatian Kaisar Putera Langit. Cara yang ia lakukan adalah dengan melukai tangan dengan tusuk konde yang terbuat dari batu giok. Kaisar sangat panik. Ia menggendong Fei dan membawanya ke tempat peraduan khusus kaisar dan selir yang disebut “ Dipan Naga” . Sejak saat itulah, Kaisar Putera Lang it sang at terkesan d an selalu m eng unjung i Fei. Sebag ai bukti kecintaanny a kep ad a Fei, Kaisar memberikan sebuah gelang terbuat d ari batu giok yang berhiaskan ukiran kepala naga di kedua ujungnya.

(8)

kud eta d ap at terjad i jika Kaisar Putera Langit tidak mengubah sikap.

Kasim Fu sebagai petugas protokoler istana membebankan tugas para penasihat kep ad a Fei. Fei d iw ajibkan untuk membisikkan amanat para penasihat dan pihak protokoler kekaisaran kepada Kaisar.

“ Pada titik inilah kau berperan serta, Yang kuei-Fei, … menjinakkan Kaio-Lung—Naga Baru—dalam diri Kaisar yang tuli walaupun mempunyai telinga. Kaulah y ang akan mem bantu m enum buhkan tand ukny a d an m enjad ikan d ia Kioh- Lung— N ag a Dewasa—yang bisa mendengar. Bahkan, tidak mustahil kau bisa membentuknya menjadi Ying-Lung—Naga Sempurna— y ang mem iliki say ap d an m am p u melindungi seluruh negeri” (Helena, 2006:29).

Sebag ai d uta kekaisaran, Fei m end ap atkan im balan setim p al. Fei m end ap atkan jam inan kelestarian kedudukannya sebagai selir kesayangan Kaisar Putera Langit. Kedudukan Fei yang sangat tidak biasa itu dijadikan Kasim Fu sebagai ‘ imp ian’ selir-selir lain. Sebagai seorang duta, Fei dituntut untuk memiliki kelihaian dalam memberi nasihat, masukan, bujukan, d an pandangan ilmiah kep ad a Kaisar. Selain itu, Fei juga dituntut untuk memiliki ketahanan mental yang cukup tinggi karena Kaisar cenderung melecehkan kedudukannya sebagai selir meskipun selalu memerlukan kehadiran Fei. Kaisar Putera Lang it sering kali m em p erlakukan Fei dengan cara yang tidak terhormat, misalnya mengangkat dagu Fei yang menunduk di lanti untuk menghormat tuannya dengan ujung kaki bersep atu kain berhiaskan sulaman emas. Jika Kaisar tersinggung, ia tidak segan-segan mencekik leher Fei, seperti ketika Fei melaksanakan titah kelomp ok penasihat kekaisaran. Pada kondisi itulah, Fei dituntut untuk terampil mengendalikan suasana. Ia d ituntut untuk mered akan kemarahan Kaisar dan melanjutkan bujuk rayunya kepada sang Kaisar (2006: 35).

Naga dalam diri Fei bermaujud pada

kedudukannya sebagai selir yang tidak biasa d eng an seg ala kem am p uan y ang dimilikinya. Fei harus memerankan berbagai peranannya pada saat yang sama, antara lain, sebagai seorang penasihat, seniman, sekaligus seorang psikolog. Ibarat naga, Fei dituntut untuk mengembuskan awan yang melindungi Kaisar, api untuk menyalakan semangat Kaisar, dan cengkeraman tangan agar Kaisar tidak menyimpang. Karakter nag a d alam d iri Fei ad alah untuk m em berikan sem ang at, kesenang an, ketenangan, dan kesejukan kepada Kaisar sebagai makhluk hampa hasil konstruksi situasi dan kondisi lingkungan sosialnya.

Sep erti p ad a bag ian aw al, nag a merupakan hewan imajiner yang istimewa dibandingkan dengan hewan ikon shio lain. Eksistensi naga hanya ada dalam ingatan m anusia, serta w ujud ny a m erup akan gabungan sembilan hewan lain. Fei memilliki sem ua itu. Keistim ew aan nag a ad alah keistim ew aan p ad a ked ud ukan Fei. Keindahan naga adalah keindahan fisik Fei. Tand uk naga ad alah tand uk bentukan kond e Fei berhiaskan tusuk kond e gio k berornamenkan bunga teratai sutera kuning. Kepala naga adalah kepala Fei yang sarat kecerdasan dan keluasan ilmu. Mata naga ad alah m ata Fei y ang m am p u menyamp aikan nego siasi kep ad a Kaisar Putera Langit serta m enang kap bahan bacaan dengan tempo cepat. Leher naga adalah leher Fei yang jinak dalam tuntutan Kaisar. Perut naga adalah perut Fei yang mampu memenangkan persaingan pemilik keturunan Kaisar. Fei mengandung janin keturunan Kaisar mengalahkan permaisuri. Sisik naga adalah warna kulit Fei yang selalu mengundang kerinduan Kaisar. Cakar dan kuku naga adalah jemari Fei yang mampu memberikan stimulasi d an ketenang an kepada Kaisar. Telinga naga adalah telinga Fei yang auditoris. Fei mampu menangkap hal-hal yang didengarnya dengan akurat.

(9)

Namun, hal itu mengund ang reaksi pihak yang tidak menyukai kegagalan itu. Di dalam istana telah terjadi persaingan dan persekongkolan antara pihak yang ingin m em p ertahankan d an m eny ing kirkan Kaisar. Permaisuri termasuk di antara pihak yang ingin menyingkirkan Kaisar karena merasa dirugikan atas batalnya rencana ekspansi wilayah itu. Terlebih lagi, ia didera kecem buruan y ang luar biasa atas kehamilan Fei. Kaisar w afat di ruang Fei karena m em akan buah y ang d iracuni sebelumnya. Semua dilakukan pihak lawan agar Fei menjadi tertuduh atas kematian Kaisar.

Supremasi Fei sebagai ‘naga’ di istana harus berakhir. Ia melarikan diri bersama Kasim Fu. Kedua sejoli itu sebenarnya saling mencintai. Hanya saja, posisi mereka yang tid ak memungkinkan kebersamaan satu sama lain. Fei hidup di Guang Dong dan melahirkan bayi perempuan, buah cintanya dengan Kaisar. Tidak lama kemudian Fei dilanda sakit berat dan menghembuskan nap asnya. Ia meninggalkan lelaki yang sangat dicintai dan mencintainya, Kasim Fu, dan Xiao Lin anak semata wayangnya.

3.2.2 A Sui

A Sui lahir dan hidup dua ratus tahun kemudian setelah kepergian Fei. Ia tumbuh sebagai gad is yang lebih beruntung jika dibandingkan dengan gadis lain seusianya. A Sui dapat mengenyam bangku sekolah d an meng uasai aksara Cina, hitungan, sejarah, dan filsafat. A Sui juga beruntung karena memiliki ayah yang berpandangan moderat. A Sui terbebas dari siksaan tradisi mengikat kaki yang masih dianut oleh sang ibu. Ibu menginginkan A Sui untuk dibebat kakiny a ag ar seind ah bung a teratai. N am un, tentangan keras d ari ay ahny a mampu membebaskan A Sui dari siksaan tradisi.

A y ah m eny angg ah, “ Z aman sud ah berubah. Akan tiba suatu masa saat kaki yang diikat justru dianggap aib, lambang feo d alisme. Sayang sekali, lagi-lagi wanita justru kembali menjadi

bulan-bulanan struktur so sial” (H elena, 2006:69)

A Sui jug a m end ap atkan w aw asan tambahan dari salah seorang kerabatnya yang sud ah merantau ke San Fransisco , Amerika Serikat.

Namun, masa pendidikan A Sui tidak berlangsung lama. Seorang mak comblang melihat kecocokan shio A Sui dengan shio pemuda bernama Kian Li yang semula akan d ip erkenalkan kep ad a kedua kakaknya. Mak Comblang tersebut mampu mendeteksi dengan jeli kapabilitas A Sui sebagai ‘naga’ bagi pemuda dan keluarga besar Nyonya Janda Coy yang kaya raya. A Sui menikah pada usia 16 tahun. Saat itu, ayah A Sui sud ah lam a meningg al. Tid ak ad a lagi pelindung A Sui.

Beruntung A Sui m end ap atkan pengganti ayahnya, suaminya sendiri. Kian Li sud ah lam a m erantau ke Batav ia.

W aw asanny a luas. Sebulan

pascapernikahan tersebut, Kian Li lebih dulu kembali ke Batavia. A Sui menyusul dua tahun kemud ian. A Sui p un beruntung karena m end ap atkan m ertua y ang berpandangan luas. Setelah menikah, ia diizinkan untuk kembali bersekolah sampai tiba waktu untuk menyusul suaminya. A Sui hid up bahagia samp ai tiba p ad a m asa berakhirnya kekuasaan Belanda di negeri ini. Konsumen usaha mebel Kian Li pun surut. Era kekuasaan Jepang memaksa Kian Li bekerja serabutan untuk mencari nafkah. A Sui sibuk dengan urusan anak-anaknya yang berjumlah enam orang. Anak ketujuh lahir pada puncak krisis finansial pasangan Kian Li-A Sui. Oleh sahabatnya, pasangan itu d isarankan untuk memberikan anak ketujuh mereka kepada keluarga lain yang ingin mengadopsinya. Pasangan itu terpaksa menerima tawaran adopsi itu. Kondisi psikis Kian Li semakin menurun pascaperistiw a itu. Kian Li meninggal dunia menjelang kelahiran anak ked elap an. A Sui harus menanggung beban sendirian.

(10)

Bun Kun, anak Nyonya Besar A Lin. A Lin adalah rentenir dan juragan toko kelontong di kawasan Bukit Duri. Dulu A Sui pernah m engg ad aikan gelang gio k berhiaskan kep ala naga w arisan selir Yang Kuei-Fei kepada A Lin (2006:81). Gelang itu hanya dihargai dengan nilai rendah. A Sui tidak dapat berbuat apa-apa. Kini ia tidak pernah m end ug a jika akan beriring an d eng an renternir itu sebagai besan.

Rep resentasi naga d alam diri A Sui terdapat pada kecerdasan dan kesetiaannya kepada Kian Li. Selain itu, ketegaran A Sui dalam menghadapi kesulitan hidup dapat dianggap sebagai pengejaw antahan sifat nag a. N ag a d alam p enang g alan Cina dianggap sebagai pembawa keberuntungan y ang luar biasa. N am un, d i balik keberuntungan tersebut, naga juga dianggap sebagai simbol pengundang kehancuran. Kehidupan A Sui yang pernah mencapai kem akm uran tid ak berlang sung lam a. Usaha mebel yang dijalankan suaminya terp aksa g ulung tikar p ad a akhir masa pendudukan Belanda. Kedatangan Jepang di negeri ini semakin mengerutkan nadi kehid up an A Sui d an Kian Li, berikut keenam anak-anakny a. A nak ketujuh terpaksa diberikan p ad a pasangan yang memerlukan karena kondisi keuangan yang tid ak memungkinkan. A Sui kehilangan Kian Li sebulan sebelum anak kedelapan mereka lahir, Sui Giok.

3.2.3 A Lin

A Lin digambarkan sebagai perempuan yang cerd as d an semp urna secara fisik. N am un, nasib baik kurang berp ihak p ad any a. A Lin d ilahirkan d i teng ah keluarga petani yang kurang mampu. Ia dipaksa untuk menjadi kaki tangan ibunya dalam pengasuhan asik-adiknya yang masih kecil. Pada usia belasan tahun, dengan berat hati, ia terpaksa dijual kepada ‘ pemasok’ gadis muda. A Lin menjadi korban traffick-ing. Pengalaman masa trafficking tersebut m enam bah w aw asan A Lin, terutam a tentang dunia laut, pelaut, dan perompak. Bahkan, Ia d ikenalkan p ad a p ero mp ak ternama di kawasan selatan, Loi Choi San.

Di atas kapal yang membaw anya ke negeri jauh, bersama puluhan gadis senasib d ari seantero d aratan Cina, A Lin m end ap atkan kep ercay aan untuk menduduki posisi asisten juru masak kapal, Paman Bao. Bahkan, Paman Bao berencana membawa A Lin untuk pergi berlayar ke N ew Yo rk, A m erika Serikat. N am un, keberuntungan belum berpihak padanya. Tidak digambarkan dalam novel bagaimana nasib A Lin hingga roda kehidupan berputar hebat. Ia terp isah d ari Paman Bao d an terdampar di rumah penampungan milik Nyonya Mong (Mao) di Batavia. Di rumah itu A Lin bertugas untuk mengurus babi-babi peliharaan sang Nyonya yang berjumlah seratus ekor.

(11)

dan Geraldine. Namun, nasib membawa A Lin pada ujung masa ‘perkawinan’. Cornell memutuskan untuk pulang dan membawa si kembar.

Sep ening g al Co rnell, Ulrike mempertemukan A Lin dengan Loi Kun, seorang pria yang bekerja sebagai karyawan p ad a sebuah p abrik tekstil Beland a. Beruntung A Lin telah m end ap atkan pelajaran yang banyak tentang how to be a housewife. A Lin y ang cerd as m am p u berbicara bahasa Beland a d an berlatih banyak keterampilan yang kelak dapat ia jad ikan bekal kehid up anny a. A Lin kemudian meminjam uang pada Loi Kun untuk membuka usaha kelontong di tempat lain d engan tujuan untuk tid ak terlalu berg antung p ad a sang suami. Lo i Kun menyetujui. Usaha A Lin meroket hebat. Tidak lama kemudian, sang suami di-PHK. Keberhasilan A Lin berujung pada musibah beruntun yang dianggapnya beraw al dari p erkaw inan p asang an anak bung su tersebut, Sui Giok dan Bun Kun.

Suami A Lin dikisahkan melampiaskan kesedihannya dengan mendatangi rumah p elacuran. Sejak itu A Lin memutuskan untuk p isah ranjang . Co baan m asih berlanjut. Lo i Kun mend erita p eny akit berkep anjangan hing ga menelan biay a pengobatan yang cukup tinggi. Aset-aset A Lin terpaksa dijual hingga tiba sang suami m enghem buskan nap as. Co baan besar datang kembali ketika berita kehamilan Sui Gio k o leh anak bung suny a, Bun Kun, sampai ke telinganya. Mau tidak mau, ia harus m enjad i besan A Sui, m antan konsumen usaha peminjaman uang yang d ijalankan A Lin. M eskip un tid ak menyetujui p erkaw inan itu, baik A Lin maup un A Sui sangat menyayangi cucu mereka, Sw anlin.

Rep resentasi naga d alam d iri A Lin terdapat pada sifat naga yang cenderung selalu lincah dan bersemangat. A Lin adalah perempuan cekatan, teliti, tekun, dan cerdas. Keempat hal itu sempat mengundang decak kagum pada diri Paman Bao, Ulrike, dan Co rnell. A Lin m em iliki kem am p uan

berad ap tasi y ang terg o lo ng cep at. Keindahan naga juga dimiliki oleh A Lin dengan kesempurnaan fisiknya.

3.2.4 Swanlin

Sw anlin lahir sebagai buah kehamilan d i luar p ernikahan antara p asang an orangtua berlatar anak bungsu, Sui Giok— Bun Kun. Sw anlin digambarkan sebagai gadis yang pintar dan seakan serba tahu, berw aw asan p eng etahuan luas, d an ad ap tif. Jika d iband ing kan d eng an leluhurnya, Sw anlin sangat membumi. Ia tid ak cangg ung untuk bergaul d engan lingkungan nonetnis Cina. Bahkan, Swanlin memilih untuk melanjutkan kuliah di uni-versitas negeri bukan di uniuni-versitas swasta yang memang ‘diperuntukkan’ untuk etnis sesamanya. Swanlin bahkan tidak canggung untuk meleburkan d iri bersama teman-temannya d alam aksi d emo strasi tahun 1998. Ia berteman baik dan menjalin kasih d engan p ria-p ria p ribum i. Terakhir, ia m em utuskan untuk m enikah d eng an Parulian, pemuda asal Batak.

Swanlin sangat cerdas. Ia mendapatkan keluasan ilmu pengetahuan terutama dari kedua neneknya, A Sui dan A Lin. Jika A Sui mengajarkannya tentang sejarah dan kebijakan hidup, A Lin memberikan ilmu tentang batik dan perhiasan. Di dalam novel tersebut d ikisahkan bahw a Sw anlin merupakan pew aris terakhir gelang giok nag a p ening galan Selir Yang Kuei-Fei. Setelah Sw anlin w afat, Parulian memutuskan untuk menyerahkan gelang kuno itu kepada pihak museum.

(12)

sesamanya karena berseko lah di sebuah universitas negeri dan ketika ia bertali kasih dengan teman kuliahnya yang berasal dari kaum pribumi. Naga adalah hew an yang selalu m enebarkan sem ang at kep ad a ling kung an sekitarny a. Hal itu jug a m eng ejaw antah d alam d iri Sw anlin. Interaksi Sw anlin dengan kaum pribumi d ap at d ikatakan lebih baik d arip ad a leluhurnya. Sw anlin memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap masyarakat di sekitarnya. A khir hidup Sw anlin hampir sama dengan yang dialami oleh leluhurnya, Yang Kuei-Fei. Ia menderita sakit parah— kanker—dan tidak lama kemudian menemui ajalnya dengan meninggalkan seorang pria yang sangat dicintainya dan seorang bayi perempuan.

Tokoh-tokoh perempuan dalam novel Gelang Giok N aga d igambarkan sebag ai wakil dari karakter naga yang bergeliat aktif d alam m enjalani kehid up an. M ereka digambarkan tangguh dalam menghadapi tekanan hidup yang luar biasa, terutama dari kungkungan dunia patriarki yang kejam. Karakter naga tidak selalu tergambarkan dalam kondisi beruntung atau kaya, tetapi terlebih dulu tokoh diuji dengan serangkaian ujian yang cukup berat. Perjuangan demi perjuangan mutlak dilakukan, menembus barikade risiko d an jebakan hidup yang sangat berat, hingga tiba p ad a p uncak p erjuang an hing g a m ereka d ap at merasakan buah perjuangan itu.

4. Simpulan

N ag a m erup akan hew an y ang teristimewa dalam penanggalan Cina. Tidak seperti hewan lain yang sampai pada saat ini masih dapat dilihat dengan kasat mata, naga cenderung bersifat imajiner. Ia hanya muncul dalam ingatan manusia. Berbeda dengan pandangan bangsa Barat terhadap

naga yang cenderung berkonotasi negatif, naga bagi etnis Cina d ianggap sebag ai lam bang keberuntung an. N am un, keberuntungan tersebut bukan berarti tanpa risiko . Naga d ianggap sebagai lambang peruntungan yang sangat luar biasa, dengan catatan o rang yang beruntung itu harus selalu waspada. Di balik keberuntungan itu rentan mengundang serangkaian musibah atau risiko kehancuran yang tidak kalah dahsyatnya.

Kelebihan dan kelemahan sosok naga juga direpresentasikan Helena dalam novel Gelang Giok Naga melalui sep ak terjang beberapa tokoh perempuan di dalamnya. To ko h-to ko h p erem p uan, terutam a pew aris/ pemegang gelang giok tersebut, digambarkan hampir sama. Pada awalnya, to ko h p erem p uan itu m am p u m eraup kesuksesan dengan caranya sendiri. Namun, p ad a w aktu tertentu m ereka harus m eng alam i kehancuran. N ag a d ap at d ikatakan sebagai simbo l kew asp ad aan kep ad a umat y ang m emuja hew an itu, bahwa kesuksesan tidak dijadian sebagai lahan untuk alpa pada risiko yang p ada setiap waktu selalu mengintai di sepanjang kehidupan manusia.

Representasi naga dalam novel Gelang Giok Naga terd ap at baik p ad a ciri fisik m aup un batin to ko h p erem p uan. Peng ejaw antahan nag a d alam to ko h perempuan itu tidak sama. Fei sebagai selir d ap at d ikatakan m enem p ati rang king teratas dalam hal itu. Ia memiliki hampir segala keistimewaan sang naga. Pada tokoh lain, hanya sebagian atau beberapa bagian saja yang menunjukkan pengejawantahan sang nag a. N o v el Gelang Giok N aga menunjukkan keistimew aan naga d alam bentuk rep resentasi sebag ai w ujud pengakuan hakiki atas kepercayaan etnis Cina terhad ap salah satu simbo l d alam kelompok dua belas shio tersebut.

Daftar Pustaka

(13)

Jakarta: Phoenix.

Disney, Walt. 1959. Sleeping Beauty. Film.United States: Buena Viesta Distribution.

Hall, Stuart. 1997. “The Work of Representation” in Representation: Cultural Representation and signifying Practices. London: SAGE Publications.

Helena, Leny. 2006. Gelang Giok Naga. Bandung: Qanita.

Minibalanar. 2012. “Sejarah Munculnya Shio” dalam http://www.kaskus.co.id/show_post/ 000000000000000745803276/1017 diunduh tanggal 28 Januari 2013, pukul 05.50 WIB.

Ming & Williamson. 2008. Ancaman Sang Naga: strategi China Menggempur Dominasi Pesaing Mapan di Pasar Global . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Singasoro, M. Soetan. 1932. Sja’ir Poeteri Naga di Tapa’toean. Jakarta: Balai Pustaka.

Surono, Agus. “Naga Air di Mata 5 Ahli” dalam http://intisari-online.com/read/naga-air-di-mata-5-ahli diunduh tanggal 28 Januari 2013, pukul 06:32 WIB

Widyahartono, Bob. Bangkitnya Naga Besar Asia: Peta Politik, Ekonomi, Sosial Menuju China Baru. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Williams, Charles Alfred Speed. 1976.Outlines of Chinese Symbolism and Art Motives, hlm 132. USA: Dover Publication, Inc.

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005 – 2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20

Form cetak daftar perencanaan kerja otorisasi yaitu form yang di gunakan oleh bagian Tata Urusan Dalam untuk mencetak daftar perencanaan kerja yang telah di otorisasi. Gambar 8

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar pemangku kepentingan industri karet dalam upaya pengembangan klaster industri di Sumatera Selatan1. Metode penelitian

Hasil dari pemetaan tersebut merupakan posisi perusahaan dalam industri yang bersangkutan, setelah posisi perusahaan diketahui, maka dapat diketahui

cara berpengetahuan yang unik, dan menunjang rasionalitas. Efeknya luar biasa dalam sejarah. Dimulai dari dualisme-dikotomis Descartes tentang mind-body , dengan hirarki bahwa

Jos p on alkuluku, niin jokainen kokonaisluku pienempi kuin p on keskenään jaoton luvun p kanssa.. Käyttämällä hyväksi lauseita 2.12 ja 2.13 voidaan todeta että, jos luvulla n on

[r]

Kolusi adalah kerja sama seseorang atau sekelompok orang yang memangku jabatan atau yang memiliki kewenangan tetentu dalam pemerintahan dengan