• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESEPSI MAHASISWA JURUSAN SASTRA INDONESIA UNS ANGKATAN 2010 TERHADAP FILM LASKAR PELANGI: ANALISIS ESTETIKA EKSPERIMENTAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RESEPSI MAHASISWA JURUSAN SASTRA INDONESIA UNS ANGKATAN 2010 TERHADAP FILM LASKAR PELANGI: ANALISIS ESTETIKA EKSPERIMENTAL"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh HARY SULISTYO

C0207028

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)
(4)

iv NIM : C0207028

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Resepsi Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS Angkatan 2010 terhadap Film Laskar Pelangi: Analisis Estetika Eksperimental” adalah betul-betul karya saya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 19 Juni 2012 Yang membuat pernyataan

(5)

v Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Terimakasih atas segumpal darah dan daging yang telah Kau karuniakan terhadap jiwaku. Rosul-ku, Muhammad SAW. Terimakasih atas keteladanan yang telah kau berikan kepada kami; 2. Bapak, Ibu, dan keluargaku tercinta;

3. Kekasih dan Hipogramku; 4. Teman-teman seperjuangan; 5. Pecinta sastra; dan

(6)

vi

 Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri (Terjemahan Al-Quran Surat Ar-Ra’d ayat 11)

 Orang sukses adalah mereka yang suka melakukan hal-hal yang tidak disukai oleh orang gagal. Mereka belum tentu suka melakukan hal-hal tersebut namun ketidaksukaannya tunduk pada tujuan akhir (E.M.Gray)

 Kegagalan yang sebenarnya adalah ketika kita berhenti berusaha (Orang

Bijak)

 Jadikanlah masa lalu sebagai motivasi untuk meraih masa depan yang lebih baik (Penulis)

(7)

vii

Puji syukur Peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagian persyaratan dalam mendapatkan Sarjana Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Peneliti menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi;

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia, yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini;

3. Dwi Susanto, S.S., M.Hum., selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi; 4. Drs. Henry Yustanto, M.A., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan

arahan selama studi;

(8)

viii

perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, terimakasih atas kerjasamanya;

8. Jajaran Tata Usaha Fakultas Sastra dan Seni Rupa: Mas Purwono, Bu Yuni, Mbak Ida, Mbak Nur, Mbak Kris, Mas BG, Mas Eko (Satpam), Mas Eko, Pak Dar, Mas Sigid, Mas Budi, Bu Datin, Bu Nisa, dan Bu Kus. Terimakasih atas kerjasamanya; 9. Bapak, Ibu, dan Keluargaku, terimakasih atas dukungan yang telah diberikan;

10. Kekasihku Sinta, terimakasih atas dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebersamaan kita berujung ibadah;

11.Hyphogram-ku Festy Emillarosa, terimakasih telah banyak menginspirasi;

12. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional yang telah membiayai penelitian ini;

13. Informan penelitianku: Ahmad Nurrofik, Ariel Aji Wahyudi, Devi Kusumawati, Galih Purnamasari, Irma Fitri Putu Marta, Jalu Norva Illa Putra, Muhammad Burhanudin, Ogi Adetia Lesmana, Wahyu Setyawati, Yustin Fatimah, dan segenap mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 yang telah banyak membantu dalam penelitian ini;

(9)

ix

kesempatan, kebersamaan, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini;

16. Dhani Setiawan, Rosyid Fauzan, Lita Listyaningrum, S.S., Irwanto, Latif Anshori Kurniawan, S.Pd., Andri Prihatmono, dan M. Luthfi A. Terimakasih telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini;

17. Teman-teman seperjuanganku: Sabar Nugroho, Dudie Aditya, Gathot (SMAN 2 Wng), Aditya Wirawan Siregar, Anggoro Dwi Jayanto, Arif Setiyadi, Fajar Junianto, Rahmad Tri Hidayat, Taufik Akbar Mustofa, Wibi Kusuma Ardianto, dan teman-teman Sasindo angkatan 2007, terimakasih atas kebersamaan kita selama ini;

18. Morgen: Wahyu, Arif, Bagus, dan Tony, tempatku belajar mengembangkan imajinasi, terimakasih atas kebersamaan dan dukungannya;

19. Teman-teman kos Imanuel II, temanku berbagi.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Peneliti menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian di masa yang akan datang. Akhirnya peneliti berharap semoga karya ini bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya Jurusan Sastra Indonesia.

Surakarta, 19 Juni 2012

(10)

x

JUDUL...………...i

PENGESAHAN...…...ii

PERSETUJUAN ...……...iii

PERNYATAAN...……...iv

ABSTRAK ...……....v

MOTTO ...……...vi

PERSEMBAHAN ...…...vii

KATA PENGANTAR ... ...viii

DAFTAR ISI...……...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangMasalah………...1

B. Pembatasan Masalah………...8

C. Perumusan Masalah………...9

D. TujuanPenelitian………...9

E. ManfaatPenelitian………...9

F. Sistematika Penulisan………..10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Studi Terdahulu………...…...12

(11)

xi

B. Populasi dan Sampel………...………….………...…...24

C. Data dan Sumber Data….………..…….………...26

D. Teknik Pengumpulan Data…...……….….………..………..26

E. Teknik Analisis Data……….…….……..………..27

F. TeknikPenarikan Kesimpulan………....27

BAB IV RESEPSI MAHASISWA JURUSAN SASTRA INDONESIA ANGKATAN 2010 TERHADAP ASPEK TEKSTUAL FILMLASKAR PELANGI A. Kuesioner Instrumental dan KuesionerEksperimental….………...28

1. Pembahasan KuesionerInstrumental………...28

2. Pembahasan Kuesioner Eskperimental………...…...37

B. Interpretasi dan Pembahasan Hasil Kuesioner Eksperimental...40

1. Identifikasi Putusan Nilai Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS Angkatan 2012 terhadap FilmLaskar Pelangi………...40

2. Hasil Interpretasi Putusan Nilai Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS Angkatan 2010 terhadap FilmLaskar Pelangi...75

(12)

xii

B. Interpretasi Eksperimental Pembaca Terhadap Film Laskar

Pelangi...109

C. Interpretasi Psikoanalisis Ego Pembaca dalam Respon Tekstual Terhadap FilmLaskar Pelangi…………...146

BAB VI PENUTUP A. Simpulan………...162

B. Saran………...163

DAFTAR PUSTAKA………...165

LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Instrumental... ...166

Lampiran 2 Kuesioner Eksperimental... ...167

Lampiran 3 Draft Pertanyaan Wawancara Eksperimental ... ...170

(13)

xiii

(14)

xiv

(15)

xv

Skripsi. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra sebagai wahana pembelajaran penelaahan kehidupan, tentu menghadirkan makna tersendiri bagi pembacanya. Karya yang dianggap sebagai tulisan fiksi ini selalu menghadirkan pesan yang dapat “diambil” ketika seseorang membaca karya tersebut. Berdasarkan aspek dan dampak evaluasi psikologisnya, pemahaman tersebut merupakan proses pencerdasan karena masing-masing individu akan berupaya menginterpretasi karya menurut pemikirannya secara mandiri. Melalui proses ini, peristiwa membaca akan meningkatkan kecerdasan pembacanya. Seperti yang dikemukakan oleh Rient T. Segers “Karya sastra berisi tentang pesan yang dapat

dipahami oleh pembaca dengan dasar semiotik dan informasi. Semiotik merupakan lambang-lambang kebahasaan yang dimunculkan dalam teks yang memiliki makna sedangkan informasi merupakan proses penyampaian pesan dalam teks terhadap pembaca” (Rien T. Segers,1978:12).

Ketika seseorang memahami karya sastra dengan baik maka akan ditemukan korelasi secara nyata antara makna karya dengan kejiwaan masing-masing pembaca. Kesedihan yang mendalam, kebahagiaan, motivasi, dan munculnya kesadaran melalui katarsis hanya akan hadir ketika pembaca mampu “merebut makna” dari sebuah

(17)

yang telah ia nikmati.“Sikap pembaca terhadap resepsi suatu teks adalah sangat

penting”(Lotman dalam Rien T. Segers, 1978:19).

Membaca tidak hanya bergantung pada teks, tetapi juga unsur-unsur lain yang hadir dari luar teks. Unsur-unsur yang dimaksud tidak hanya berupa interteks, hipogram, atau referensi yang masih teramat dekat dengan teks, tetapi mungkin hadir karena faktor internal pembaca yang sangat jauh ke luar dari teks tersebut. Umur pembaca, situasi dan kondisi, proses penikmatan, atau “gudang pengalaman” yang

cukup dari seorang pembaca dalam hal kemampuan mengkondisikan diri sebagai dampak membaca karya sastra. Kehadiran teks yang diinterpretasi secara eksperimental akan memunculkan evaluasi sehingga akan ditemukan analisis estetika eksperimental pembaca terhadap film Laskar Pelangi. Oleh karena itu, seperti yang telah dikemukakan oleh Lotman, sikap pembaca terhadap suatu karya sangatlah penting karena mampu mencerminkan kondisi dan identitas dari pembaca tersebut. Umar Junus mengutip pendapat Wolfgang Isser mengenai hermeneutik yang mengatakan bahwa suatu karya sastra akan menimbulkan kesan tertentu pada pembacanya. Melalui proses pembacaannya akan ada interaksi antara hakikat karya itu dengan “teks luar” yang mungkin memberikan kaidah dan nilai yang berbeda.

(18)
(19)

Evaluasi terhadap karya sastra oleh pembaca dipengaruhi banyak faktor. Menariknya sebuah cerita, kualitas karya yang mudah diinterpretasi oleh semua lapisan masyarakat tentu memiliki nilai keterbacaan yang berbeda bila dibandingkan dengan karya yang kurang populer. Semakin karya tersebut memiliki popularitas yang tinggi, diasumsikan nilai keterbacaan karya tersebut juga relatif tinggi pula bila dibandingkan dengan karya yang kurang terkenal. Membaca yang dimaksud tidak hanya dalam ranah teks tertulis, tetapi termasuk juga dalam ranah teks visual seperti halnya dalam film.“Yang diistilahkan Lotman sebagai ‘teks’ seperti istilahnya tentang

‘bahasa’ merupakan istilah teknis tidak bersangkutan dengan arti umum, misalnya

sejumlah kata-kata yang tertulis dalam bahasa Inggris. Sebagai contohnya adalah lukisan, film, dan juga sebuah sonata juga bisa disebut teks (Rien T. Segers, 1978:25). Hal itu sepaham dengan yang dikatakan oleh Rien T. Segers,“Sebuah teks sastra adalah seperangkat tanda-tanda verbal yang eksplisit, terbatas, dan terstruktur serta fungsi estetisnya dirasakan dominan oleh pembaca” (Rien T. Segers,1978:25-26).

(20)

“Ekranisasi merupakan proses perubahan pada alat yang dipakai, proses penggarapan,

proses penikmatan, dan waktu penikmatan”(Pamusuk Eneste, 1991:61).

Semangat zaman yang dihadirkan oleh film ini merupakan penggambaran kondisi masyarakat yang cukup realistis. Cerita mengenai kebersamaan dengan teman sepermainan di masa kecil dan perjuangan untuk meraih mimpi dalam dunia pendidikan, film tersebut cukup mampu menggambarkan kehidupan anak yang sederhana dengan problematika sosial di daerah pinggiran. Ketika film ini muncul sebagai pelopor semangat zaman tentang “meraih mimpi”, filmyang disutradarai oleh Riri Reza dan produser film Mira Lesmana ini cukup banyak digemari generasi muda dan menjadi trend munculnya karya-karya lainnya yang beraliran tentang“mimpi”.

Film Laskar Pelangiditayangkan dalam belantika perfilman Indonesia pada tahun 2008. Film tersebut bercerita mengenai kehidupan seorang anak dan 9 temannya dari keluarga miskin yang bersekolah di SD Muhammadiyah Gantong di Pulau Belitong. Mereka adalah Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani, dan Harun.

(21)

Penelitian resepsi sastra yang mempertimbangkan dampak psikologis, harus mempertimbangkan jarak waktu karena dampak yang sebenarnya tidak hanya berupa efek sesaat tetapi perubahan sikap mental yang nyata. Dalam perspektif jarak estetis, karya ini relatif berbeda dengan karya-karya lain yang ada pada masa kemunculannya. Dengan menitikberatkan pada pertimbangan waktu dan jarak estetis, menarik kiranya untuk diteliti mengenai dampak yang muncul terhadap psikologi pembaca.

Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 merupakan kelas mahasiswa yang mengkaji dalam bidang ilmu sastra, yaitu sastra Indonesia. Dengan alasan tersebut diharapkan para mahasiswa jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 cukup tertarik ketika dilibatkan dalam penelitian ini karena film tersebut termasuk dalam khasanah kesusastraan Indonesia. Selain itu, dengan jumlah mereka yang mencapai 78 orang, penelitian ini memiliki populasi yang cukup ketika harus memilih beberapa sampel sebagai informan dalam penelitian ini.

(22)

karya tersebut dan aplikasi secara nyata hingga sekarang. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Pulves dalam Rien T. Segers (1978: 72) mengenai pola respon dalam membaca karya sastra. Segers mengutip pendapat Pulves bahwa pola respons tampak sangat bergantung pada usia responden. Respons terhadap sastra merupakan suatu learned behavior ‘perilaku yang dipelajari’ (perilaku yang merupakan hasil belajar).

Studi ini tampaknya membenarkan yang dimodifikasi oleh objek yang siswa-siswa baca dan dipengaruhi oleh kulturnya, dan mungkin oleh sekolahnya sebagai suatu yang inkalkulator kultural (Rien T. Segers, 1978:72)

Penelitian ini lebih menitikberatkan pada aspek tekstual filmLaskar Pelangi dengan tujuan untuk membatasi interpretasi informan agar lebih terstruktur dan terukur. Aspek-aspek tekstual yang dimaksud lebih menekankan pada penokohan, karakter, latar, alur, tema, dan sebagainya.

(23)

mengakibatkan keterbatasan luasnya norma-norma sastra yang diterapkan pembaca dalam evaluasinya dan kurangnya ketepatan penerapan norma yang ada. Jadi, pemberian nilai sastra bergantung pada dua hal, yaitu pembaca dan mutu teks” (Rien T. Segers, 1978:55).

Sehubungan dengan asumsi-asumsi yang telah diuraikan, perlu kiranya untuk diteliti lebih lanjut mengenai evaluasi pembaca terhadap film Laskar Pelangi dengan sudut pandang estetika resepsi sehingga akan ditemukan mengenai dampak yang dominan bagi para pembaca terhadap film tersebut. Penelitian ini memaparkan peran karya sastra sebagai pembelajaran kehidupan terhadap kejiwaan masing-masing pembaca, korelasi film Laskar Pelangiterhadap mahasiswa jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010, dan aspek nilai pembaca terhadap film tersebut.

B. Pembatasan Masalah

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada estetika resepsi terhadap film Laskar Pelangioleh mahasiswa jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 dalam perspektif estetika eksperimental. Adapun pembatasan masalah dari latar belakang tersebut adalah sebagai berikut.

1. Putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap filmLaskar Pelangi.

(24)

3. Dampak psikologis yang muncul dari film tersebut hingga sekarang dengan mempertimbangkan aspek nilai yang dominan bagi informan.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah identifikasi putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap filmLaskar Pelangi?.

2. Bagaimanakah hasil interpretasi putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap aspek tekstual filmLaskar Pelangi?. 3. Bagaimanakah dampak psikologis yang muncul dari film tersebut melalui

pembacaan terhadap aspek tekstual filmLaskar Pelangi?. D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan identifikasi dan hasil interpretasi putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap aspek tekstual filmLaskar Pelangi dengan menekankan pada dampak psikologis dan aspek nilai yang dominan bagi informan.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi dalam manfaat teoretis dan manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

(25)

pembaca terhadap karya. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan dampak psikologis terhadap pembaca, yang dihadirkan melalui proses evaluasi karya sastra secara eksperimental. Evaluasi secara eksperimental yang dimaksud adalah mengenai estetika resepsi mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap filmLaskar Pelangi.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan dijabarkan dan dibagi ke dalam lima bab, yaitu :

Bab satu merupakan pendahuluan. Pendahuluan ini mencakup latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab dua merupakan landasan teori yang terdiri dari studi terdahulu yaitu penelitian-penelitian yang berhubungan dengan objek kajian dan kajian penelitian terhadap film Laskar Pelangi. Bab ini juga memaparkan mengenai teori-teori yang digunakan dalam analisis penelitian ini, yaitu mengenai teori estetika resepsi.

Bab tiga merupakan metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, populasi dan sampel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penarikan kesimpulan.

(26)

deskripsi mengenai dampak psikologis yang muncul dari film tersebut terhadap diri informan, dengan mempertimbangkan keberadaan aspek nilai yang dominan.

Bab lima merupakan pembahasan mengenai interpretasi psiko ego pembaca terhadap aspek tekstual yang meliputi interpretasi eksperimental dan psiko analisis ego pembaca dalam respon tekstual terhadap filmLaskar Pelangi.

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Studi Terdahulu

Penelitian mengenai resepsi sastra sudah banyak dilakukan sebelumnya. Begitu juga dengan analisis terhadap karya Laskar Pelangi. Penelitian-penelitian itu bisa dimanfaatkan sebagai studi pustaka dalam penelitian ini. Adapun studi terdahulu dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Skripsi Ririh Yuli Atmaningsih (2008), dengan judul “Analisis Gaya Bahasa

(28)

membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak.

Skripsi Kurnia Septianingrum (2009) dengan judul “Aspek Kepribadian Tokoh Lintang dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata: Pendekatan Psikologi Sastra, mengemukakan bahwa: (1) aspek struktural dalam novel Laskar Pelangi secara padu membangun peristiwa-peristiwa dan makna dalam novel; (2) aspek kepribadian Flegmanticiti tokoh Lintang dalam novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata dalam tinjauan psikologi sastra menunjukkan bahwa perilaku-perilaku Lintang yang tangguh, tidak mudah putus asa, kritis, memiliki imajinasi yang tinggi, cerdas, suka mandiri, seorang anak yang suka membaca buku, dan pribadi yang optimis dalam menghadapi berbagai persoalan, baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain sangat berpengaruh bagi pembaca.

Skripsi Sutri (2009) dengan judul “Dimensi Sosial Budaya dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Tinjauan Sosiologi Sastra”, mengemukakan

(29)

kebutuhan pokok, (b) kemiskinan struktural (structural provety) yang terdiri dari kebutuhan sosial, ketergantungan dan ketidakmampuan berpartisipasi dalam masyarakat, pendidikan dan informasi, dan (c) pandangan dunia Andrea Hirata sebagai pengarang terhadap novel Laskar Pelangi mencakup problematika kemiskinan yang menjerat masyarakat, sosial ekonomi, kesenjangan sosial dan problem pendidikan, semua berkaitan erat dengan substansi cerita.

Tesis Eko Marini (2010) dengan judul “Analisis Stilistika Novel Laskar

Pelangi Karya Andrea Hirata” menyimpulkan bahwa: (1) keunikan atau kekhasan

(30)

menjadi lebih mengesankan, lebih hidup, lebih jelas, dan lebih menarik. Beberapa bahasa figuratif yang terdapat dalam pembahasan novel Laskar Pelangi yaitu idiom, arti kiasan, konotasi, metafora, metonimia, simile, personifikasi, dan hiperbola. Penggunaan idiom ada 45 data, arti kiasan ada 33 data, konotasi ada 56 data, metafora ada 24 data, metonomia ada 15 data, simile ada 54 data dengan kata pembanding seperti, seumpama, laksana, selayaknya, personifikasi 8 data, dan hiperbola ada 25 data. Kata-kata tersebut merupakan contoh pemanfaatan bentuk penggunaan gaya bahasa figuratif yang unik dan menimbulkan efek-efek estetis pada pembaca. Andrea Hirata mampu memilih dan menempatkan kosa-kata yang metaforis dan disesuaikan dengan makna dalam kalimat.

Penelitian ini dengan judul “Resepsi Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia

UNS Angkatan 2010 terhadap Film Laskar Pelangi: Analisis Estetika Eksperimental”, memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian tersebut karena penelitian ini menekankan pada aspek pembaca dan bukan pada teks. Meskipun penelitian Karnia Septianingrum dengan judul “Aspek Kepribadian Tokoh Lintang

(31)

B. Landasan Teori

Tanggapan pembaca terhadap suatu karya merupakan keleluasan seorang penikmat dalam memaknai sebuah teks. Kualitas resepsi atau ketajaman tanggapan seseorang terhadap sebuah karya, antara orang satu dengan yang lain biasanya berbeda. Hal itu terjadi karena adanya beberapa faktor, baik itu usia, standar estetis, gudang pengalaman atau wawasan, dan faktor psikologi. Hal itu sesuai dengan konsep tentang horizon of expectations (erwartungs-horitzont) ‘cakrawala atau

horizon harapan’, disusun dengan sarana (1) norma generik yang terkenal yang dipaparkan oleh teks yang dibaca oleh pembaca; (2) pengalaman dan pengetahuan pembaca terhadap keseluruhan teks yang telah dibaca sebelumnya; dan (3) kontras antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuaan pembaca untuk menerima teks baru di

dalam cakrawala harapannya yang “sempit” dan cakrawala hidupnya yang “luas”

(Jauss dalam Rien T. Segers,1978:36).

Resepsi sastra dimaksudkan bagaimana “pembaca” memberikan makna

terhadap karya sastra yang dibacanya sehingga dapat memberikan reaksi atau tanggapan terhadapnya. Tanggapan itu mungkin bersifat pasif, yaitu bagaimana seorang pembaca dapat memahami karya itu atau melihat hakekat estetika yang ada di dalamnya. Atau mungkin juga bersifat aktif, yaitu bagaimana ia “merealisasikan” -nya. Oleh karena itu pengertian resepsi sastra mempunyai lapangan yang luas, dengan berbagai kemungkinan penggunaan (Umar Junus,1984:1).

(32)

peranan pembaca. Pertama dibicarakan oleh Aristoteles, dalam Poetica, dengan konsep katharsis, penyucian emosi (pembaca) melalui pementasan tragedi. Kedua, dibicarakan oleh Horatius dalamArts Poetica, dalam kaitannya dengan efek, manfaat, dan nikmat, karya seni yang baik sekaligus berguna dan menyenangkan. “Secara

definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris), yang diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca” (I Nyoman Kutha Ratna, 2004:165).

(33)

Umar Junus dalam bukunya Resepsi Sastra (1984:46) menjelaskan bahwa resepsi sastra dimaksudkan bagaimana “pembaca” memberikan makna terhadap

karya sastra yang dibacanya sehingga dapat memberikan resepsi atau tanggapan terhadapnya. Secara lebih jauh dijelaskan mengenai tanggapan pasif, yaitu bagaimana pembaca dapat memahami karya itu atau melihat hakikat estetik yang ada di dalamnya, atau mungkin bersifat aktif, yaitu bagaimana ia merealisasikannya.

Wolfgang Isser memberikan contoh bagaimana pelaksanaan teorinya yang mementingkan soal kesan, efek (wirkung). Lebih lanjut Isser memberikan kepada peranan pembaca dalam memahami atau mengkonkretkan suatu karya. Pembaca mungkin akan dapat merekonstruksikan suatu yang tak disebutkan (=nicht-Erzahlen) (Umar Junus,1984:47). Umar Junus mengutip pendapat Ingarden mengenai struktur karya sastra yang konstan.

Ingarden berpendapat bahwa karya sastra merupakan struktur yang konstans. Melalui berbagai kecenderungan yang menjadi konkret ketika ada di tangan pembaca. Dalam karya sastra itu sendiri hanya ditemui pandangan yang skematis, suatu schemata yang pasti, yang melalui berbagai kecenderungan persepsi dapat dilihat sebagai struktrur yang konstans. Tapi begitu ia diaktualisasi oleh pembaca, maka ia akan menjadi konkret dengan cara tertentu. Ia diutuhkan kembali melalui data yang konkret, dan cara melaluinya hal ini dapat dicapai tergantung sebagian besarnya pada pembacanya. Ia akan mengisi schemata pandangan yang umum tadi dengan suatu yang tertentu, yang berhubungan dengan “rasa seni”-nya, kebiasaan tanggapan/persepsinya,

(34)

dunia yang dihidupinya melalui aspek pembentukan dunia itu, dengan mana kehidupan itu sendiri bentuk, (Umar Junus,1984:30).

Wolfgang Isser, dalam artikelnya Die Wurkliceit der Fiktion, mengajukan beberapa saran yang mendukung tekstabilitas studi sastra. Dia tidak melihat fiksi hanya sebagai satu entitas (kesatuan) sendiri, tetapi juga sebagai suatu struktur komunikasional. Oleh karena itu, pertanyaan kuno yang diarahkan kepada sastra harus diganti dengan pertanyaan baru: fokus tidak lagi pada arti sastra, tetapi pada pengaruhnya (Rien T. Segers,1978:40). “Tugas estetika resepsi dalam kaitannya dengan interpretasi ialah untuk menyelidiki konkretisasi pembaca terhadap teks sastra”(Rien T. Segers,1978:45).

Psikologi sastra memberikan bantuan metodologis dalam mempelajari suatu teks terhadap sekelompok pembaca. Dalam lapangan psikologi, experimental esthetics ‘estetika eksperimental’ menghasilkan sejumlah eksperimen yang menarik dan penting. Dalam kontrasnya dengan unsur instrinsik, estetika resepsi terutama menitikberatkan pada masalah konkretisasi sebuah teks (Rien T. Segers,1978:53).

Penelitian eksperimental ditujukan untuk memerikan sistem norma sejumlah pembaca yang tergolong pada kelompok baca yang oleh Stanley Fish disebut informed reader‘pembaca yang diberi informasi’;

(35)

termasuk pengetahuan (misalnya pengalaman menciptakan dan atau memahami) atau perangkat leksikal, kemungkinan kolokasi, idiom, dialek professional dan lain-lain, dan (3) memiliki kompetensi sastra (Rien T. Segers,1978:96).

Wienold menjelaskan bahwa “objek studi sastra tidak lagi berupa teks, tetapi

proses interpretasi dan evaluasi sastra”. Wienold mendekati teks sastra dari sudut

pandang teori komunikasi (objek teori komunikasi adalah pemindahan informasi) (Rien T. Segers,1978:38). Norbert Groeben juga menyukai perlakuan terhadap hubungan teks dengan pembaca. Selanjutnya ia mengutarakan apa yang dimaksud dengan pendekatan empirik dalam studi sastra. Penelitian empirik mengimplikasikan penelitian tentang reaksi-reaksi pembaca yang riil (Rien T. Segers,1978:38). “Konsep eksperimental berkaitan dengan nama cabang psikologi, estetika eksperimental, yakni eksperimen yang sebenarnya” (Rien T. Segers,1978:39). D. E. Berlyne mengistilahkan cabang psikologi sastra yang paling relevan dengan penelitian tentang evaluasi dan atau resepsi sastra dengan istilah experimental esthetics (estetika ekperimental). Berlyne memberikan estetika eksperimental sebagai ‘studi tentang

efek-efek motivasional’ dari karya-karya seni kepada penerimanya (Rien T. Segers,1978:73).

Hubungan antara estetika resepsi dan estetika eksperimetal mungkin mengarahkan pada hasil-hasil yang penting bagi studi sastra, pendidikan dan pengajaran, dan juga studi psikologi. “Dalam kolaborasi ini, estetika resepsi memiliki

(36)

penelitian; estetika eksperimental akan memberikan kerangka kerja dalam penelitian yang layak dan tepat” (Rien T. Segers,1978:82). Berlyne memberikan penjelasan

bahwa estetika eksperimental sebagai “studi tentang efek-efek motivasional” dari

karya-karya seni kepada penerimanya (Rien T. Segers,1978:73).

Melalui pemaparan teori-teori di atas, penelitian estetika resepsi tidak lagi melakukan kerja analisis terhadap teks, tetapi menitikberatkan pada tanggapan pembaca terhadap teks secara riil. Tugas estetika resepsi dalam kaitannya dengan interpretasi ialah untuk menyelidiki konkretisasi pembaca terhadap teks sastra. Fiksi tidak hanya sebagai satu entitas (kesatuan) sendiri, tetapi juga sebagai suatu struktur komunikasional yang mengedepankan pemindahan informasi. Penelitian ini mencoba memaparkan resepsi pembaca dan aspek psikologi yang mengukur tenggapan pembaca terhadap film Laskar Pelangi secara eksperimental yang berhubungan dengan studi tentang efek-efek motivasional terhadap karya.

C. Kerangka Berpikir

Deskrepsi penelitian ini dapat dituangkan dalam kerangka berpikir seperti berikut ini.

1. Menentukan informan yaitu mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 melalui kuesioner instrumental, berisi pertanyaan mengenai aspek tekstual dalam film Laskar Pelangi sehingga ditemukan sepuluh mahasiswa yang memiliki nilai pemahaman tertinggi;

(37)

para informan melakukan kerja evaluasi psikologis terhadap film melalui kuesioner eksperimental yang telah disediakan.

3. Setelah ditemukan hasil evaluasi mengenai film yang dilakukan oleh para informan dalam bentuk kuesioner eksperimental, maka tahapan penelitian selanjutnya adalah melakukan wawancara terhadap informan mengenai alasan pemilihan jawaban yang ada dalam kuesioner eksperimental.

(38)

Kerangka Berpikir Penelitian

Mahasiswa Sastra Indonesia UNS Angkatan 2010

Kuesioner (Instrumental)

Sepuluh Informan yang Memiliki Pemahaman

Tertinggi

Menyaksikan Film dan Mengisi Kuesioner

Eksperimental

Wawancara Mengenai Hasil Kuesioner dengan

Masing-Masing Informan

Pemaparan hasil Penelitian, dan Dampak Nilai yang

Dominan bagi Informan

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif karena data yang diperoleh lebih mementingkan aspek kulitas dan bukan pada jumlah banyaknya data. Penelitian ini menganalisis resepsi mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 secara eksperimental terhadap filmLaskar Pelangi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah psikologi mengenai kualitas tanggapan informan terhadap film Laskar Pelangi. Meskipun demikian, penelitian ini juga menyampaikan data yang berupa tabulasi angka dalam bentuk tabel, untuk mempermudah dalam hal pemaparan hasil penelitian. Objek kajian penelitian ini berupa objek material dan objek formal. Objek material meliputi hasil interpretasi informan terhadap film Laskar Pelangi yang diperoleh melalui eksperimen saat menyaksikan film yang berupa kuesioner dan hasil wawancara. Objek formal penelitian ini adalah dampak psikologis para informan terhadap aspek tekstual filmLaskar Pelangi.

B. Populasi dan Sampel

(40)

informan maupun yang tidak memenuhi klasifikasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 yang memiliki klasifikasi memperoleh nilai tertinggi dalam hal pemahaman terhadap film Laskar Pelangi yang dapat diukur melalui kuesioner instrumental. Melalui tahap pembagian kuesioner instrumental ditemukan 10 orang informan yang memenuhi klasifikasi dalam penelitian ini. Dari jumlah mahasiswa sebanyak 78 orang, dengan 59 orang yang terlibat dalam pengisian kuesioner instrumental, akhirnya diperoleh 10 orang mahasiswa yang memiliki nilai tertinggi dalam pengisian kuesioner yang berhubungan dengan filmLaskar Pelangi.

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Hal itu dapat diukur melalui pembagian kuesioner terhadap sekelompok individu yang memiliki hubungan dengan ciri-ciri tertentu atau sifat-sifat yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan populasi yang sudah diketahui sebelumnya, yaitu mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010.

(41)

C. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua klasifikasi yaitu data primer dan data skunder. Data primer dalam penelitian ini adalah resepsi informan terhadap film Laskar Pelangi yang berupa hasil kuesioner eksperimental, hasil wawancara eksperimental, dan hasil wawancara psikologi ego. Data skunder dalam penelitian ini meliputi data-data yang diperoleh melalui penelitian terdahulu dan buku-buku yang relevan dengan penelitian. Data primer yang berupa hasil kuesiner eksperimental, hasil wawancara eksperimental, dan hasil wawancara psikologi ego, dimaknai lebih lanjut dengan bantuan data-data skunder yang diperoleh melalui penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku yang relevan. Sumber data dalam penelitian ini adalah kuesioner eksperimental, wawancara eksperimental, wawancara psikologi ego (primer), penelitian terdahulu, dan buku-buku yang relevan (skunder).

D. Teknik Pengumpulan Data

(42)

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan beberapa tahapan, yaitu: (a) tahap deskrepsi data yaitu mendeskripsikan data berdasarkan hasil resepsi informan terhadap film Laskar Pelangi; (b) tahap klasifikasi data yaitu mengklasifikasikan data dari hasil kuesioner eksperimental, hasil wawancara eskperimental, dan dari hasil wawancara psikologi ego untuk menemukan kecenderungan terhadap penilaian mengenai aspek tekstual film Laskar Pelangi; (c) tahap analisis data yaitu sistem kerja teori estetika resepsi dan psikologi ego terhadap data yang berupa resepsi informan terhadap film Laskar Pelangi secara eksperimental; dan (d) tahap interpretasi data yaitu tahap untuk memberikan pemaknaan secara khusus pada data yang telah dianalisis dalam hal kesesuaian dengan tujuan tanpa mengurangi keobjektifannya, sehingga ditemukan interpretasi dan dampak psikologis masing-masing pembaca terhadap film tersebut.

F. Teknik Penarikan Kesimpulan

(43)

BAB IV

RESEPSI MAHASISWA JURUSAN SASTRA INDONESIA UNS ANGKATAN 2010 TERHADAP ASPEK TEKSTUAL FILMLASKAR PELANGI

A. Kuesioner Instrumental dan Kuesioner Eksperimental 1. Pembahasan Kuesioner Instrumental

Melalui hasil pembagian kuesioner instrumental terhadap mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 ditemukan pembaca yang memiliki klasifikasi nilai tertinggi. Setiap jawaban yang berhubungan dengan pertanyaan mengenai tanggapan mereka terhadap film Laskar Pelangi mendapatkan nilai 10, tetapi pemilihan klasifikasi jawaban dengan spesifikasi “sangat” lebih diprioritaskan bila

dibandingkan dengan pilihan jawaban “bagus”, “kurang bagus”, dan “kurang”.

Pembagian kuesioner instrumental ditujukan untuk menentukan pemilihan pembaca dalam penelitian ini.

(44)

Pengisian kuesioner dilakukan di dalam kelas secara bersama-sama dengan pengawasan dan meminimalisasi potensi kerja sama antarmahasiswa sehingga diharapkan hasil kuesioner bisa dipertanggungjawabkan keautentikannya. Jawaban pada klasifikasi pertanyaan yang berhubungan dengan pemahaman mereka terhadap film Laskar Pelangi hanya akan dihitung nilainya apabila mereka menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sesuai dengan isi dalam film. Adapun nilai dari masing-masing jawaban yang benar adalah 10.

Dari 59 mahasiswa yang mengisi kuesioner instrumental, hasil analisis mereka terhadap film Laskar Pelangi57 mahasiswa memperoleh nilai 50. Adapun 2 mahasiswa mendapatkan nilai 40 karena dari masing-masing kuesioner mahasiswa tersebut ada satu pertanyaan yang tidak dijawab. Model pertanyaan ini semua jawaban dianggap benar karena merupakan analisis berdasarkan pengalaman dan penilaian mereka terhadap film. Apabila mahasiswa telah menjawab semua pertanyaan untuk klasifikasi pertanyaan mengenai tanggapan atau penilaian terhadap film Laskar Pelangi secara otomatis mereka telah memiliki nilai 50. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah: (1) apakah Anda pernah menonton film Laskar Pelangi?; (2) menurut Anda bagaimanakah kualitas film Laskar Pelangi?; (3) apakah Anda terkesan terhadap film tersebut?; (4) apakah Anda memahami film tersebut?; dan (5) apakah film tersebut berpengaruh terhadap diri Anda hingga sekarang?.

(45)

untuk mengukur tingkat kemampuan pembaca dalam menilai kualitas film. Pertanyaan ketiga memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui efek atau kesan yang muncul dari film tersebut terhadap diri pembaca. Pertanyaan keempat memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui tingkat pemahaman pembaca terhadap film tersebut. Pertanyaan kelima memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui tingkat pengaruh film terhadap diri pembaca.

Jawaban para mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terkait dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu merupakan jawaban yang mutlak. Penjelasan mengenai kemutlakan yang dimaksud adalah tidak bisa dipersalahkan karena merupakan jawaban yang berhubungan dengan pengalaman dan psikologi masing-masing mahasiswa secara empiris.

(46)

terhadap filmLaskar Pelangi. Dengan penjelasan lain, kuesioner instrumental dalam pertanyaan yang berhubungan dengan pemahaman merupakan bukti mengenai tingkat pemahaman mahasiswa terhadap film tersebut. Adapun pertanyaan dalam kuesioner instrumental yang menitikberatkan pada pertanyaan tentang pemahaman terhadap film Laskar Pelangi adalah: (1) siapakah tokoh utama dalam film Laskar Pelangi?; (2) berapakah jumlah anggota Laskar Pelangi?; (3) siapakah ketua kelas SD Muhammadiyah Gantong dalam filmLaskar Pelangi?;(4) siapakah tokoh perempuan yang dicintai Ikal dalam film Laskar Pelangi?; dan (5) siapakah nama tokoh yang dijuluki Si Samson dalam filmLaskar Pelangi?.

Jawaban mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu beraneka ragam. Keakuratan jawaban dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman pembaca karena dalam memberikan jawaban yang benar menunjukkan bahwa pembaca memahami filmLaskar Pelangi.

Pemilihan pembaca dalam penelitian ini berdasarkan pada nilai tertinggi baik itu dalam kuesioner instrumental yang berisi pertanyaan mengenai penilaian mereka terhadap film maupun pertanyaan mengenai pemahaman mereka terhadap film tersebut. Nilai tertinggi yang dimaksud adalah penggabungan dari masing-masing nilai mahasiswa yang diperoleh dari jawaban dua kriteria pertanyaan seperti yang telah dijelaskan.

(47)

akan diakumulasikan dengan hasil nilai dari jawaban model pemahaman. Jumlah nilai tertinggi dari lima mahasiswa laki-laki dan lima mahasiswa perempuan akan dijadikan sebagai pembaca atau informan penelitian ini. Adapun identitas mahasiswa yang memiliki nilai tertinggi dan terpilih menjadi pembaca dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pembaca pertama jenis kelamin laki-laki, tempat lahir di Sukoharjo dengan alamat Sukoharjo. Menyatakan pernah menonton film Laskar Pelangi. Kualitas film tersebut bagus, sangat terkesan terhadap film tersebut, memahami film tersebut, dan menyatakan bahwa film tersebut berpengaruh terhadap kehidupannya. Dari lima pertanyaan yang berupa pertanggungjawaban terhadap pernyataan, pembaca tersebut dapat menjawab semua pertanyaan, tetapi tiga di antaranya salah. Adapun jawaban yang benar dari pertanyaan tersebut adalah jumlah anggota Laskar Pelangi yaitu sepuluh orang dan nama tokoh perempuan yang dicintai Ikal yaitu A- ling.

(48)

anggota Laskar Pelangi terdiri dari sepuluh orang dan tokoh wanita yang dicintai Ikal yaitu A-ling.

3. Pembaca ketiga jenis kelamin perempuan, tempat lahir di Magetan dengan alamat tinggal di Madiun. Menyatakan pernah menonton filmLaskar Pelangi. Kualitas film tersebut sangat bagus, terkesan dengan film tersebut, sangat memahami film tersebut, dan menyatakan bahwa film tersebut berpengaruh terhadap kehidupannya hingga sekarang. Dari lima pertanyaan untuk mempertanggungjawabkan pernyataan tersebut tiga pertanyaan terjawab dan keseluruhannya adalah benar. Adapun jawaban tersebut adalah tokoh utama film Laskar Pelangi adalah Ikal, jumlah anggota Laskar pelangi adalah sepuluh orang, dan nama tokoh perempuan yang di cintai Ikal adalah A-ling. 4. Pembaca keempat jenis kelamin perempuan, tempat lahir di Sukoharjo,

(49)

5. Pembaca kelima jenis kelamin perempuan, tempat lahir di Sukoharjo dengan tempat tinggal di Karanganyar. Menyatakan pernah menonton film Laskar Pelangi. Kualitas film tersebut sangat bagus, sangat terkesan terhadap film tersebut, memahami film tersebut, dan menyatakan bahwa film tersebut berpengaruh terhadap kehidupannya. Dari lima pertanyaan untuk mempertanggungjawabkan pernyataan tersebut tiga pertanyaan terjawab dan keseluruhannya adalah benar. Adapun jawaban tersebut adalah tokoh utama film Laskar Pelangi bernama Ikal, jumlah anggota Laskar Pelangi sepuluh orang orang, dan nama tokoh perempuan yang dicintai Ikal adalah A-Ling. 6. Pembaca keenam jenis kelamin laki-laki, tempat lahir di Sukoharjo dengan

alamat Sukoharjo. Menyatakan pernah menonton film Laskar Pelangi. Kualitas film tersebut bagus, terkesan terhadap film tersebut, memahami film tersebut, dan menyatakan bahwa film tersebut berpengaruh terhadap kehidupannya. Dari lima pertanyaan untuk mempertanggungjawabkan pernyataan tersebut keseluruhannya terjawab. Dua jawaban salah dan tiga jawaban adalah benar. Adapun jawaban yang benar adalah nama tokoh utama dalam film Laskar Pelangiyaitu Ikal, jumlah anggota Laskar Pelangi sepuluh orang, dan nama tokoh perempun yang dicintai Ikal yaitu A-Ling.

(50)

tersebut berpengaruh terhadap kehidupannya. Dari lima pertanyaan yang merupakan pertanggungjawaban dari pernyataan tersebut dua jawaban salah dan tiga jawaban adalah benar. Adapun jawaban yang benar dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah jumlah anggota Laskar Pelangi sebanyak sepuluh orang, ketua kelas Laskar Pelangi adalah Kucai, dan tokoh wanita yang dicintai Ikal adalah A-ling.

8. Pembaca kedelapan jenis kelamin laki-laki, tempat lahir di Tangerang, dengan alamat di Tangerang, dan tingggal di rumah kos di Solo. Menyatakan pernah menonton film Laskar Pelangi. Kualitas film tersebut sangat bagus, sangat terkesan terhadap film tersebut, sangat memahami film tersebut, dan menyatakan bahwa film tersebut berpengaruh terhadap kehidupannya. Dari lima pertanyaan untuk mempertanggungjawabkan pernyataan tersebut, tiga pertanyaan terjawab. Satu jawaban salah dan dua jawaban adalah benar. Adapun jawaban yang benar adalah jumah anggota Laskar Pelangi yaitu sepuluh orang, dan nama tokoh perempuan yang dicintai Ikal yaitu A-Ling. 9. Pembaca kesembilan jenis kelamin perempuan, tempat lahir di Karanganyar,

(51)

benar adalah mengenai tokoh utama dalam film Laskar Pelangi yaitu Ikal, ketua kelas Laskar Pelangi yaitu Kucai, dan nama tokoh perempuan yang dicintai Ikal yaitu A-Ling.

10. Pembaca kesepuluh jenis kelamin perempuan, tempat lahir di Boyolali, dengan alamat Boyolali. Menyatakan pernah menonton film Laskar Pelangi. Kualitas film tersebut sangat bagus, sangat terkesan terhadap film tersebut, sangat memahami film tersebut, dan menyatakan bahwa film tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupannya. Dari lima pertanyaan untuk mempertanggungjawabkan pernyataan tersebut, semuanya terjawab. Dua jawaban salah dan tiga jawaban adalah benar. Adapun jawaban yang benar adalah jumlah anggota Laskar Pelangi yaitu sepuluh orang, ketua kelas Laskar Pelangi yaitu Kucai, dan nama tokoh perempuan yang dicintai Ikal yaitu A-Ling.

Sepuluh identitas mahasiswa tersebut adalah pembaca yang terpilih sebagai informan dalam penelitian ini. Nama-nama pembaca tersebut tidak dicantumkan dan hanya dilampirkan identitas secukupnya dengan pertimbangan kenyamanan pembaca yang terpilih sebagai informan dalam penelitian ini. Penentuan nomor tersebut hanya berdasarkan pada nama yang ada dalam kuesioner secara alphabetis meski dirahasiakan, tanpa memiliki suatu maksud atau tujuan tertentu yang bersifat mengurangi keobjektifan penelitian.

(52)

Tabel 1. Pemilihan pembaca berdasarkan nilai kuesioner instrumental

(53)

kuesioner eksperimental. Pertanyaan kuesioner ini merupakan penilaian pembaca terhadap film secara umum dan penilaian terhadap kriteria-kriteria tertentu. Jumlah pertanyaan adalah sebanyak dua puluh satu soal. Pertanyaan dalam kuesioner ini menekankan pada evaluasi pembaca terhadap film dalam perspektif estetika eksperimental, yaitu studi tentang efek-efek motivasional pembaca terhadap film Laskar Pelangi. Seperti telah dibahas dalam landasan teori, Psikologi sastra memberikan bantuan metodologis dalam mempelajari suatu teks terhadap sekelompok pembaca. Dalam lapangan psikologi,experimental estheticsatau estetika eksperimental menghasilkan sejumlah eksperimen yang menarik dan penting. Dalam kontrasnya dengan unsur intrinsik, estetika resepsi terutama menitikberatkan pada masalah konkretisasi sebuah teks.

(54)

konkret, dan cara melaluinya hal ini dapat dicapai tergantung sebagian besarnya pada pembacanya. Ia akan mengisi schemata pandangan yang umum tadi dengan suatu yang tertentu, yang berhubungan dengan “rasa seni”-nya, kebiasaan tanggapan/persepsinya, kecenderungan terhadap suatu mutu tertentu dan tingat kepadatan (= coherence). Dengan demikian, ia akan berbeda bagi berbagai pembaca. Pembaca juga mengaitkannya dengan berbagai pengalamannya dan memperkenalkan dunia yang dihidupinya melalui aspek pembentukan dunianya tersebut.

(55)

B. Interpretasi dan Pembahasan Hasil Kuesioner Eksperimental 1. Identifikasi Putusan Nilai Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS

Angkatan 2010 terhadap FilmLaskar Pelangi

Identifikasi putusan nilai adalah pemaparan hasil penilaian pembaca terhadap film Laskar Pelangimelalui kuesioner eksperimental. Hasil identifikasi putusan nilai merupakan evaluasi dan penilaian para pembaca secara psikologis mengenai berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan film Laskar Pelangi. Pemaparan hasil pengisian kuesioner eksperimental berisi tentang dua kriteria pertanyaan.

Kriteria pertanyaan pertama adalah penilaian pembaca terhadap film Laskar Pelangi secara umum. Jawaban yang tertuang dalam kuesioner tersebut meliputi pilihan: (1) sangat jelek mendapatkan nilai 10; (2) jelek mendapatkan nilai 5; (3) baik mendapatkan nilai 5; dan (4) sangat baik mendapatkan nilai 10. Hasil penilaian dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dianggap benar karena berdasarkan pada aspek internal pembaca terhadap filmLaskar Pelangi.

(56)

bahwa pembaca dengan poin nilai tertinggi merupakan pembaca yang memiliki kemampuan identifikasi putusan nilai yang baik terhadap film tersebut.

Klasifikasi penilaian “sangat” (sangat baik dan sangat kurang) mendapatkan nilai yang lebih karena memiliki unsur nilai yang jelas. Klasifikasi ini memaparkan kemampuan analisis yang maksimal terhadap kriteria tertentu dalam film yang dilakukan oleh para pembaca. Hal itu juga menggambarkan ketajaman analisis pembaca sehingga memunculkan aspek rasa secara jelas. Penilaian “baik”, “jelek”,

dan “cukup” hanya akan mendapatkan nilai 5 karena menunjukkan kemampuan

analisis pembaca terhadap kriteria tertentu dalam film yang kurang maksimal. Berbeda tentunya dengan penilaian “sangat” yang mampu menggambarkan bahwa

pembaca benar-benar memahami kriteria tertentu dalam film tersebut sehingga analisis yang diberikan pun sangat maksimal. Penilaian “sangat” terhadap kriteria

tertentu mencerminkan kejelasan dan keakuratan analisis pembaca secara mendalam. Penilaian ”cukup”, “sedang”, dan “kurang” mencerminkan kurangnya keakuratan

pembaca dalam memahami kriteria tertentu secara mendalam. Selain itu, pilihan-pilihan jawaban tersebut juga merupakan penggambaran mengenai efek motivasional pembaca mengenai kriteria-kriteria penilaian terhadap film.

(57)

Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner eksperimental yang berdasarkan pada kriteria tertentu terhadap film Laskar Pelangi memiliki peran1 dan fungsi2 yang berbeda-beda. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang sehubungan dengan isi dari kuesioner tersebut adalah sebagai berikut.

1) Bagaimanakah penilaian Anda terhadap keseluruhan filmLaskar Pelangi?. Pertanyaan mengenai penilaian terhadap keseluruhan film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui tanggapan pembaca terhadap kualitas film. Hal ini berfungsi untuk mengetahui tingkat penilaian pembaca terhadap film secara menyeluruh.

2) Bagaimanakah kandungan tema atau gagasan utama dalam film ini?.

Pertanyaan mengenai tingkat kandungan tema atau gagasan utama dalam film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengukur kemampuan analisis pembaca terhadap gagasan atau tema film tersebut. Hal itu dinilai penting karena ketika pembaca memahami gagasan atau tema dalam film tersebut, pembaca akan mampu mengetahui pokok utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film tersebut.

3) Apakah film ini menunjukkan makna dan daya tarik cerita yang sama tanpa terikat ruang dan waktu?.

Pertanyaan mengenai makna dan daya tarik cerita yang sama tanpa terikat ruang dan waktu memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis

1

Peran yang dimaksud adalah isi cerita dalam film yang memiliki kontribusi terhadap pembaca.

2

(58)

pembaca terhadap makna yang dapat ditemukan dalam film secara objektif. Tanpa terikat ruang dan waktu menjelaskan bahwa keobjektifan makna dan daya tarik film ini relatif tetap sama meski disaksikan pada waktu yang berbeda dan lokasi yang berbeda-beda pula. Sebagai contoh, tingkat keobjektifan tema film Laskar Pelangi baik disaksikan oleh masyarakat yang tinggal di kota maupun di desa, disaksikan pada saat ini atau kapan pun akan tetap memiliki tema yang sama yaitu tentang pendidikan.

4) Apakah bahasa yang digunakan dalam film ini mudah dipahami?.

Pertanyaan mengenai penggunaan bahasa yang mudah dipahami memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis pembaca terhadap aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan penulis atau sutradara dalam filmLaskar Pelangi. Bahasa yang terampil juga mencakup tentang aspek kekhasan bahasa yang terdapat dalam film tersebut.

5) Apakah film ini memberikan pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang baik?.

(59)

6) Apakah film ini memberikan keaslian, memberikan perspektif yang segar3, dan berbeda?.

Pertanyaan mengenai keaslian dan perspektif yang segar dan berbeda dalam kuesioner ini memiliki peran dan fungsi untuk mengukur pemahaman pembaca mengenai ciri khas filmLaskar Pelangi dan membandingkannya dengan karya-karya lain. Hal ini tentu berhubungan dengan wawasan para pembaca terhadap film Laskar Pelangidan berfungsi untuk mengukur pemahaman mereka mengenai ciri khas yang dimiliki oleh film tersebut.

7) Apakah Anda merasakan keterlibatan secara emosional terhadap watak dan tindakan tokoh dalam film ini?.

Pertanyaan mengenai keterlibatan secara emosional terhadap watak dan tindakan tokoh dalam film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui tingkat kepekaan pembaca terhadap peristiwa-peristiwa dalam film tersebut. Hal ini dinilai penting karena berfungsi untuk mengukur segi afektif atau penalaran unsur rasa yang dapat ditemukan pada diri pembaca dari film tersebut.

8) Apakah Anda menjumpai film ini memperlihatkan kecakapan4 teknik naratifnya?.

Pertanyaan mengenai kecakapan teknik naratif dalam film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan pembaca dalam memahami maksud atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Sehubungan dengan maksud

3

Segar yang dimaksud adalah mengenai kebaruan.

4

(60)

yang ingin disampaikan oleh penulis, kecakapan teknik naratif merupakan analisis terhadap prolog yang disampaikan oleh narator dalam film tersebut.

9) Bagaimanakah pemaparan karakter kemanusiaan5yang dapat dikenali?. Pertanyaan mengenai pemaparan karakter kemanusiaan yang dapat dikenali memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis pembaca mengenai sifat dan karakter tokoh dalam film Laskar Pelangi. Pertanyaan ini ditujukan untuk membaca karakter tokoh dan penokohannya yang biasanya memiliki warna tersendiri dalam setiap karya sastra.

10) Apakah film ini menunjukkan adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat?.

Pertanyaan mengenai tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan konsentrasi pembaca ketika menyaksikan film Laskar Pelangi. Kemampuan konsentrasi yang dimaksud adalah berhubungan dengan tingkat konsentrasi pembaca dalam memahami setiap unsur instrinsik maupun ekstrinsik ketika menyaksikan film tersebut.

11) Bagaimanakah tingkat kerumitan atau kesederhanaan filmLaskar Pelangi?. Pertanyaan mengenai kerumitan atau kesederhanaan film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis pembaca dalam hal memahami permasalahan yang diangkat dalam film tersebut. Pertanyaan ini berhubungan dengan aspek-aspek problematika yang muncul dalam film. Pertanyaan

5

(61)

ini berfungsi untuk mengetahui penilaian pembaca terhadap tingkat kerumitan film Laskar Pelangi.

12) Apakah makna dalam film ini dapat dipahami?.

Pertanyaan mengenai pemahaman makna film Laskar Pelangimemiliki peran dan fungsi untuk mengetahui tingkat pemahaman pembaca dalam menelaah kandungan film tersebut. Pertanyaan ini merupakan nilai penting yang harus dipahami oleh pembaca karena berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut.

13) Apakah film ini memiliki struktur yang baik dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren?.

Pertanyaan mengenai struktur yang baik dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan pembaca dalam menganalisis dan memahami film Laskar Pelangi secara utuh. Pertanyaan ini berhubungan dengan kemampuan analisis pembaca dalam memahami isi film tersebut secara berkelanjutan.

14) Apakah film ini dapat dipercaya?.

Pertanyaan mengenai tingkat kepercayaan pembaca terhadap fakta dan fiksi film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis pembaca terhadap unsur-unsur instrinsik film tersebut. Tinggi rendahnya penilaian pembaca dalam hal kepercayaan mereka terhadap film tersebut dipengaruhi oleh penilaian mereka mengenai kebenaran isi yang dipaparkan dalam film tersebut.

(62)

Pertanyaan mengenai mengandalkan kemampuan imaji dalam menikmati film tersebut memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan analisis estetika pembaca dalam menikmati film Laskar Pelangi. Tinggi rendahnya tingkatan imaji dalam memahami film tersebut berhubungan dengan kemampuan penganalogian visualisasi teks yang dilakukan oleh masing-masing informan.

16) Apakah unsur-unsur dalam film ini menyenangkan Anda?.

Pertanyaan mengenai pokok persoalan film yang menyenangkan memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui tingkat kepuasan pembaca terhadap film Laskar Pelangi.Pertanyaan ini dapat menggambarkan mengenai kecenderungan karakteristik masing-masing pembaca dalam menilai teks sastra.

17) Apakah film ini menarik perhatian Anda?.

Pertanyaan mengenai ketertarikan pembaca terhadap film memiliki peran dan fungsi untuk menjabarkan orientasi pembaca yang bisa dikaitkan dengan isi dari film Laskar Pelangi. Pertanyaan ini sedikit banyak dapat merefleksikan kecenderungan mengenai ketertarikan para pembaca terhadap hal-hal tertentu dalam film tersebut.

18) Apakah film ini mengandung ironi?.

Pertanyaan mengenai kandungan ironi dalam film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kepekaan pembaca dalam menyikapi suatu peristiwa dalam film. Kepekaan yang dimaksud adalah kemampuan pembaca dalam membandingkan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam kehidupan secara nyata.

(63)

Pertanyaan mengenai unsur yang menegangkan dalam film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi dalam hal mengukur keterlibatan suasana para pembaca terhadap peristiwa-peristiwa yang ada di dalam film. Keterlibatan suasana yang dimaksud adalah mengenai respon para pembaca terhadap peristiwa-peristiwa yang menegangkan dalam film tersebut.

20) Apakah Anda menyukai karakteristik formal film ini?.

Pertanyaan mengenai tingkat rasa suka terhadap karakteristik formal film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis pembaca dalam memahami ciri khas yang ada pada film tersebut. Pertanyaan ini bertujuan untuk mengukur tentang pemahaman pembaca terhadap karakteristik formal dalam film tersebut.

21) Apakah Anda merasakan bahwa film ini memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk merefleksi atau melakukan analisis lebih lanjut?. Pertanyaan mengenai tingkat tantangan intelektual yang mengarahkan untuk merefleksi atau melakukan analisis lebih lanjut terhadap film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan penalaran pembaca terhadap film tersebut. Pertanyaan ini bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan analisis masing-masing pembaca terhadap filmLaskar Pelangi.

(64)

peran dan fungsinya. Adapun hasil identifikasi putusan nilai para pembaca terhadap filmLaskar Pelangidalam kuesioner eksperimental adalah sebagai berikut.

(65)

Pembaca kedua menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi dinilai sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5) pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedang (5); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sedang (5); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya sangat terampil (10); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai agak lambat (5); (11) kekomplekan film dinilai cukup kompleks (5); (12) makna film ini cukup terpahami (5); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut dinilai seluruhnya terpercaya (10); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sangat tinggi (10); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil cukup disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian sangat menantang (10).

(66)

jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5) pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedang (5); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sangat asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai cukup cepat (5); (11) kekomplekan film dinilai cukup kompleks (5); (12) makna film ini seluruhnya terpahami (10); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (10); (14) film tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sangat tinggi (10); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil sangat disukai (10); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian sangat menantang (10).

(67)

pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedikit (5); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sangat asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sedang (5); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai agak lamban (5); (11) kekomplekan film dinilai cukup kompleks (5); (12) makna film ini cukup terpahami (5); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) Film tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) Dalam pengandalan imaji film ini dinilai sedang (5); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sedang (5); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil cukup disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian cukup menantang (5).

(68)

dinilai sangat asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai cukup cepat (5); (11) kekomplekan film dinilai cukup kompleks (5); (12) makna film ini seluruhnya terpahami (10); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai sangat baik (10); (14) film tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sedang (5); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil cukup disukai (10); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian sangat menantang (10).

(69)

kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai agak lamban (5); (11) kekomplekan film dinilai cukup simpel (5); (12) makna film ini seluruhnya terpahami (10); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut dinilai cukup terpercaya (10); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai tidak sama sekali (10); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sedang (5); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai sedikit (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil cukup disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian cukup menantang (5).

(70)

makna film ini cukup terpahami (5); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sedang (5); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil cukup disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian cukup menantang (5).

(71)

dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sedang (5); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sedang (5); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sedang (5); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai sedikit (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil cukup disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian cukup menantang (5).

(72)

(10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil cukup disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian sangat menantang (10).

Gambar

Tabel 1. Pemilihan pembaca  berdasarkan nilai kuesioner instrumental
Tabel 2 Tingkat pemahaman pembaca berdasarkan hasil kuesioner eksperimental

Referensi

Dokumen terkait