KAEDAH HUKUM
Manusia di samping sebagai anggota masyarakat yang keberadaannya tidak terlepas dari hubungan sesamanya, juga dia masih bisa dilihat sebagai makhluk mandiri yang punya “kepribadian” yang berbeda dengan manusia yang lain. Jadi sifat kehidupan berkelompok dengan perangkat aturan-aturannya sendiri dan kehidupan pribadi yang juga punya aturannya sendiri merupakan dasar dari adanya berbagai macam kaedah. Oleh karena itu dapatlah dijelaskan bahwa berbagai kaedah yang menguasai kehidupan manusia itu dapat dibedakan menjadi:
- Tata Kaedah Aspek hidup Pribadi.
KAEDAH HUKUM ABSTRAK DAN KAEDAH HUKUM kaedah-kaedah sederhana dapatlah diuraikan sebagai berikut:
Sahnya kaedah
Kaedah yang lebih rendah senantiasa tergantung atau didasarkan pada kaedah-kaedah yang lebih tinggi pada tingkat tertib hukum nasional (national legal order), konstitusi menduduki tempat yang paling tinggi. Jadi dalam tertib hukum nasional negara kita, Undang-undang Dasar 1945 merupakan kaedah hukum yang tertinggi, sehingga segala bentuk perundang-undangan yang ada seharusnya merupakan pencerminan jiwa dan asas-asas yang terkandung dalam Undang-undang Dasar 1945. Konsekuensi dari ajaran Hans Kelsen tersebutlah bahwa setiap bentuk perundang-undangan yang tidak sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 seharusnya dinyatakan tidak berlaku atau dicabut, setelah melalui suatu proses pengujian melalui Mahkamah Konstitusi (Psl. 24 C UUD `45)
Menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Undang-undang no.14 tahun 1970).
Pengujian secara material terhadap perundang-undangan di Indonesia hanya dimungkinkan terhadap peraturan-peraturan yang derajatnya lebih rendah dari undang-undang. Hal tersebut dapat di baca dalam pasal 26 ayat (1) Undang-undang no.14 tahun 1970 tentang Pokok Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi sebagai berikut :
“Mahkamah Agung berwenang, untuk menyatakan tidak sah semua perundangan dari tingkat yang lebih rendah dari undang-undang atas alasan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi”.
Konstitusi
sebagai
kaidah
hukum
positif
merupakan kaidah hukum tertinggi yang tidak
tergantung pada suatu bentuk kaidah hukum
positif, tetapi ditentukan oleh suatu kaedah yang
dirumuskan
oleh
pemikiran
yuridis
yang
merupakan kaidah dasar yang hipotetis.
Uraian mengenai hal tersebut dapat digambarkan
dalam suatu bagan sebagai berikut :
Kaedah Dasar yang hipotetis
Konstitusi Hukum kebiasaan
Undang-undang
Kaidah-kaidah
di bentuk oleh badan legislatif
Kaedah hukum konkrit atau kaedah hukum individual dapat dijelaskan dengan beberapa contoh dibawah ini :
1) Seseorang telah melakukan perbuatan yang diancam oleh ketentuan hukum pidana yang berlaku, misalnya mencuri.
Melakukan pencurian diancam pidana oleh ketentuan pasal 362 KUHP. Jika orang tersebut terbukti memenuhi unsur-unsur yang disebutkan dalam pasal yang bersangkutan, maka hukuman dapat dijatuhkan oleh Pengadilan. Keputusan pengadilan yang menjatuhkan hukuman terhadap orang tersebut merupakan kaedah hukum konkrit yang khusus ditujukan kepada orang tertentu, yakni si pelaku. Hal ini berbeda dengan ketentuan yang dipakai sebagai dasar untuk penjatuhan hukuman yang merupakan kaedah hukum abstrak yang berlaku umum, artinya berlaku bagi siapa saja yang memenuhi rumusan pasal tersebut.
Contohnya adalah ijin yang dikeluarkan untuk melakukan impor/ekspor barang-barang tertentu, ijin untuk mendirikan bangunan, ijin mengemudikan kendaraan bermotor dan berbagai ijin yang lain. Berbag·ai ijin yang dikeluarkan oleh “bestuur” tersebut juga merupakan kaidah-kaidah hukum konkrit/individual.
Dari contoh-contoh yang dikemukakan di atas terlihat bahwa yang diatur adalah tentang sikap tindak atau perilaku tertentu yang khusus dan kongkrit dari pihak-pihak tertentu saja.
3. Isi dan sifat Kaedah Hukum
Suatu kaedah hukum jika ditinjau dari segi isinya dapat dikenal adanya tiga macam kaedah. Ketiga macam kaedah tersebut adalah:
- Kaedah hukum yang mengandung atau berisikan suruhan (“gebod”).
- Kaedah hukum yang mengandung atau berisikan larangan (“verbod”)
- Kaedah hukum yang mengandung atau berisikan kebolehan (“mogen”).
Dari ketiga macam kaedah hukum tersebut dapat diberi beberapa contoh sebagai berikut
a. kaedah hukum yang berisikan suruhan yang terdapat dalam hukum Tata Negara kita adalah ketentuan yang terdapat dalam pasal 22 ayat (1), (2), dan (3) Undang-undang Dasar 1945
yang berbunyi sebagai berikut :
- Dalam hal-ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang.
- Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.
b. Kaedah hukum yang berisikan larangan .
Kaedah ini dapat ditemukan dalam pasal 8 dari UU No. 1 Tahun 1974 yang pada dasarnya menyatakan
bahwa suatu perkawinan dilarang dilangsungkan antar dua orang yang :
-berhubungan darah dalan garis keturunan ke bawah ataupun ke atas.
c. Kaidah hukum yang berisikan kebolehan dapat
dijumpai dalam pasal 29 ayat (1) Undang-undang No.1 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa pihak-pihak yang menikah dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disyahkan oleh Pegawai pencatat perkawinan pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan asalkan tidak melanggar batas-batas hukum agama dan kesusilaan.
Di samping pembedaan kaedah hukum menurut
isinya, kaedah hukum dapat pula dibedakan menurut sifatnya, yang dapat dikelompokkan ke dalam:
(1) Kaedah-kaedah hukum yang bersifat imperatif (kaedah suruhan dan larangan)
4. Perumusan Kaedah Hukum
Kaedah hukum sebagai bagian dari tata kaedah yang mengatur aspek hidup antar pribadi bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama. Seperti halnya dengan kaedah-kaedah yang lain, kaedah hukum juga mematoki atau memberi pedoman, di samping sifat membatasi, perilaku/sikap tindak pribadi dalam hubungannya dengan pribadi lain. Supaya pedoman tersebut dapat dimengerti, maka kaedah hukum perlu dirumuskan sedemikian rupa sehingga dengan rumusan-rumusan tersebut selanjutnya dapat dijadikan pedoman bersama.
Perumusan kaedah hukum dapat digolongkan ke dalam dua pandangan yakni:
a. pandangan hipotetis atau bersyarat, (“hypothetical judment”')
Suatu kaedah hukum digolongkan ke dalam pandangan hipotetis bilamana perumusan kaedah tersebut menunjuk adanya
hubungan antara suatu kondisi tertentu dengan konsekuensi
tertentu. Berbagai ketentuan dalam undang-undang pidana menunjukkan adanya hubungan tersebut. Sebagai contoh dapat dibaca bunyi pasal-pasal, dalam KUHP, misalnya :
Pasal 362.
“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan
b. pandangan katagoris (“catagorical judment”).
Dari berbagai pasal undang-undang dapat ditemukan adanya pasal-pasal yang tidak menunjukkan hubungan kondisi dan konsekuensi. Pasal-pasal seperti itu termasuk dalam pandangan kategoris contohnya seperti :
1. Pasal 10 KUHP, Pidana terdiri dari : a. Pidana pokok.
1) pidana mati; 2) pidana penjara; 3) pidana kurungan; 4) pidana denda;
b. Pidana Tambahan.
1) pencabutan hak-hak tertentu;
2) perampasan barang-barang tertentu; 3) pengumuman putusan hakim.
2. Pasal 3 ayat (1) Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
5. Penyimpangan terhadap kaidah hukum
Hukum sebagai kaedah hidup antar pribadi dalam kenyataannya dapat disimpangi. Artinya berbagai tindakan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan ketentuan-ketentuan kaedah hukum dapat saja ditemukan dalam kehidupan. Mengenai penyimpangan terhadap kaedah hukum ini dapat berupa:
A. Pengecualian atau dispensasi sebagai penyimpangan dari patokan atau pedoman dengan dasar yang sah itu mengenal dua dasar yang berbeda, yakni:
(1) Pembenaran (rechtvaardigingsgrond), misalnya dalam hukum pidana
a. “Noodtoestand”, umpamanya, dua orang terapung di laut dengan sebilah papan.
2) Bebas kesalahan (schuldopheffingsgrond), yang contohnya adalah berat lawan (overmacht) pasal 48 Kitab Undang-undang Hukum Pidana hal tersebut diatur, sebagai berikut :
“Tiada boleh dihukum barang siapa melakukan perbuatan karena terdorong berat lawan”.
B. Delict adalah penyimpangan dari patokan atau pedoman yang tidak mempunyai dasar sah; yang dimaksudkan dengan delict tidaklah sama dengan peristiwa perdata seperti perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad), sebagaimana antara lain disimpulkan dari pasal 1365 B.W. Kecuali itu juga peristiwa tata usaha negara, seperti “detournement de pouvoir” dan peristiwa tata negara, seperti excess de pouvoir; jadi, istilah delict di sini dipergunakan dalam arti luas.
Tidak hanya meliputi bidang hukum, akan tetapi juga mencakup hukum perdata dan hukum tata usaha negara, misalnya :
1. Dalam bidang hukum perdata: hal ganti rugi tambahan
(aanvullende schadevergoeding).
2. Dalam bidang hukum tata usaha negara: pemecatan dari jabatan
atau skorsing & terhadap seorang pegawai, pencabutan izin usaha, pencabutan Surat lzin Mengemudi (sanksi administratif).
3. Dalam bidang hukum pidana: hukuman itu disebut punishment
yang merupakan siksaan, yakni:
- Siksaan riil atau material, misalnya, hukuman mati, hukuman
denda, penyitaan barang, dan seterusnya.
- Siksaan idiil atau moral, misalnya, pengumuman keputusan
BERLAKUNYA KAEDAH HUKUM
BERLAKUNYA KAEDAH HUKUM
1.
1. YURIDIS YURIDIS
a.Hans Kelsen : berhubungan dengan stufen thorie
“bahwa hukum merupakan susunan kaedah” (yang harus hirarekie)
b.Zevenbergern : “bahwa suatu tata kaedah hukum
terbentuk menurut cara ditetapkan (pasal 5 UUD `45.
2.
2.SOSIOLOGISSOSIOLOGIS
berlakunya kaedah hukum adalah efektivitas dari kaedah hukum tersebut
a. Teori Kekuasaan: dapat dipaksakan oleh penguasa (Power Theori -Gustav Raddbrucl).
b. Teori Pengakuan: Kaedah Hukum berlaku karena penerimaan (pengakuan)
3.
3.FILOSOFISFILOSOFIS
ASAS HUKUM
Pengertian tentang asas hukum pada dasarnya
merujuk kepada pengertian “dasar-dasar umum yang terkandung dalam peraturan hukum, dan dasar-dasar umum tersebut merupakan sesuatu yang mengandung nilai-nilai etis”.
Jadi asas hukum bukanlah norma hukum konkrit
karena asas hukum adalah jiwanya norma hukum
itu. Asas hukum merupakan dasar lahirnya peraturan hukum, (ia adalah ratio legis-nya peraturan hukum).
Peraturan hukum adalah ketentuan konkrit tentang
Contoh asas-asas hukum :
- Asas presumption of innocence (praduga tidak bersalah) ialah bahwa seseorang dianggap tidak bersalah sebelum ada keputusan hakim yang menyatakan bahwa ia bersalah dan keputusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
- Asas in dubio pro reo ialah dalam keraguan diberlakukan ketentuan yang paling menguntungkan bagi si terdakwa.
- Asas similia similibus ialah bahwa perkara yang sama (sejenis) harus diputus sama (serupa).
- Asas pacta sunt servanda yaitu bahwa perjanjian yang sudah disepakati berlaku sebagai undang-undang pagi para pihak yang bersangkutan.
Asas The binding force of precedent, yaitu putusan hakim
sebelumnya mengikat hakim-hakim lainnya dalam perkara yang sama. Asas ini khusus dianut dalam sistem hukum Anglo Saxon.
Asas Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenadi
atau asas legalitas (Pasal 1 ayat 1 KUH Pidana), yaitu tidak ada perbuatan yang dapat dihukum, kecuali sebelumnya ada UU yang mengaturnya. Dianut oleh Indonesia.
Asas restitutio in integrum, yaitu ketertiban dalam
masyarakat haruslah dipulihkan pada keadaan semula, apabila terjadi konflik.
Asas cogatitionis poenam nemo patitur, yaitu tdk
Perbedaan Asas dan Norma
Asas hukum bukanlah norma hukum atau peraturan
Perbedaan antara asas dan norma
Perbedaan antara asas dan norma
a. Asas merupakan dasar pemikiran yang umum dan abstrak, sedangkan norma merupakan aturan yang riil. b. Asas adalah suatu ide atau konsep sedangkan norma
adalah penjabaran dari ide tersebut.
Sistem Hukum
Istilah sistem berasal dari perkataan
sys-tema, dalam bahasa Latin-Yunani, artinya
keseluruhan yang terdiri bermacam-macam
bagian.
Secara umum sistem didifinisikan sebagai
SISTEM HUKUM
(HAROLD J. BERMAN)
KESELURUHAN ATURAN DAN PROSEDUR YANG
SPESIFIK, YANG KARENA ITU DAPAT DIBEDAKAN CIRI-CIRINYA DARI KAEDAH-KAEDAH SOSIAL YANG LAIN
PADA UMUMNYA, DAN KEMUDIAN DARI PADA ITU YANG SECARA RELATIF KONSISTEN DITERAPKAN OLEH
SUATU STRUKTUR OTORITAS YANG PROFESIONAL
GUNA MENGONTROL PROSES-PROSES SOSIAL YANG
LAWRENCE M. FRIEDMAN
SISTEM HUKUM
3 BAGIAN/KOMPONEN
I. KOMPONEN STRUKTURAL
BERGERAK DI DALAM SUATU MEKANISME
LEMBAGA PEMBUAT UNDANG-UNDANG
PENGADILAN
PENEGAK HUKUM
II. KOMPONEN
II. KOMPONEN
SUBSTANSI
SUBSTANSI
HASIL NYATA DARI SISTEM HASIL NYATA DARI SISTEM
HUKUM
DASAR HK INDIVIDU BAGI
DASAR HK INDIVIDU BAGI
SIAPA SAJA
III. KOMPONEN BUDAYA HUKUM
SIKAP PUBLIK /WARGA MASYARAKAT BESERTA NILAI-NILAI YANG DIPEGANG
HUKUM KELUARGA
YONATHAN H. TURNER
ELEMEN SISTEM HUKUM
1. SEPERANGKAT KAEDAH/ ATURAN TINGKAH- LAKU
2. TATA CARA PENERAPAN
3. TATA CARA MENYELESAIKAN SENGKETA
HANS KELSEN
SISTEM HUKUM MERUPAKAN SISTEM
PERTANGGAAN KAEDAH
SUATU HUKUM YANG TINGKATNYA LEBIH RENDAH
HARUS BERDASAR PADA HUKUM YANG LEBIH TINGGI SIFATNYA
BERSUMBER PADA NORMA DASAR YANG DISEBUT
GRUNDNORM
FULLER
UKURAN UNTUK SISTEM HUKUM
8 ASAS PRINCIPLES OF LEGALITY
1. MENGANDUNG ATURAN-ATURAN
2. PERATURAN HARUS DIUMUMKAN
3.TIDAK BOLEH ADA PERATURAN YANG BERLAKU SURUT
4. DISUSUN DALAM RUMUSAN YANG BISA DIMENGERTI
6. TIDAK BOLEH MENGANDUNG TUNTUTAN
YANG MELEBIHI APA YANG DAPAT DILAKUKAN 7. TIDAK BOLEH ADA KEBIASAAN UNTUK
SERING MENGUBAH-UBAH PERATURAN SEHINGGA MENYEBABKAN SEORANG KEHILANGAN ORIENTASI
8. HARUS ADA KECOCOKAN ANTARA
MACAM - MACAM SISTEM
MACAM - MACAM SISTEM
HUKUM
HUKUM
1. SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL
BERKEMBANG DI NEGARA -NEGARA EROPA DARATAN
SERING DISEBUT SEBAGAI "CIVIL LAW"
BERASAL DARI KODIFIKASI HUKUM YANG BERLAKU DI
KEKAISARAN ROMAWI MASA PEMERINTAHAN KAISAR YUSTINIANUS ABAD VI S.M.
KUMPULAN PERATURAN HUKUMNYA DISEBUT
"CORPUS JURIS CIVILIS“
DIANUT, DIJADIKAN DASAR PERUMUSAN NEGARA-
NEGARA : JERMAN, BELANDA, PERANCIS, ITALIA,
PRINSIP DASAR SISTEM HUKUM
PRINSIP DASAR SISTEM HUKUM
EROPA KONTINENTAL
EROPA KONTINENTAL
HUKUM MEMPEROLEH KEKUATAN MENGIKAT, KARENA
DIWUJUDKAN DALAM PERATURAN-PERATURAN YANG BERBENTUK UNDANG-UNDANG DAN TERSUSUN SECARA
SISTEMATIK DI DALAM KODIFIKASI ATAU KOMPILASI TERTENTU
TUJUAN HUKUM: KEPASTIAN HUKUM (NILAI UTAMA) HANYA
DAPAT DIWUJUDKAN KALAU TINDAKAN-TINDAKAN HUKUM MANUSIA DI DALAM PERGAULAN HIDUP DIATUR DENGAN PERATURAN HUKUM TERTULIS;
HAKIM TIDAK DAPAT LELUASA MENCIPTAKAN HUKUM YANG
2. SISTEM HUKUM ANGLO-SAXON
SISTEM HUKUM ANGLO SAXON = SISTEM HUKUM
ANGLO AMERIKA
ASAL: DARI INGGRIS ABAD XI, SERING DISEBUT
SEBAGAI SISTEM " COMMON LAW" DAN SISTEM "UNWRITTEN LAW". TAPI TIDAK SEPENUHNYA
BENAR, DIKENAL JUGA ADANYA SUMBER-SUMBER HUKUM TERTULIS (STATUTES)
MERUPAKAN SISTEM HUKUM POSITIF DI AMERIKA
PRINSIP DASAR SISTEM HUKUM
PRINSIP DASAR SISTEM HUKUM
ANGLO SAXON
ANGLO SAXON
SUMBER HUKUM : PUTUSAN-PUTUSAN HAKIM DAN ATAU
PENGADILAN, MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM.
PRINSIP- PRINSIP DAN KAEDAH HUKUM DIBENTUK DAN MENJADI KAEDAH YANG MENGIKAT UMUM.
SUMBER-SUMBER HUKUM, SEPERTI PUTUSAN HAKIM, KEBIASAAN, PERATURAN TERTULIS, UNDANG-UNDANG,
DAN PERATURAN ADMINISTRASI NEGARA TIDAK
TERSUSUN SECARA SISTEMATIK DALAM HIERARKI
PERANAN HAKIM BERFUNGSI TIDAK HANYA SEBAGAI PIHAK YANG BERTUGAS MENETAPKAN DAN
MENAFSIRKAN PERATURAN HUKUM SAJA, JUGA MEMBENTUK SELURUH TATA KEHIDUPAN
MASYARAKAT
HAKIM MEMPUNYAI WEWENANG SANGAT LUAS UNTUK
MENAFSIRKAN PERATURAN HUKUM YANG BERLAKU DAN MENCIPTAKAN PRINSIP-PRINSIP HUKUM BARU
HUKUM BARU AKAN MENJADI PEGANGAN BAGI
DOKTRIN YANG DIANUT OLEH
DOKTRIN YANG DIANUT OLEH
SISTEM HUKUM ANGLOSAXON
SISTEM HUKUM ANGLOSAXON
THE DOCTRINE OF PRECEDENT/
THE DOCTRINE OF PRECEDENT/
STARE DECISIS
STARE DECISIS
HUKUM YANG SUDAH ADA DI DALAM PUTUSAN
HAKIM LAIN DARI PERKARA SEJENIS
BILA BELUM ADA PUTUSAN TERDAHULU, HAKIM
DALAM MEMUTUSAKAN PERKARA SESEORANG DAPAT MENETAPKAN PUTUSAN BARU
BERDASAR KAN NILAI-NILAI KEADILAN, KEBENARAN AKAL SEHAT
KARENA BERKEMBANG DARI PUTUSAN HAKIM
UNTUK SUATU PERKARA ATAU KASUS, MAKA
3. SISTEM HUKUM ADAT
SISTEM HUKUM ADAT HANYA DALAM
KEHIDUPAN SOSIAL DI INDONESIA
ISTILAHNYA BERASAL DARI BAHASA
PENGERTIAN HUKUM ADAT MENGANDUNG
MAKNA: HUKUM INDONESIA DAN KESUSILAAN MASYARA KAT MERUPAKAN HUKUM ADAT
BERSUMBER PADA PERATURAN-PERATURAN
BERSIFAT TRADISIONAL DENGAN BERPANGKAL
KEPADA KEHENDAK NENEK MOYANG
DAPAT BERUBAH TERGANTUNG DARI PENGARUH
KEJADIAN DAN KEADAAN HIDUP YANG SILIH BERGANTI
PEMUKA ADAT BERPERAN MELAKSANAKAN SISTEM
PEMUKA ADAT DIANGGAP SBG ORANG YANG
PALING MAMPU MENJALANKAN DAN MEMELIHARA PERATURAN, SELALU DITAATI MASYARAKATNYA BERDASARKAN KEPERCAYAAN PADA NENEK
MOYANG
PERANAN INI DAPAT MENGUBAH HUKUM ADAT
SESUAI KEBUTUHAN MASYARAKAT TANPA
4. SISTEM HUKUM ISLAM
DIANUT OLEH MASYARAKAT ARAB, BERKEMBANG DI ASIA, AFRIKA, EROPA DAN AMERIKA SECARA
INDIVIDUAL/ KELOMPOK
BERSUMBER HUKUM PADA : QURAN, SUNAH NABI, IJMA DAN QIYAS
SISTEM HUKUM DALAM HUKUM FIKH TERDIRI
DARI DUA HUKUM POKOK YAITU HUKUM ROHANIAH DISEBUT IBADAT. HUKUM DUNIAWI TERDIRI DARI :
MUAMALAT TATA TERTIB HUKUM ANTAR
MANUSIA (JUAL BELI, HK. TANAH, HAK MILIK DLL)
NIKAH YAITU MEMBENTUK KELUARGA
JINAYAT YAITU HUKUM PIDANA, ANCAMAN