• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Penelitian Terdahulu - BAB II ARIF AGUNG PRADANA TS'17

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Penelitian Terdahulu - BAB II ARIF AGUNG PRADANA TS'17"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Menurut Penelitian Suriani (2015) , Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah

satu tata-guna lahan, mempunyai intensitas yang cukup tinggi dalam menarik

pergerakan.Untuk itu, studi ini bertujuan memodelkan tarikan pergerakan

kendaraan Kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Variabel bebas

meliputi pendapatan per bulan, Jumlah kepemilikan mobil, Jumlah kepemilikan

motor, tingkat pendidikan terakhir, Jarak rumah ke kampus, jenis kendaraan yang

digunakan. Adapun variabel terikat adalah jumlah perjalanan ke kampus dalam

seminggu. Survai primer dilakukan dengan metode kuesioner selama 6 hari,

sedangkan survai sekunder dilakukan di kantor Rektorat UMP. Pemodelan tarikan

kampus dilakukan terhadap kelompok populasi mahasiswa, dosen dan karyawan.

Metode penelitian dilakukan dengan survey pendahuluan, perancangan kuesioner,

pengumpulan data dananalisis data MetodeAnalisis didasarkan pada model regresi

step by step dengan alat bantu program SPSS. Pengujian model meliputi uji

validitas dan reliabilitas, uji korelasi, menetukan nilai R pada tiap hubungan

variabel. Dari hasil analisis, diperoleh model tarikan pergerakanY = - 0,181 +

0,181X2 + 0,066X3 + 0,098X4– 0,063X5, dimana R2 = 0.536, Y=jumlah

perjalanan ke kampus dalam seminggu, X2= kepemilikan motor, X3 =

(2)

Menurut Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Universitas Syiah

Kuala (2015), Universitas sebagai pusat kegiatan pendidikan merupakan salah

satu jenis tata guna lahan yang mempunyai intensitas cukup tinggi dalam

menarik pergerakan. Besarnya jumlah tarikan pergerakan yang menuju ke

kampus sangat tergantung pada berbagai variabel yang mempengaruhinya.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan model tarikan

pergerakan dengan mobil dan sepeda motor ke kampus Universitas Teuku

Umar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

regresi linear berganda dengan menggunakan program Statistic Program for

Special Science (SPSS). Pengambilan data pada penelitian ini dengan cara

melakukan survei pencatatan jumlah kendaraan yang memasuki kampus dari

hari Senin sampai dengan hari Jumat dengan penggolongan moda mobil dan

sepeda motor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang paling

mempengaruhi tarikan pergerakan dengan mobil adalah jumlah program studi

dan jumlah dosen sedangkan faktor yang mempengaruhi tarikan pergerakan

dengan sepeda motor adalah jumlah mahasiswa dan luas lantai bangunan. Dari

hasil analisis statistik model model tarikan pergerakan dengan mobil yang

diperoleh adalah Y1 = 3,541 + 1,307 X1 + 0,088 X3 dengan jumlah

pergerakan dengan mobil (Y1), jumlah program studi (X1) dan jumlah dosen (X3)

dengan nilai determinasi (R2) sebesar 0,985 sedangkan model tarikan pergerakan

dengan sepeda motor yang diperoleh adalah Y2 = 31,584 + 0,305 X2 +

0,104 X6 dengan jumlah pergerakan dengan sepeda motor (Y2), jumlah

(3)

sebesar 0,987, merupakan persamaan regresi yang paling sesuai untuk

digunakan sebagai model tarikan pergerakan dengan mobil dan sepeda

motor ke kampus Universitas Teuku Umar.

2.1.2 Transportasi

Transportasi memiliki peranan penting dan strategi dalam pembangunan

nasional, mengingat transportasi merupakan sarana untuk memperlancar roda

perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi hampir

semua aspek kehidupan. Pentingnya transportasi sebagai urat nadi kehidupan

ekonomi, sosial ekonomi, politik, dan pertahanan keamanan memiliki dua fungsi

ganda yaitu sebagai unsur penunjang dan sebagai unsur pendorong. Sebagai unsur

penunjang, transportasi berfungsi menyediakan jasa transportasi yang efektif

untuk memenuhi kebutuhan berbagai sektor dan menggerakkan pembangunan

nasional. Sebagai unsur pendorong, transportasi berfungsi menyediakan jasa

transportasi yang efektif untuk membuka daerah-daerah yang terisolasi, melayani

daerah terpencil, merangsang pertumbuhan daerah tertinggal dan terbelakang.

Pengertian transportasi merupakan gabungan dari dua defenisi, yaitu system

dan transportasi. Sistem adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara

satu variable dengan variabel lain dalam tatanan yang terstruktur, sedangkan

transportasi adalah suatu usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut

atau mengalihkan orang ataupun barang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana

di tempat lain objek tersebut lebih berguna atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan

(4)

Maka, dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, system

transportasi adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara berbagai

variabel dalam suatu kegiatan atau usaha untuk memindahkan, menggerakkan,

mengangkut, atau mengalihkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain

secara terstruktur untuk tujuan tertentu.

Menurut Kamaludi, 1987 (dalam Romli, 2008), Transportasi adalah

memindahkan atau mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

Transportasi juga dapat diartikan sebagai usaha untuk memindahkan dari satu

lokasi ke lokasi yang lain dengan mengggunakan suatu suatu alat tertentu. Dengan

demikian transportasi dapat diberi definisi sebagai suatu kegiatan untu

memindahkan sesuatu (orang atau barang) baik dengan atau tanpa sarana tertentu,

dari suatu tempat ke tempat yang lainnya.

2.1.3 Perjalanan

Menurut Tamin (2000), perjalanan adalah pergerakan satu arah orang atau

barang dari zona asal ke zona tujuan, termasuk juga pergerakan orang atau pejalan

kaki.

Aktifitas perjalanan yang dilakukan masyarakat untuk keperluan

sosial,ekonomi, budaya, kesehatan maupun lainnya dilakukan setiap hari. Dan ada

kecenderungan peningkatan perjalanan dari waktu ke waktu seiring dengan

peningkatan pemenuhan kebutuhan di berbagai bidang yang terus bertambah.

Pergerakan terjadi karena adanya proses pemenuhan kebutuhan tersebut. Hal

(5)

yang ada sesuai tata guna lahannya yang akhirnya menyebabkan perlu adanya

pergerakan yang digunakan untuk proses pemenuhan kebutuhan.

2.2Tarikan Pergerakan

Menurut Tamin (2000), Jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna

lahan atau zona disebut tarikan pergerakan. Pergerakan lalu lintas merupakan

fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu lintas. Tarikan lalu

lintas adalah lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi. Hasil keluaran dari

perhitungan tarikan lalu lintas berupa jumlah kendaraan, orang, atau angkutan

barang per satuan waktu, misalnya kendaraan/jam. Kita dapat dengan mudah

menghitung jumlah orang atau kendaraan yang masuk dari suatu luas tanah

tertentu dalam satu hari atau satu jam, untuk mendapatkan tarikan pergerakan

Menurut Tamin(2000), tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang

tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona tarikan pergerakan. Tarikan pergerakan

dapat berupa tarikan lalu lintas yang mencakup fungsi tata guna lahan yang

menghasilakn arus lalu lintas. Tarikan pergerakan menurut Welts (1975) dalam Tamin (2000) terlihat secara diagram pada gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1 : Tarikan Pergerakan

Tujuan dasar tahap tarikan pergerakan adalah menghasilkan model

(6)

menuju ke suatu zona atau jumlah pergerakan yang meninggalkan suatu zona.

Zona asal dan zona tujuan pergerakan biasanya juga menggunakan istilah trip end.

2.3Klasifikasi Pergerakan

Menurut Tamin (2000), klasifikasi pergerakan dikelompokkan

berdasarkan tujuan pergerakan, waktu terjadinya pergerakan dan jenis atau tipe

orang yang melakukan pergerakan

a. Berdasarkan Tujuan Pergerakan

Suatu model bangkitan perjalanan akan menjadi lebih baik bila ada

pemisahan tujuan perjalanan. Pergerakan yang berasal dari rumah dikategorikan

sebagai berikut :

1) Pergerakan untuk bekerja

2) Pergerakan untuk sekolah atau kuliah (pergerakan pendidikan)

3) Pergerakan untuk belanja

4) Pergerakan untuk rekreasi atau kegiatan sosial

b. Berdasarkan Waktu

Berdasarkan waktu pergerakan, pergerakan dibedakan menjadi pergerakan

pada jam sibuk dan pergerakan pada jam tidak sibuk.

c. Berdasarkan Jenis / Tipe orang

Hal ini merupakan jenis pengelompokkan yang penting karena perilaku

pergerakan individu sangat dipengaruhi oleh atribut sosio-ekonomi. Atribut

(7)

1) Tingkat pendapatan

2) Pemilikan kendaraan

3) Ukuran dan struktur rumah tangga

2.4Perencanaan Transportasi

Menurut Tamin (2000), model perencanaan empat tahap merupakan

gabungan beberapa sub model yaitu aksesibilitas, bangkitan dan tarikan

pergerakan, sebaran pergerakan, pemilihan moda, dan pemilihan rute.

Perencanaan transportasi merupakan proses yang dinamis dan harus

tanggap terhadap perubahan tata guna lahan keadaan ekonomi dan pola arus lalu

lintas. Perencanaan transportasi tanpa pengendalian tata guna lahan adalah

mubazir karena pada dasarnya perencanaan transportasi adalah usaha

mengantisipasi kebutuhan akan pergerakan yang terjadi di masa mendatang

(Tamin,2000). Karakteristik dasar perencanaan transportasi meliputi beberapa hal

diantaranya yaitu :

1) Multi moda : melibatkan banyak moda transportasi seperti di Indonesia

karena keadaan geografisnya.

2) Multi disiplin : melibatkan banyak disiplin keilmuan karena aspek

kajiannya sangat beragam.

3) Multi sektoral : banyak lembaga yang terkait/terlibat dalam kajian sistem

transportasi.

4) Multi problem : permasalahan yang dihadapi mempunyai dimensi cukup

(8)

2.5Pemodelan

Menurut Tamin (2000), model dapat didefinisikan sebagai bentuk

penyederhanaan dari suatu realita.

2.5.1 Jenis-jenis Model

Terdapat jenis model yang sering digunakan sebagai media atau

penggambaran dari suatu realita, model tersebut yaitu :

1) Model Fisik

Model ini sering dgunakan pada bidang arsitektur, tekni sipil dan lain- lain.

Sebagai ilustrasi, model maket (bagian dari model fisik) sering digunakan

dalam ilmu arsitektur untuk mempelajari pembangunan suatu kota dengan

menggunakan model skala yang lebih kecil.

2) Model Peta dan Diagram (grafis)

Model grafis ini mengguanakan media informasi dan angka sebagai media

untuk menyederhanakan suatu realita, misalnya peta wilayah dan peta

kontur.

3) Model Matematis

Model ini merupakan persamaan sistematis yang menerangkan beberapa

aspek fisik, sosio-ekonomi dan model transportasi. Model ini menggunakan

persamaan atau fungsi matematika sebagai media usaha mencerminkan

realita.

2.5.2 Pemodelan Transportasi

Menuru Tamin (2000), Beberapa model utama yang sering digunakan

(9)

grafis sangat diperlukan, khususnya untuk transportasi, karena kita perlu

mengilustrasikan terjadinya pergerakan (arah dan besarnya) yang terjadi yang

beroprasi secara spesial (ruang). Model matematis menggunakan persamaan atau

fungsi matematika sebagai media dalam usaha mencerminkan realita.

Menurut Morlock (1988), Perkiraan jumlah perjalanan yang tertarik

menuju suatu zona tujuan atau dengan kata lain perjalanan yang datang ke suatu

lokasi tata guna lahan adalah sangat penting mengingat perkiraan jumlah tarikan

perjalanan digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan sistem

transportasi di masa yang akan datang. Perkiraan jumlah jumlah perjalanan ini

dapat dibuat suatu model dan pada umunya model ini memperkirakan jumlah total

perjalanan yang tertaik sesuai dengan maksud dan tujuan berdasarkan

karakteristik tata guna lahan dan sosial ekonomi dari setiap tempat (zona) yang

menjadi tarikan lalu- lintas.

Menurut Tamin (2000), Pemodelan perencanaan transportasi selalu

dilandasi oleh empat tahapan yang berkesinambungan yang sering disebut dengan

Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap, empat tahap tersebut adalah:

(Tamin, 2000)

a. Model Bangkitan Pergerakan (Trip Generation)

Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan

jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan

jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu zona atau tata guna lahan.

(10)

Sebaran pergerakan merupakan tahapan pemodelan transportasi yang

menggabungkan interaksi antara tata guna lahan, jaringan transportasi dan

lalu lintas.

c. Model Pemilihan Moda (Mode Split)

Keputusan dalam pemilihan moda berkaitan dengan jenis transportasi yang

digunakan. Jika terdapat lebih dari satu moda, biasanya dipilih yang

mempunyai rute terpendek, tercepat, termurah ataupun kombinasi dari

ketiganya.

d. Model Pemilihan Rute (Trip Assigment)

Model pemilihan rute bertujuan untuk memprediksi pemilihan rute yang

akan digunakan sehingga dapat menentukan rute yang terbaik.

Pemodelan Bangkitan dan Tarikan Pe rgerakan

Menurut Tamin (2000), bangkitan pergerakan adalah tahapan awal dari

pemodelan transportasi yamng memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal

dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu

tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan

yang menghasilkan pergerakan lalu lintas. Bangkitan dan tarikan lalu lintas

mencakup :

1. Lalu lintas yang meninggalkan lokasi

(11)

Gambar 2.2 Bangkitan dan tarikan pergerakan Sumber: Tamin, 2000

Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan pergerakan lalu

lintas berupa jumlah kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu,

misalnya kendaraan per jam. Tujuan dasar dari bangkitan bergerakan adalah

menghasilkan model hubungan yang mengaitkan parameter tata guna lahan

dengan jumlah pergerakan yang menuju atau meninggalkan suatu zona. Tahapan

ini juga bertujuan mempelajari dan meramalkan besarnya tingkat bangkitan dan

tarikan pergerakan dengan mempelajari beberapa variasi antara ciri pergerakan

dengan lingkungan tata guna lahan (Tamin, 2003).

2.6Faktor-faktor yang me mpengaruhi Tarikan Pergerakan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tarikan pergerakan, antara lain (Tamin,

2000 dalam ismadarni, 2010):

Pergerakan yang Pergerakan yang

berasal dari zona i menuju ke zona d

(12)

a. Pendapatan

Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang semakin besar pula

kemampuan untuk memenuhi kebetuhannya. Sehingga memungkinkan

tingginya pergerakan tarikan dari satu zona (zona asal) ke zona tujuan.

b. Kepemilikan Kendaraan

Tingkat kepemilikan kendaraan sangat berpengaruh besar terhadap

tingkat pergerakan. Semakin jumlah banyak jumlah kendaraan yang

dimiliki oleh suatu keluarga, menyebabkan semakin besar pula tingkat

pergerakan. Dalam satu rumah tangga biasanya terdapat empat tingkat

dalam kepemilikan kendaraan: 0,1,2 atau lebih dari dua (>2) kendaraan

c. Struktur dan ukuran rumah tangga

Semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin tinggi tingkat

pererakan yang terjadi karena setiap individu akan berusaha memenuhi

kebutuhannya masin- masing.

d. Nilai lahan

Tata guna lahan yang memiliki aksebilitas yang baik serta didukung

oleh adanya ketersedian moda angkutan sebagai sarana transportasi yang

tentunya akan mempercepat pergerakan, serta memiliki nilai lahan yang

lebih tinggi. Selain itu perbedaan luas tata guna lahan juga mempengaruhi

nilai lahan itu sendiri. Semakin luas tata guna lahan, maka akan semakin

(13)

e. Kepadatan daerah pemukiman

Kepadatan suatu daerah pemukiman menandakan semakin tinggi

tingkat penggunaan lahan tentunya akan menghasilkan tingginya

pergerakan yang terjadi. Karena semakin banyak pelaku pergerakan

melakukan aktivitasnya maupun untuk memenuhi kebutuhan hidup.

f. Aksebilitas

Aksebilitas merupakan tingkat kemudahan untuk mencapai suatu

tujuan lokasi, yang menjadi ukuran adalah jarak waktu tempuh,

kelengkapan dan kualitas dari asilitas yang tersedia. Aksebilitas awalnya

dinyatakan salam jarak. Seiring dengan banyaknya kajian tentang sistem

jaringan transportasi, jarak tidak lagi digunakan sebagai tolak ukur.

Melainkan waktu tempuh, hal ini dikarenakan dengan merekayasa sistem

jaringan transportasi, jarak tempuh dapat diperingkas sehingga waktu

tempuhnya menjadi pendek.

2.7Analisi Regresi

Menurut Tamin (2000), salah satu cara untuk menghasilkan model tarikan

perjalan adalah dengan menggunakan teknik analisis regresi. Teknik analisis

regresi adalah suatu teknik berdasar metode statistik, yang dapat digunakan untuk

menghasilkan hubungan dalam bentuk numerik untuk melihat bagaimana dua

(14)

2.7.1 Model analisis regresi-linear

Menurut Anjarwati (2005), Model analisis regresi dalam pemodelan

bangkitan tarikan pergerakan (trip generation) dilakukan untuk mendapatkan

hungungan linear antara besarnya bangkitan dan tarikan dengan atribut sosio

ekonomi dan karakteristik tata guna lahan pada suatu wilayah.

Analisis regresi- linear adala metode statistika yang dapat digunakan untuk

mempelajari hubungan antara sifat permasalahn yang sedang diselidiki. Model

analisis regresi- linear dapat memodelkan hubungan antara dua atau lebih. Pada

model ini terdapat variabel tidak bebas (y) yang mempunyai hubungan fungsional

dengan satu atau lebih variabel bebas (x).

2.7.2 Model analisis Regresi-linear dengan Variabel Tunggal

Persamaan regresi ini hanya memiliki satu peubah bebas. Bentuk

sederhana dari regresi peubah tunggal dapat dinyatakan dengan persamaan

sebagai berikut:

Y = a + bX...(2.1)

Dimana:

Y = peubah tidak bebas

X = peubah bebas

a = konstan regresi

(15)

2.7.3 Model Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini merupakan pengembangan lanjut dari analisis regresi linear,

khususnya pada kasus yang mempunyai banyak peubah bebas. Bentuk umum

analisis regresi linear berganda adalah sebagai berikut: (Tamin, 2003)

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ...+ bnXn...(2.2)

Dimana :

Y = peubah tidak bebas

X1..Xn = peubah bebas

a = konstan regresi

B1..Bn = koefisien regresi

1) Peubah Tarikan Pe rgerakan

Menurut Tamin (2000), faktor yang sering digunakan untuk peubah

tarikan pergerakan adalah luas lantai untuk kegiatan industri, komersial,

pertokoan dan pelayanan lainnya.

Data yang digunakan untuk model bangkitan dan tarikan pergerakan harus

dikumpulkan dari kawasan yang sesuai dengan kawasan tinjauan. Agar dapat

mewakili seluruh kawasan tinjauan, dipilih lokasi berdasarkan patokan

karakteristik.

Agar diperoleh model yang optimum, perlu dipilih peubah bebas (dari

karakteristiknya) yang paling signifikan atau paling tinggi tingkat korelasi

(16)

2) Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi ini digunakan untuk menentukan korelasi antar peubah

tidak bebas dengan peubah bebas atau sesama peubahs bebas. (Tamin,

2000)Menurut Arikunto (1993), salah satu cara untuk menhitung korelasi ini

adalah dengan persamaan Product Moment Pearson, persamaan tersebut adalah

sebagai berikut:

𝑟𝑟

=

𝑁𝑁∑(𝑋𝑋𝑋𝑋)−∑(𝑋𝑋)∑(𝑋𝑋)

�[(𝑋𝑋2−(∑(𝑋𝑋))2][𝑁𝑁∑(𝑋𝑋2)((𝑋𝑋)2]...(2.3)

dimana:

r = Koefisien Korelasi

N = Banyaknya Subjek

X = nilai peubah X

Y = nilai peubah Y

Persamaan diatas merupakan persamaan uji korelasi yang mempunyai nilai

r (-[1≤r≤+1). Nilai r yang mendekati -1 mempunyai arti bahwa kedua variabel

tersebut saling berkorelasi negatif (peningkatan nilai salah satu variabel akan

menyebabkan penurunan nilai variabel lainnya). Sebaliknya, jika nilai r yang

mendekati +1 mempunyai arti bahwa kedua peubah tersebut saling berkorelasi

positif (peningkatan nilai salah satu variabel akan menyebabkan peningkatan

nilai peubah lainnya). Jika r mendekati 0, tidak terdapat korelasi antara kedua

peubah tersebut.

3) Korelasi Ganda

Korelasi ganda (R multiple) berfungsi untuk mencari besarnya pengaruh

(17)

bersamaan dengan peubah tidak bebas (Y). Nilai korelasi ganda dapat dicari

dengan rumus: (Riduan, 2008)

𝑅𝑅

𝑥𝑥1.𝑥𝑥2.𝑦𝑦

=

𝑏𝑏1∙∑ 𝑋𝑋1𝑋𝑋

+𝑏𝑏2.∑ 𝑋𝑋2𝑋𝑋

∑ 𝑋𝑋2 ...(2.4)

Dimana:

R = Koefisie Korelasi Ganda (R multiple) b1,b2 = Koefisien regresi

X1X2 = nilai peubah X Y = nilai peubah Y

4) Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

perubahan secara dependen mampu menjelaskan variasi perubahan peubah

tidak bebas. Nilai R2 berada pada interval (0≤R2≤1). Logikanya adalah,

semakin baik estimasi model dalam menggambarkan data, semakin dekat nilai

R2 ke nilai 1. Nilai R2 diperoleh dengan rumus:

𝑅𝑅�

2

=

1

�1−𝑅𝑅

2.(𝑁𝑁−1)

(𝑁𝑁−𝐾𝐾)

...(2.5)

Dimana:

𝑅𝑅�2 = Koefisien determinasi

Gambar

Gambar 2.1 : Tarikan Pergerakan
Gambar 2.2 Bangkitan dan tarikan pergerakan

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai Alat Pengawasan Pada Perum Perumnas Regional 1 Medan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya selisih biaya yang tidak menguntungkan

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Misirlioglu et al pada tahun 2009 yang mendapatkan bahwa perdarahan intrakranial paling banyak terjadi

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Sri Setyani, M.Hum Tulus Yuniasih, S.IP., M.Soc.Sc Dra.. Sri Setyani,

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang terkena pengadaan tanah Proyek Kanal (Flood Way) Sei Deli –Sei Percut Medan. Dan keseluruhan populasi diambil

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa keragaman genetik populasi Gunung Bunga, Kalbar lebih tinggi (0,2560) dibanding- kan keragaman genetik populasi Bukit Baka, Kalteng

APPNIA; Jakarta 12 April 2017 ___________________________________ phariyadi,staff.ipb.ac.id 8 Purwiyatno Hariyadi phariyadi.staff.ipb.ac.id Standar Deviasi Pembinaan Akan mendorong

Analisis Efisiensi Relatif dan Perilaku Petani terhadap Risiko Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul (Tesis).. Universitas