• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbudakan Kulit Hitam di Amerika Serika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbudakan Kulit Hitam di Amerika Serika"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Perbudakan Kulit Hitam di Amerika Serikat ditinjau

dari Kebebasan John Stuart Mill dan Implikasinya

terhadap Hak Asasi Manusia

Disusun oleh:

Dwi Ariyantoni N

11/316297/FI/03582

Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada

(2)

A. Latar Belakang

Kebebasan merupakan hal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidupnya. Namun dalam kenyataannya kadang manusia tidak bebas, manusia kadang terikat oleh suatu nilai yang telah berlaku dalam masyarakatnya, dan mau tidak mau mereka harus menaati nilai yang berlaku tersebut. Lalu bagaimana dengan individu yang terikat oleh suatu sistem paksaan? Apakah mereka mendapatkan kebebasan yang sepenuhnya? Lalu apakah seorang Budak memperoleh kebebasan dalam hidupnya? Dan apakah pemerintah itu bebas dalam melakukan berbagai tindakan termasuk perbudakan? Perbudakan itu sendiri adalah sebuah kondisi disaat terjadi pengntrolan terhadap seseorang oleh orang lain. Para Budak sendiri adalah golongan manusia yang dimiliki oleh seorang tuan, bekerja tanpa gaji dan tidak mempunyai hak asasi manusia.

(3)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perbudakan orang kulit Hitam di Amerika Serikat? 2. Bagaimana Kebebasan menurut Mill memandang perbudakan yang terjadi

di Amerika Serikat?

3. Apakah Perbudakan yang terjadi di Amerika Serikat merupakan suatu bentuk pelanggaran kebebasan Individu?

C. Teori/Kerangka Berfikir

Kebebasan secara umum dimasukan dalam konsep dari filosofi politik dan mengenali kondisi dimana individu memiliki kemampuan untuk bertindak sesuai dengan keinginannya. Individualis dan konsepsi liberal dari kebebasan berhubungan dengan kebebasan dari individual dari luar keinginan; sebuah prespektif sosialis, di sisi lain, mempertimbangkan kebebasan sebagai distribusi setara dari kekuasaan, berpendapat kalau kebebasan tanpa kesamaan jumlah ke dominasi dari yang paling berkuasa.

John Stuart Mill, dalam karyanya, On Liberty, merupakan pertama yang menyadari perbedaan antara kebebasan sebagai kebebasan bertindak dan kebebasan sebagai absennya koersi. Menurut Mill ada perbedaan antara manusia dalam sumber kesenangannya, kerentanannya terhadap perasaan sakit, dan pengaruh pelbagai agen fisik dan moral atas mereka sedemikian rupa sehingga, kalau tidak ada suatu variasi yang cocok dalam cara hidup mereka, mereka tidak mendapat kebahagiaan yang cukup dan tidak mencapai keadaan mental, moral dan estetis yang dapat dicapai oleh kodratnnya. Dalam bukunya on Liberty John Stuart Mill mengatakan bahwa kebebasan bukan merupakan tindakan yang tiada batas. Kebebasan juga bukan kontrol ketat negara yang membuat daya-daya masyarakat menjadi tiarap (wahyono, 2003:60).

(4)

adalah baik sejauh memberikan kebahagiaan dan buruk apabila tindakan tersebut tidak memberikan kebahagiaan

D. Sejarah Perbudakan orang kulit Hitam di Amerika Serikat.

Ketika bangsa Spanyol mulai menduduki Amerika Tengah (1500), maka di dirikan perusahaan-perusahaan tanah ( haciende, plantage) untuk tembakau, gula dan kapas. Mereka membutuhkan pekerja-pekerja di ladang-ladang yang banyak. Terbukti bangsa Indian tidak dapat dipergunakan (karena biasa hidup merdeka) dan orang kulit putih sendiri tidak tahan karena hawa panas. Bangsa Indian yang dipaksa kerja di ladang-ladang banyak sekali yang mati.

Bartolomo de las Casas, seorang Katholik-Roma dan pembela bangsa Indian, kemudian mengusulkan supaya mempergunakan saja bangsa Negro (karena dipandang bangsa yang kuat dan tahan panas). Mulai pada tahun 1501 perbudakan bangsa Negro di Amerika dengan riwayatnya yang sangat menyedihkan. Orang-orang Negro di Afrika ditangkapi dengan kejam, diangkut sebagai binatang ke Amerika dengan kapal-kapal budak (Slaveship) dan di jualnya disana sebagai budak dengan untung yang besar (karena di Afrika mereka tidak usah membelinya, tinggal menangkapinya saja). Timbullah perdagangan budak yang tidak mengenal perikemanusiaan dan laut-laut antara Amerika-Afrika penuh kapal-kapal budak. Perdagangan budak Negro memuncak pada awal pertengahan abad ke 18 (antara tahun 1720-1760) sesudah pada tahun 1713 terjadi perjanjian Asiento (el pacto del asiento de Negros) antara Spanyol dan Inggris yang memberi monopoli kepada Inggris untuk mengimport budak Negro dari Afrika ke Amerika

(5)

ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik.Kebanyakan imigran dari Inggris meninggalkan tanah air mereka untuk mendapatkan kesempatan ekonomi yang lebih luas. Alasan agama yang melatarbelakangi kedatangan orang-orang Inggris ke amerika adalah keinginan mereka untuk menjalankan kehidupan keagamaan yang diyakini secara bebas. Pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth, dia dapat menyatukan antara kaum Puritan dan Gereja Anglikan

Selama pergolakan agama pada abad 16-17 kaum puritan menginginkan adanya suatu pembaharuan gereja resmi yaitu dengan cara menuntut Protestanisasi menyeluruh terhadap gereja nasional dengan cara penyederhanaan di bidang upacara keagamaan. Namun keinginan tersebut ditolak oleh James I, penolakan tersebAut membuat ketegangan antara kaum puritan dan pemerintahan James I yang menyebabkan kaum puritan keluar dari kegerejaan Anglikan. Setelah orang-orang Inggris datang ke Amerika dan mendirikan koloni, maka diperlukan tenaga kerja yang murah dan ulet di bidang perkebunan. Tenaga kerja dari Inggris jumlahnya terbatas sehingga mereka memutuskan untuk mengambil orang-orang negro Afrika sebagai tenaga kasar di perkebunan dan dijadikan sebagai budak. Tidak seperti etnis minoritas lainnya, orang-orang kulit hitam datang tidak dengan sukarela, mereka datang pertama kali sekitar dua puluh orang kulit hitam yang dibawa oleh kapal perang Belanda pada tahun 1619 di Virginia Amerika Serikat (Marger, 2008:56). Sehingga diskriminasi yang terjadi terhadap mereka sangatlah berbeda dengan yang terjadi terhadap etnis minoritas lainnya.

Terutama diskriminasi ras dan prasangka yang terjadi terhadap imigran atau orang-orang yang berkulit hitam dari Afrika yang dijadikan sebagai budak pekerja dan merupakan satu-satunya etnis yang datang ke Amerika Serikat tanpa sukarela. Mereka dibawa secara paksa dari Afrika, bermil-mil jauhnya hanya untuk dijual dan dijadikan budak (Marger, 2008:86).

(6)

Budak-Budak yang telah didapatkan selanjutnya dibawa ke Benua Amerika untuk dipekerjakan di perkebunan. Sejak itulah fase “Triangular Trade” berkembang. Triangular Trade merupakan sebuah model segitiga perdagangan dan rute (jalur) pelayaran budak dari Afrika ke Benua Amerika melewati samudera Atlantik lalu dipekerjakan di Benua Amerika. Dan Hasil Bumi perkebunan berupa Kopi, Gula, Rum dan sebagainya dibawa ke Benua Eropa dan lalu Bangsa Eropa mengirimkan senjata, alcohol untuk penguasa eropa dan memburu budak hingga hal tersebut terus berlangsung disebut oleh para pedagang Eropa dengan Triangular Trade. Semua itu berlangsung secara sistemik selama 4 abad. Dari abad ke-14 hingga abad ke-18 ketika abolishment (penghapusan perbudakan) terjadi.

Middle Passage adalah sebuah perjalanan yang begitu mengerikan bagi para budak. Sebuah rute pelayaran para budak dari benua Afrika ke benua Amerika melewati samudera Atlantic yang juga terkenal dengan Transatlantic. Perjalanan dengan kapal laut yang membutuhkan waktu selama 8 hingga 10 minggu untuk sampai ke benua Amerika. Middle Passage adalah perjalanan yang dehumanis karena perlakuan para pedagang Eropa yang membawa budak diperlakukan secara menyedihkan dengan model “loose Pack”.

Para Budak berdesak-desakan di dek kapal, diberi makan sedikit, tidak ada toilet, sehingga muntahan, berak, kencing dilakukan di tempat yang sama, sehingga banyak budak yang menderita sakit. Bahkan begitu kejamnya perlakuan ketika “Middle Passage” banyak budak yang stress berupaya untuk bunuh diri dengan cara mogok makan. Selain itu, banyak juga budak yang berusaha meloncat dari kapal untuk bunuh diri karena tidak tahan selama perjalanan yang mengerikan. Tetapi cerdasnya para awak kapal bangsa Eropa, mereka memasang jaring dan jala di sekeliling kapal sehingga para budak tersebut tidak bisa terjun ke laut untuk bunuh diri. Sebab kematian budak adalah kerugian bagi pedagang budak.

(7)

dengan harga yang paling tinggi/mahal. Selanjutnya budak yang kecil, muda, tua, sakit terjual paling akhir dengan harga yang murah.

Biasanya budak yang datang dengan keluarganya dipisahkan dan dijual terpisah oleh para pedagang Budak, yang mengenaskan para budak ketika pelelangan, mereka tidak paham akan situasi apa yang mereka hadapi. Pelelangan dilakukan dengan bahasa yang tidak mereka pahami dan tahu-tahu mereka diambil berganti tuan yang baru.

Para Budak yang berada di Amerika Utara biasanya dipekerjakan di pabrik dan para Budak yang berada di Amerika Selatan dipekerjakan di perkebunan. Kehidupan para budak sungguh menyedihkan, hal ini dikarenakan:

 Setiap hari mereka harus bekerja keras dari matahari terbit hingga matahari

terbenam tanpa gaji dan perlakuan kasar.

 Untuk tempat berlindung para budak harus membangun rumahnya sendiri dengan

bahan seadanya.

 Untuk makan, biasanya mereka makan makanan seadanya.

 Dalam setahun hanya diberikan 3 underwears, sepasang sepatu dan pakaian

seadanya oleh Tuannya.

 Para budak tidak diperkenankan berbicara ketika bekerja dengan bahasa mereka.

Bila berbicara akan mendapatkan hukuman.

 Para budak tidak boleh belajar membaca dan menulis. Tetapi Pada hari minggu

mereka diperbolehkan pergi ke Gereja.

Sebagian besar budak tentu saja bekerja di ladang. Pekerjaan yang tepat dari tenaga kerja mereka bervariasi sesuai dengan tanaman dan kemampuan dari budak tersebut. Di peternakan kecil pemilik sering bekerja keras berdampingan dengan budaknya. Mayoritas para budak tinggal dan bekerja di perkebunan , dimana pria, wanita dan anak-anak bekerja secara berkelompok yang biasanya diawasi oleh pengawas. Para pengawas sering memperlakukan budak secara kasar (Lawrence, 1994:10)

(8)

bertambahnya kekuasaan pihak Utara. Sebaliknya, orang Utara menyatakan bahwa perbudakan, yang mereka sebut sebagai “institusi yang ganjil”, adalah penyebab utama terjadinya kemunduran di daerah tersebut. Padahal, perbudakan bagi orang Selatan sangat penting bagi perekonomian mereka (Cincotta, 2004:167).

Sejak tahun 1830, perbedaan paham mengenai perbudakan sudah mengencang. Di wilayah Utara, sentimen anti perbudakan tumbuh hingga memiliki pengaruh yang sangat kuat, didukung oleh geraakan tanah bebas budak yang dengan keras menentang perluasan perbudakan ke daerah Barat yang belum masuk menjadi negara bagian. Bagi orang Selatan yang hidup pada tahun 1850-an perbudakan adalah suatu kondisi di mana tanggung jaawab mereka tak lebih dari mengajari budak berbahasa Inggris dan membentuk perwakilan mereka. Di beberapa daerah pesisir, perbudakan pada tahun 1850 sudah berlangsung lebih dari 200 tahun, perbudakan adalah integral dari dasar perekonomian daerah (Cincotta, 2004:167).

Walaupun sensus pada 1860 menunjukkan bahwa ada hampir 4 juta budak dari total populasi 12,3 juta orang di 15 negara bagian yang mengizinkan perbudakan, hanya minoritas kecil orang kulit putih wilayah Selatan yang memiliki budak. Pada saat itu terdapat 385.000 pemilik budak dari sekitar 1,5 juta keluarga kulit putih. Lima puluh persen pemilik budak ini memiliki tidak lebih dari lima budak. Dua belas persen memiliki dua puluh atau lebih budak, menggambarkan transisi petani menjadi pemilik perkebunan. Tiga perempat dari keluarga kulit putih di bagian Selatan, termasuk ”orang kulit putih yang miskin.” mereka yang berada di kelas terbawah rakyat wilayah Selatan, tidak memiliki budak (Cincotta, 2004:168).

(9)

Ketika mereka bergulat melawan opini rakyat wilayah Utara yang sangat dominan, para pemimpin politik, kaum profesional dan sebagian besar pemuka agama di Selatan kini tidak lagi meminta maaf atas perbudakan. Mereka malah mendukungnya. Contohnya, para penerbit di wilayah Selatan berkeras bahwa hubungan antara modal dan buruh lebih manusiawi dalam sistem perbudakan daripada dengan sistem upah di wilayah Utara (Cincotta, 2004:168).

Sebelum 1830, sesuai sistem patriarkal kuno pemerintahan perkebunan, masih banyak pemilik atau tuan tanah yang mengawasi sendiri para budaknya. Namun, seiring dimulainya produksi kapas dalam skala yang besar di wilayah Selatan bawah, para tuan tanah ini secara bertahap mengabaikan pelaksanaan pengawasan pribadi dengan ketat terhadap para budak, dan mempekerjakan mandor profesional yang ditugaskan menuntut para budak bekerja semaksimal mungkin. Dalam keadaan semacam itu, perbudakan dapat menjadi sistem kekerasan dan pemaksaan dan pemukulan dan pemisahan keluarga akibat adanya anggota keluarga yang dijual menjadi pemandangan umum. Tapi dalam situasi yang berbeda, hal itu bisa berlangsung dengan lebih lunak (Cincotta, 2004:168).

Perbudakan dengan sendirinya adalah sebuah sistem yang brutal dan penuh pemaksaan. Pemkulan dan pemisahan keluarga melalui penjualan individu adalah hal biasa. Namun, pada akhirnya kritik paling tajam terhadap perbudakan bukanlah tentang prilaku majikan terhadap budak, melainkan perbudakan melanggar secara hak asasi setiap manusia untuk hidup bebas (Cincotta, 2004:169).

Pada mulanya budak sebagai bentuk hukuman bagi orang-orang yang telah melakukan perbuatan kriminal dan melanggar hukum yang berlaku. Orang yang terhukum di hukum dengan cara dipaksa untuk melakukan apapun yang disuruh oleh tuannya atau penguasanya. Akan tetapi, lama kelamaan budak itu diperjualbelikan secara umum.

(10)

Negros) antara Spanyol dan Inggris yang memberi monopoli kepada Inggris untuk mengimport budak Negro dari Afrika ke Amerika.

Kaum Negro mendapatkan diskriminasi ras dan prasangka yang terjadi terhadap imigran atau orang-orang yang berkulit hitam dari Afrika yang dijadikan sebagai budak pekerja dan merupakan satu-satunya etnis yang datang ke Amerika Serikat tanpa sukarela. Mereka dibawa secara paksa dari Afrika, bermil-mil jauhnya hanya untuk dijual dan dijadikan budak

Para Budak yang berada di Amerika Utara biasanya dipekerjakan di pabrik dan para Budak yang berada di Amerika Selatan dipekerjakan di perkebunan. Kehidupan para budak sungguh menyedihkan, Sebagian besar budak tentu saja bekerja di ladang. Pekerjaan yang tepat dari tenaga kerja mereka bervariasi sesuai dengan tanaman dan kemampuan dari budak tersebut. Di peternakan kecil pemilik sering bekerja keras berdampingan dengan budaknya. Mayoritas para budak tinggal dan bekerja di perkebunan , dimana pria, wanita dan anak-anak bekerja secara berkelompok yang biasanya diawasi oleh pengawas. Para pengawas sering memperlakukan budak secara kasar

(11)

“Di Kepulauan Hindia Barat orang kulit putih pemilik kebun dikepung oleh populasi kulit hitam yang sangat banyak; di Benua Amerika, kulit hitam ditempatkan di antara samudera dan orang dalam jumlah yang sangat besar, yang sudah terentang sepanjang daratan ini dalam massa yang padat, dari perbatasan Kanada yang beku sampai ke Tepal batas Virginia, dan dari tepi Missouri sapai ke pesisir Atlantik” (Pareanom, 2005:353)

E. Kebebasan Menurut Mill dalam memandang perbudakan yang terjadi di Amerika Serikat

Kebebasan Individu sampai sekarang harus dibatasi; dia tidak boleh membuat dirinya menjadi gangguan untuk orang lain. Perbudakan yang terjadi di Amerika Serikat, sesungguhnya secara kodrat manusia, melanggar meskipun perbudakan yang terjadi di Amerika Serikat telah dilegalkan pada waktu itu, namun dalam konteks kemanusiaan perbudakan itu merupakan suatu pelanggaran akan kebebasan individu.

(12)

Jika dilihat dari segi kebebasan John Stuart Mill, perbudakan yang terjadi di Amerika Serikat tidak dapat dibenarkan, karena perbudakan yang terjadi di Amerika Serikat telah melanggar kebebasan orang lain untuk menjalani hidup secara normal. Setiap orang memang mempunyai kebebasan, tetapi kebebasan yang dimiliki seseorang itu memiliki batas-batas tertentu agar kebebasan yang mereka punya tidak mengintervensi pihak lain. Kaum-kaum budak di Amerika Serikat tidak memiliki kebebasan dalam menyampaikan pendapatnya, tidak mempunyai hak suara dan memiliki keterbatasan dalam mengembangkan dirinya. Dalam banyak kasus, dalam usaha untuk mengejar suatu tujuan yang sah, secara niscaya dan karena sah itu pula, seorang individu bisa menyakiti dan merugikan orang-orang lain atau menghalangi tercapainya suatu kebaikan yang diharapkan dengan alasan yang masuk akal (Mill, 2005:140). Orang dapat dikatakan bebas jika ia dapat berbuat atau tidak berbuat sesuka hatinya. Disini bebas dimengeti sebagai terlepas dari segala kewajiban dan keterikatan. Kebebasan dalam arti ini dilihat sebagai ijin atau kesempatan untuk berbuat semaunya (Bertens, 2004:99).

Mill mencondongkan teori kebebasaanya berpijak pada prinsip kemanfaatan. Jika dikaitkan dengan perbudakan yang terjadi di Amerika Serikat, terlihat jelas bahwa perbudakan tidak memiliki segi kemanfaatan. Perbudakan yang terjadi sesungguhnya telah melanggar kebebasan seorang individu dan melanggar pula dengan konsep kebebasan seseorang dalam bertindak yang dilihat dari segi kemanfaatannya.

(13)

adalah ketika ia menggambarkan kemuliaan kebebasan individu, atau ketika ia mengutuk setiap usaha untuk mengekang atau menghilangkannya (Roman, 2010:27). Dalam hal ini Mill memang menghargai setiap orang yang mengejar akan kebahagiaan dalam dirinya namun dalam pengejaran kebahagiaan seseorang janganlah sampai mengekang suatu individu yang lain, karena itu akan menghambat kebebasan orang lain.

Mill Menyatakan bahwa jika orang diberi kebebasan sempurna, maka ia tentu akan menyalahgunakan kebebasan itu, dengan memanfaatkan ketiadaan pemerintah untuk mengeksploitasi orang lain.

Menurut Mill: “All that make existence valuable to anyone depends on the enfordementof restraints upon the actions of other people”; “Semua yang membuat eksistensi itu menjadi berharga bagi siapa saja, tergantung pada penegakan dalam pengendalian terhadap orang lain” (Mill dalam Roman,2010:35) Dalam kasus Perbudakan yang terjadi di Amerika Serikat jika dikaitkan dengan konsep kebebasan Mill, terlihat bahwa Mill menolak perbudakan yang terjadi, karena kebebasan yang digunakan dalam perbudakan ialah tindakan yang merugikan orang lain walaupun dengan tujuan kebahagiaan.

Maka dapat dikatakan prinsip kebebasan Mill merupakan “Harm Principle”, yang menyatakan bahwa “you may jutifiably limit a person’s freedom of action only if they threaten harm to another”; “Membatasi kebebasan atas tindakna orang lain diperbolehkan jika tindakan itu membahayakan (mengancam kebebasan) orang lain” (Wolf dalam Roman, 2010:37)

(14)

Mill mencoba menunjukkan bahwa kebahagiaan umum akan dapat ditingkatkan dengan memberikan orang wilayah hak privat yang luas untuk tidak dicampuri. Mill siap menerima bahwa kebebasan tidak selalu membawa pada perbaikan, tetapi ia menekankan bahwa “satu-satunya sumber permanen dan yang tidak gagal untuk perbaikan adalah kebebasan” (Mill, 2005:200). Tindakan perbudakan yang terjadi di Amerika Serikat jelaslah tak akan memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan bersama, karena Mill berpendapat bahwa setiap orang mempunyai wilayah pribadi yang tak boleh dicampuri dan diganggu gugat apalagi merampas hak privat tersebut, karena hanya akan memberikan kemanfaatan pada satu pihak saja bukan kemanfaatan dan kebahagiaan umum bersama. Perbudakan tak akan memberikan sebuah kebahagiaan bersama yang ada hanyalah satu pihak dirugikan dan pihak lain merasa unggul dan diuntungkan.

Mill menegaskan suatu konsep moral kehidupan bersama. Ia menyataan bahwa hendaknya setiap individu dan masyarakat saling mendorong untuk semakin melatih kemampuan-kemampuan mereka yang lebih luhur serta semakin banyak mengarahkan perasaan dan tujuan mereka pada sasaran dan renungan-renungan bijaksana yang meningkatkan martabat manusia. Oleh karena itu tidak seorang punbajkan kelompok orang pun dibenarkan untuk mengatakan kepada orang atau kelompok lain bahwa ia boleh mengurus hidup demi keuntungannya sendiri sebagaimana telah dipilihnya (Wahyono, 2003:30

F. Perbudakan yang terjadi di Amerika Serikat merupakan suatu bentuk pelanggaran kebebasan dan pelanggaran hak asasi manusia

(15)

sama terhadap pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Kebebasan dan hak asasi mempunyai sebuah hubungan yang saling terkait, kebebasan seseorang individu harus didasari oleh Hak asasi, dan sebaliknya.

Perbudakan yang dialami oleh kaum kulit Hitam di Amerika Serikat merupakan suatu bentuk pelanggaran kebebasan dan hak asasi manusia. Manusia memang bebas dalam bertindak namun tindakan bebas manusia tak dapat dibenarkan apabila tindakan tersebut merugikan orang lain. Walaupun pebudakan itu legal, tetapi tindakan mengeksploitasi orang lain demi kepentingan pribadi tak dapat dibenarkan. Perbudakan adalah sebuah kejahatan. Banyak para budak di negara bagian Selatan Amerika diperlakukan dengan kasar oleh pemiliknya. Mayoritas majikan memperlakukan budak-budaknya dengan tidak memanusiakan budak sebagai manusia yang dapat hidup secara bebas dan layak. Mereka membuat budak senantiasa bergantung pada tuannya. Hal ini bertujuan agar budak tidak melarikan diri. Apabila salah satu dari mereka ada yang melarikan diri maka pemilik tidak segan -segan akan menghukumnya dengan kejam dan tidak berperikemanusiaan. Tindakan semacam ini merupakan suatu diskriminasi dan pelanggaran akan kebebasan dan hak asasi mereka sebagai manusia yang seutuhnya.

Tindakan Perbudakan yang dialami masyarkat kulit hitam atau negro di Amerika Serikat merupakan suatu pelanggaran akan kebebasan dan Hak asasi mereka sebagai manusia. Hak dalam asasi mempunyai kedudukan atau derajat yang utama dan pertama dalam hidup bermasyarakat, karena keberadaan hak asasi hakikatnya telah dimiliki dan melekat dalam pribadi manusia sejak kelahirannya, malah dapat sebelumnya. Seiring dengan itu timbul kewajiban dan tanggung jawab asasi. Kebebasan seseorang dalam bertindak yang menyakiti bahkan merugikan dan melanggar hak asasi orang lain tak dapat dibenarkan. Manusia memang bebas tetapi kebebasanyang manusia punya janganlah melanggar aturan dan norma yang terdapat dalam hak asasi.

(16)

atas penghidupan, kebebasan dan keselamatan individu (sumber: http://childrenandarmedconflict.un.org/keydocuments/indonesian/universaldec lara1.html)

Dalam Pasal 4 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia berbunyi: Tidak seorang pun boleh diperbudak atau diperhambakan, perbudakan dan perdagangan budak dalam bentuk apapun mesti dilarang (sumber: http://childrenandarmedconflict.un.org/keydocuments/indonesian/universaldec lara1.html)

Dalam Pasal 5 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia berbunyi: Tidak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan secara kejam, memperoleh perlakuan atau dihukum secara tidak manusiawi atau direndahkan martabatnya (sumber:http://childrenandarmedconflict.un.org/keydocuments/indonesia

n/universaldeclara1.html)

Dalam Pasal 6 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia berbunyi: Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai pribadi di mana saja ia berada (sumber:

http://childrenandarmedconflict.un.org/keydocuments/indonesian/univers

aldeclara1.html)

(17)

G. Daftar pustaka

Aron, Raymond, 1993, Kebebasan dan martabat Manusia, Yayasan obor Indonesia: Jakarta.

Bertens, K., 2004, Etika, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Cincotta, Howard, 2004, Garis Besar Sejarah Amerika (Terjemahan Yusi A Pareanom), Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.

Pareanom, Yusi A, 2005, Alexis de Tacqueville tentang Revolusi, Demokrasi dan Masyarakat: Yayasan Obor Indonesia.

Mill, John Stuart, 2005, On Liberty: Perihal Kebebasan (terjemahan dari Alex Lanur), Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.

Marger, Martir, 2008, Races and Ethnic Relation in Amerika: Hubungan Ras dan Etnik di Amerika (Terjemahan Yusi A Pareaanom), Yayasan Obor Indonesia: Jakarta

Fuchs H Lawrence, 1994, Kaleidoskop Amerika,Ras,Etnik,dan Budaya Warga, PT.Remaja Rosdakarya: Bandung.

Roman, Ranto P, 2010, Relasi Konsep Kebebasan John Stuart Mill dengan Hak asasi Manusia dalam Universal Declaration of Human Rights, Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Wahyono, H Bambang, 2003, Etika Politik John Stuart Mill; Telaah Kritis Buku “On Liberty”, Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Sumber Internet:

Referensi

Dokumen terkait

Alternatif pemecahan masalah ini dapat dilakukan dengan melakukan pengembangan sistem Viewboard ROOSTER, membangun sebuah sistem yang lebih baik lagi agar maksimal

Kepraktisan dilihat dari hasil respon observer dan guru terhadap instrumen penilaian psikomotorik pada uji coba awal respon observer sebesar 87,85 dengan kriteria sangat

yang menggunakan model pembelajaran connected mathematics project dan kelas kontrol yaitu kelas XI IPS yang menggunakan pembelajaran konvensional, hasilnya siswa yang

Guru merupakan faktor dominan yang mempengaruhi proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam, maka peningkatan kompetensi serta profesionalisme guru harus digalakkan yaitu

a) Proses Isotermal : proses perubahan keadaan sistem pada suhu tetap. b) Proses Isokhorik : proses perubahan keadaan sistem pada volume tetap c) Proses Isobarik :

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Musi Rawas merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan

Merupakan langkah yang singkat saat seorang anak sadar akan unsur pengalaman manusia dalam mengantisipasi pengalaman-pengalaman yang istimewa. Dengan peningkatan

Namun dinamika tersebut tidak mengubah prosesi upacara Ngoa Ngi’i, hanya mengubah beberapa sarana dalam prosesi sebagai contoh, pada zaman dahulu ketika