• Tidak ada hasil yang ditemukan

'Koinobori' Dalam Budaya Jepang (Kajian Mitologi).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "'Koinobori' Dalam Budaya Jepang (Kajian Mitologi)."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

日本文化に け 鯉 ぼ

位置付け

( 話学 見地 ー考察 )

カル ( 0342035 )

(2)
(3)
(4)

述した うに 鯉 ぼ に ま ま 話的 要素 あ こ

わ そ 色 文様 立 方 日本人 信 い こ

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………. i

DAFTAR ISI ……… iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Pembatasan Masalah ……… 4

1.3 Tujuan Penelitian ………. 4

1.4 Metodologi ………... 4

1.5 Organisasi Penulisan ……… 7

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Sejarah Koinobori ……… 9

2.2 Jenis-Jenis Koinobori ……….. 13

(6)

2.3 Warna-Warna Koinobori ………. 17

2.4 Corak-Corak Koinobori ……….. 19

2.4.1 吉兆 ( っち う ) ……… 19

2.4.2 太陽 ( たい う) ……… 19

2.4.3 友禅鯉 ( うぜんごい ) ……….. 20

2.4.4 風舞い ( ぜまい ) ………. 21

2.4.5 ゴールド鯉 ……… 21

2.5 Cara Pemasangan Koinobori ………... 22

2.6 Mitos di Jepang ……… 22

BAB III KOINOBORI DALAM BUDAYA JEPANG 3.1 Mitos Yang Terdapat Pada Jenis-Jenis Koinobori ……… 25

3.1.1 Koinobori 黄金兜鯉 ( うごん ぶ ごい ) ………. 25

3.1.2 Koinobori 金太郎ゴールド鯉 ( んたろうゴールドごい ) …. 27 3.1.3 Koinobori正絹京錦 ( し うけん うにし ) ………. 28

3.1.4 Koinobori有職江戸鯉 ( うし え ごい ) ………. 30

3.1.5 Koinobori 金銀宝船鯉 ( ん んた ぶねごい ) …………. 31

3.2 Mitos Yang Terdapat Pada Warna-Warna Koinobori ………. 32

3.2.1 Warna Hitam ( 黒い )……….. 33

3.2.2 Warna Merah ( 赤い )………. 34

(7)

3.2.3 Warna Hijau Atau Biru ( 青い )……….. 35

3.2.4 Warna-Warna Lain Pada Koinobori ……….………….. 36

3.3 Mitos Yang Terdapat Pada Corak-Corak Koinobori ……….. 37

3.3.1 Corak Kabuto Emas ……… 37

3.3.2 Corak Bangau dan Kintarou ……… 38

3.3.3 Corak Kipas ……… 39

3.3.4 Corak Edo ……… 40

3.3.5 Corak Kapal Berharga ………. 42

3.4 Mitos Yang Terdapat Pada Cara Pemasangan Koinobori ……… 43

(8)

LAMPIRAN I

え ま ( http://www.kongetsu.co.jp/tangonosekku/index.html ) ( 2 ), art-2 Hal 11

“ The making of Koinobori is said to have begun at the end of the Edo era (1603-1867), when manufacturers of paper umbrellas and lanterns began accepting orders for them. Thus, in the early days, Koinobori were made using Washi, later on, they were made of cotton.

The designs of Koinobori are created by the technique known as Tegaki (hand painting) are intricate and detailed, and so the Koinoboris are known for being elegant. “ ( http://www.sainokuni-kanko.jp/english/crafts/20-koinobori.html )

( 3 ), art-3 Hal 12

“ イ 威勢 いい魚 昔か 鯉 滝上

伝え 子供 元気 育 う いう親 願い 鯉 ぼ

(9)
(10)

( 16 ), art-16 hal 39

錦鯉独特 色 七色ぼか 染 上 たうえ う 全体

金箔 扇状 配 ま た

( 17 ), art-17 hal 41

江戸職人 手 守 た独特 色調 文様 粋 感 ま

( 18 ), art-18 hal 42

(11)

LAMPIRAN II

( 1 ), gbr-1 吉兆 (きっち う)

(12)

( 2 ), gbr-2 太陽 ( たい う)

(13)

( 3 ), gbr-3 友禅鯉 ( うぜんごい )

(14)
(15)
(16)

( 6 ), gbr-6

( 7 ), gbr-7

( 8 ), gbr-8

( 9 ), gbr-9

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)

( 16 ), gbr-16

( 17 ), gbr-17

( 18 ), gbr-18

( 19 ), gbr-19

( 20), gbr-20

(23)

( 22 ), gbr-22 Stand Set ( スタン セッ )

( 23 ), gbr-23 Royal Set( ロイヤルセッ )

( 24 ), gbr-24 Shitsunai Set ( 室内セッ )

(24)
(25)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki banyak kebudayaan yang cukup unik. Uniknya kebudayaan-kebudayaan yang ada di Jepang biasanya dipengaruhi pula oleh kebudayaan bangsa-bangsa di dataran Asia lainnya seperti China, Korea, Mongol, dan sebagainya. Di Jepang cukup banyak terdapat perayaan ( 祭 り; Matsuri ) dan hampir setiap bulan orang Jepang merayakan perayaan-perayaan itu. Ada beberapa perayaan-perayaan di Jepang yang biasanya dijadikan sebagai hari libur nasional. Misalnya: Hari kedewasaan ( 成人の日; Seijin no Hi ) yang mulai tahun 2003 dirayakan setiap hari Sabtu minggu kedua pada bulan Januari, Hari anak-anak ( 子どもの日; Kodomo no Hi ) yang dirayakan setiap tanggal 5 Mei, dan sebagainya.

(26)

memiliki anak laki-laki. Hingga kini tradisi itu masih dirayakan sebagai perayaan anak laki-laki. Biasanya, setiap 5 Mei keluarga yang memiliki anak laki-laki memajang boneka bersimbol peperangan ( 武蔵人形 ; mushaningyou ), menyantap nasi kepal terbungkus daun bambu ( 粽 ; chimaki ) dan kue ketan berisi kacang manis yang terbungkus daun ek (柏餅 ; kashiwamochi ), serta memasang koinobori di pekarangan rumahnya.

(27)

Koinobori ( 鯉のぼり ) biasanya mulai dipasang sebulan sebelum perayaan Kodomo no Hi ( 子どもの日 ) yaitu pada bulan April. Koinobori ( 鯉のぼり) dipasang secara berurutan dari yang paling besar hingga yang paling kecil. Koinobori ( 鯉 の ぼ り ) yang paling besar akan dipasang paling atas setelah fukinagashi ( sejenis kincir ). Berdasarkan kepercayaan orang Jepang, koinobori ( 鯉のぼり) dipasang paling atas adalah koinobori ( 鯉のぼり) berwarna hitam yang merupakan simbol seorang ayah yang kuat dan tegar. Lalu di bawahnya dipasang koinobori ( 鯉のぼり) berwarna merah yang merupakan simbol seorang ibu, dan di bawahnya lagi dipasang koinobori ( 鯉 の ぼ り) berwarna biru yang merupakan simbol seorang anak. Ketiga koinobori ( 鯉 の ぼ り) itu dipercaya sebagai simbol perdamaian, kehidupan, kecerdasan, pertumbuhan, dan keluarga yang sejahtera. Warna putih, hitam, merah, biru atau hijau yang terdapat pada koinobori ( 鯉 の ぼ り) adalah warna tradisional Jepang dan dipercaya sebagai warna yang membawa keberuntungan.

(28)

ぼり ) hanyalah salah satu simbol dari perayaan Kodomo no Hi (子どもの日),

tetapi dibalik dari semuanya itu koinobori ( 鯉のぼり ) mengandung makna lain yang perlu penulis teliti lebih jauh.

1.2 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang akan penulis bahas dalam penelitian ini adalah: 1. Mitos apa yang terdapat dalam koinobori ( 鯉のぼり) .

2. Bagaimana peranan mitos koinobori ( 鯉 の ぼ り ) dalam budaya Jepang.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini : 

1. Mendeskripsikan mitos yang terdapat pada koinobori ( 鯉のぼ り).

2. Mendeskripsikan peranan mitos koinobori ( 鯉のぼり ) dalam budaya Jepang.

(29)

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode mitologi karena sesuai dengan objek yang penulis teliti, yaitu mengenai mitos yang terdapat pada koinobori ( 鯉のぼり ).

Mitos adalah suatu pernyataan mengenai simbol, lambang, tanda sesuai dengan kenyataan dan merupakan peristiwa yang terjadi di dunia. Kata mitos itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu muthos. Muthos berarti cerita mengenai banyak dewa dan kekuatan manusia ( The Encyclopedia of religion, Eliade, hal:261 ). Dalam bahasa Jepang, mitos disebut shinwa ( 神話 ). Shinwa ( 神話 ) adalah cerita berintikan para dewata, mengenai mengenai asal usul terjadinya alam semesta, manusia, negara dan kebudayaan ( Nihon Bungakushi,1983:5 ).

Penulis menggunakan metode mitologi menurut Roland Barthes ( 1972 ). Barthes memaparkan mitologi melalui tanda-tanda dengan membahas historis tanda-tanda dan simbol. Tanda dan simbol yang dikatakan Barthes sama dengan Saussure, yaitu terdiri dari penanda dan petanda. Penanda adalah bentuk-bentuk dan medium yang diambil oleh suatu tanda, seperti sebuah bunyi, gambar, coretan. Petanda adalah konsep dan makna-makna. Barthes ( 1972 ) mengambil pendekatan Saussure ( 1960 ) dan menerapkan pada praktik-praktik budaya populer untuk melihat bagaimana peristiwa-peristiwa seperti budaya populer menciptakan makna.

Barthes menyatakan ada dua macam sistem pemaknaan, yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi merupakan tingkat makna yang deskriptif1

yang dipahami oleh

1

(30)

hampir semua anggota suatu kebudayaan. Konotasi merupakan, makna yang tercipta dengan cara menghubungkan penanda-penanda ( bunyi, gambar, coretan ) dengan aspek kebudayaan yang lebih luas, misalnya seperti keyakinan-keyakinan, sikap dan pandangan masyarakat sosial tertentu. Konotasi inilah yang disebut mitos. Meski mitos merupakan kontruksi sosial, mereka tampak seperti kebenaran-kebenaran universal yang tertanam dalam nalar sehari-hari.

Menurut Barthes mitos dan ideologi bekerja dengan cara mengalamiahkan penafsiran-penafsiran yang sebenarnya bersifat tidak tetap dan secara historis bersifat spesifik. Artinya mitos membuat pandangan dunia tertentu seolah-olah menjadi tidak mungkin ditentang karena itulah yang alami atau memang takdir Tuhan. ” Mitos bertugas memberikan pembenaran alamiah pada suatu intensi historis dan membuat kesementaraan seolah abadi ”( Barthes,1972:155 ).

Selain itu konotasi mitos yang lazim berupa cerita rakyat, legenda, dongeng dan lain-lain. Mitos telah menciptakan sejumlah teori kontemporer ( masa sekarang atau masa kini ). Dalam Mythologies, Barthes menunjukkan bahwa mitos bersifat universal.

(31)

Pada umumnya mitologi adalah suatu cerita yang menjelaskan dan melukiskan serta menggambarkan elemen dasar yang asli ( sesuai dengan kenyataan ) dan asumsi-asumsi budaya cerita mitos yang saling berkaitan. Sebagai contoh bagaimana dunia bermula, bagaimana manusia dan hewan tercipta, dan bagaimana adat-istiadat, gerak isyarat atau bentuk aktivitas manusia. Mitos sendiri dapat mengalami perubahan yang berbeda dari mitos-mitos masa lalu dengan sekarang.

Untuk melengkapi penulisan ini, penulis menggunakan teknik studi pustaka, dengan mencari data dari internet serta buku-buku yang mendukung penelitian.

1.5 Organisasi Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi kedalam empat bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Teori, Bab III Analisis data, Bab IV Kesimpulan.

(32)

Metodologi berisi cara pikir mitologis Barthes untuk mengarahkan pendeskripsian data-data. Organisasi Penulisan berisi sistematika penulisan dari Bab 1 pendahuluan sampai Bab IV kesimpulan.

Pada Bab II, penulis akan menguraikan mengenai teori mitos yang terkait dengan objek yang diteliti, yaitu mengenai: Sejarah koinobori ( 鯉のぼり ); Mitos apa yang berhubungan dengan jenis-jenis koinobori ( 鯉のぼり ); Mitos apa yang berhubungan dengan warna-warna koinobori ( 鯉 の ぼ り ); Mitos apa yang berhubungan dengan corak-corak koinobori ( 鯉 の ぼ り ); Mitos apa yang berhubungan dengan cara pemasangan koinobori ( 鯉 の ぼ り ), dan Mitos di Jepang.

(33)

BAB IV

KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan analisis terhadap koinobori dengan menggunakan metode Barthes, ternyata penulis menemukan banyaknya mitos yang terdapat pada jenis, warna, corak, dan cara pemasangan koinobori. Maka penulis menyimpulkan mitos-mitos tersebut sebagai berikut.

Mitos yang terdapat pada jenis-jenis koinobori adalah, kepercayaan orang Jepang terhadap kabuto yang melambangkan keperkasaan, Kintarou yang melambangkan kekuatan, ajaran mengenai moral dan kebajikan, semangat zaman Edo, dan takarabune yang membawa keberuntungan.

Mitos yang terdapat pada warna-warna koinobori adalah, kepercayaan orang Jepang mengenai koinobori hitam yang melambangkan ayah yang tegar dan kuat. Koinobori merah yang melambangkan seorang ibu yang tulus. Koinobori biru atau hijau yang melambangkan seorang anak yang aktif dan selalu bertumbuh. Mitos yang terdapat pada ketiga koinobori adalah sebagai lambang keluarga yang sejahtera.

Mitos yang terdapat pada corak-corak koinobori adalah adanya kepercayaan orang Jepang mengenai corak kabuto emas yang dipercaya dapat membawa keberuntungan. Corak burung bangau dan Kintarou yang dipercaya dapat membawa kebahagiaan dan umur panjang. Corak kipas yang mengajarkan tentang kebajikan

(34)

moral. Corak Edo yang dipercaya dapat membawa semangat pada zaman Edo. Corak kapal berharga ( takarabune ) dipercaya dapat membawa nasib baik.

Mitos yang terdapat pada cara pemasangan konobori adalah, saat ini orang Jepang percaya bahwa koinobori tidak selalu harus dipasang di halaman rumah, namun mereka percaya dengan memasang koinobori beranda ataupun di dalam rumah sekalipun, mereka tetap akan mendapatkan keberuntungan, kebahagiaan, dan sebagainya.

Makna konotasi dari semua mitos yang terdapat pada koinobori, semuanya mengandung makna yang positif, misalnya mengenai koinobori yang membawa keberuntungan, kebahagiaan, dan sebagainya. Namun pada dasarnya mitos mengenai koinobori adalah tradisi pemasangan koinobori pada perayaan Hari Anak-Anak dan kepercayaan agar anak-anak mereka tumbuh menjadi anak yang kuat dan sehat.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Barker, Chris, 2005. Cultural Studies. Yogyakarta: Bentang. Barthes, Roland, 1972. Mythologies.

Discover Japan vol 2. 1987. Japan: Kodansha International Ltd.

Fister, Pat , 1985. Tengu, the Mountain Goblin. New York: George Braziller, Inc. Iwasaka, Michiko and Toelken, Barre, 1999. Ghosts and the Japanese: Cultural. Jepang Dewasa Ini. Tokyo, Japan: The Internasional society for Educational inc. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1992. Jakarta.

Kawabata, Yasunari, 2002. The Japan Book. Tokyo: Kodansha. Koinobori, tanggal 26 Maret 2007

http://www.sainokuni-kanko.jp/english/crafts/20-koinobori.html

Lotus, John H, 10 Sept 1993. Festivals of Japan ( Nihon e Toki Jiten 4 ). Maureen Grace, Mhyts Folklore Storytelling.

Mizue Sasaki. Nihon Jijyou Nyuumon.

Mizuki, Shigeru, 2003. Mujara 3: Kinki-hen. Japan: Soft Garage. Nenchugyoji, tanggal 18 Mei 2007

http://www.nihongomemo.com/nenchugyoji:tangonosekku.html

Sawako, Noma,1991. 365Hi ( Kyou wa nan no Hi ka? ) Jiten. Japan: Kodansha. Seki, Keigo, 1966. Types of Japanese Folktales, Asian Folklore Studies.

(36)

Tanggonosekku, tanggal 2 November 2006

http://www.kongetsu.co.jp/tangonosekku/index.html Tokunagaigoi, tanggal 12 Oktober 2006

http://www.tokunagaigoi.co.jp/index.html Tokyoku, tanggal 5 Maret 2007

http://www.tokyoku.co.jp/koi/index.html

Usuda, Atsuko dkk, Februari 1992. Nihon no Kurashi Juunikka getsu. Japan: Apricot.

Vardaman, M. James, 1997. Japan from A to Z. Singapore. The Harnods web, tanggal 2 April 2007

www.HARNODS.com

Referensi

Dokumen terkait

245 TK MARDIRINI 1 WONOSALAM KECAMATAN WONOSALAM 246 TK MARDIRINI 2 WONOSALAM KECAMATAN WONOSALAM 247 TK MARDISIWI MRANGGEN KECAMATAN MRANGGEN 248 TK MARGO UTOMO

Berdasarkan hasil olah data dalam beberapa skenario yang telah diuji, ukuran kinerja Win Trades/Loss Trades indikator MACDCSO tidak terbukti lebih baik dari indikator

Keputusan Mentri Negara Pemberdayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Pedoman Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi

Dengan melalui pleno dua kali yakni pada 17 Mei 2019 dan 20 Mei 2019 maka diper- oleh 25 (dua puluh lima) Unit Kerja yang memenuhi syarat untuk diajukan sebagai predikat WBK dan

Topik ini membahas tentang penyebab gangguan ketidakimbangan cairan tubuh, cara evaluasi dan terapi cairan yang harus diberikan pada pasien hewan yang mengalami gangguan

Ada keterbatasan visual yang menentukan maksimum jarak dari area panggung yang mana jika jarak maksimun tersebut dilampaui maka penonton tidak bisa mengapresiasi

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (quasi experiment) dengan metode Posstest-Only Control Design. Dalam rancangan ini sampel dibagi menjadi dua kelompok

Alat alisis yang digunakan adalah analisis korelasi untuk melihat hubungan antara audit intern dengan pengendalian internb pada Bank Umum Konvensional di Wilayah