• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Contextual Dalam Mening

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Metode Contextual Dalam Mening"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

Alamat email: imaculatapesi23@gmail.com

PENERAPAN METODE CONTEXTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS III SDK WELAMOSA PADA KOMPETENSI DASAR MENGAMALKAN NILAI-NILAI SUMPAH

PEMUDA TAHUN AJARAN 2011/2012

DISUSUN OLEH :

NAMA : MARIA IMACULATA PESI

N I M : 821343291

PROGRAM STUDI : S1 PENDIDIKAN GURU SD

POKJAR : ENDE

UBPJJUT : KUPANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA

TAHUN 2014.2

(2)

ABSTRAK

Maria Imaculata Pesi (2014.2) :” Penerapan Metode Contextual Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas III SDK Welamosa Pada Kompetensi Dasar Mengamalkan Nilai-Nilai Sumpah Pemuda Tahun Ajaran 2011/2012”.

Kontruktivisme mengajarkan bahwa belajar adalah membangun pemahaman atau pengetahuan (Contructing Understanding or Knowledge) yang di lakukan dengan cara mencocokan fenomena, idea tau aktivitas yang baru dengan pengetahuan yang telah ada dan sudah pernah di pelajari. Konsekuensi dari konsep belajar seperti ini adalah siswa dengan sungguh-sungguh membangun konsep pribadi (mind consept) dalam sudut pandang belajar bermakna dan bukan sekedar halangan atau tiruan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar PKn pada materi Sumpah Pemuda pada murid kelas III SDIWelamosa. Manfaat proses penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman tentang makna sumpah pemuda.

Metode penelitian yang dipakai adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peneliti sebagai mitra penelitian.Bentuk penelitian ini adalah model siklus sebanyak tiga kali pengamatan dan tindakan,yang terdiri dari beberapa fase pengamatan kegiatan pembelajaran. Prosedur pelaksanannya mengacu kepada mode yang dikembangkan oleh Kemiss&Mc.Tagart ,setiap siklus teridiri dari empat kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Proses penelitian dengan menggunakan model kontekstual , berhasil dilakukan guru dengan meningkatnya hasil belajar siswa, hal ini terbukti dengan peningkatan nilai rata- rata kelas dai murid kelas III SDK Welamosa Ende yang kenaikan cukup Significant dari rata-rata kelas 59,25 naik 62,50 dan menjadi 72,5

Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada berbagai pihak yang terkait khususnya bagi guru sekolah dasar, diharapkan dapat menjadi modal pengembangan untuk meningkatkan mutu-unjuk kerja guru professional guru dilapangan dan dapat meningkatkan mutu pembelajaran PKn.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan Perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi paradigma Pembelajaran dari yang bersifat behaviorastik menjadi kontruk-tifistik dari yang berpusat pada guru (teaching centered) menuju pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered).

Kontruktivisme mengajarkan bahwa belajar adalah membangun pemahaman atau pengetahuan (Contructing Understanding or Knowledge) yang di lakukan dengan cara mencocokan fenomena, idea tau aktivitas yang baru dengan pengetahuan yang telah ada dan sudah pernah di pelajari. Konsekuensi dari konsep belajar seperti ini adalah siswa dengan sungguh-sungguh membangun konsep pribadi (mind consept) dalam sudut pandang belajar bermakna dan bukan sekedar halangan atau tiruan.

(4)

Dengan demikian peranan guru hanya terbatas pada pemberian rangsangan kepada siswa agar ia dapat mencapai tingkat tertinggi, namun harus diupayakan siswa sendiri yang mencapai tingkatan tertinggi dengan cara dan gayanya.

Terdapat anggapan umum Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang mudah sehingga tidak perlu dirisaukan kesanggupan siswa untuk menguasainya. Namun kenyataan tidak semua siswa menunjukan hasil belajar yang memuaskan, dan belum mampu memaknai nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari dan berbagai sikap positif seorang Warga Negara. Berdasarkan hasil observasi pra penelitian tindakan kelas diperoleh informasi bahwa pembelajaran PKn di kelas III SDK Welamosa menunjukan kurangnya partisipasi siswa dalam belajar sehingga mutu hasil belajar kurang baik. Gambaran tersebut menunjukan adanya kesenjangan antara kondisi actual yang dihadapi di kelas dengan kondisi optimal yang diharapkan hal ini dapat dilihat dari table dibawah ini.

(5)

Sumber : Guru PKn

Dari tabel di atas, mengidentifikasikan sebagian besar siswa (55%)

belum mampu memahami konsep materi Nilai-Nilai Sumpah Pemuda dengan

baik sehingga penyebab nilai hasil belajar siswa rendah. Prestasi belajar siswa

yang tuntas hanya 45% hasil tes awal nilai prestasi belajar siswa rendah

disebabkan oleh beberapa factor antara lain :

1. Dari Sudut Pandang Siswa.

a. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi PKn yang

bersifat teoritis.

b. Kurangnya kemampuan siswa dalam merumuskan contoh-contoh

Implementasi konsep PKn mata pelajaran lembaga-lembaga

pemerintahan desa dan pemerintah kecamatan dalam kehidupan

sehari-hari.

(6)

a. Belum optimalnya persiapan/motifasi belajar siswa sehingga hasil

belajar rendah.

b. Kurang kondusifnya metode mengajar yang digunakan guru untuk

memotifasi belajar siswa di kelas.

Jika permasalahan tersebut di atas tidak segera dipecahkan akan

memberikan dampak negative terhadap kelancaran proses pembelajaran di

kelas seperti :

a. Kesulitan dalam menghidupkan suasana kelas, karena kurang keaktifan

siswa dalam kegiatan pembelajaran.

b. Kurangnya motifasi siswa dalam belajar PKn.

c. Prestasi belajar siswa mata pelajaran PKn kurang memuaskan.

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi pembelajaran

di atas yakni dengan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran yang menarik

sesuai dengan situasi dan kondisi siswa di kelas. Alternatif tindakan yang

dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran PKn materi ajar Nilai-Nilai

Sumpah Pemuda.

Berdasarkan alternatif tindakan di atas maka perlu dilakukan

penelitian tindakan dengan judul : “Penerapan Metode Contextual Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas III SDK Welamosa Pada Kompetensi Dasar Mengamalkan Nilai-Nilai Sumpah Pemuda Tahun Ajaran 2011/2012”.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana meningkatkan pemahaman konsep nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari pada siswa Kelas 3 SDK Welamosa ?

2. Apakah dengan metode kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas 3 SDK Welamosa ?

C. Tujuan Perbaikan

(7)

1. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn kompetensi dasar mengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda.

2. Meningkatkan aktivitas siswa Kelas 3 SDK Welamosa dalam pembelajaran PKn.

D. Manfaat Perbaikan 1. Bagi Sekolah

a. Memberikan informasi tentang kemampuan guru dalam memvariasikan bentuk pelayanan kepada siswa dalam belajar.

b. Memberikan informasi tentang profil guru dan siswa dalam belajar. c. Memperoleh metode pembelajaran yang memiliki keberpihakan

kepada siswa. 2. Bagi Guru

a. Memberikan informasi kepada guru PKn mengenai situasi pembelajaran PKn di kelas.

b. Sebagai bahan evaluasi bagi guru PKn dalam usahanya untuk meningkatkan keberhasilan mengajar PKn.

3. Bagi Siswa

a. Sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mempelajari PKn.

b. Sebagai upaya untuk meningkatkan kecerdasan dan kemampuan siswa dalam berpikir.

(8)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Metode Contekstual Teaching Learning

(9)

sendiri. Melalui strategi CTL, murid diharapkan belajar melalui “mengalami”, bukan menghafal.

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan murid untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar murid hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar murid dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya murid dituntut untuk menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori murid, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong murid untuk dapat menerapkan dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan murid dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

Menurut Nurhadi (2004:103) pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning – CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata murid. Dan juga mendorong murid membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan murid diperoleh dari usaha murid mengkontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar.

(10)

proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis; (3) bertanya dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan murid, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir; (4) masyarakat belajar merupakan perwujudan bahwa kerja sama sangat dibutuhkan dalam memecahkan suatu masalah; (v) asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru murid; (6) refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui; (7) penilaian nyata adalah proses.

Pendekatan Contexstual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Suprijono,2009:79-80).

(11)

Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing

2 Hakekat Pembelajaran PKn a. Pengertian Belajar.

Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (Reinforcement), sehinga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is achange of behavior as result of experience), demikian pendapat Jhon Dewei salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioral Approach.

Perubahan yang di hasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif mengarah pada kesempurnaan, misalnya dari yang tidak mampu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, baik yang mencakup aspek pengetahuan (logmi tive domain), aspek (efektif domain) maupun aspek psikomotorif. (psycomotoric domain) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Bahri, 2002:11).

Suranto, dkk. (2009:5) menjelaskan bahwa konsep pembelajaran Pendidikan PKn melalui CTL harus memperhatikan 5 hal mendasar antara lain :

1. Learning to know yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai teknik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.

(12)

berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi konflik.

3. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk

hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh

toleransi, saling pengertian dan tanpa prasangka.

4. Learning to be adalah : Keberhasilan pembelajaran yang untuk

mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari

pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi

lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan

ilmu pengetahuan yang mampu memecahkan masalah,

bekerjasama, bertenggang rasa dan toleransi terhadap perbedaan.

Bila ketiganya berhasil dengan memuaskan akan menumbuhkan

percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu

mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri. Memiliki

kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat

mengendalikan dirinya dengan konsisten yang disebut Emotional

Inteligence (kecerdasan emosi)

5. Learning throughout life, yaitu pembelajaran tidak dibatasi dapat

dibatasi oleh ruang dan waktu,di mana saja, kapan saja daan oleh

siapa saaja.

b. Tujuan Belajar

Surachman (1986;70) mengemukakan (3) tiga tujuan pokok

dalam belajar yaitu :

1. Pengumpulan pengetahuan.

2. Pemehaman konsep dan kecekatan

3. Pembentukan sikap perbuatan.

Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

(13)

Dalam proses belajar selain pengetahuan yang diperoleh,

pengalaman seorangpun akan bertambah, dari yang belum

pernah di alami hingga dapat dialami, diketahui dan pada

akhirnya diaplikasikan.

2. Penanaman Konsep Kecekatan.

Bila proses belajar terhadap suatu hal dilakukan secara kontinue maka secara otomatis konsep tentang hal tersebut akan tertanam dalam ingatan dan akan mempertinggi tingkat kecekatan seseorang dalam menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan hal tersebut

3. Pembentukan Sikap dan Perbuatan.

Jika proses belajar belajar yang diialami benar-benar terinternalisasi dalam diri seseorang maka berpengaruh terhadap sikap dan perbuatanya.

c. Prestasi Belajar.

Proses belajar mengajar pada prinsipnya bertujuan agar agar peserta didik dapat menguasai bahan / materi yang diajarkan, hasil dari keseluruhan proses belajar mengajar biasanya diwujudkan melalui perubahan pola tingkah laku orang belajar secara kuantitatif hasil belajar siswa ditunjukan dengan nilai raport berupa nilai prestasi belajar pada suatu bidang studi tertentu.

Dalam kamus bahasa Indonesia ( Poerwadarminta, 1988 ) prestasi belajar didefenisikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang di kembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditentukan oleh nilai yang diberikan guru.

Selain itu Nasution menyatakan bahwa prestasi belajar adalah : Tingkat keberhasilan siswa dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes yang mengenai sejumlah materi tertentu ( 1980 : 24 ) berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa :

(14)

2. Prestasi belajar mencakup proses dan hasil belajar. Prestasi belajar siswa perlu ditingkatkan dengan cara : a. Upaya Guru :

1. Meningkatkan pemberian motifasi belajar siswa. 2. Menggunakan metode belajar yang tepat dan berfariasi. 3. Gunakan alat peraga.

4. Penampilan guru yang menarik.

5. Memberikan perhatian khusus bagi siswa yang bermasalah. b. Upaya Siswa.

Sebagai subjek belajar siswa harus menyadari bahwa keberhasilan dirinya sebagian besar tergantung pada upayanya sendiri. Karena itu siswa haruslah secara sadar dan bersungguh-sungguh menungkatkan kemampuan dirinya dalam belajar. Upaya-upaya berikut dapat dijalankan oleh siswa :

1. Membangkitkan rasa percaya diri bahwa dirinya sanggup menguasai materi pelajaran dengan baik.

2. Belajar secara teratur.

3. Gunakan waktu luang sebaik-baiknya. 4. Kerjakan semua latihan yang diberikan.

d. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan.

Igak (2009: 8.11) menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu wahana pembangunan watak dan peradaban bangsa Indonesia.

(15)

untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1946. Fungsinya adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1946 (Balitbang, 2002: 7).

Di samping itu Pendidikan Kewarganegaraan juga dimaksudkan sebagai usah membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara sesama warga negara maupun antar warga negara dengan negara. Serta pendidikan bela negara agar menjadi warga nagara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

PKn merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan terpaan moral yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala sosial, khususnya yang berkaitan dengan moral serta perilaku manusia. Pendidikan Kewarganegaraan termasuk pelajaran bidang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari teori-teori serta perihal sosial yang ada di sekitar lingkungan masyarakat kita.

Oleh karena itu dalam pembelajaran PKn perlu diberikan pengarahan, mereka harus terbiasa untuk mendengar ataupun menerapkan serta mencatat hal-hal yang berkaitan dengan ilmu PKn, salah satu keberhasilan pembelajaran adalah jika siswa yang diajar merasa senang dan memerlukan materi ajar. Selain itu juga dengan diterapkannya pemberian tugas dengan bentuk portofolio akan dapat memberikan diskripsi baru mengenai pembelajaran PKn, dan hal tersebut juga sebagai penunjang

(16)

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga Negara yang cerdas terampil dan berkarakter sesuai yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 Khusus untuk SD/MI lingkup pendidikan Kewarganegaraan Diknas dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang secara sekuisal diorganisasikan sebagai berikut :

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Mengamalkan makna Sumpah

Pemuda. 1. Mengamalkan Nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari.

e. Tujuan Pembelajaran PKN.

Secara umum PKN di SD bertujuan untuk mengembangkan kemampuan :

1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berintraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi ( Itihad Amin : 2009 ).

B. Kerangka Berpikir.

1. Meningkatkan hasil belajar PKN melalui metide kontekstual.

(17)

Untuk meningkatkan hasil belajar PKN. Dalam pembelajaran harus menarik sehingga siswa termotifasi untuk belajar. Bentuk pembelajaran yang mengacu pada hal ini adalah model interaksi dimana guru lebih banyak memberukan peran kepada siswa sebagai subjek belajar.

Pembelajaran dengan metode kontekstual adalah suatu model pembelajaran dimana guru dapat menggunakan teknik yang berfariasi sesuai bahan materi ajaran. Sebelum proses mengajar di dalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diberi tayangan gambar-gambar peristiwa Sumpah Pemuda yang di pajang lewat gambar-gambar yang dipajang pada papan tulis.

Kemudian siswa diminta untuk mendiskusikan, kemudian siswa diajak juga melihat kegiatan karang taruna atau kelompok pemuda yang bekerja lainnya. Tugas guru merangsang siswa untuk berpikir kritis melihat permasalahan. Setiap kelompok mendiskusikan kemudian menyampaikan hasil diskusinya.

2. Pendekatan dan penerapan metode kontekstual dalam pembelajaran PKN, siswa mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan berguna bagi kehidupannya di kemudian hari.

Dengan demikian siswa dilatih untuk terampil didalam melihat persolan dan dapat memecahkan masalah.

C. Hipotesis Tindakan

(18)

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek Penelitian

1. Lokasi : SDK Welamosa Kecamatan Wewaria 2. Waktu : Siklus 1 Tanggal 18 - 22 Oktober 2011.

Siklus 2 Tanggal 24 - 27 Oktober 2011. 3. Mata Pelajran : PKn

4. Kelas : III / 1 5. Karateristik Siswa :

a. Kelas III SDK Welamosa terdiri dari laki-laki 12 orang dan perempuan 8 orang

b. Sebagian besar siswa tidak memiliki buku pegangan. c. Orang tua siswa rata-rata bekerja sebagai petani.

d. Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn masih rendah. A. Deskripsi Persiklus :

1. Siklus I.

(19)

 Identifikasi masalah dan penerapan alternative pemecahan masalah.

 Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.

 Menetapkan standar kompotensi dan memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan metode.

 Menentukan, scenario pembelajaran dengan Metode Kontextual.  Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu, yang dibutuhkan.  Menyusun lembar kerja siswa.

 Mengembangkan format Evaluasi. b. Pelaksana Tindakan.

 Guru mempersiapkan gambar-gambar peristiwa Sumpah Pemuda dan kegiatan Karang Taruna sesuai dengan tujuan pembelajaran.  Guru menempelkan gambar-gambar di papan tulis atau papan

White Board.

 Guru memberikan petujuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan / menganalisis gambar / kegiatan Karang Taruna.

 Melalui diskusi kelompok 5-6 orang, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.

 Tiap kelompok di beri kesempatan membaca hasil diskusinya.  Mulai komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan

tujuan yang ingin di capai. c. Pengamatan.

Melakukan Observasi dengan memakai Format Observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan catatan, untuk mengumpulkan data. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format yang telah disediakan. d. Refleksi.

(20)

 Identifikasi masalah yang muncul dalam siklus I yang belum teratasi dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

 Menetukan indikator pencapaian pembelajaran.  Pengembangan program tindakaan II.

b. Pelaksanaan Tindakan.

 Pelaksanaan tindakan siklus II mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan antara lain melalui.

 Guru menetapkan metode pembelajaran kontextual menengah.  Guru gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

 Guru memberikan petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan gambar.

 Melalui diskusi kelompok 4-5 orang, kemudian melaporkan hasil diskusi.

 Guru mengkomentari hasil laporan siswa. c. Pengamatan.

 Melakukan pengamatan bersama teman Supervisor 2 sesuai dengan format evaluasi yang disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung.  Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang dikembangkan. d. Refleksi.

 Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.

 Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.

 Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus selanjutnya. Akan tetapi sesuai Observasi tindakan nilai siswa telah mencapai hasil maksimal, dengan demikian tidak perlu di lanjutkan pada siklus berikutnya.  Dengan demikian pelaksanan metode metode kontextual dapat

(21)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Persiklus.

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran PKN di buat dalam 2 siklus masing-masing siklus dilakukan I kali pertemuan tatap muka, yakni 2x35 menit. Evaluasi yang dilakukan adalah sesuai dengan scenario pembelajaran. Untuk memperoleh gambaran pemahaman konsep teori dan dijadikan sebagai bahan pembanding dalam kaitan dengan evaluasi akhir. Perbandingan nilai sebelum dilaksanakan siklus I dan siklus II sebagimana di uraikan pada tabel di bawah ini :

(22)

Sumber : Olahan Data

Dari gambararan diatas menunjukan hasil evaluasi pada siklus I

nilai rata-rata kelas untuk mata pelajaran PKn dengan kompetensi dasar :

Mengenal nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini dapat terlihat 12 siswa mendapat nilai di atas 60, 8 siswa

memperoleh nilai diantara 50. Dari hasil olahan data ini yang disimpulkan

bahwa ada 8 peserta didik yang belum memahami indikator mengenal

nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari dengan demikian akan

(23)

Sumber : Olahan Data

Dari data pada siklus II diatas mencerminkan perubahan yang sangat Significant dengan rata-rata kelas 72. Dari hasil yang ada peserta didik yang memperoleh nilai < 65 tidak ada, ada siswa yang nilainya diatas 70 yaitu 5 siswa, sedangkan 12 orang memperoleh nilai 70 dan 3 orang memperoleh nilai 65.

Dari data yang ada terbaca ada 9 siwa mengalami perubahan nilai yang sangat luar biasa dalam pelajaran PKN, selain itu tidak ada siswa yang nilainya, dengan demikian tidak perlu dilakukan Remedial ulang, dan perbaikan pembelajaran PKN melalui metode kontextual dikatakan behasil.

B. Pembahasan Dari Setiap Siklus

Agar tercapainya tujuan penelitian yaitu perbaikan pembelajaran PKN

pada kompetensi dasar Mengamalkan makna sumpah pemuda dalam

(24)

siklus yang di mulai dari refleksi awal / identifikasi masalah, merencanakan

tindakan, Implementasi tindakan dan pengaruhnya, pengamatan, refleksi data

(akhir), menjelaskan kegagalan dan keberhasilan.

Adapun sasaran pada siklus I adalah siswa dapat memahami

Implementasi / pencerminan makna Sumpah Pemuda. Pada siklus II di

fokuskan pada siswa agar dapat pelaksanaan pengamalan Sumpah Pemuda

dalam kehidupan sehari-hari.

Penggunaan Metode Contextual, ternyata membawa pengaruh yang

positif terhadap sikap dan perilaku siswa dalam kelompok diskusi maupun

bermain. Pekan siswa dalam lingkungan di mana dia tinggal dia akan

memahami struktur kedudukan kepala desa dan maupun camat dalam tatanan

Negara, dengan demikian hasil belajarpun pun meningkat yang dapat dilihat

dari perubahan nilai Rata-rata sebagai berikut :

- Kondisi awal/ prasiklus, nilai rata-rata ulangan siswa adalah 59, 25

- Pada siklus 1 meningkat menjadi 65, 50

- Pada siklus 2 nilai evaluasi pada pembelajaran PKn meningkat 72, 5

Berdasarkan perubahan hasil belajar siswa yang dilihat dalam

perbandingan nilai rata-rata membuktikan bahwa penggunaan metode

kontrextual berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa dalam

pembelajaram PKn. Ini dapat dilihat pada grafik peningkatan nilai rata-rata di

(25)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Pemberian metode pembelajaran pada kegiatan belejar mengajar hendaknya memperhatikan materi/ tema dalam pembelajaran.

2. Penggunaan metode kontekxtual dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PKN pada siswa kelas III SDK Welamosa, Kecamatan Wewaria.

3. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat secara jelas pada table-tabel yang telah disajikan.

B. Saran

(26)

Diharapkan siswa memiliki buku sumber belajar sendiri dan berusaha lebih keras dalam meningkatkan mutu diri sendiri sehingga menjadi manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa.

2. Bagi Guru

Hendaknya guru memberikan metode yang lebih bervariasi dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga siswa tidak bosan dan apatis. 3. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan pra sarana yang memadai, dalam hal ini perpustakaan dan media alat pembantu dalam menunjang proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani, (1993). Pengolahan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Andayani, dkk (2009), Pemantapan kemampuan professional, Jakarta : Universitas Terbuka.

Arikunto Suharsini, Dr. (1991). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Amin Itihad Zainul. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Universitas Terbuka. Nana Sujana, (1991). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya. Porwadarminta W. J. S (1988). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia. Santosa Edi, dkk (2008). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Kelas 3 SD/ MI. Jakarta :

Pusat Pembukuan.

Suranto, dkk. (2009). Konsep Pembelajaran Berbasis CTL. Semarang : PT Sindur Press User Usman (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Nasution, dkk (1985). Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta : Gunung Mulia.

Gambar

Tabel IV.2.    Hasil Evaluasi Pembelajaran PKn Siklus 2.

Referensi

Dokumen terkait

Once you find out all of your team members, turn to your worksheet page entitled “Group 1: Team of resort villa developers” and do the tasks as instructed there.. You are

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yaitu metode yang menganalisis masalah dengan cara mendeskripsikannya pada data-data yang sudah ada, berupa

Syaraf tiruan Algoritma Backpropagation menghasilkan nilai korelasi yang baik antara Debit prediksi dan Debit aktualnya, hal ini juga dipengaruhi oleh Pola data

Karena itu sangat dibutuhkan kepekaan dari para katekis untuk memiliki politik pewartaan yang dapat menjawabi kebutuhan umat di tengah arus perubahan

Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian

Pada penelitian ini, data 3D keluaran dari sensor kamera RGB- D digunakan untuk mengendalikan lengan robot agar dapat bergerak menirukan gerakan natural lengan

(2) Promosi menjadi Hakim pertama dan Hakim militer dengan kelas pengadilan lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan mempertimbangkan kompetensi, hasil

The authors use a case study methodology to describe a sys- tematic approach to embed team and individual presentations in undergraduate and graduate accounting courses,