• Tidak ada hasil yang ditemukan

FENOMENA PRESIDEN BOLEH DIKRITIK NAMUN T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FENOMENA PRESIDEN BOLEH DIKRITIK NAMUN T"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN PUBLIK

PRESIDEN BOLEH DIKRITIK NAMUN TIDAK BOLEH DIHINA

Dosen Drs. Asmungi

Disusun Oleh

Brilliant Charisma Fadila Afif 27.0410

Bayu Setyo Wibowo 27.

Jane Mien Novita Saday 27.

FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

(2)

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

Langkah pemerintah menghidupkan kembali pasal pelarangan penghinaan itu hanya akan merusak reputasi pemerintah Jokowi dan, lebih jauh lagi, membahayakan demokrasi Indonesia dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Sekadar untuk menyegarkan ingatan, pasal pelarangan itu semula ada dalam KUHP yang merupakan warisan pemerintah kolonial Belanda. Kehadiran pasal itu digunakan baik di masa pemerintah Soekarno dan Soeharto untuk menakut-nakuti mereka yang berani melawan pemerintahan yang sedang berkuasa.

Pasal itu dicabut oleh Mahkamah Konstitusi pada 2006 dengan alasan bertentangan dengan UUD 1945. Kini dalam usulan RUU KUHP, pemerintah kembali berusaha menghidupkan pasal pelarangan penghinaan terhadap Presiden dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara.

Penghinaan tentu harus dibedakan dengan Fitnah. Penghinaan adalah opini yang merendahkan seseorang; sementara fitnah atau pencemaran nama baik merujuk pada tuduhan atau pengungkapan fakta yang tidak benar yang merusak reputasi atau nama baik seseorang.

Dengan kata lain, mengatakan Jokowi adalah pemimpin yang tolol, bodoh, tidak becus, sama dengan kodok, sekadar petugas partai adalah penghinaan. Tapi mengatakan Jokowi korup tanpa ada bukti bahwa Jokowi korup, atau Jokowi anak anggota PKI padahal bukan adalah fitnah atau pencemaran nama baik.

Begitu juga dengan meme yang menggambarkan Jokowi berwajah srigala, atau kodok, atau kerbau adalah penghinaan. Itu bukan fitnah. Tapi dokumen yang menuduh Jokowi memiliki rekening uang dalam jumlah besar di bank asing padahal tidak benar, atau transkrip pembicaraan yang sebenarnya tidak pernah terjadi atau salinan akte kelahiran palsu yang menunjukkan nama asli Jokowi adalah nama lain, masuk dalam kategori fitnah.

Dalam negara seperti Indonesia, penghinaan terhadap Presiden sebaiknya tidak mendapat ancaman pidana karena sejumlah hal.

(3)

dipahami sebagai bagian (atau ekses) sah dari tradisi kebebasan berekspresi. Bila kini, para warga masyarakat ini ditakut-takuti untuk bicara, mereka akan kehilangan keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya. Bila ini terjadi, yang rugi adalah bangsa Indonesia.

Kedua, istilah ‘penghinaan’ itu adalah istilah yang dapat ditafsirkan sangat luas. Sebagai contoh, pernyataan ‘Presiden Jokowi adalah presiden terburuk dalam sejarah Indonesia’ atau ‘Jokowi sebaiknya mengurus keluarga saja, daripada mengurus negara’ bisa dengan mudah dinyatakan sebagai ‘penghinaan’.

Ketiga, bila pemerintah diberi otoritas untuk mengatur bentuk ekspresi kritis masyarakat , ini bisa dimanfaatkan mereka yang berkuasa untuk memberangus setiap bentuk sikap kritis masyarakat. Indonesia pernah punya pengalaman panjang seperti ini di masa Orde Lama dan Orde Baru. Dengan segenap alasan yang seolah nampak luhur, pemerintah membungkam sikap kritis masyarakat. Pemerintah manapun selalu punya kecenderungan atau potensi untuk memberangus suara oposisi. Karena itu masyarakat jangan pernah memberi peluang bagi pemerintah untuk memilki kekuasaan untuk mengatur lalu lalang opini dan ekspresi masyarakat tentang pemerintah. Yang dilarang adalah penyiaran kebohongan dan fitnah. Titik.

Keempat, dengan merujuk pada pengalaman Indonesia paca otoritarianisme, ada cukup bukti bahwa hukum berpotensi dimanipulasi. Misalnya, pasal ‘pencemaran nama baik’ yang termuat dalam UU Informasi Transaksi dan Eelektronik digunakan untuk memberangus hak warga untuk bicara secara kritis. Kasus Prita Mulyasari yang sempat masuk penjara karena mengeritik perlakuan terhadapnya oleh sebuah Rumah Sakit Swasta adalah bukti kuat bagaimana sebuah pasal hukum yang semula nampak wajar dapat dimanipulasi dengan cara sedemikian rupa oleh mereka yang memiliki kekuasaan (dalam hal ini, kekuasaan ekonomi) untuk menindas rakyat. Hukum di Indonesia dapat dengan mudah dimanfaatkan dan dibelokkan oleh mereka yang berkuasa untuk kepentingan mereka. Karena itu, cara terbaik untuk mencegah kejahatan kekuasaan ini adalah dengan tidak membiarkan hadirnya pasal-pasal yang dapat dimanipulasi oleh penguasa. Bila pasal’pencemaran nama baik’ saja bisa dimanipulasi, apalagi pasal ‘penghinaan Presiden’ yang penafsirannya bisa lebih melebar.

(4)

bersuara pedas. Dalam demokrasi, Presiden bukanlah raja, bukan titisan dewa, bukan manusia suci. Presiden adalah warga yang dipilih secara kolektif untuk memimpin bangsa. Warga masyarakat pada dasarnya berdiri sejajar dengan Presiden. Karena itu penghinaan terhadap Presiden sebaiknya dipandang sebagai hal biasa-biasa saja. Indonesia sudah berhasil membangun tradisi demokrasi yang sehat selama 15 tahun terakhir. Bila ini kembali diubah, pemerintah dan DPR , Indonesia kembali mundur ke dunia gelap di masa lalu.

Keenam, penghinaan tidak akan merusak reputasi atau nama baik seorang Presiden. Penghinaan mungkin tidak menyenangkan bagi mereka yang dihina, namun itu tak akan merusak reputasi atau nama baik mereka yang dihina. Ini berbeda dengan fitnah yang bisa menghancurkan hidup seseorang. Bila Jokowi diejek sebagai kodok, tidak akan ada orang yang menganggap Jokokwi sebagai kodok.

Ketujuh, warga masyarakat pada dasarnya tidak pasif dan tidak bodoh. Bila presidennya dihina sementara sang presiden bekerja secara benar, mereka justru akan menganggap yang menghina sebagai kalangan yang bodoh, sakit hati, ‘gagal move on’, pecundang, pengecut atau sekadar meracau. Coba lihat tokoh seperti Fahri Hamzah yang terus menerus menghina Jokowi. Ucapan-ucapannya hanya akan didengar para ‘Jokowi haters’, tapi secara umum hanya jadi bahan tertawaan.

Kedelapan, penghinaan pada Presiden pada dasarnya adalah semacam bentuk kontrol sosial yang akan membuat pemimpin bersikap hati-hati dan dipaksa untuk memberikan yang terbaik bagi rakyat. Dengan kesadaran bahwa langkah-langkahnya akan terus diawasi masyarakat dan berpotensi untuk di’bully’, seorang pemimpin akan selalu mempertimbangkan apa dampak yang akan ditimbulkan oleh lengkah-langkahnya.

(5)

dinyatakan bersalah tapi Megawati dijadikan bahan tertawaan karena tuntutannya itu.

(6)

1.2 Batasan Masalah

Tidak ada urgensinya untuk menghidupkan pasal itu kembali. Menurutnya, upaya itu melanggar nilai-nilai demokrasi dan karena itu pula, sebenarnya pasal itu sudah dinyatakan inkonstitusional oleh Mahkamah Kontitusi (MK) melalui putusan No. 013-022/PUUIV/2006.

"Pasal itu sudah tidak relevan dengan demokrasi dan negara hukum modern. Di negara-negara asalnya, yaitu negara-negara monarki di Eropa, pasal itu sudah ditinggalkan," tutur Bivitri saat dihubungi SINDOnews, Sabtu (10/2/2018).

Jika pasal itu dihidupkan kembali, dampaknya adalah makin besarnya hambatan bagi warga negara untuk menyampaikan kritiknya terhadap pemerintah. Karena pasal itu sangat "karet" dan juga tidak relevan lagi untuk menempatkan presiden sebagai "simbol" negara.

Pasal ini asalnya di negara monarki, yang rajanya dahulu pada masa lalu, diterapkan kolonial Belanda. Penerapan pasal ini disebutnya absolut, di mana pemerintahan bentukan Kolonial tidak bisa "dijatuhkan". Negara modern dengan sistem pemerintahan presidensil. Konteksnya sangat berbeda. Implikasi konkretnya, bisa-bisa kritik biasa terhadap presiden kena pasal ini. Padahal dalam negara demokrasi, kritik itu wajar dan justru harus ada.

(7)

1.3 Rumusan Masalah

1. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan sebelum diaktifkannya pasal penghinaan terhadap presiden?

(8)

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Gambar Kerangka Pemikiran

RUU Penghinaan

terhadap presiden

RUU Penghinaan

terhadap presiden Kepentingan Kepentingan

Presiden Presiden Rezim

atau Kelompok berkepentingan

Rezim atau Kelompok berkepentingan Masyarakat

(9)

2.2 Landasan Teori

1. Teori Stakeholder menurut Freeman dan Reed (Ulum, 2009, p4) sekelompok orang atau individu yang diidentifikasi dapat mempengaruhi kegiatan ataupun dapat dipengaruhi oleh kegiatan.

2. Menurut Gabriel Almond (1960) “komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik.”

3. Terori politik reformasi Marthen Luther yakni kebebasan politik dengan cara membatasi kekuasaan pemimpin negara dan diserahkan pada rakyat. 4. Teori politik Tidak ada kawan yang abadi, yang ada hanya kepentingan

abadi.

5. Teori kelompok berkepentingan dari Scott (2009:484) The theory of regulation suggests that individuals form coalitions, or constuencies, to protect and promote their interest by lobbying the government. These coalitions are viewed as being in conflict with each other to obtain their share of benefits from regulation.

2.3 Penjelasan Kerangka Pemikiran 1. Presiden > Masyarakat

Presiden memimpin roda pemerintahan serta dalam pelaksanaannya presiden bertanggungjawab secara langsung kepada masyarakat

2. Masyarakat > Presiden

Dalam proses pemerintahan pada tahun 2018, masyarakat Indonesia bertambah kritis dalam menyikapi kebijakan publik yang akan dibuat oleh pemerintah yang dipimpin oleh presiden. Namun, dalam proses komunikasi dari masyarakat kepada presiden selaku kepala pemerintahan memiliki membedakan antara pengkritikan dan penghinaan, karena penghinaan menjadi hal yang dipermasalahkan pada Rancangan Undang-undang yang dibahas.

3. Masyarakat > Rezim Atau Kelompok berkepentingan

(10)

4. Masyarakat > Rezim Atau Kelompok berkepentingan

Pada proses penjatuhan presiden, rezim dapat menggunakan berbagai cara termasuk proses berkomunikasi kepada presiden agar citra presiden menjadi buruk.

5. Presiden > Rezim Atau Kelompok berkepentingan

Presiden memiliki kepentingan yaitu mempertahankan kekuasaan apabila dalam masa jabatannya ada yang berusaha menjatuhkannya. Untuk itu presiden membentuk rezim atau kelompok berkepentingan.

6. Rezim Atau Kelompok berkepentingan > Masyarakat

Rezim menggunakan proses komunikasi agar citra presiden tetap membaik 7. Rezim Atau Kelompok berkepentingan > RUU

a. Rezim Atau Kelompok berkepentingan Presiden

Menyetujui dan berusaha agar RUU penghinaan terhadap presiden dapat disahkan sehingga kepentingan presiden dapat lebih mudah untuk dicapai b. Rezim Atau Kelompok tidak berkepentingan Presiden

Berusaha mengagalkan pengesahan RUU penghinaan terhadap presiden agar dalam proses mencapai kepentingan lebih mudah untuk dicapai.

8. RUU Penghinaan terhadap presiden > Kepentingan

RUU Penghinaan terhadap presiden sangat berpengaruh terhadap kepentingan banyak pihak untuk itu tarik ulur dalam proses pengesahannya terjadi.

9. Presiden > Kepentingan

Presiden memiliki kepentingan yaitu mempertahankan kekuasaan

10. Masyarakat > Kepentingan

(11)

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pembahasan

Ada sejumlah pasal dalam Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP) -yang sedang digodok pada tahun 2018 oleh pemerintah dan DPR- yang mendapatkan perhatian publik. Ihwal penghinaan terhadap presiden adalah salah satunya.

Ada dua pasal terkait penghinaan terhadap presiden yang disetujui masuk KUHP. Yakni Pasal 238 dan Pasal 239, yang berbunyi:

Pasal 238

(1) Setiap orang yang di muka umum menghina presiden atau wakil presiden dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak kategori I pejabat.

(2) Tidak merupakan penghinaan jika perbuatan sebagaimana dimaksud ayat (1) jelas dilakukan untuk kepentingan umum atau pembelaan diri.

Pasal 239

(1) Setiap orang yang di muka umum menghina presiden atau wakil presiden dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak kategori IV.

(2) Tidak merupakan penghinaan jika perbuatan sebagaimana dimaksud ayat (1) jelas dilakukan untuk kepentingan umum atau pembelaan diri.

Dan masih ada pasal lain yang merupakan perluasan dari pasal penghinaan terhadap presiden. Yaitu Pasal 240 yang menjerat penghinaan terhadap presiden dengan menggunakan sarana teknologi informasi, yang berbunyi

Pasal 240

Setiap orang yang menyiarkan, mempertunjukkan, atau menempelkan tulisan atau gambar sehingga terlihat oleh umum, atau menyebarluaskan dengan sarana teknologi informasi, yang berisi penghinaan terhadap presiden atau wakil presiden dengan maksud agar isi penghinaan diketahui atau lebih diketahui umum, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak kategori IV.

(12)

Masuknya pasal-pasal penghinaan terhadap presiden itu memicu polemik. Pasal penghinaan terhadap presiden dikhawatirkan akan bersifat karet, bisa dipergunakan oleh rezim yang sedang berkuasa untuk membungkam para pengkritiknya. Dengan cara itu, sistem demokrasi akan terancam, dan memberi jalan kepada pemerintahan yang otoriter.

Kekhawatiran itu tentu bukan tanpa alasan. Masyarakat punya pengalaman buruk dengan pasal penghinaan kepada presiden yang bersifat karet. Pasal serupa pernah ada dalam KUHP lama -yang sekarang berlaku. Sejumlah orang pernah dikenakan pasal tersebut. Namun memasukkan pasal-pasal tersebut ke dalam KUHP juga bukan tanpa pertimbangan.Presiden adalah simbol negara, yang maruah dan kewibawaannya perlu dijaga sebagai bentuk tertib bernegara.

Kedudukan presiden sebagai simbol negara juga diperdebatkan. Ada yang menganggap, presiden bukanlah simbol negara karena dia adalah kepala negara yang menjalankan tugas-tugas kenegaraan semata, bisa diganti dalam pemilu lima tahun sekali, bahkan bisa dimakzulkan. Namun ada juga yang berpandangan, dengan melihat fungsi-fungsinya seperti ditentukan oleh konstitusi, presiden adalah simbol negara. Terlebih, sejak 2014, presiden dipilih langsung oleh rakyat--bukan dipilih oleh perwakilan maupun elite partai politik sehingga hasil dari praktik demokrasi itu pun harus dihormati.

Pasal-pasal penghinaan terhadap presiden pernah ada dalam KUHP. Namun pada 2006 Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan pasal-pasal tersebut bertentangan dengan konstitusi sehingga dihapus dari KUHP. Pasal-pasal penghinaan terhadap presiden dalam KUHP lama itu tidak bisa membedakan antara penghinaan dan kritik terhadap presiden.

Meski pasal penghinaan terhadap presiden telah dinyatakan bertentangan dengan konstitusi, pasal serupa masih dimungkinkan dimasukkan ke dalam KUHP yang baru nanti. Syaratnya, menurut pakar hukum tata negara yang juga mantan Ketua MK Mahfud MD, selama ada unsur baru di dalamnya.

(13)

jika pasal tersebut termasuk delik aduan--namun pemerintah mengusulkannya sebagai delik umum.

Ini memang dilematis. Di satu sisi, upaya untuk menjaga kehormatan dan kewibawaan kedudukan presiden memerlukan aturan hukum yang jelas. Namun di sisi lain, kita tidak ingin aturan hukum itu menjadi alat untuk membungkam kritik yang bisa menjerumuskan kita ke dalam pemerintahan otoriter dan antidemokrasi. Pemerintah dan DPR perlu bersungguh--mengurai persoalan pelik ini secara lebih teliti dan terperinci. Itu bisa dimulai dengan merumuskan ketentuan yang jelas untuk dua hal.

Pertama, perbedaan antara penghinaan dan kritis harus dijelaskan dengan baik. Negara harus menjamin kebebasan warganya untuk menyampaikan kritik secara bermartabat terhadap presiden dan wakil presiden.

(14)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam proses pembuatan sebuah kebijakan publik selalu memiliki pro dan kontra pada masyarakat yang semaik hari semakin kritis ditambah sekarang zaman globalisasi arus informasi berjalan begitu cepatnya sehingga memang perlu diatur kebijakan agar setiap masyarakat yang hendak menyampaikan aspirasi maupun sekedar berkomentar tentang berlangsungnya pemerintahan terkhususnya kepada kepala pemeritnahan yaitu presiden. Namun negara Indonesia berdiri berlandaskan azas demokrasi yang tentunya tidak membatasi tentang penyampaian aspirasi yang membangun, dan perlu diingat etika dan cara penyampaian terhadap pihak pemerintah harus diperhatikan dalam prosesnya agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

4.2 Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

https://www.coursehero.com/file/p2u67bq/Teori-kelompok-kepentingan-The-Interest-Group-Theory-Teori-kelompok-kepentingan/

http://modulmakalah.blogspot.co.id/2016/12/Pengertian.dan.Pendekatan.Teo ri.Stakeholder.Menurut.Para.Ahli.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_politik

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga indeks analisis BOW lebih boros daTi indeks analisis lapangan hal ini disebabkan karena penggunaan kepala tukang kayu untuk pekerjaan bekisting kolom jauh

Sedangkan tunas, meskipun aktivitas enzim lipasenya paling tinggi, tetapi karena jumlah ekstrak enzim pada tunas sangat sedikit sehingga total aktivitas enzim lipase untuk

Variabel yang terlibat dalam statistik deskriptif adalah persistensi laba (independent variable) yang dapat diperoleh dengan melihat pengaruh laba sebelum pajak periode

Informan yang dimaksud disini adalah seseorang yang dipandang mengetahui permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian dan bersedia untuk memberikan informasi pada

Keluhan ditampung oleh bagian pemasaran, kemudian dikirim ke bagian QC dan dievaluasi, bagian QC akan melaporkan hasil pengujiannya ke bagian pemasaran kemudian bagian ini

Komposisi spesies ikan karang yang teridentifikasi di perairan pantai Pulau Makian terdiri dari 138 spesies, 47 genus dan 21 famili dengan tingkat keragaman pada stasiun 1

Banyak pengusaha telah membangun usaha yang sukses dengan kreatif menggunakan publisitas dan Public Relation sebagai strategi utama

Hasil analisis data menunjukkan bahwa jika dilihat secara parsial masing-masing variabel bebas, dimana variabel perencanaan, kualitas dokumen kontrak, pengendalian biaya