123
124 Lampiran: 1. Surat ijin penelitian
Lampiran: 2. Surat keterangan sudah
melaksanakan pengumpulan data
Lampiran: 4. Data uji validasi
Lampiran: 5. Daftar Hadir
Lampiran: 6. Materi IHT
Lampiran: 7. Data panduan wawancara
Lampiran: 8. Studi dokumen
1)Permendiknas Nomor 35 tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsi onal Guru Dan Angka Kreditrnya,
2)Permenegpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kredit nya,
3)Permendikbud RI Nomor 16 tahun 2007 Ten tang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompe tensi Guru.
4)Proposal kegiatan pendidikan dan pelatihan 5)Buku panduan kegiatan
6)Contoh Hasil latihan pembuatan Laporan
126 Lampiran: 2. Surat keterangan sudah melaksanakan
127 Lampiran: 3. Data awal keadaan guru
Kondisi awal Karya Ilmiah /Laporan Penelitian Tindakan Kelas/jurnal pendidikan yang
dihasilkan Mulai tahun 2008 - 2015
NO NAMA Jmlh
KTI Keterangan
1
R O B A N I , S.Pd. 19611005 198405 1 002
4 1 bentuk laporan hasil PTK, dan 3 karya dalam bentuk jurnal pendidikan
2 ENDANG R. V. DEWI
- - -
3 KHURIATUL ISRIAH,S.Pd
- - -
4 DHIYANA SETIYOWATI,
- - -
5 DWI KURNIA A,S.Pd
- - -
6 INDRA PRADISTA,S.Pd
- - -
7 HENI SUSILOWATI,S.Pd.
- - -
10 ENDANG HANDAYANI
19601010 198201 2 019 1
14 SITI AISYAH,S.Pd.I
19570508 198304 2 001 1 19660229 198806 2 002
- -
18 TRI PURWANTI,S.Pd
19620410 198304 2 014 -
20 RUSMIYANTO, S.Pd
128 Lampiran: 4.a. Data uji validasi
Uji validasi proposal Pembuatan Proposal PTK
129 Lampiran: 4.b.Data uji validasi laporan penelitian.
Validasi Laporan Penelitian Tindakan Kelas
143 Lampiran: 7 Data panduan wawancara
7.1 Instrumen Wawancara
Nama Responden : ...
Mengajar Kelas/Mapel : ...
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan hati nurani Bapak dan Ibu !
1. Pangkat Golongan ruang yang sudah bapak/ibu miliki sampai saat ini ?
... ...
2. Barapa tahun kenaikan pangkat bapak/ibu
terhambat?
... ... 3. Keinginan bapak/ibu yang sebenarnya, mau naik pangkat atau cukup sampai pangkat dan golongan ruang yag sudah bapak ibu miliki saat ini ?
... ... 4. Seharusnya bapak/ibu sampai sekarang sudah bisa naik pangkat 2 X, karena terhambat jadinya belum bisa naik pangkat. Apa yang harus kita lakukan
untuk mengatasi hambatan kenaikan pangkat
tersebut?
... ... 5. Mulai kapan pemberlakuan Permenegpan Nomor 16
tahun 2009?
... ... 6. Permendiknas Nomor berapa, tahun berapa yang
144
7. Tolong berikan contoh beberapa Kegiatan PKB yang diamanatkan oleh permenegpan nomor 16 tahun 2009!
... ... 8. Apa alasan bapak/ibu menginginkan diadakan diklat? ...
10. Kalau akan mengadakan diklat, seyogyanya
menghadirkan nara sumber atau dari sekolah kita ? ... ... 11. Siapa sajakah yang menjadi peserta diklat?
...
13. Apabila bapak dan ibu menghendaki diadakan pendidikan dan latihan, seyogyanya diadakan pada hari apa ?
... ...
14. Untuk kesuksesan kegiatan pendidikan dan
pelatihan anggaran yang diperlukan, dari manakah sumber dana tersebut ?
... ... 15. Kegiatan apakah yang dilakukan untuk mengetahuai
berhasil tidaknya kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan?
145 7.2 Instrumen Wawancara
Nama Responden : ... Mengajar Kelas/Mapel : ...
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan hati nurani Bapak dan Ibu !
1. Bagaimana tanggapan Bapak/ Ibu hubungannya dengan
penerapan Model/ strategi yang diimplemen tasikan oleh nara sumber ?
... ...
2. Apakah Bapak/Ibu merasa nyaman dalam merekam materi yang
disajikan oleh instruktur?
... ...
3. Sesuaikah materi yang disajikan oleh Instruktur de ngan
kebutuhan Bapak /Ibu ?
... ...
4. Bagaimana kesiapan Bapak ibu dengan tugas-tugas pelatihan
yang diterima untuk di kerjakan ?
...
kegiatan dari awal sampai akhir?
... ...
7. Apabila kegiatan pelatihan sudah selasai, adakah gagasan baru
untuk melaksa nakan pelatihan lagi ?
... ...
8. Hambatan/kesulitan apa yang ditemui oleh Bapak dan Ibu
dalam proses pelatihan ini?
... ...
9. Solusi untuk mengatasi ham batan tersebut
... ...
10. Perubahan apa yang terjadi pada Bapak/Ibu setelah mengikuti
pelatihan ?
147 Lampiran: 8. Studi dokumen
155 8.2. Permenegpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
161 8.2.Permendikbud RI Nomor 16 tahun 2007 Tentang
174
PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN
UPT DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN NGADIREJO SD NEGERI 1 NGADIREJO “
Jalan Raya Candiroto-Ngadirejo No 7 Ngadirejo 56255
Lampiran 2 : Rencana Anggaran Kegiatan
RENCANA ANGGARAN
KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH DENGAN MODEL IN HOUSE TRAINING (IHT)
SD NEGERI 1 NGADIREJO TAHUN 2015
NO ANGGARAN BIAYA JUMLAH NO URAIAN PENGELUARAN JUMLAH
1 Subsidi Sekolah
181 8.5Buku panduan kegiatan Pendidikan dan Pelatihan
195
Laporan Penelitian Tindakan Kelas
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN SEDERHANA MELALUI
MODEL KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS III
SD NEGERI I NGADIREJO TAHUN 2014/2015
Oleh
HENI SUSILOWATI, S.Pd NIP. 19730221 201406 02 002
UPT DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN
NGADIREJO TEMANGGUNG
196
PENGESAHAN
Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan
Sederhana Melalui Model Kooperatif Picture and Picture Pada Siswa Kelas III SD Negeri 1 Ngadirejo Tahun Pelajaran
2014/2015 ” telah disahkan oleh Kepala SD Negeri 1 Ngadirejo,
Kabupaten Temanggung pada :
197
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika memang perlu dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama bagi siswa Sekolah Dasar yang merupakan pengetahuan dasar untuk jenjang selanjutnya. Tidak hanya itu, namun lebih jauh kedepan agar siswa mampu menumbuhkan kreatifitas, ketelitian, kedisiplinan serta rasa sosial yang tinggi terhadap teman dan orang lain. Dengan demikian maka pembelajaran matematika di SD membutuhkan kreatifitas, ketelitian serta kedisiplinan yang tinggi.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang penting sebagai
pengantar ilmu–ilmu pengetahuan yang lain dan banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran matematika tidak hanya ditekankan pada kemampuan berhitung, tetapi pada konsep-konsep matematika yang berkenaan dengan ide-ide yang bersifat abstrak.
Sejalan dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2007, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar adalah belajar aktif. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik perlu disesuaikan dengan potensi, perkembangan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungannya. Kegiatan pembelajaran di sekolah diarahkan agar siswa mampu menerima dan memahami pengetahuan yang diberikan oleh pendidik agar menghasilkan perubahan tingkah laku yang menyeluruh baik dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Untuk itulah peneliti akan mencoba menggunakan model kooperatif picture and picture dalam pembelajaran, dengan harapan siswa lebih aktif dalam belajar dan mempunyai semangat belajar yang tinggi. Materi pelajaran matematika sangat luas, sehingga dalam penelitian ini masalah hanya akan dibatasi pada
kompetensi dasar “Mengenal pecahan sederhana”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar matematika materi
198
picture pada siswa kelas III SD Negeri 1 Ngadirejo semester genap tahun pelajaran 2014/2015?
2. Seberapa besar peningkatan hasil belajar matematika materi
pecahan sederhana melalui model kooperatif picture and picture pada siswa kelas II SD Negeri 1 Ngadirejo semester genap tahun pelajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
Dengan mendasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika
materi pecahan sederhana melalui model kooperatif picture and picture pada siswa kelas III SD Negeri 1 Ngadirejo semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar
matematika materi pecahan sederhana melalui model kooperatif picture and picture pada siswa kelas III SD Negeri 1 Ngadirejo semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
D. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan penelitian ini, antara lain:
1. Bagi Sekolah, dapat meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah serta meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
2. Bagi Guru, dapat menambah wawasan serta pengalaman
dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas, khususnya mata pelajaran matamatika dan model kooperatif picture and picture
3. Bagi Siswa, dapat memberikan tantangan baru khususnya
199
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A.Landasan Teori
1. Pengertian Belajar
Fontana seperti yang dikutip oleh Winataputra (1995:2)
dikemukakan bahwa learning (belajar) mengan dung pengertian
proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
200
2. Hasil Belajar
Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar, Dimyati dan Mudjiono (2006:3) dalam skripsi Afif Shodikin. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupaka puncak proses belajar.
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, yaitu usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dilihat pada setiapmengikuti tes, Ahmadi (1984:35) dalam Afif Shodikin.
Menurut Horwart Kingsley dalam Sudjana, 2004:22, hasl belajar dibagi 3 macam :
1) keterampilan dan kebiasaan
2) pengetahuan dan pengarahan
3) sikap dan cita-cita
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkontruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari, Shodikin.
201
Dalam penelitian ini hasil belajar dapat diidentifikasikan sebagai peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diukur melalui tes, dan guru akan mendapatkan data berupa nilai.
3. Hasil Belajar Matematika
Dalam proses belajar mengajar matematika, seorang siswa tidak dapat mengetahui jenjang yang lebih tinggi tanpa melalui dasar atau hal-hal yang merupakan prasyarat dalam kelanjutan program pengajaran selanjutnya. Untuk mempelajari matematika dituntut kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, kesiapan yang dimaksud adalah kematangan intelektual dan pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh anak, sehingga hasi belajar lebih bermakna bagi siswa
Proses belajar matematika haruslah diawali dengan mempelajari konsep-konsep yang lebih mendalam dengan menggunakan konsep-konsep sebelumnya atau dengan kata lain bahwa proses belajar matematika adalah suatu rangkaian kegiatan belajar mengajar dalam interaksi hubungan timbal balik antara siswa dengan guru yang ber-langsung dalam lingkungan yang ada disekitarnya untuk mencapai tujuan tertentu.
4. Model Kooperatif Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunaan media gambar. Dalam oprasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi di urutkan menjadi urutan yang logis. Model Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan
Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu
202
metode, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran. Hakikatnya metode pembelajaran aktif untuk mengarahkan atensi peserta didik terhadap materi yang di pelajarinya .
Menurut Ahmadi (2011) Picture and Picture adalah suatu
metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Picture and Picture ini berbeda dengan media gambar dimana Picture and Picture berupa gambar yang belum disusun secara berurutan dan yang menggunakannya adalah siswa, sedangkan media gambar berupa gambar utuh yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dengan adanya penyusunan gambar guru dapat mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep materi dan melatih berfikir logis dan sistematis.
Langkah–langkah Model Pembelajaran Picture and Picture
Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Pictureini
menurut Jamal Ma’mur Asmani terdapat tujuh langkah yaitu:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
203
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau di modifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran dari urutan gambar tersebut.
Siswa dilatih untuk mengemukan alasan pemikiran atau pendapat tentang urutan gambar tersebut. Dalam langkah ini peran guru sangatlah penting sebagai fasilitator dan motivator agar siswa berani mengemukakan pendapatnya.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut, guru mulai menanamkan konsep atau materi, sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
204
KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.
7. Siswa diajak untuk menyimpulkan/merangkum materi yang baru saja diterimanya.Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan siswa. Guru membantu dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman. Apabila siswa belum mengerti hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pengamatan gambar tersebut guru memberikan penguatan kembali tentang gambar tersebut. Kelebihan dan Kelemahan Model pembelajaran Picture and Picture
Dalam setiap model pembelajaran tentu ada kelebihan dan kekurangannya, kelebihan dan kelemahan model pembelajaran picture and picture adalah:
Kelebihan model pembelajaran picture and picture:
1) Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal
pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu.
2) Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru
menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang
dipelajari.
3) Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena
siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.
4) Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru
menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.
5) Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati
langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.
Kelemahan model pembelajaran picture and picture:
1) Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas
serta sesuai dengan materi pelajaran.
2) Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya
nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki.
3) Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan
gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.
4) Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau
205
B.Kerangka Berpikir
Dalam proses belajar mengajar keaktifan membutuhkan keterlibatan langsung siswa. Agar siswa tertarik dengan pelajaran, dituntut selalu aktif, mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya, maka dibutuhkan suatu model pembelajaran yang menarik yang dapat mempermudah siswa
memahami pelajaran. Disini dibutuhkan kegiatan yang
membutuhkan keterlibatan siswa secara penuh agar siswa dapat berinteraksi menyelesaikan permasalahan yang dihadapi secara bersam-sama sehingga siswa dapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan trampil dalam penerapan matematika.
Dalam metode pembelajaran kooperatif picture and picture ini siswa atau peserta didik menjadi lebih aktif ,inovatif, kreatif dan menyenangkan, hal ini dikarenakan dalam metode pembelajaran ini guru menggunakan media gambar dalam memberikan pembelajaraan, sehingga siswa menjadi lebih aktiv dan rasa ingin taunya menjadi lebih besar. Selain itu dalam pelaksanaan metode ini seorang siswa juga dianjurkan unutuk bisa merancang atau menggabungkan gambar sebagai media pembelajaran yang digunakan, dengan demikian siswa tidak hanya mendengarkan guru tetapi juga mengikuti pembelajaran dengan lebih aktif.
C.Hipotesis Tindakan
206
BAB III
METODE PENELITIAN A. Setting dan Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri I Ngadirejo Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 32 siswa. Penelitian direncanakan selama 4 (empat) bulan dimulai penyusunan proposal bulan Maret 2015. Siklus I direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 20 - 28 April 2014. Laporan penelitian diharapkan selesai pada bulan November 2014.
B. Sumber Data
Penelitian bersifat deskriptif kualitatif dimana sumber data primer adalah peneliti yang melakukan tindakan dan siswa yang menerima tindakan, sedangkan data sekunder berupa data dokumentasi. Pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi, dan tes. Sumber data dalam penelitian ini adalah peneliti, hasil wawancara dan tes hasil belajar.
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi pecahan sederhana dan teknik non tes yaitu observasi digunakan untuk melengkapi beberapa kelemahan yang terdapat dalam teknik tes. Sedang alat pengumpulan data berupa butir soal tes, lembar observasi.
D. Validasi Data
Data-data yang diperoleh baik berupa nilai tes (data kuantitatif) dan data hasil observasi (kualitatif) divalidasi dengan cara trianggulasi data.
E. Analisis Data
207
F. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam pembelajaran ini adalah hasil belajar siswa memiliki ketuntasan belajar sekurang-kurangnya 85% dari seluruh siswa mempunyai daya serap sekurang-kurangnya 70% sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri I Ngadirejo Tahun 2014/2015.
G. Prosedur Penelitian
Rancangan penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian
Tindakan kelas terdiri dari tahapan : Perencanaan (Planning),
Tindakan (Acting), Pengamatan (Observing) dan Refleksi
(Reflecting).
Planning (perencanan)
Untuk siklus I, peneliti mempersiapkan materi pecahan sederhana dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyusun kisi-kisi soal beserta soal dan criteria penilaiannya, instrument untuk observasi kelas baik untuk siswa maupun untuk guru.
Acting (tindakan) Siklus I :
Secara rinci, urutan pembelajaranya sebagai berikut :
Pendahuluan
Membuka pelajaran dengan salam guru menanyakan siswa yang tidak masuk,
Melakukan appersepsi dan motivasi
Kegiatan Inti
Memberikan contoh bilangan pecahan
Siswa mengamati gambar-gambar yang diberikan guru Melibatkan siswa mencari informasi yang luas tentang pecahan
Guru menunjuk siswa untuk memasang gambar-gambar secara berurutan dan logis
Guru menanyakan kepada siswa tentang alas an pemasangan gambar
208
Penutup
Observing (pengamatan)
Guru dan dibantu teman sejawat (kolaborator) mengamati dan mencatat semua aktivitas guru dan siswa, termasuk suasana kelas
dan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa selama
pembelajaran berlangsung.
Reflecting (refleksi)
Pada kegiatan ini guru, kolaborator dan perwakilan siswa secara bersama-sama menganalisis data-data yang diperoleh baik data kualitatif maupun kuantitatif. Dalam tahap ini secara bersama-sama mengadakan analisis seberapa jauh perubahan yang terjadi setelah diadakan tindakan, baik yang terjadi pada siswa maupun susasana kelas. Termasuk apakah guru model sudah sesuai dengan skenario yang direncanakan. Hasil analisis dan diskusi ini dipakai sebagai bahan penyusunan tindakan pada siklus selanjutnya sampai indicator yang dicanangkan dapat tercapai.
H. Jadwal Penelitian
Pengumpulan data awal X
Tindakan dan pengumpulan data X X
Analisis Data X X
Pengujian Data dan Evaluasi X
Penyusunan Laporan X
209
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Hasil Penelitian1
Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 3 Pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan interpretasi, serta 4) analisis dan refleksi. Deskripsi mengenai hasil penelitian ini merupakan jawaban permasalahan yang diungkapkan pada bab I. Agar diperoleh gambaran yang lengkap tentang hasil penelitian, disertakan pula data tentang kondisi pratindakan, dan pelaksanaan.
1. Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Senin 6 april 2015 Peneliti dan kolaborator membuat rencana tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Kemudian, disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan dalam waktu enam jam pelajaran dalam tiga pertemuan. Adapun pelaksanaannya akan dilakukan pada hari Senin 13,14 ,15 April 2015
Tahap perencanaan siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut ini.
1) Peneliti menyusun perangkat pembelajaran
Adapun perangkat pembelajaran sebagai berikut :
a) Perangkat pembelajaran
b) Lembar observasi
c) Dokumen foto
d) Lembar penilaian
2) Peneliti merencanakan skenario
Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran.
Mengawali pertemuan dengan melakukan hal-hal yang
hangat dan simpatik.
Mengucapkan salam.
“ Siapa yang tidak masuk hari ini?”
Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
210
Setelah guru menjelaskan kegiatan yang akan
dilaksanakan, siswa membuka dan membaca buku matematika tentang berbagai gambar pecahan sederhana.
Siswa mengamati berbagai gambar pecahan sederhana
guru memperlihatkan gambar- gambar tentang pecahan
sederhana
Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian
Siswa memasang/ memguruukan gambar-gambar menjadi
urutan yang logis.
Guru menanyakan alas an/ dasar p[emikiran gambar
dari alasan urutan gambar tersebut guru memulai
menanamkan konsep/materi sesua dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Guru memberi komentar positif sebagai bentuk penguatan
pada siswa.
Guru memberikan motivasi pada siswa
kesimpulan dan rangkuman.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan I ini dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, yakni Senin, Selasa, dan Rabu, 13, 14, 15 April 2015 Sesuai dengan RPP pada siklus I ini, pembelajaran dilakukan oleh guru. Adapun tugas peneliti adalah melakukan proses pembelajaran dan
melakukan wawancara kepada beberapa siswa setelah
pembelajaran berakhir.
Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah pecahan sederhana tabung Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
Kegiatan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
211
Gambar
C
GambarD
Gambar F Gambar E
212
Keterangan :
Gambar A : Guru dan siswa berdoa sebelum mulai
pelajaran
Gambar B : Menyajikan materi sebagai pengantar
Gambar C,D : Guru memperlihatkan alat peraga pecahan
Gambar E,F,G,H : Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk menguratkan gambar menjadi urutan yang logis
Gambar I : Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran
urutan gambar tersebut.
c. Observasi dan Interpretasi
Pada awal pembelajaran, guru menerangkan mengenai tema pembelajaran. Kemudian, guru menjelaskan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang akan dicapai.
a) Observasi terhadap guru
213
4) Mengorganisasi materi : 3
5) Memilih media yang tepat : 3
6) Memilih sumber belajar : 4
7) Menyusun penilaian : 3
Skor yang diperoleh guru sejumlah 24 ( 85,7 %) dari skor maksimal 28
(b) Pelaksanaan pembelajaran
1) Kemampuan guru dalam memberikan apersepsi materi
kepada siswa : 4
2) Kemampuan guru dalam mengelola kelas : 3
3) Kemampuan guru dalam mengembangkan materi :3
4) Kemampuan guru dalam menilai aktivitas siswa :3
5) Kemampuan guru dalam mengembangkan
potensi siswa : 3
6) Kemampuan guru dalam memotivasi siswa : 4
Jumlah skor yang diperoleh pada pelaksanaan pembelajaran 20 (83%) dari skor maksimal24
b) Observasi terhadap siswa
1). Observasi terhadap keaktifan siswa
Observasi penelitian pada siklus I dilakukan oleh peneliti bersama kolaborator. Berdasarkan pengamatan, siswa kurang aktif, meskipun lebih senang mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran matematika dengan pendekatan kooperatif
picture and picture Pada siklus I siswa mengamati contoh-contoh gambar. Sementara itu, strategi ini juga memiliki kelemahan karena tidak semua materi pelajaran dapat disajikan dalam bentuk gambar, selain karena persiapan yang terkadang membutuhkan waktu lama.. Adapun aspek yang diamati pada pengamatan kepada siswa dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
(1) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran : 75,00 %
(2) Kemampuan siswa dalam merespon dan menjawab : 71,09
(3) Keaktivan siswa dalam mendengarkan penjelasan materi
:61,72%
(4) Keaktifan siswa dalam memanfaatkan alat peraga : 64,84%
(5) Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas : 68,75 %
214
belum maksimal. siswa cenderung merasa tertekan, salah satu caranya adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus benar-benar siap untuk menjalankan tugas yang diberikan. Dari lima aspek pengamatan siswa yang memiliki prosentase terendah yaitu keaktifan siswa dalam mendengarkan penjelasan
materidengan perolehan skor 79 prosentasenya 61,72 %.
2). Observasi terhadap hasil yang dicapai siswa
Setelah mengadakan tes pada siklus I diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2 : Daftar Nilai Perolehan Siswa Siklus I ( Nilai tes siklus I )
Nilai Perolehan Jumlah Siswa Keterangan
45 - Belum Tuntas
Hasil observasi terhadap nilai akhir pada siklus I dapat dijabarkan seperti pada tabel 7 berikut ini:
Tabel 3: Nilai-Nilai AkhirSiklus I
NO Hasil
215
Untuk memperjelas data dari tabel 7 dapat dibuat histogram sebagai berikut:
:Grafik 1 : Hasil Nilai AkhirSiklus I
Dari hasil analisis yang dilukiskan dalam bentuk grafik histogram diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapatkan nilai 81-100 atau A ( sangat baik ) sejumlah 25% atau 8 orang siswa, yang (kurang sekali) tidak ada.
Berdasarkan hasil tes menurut data di atas, siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal hanya 14 siswa, sedangkan 18 siswa lainnya belum tuntas. Data ketuntasan belajar pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4: Ketuntasan Belajar Siswa Menurut Hasil Nilai Akhir Siklus I
No Jumlah Siswa Hasil Tes
Siklus I
Prosentase Ketuntasan
Belajar
1. 14 43.75% Tuntas
216
Jumlah : 32
Sumber: Hasil Tabulasi Data April 2015
Geafik 2 : Ketuntasan Belajar Siswa Menurut Hasil Nilai Akhir Siklus I
Berdasarkan atas data yang digambarkan pada tabel 8 tersebut di atas, dapatlah diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai di bawah KKM 75 sebanyak 18 siswa dan yang berhasil juga 14
orang siswa. Sehingga kalau diprosentase jumlah yang belum
berhasil ada 56,25% dan yang berhasil 43,75 %.
Adapun hasil rata-rata nilai akhir siklus I dapat ditunjukkan
Sumber: Hasil Analisis Data April 2015
217
Grafik 3 : Nilai Rata-rata Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, pelaksanaan pembelajaran Matematika KD 3.1 mengenal pecahan sederhana dengan metode kooperatif picture and picture belum maksimal. Hal ini tampak pada saat pembelajaran siswa terlihat masih kurang konsentrasi. Dari lima aspek pengamatan siswa yang memiliki prosentase terendah yaitu keaktifan siswa dalam berhitung dengan perolehan skor 79 prosentasenya 61,72 % Sedangkan siswa yang mampu memperoleh nilai batas minimal ketuntasan ( KKM ) sebanyak 14 siswa dengan prosentase 43,75% . Ketuntasan yang telah ditentukan adalah 75 atau lebih. Berdasarkan analisis tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini belum terpenuhi. Dengan demikian kegiatan pembelajaran ini perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya, dengan mengkaji ulang rancangan pembelajaran yang dibuat oleh guru sesuai dengan permasalahan pada siklus I. Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh guru terlihat dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
1) Posisi guru kurang bisa mengontrol siswa karena jumlah siswa
yang banyak dan menyebar.
2) Guru masih belum bisa membangkitkan semangat siswa dalam
218
3) Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan
gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.
Selanjutnya, kelemahan dari sisi siswa dapat diidentifikasi beberapa kelemahan, yaitu:
1) pada awal pembelajaran berhitung, masih rendah;
2) siswa belum berani bertanya
3) sebagian besar siswa belum dapat menjelaskandengan
menemukan rumus sendiri.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, dilakukan analisis dan refleksi sebagai berikut.
1) Guru tidak hanya berdiri di depan kelas saja. Guru juga harus
memonitor siswa yang duduk di belakang. Memperhatikan kepada siswa yang ramai agar mereka juga ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan merasa diperhatikan oleh guru.
2) Untuk mendorong siswa agar secara sukarela mau
mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan,
sebaiknya guru memberikan hadiah dan feedback kepada
siswa, misalnya berupa pujian seperti: bagus sekali, baik sekali, tepat sekali, bagus, dan sebagainya ataupun dengan memberi nilai tambahan siswa yang berani mengemukakan pendapatnya..
3) Untuk mengatasi siswa yang menggangu siswa lain yang
sedang tampil atau membuat gaduh, siswa diberi motivasi yang lebih agar bisa memperhatikan penjelasan guru.
Deskripsi Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, berikut ini akan dideskripsikan tentang perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi pada siklus II.
a. Perencanaan Tindakan
219
akan dilaksanakan dalam waktu dua jam pelajaran dalam satu pertemuan.
Tahap perencanaan siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut : 1. Peneliti menyusun perangkat pembelajaran
2. Peneliti merencanakan skenario
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada awal pembelajaran, guru menerangkan mengenai tema pembelajaran. Kemudian, guru menjelaskan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang akan dicapai.
a) Observasi terhadap guru
Dari kegiatan tersebut, diperoleh deskripsi tentang jalannya proses pembelajaran matematika KD 3.1. mengenal pecahan sederhana dengan metode picture and picture.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer terhadap guru menghasilkan scor yang meningkat sebagai berikut:
Skor yang diperoleh guru sejumlah 24 ( 85,7 %) dari skor maksimal 28
Pelaksanaan pembelajaran
1. Kemampuan guru dalam memberikan apersepsi materi
kepada siswa : 4
2. Kemampuan guru dalam mengelola kelas : 3
3. Kemampuan guru dalam mengembangkan materi : 3
4. Kemampuan guru dalam menilai aktivitas siswa : 3
5. Kemampuan guru dalam mengembangkan
potensi siswa : 3
6. Kemampuan guru dalam memotivasi siswa : 4
Jumlah skor yang diperoleh pada pelaksanaan pembelajaran 20 (83%) dari skor maksimal 24.
220
1). Observasi terhadap keaktifan siswa
Observasi penelitian pada siklus II dilakukan oleh peneliti bersama kolaborator. Berdasarkan pengamatan, siswa sudah aktif, dan lebih tenang dalam mengikuti pembelajaran pembelajaran
matematika dengan model picture and picture. Pada siklus II
siswa mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis,
keaktifan siswa sudah meningkat pada siklus II ini. Adapun aspek yang diamati pada pengamatan terhadap siswa dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
a) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran : 80,47%
b) Kemampuan siswa dalam merespon dan menjawab : 67,19%
c) Keaktivan siswa dalam mendengarkan penjelasan
materi : 75,78%
d) Keaktifan siswa dalam memanfaatkan alat pera ga : 75,00%
e) Keaktifan siswa saat mengerjakan tugas : 73,44%
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran matematika KD. 3.1 mengenal pecahan sederhana sudah berjalan lancar. Hal ini tampak pada saat pembelajaran siswa sudah bisa aktif Dari lima aspek pengamatan siswa yang memiliki prosentase terendah yaitu kemampuan siswa dalam
merespon dan menjawab dengan perolehan skor 86
prosentasenya 67,19 %.
2). Observasi terhadap hasil yang dicapai siswa
Setelah mengadakan tes pada siklus II diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 6: Daftar Nilai Perolehan Siswa Siklus II diperoleh data sebagai berikut :
Nilai Perolehan Jumlah Siswa Keterangan
50 0 -
221
Tabel 7 : Nilai AkhirSiklus II
NO Hasil
Sumber: Hasil Tabulasi Data Mei 2015
Untuk memperjelas data dari tabel 7 dapat dibuat histogram sebagai berikut:
Grafik 4 : Hasil Nilai AkhirSiklus II
Dari hasil analisis yang dilukiskan dalam bentuk grafik histogram diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapatkan nilai 81-100 atau A
( sangat baik ) sejumlah 59,375% atau 19 orang siswa, yang
mendapat nilai 71 – 80 atau B ( baik) sebanyak 31,25% atau 10
orang siswa, yang mendapat nilai 61 – 70 atau C (cukup)
sebanyak 6,25% atau 2 orang siswa, dan yang mendapatkan nilai
222
,sedangkan yang mendapatkan nilai kurang dari 50 atau E (kurang sekali) sudah tidak ada. Atau 0%.
Berdasarkan hasil tes menurut data di atas, siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal 29 siswa, sedangkan 3 siswa belum tuntas. Data ketuntasan belajar pada siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 8: Ketuntasan Belajar Siswa Menurut Hasil Nilai
Sumber: Hasil Tabulasi Data Mei 2015
Grafik 5 : Ketuntasan Belajar Siswa Menurut Hasil Nilai Akhir Siklus II
223
siswa. Sehingga kalau diprosentase jumlah yang belum berhasil ada 9,375% dan yang berhasil 90,625%.
Adapun hasil rata-rata nilai akhir siklus II dapat ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 9: Rata-rata Hasil Nilai AkhirSiklus II
NO Keterangan Nilai
1. Nilai Tertinggi 100
2. Nilai Terendah 60
3. Nilai Rata-Rata 88
Sumber: Hasil Analisis Data Mei 2015
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang nilai tertinggi, nilai terendah, dan nilai rata- rata dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 6: Nilai Rata-rata Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran Matematika KD 3.1 mengenal pecahan sederhana dengan metode picture and picture sudah maksimal. Hal ini tampak pada saat pembelajaran siswa sudah mulai aktif dan bisa merespon pertanyaan dari guru. Dari lima aspek pengamatan siswa yang memiliki prosentase terendah yaitu keaktifan siswa dalam merespon dan menjawab pertanyaan dengan perolehan
skor 86 prosentasenya 67,19 % Sedangkan siswa yang mampu
224
siswa dengan prosentase 90,625% . Ketuntasan yang telah ditentukan adalah 75. Berdasarkan analisis tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini sudah terpenuhi. Dengan demikian kegiatan pembelajaran ini sudah optimal dan bagi siswa yang belum tuntas, guru akan mengadakan penanganan secara khusus.
Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh guru dengan metode picture and picture terlihat dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
1) posisi guru kurang bisa mengontrol siswa karena jumlah siswa
yang banyak dan menyebar.
2) guru masih belum bisa membangkitkan semangat siswa dalam
pelajaran berhitung secara maksimal.
3) Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya
nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki.
4) Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan
gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.
5) Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau
mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.
c. Observasi dan Interpreta
Pada awal pembelajaran, guru menerangkan mengenai tema pembelajan. Kemudian, guru menjelaskan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang akan dicapai. Setelah itu, guru menunjuk/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan meteri, guru menunjuk siswa secara bergantian memasang/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis, setelah selesai guru dan siswa merangkum dan menyimpulkan materi pembelajaran.
a) Observasi terhadap guru
Gambar A
226
Dari kegiatan tersebut, diperoleh deskripsi tentang jalannya proses pembelajaran matematika KD 3.1. mengenal pecahan sederhana. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer terhadap guru menghasilkan scor yang meningkat sebagai berikut:
Skor yang diperoleh guru sejumlah 24 ( 85,7 %) dari skor maksimal 28
2 . Pelaksanaan pembelajaran
1) Kemampuan guru dalam memberikan apersepsi materi
kepada siswa : 4
2) Kemampuan guru dalam mengelola kelas : 3
3) Kemampuan guru dalam mengembangkan materi : 3
4) Kemampuan guru dalam menilai aktivitas siswa : 3
5) Kemampuan guru dalam mengembangkan potensi
siswa : 3
6) Kemampuan guru dalam memotivasi siswa : 4
Jumlah skor yang diperoleh pada pelaksanaan pembelajaran 20 (83%) dari skor maksimal 24
b). Observasi terhadap siswa
1. Observasi terhadap keaktifan siswa
Observasi penelitian pada siklus II dilakukan oleh peneliti bersama kolaborator. Berdasarkan pengamatan, siswa sudah aktif, dan kreatif mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
matematika dengan pendekatan kooperatif picture and picture.
Adapun aspek yang diamati pada pengamatan kepada siswa dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran : 80,47%
2) Kemampuan siswa dalam merespon dan menjawab : 67,19%
227
materi : 75,78%
4) Keaktifan siswa dalam memanfaatkan alat peraga : 75,00%
5) Keaktifan siswa dalam mengerjakan : 73,44 %
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran matematika KD. 3.1 mengenal pecahan sederhana sudah maksimal. Hal ini tampak pada saat pembelajaran siswa sudah bisa konsentrasi. Dari lima aspek pengamatan siswa yang memiliki prosentase terendah yaitu keaktifan siswa dalam merespon dan menjawab skor 86, prosentasenya 67,19 %.
2) Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, dilakukan analisis dan refleksi sebagai berikut.
1) Guru tidak hanya berada di depan kelas saja saja. Guru juga
harus memonitor siswa yang duduk di belakang.. Siswa yang ramai diberi motivasi agar ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan merasa diperhatikan oleh guru.
2) Mendorong siswa agar secara sukarela mau mengemukakan
pendapat dan menjawab pertanyaan, sebaiknya guru
memberikan hadiah dan feedback kepada siswa, misalnya
berupa pujian seperti: bagus sekali, baik sekali, tepat sekali, bagus, dan sebagainya ataupun dengan memberi nilai
tambahan kepada siswa yang mau mengemukakan
pendapatnya.
4. Diskripsi Antar Siklus
Berdasarkan hasil tes kemampuan mengenal pecahan sederhana pada awal siklus I dan siklus II dapat dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih dibawah KKM. Pada siklus I yang dibawah KKM ada 18 siswa dan pada siklus II berkurang menjadi 3 siswa. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 70,63 menjadi 88 berarti ada peningkatan 17,37 Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami kenaikan, dari 14 siswa menjadi 29 siswa Perbandingan hasil nilai akhir siswa pada siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada tabel 10.
228
Siklus Idan Siklus II
NO Hasil Tes ( Dalam
Huruf)
Jumlah siswa yang berhasil
Siklus I Siklus II
Tabel 10 : Sumber Hasil Tabulasi Data Mei 2015
Peningkatan hasil akhir kemampuan belajar siswa dapat ditunjukkan dengan gambar grafik di bawah ini:
Grafik7 : Perbandingan Hasil Tes, Siklus I dan Siklus II
Perbandingan peningkatan ketuntasan belajar siswa siklus I dan siklus II tampak pada tabel di bawah ini:
229 Tabel perbandingan ketuntasan dapat diperjelas dengan diagram di bawah ini:
Grafik 8 : Ketuntasan Siklus I dan siklus II
230
Tabel 12: Perbandingan Nilai Rata-rata, Siklus I dan siklus II
No Keterangan Siklus I Siklus II
Grafik 9 : Nilai Rata-Rata Siklus I dan Siklus II
231
A. Pembahasan Hasil Penelitian
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Dari kegiatan survei ini, peneliti menemukan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran mengenal pecahan sederhana t di kelas III SD Negeri I Ngadirejo Temanggung masih tergolong rendah. Kemudian, peneliti berkolaborasi dengan observer untuk mengatasi masalah tersebut dengan metode kooperatif picture and picture secara langsung dalam proses pembelajaran matematika mengenal pecahan sederhana Kemudian, peneliti menyusun rencana untuk siklus I. Siklus pertama ini mengenalkan pecahan dengan alat peraga gambar- gambar dan alat peraga matematika materi pecahan. Siklus II dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan yang ada pada siklus I. Selama pelaksanan siklus II ini juga terdapat sedikit kelemahan. Kemudian, kelemahan pada siklus II ini diatasi dengan melaksanakan pembelajaran matematika dengan menambah gambar- gambar dan alat peraga. sehingga melalui pengalaman langsung dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran tentang pengenalan pecahan sederhana bagi siswa kelas III SD Negeri I Ngadirejo, Temanggung.
Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, guru berhasil
melaksanakan pembelajaran matematika KD 3.1 mengenal pecahan sederhana dengan model kooperatif picture and picture dapat meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran matematika. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja guru karena dengan model pembelajaran dan pengajaran dapat mengefektifkan waktu pembelajaran tentang pecahan. Model pembelajaran juga sebagai sarana bagi guru untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran berhitung Keberhasilan pembelajaran dengan model-model kooperatif dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran matematika KD 3.1 mengenal pecahan sederhana dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut.
1. Siswa membandingkan pecahan dengan gambar-gambar.
232
Selanjutnya, siklus II, guru melaksanakan pembelajaran selama 60 menit.. Dari siklus II ini, waktu yang tersisa adalah 10 menit. Dengan mempertimbangkan waktu yang masih tersisa tersebut pada setiap siklus, guru dapat memberikan evaluasi dengan baik, meskipun selama proses pembelajaran guru juga sudah melaksanakan evaluasi.
2. Masalah waktu pembelajaran yang terbatas yang selama ini
dikeluhkan oleh guru, dapat teratasi. Guru dapat
mengefektifkan waktu pembelajaran matematika karena guru menggunakan model pembelajaran kooperatif learning Sebagaimana hasil penelitian yang pernah penulis lakukan bahwa guru akan terlatih mengoperasikan dengan baik perangkat pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan dengan model pembelajaran kooperatif.
3. Dapat disimpulkan di sini bahwa dengan adanya kesempatan
siswa untuk memasangkan/mengurutkan gambar-gambar dapat membantu dalam memahami materi dan kelancaran siswa dalam mengenal pecahan sederhana Kesempatan dalam menggunakan gambar-gambar dan alat peraga matematika dengan model kooperatif picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Dalam proses apersepsi, pada siklus I siswa yang aktif 75%,
namun pada siklus II terjadi peningkatan, yakni mencapai 80,47% . Adapun dalam penyampaian materi, pada siklus I siswa yang aktif 61,72%, namun pada siklus II terjadi peningkatan, yakni mencapai 75,78% . Dengan demikian, tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa selama kegiatan apersepsi dan penyampaian materi cukup berhasil. Tindakan tersebut
berupa pemberian reinforcement (penguatan) berupa reward
dan feedback atas keaktifan siswa selama pembelajaran. Hal ini berdasarkan penjelasan Davies (dalam Dimyati dan Mudjiono, 1999: 53) bahwa siswa akan belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan. Hal ini disebabkan selama kegiatan pembelajaran, guru memberikan
bimbingan dengan memberikan feedback berupa tanggapan
233
kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya.
5. Mengintegrasikan pembelajaran keterampilan matematika
mengenal pecahan sederhana dengan model picture and picture dengan gambar-gambar dan alat peraga matematika.
6. Perencanaan pembelajaran atau langkah pembelajaran
memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh guru secara berurutan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Rumusan langkah pembelajaran mengenal pecahan
sederhana dapat dilakukan dengan memadukan empat aspek keterampilan berhitung lainnya yaitu mengalikan, membagi ,menjumlahkan dan mengurangi.. Perpaduan ini harus dilakukan sebagai usaha pelaksanaan pembelajaran yang terpadu dan terintegrasi.
7. Dalam menghitung disesuaikan dengan kemampuan siswa.
234
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
1. Pembelajaran dengan model kooperatif picture and
picture dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi
siswa kelas III SDN I Ngadirejo pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 dari keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran 75% pada siklus I meningkat menjadi 80,47 % .
2. Pembelajaran dengan model kooperatif picture and picture
dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas VI SD N I Ngadirejo pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 dengan nilai rata-rata 70,63 pada siklus I dan mengalami kenaikan pada siklus II menjadi 88.
3. Pembelajaran dengan model kooperatif picture and picture
dapat meningkatkan daya nalar atau daya pikir siswa dalam menganalisa gambar yang ada.
4. Pembelajaran dengan model kooperatif picture and picture
dapat meningkatkan daya tangkap siswa terhadap pelajaran yang diberikan karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.
B. Saran-saran
1. Bagi sekolah, hendaknya mendukung guru untuk
melaksanakan penelitian tindakan kelas agar kualitas pendidikan meningkat.
2. Bagi guru : Pembelajaran dengan model kooperatif picture
and picture membutuhkan persiapan yang matang dari guru terutama dalam menyiapkan gambar-gambar. Untuk itu disarankan kepada guru agar berkolaborasi dengan guru mitra Selain itu agar guru pandai memilih berbagai metode pembelajaran yang kreatif, inovatif, interaktif, inspiratif, dan menyenangkan, serta memotivasi peserta didik untuk dapat berperan aktif.
3. Bagi siswa : kerja sama yang baik dapat meningkatkan
235
dalam pembelajaran dengan model kooperatif picture adn picture dalam kegiatan pembelajaran.
C. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah bahwa peningkatan hasil belajar pada materi menentukan pecahan sederhana didukung oleh model pembelajaran
kooperatif picture ang picture. Penelitian tersebut juga
dapat dipertimbangkan untuk menambah model
pembelajaran yang lain bagi guru ..
2. Implikasi Praktis
Penelitian telah membuktikan bahwa pembelajaran
dengan model kooperatif picture and picture dapat
meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan sederhana bagi siswa kelas IIII SD N I Ngadirejo kec. Ngadirejo, Kab. Temanggung pada semester II tahun pelajaran 2014 / 2015. Berdasar hasil penelitian ini semakin sering siswa berlatih, akan semakin meningkatkan hasil belajar siswa, karena aktualisasi diri penting untuk meningkankan hasil belajar khususnya matematika. Dengan demikian peran guru dalam penggunaan berbagai model pembelajaran sangat penting untuk peningkatan daya serap dan ketuntasan belajar siswa.
Hasil penelitian ini secara praktis juga dapat digunakan sebagai acuan bagi guru matematika untuk meningkatkan
kompetensi pedogogik dengan memilih strategi
237
BUKTI ORISINALITAS
BAB I PENDAHULUAN
238 BAB III METODE PENELITIAN