PERSEPSI STRATEGI KESANTUNAN TINDAK TUTUR
MEMERINTAH
SISWA SMP NEGERI 13 KERINCI
ARTIKEL
SUDARLI IDRIS NPM.12100118512011
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA
PERSEPSI STRATEGI KESANTUNAN TINDAK TUTUR MEMERINTAH SISWA SMP NEGERI 13 KERINCI
(THE PERCEPTION OF STUDENTS TOWARDS THE SPEECH ACT OF COMMANDING AT SMP NEGERI 13 KERINCI)
Sudarli Idris¹, Yusrita Yanti¹, Marsis¹ 1
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta
Email: sudarliidris@gmail.com
Abstract
The paper deals with the hierarchical perception of politeness strategiesin the speech act of governing used by the students of SMP Negeri 13 Kerinci based on different listener. It also describes and explainsthe hierarchical perception of politeness strategies used by the students based on gender differences, -male and female-, andex plains the comparison between the hierarchy of students’perceptionof politeness strategies based on different partner sspeec handgender. The subjects were students of SMP Negeri13Kerinci. The research datain terms of students assessment to a number ofspeech act of commanding. In analyzingthe data, the writer usedsome concepts proposed by Gunarwan(1992, 1994) on the perceptionof politenes sdirective in Indonesian, Searle cited by Yule(1996) about the speech act, Brown and Levinson (1987) on linguistic politeness strategies, Leech (1983) that states about politeness scale, and Sobur(2013) that tells abou tperception. Data were collected by questionnaire survey and interview techniques. Analysis ofthe data using a combination of methods (mixedmethods) stated by Sugiyono(2013). From the data analysis, the writer found(1) somedifferences of the students’ perception between known and unknown speakers and opponents,(2) the different of male students’ perception and female students’ perception hierarchically, (3) the differences and similarities of perception between speakers and opponents based on gender perception. As a result, female students tend to use the strategies on record with redressive action interms of positive politeness, and then the use off record strategy.
Keywords: perception, speech act, politeness strategy.
Abstrak
Makalah ini akan memaparkan persepsi strategi kesantunan memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci berdasarkan perbedaan mitra tutur, mendeskripsikan dan menjelaskan hirarkhi persepsi strategi kesantunan memerintah siswa berdasarkan perbedaan jenis kelamin, dan mendeskripsikan dan menjelaskan perbandingan hirarkhi persepsi strategi kesantunan memerintah siswa berdasarkan perbedaan mitra tutur dan jenis kelamin. Subjek penelitian adalah siswa SMP Negeri 13 Kerinci. Data penelitian berupa penilaian siswa terhadap sejumlah ujaran tindak tutur memerintah. Untuk menganalisis data, penulis menggunakan konsep Gunarwan (1992, 1994) tentang persepsi kesantunan direktif di dalam Bahasa Indonesia, Searle yang dikutip oleh Yule (1996) tentang tindak tutur, Brown dan Levinson (1987) tentang strategi kesantunan berbahasa,Leech (1983) tentang skala kesantunan berbahasa, dan Sobur (2013) tentang persepsi. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik survei kuesioner dan wawancara. Analisis data menggunakan metode
siswa laki-laki. Demikian juga dengan perbandingan persepsi siswa berdasarkan perbedaan mitra tutur dan jenis kelamin. Hasilnya menunjukkan perbedaan untuk masing-masing aspek penelitian.
Kata Kunci:persepsi, strategi bertutur, tindak tutur memerintah, strategi kesantunan
1. Pendahuluan
Tuturan memerintah merupakan bagian dari tindak tindak tutur direktif. Perintah diungkapkan oleh seorang penutur yang mempunyai peran atau kekuatan yang lebih besar daripada mitra tutur. Kartomihardjo (1988) mengatakan bahwa perintah berhubungan erat dengan status sosisal. Peserta interaksi yang berstatus sosial lebih tinggi biasanya bertindak sebagai pemberi perintah. Sebaliknya, peserta interaksi yang berstatus sosial lebih rendah bertindak sebagai penerima perintah. Perintah dapat berwujud aba-aba, amanat, arahan, instruksi, komando, mandat, order, suruhan, titah, tugas.
Penggunaan tidak tutur memerintah memiliki kekuatan yang dapat mengancam kelancaran berkomunikasi. Seperti yang diungkapkan oleh Gunarwan (1992), bahwa dengan memerintah atau meminta seseorang melakukan sesuatu, kita sebenarnya menghalangi kebebasan-nya untuk melakukan (bahkan untuk menikmati tindakannya). Misalnya kita memerintah seseorang yang sedang duduk sambil menikmati rokok untuk mengerjakan sesuatu, dapat diartikan sebagai upaya untuk tidak membiarkan mitra tutur melakukan dan menikmati kegiatannya itu. Untuk mengurangi ancaman tersebut, penutur membutuhkan strategi-strategi ataupun cara-cara tertentu dalam menyampaikan maksud tuturan. Brown dan Levinson (1987) memaparkan lima strategi yang dapat digunakan oleh penutur dalam bertutur. Selain itu, kesantunan bertutur berkaitan erat dengan norma dan nilai-nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat. Penutur yang santun adalah penutur yang menghargai nilai-nilai luhur tersebut.
Oleh sebab itu, semua peserta hendaknya memiliki kesantunan dalam bertutur, terutama pelajar sebagai generasi penerus bangsa.
Permasalahan yang muncul adalah bagaimanakah persepsi siswa terhadap santun tidaknya sebuah tuturan. Permasalahan ini belum banyak dikaji dan diteliti oleh peneliti sebelumnya. Hasil kajian pustaka menunjukkan bahwa peneliti-peneliti sebelumnya lebih tertarik mengkaji wujud ataupun strategi kesantunan itu sendiri. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci.
Tujuan penelitian adalah untuk men-deskripsikan dan menjelaskan hirarkhi persepsi strategi kesantunan memerintah berdasarkan perbedaan mitra tutur, mendeskripsikan dan menjelaskan hirar-khi persepsi siswa berdasarkan perbedaan jenis kelamin, dan mendeskripsikan dan menjelaskan hirarkhi perbandingan persepsi siswa berdasarkan perbedaan mitra tutur dan jenis kelamin.
strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa laki-laki dengan siswa perempuan terhadap mitra tutur yang baru dikenal.
2. Kajian Pustaka
Istilah dan teori tindak tutur diperkenalkan pertama kali oleh John L. Austin. Austin membagi tindak tutur menjadi tiga, yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindak lokusi merupakan tindakan bahasa jika kita ingin menyampaikan makna tertentu. Tindak tutur ini semata-mata hanya menuturkan sebuah kalimat tanpa mem-perhatikan konteksnya. Tindak ilokusi, oleh Gunarwan (1994), didefinisikan sebagai tindak melakukan sesuatu. Tindak ini berbeda dengan tindak lokusi karena memiliki daya (force), misalnya melapor, memeritah, dan mengancam. Tindak yang ketiga adalah tindak perlokusi. Gunarwan (1994) mengatakan bahwa tindak perlokusi mengacu ke efek yang dihasilkan penutur dengan mengatakan sesuatu.
Teori lain tentang tindak bahasa dike-mukakan oleh Searle. Yule (1996) seperti yang dikutip dari Searle, mengemukakan bahwa klasifikasi tindak tutur terdiri dari lima jenis, yakni: deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. Deklarasi adalah tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Representatif merupakan tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini oleh penutur. Ekspresif merupa-kan tindak tutur untuk menyatamerupa-kan sesua-tu yang dirasakan oleh penusesua-tur. Direktif merupakan tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain mela-kukan sesuatu. Komisif adalah tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang.
Brown dan Levinson (1987) mengkla-sifikasikan strategi bertutur berdasarkan konsep FTA. Strategi tersebut meliputi strategi dengan melakukan FTA dan strategi tidak melakukan FTA (tindak
tutur diam). Strategi dengan melakukan FTA, dapat diungkapkan secara langsung (on record) ataupun secara tidak langsung (off record). Strategi yang diungkapkan secara langsung (on record), dapat dilakukan tanpa adanya penyesuaian atau dilakukan dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian ter-tentu. Tuturan yang dilakukan dengan penyesuaian, berbentuk tindak tutur kesantunan positif dan tindak tutur kesantunan negatif.
Gunarwan (2003) mendefinisikan persepsi sebagai tilikan. intuisi ataupun pengetahuan yang diperoleh dengan melihat, mendengar atau membaca, yang selanjutnya dinyatakan dalam tanggapan setuju atau tidak setuju. Dalam hal ini, budaya merupakan sumber pengetahuan yang memiliki nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut milik bersama. Selain itu, nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi pola hidup bermasyarakat, termasuk pola berbahasa.
Menurut Sobur (2013) proses persepsi memiliki enam tahap yakni: menerima, rangsangan, menyeleksi rangsangan, pengorganisasian, penafsiran, pengecek-an, dan reaksi.
3. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kombinasi (mixed methods). Penelitian kombinasi merupakan perpaduan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk membantu memperjelas analisis data secara kualitatif, yaitu berupa hitungan jumlah dan persentase, dan rata-rata persepsi strategi kesantunan berbahasa. Adapun pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan data secara jelas dengan dibantu statistik sederhana.
data dan analisis data kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperkuat hasil analisis data kuantitatif.
Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Arikunto (1993 menyatakan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang menjelaskan data atau objek secara natural, objektif, dan faktual apa adanya). Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan apa adanya hasil dari pengumpulan data yang telah dilakukan oleh penulis. Alasan pemilihan metode deskriptif adalah karena metode ini dapat memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan bahasa, gejala atau kelompok tertentu.
Sebagai catatan, jenis penelitian ini mengacu kepada metodologi penelitian Gunarwan (1992), terutama dalam teknik pengumpulan dan pengolahan data. Namun penulis melakukan berbagai modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan karakter penelitian. Oleh sebab itu, topik, objek, konteks, dan situasi penelitiannya berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunarwan tersebut.
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 13 Kerinci. Yang bertindak sebagai responden adalah siswa-siswa dari sekolah tersebut.
Instrumen penelitian kuantitatif yang digunakan adalah angket sederhana yang berbentuk kuesioner. Tujuan pemberian angket adalah untuk menjaring data pribadi para responden dan penilaian mereka terhadap sejumlah bentuk ujaran tindak tutur memerintah. Skala penilaian-nya adalah 1 s.d. 5. Hal ini sesuai dengan jumlah strategi kesantuan bertutur yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson.
Data yang dibutuhkan adalah hasil penilaian responden terhadap sejumlah bentuk ujaran tindak tutur memerintah. Kepada responden, penulis menjelaskan bahwa tugas mereka adalah memberikan nilai 1 s.d. 5 untuk tuturan yang mereka nilai tidak santun s.d. tuturan yang mereka nilai sangat santun.
Metode pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan penyebaran kuesioner atau daftar pertanyaan yang terstruktur dan rinci untuk dinilai oleh responden. Data tersebut dikuantifikasikan untuk mencari bilangan rata-rata penilaian para responden. Penghitungan hasil temuan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mengalikan jumlah responden dengan dengan nilai yang mereka berikan untuk tiap-tiap bentuk tuturan; (2) menjumlahkan semua hasil perkalian pada (1); dan (3) membagi hasil penjumlahan pada (2) dengan semua jumlah responden. Bilangan yang diper-oleh dari hasil (3) itu adalah hasil rata-rata para responden untuk bentuk ujaran tertentu. Uraian tersebut dirumuskan dengan rumus sebagai berikut:
n1 x 1 + n2 x 2 ….n5 x 5
BR = n1 + n2 …..+ n5
Metode pengumpulan data kualitatif adalah wawancara. Metode ini dilakukan kepada beberapa orang responden, setelah mereka mengisi kuesioner. Dasar penggunaan metode ini adalah untuk mengetahui alasan responden memberi-kan nilai tiap-tiap tuturan. Selain itu, me-tode ini dijadikan sebagai gambaran atas kebenaran data yang diisi oleh responden. Analisis data kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan terhadap hasil penilaian persepsi siswa. Jika ditemukan adanya pertentangan antara kedua data tersebut, penulis menguji kembali data penelitian kualitatif. Pengujian tersebut dilakukan hingga hasil penelitian menunjukkan adanya kesamaan data.
4. Pembahasan
Pada bagian ini, dijelaskan pembahas-an hasil penelitipembahas-an berupa persepsi stra-Keterangan
BR = bilangan / nilai rata-rata
n1 = jumlah responden yang memberikan
nilai 1
n2 = jumlah responden yang memberikan
nilai 2
tegi kesantunan berdasarkan perbedaan mitra tutur; persepsi strategi kesantunan perbedaan jenis kelamin; dan perbanding-an persepsi strategi kesperbanding-antunperbanding-an perbedaperbanding-an mitra tutur dan jenis kelamin.
a. Persepsi Strategi Kesantunan Memerintah Siswa SMP Negeri 13
Kerinci Berdasarkan Perbedaan Mitra Tutur
Persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci berdasarkan perbedaan mitra tutur, digambarkan dalam tabel 1.
Tabel 1 Persepsi Strategi KesantunanTindak Tutur Memerintah Siswa SMP Negeri 13 Kerinci
Berdasarkan Perbedaan Mitra Tutur
Distribusi Skor Responden untuk Setiap Tuturan No. Jenis Strategi Aspek
1 2 3 4 5
A B BR %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sudah Dikenal 90 61 7 2 2 251 162 1,55 10,33 1 Langsung tanpa
basa-basi (LTB) Baru Dikenal 90 53 7 6 6 271 162 1,67 11,15 Sudah Dikenal 2 11 31 27 91 680 162 4,20 27,98 2 Kesantunan
positif (KP) Baru Dikenal 4 11 35 41 71 650 162 4,01 26,75 Sudah Dikenal 4 16 50 68 24 578 162 3,57 23,79 3 Kesantunan
negatif (KN) Baru Dikenal 0 18 59 50 35 588 162 3,63 24,20 Sudah Dikenal 7 12 55 56 32 580 162 3,58 23,87 4 Samar-samar
(SS) Baru Dikenal 6 16 54 56 30 574 162 3,54 23,62 Sudah Dikenal 59 62 19 9 13 341 162 2,10 14,03 5 Dalam Hati
(DH) Baru Dikenal 62 64 7 9 20 347 162 2,14 14,28
Temuan yang menarik dari tabel 1 adalah kecenderungan siswa menempat-kan strategi kesantunan positif sebagai strategi yang paling santun dibandingkan dengan keempat strategi lainnya. Berdasarkan skala yang dikemukan oleh Leech, strategi bertutur samar-samar yang digunakan dalam penelitian ini yakni tuturan ”Batas waktu untuk mengumpulkan tugas bahasa Indonesia tinggal dua hari lagi. Jika buku paketnya tidak ada, apakah saya bisa
menyelesaikan PR yang sebanyak itu?”
memiliki tingkat ketidaklangsungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tuturan
“Saya tahu kamu masih membutuhkan buku yang kamu pinjam kemarin, tapi pekerjaan rumah saya belum siap.... Saya lagi yang pakai, ya?. Dengan demikian, tuturan pada strategi samar-samar dinilai lebih santun daripada tuturan pada strategi kesantunan positif. Dari beberapa
responden yang memberi nilai tertinggi untuk strategi tersebut, diperoleh gam-baran bahwa penggunaan strategi bertutur tersebut bertujuan agar mitra tutur tidak bersikap apatis atau seolah-olah tidak memahami maksud penutur.
menyampaikan maksud tuturan, strategi bertutur langsung tanpa basa-basi memiliki tingkat ketidaklangsungan yang rendah. Temuan ini menunjukkan bahwa siswa SMP Negeri 13 Kerinci memiliki kecenderungan bertutur santun kepada orang atau teman yang baru dikenal. Dari beberapa responden, diperoleh gambaran
bahwa mereka lebih menghargai kesantunan dan nilai-nilai persahabatan daripada berlaku kasar kepada temannya.
Gambaran hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci berdasar-kan perbedaan mitra tutur, ditunjukberdasar-kan oleh tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Hirarkhi Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa SMP Negeri 13 Kerinci
Berdasarkan Perbedaan Mitra Tutur
Aspek Hirarkhi Jenis Strategi Sudah Dikenal KP - SS - KN - DH - LTB Baru Dikenal KP - KN - SS - DH - LTB
Tabel 2 menggambarkan bahwa siswa SMP Negeri 13 Kerinci memiliki persepsi yang sama dalam menggunakan KP, DH, dan LTB. Perbedaan persepsi hanya terjadi pada KN dan SS. Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap strategi kesantunan tindak tutur memerintah, baik antara mitra tutur yang sudah dikenal ataupun dengan mitra tutur yang baru dikenal, cenderung sama. Kesamaan persepsi ini didukung oleh banyak persamaan skor dan jumlah responden untuk setiap strategi bertutur. Pada strategi bertutur langsung tanpa basa-basi, persamaan persepsi terjadi pada dua skor penilaian, yakni skor 1 dan 3. Jumlah responden yang memberikan persepsi yang sama pada strategi kesantunan positif terjadi pada bobot nilai 2. Sedangkan pada strategi bertutur samar-samar dan dalam hati, jumlah responden memberikan persepsi yang sama terjadi pada bobot nilai 4.
Terkait dengan masalah tersebut, temuan lainnya adalah bilangan rata-rata kedua latar penelitian. Selisih bilangan rata-rata antara teman yang sudah dikenal dengan orang yang baru dikenal, sangat kecil. Perbedaan hanya berberkisar dalam bentuk desimal. Capaian perbedaan tertinggi terjadi pada strategi kesantunan
positif. Selisih antara kedua aspek tersebut adalah 0,19. Sedangkan pada strategi lainnya, selisihnya lebih kecil dari angka tersebut. Bahkan pada strategi bertutur samar-samar dan strategi bertutur dalam hati memiliki nilai selisih terkecil, yakni 0,04.
Meskipun demikian, hasil analisis tetap menunjukkan adanya perbedaan. Secara hirarkhi, penggunakan KN dan SS untuk aspek mitra tutur yang sudah dikenal berbeda dengan mitra tutur yang baru dikenal. Selain itu, bilangan rata-rata kedua aspek menunjukkan perbedaan antara mitra tutur yang sudah dikenal dengan mitra tutur yang baru dikenal. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa siswa SMP Negeri 13 Kerinci memiliki perbedaan persepsi strategi kesantunan memerintah berdasarkan perbedaan mitra tutur.
b. Persepsi Strategi Kesantunan Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin
Tabel 3 Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa SMP Negeri 13 Kerinci
Bardasarkan Perbedaan Jenis Kelamin
Distribusi Skor Responden untuk Setiap Tuturan No. Jenis Strategi Aspek
1 2 3 4 5
A B BR %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Laki-laki 81 48 10 3 4 239 146 1,64 10,88 1 Langsung tanpa
basa-basi (LTB) Perempuan 99 66 4 5 4 281 178 1,58 10,58 Laki-laki 1 16 36 32 61 574 146 3,93 26,14 2 Kesantunan
positif (KP) Perempuan 5 6 30 36 101 755 178 4,24 28,44 Laki-laki 3 16 42 56 29 530 146 3,63 24,13 3 Kesantunan
negatif (KN) Perempuan 1 18 67 62 30 633 178 3,56 23,84 Laki-laki 9 14 44 49 30 515 146 3,53 23,45 4 Samar-samar
(SS) Perempuan 4 14 65 63 32 635 178 3,57 23,92 Laki-laki 52 52 14 6 22 332 146 2,27 15,12 5 Dalam Hati
(DH) Perempuan 69 74 12 12 11 351 178 1,97 13,22
Dari tabel 3, temuan yang menarik tergambar pada aspek perempuan. Pada aspek tersebut, strategi kesantunan negatif dengan strategi bertutur samar-samar memiliki selisih nilai bilangan rata-rata yang hampir sama. Selisih yang dihasilkan kedua bilangan tersebut adalah 0,01. Selain itu, sebaran nilai untuk kedua strategi inipun relatif sama. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua strategi ini sering digunakan secara berimbang oleh responden dalam berkomunikasi.
Gambaran tentang persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah sis-wa SMP Negeri 13 Kerinci berdasarkan perbedaan mitra tutur ditunjukkan oleh tabel 4 berikut ini.
Tabel 4 Hirarkhi Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa SMP Negeri 13 Kerinci
Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin
Aspek Hirarkhi Jenis Strategi Laki-laki KP - KN - SS - DH - LTB Perempuan KP - SS - KN - DH - LTB
Perbandingan persepsi siswa berdasar-kan jenis kelamin, memperlihatkan bahwa siswa SMP Negeri 13 Kerinci memiliki kesamaan persepsi dalam menggunakan KP, DH, dan LTB. Perbedaan persepsi hanya terjadi pada KN dan SS. Hasil ini menunjukkan persamaan dengan perbandingan persepsi siswa berdasarkan perbedaan mitra tutur. Selain itu, hasil ini juga menunjukkan bahwa persepsi strategi kesantunan tindak
tutur memerintah antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan relatif sama.
memerintah berdasarkan perbedaan jenis kelamin.
c. Perbandingan Persepsi Strategi Ke-santunan Berdasarkan Perbedaan Mitra Tutur dan Jenis Kelamin 1) Persepsi Strategi Kesantunan
Tindak Tutur Memerintah Siswa Laki-laki SMP Negeri 13
Kerinci Berdasarkan Perbedaan Mitra Tutur
Persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa laki-laki SMP Negeri 13 Kerinci terhadap lawan tutur yang berbeda, digambarkan dalam tabel 5 berikut ini.
Tabel 5Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Laki-laki SMP Negeri 13 Kerinci
Bardasarkan Perbedaan Mitra Tutur
Distribusi Skor Responden untuk Setiap Tuturan N
o. Jenis Strategi Aspek
1 2 3 4 5
A B BR %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sudah Dikenal 39 25 6 1 2 121 73 1,66 11,05 1 Langsung tanpa
basa-basi (LTB) Baru Dikenal 42 23 4 2 2 118 73 1,62 10,78 Sudah Dikenal 0 9 15 14 35 294 73 4,03 26,85 2 Kesantunan
positif (KP) Baru Dikenal 1 7 21 18 26 280 73 3,84 25,57 Sudah Dikenal 3 7 20 31 12 261 73 3,58 23,84 3 Kesantunan
negatif (KN) Baru Dikenal 0 9 22 25 17 269 73 3,68 24,57 Sudah Dikenal 5 6 20 26 16 261 73 3,58 23,84 4 Samar-samar
(SS) Baru Dikenal 4 8 24 23 14 254 73 3,48 23,20 Sudah Dikenal 26 26 12 1 8 158 73 2,16 14,43 5 Dalam Hati
(DH) Baru Dikenal 26 26 2 5 14 174 73 2,38 15,89
Dari tabel tersebut, yang menarik untuk diamati adalah sebaran nilai yang dianggap tidak santun (1) dan kurang santun (2). Tuturan yang dinilai responden dengan angka ini, sebarannya hampir sama. Hal ini terlihat pada strategi bertutur dalam hati dan strategi bertutur langsung tanpa basa-basi. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah
siswa laki-laki SMP Negeri 13 Kerinci, memiliki kesamaan persepsi dalam menggunakan kedua strategi bertutur tersebut.
Dari tabel 3 tersebut, gambaran tentang hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci berdasarkan perbedaan mitra tutur ditunjukkan oleh tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Hirarkhi Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah
Siswa Laki-laki SMP Negeri 13 Kerinci Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin
Aspek Hirarkhi Jenis Strategi Sudah Dikenal KP - SS- KN - DH - LTB Baru Dikenal KP - KN - SS - DH - LTB
Tabel 6 memperlihatkan bahwa per-sepsi strategi kesantunan berbahasa siswa
yang sudah dikenal dengan kepada mitra tutur yang baru dikenal. Kecenderungan hirarkhi strategi bertutur kepada mitra tutur yang sudah dikenal adalah KP-SS-KN-DH-LTB sedangkan kepada mitra tutur yang baru dikenal adalah KP-KN-SS-DH-LTB.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek mitra tutur, siswa laki-laki SMP Negeri 13 kerinci tidak memiliki perbedaan persepsi. Perbedaan hanya ditunjukkan oleh hasil penghitungan kedua aspek tersebut.
2) Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Perempuan SMP Negeri 13 Kerinci Berdasarkan Perbedaan Mitra Tutur
Persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa perempuan SMP Negeri 13 Kerinci terhadap lawan tutur yang berbeda, digambarkan dalam tabel 7 berikut ini.
Tabel 7 Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Perempuan SMP Negeri 13 Kerinci
Bardasarkan Perbedaan Mitra Tutur
Distribusi Skor Responden untuk Setiap Tuturan No. Jenis Strategi Aspek
1 2 3 4 5
A B BR %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sudah Dikenal 51 36 1 1 0 130 89 1,46 9,74 1 Langsung tanpa
basa-basi (LTB) Baru Dikenal 48 30 3 4 4 153 89 1,72 11,46 Sudah Dikenal 2 2 16 13 56 386 89 4,34 28,91 2 Kesantunan
positif (KP) Baru Dikenal 3 4 14 23 45 370 89 4,16 27,72 Sudah Dikenal 1 9 30 37 12 317 89 3,56 23,75 3 Kesantunan
negatif (KN) Baru Dikenal 0 9 37 25 18 319 89 3,58 23,90 Sudah Dikenal 2 6 35 30 16 319 89 3,58 23,90 4 Samar-samar
(SS) Baru Dikenal 2 8 30 33 16 320 89 3,60 23,97 Sudah Dikenal 33 36 7 8 5 183 89 2,06 13,71 5 Dalam Hati
(DH) Baru Dikenal 36 38 5 4 6 173 89 1,94 12,96
Temuan yang menarik terhadap mitra tutur yang sudah dikenal adalah responden tidak memberikan skor tertinggi pada strategi bertutur langsung tanpa basa-basi. Skor 3 dan 4 untuk kategori santun dan cukup santunpun terdiri dari 1 responden. Dari hasil wawancara di lapangan, diperoleh gambaran bahwa mereka tidak menyukai dan jarang menggunakan strategi ini dalam berkomunikasi.
Dari perbandingan aspek mitra tutur yang sudah dikenal dengan mitra tutur yang baru dikenal, temuan yang menarik untuk diamati adalah persepsi siswa terhadap strategi bertutur samar-samar. Sebaran nilai untuk masing-masing skor
Gambaran tentang hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13
Kerinci berdasarkan perbedaan mitra tutur ditunjukkan oleh tabel 8 berikut ini.
Tabel 8 Hirarkhi Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Perempuan SMP Negeri 13 Kerinci
Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin
Aspek Hirarkhi Jenis Strategi Sudah Dikenal KP - SS - KN - DH - LTB Baru Dikenal KP - SS - KN - DH - LTB
Tabel 8 memperlihatkan bahwa persepsi strategi kesantunan berbahasa siswa perempuan SMP Negeri 13 Kerinci tidak memiliki perbedaan hirarkhi antara mitra tutur yang sudah dikenal dengan kepada mitra tutur yang baru dikenal. Perbedaan antara kedua aspek ini hanya ditunjukkan oleh berolehan nilai dari persepsi responden.
3) Perbandingan Persepsi Strategi Kesantunan Siswa Laki-laki dan Perempuan Terhadap Mitra Tutur yang Sudah Dikenal
Persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa laki-laki dan perempuan SMP Negeri 13 Kerinci terhadap mitra tutur yang sudah dikenal, digambarkan dalam tabel 9 berikut ini.
Tabel 9 Perbandingan Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan SMP Negeri 13 Kerinci
Terhadap Mitra Tutur yang Sudah Dikenal
Distribusi Skor Responden untuk Setiap Tuturan N
o. Jenis Strategi Aspek
1 2 3 4 5
A B BR %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1
Laki-laki 39 25 6 1 2 121 73 1,66 11,05 1 Langsung tanpa
basa-basi (LTB) Perempuan 51 36 1 1 0 130 89 1,46 9,74 Laki-laki 0 9 15 14 35 294 73 4,03 26,85 2 Kesantunan
positif (KP) Perempuan 2 2 16 13 56 386 89 4,34 28,91 Laki-laki 3 7 20 31 12 261 73 3,58 23,84 3 Kesantunan
negatif (KN) Perempuan 1 9 30 37 12 317 89 3,56 23,75 Laki-laki 5 6 20 26 16 261 73 3,58 23,84 4 Samar-samar
(SS) Perempuan 2 6 35 30 16 319 89 3,58 23,90 Laki-laki 26 26 12 1 8 158 73 2,16 14,43 5 Dalam Hati
(DH) Perempuan 33 36 7 8 5 183 89 2,06 13,71
Dari tabel tersebut, yang menarik untuk diamati adalah persepsi terhadap strategi bertutur samar-samar. Kedua aspek dalam strategi ini menunjukkan berbagai kesamaan. Bilangan rata-rata kedua aspek ini sama. Bahkan untuk persepsi tuturan yang dinilai tidak santun
hampir berimbang. Akibatnya, kedua aspek ini memiliki kesamaan bilangan rata-rata. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa strategi berutur samar-samar terhadap orang yang sudah dikenal, tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin.
Gambaran hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa laki-laki dan perempuan SMP Negeri 13 Kerinci terhadap mitra tutur yang sudah dikenal, ditunjukkan oleh tabel 10 berikut ini.
Tabel 10 Hirarkhi Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan SMP Negeri 13 Kerinci
Terhadap Mitra Tutur yang Sudah Dikenal
Aspek Hirarkhi Jenis Strategi Laki-laki KP - SS - KN - DH - LTB Perempuan KP - SS - KN - DH - LTB
Tabel 10 menunjukkan bahwa persepsi strategi kesantunan berbahasa siswa SMP Negeri 13 Kerinci tidak memiliki perbedaan hirarkhi antara responden laki-laki dengan responden perempuan. Perbedaan antara kedua aspek ini hanya ditunjukkan oleh perolehan nilai dari persepsi responden.
4) Perbandingan Persepsi Strategi Kesantunan Siswa Laki-laki dan Perempuan Terhadap Mitra Tutur yang Baru Dikenal
Persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa laki-laki dan perempuan SMP Negeri 13 Kerinci terhadap mitra tutur yang sudah dikenal, digambarkan dalam tabel 11 berikut ini.
Tabel 11 Perbandingan Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan SMP Negeri 13 Kerinci
Terhadap Mitra Tutur yang Baru Dikenal
Distribusi Skor Responden untuk Setiap Tuturan N
o. Jenis Strategi Aspek
1 2 3 4 5
A B BR %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1
Laki-laki 42 23 4 2 2 118 73 1,62 10,78 1 Langsung tanpa
basa-basi (LTB) Perempuan 48 30 3 4 4 153 89 1,72 11,46 Laki-laki 1 7 21 18 26 280 73 3,84 25,57 2 Kesantunan
positif (KP) Perempuan 3 4 14 23 45 370 89 4,16 27,72 Laki-laki 0 9 22 25 17 269 73 3,68 24,57 3 Kesantunan
negatif (KN) Perempuan 0 9 37 25 18 319 89 3,58 23,90 Laki-laki 4 8 24 23 14 254 73 3,48 23,20 4 Samar-samar
(SS) Perempuan 2 8 30 33 16 320 89 3,60 23,97 Laki-laki 26 26 2 5 14 174 73 2,38 15,89 5 Dalam Hati
(DH) Perempuan 36 38 5 4 6 173 89 1,94 12,96
Dari tabel tersebut, yang menarik untuk diamati adalah persepsi siswa ter-hadap strategi kesantunan negatif. Kedua
untuk persepsi tuturan yang dinilai tidak santun, kurang santun dan santun (skor 1, 2, dan 4) responden laki-laki dan responden perempuan, jumlahnya sama. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa penggunaan strategi kesantunan negatif terhadap orang yang baru dikenal, tidak
dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin.
Gambaran hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah sis-wa SMP Negeri 13 Kerinci berdasarkan mitra tutur, ditunjukkan oleh tabel 12 berikut ini.
Tabel 12 Hirarkhi Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan SMP Negeri 13 Kerinci
Terhadap Mitra Tutur yang Baru Dikenal
Aspek Hirarkhi Jenis Strategi Laki-laki KP - SS - KN - DH - LTB Perempuan KP - KN - SS - DH - LTB
Tabel 12 memperlihatkan bahwa persepsi strategi kesantunan berbahasa siswa SMP Negeri 13 Kerinci terhadap mitra tutur yang baru dikenal, memiliki perbedaan antara responden laki-laki dengan responden perempuan. Respon-den laki-laki cenderung menggunakan pola KP-SS-KN-DH-LTB, sedangkan responden perempuan menggunakan pola KP-KN-SS-DH-LTB. Selain itu, nilai yang diberikan oleh responden terhadap masing-masing strategi, menunjukkan perbedaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terhadap mitra tutur yang baru dikenal, persepsi strategi kesantunan tindak tutur siswa laki-laki SMP Negeri 13 Kerinci, memiliki perbedaan dengan siswa perempuan.
5. Simpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian, simpulan yang diperoleh tentang persepsi siswa terhadap strategi kesantunan bertutur Brown dan Levinson adalah sebagai berikut.
Pertama, terdapat perbedaan hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci terhadap mitra tutur mitra tutur yang sudah dikenal dengan mitra tutur yang baru dikenal. Hirarkhi persepsi kesantunan bertutur siswa terhadap mitra tutur yang sudah dikenal adalah strategi
bertutur kesantunan positif, samar-samar, kesantunan negatif, dalam hati, dan lang-sung tanpa basa-basi, sedangkan hirarkhi persepsi kesantunan bertutur siswa kepada mitra tutur yang baru dikenal adalah strategi bertutur kesantunan positif, kesantunan negatif, samar-samar, dalam hati, dan langsung tanpa basa-basi.
yang memiliki tingkat kelangsungan yang lebih tinggi.
Kedua, terdapat perbedaan hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Selain perbedaan kecenderungan penggunaan KN dan SS, bilangan rata-rata siswa perempuan terhadap kedua strategi ini lebih dominan dibandingkan dengan siswa laki-laki. Timbul perbedaan ini, seperti diungkap-kan oleh Chaer (2010) yang dikutip dari Brown dan Levinson, adalah karena dalam kesehariannya perempuan lebih banyak berhubungan dengan hal-hal yang bersifat keindahan dan perasaan. Sedangkan laki-laki lebih mengutamakan akal dan pikirannya dalam bekerja.
Ketiga, terdapat perbedaan dan persamaan hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci berdasarkan perbedaan mitra tutur dan jenis kelamin. Perbedaan dan persamaan yang dimaksud adalah hirarkhi persepsi strategi kesantunan memerintah siswa laki-laki terhadap mitra tutur yang sudah dikenal adalah strategi bertutur kesan-tunan positif, samar-samar, kesankesan-tunan negatif, dalam hati, dan langsung tanpa basa-basi, sedangkan hirarkhi persepsi kesantunan bertutur siswa laki-laki terhadap mitra tutur yang baru dikenal adalah strategi bertutur kesantunan positif, kesantunan negatif, samar-samar, dalam hati, dan langsung tanpa basa-basi; hirarkhi persepsi strategi kesantunan memerintah siswa perempuan menunjuk-kan persa-maan persepsi antara mitra tutur yang sudah dikenal dengan mitra tutur yang baru dikenal. Hirarkhi persepsi tersebut adalah strategi bertutur kesantunan positif, samar-samar, kesantunan negatif, dalam hati, dan langsung tanpa basa-basi. Perbedaan hanya dibuktikan oleh perbedaan nilai yang diberikan oleh responden; terhadap mitra tutur yang sudah dikenal, hirarkhi persepsi strategi kesantunan memerintah siswa laki-laki menunjukkan persamaan
persepsi dengan siswa perempuan. Hirarkhi persepsi tersebut adalah strategi bertutur kesantunan positif, samar-samar, kesantunan negatif, dalam hati, dan langsung tanpa basa-basi. Perbedaan hanya dibuktikan oleh perbedaan nilai yang diberikan oleh responden; dan terhadap mitra tutur yang baru dikenal, persepsi strategi kesantunan memerintah siswa laki-laki adalah strategi bertutur kesantunan positif, samar-samar, kesantunan negatif, dalam hati, dan langsung tanpa basa-basi, sedangkan persepsi siswa perempuan adalah strategi bertutur kesantunan positif, kesantunan negatif, samar-samar, dalam hati, dan langsung tanpa basa-basi.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Brown, Penelope dan Stephen Levinson.
1987.Politeness: Some Universals in Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press.
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Cummings, Louise. 2005. Pragmatics: A
Multidisciplinary Perspective. Edinburgh: Edinburgh University Press.
Gunarwan, Asim. 1992. “Persepsi Kesantunan Direktif di dalam Bahasa Indonesia di Antara Beberapa Kelompok Etnik di Jakarta”. dalam
Pellba V. Hal. 179-201. Jakarta:
Unika Atma Jaya.
_______ 1994. “Pragmatik: Pandangan Mata Burung” dalam Menggiring Rekan Sejati. Hal. 37-60. Jakarta: Unika Atma Jaya.
Kartomihardjo, Soeseno. 1988. Bahasa, Cermin Kehidupan Bermasyarakat. Jakarta: P2LPTR.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan M.D.D.Oka. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Manaf, Ngusman Abdul. 2010.
“Peminimalan Beban dan Peminimalan Paksaan Sebagai Cara Berperilaku Santun dalam Bahasa Indonesia”. Dalam Jurnal pendidikan dan Kebudayaan Vol. 16 N0. 1. Hal. 38-50. Januari 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementrin
Pendidikan Nasional.
Sobur, Alex. 2013. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.