BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar
daerahnya adalah sebagai daerah pertanian yang tersebar di seluruh daerah
di indonesia, pertanian adalah suatu kegiatan dimana manusia melakukan
kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
untuk menghasilkan bahan pangan , bahan baku , serta untuk memenuhi
kebutuhan hidup setiap manusia.pangan merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia . pentingnya pangan bagi manusia mendorong pemerintah
untuk menerbitkan Undang- Undang yang khusus mengatur tentang pangan
yakni Undang-Undang No 18 Tahun 2012 Tentang Pangan1 Di dalam
melakukan kegiatan pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan maka di
butuhkan lahan guna menunjang kegiatan pertanian tersebut , lahan adalah
bagian daratan dari permukaan bumi sebagai lingkungan fisik yang meliputi
tanah serta faktor yang mempengaruhi pengunaannya2. lahan pertanian
adalah bidang lahan yang digunakan sebagai tempat dimana kegiatan
pertanian dilakukan. Tanpa adanya suatu lahan yang dapat di gunakan
sebagai kegiatan pertanian maka pertanian tidak dapat dilakukan.
Sementara itu dengan adanya program pembangunan nasional yang di
canangkan oleh pemerintah pusat maka di butuhkan lahan untuk melakukan
1
Muchsin.,Aspek Kebijaksanaan Hukum Penatagunaan Tanah Dan Penataan Ruang, edisi pertama, sinar grafika (2008),hlm 12
2
program tersebut dan dalam hal ini lahan pertanian lah yang akhirnya di alih
fungsikan yang sebelumnya adalah tanah pertanian maka di alih fungsikan
menjadi tanah non pertanian. alih fungsi ini terjadi secara merata di seluruh
daerah di indonesia salah satunya adalah wilayah pertanian di wilayah Kota
Salatiga.
Sebagian lahan pertanian yang terdapat di wilayah Kota Salatiga adalah
sawah maka mata pencaharian masyarakat sebagian besar adalah bekerja
sebagai petani , namun seiring perkembangan zaman dan dengan adanya
program pembangunan nasional luas tanah pertanian di wilayah kota
Salatiga semakin berkurang hal ini disebabkanoleh pertambahan penduduk
serta perkembangan ekonomi dan industri yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun serta kebutuhan masyarakat akan fasilitas publik baik jalan,
tempat pendidikan, serta tempat kesehatan hal ini lah yang menyebabkan
lahan pertanian di alih fungsikan dari lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian. namun upaya untuk mempertahankan luas lahan pertanian sudah
dilakukan dengan adanya Undang-Undang No 41 tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Lahan pertanian Di kota Salatiga juga di lindungi oleh peraturan daerah
mengenai rencana tata ruang wilayah tahun 2011 sampai dengan 2030.
Yang tertuang dalam Pasal 55 Peraturan Daerah mengenai rencana tata
ruang wilayah tahun 2010 sampai dengan 2030 didalam pasal tersebut
hanya menjelaskan mengenai letak lahan peruntukan pertanian terkhusus
sawah. Dari pasal tersebut di sebutkan mengenai jumlah lahan pertanian
didalam 8 (delapan) kelurahan sehingga di dalam peraturan daerah kota
salatiga mengenai rencana tata ruang wilayah kota Salatiga tahun 2011
sampai dengan 2030 tidak mengatur secara luas dan kompleks apabila
terjadi alih fungsi lahan pertanian di wilayah pertanain kota Salatiga dari
tahun ke tahun tanah pertanian di kota Salatiga semakin berkurang
dikarenakan kurangnya pengawasan dan aturan yang pasti mengenai
pembatasan alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian.
Perubahan lahan sawah yang terjadi di kota Salatiga sebagian besar beralih
fungsi menjadi pemukiman hal ini terjadi karena jumlah masyarakat yang
semakin meningkat serta adanya program pembangunan nasional di kota
Salatiga.3 Serta alih fungsi yang terjadi adalah dari lahan pertanian yaitu
sawah beralih fungsi menjadi infrastruktur baik jalan ataupun fasilitas
publik saat ini pengaturan mengenai perlindungan sawah sangatlah minim di
kota Salatiga sehingga menyebabkan alih fungsi lahan pertanian menjadi
non pertanian tidak terkendali. peraturan yang ada saat ini hanyalah
peraturan mengenai lahan pertanian yang terdapat di dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Salatiga tahun 2011 sampai dengan 2030 pasal 55
peraturan daerah mengenai rencana tata ruang wilayah tahun 2011 sampai
dengan 2030 didalam pasal tersebut hanya menjelaskan mengenai letak
lahan peruntukan pertanian terkhusus sawah dari pasal tersebut di sebutkan
mengenai jumlah lahan pertanian pangan berkelanjutan yang berjumlah
kurang lebih 274 hektar yang terbagi didalam 8 (delapan) kelurahan Di
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah kota Salatiga ini tidak mengatur secara
3
detail mengenai perlindungan terhadap alih fungsi lahan pertanian hal ini
lah yang menyebabkan tidak terkontrolnya alih fungsi lahan pertanian
menjadi non pertanian terkhusus sawah yang dilakukan. Pemerintah kota
Salatiga kurang memperhatikan hal mengenai perlunya sawah sebagai
tempat produksi bahan pangan hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan
pangan masayarakat khususnya di kota salatiga.
Pemerintah Kota Salatiga seharusnya lebih memperhatikan beberapa hal
mengenai alih fungsi lahan dikarenakan sesuai dengan undang- undang no 41
tahun 2009 mengatur megenai kewajiban dari setiap daerah untuk memilikki
tanah pertanian terkhusus sawah sebagai sumber pangan berkelanjutan.
Apabila jumlah sawah di kota Salatiga sebagai sumber pangan masayarakat
Salatiga tidak terpenuhi ataupun tidak seimbang dengan jumlah masyarakat
atau penduduk kota salatiga maka tidak akan ada keseimbangan antara
kebutuhan pangan dengan jumlah penduduk. Sehingga wilayah kota salatiga
dapat memenuhi kebutuhan pangannya sendiri dengan hasil dari lahan
pertanian terkhusus sawah yang terdapat di wilayah kota Salatiga.
Hingga saat ini alih fungsi lahan pertanian di wilayah kota Salatiga masih
terjadi salah satunya adalah pembangunan jalan tol di wilayah kota Salatiga
yang melewati lahan pertanian terkhusus sawah hal ini menyebabkan jumlah
lahan pertanian terkhusus sawah semakin berkurang di wilayah kota salatiga
menurut keterangan Kepala Dinas Perikanan Dan Pertanian kota Salatiga alih
fungsi yang dilakukan guna pembangunan jalan tol yang menyebabkan banyak
sekali lahan sawah hilang akibat pembangunan tersebut dan hal itu dilakukan
melarang hal tersebut hingga saat ini pemerintah kota Salatiga tidak bisa
memberikan lahan penganti untuk lahan sawah yang telah di alih fungsikan
menjadi jalan tersebut hal ini terjadi karena terbatasnya lahan di wilayah kota
Salatiga dikarenakan padatnya penduduk.
Maka dari itu perlu diberikan suatu aturan yang secara khusus mengenai
alih fungsi lahan pertanian terkhusus sawah hal ini bertujuan untuk mengatur
mengenai alih fungsi lahan pertanian sehingga lahan pertanian terkhusus sawah
tidak sewenang- wenang di alih fungsikan menjadi daerah non pertanian.
sehingga alih fungsi lahan pertanian tidak hanya di lindungi oleh Rencana Tata
Ruang Wilayah kota Salatiga saja namun ada aturan lain yang lebih rinci serta
lebih detail mengenai alih fungsi lahan pertanian. hal ini lah yang menjadi latar
belakang penelitian hukum (legal research),
Pentingnya kajian ini adalah untuk mengetahui apakah alih fungsi lahan
pertanian menjadi non pertanian di wilayah kota salatiga sudah memadahi serta
Apakah sesuai dengan aturan yang berlaku di tingkat nasional mengenai alih
fungsi lahan pertanian di kota salatiga untuk melihat kesesuaian antara aturan
yang ada di kota Salatiga dengan fakta yang ada dilapangan serta mengkaji
aturan-aturan yang bersangkutan dengan alih fungsi lahan baik di tingkat
Nasional sampai dengan tingkat daerah agar kesesuaian antara perkembangan
pembangunan daerah kota salatiga dapat berjalan dengan baik tanpa
menghilangkan lahan pertanian yang sangat bermanfaat serta berhubungan
Berikut adalah Topik skripsi yang pernah di tulis yang dalam hal ini
membahas mengenai alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian :
Tabel 1 :
Perbandingan skripsi mengenai alih fungsi lahan pertanian
undang-undang 4.
Lokasi Kabupaten semarang dan
kota salatiga
Wilayah Kota Salatiga
Wilayah
kabupaten Kelaten
Wilayah kota Salatiga
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang penelitian hukum , maka penulis
merumuskan masalah yang akan diteliti adalah :
1. Bagaimanaalih fungsi lahan pertanian di kota Salatiga
2. Apakah sudah ada aturan tentang alih fungsi lahan pertanian di kota
Salatiga.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian hukum diatas maka yang menjadi
tujuan penelitian hukum penulis adalah:
1. Untuk mengetahui proses alih fungsi lahan pertanian di kotaSalatiga
2. Untuk mengetahui aturan tentang alih fungsi lahan pertanian di kota
Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran
atau memberikan solusi dalam bidang hukum perdata terkait dengan
diharapkan pembaca atau calon peneliti semakin mengetahui tentang
hukum mengenai alih fungsi lahan pertanian terkhusu sawah.
Dapat dijadikan acuan maupun pedoman untuk para pihak atau
peneliti lain yang ingin mengkaji dan menganalisis secara mendalam
menganai alih fungsi lahan pertanian di kota salatiga sesuai dengan
apa yang penulis utarakan di atas
Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian
dalam rangka meningkatkan kualitas penegakkan hukum perdata dalam bidang
alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hukum dan empirik. Untuk rumusan
masalah no 1 (satu) yaitu untuk mengetahui alih fungsi lahan pertanian di wilayah
kota Salatiga merupakan penelitian empirik dan rumusan masalah no 2 (dua)
untuk mengetahui aturan mengenai alih fungsi lahan pertanian di wilayah kota
Salatiga merupakan penelitian hukum.
1. Tujuan penelitian no 1 (satu) sebagai penelitian empirik. Penelitian
empirik adalah suatu cara atau metode yang dilakukan yang bisa diamati
oleh indra manusia , sehingga cara atau metode yang digunakan tersebut
bisa diamati juga oleh orang lain serta penelitian empirik berfokus meneliti
suatu fenomena atau keadaan dari objek penelitian secara detail dengan
menghimpun kenyataan yang terjadi serta mengembangkan konsep yang
menemukan kebenaran mengenai alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian dengan menggunakan metode berpikir induktif dan kriterium
kebenaran koresponden serta fakta yang digunakan untuk melakukan
proses induksi dan pengujian kebenaran secara koresponden adalah fakta
yang mutakhir. kemudian dilakukan pengujian secara induktif–verifikatif
pada fakta mutakhir yang terdapat di dalam masyarakat. Dengan demikian
kebenaran dalam suatu penelitian telah dinyatakan reliable tanpa harus
melalui proses rasionalisasi4. Serta Pendekatan yang digunakan untuk
metode penelitian empirik adalah yuridis sosiologis yaitu penelitian
dilakukan dengan melihat keadaan nyata masyarakat atau lingkungan
masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta , yang
kemudian menuju pada identifikasi mengenai fakta yang ada serta dengan
di perolehnya data berupa fakta di lapangan serta dilakukan proses
identifikasi maka dapat menjawab permasalahan yang ada. sebagai data
primer maka wawancara akan dilakukan terhadap :
a. Instansi Pemerintah Kota Salatiga yang terkait dengan alih fungsi
lahan pertanian menjadi non pertanian seperti , Dinas Perikanan
dan Pertanian kota Salatiga, Kantor Pertanahan Kota Salatiga,
sekertariat daerah bagian tata pemerintahan Otonomi Daerah. Serta
instansi-instansi lainnya yang terkait dengan alih fungsi lahan
pertanian di wilayah kota Salatiga.
4
b. Wawancara dilakukan kepada
i. Bapak Nur Yanto
ii. M. Slamet Riyadi
pihak-pihak inilah yang pernah melakukan alih fungsi lahan
pertanian menjadi non pertanian terkhusus sawah di
wilayah kota Salatiga hal ini akan menajadi tolak ukur
bagaimana fakta di lapangan mengenai tata cara alih fungsi
lahan pertanian yang dilakukan oleh pemerintah kota
Salatiga.
c. Wawancara juga dilakukan terhadap pihak-pihak lain yang
berkaitan dengan alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian
di wilayah kota Salatiga.
2. Tujuan penelitian Nomor 2 (satu) sebagai penelitian hukum. Penelitian
hukum adalah suatu penelitian yang mempunyai obyek Hukum, baik
Hukum sebagai suatu ilmu atau aturan-aturan yang sifatnya dogmatis
maupun hukum yang berkaitan dengan prilaku dan kehidupan masyarakat.
penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang
bertujuan untuk mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu
dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu, maka juga diadakan
pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk
kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan –
permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan5. digunakan
5
penelitian Hukum ini karena dengan digunakannya penelitian hukum maka
dapat diketahui berbagai aspek aturan-aturan yang melandasi
dilakukannya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di
Wilayah Kota Salatiga sehingga diharapkan dengan digunakannya
penelitian hukum ini kita dapat mengetahui aturan mana yang digunakan
dalam mengatur tentang alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian
di wilayah kota Salatiga. sementara itu jenis pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan perundang-undangan, yang menurut Marzuki
“pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut
dengan isu hukum yang sedang ditangani pendekatan perundang-undangan
adalah pendekatan dengan mengunakan legislasi dan regulasi “6
digunakan
pendekatan ini karena sesuai dengan tujuan masalah bahwa ingin diketahui
mengenai aturan mana yang digunakan dalam melakukan alih fungsi lahan
pertanian maka dari itu pendekatan undang-undang sangatlah tepat untuk
menjawab permasalahan yang menjadi tujuan dari penelitian ini. Bahan
hukum yang digunakan adalah :
Adapun bahan hukum primer untuk rumusan masalah adalah:
a. Undang-undang no 41 tahun 2009 tentang perlidungan alih fungsi
lahan pertanian pangan berkelanjutan
b. Undang –Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria
6
c. Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah
d. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Oktober 1984 tentang
Perubahan Tanah Pertanian ke Non Pertanian
e. Surat Menteri Agraria Nomor 410-1851 Tanggal 15 Juni 1994
tentang Pencegahan Penggunaan Tanah Sawah Beririgasi Teknis
Untuk Pengunaan Non Pertanian Melalui Penyusunan Rencana
Tata Ruang.
f. Surat Menteri Negara Perencanaan BAPPENAS Nomor 5334/1994
Tanggal 29 September 1994 tentang Perubahan Penggunaan Tanah
Sawah Beririgasi Teknis Untuk Penggunaan Tanah Non pertanian
g. Surat Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN Nomor 460-3346
Tanggal 31 Oktober 1994 tentang Perubahan Penggunaan Tanah
Sawah Beririgasi Teknis Untuk Penggunaan Tanah Non Pertanian
h. Surat Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 460-1594
tanggal 5 Juni 1996 Tentang Pencegahan Konversi Tanah Sawah
Irigasi Teknis Menjadi Tanah Kering.
i. Instruksi Gubernur Jawa Tengah Nomor 590/107/1985 tanggal 25
Maret 1985 tentang Pencegahan Perubahan Tanah Pertanian Ke
Non Pertanian yang Tidak Terkendalikan.
j. Surat Keputusan Walikota Salatiga Nomor 591.05/23/2002 tanggal
1 Februari 2002 tentang Panitia Pertimbangan Perubahan
k. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2011-2030
Bahan hukum sekunder meliputi:
a. Bahan hukum sekunder berupa pendapat hukum serta teori-teori
yang berkaitan dengan alih fungsi lahan pertanian yang diperoleh
dari literatur hukum, hasil penelitian , artikel ilmiah, maupun
wabsite yang terkait dengan alih fungsi lahan pertanian menjadi
non pertanian. bahan hukum sekunder ini diharapkan dapat
memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer untuk
menganalisis serta memahami bahan hukum primer.
F. Unit Analisa
Unit Analisa dalam penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana proses
alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian dengan mengunakan
metode atau cara wawancara serta pengumpulan data yang di peroleh dari
penelitian lapangan, serta untuk mengetahui apakah di Wilayah Kota
Salatiga sudah terdapat aturan yang mengatur mengenai Alih Fungsi Lahan
Pertanian mejadi non pertanian.
Serta digunakannya penelitian hukum maka dapat diketahui berbagai
aspek aturan-aturan yang melandasi dilakukannya alih fungsi lahan
pertanian menjadi non pertanian di Wilayah Kota Salatiga sehingga
diharapkan dengan digunakannya penelitian hukum ini kita dapat
mengetahui aturan mana yang digunakan dalam mengatur tentang alih
fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di wilayah kota Salatiga.
perundang-undangan, yang menurut Marzuki “pendekatan undang-undang
(statute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan
regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani
pendekatan perundang-undangan adalah pendekatan dengan mengunakan
legislasi dan regulasi “7
digunakan pendekatan ini karena sesuai dengan
tujuan masalah bahwa ingin diketahui mengenai aturan mana yang
digunakan dalam melakukan alih fungsi lahan pertanian maka dari itu
pendekatan undang-undang sangatlah tepat untuk menjawab permasalahan
yang menjadi tujuan dari penelitian ini
7