• Tidak ada hasil yang ditemukan

PIH hand out5 Materi Kuliah Semester 1 | FKPH GUIDE pih hand out 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PIH hand out5 Materi Kuliah Semester 1 | FKPH GUIDE pih hand out 5"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KAEDAH HUKUM

(3)

Manusia di samping sebagai anggota masyarakat yang keberadaannya tidak terlepas dari hubungan sesamanya, juga dia masih bisa dilihat sebagai makhluk mandiri yang punya “kepribadian” yang berbeda dengan manusia yang lain. Jadi sifat kehidupan berkelompok dengan perangkat aturan-aturannya sendiri dan kehidupan pribadi yang juga punya aturannya sendiri merupakan dasar dari adanya berbagai macam kaedah. Oleh karena itu dapatlah dijelaskan bahwa berbagai kaedah yang menguasai kehidupan manusia itu dapat dibedakan menjadi:

- Tata Kaedah Aspek hidup Pribadi.

(4)

KAEDAH HUKUM ABSTRAK DAN KAEDAH HUKUM kaedah-kaedah sederhana dapatlah diuraikan sebagai berikut:

(5)

Sahnya kaedah

Kaedah yang lebih rendah senantiasa tergantung atau didasarkan pada kaedah-kaedah yang lebih tinggi pada tingkat tertib hukum nasional (national legal order), konstitusi menduduki tempat yang paling tinggi. Jadi dalam tertib hukum nasional negara kita, Undang-undang Dasar 1945 merupakan kaedah hukum yang tertinggi, sehingga segala bentuk perundang-undangan yang ada seharusnya merupakan pencerminan jiwa dan asas-asas yang terkandung dalam Undang-undang Dasar 1945. Konsekuensi dari ajaran Hans Kelsen tersebutlah bahwa setiap bentuk perundang-undangan yang tidak sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 seharusnya dinyatakan tidak berlaku atau dicabut, setelah melalui suatu proses pengujian melalui Mahkamah Konstitusi (Psl. 24 C UUD `45)

(6)

Menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Undang-undang no.14 tahun 1970).

Pengujian secara material terhadap perundang-undangan di Indonesia hanya dimungkinkan terhadap peraturan-peraturan yang derajatnya lebih rendah dari undang-undang. Hal tersebut dapat di baca dalam pasal 26 ayat (1) Undang-undang no.14 tahun 1970 tentang Pokok Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi sebagai berikut :

“Mahkamah Agung berwenang, untuk menyatakan tidak sah semua perundangan dari tingkat yang lebih rendah dari undang-undang atas alasan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi”.

(7)

Konstitusi

sebagai

kaidah

hukum

positif

merupakan kaidah hukum tertinggi yang tidak

tergantung pada suatu bentuk kaidah hukum

positif, tetapi ditentukan oleh suatu kaedah yang

dirumuskan

oleh

pemikiran

yuridis

yang

merupakan kaidah dasar yang hipotetis.

Uraian mengenai hal tersebut dapat digambarkan

dalam suatu bagan sebagai berikut :

Kaedah Dasar yang hipotetis

Konstitusi Hukum kebiasaan

Undang-undang

Kaidah-kaidah

di bentuk oleh badan legislatif

(8)

Kaedah hukum konkrit atau kaedah hukum individual dapat dijelaskan dengan beberapa contoh dibawah ini :

1) Seseorang telah melakukan perbuatan yang diancam oleh ketentuan hukum pidana yang berlaku, misalnya mencuri.

Melakukan pencurian diancam pidana oleh ketentuan pasal 362 KUHP. Jika orang tersebut terbukti memenuhi unsur-unsur yang disebutkan dalam pasal yang bersangkutan, maka hukuman dapat dijatuhkan oleh Pengadilan. Keputusan pengadilan yang menjatuhkan hukuman terhadap orang tersebut merupakan kaedah hukum konkrit yang khusus ditujukan kepada orang tertentu, yakni si pelaku. Hal ini berbeda dengan ketentuan yang dipakai sebagai dasar untuk penjatuhan hukuman yang merupakan kaedah hukum abstrak yang berlaku umum, artinya berlaku bagi siapa saja yang memenuhi rumusan pasal tersebut.

(9)

 Contohnya adalah ijin yang dikeluarkan untuk melakukan impor/ekspor barang-barang tertentu, ijin untuk mendirikan bangunan, ijin mengemudikan kendaraan bermotor dan berbagai ijin yang lain. Berbag·ai ijin yang dikeluarkan oleh “bestuur” tersebut juga merupakan kaidah-kaidah hukum konkrit/individual.

 Dari contoh-contoh yang dikemukakan di atas terlihat bahwa yang diatur adalah tentang sikap tindak atau perilaku tertentu yang khusus dan kongkrit dari pihak-pihak tertentu saja.

(10)

3. Isi dan sifat Kaedah Hukum

Suatu kaedah hukum jika ditinjau dari segi isinya dapat dikenal adanya tiga macam kaedah. Ketiga macam kaedah tersebut adalah:

- Kaedah hukum yang mengandung atau berisikan suruhan (“gebod”).

- Kaedah hukum yang mengandung atau berisikan larangan (“verbod”)

- Kaedah hukum yang mengandung atau berisikan kebolehan (“mogen”).

Dari ketiga macam kaedah hukum tersebut dapat diberi beberapa contoh sebagai berikut

a. kaedah hukum yang berisikan suruhan yang terdapat dalam hukum Tata Negara kita adalah ketentuan yang terdapat dalam pasal 22 ayat (1), (2), dan (3) Undang-undang Dasar 1945

yang berbunyi sebagai berikut :

- Dalam hal-ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang.

- Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.

(11)

b. Kaedah hukum yang berisikan larangan .

Kaedah ini dapat ditemukan dalam pasal 8 dari UU No. 1 Tahun 1974 yang pada dasarnya menyatakan

bahwa suatu perkawinan dilarang dilangsungkan antar dua orang yang :

-berhubungan darah dalan garis keturunan ke bawah ataupun ke atas.

(12)

c. Kaidah hukum yang berisikan kebolehan dapat

dijumpai dalam pasal 29 ayat (1) Undang-undang No.1 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa pihak-pihak yang menikah dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disyahkan oleh Pegawai pencatat perkawinan pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan asalkan tidak melanggar batas-batas hukum agama dan kesusilaan.

Di samping pembedaan kaedah hukum menurut

isinya, kaedah hukum dapat pula dibedakan menurut sifatnya, yang dapat dikelompokkan ke dalam:

(1) Kaedah-kaedah hukum yang bersifat imperatif (kaedah suruhan dan larangan)

(13)

4. Perumusan Kaedah Hukum

Kaedah hukum sebagai bagian dari tata kaedah yang mengatur aspek hidup antar pribadi bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama. Seperti halnya dengan kaedah-kaedah yang lain, kaedah hukum juga mematoki atau memberi pedoman, di samping sifat membatasi, perilaku/sikap tindak pribadi dalam hubungannya dengan pribadi lain. Supaya pedoman tersebut dapat dimengerti, maka kaedah hukum perlu dirumuskan sedemikian rupa sehingga dengan rumusan-rumusan tersebut selanjutnya dapat dijadikan pedoman bersama.

Perumusan kaedah hukum dapat digolongkan ke dalam dua pandangan yakni:

a. pandangan hipotetis atau bersyarat, (“hypothetical judment”')

Suatu kaedah hukum digolongkan ke dalam pandangan hipotetis bilamana perumusan kaedah tersebut menunjuk adanya

hubungan antara suatu kondisi tertentu dengan konsekuensi

tertentu. Berbagai ketentuan dalam undang-undang pidana menunjukkan adanya hubungan tersebut. Sebagai contoh dapat dibaca bunyi pasal-pasal, dalam KUHP, misalnya :

Pasal 362.

“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan

(14)

b. pandangan katagoris (“catagorical judment”).

Dari berbagai pasal undang-undang dapat ditemukan adanya pasal-pasal yang tidak menunjukkan hubungan kondisi dan konsekuensi. Pasal-pasal seperti itu termasuk dalam pandangan kategoris contohnya seperti :

1. Pasal 10 KUHP, Pidana terdiri dari : a. Pidana pokok.

1) pidana mati; 2) pidana penjara; 3) pidana kurungan; 4) pidana denda;

b. Pidana Tambahan.

1) pencabutan hak-hak tertentu;

2) perampasan barang-barang tertentu; 3) pengumuman putusan hakim.

2. Pasal 3 ayat (1) Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

(15)

5. Penyimpangan terhadap kaidah hukum

Hukum sebagai kaedah hidup antar pribadi dalam kenyataannya dapat disimpangi. Artinya berbagai tindakan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan ketentuan-ketentuan kaedah hukum dapat saja ditemukan dalam kehidupan. Mengenai penyimpangan terhadap kaedah hukum ini dapat berupa:

A. Pengecualian atau dispensasi sebagai penyimpangan dari patokan atau pedoman dengan dasar yang sah itu mengenal dua dasar yang berbeda, yakni:

(1) Pembenaran (rechtvaardigingsgrond), misalnya dalam hukum pidana

a. “Noodtoestand”, umpamanya, dua orang terapung di laut dengan sebilah papan.

(16)

2) Bebas kesalahan (schuldopheffingsgrond), yang contohnya adalah berat lawan (overmacht) pasal 48 Kitab Undang-undang Hukum Pidana hal tersebut diatur, sebagai berikut :

“Tiada boleh dihukum barang siapa melakukan perbuatan karena terdorong berat lawan”.

(17)

B. Delict adalah penyimpangan dari patokan atau pedoman yang tidak mempunyai dasar sah; yang dimaksudkan dengan delict tidaklah sama dengan peristiwa perdata seperti perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad), sebagaimana antara lain disimpulkan dari pasal 1365 B.W. Kecuali itu juga peristiwa tata usaha negara, seperti “detournement de pouvoir” dan peristiwa tata negara, seperti excess de pouvoir; jadi, istilah delict di sini dipergunakan dalam arti luas.

Tidak hanya meliputi bidang hukum, akan tetapi juga mencakup hukum perdata dan hukum tata usaha negara, misalnya :

1. Dalam bidang hukum perdata: hal ganti rugi tambahan

(aanvullende schadevergoeding).

2. Dalam bidang hukum tata usaha negara: pemecatan dari jabatan

atau skorsing & terhadap seorang pegawai, pencabutan izin usaha, pencabutan Surat lzin Mengemudi (sanksi administratif).

3. Dalam bidang hukum pidana: hukuman itu disebut punishment

yang merupakan siksaan, yakni:

- Siksaan riil atau material, misalnya, hukuman mati, hukuman

denda, penyitaan barang, dan seterusnya.

- Siksaan idiil atau moral, misalnya, pengumuman keputusan

(18)

BERLAKUNYA KAEDAH HUKUM

BERLAKUNYA KAEDAH HUKUM

1.

1. YURIDIS YURIDIS

a.Hans Kelsen : berhubungan dengan stufen thorie

“bahwa hukum merupakan susunan kaedah” (yang harus hirarekie)

b.Zevenbergern : “bahwa suatu tata kaedah hukum

terbentuk menurut cara ditetapkan (pasal 5 UUD `45.

2.

2.SOSIOLOGISSOSIOLOGIS

berlakunya kaedah hukum adalah efektivitas dari kaedah hukum tersebut

a. Teori Kekuasaan: dapat dipaksakan oleh penguasa (Power Theori -Gustav Raddbrucl).

b. Teori Pengakuan: Kaedah Hukum berlaku karena penerimaan (pengakuan)

3.

3.FILOSOFISFILOSOFIS

(19)
(20)

ASAS HUKUM

 Pengertian tentang asas hukum pada dasarnya

merujuk kepada pengertian “dasar-dasar umum yang terkandung dalam peraturan hukum, dan dasar-dasar umum tersebut merupakan sesuatu yang mengandung nilai-nilai etis”.

 Jadi asas hukum bukanlah norma hukum konkrit

karena asas hukum adalah jiwanya norma hukum

itu. Asas hukum merupakan dasar lahirnya peraturan hukum, (ia adalah ratio legis-nya peraturan hukum).

 Peraturan hukum adalah ketentuan konkrit tentang

(21)

Contoh asas-asas hukum :

- Asas presumption of innocence (praduga tidak bersalah) ialah bahwa seseorang dianggap tidak bersalah sebelum ada keputusan hakim yang menyatakan bahwa ia bersalah dan keputusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

- Asas in dubio pro reo ialah dalam keraguan diberlakukan ketentuan yang paling menguntungkan bagi si terdakwa.

- Asas similia similibus ialah bahwa perkara yang sama (sejenis) harus diputus sama (serupa).

- Asas pacta sunt servanda yaitu bahwa perjanjian yang sudah disepakati berlaku sebagai undang-undang pagi para pihak yang bersangkutan.

(22)

Asas The binding force of precedent, yaitu putusan hakim

sebelumnya mengikat hakim-hakim lainnya dalam perkara yang sama. Asas ini khusus dianut dalam sistem hukum Anglo Saxon.

Asas Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenadi

atau asas legalitas (Pasal 1 ayat 1 KUH Pidana), yaitu tidak ada perbuatan yang dapat dihukum, kecuali sebelumnya ada UU yang mengaturnya. Dianut oleh Indonesia.

Asas restitutio in integrum, yaitu ketertiban dalam

masyarakat haruslah dipulihkan pada keadaan semula, apabila terjadi konflik.

Asas cogatitionis poenam nemo patitur, yaitu tdk

(23)

Perbedaan Asas dan Norma

 Asas hukum bukanlah norma hukum atau peraturan

(24)

Perbedaan antara asas dan norma

Perbedaan antara asas dan norma

a. Asas merupakan dasar pemikiran yang umum dan abstrak, sedangkan norma merupakan aturan yang riil. b. Asas adalah suatu ide atau konsep sedangkan norma

adalah penjabaran dari ide tersebut.

(25)
(26)

Sistem Hukum

Istilah sistem berasal dari perkataan

sys-tema, dalam bahasa Latin-Yunani, artinya

keseluruhan yang terdiri bermacam-macam

bagian.

Secara umum sistem didifinisikan sebagai

(27)

SISTEM HUKUM

(HAROLD J. BERMAN)

KESELURUHAN ATURAN DAN PROSEDUR YANG

SPESIFIK, YANG KARENA ITU DAPAT DIBEDAKAN CIRI-CIRINYA DARI KAEDAH-KAEDAH SOSIAL YANG LAIN

PADA UMUMNYA, DAN KEMUDIAN DARI PADA ITU YANG SECARA RELATIF KONSISTEN DITERAPKAN OLEH

SUATU STRUKTUR OTORITAS YANG PROFESIONAL

GUNA MENGONTROL PROSES-PROSES SOSIAL YANG

(28)

LAWRENCE M. FRIEDMAN

SISTEM HUKUM

3 BAGIAN/KOMPONEN

I. KOMPONEN STRUKTURAL

BERGERAK DI DALAM SUATU MEKANISME

LEMBAGA PEMBUAT UNDANG-UNDANG

PENGADILAN

PENEGAK HUKUM

(29)

II. KOMPONEN

II. KOMPONEN

SUBSTANSI

SUBSTANSI

HASIL NYATA DARI SISTEM HASIL NYATA DARI SISTEM

HUKUM

DASAR HK INDIVIDU BAGI

DASAR HK INDIVIDU BAGI

SIAPA SAJA

(30)

III. KOMPONEN BUDAYA HUKUM

SIKAP PUBLIK /WARGA MASYARAKAT BESERTA NILAI-NILAI YANG DIPEGANG

HUKUM KELUARGA

(31)

YONATHAN H. TURNER

ELEMEN SISTEM HUKUM

1. SEPERANGKAT KAEDAH/ ATURAN TINGKAH- LAKU

2. TATA CARA PENERAPAN

3. TATA CARA MENYELESAIKAN SENGKETA

(32)

HANS KELSEN

SISTEM HUKUM MERUPAKAN SISTEM

PERTANGGAAN KAEDAH

SUATU HUKUM YANG TINGKATNYA LEBIH RENDAH

HARUS BERDASAR PADA HUKUM YANG LEBIH TINGGI SIFATNYA

BERSUMBER PADA NORMA DASAR YANG DISEBUT

GRUNDNORM

(33)

FULLER

UKURAN UNTUK SISTEM HUKUM

8 ASAS PRINCIPLES OF LEGALITY

1. MENGANDUNG ATURAN-ATURAN

2. PERATURAN HARUS DIUMUMKAN

3.TIDAK BOLEH ADA PERATURAN YANG BERLAKU SURUT

4. DISUSUN DALAM RUMUSAN YANG BISA DIMENGERTI

(34)

6. TIDAK BOLEH MENGANDUNG TUNTUTAN

YANG MELEBIHI APA YANG DAPAT DILAKUKAN 7. TIDAK BOLEH ADA KEBIASAAN UNTUK

SERING MENGUBAH-UBAH PERATURAN SEHINGGA MENYEBABKAN SEORANG KEHILANGAN ORIENTASI

8. HARUS ADA KECOCOKAN ANTARA

(35)

MACAM - MACAM SISTEM

MACAM - MACAM SISTEM

HUKUM

HUKUM

1. SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL

BERKEMBANG DI NEGARA -NEGARA EROPA DARATAN

SERING DISEBUT SEBAGAI "CIVIL LAW"

BERASAL DARI KODIFIKASI HUKUM YANG BERLAKU DI

KEKAISARAN ROMAWI MASA PEMERINTAHAN KAISAR YUSTINIANUS ABAD VI S.M.

KUMPULAN PERATURAN HUKUMNYA DISEBUT

"CORPUS JURIS CIVILIS“

DIANUT, DIJADIKAN DASAR PERUMUSAN NEGARA-

NEGARA : JERMAN, BELANDA, PERANCIS, ITALIA,

(36)

PRINSIP DASAR SISTEM HUKUM

PRINSIP DASAR SISTEM HUKUM

EROPA KONTINENTAL

EROPA KONTINENTAL

HUKUM MEMPEROLEH KEKUATAN MENGIKAT, KARENA

DIWUJUDKAN DALAM PERATURAN-PERATURAN YANG BERBENTUK UNDANG-UNDANG DAN TERSUSUN SECARA

SISTEMATIK DI DALAM KODIFIKASI ATAU KOMPILASI TERTENTU

TUJUAN HUKUM: KEPASTIAN HUKUM (NILAI UTAMA) HANYA

DAPAT DIWUJUDKAN KALAU TINDAKAN-TINDAKAN HUKUM MANUSIA DI DALAM PERGAULAN HIDUP DIATUR DENGAN PERATURAN HUKUM TERTULIS;

HAKIM TIDAK DAPAT LELUASA MENCIPTAKAN HUKUM YANG

(37)

2. SISTEM HUKUM ANGLO-SAXON

SISTEM HUKUM ANGLO SAXON = SISTEM HUKUM

ANGLO AMERIKA

ASAL: DARI INGGRIS ABAD XI, SERING DISEBUT

SEBAGAI SISTEM " COMMON LAW" DAN SISTEM "UNWRITTEN LAW". TAPI TIDAK SEPENUHNYA

BENAR, DIKENAL JUGA ADANYA SUMBER-SUMBER HUKUM TERTULIS (STATUTES)

MERUPAKAN SISTEM HUKUM POSITIF DI AMERIKA

(38)

PRINSIP DASAR SISTEM HUKUM

PRINSIP DASAR SISTEM HUKUM

ANGLO SAXON

ANGLO SAXON

SUMBER HUKUM : PUTUSAN-PUTUSAN HAKIM DAN ATAU

PENGADILAN, MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM.

PRINSIP- PRINSIP DAN KAEDAH HUKUM DIBENTUK DAN MENJADI KAEDAH YANG MENGIKAT UMUM.

SUMBER-SUMBER HUKUM, SEPERTI PUTUSAN HAKIM, KEBIASAAN, PERATURAN TERTULIS, UNDANG-UNDANG,

DAN PERATURAN ADMINISTRASI NEGARA TIDAK

TERSUSUN SECARA SISTEMATIK DALAM HIERARKI

(39)

PERANAN HAKIM BERFUNGSI TIDAK HANYA SEBAGAI PIHAK YANG BERTUGAS MENETAPKAN DAN

MENAFSIRKAN PERATURAN HUKUM SAJA, JUGA MEMBENTUK SELURUH TATA KEHIDUPAN

MASYARAKAT

HAKIM MEMPUNYAI WEWENANG SANGAT LUAS UNTUK

MENAFSIRKAN PERATURAN HUKUM YANG BERLAKU DAN MENCIPTAKAN PRINSIP-PRINSIP HUKUM BARU

HUKUM BARU AKAN MENJADI PEGANGAN BAGI

(40)

DOKTRIN YANG DIANUT OLEH

DOKTRIN YANG DIANUT OLEH

SISTEM HUKUM ANGLOSAXON

SISTEM HUKUM ANGLOSAXON

THE DOCTRINE OF PRECEDENT/

THE DOCTRINE OF PRECEDENT/

STARE DECISIS

STARE DECISIS

HUKUM YANG SUDAH ADA DI DALAM PUTUSAN

HAKIM LAIN DARI PERKARA SEJENIS

(41)

BILA BELUM ADA PUTUSAN TERDAHULU, HAKIM

DALAM MEMUTUSAKAN PERKARA SESEORANG DAPAT MENETAPKAN PUTUSAN BARU

BERDASAR KAN NILAI-NILAI KEADILAN, KEBENARAN AKAL SEHAT

KARENA BERKEMBANG DARI PUTUSAN HAKIM

UNTUK SUATU PERKARA ATAU KASUS, MAKA

(42)

3. SISTEM HUKUM ADAT

SISTEM HUKUM ADAT HANYA DALAM

KEHIDUPAN SOSIAL DI INDONESIA

ISTILAHNYA BERASAL DARI BAHASA

(43)

PENGERTIAN HUKUM ADAT MENGANDUNG

MAKNA: HUKUM INDONESIA DAN KESUSILAAN MASYARA KAT MERUPAKAN HUKUM ADAT

BERSUMBER PADA PERATURAN-PERATURAN

(44)

BERSIFAT TRADISIONAL DENGAN BERPANGKAL

KEPADA KEHENDAK NENEK MOYANG

DAPAT BERUBAH TERGANTUNG DARI PENGARUH

KEJADIAN DAN KEADAAN HIDUP YANG SILIH BERGANTI

PEMUKA ADAT BERPERAN MELAKSANAKAN SISTEM

(45)

PEMUKA ADAT DIANGGAP SBG ORANG YANG

PALING MAMPU MENJALANKAN DAN MEMELIHARA PERATURAN, SELALU DITAATI MASYARAKATNYA BERDASARKAN KEPERCAYAAN PADA NENEK

MOYANG

PERANAN INI DAPAT MENGUBAH HUKUM ADAT

SESUAI KEBUTUHAN MASYARAKAT TANPA

(46)

4. SISTEM HUKUM ISLAM

DIANUT OLEH MASYARAKAT ARAB, BERKEMBANG DI ASIA, AFRIKA, EROPA DAN AMERIKA SECARA

INDIVIDUAL/ KELOMPOK

BERSUMBER HUKUM PADA : QURAN, SUNAH NABI, IJMA DAN QIYAS

(47)

SISTEM HUKUM DALAM HUKUM FIKH TERDIRI

DARI DUA HUKUM POKOK YAITU HUKUM ROHANIAH DISEBUT IBADAT. HUKUM DUNIAWI TERDIRI DARI :

MUAMALAT TATA TERTIB HUKUM ANTAR

MANUSIA (JUAL BELI, HK. TANAH, HAK MILIK DLL)

NIKAH YAITU MEMBENTUK KELUARGA

JINAYAT YAITU HUKUM PIDANA, ANCAMAN

(48)

Referensi

Dokumen terkait

Slogan-slogan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai hiasan tetapi ajar- an yang harus diamalkan oleh para santri dan jamaah Pondok Pesantren Bi Ba’a Fadlrah. Berfungsi juga

Banyaknya hujan dalam waktu tertentu yang dapat diharapkan terjadi pada suatu daerah aliran dengan satu frekuensi yang dike- tahui. kemungkinan presipitasi: possible

Hal tersebut terjadi karena pada saat beton belum mengalami retak ( first crack ) maka pada balok masih memiliki nilai kekakuan yang sangat tinggi, sehingga defleksi

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan Granger Causality Test yang bertujuan untuk melihat hubungan timbal balik

Repertoar kultural yang disajikan oleh komunitas Punk Muslim sesungguhnya merepresentasikan ikhtiar anak muda Muslim Indonesia untuk menegosiasikan elemen-elemen Islam

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Selain itu Perusahaan telah mengasuransikan seluruh uang, barang jaminan, aset dan barang inventaris Perusahaan yang berada di seluruh kantor Perum Pegadaian dan tempat lain kepada

Menurut Abu Abdillah Muhammad (1997) dalam kitab al-jawab al-kafi liman saala an dawa kafi, dosa-dosa itu akan mengakibatkan; 1) Tertutupnya seseorang dari mendapatkan