• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Pop Up Book untuk Meningkatkan Hasil Belajar Muatan Pelajaran IPS Siswa Kelas 4 SD Negeri Salatiga 10 Sem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Pop Up Book untuk Meningkatkan Hasil Belajar Muatan Pelajaran IPS Siswa Kelas 4 SD Negeri Salatiga 10 Sem"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6 kooperaif tipe make a match berbantuan media pop up book dan hasil belajar. 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan Media Pop Up Book

2.1.1.1 Pembelajaran Kooperatif

Istilah kooperatif memiliki makna lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar antar anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar pembelajaran sosial tetapi juga pembelajaran yang berbentuk kelompok.

Menurut Kartina (2011) model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya. Sedangkan menurut Sharan (2012:561) “Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan yang berpusat pada kelompok dan berpusat pada siswa untuk pengajaran dan pembelajaran di kelas”.

Menurut Rusman (2017) merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Menurut Sanjaya dalam Rusman (2017) model pembelajaran kelompok yaitu rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompoknya untuk mencapai suatu tujuan pembeljaaran yang

direncanakan.. Beberapa pendapat mengenai pengertian pembelajaran kooperatif dapat

(2)

2.1.1.2Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Eviliyanida (2011) kelemahan pembelajaran kooperatif yaitu: 1) Iklim kerja sama kelompok kurang harmonis, karena beranggapan siswa yang kurang memiliki kemampuan akan menghambat kerja kelompok; 2) pencapaian pemahaman siswa kurang optimal, karena peer teaching tidak berjalan secara efektif; 3) hasil penilaian kurang menggambarkan prestasi setiap individu siswa karena penilaian yang dilakukan secara kelompok; 4) mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang. 5) memadukan kemampuan bekerjasama dengan kemampuan individu bukan pekerjaan yang mudah.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan pembelajaran kooperatif yaitu kurang pahamnya siswa terhadap kemampuan anggota kelompoknya dan sulit untuk mengetahui peningkatan prestasi siswa karena pembelajaran dilakukan secara kelompok. Hal tersebut akan menjadi kelemahan terhadap kelompok dalam berdiskusi.

Menurut Eviliyanida (2011) kelebihan model pembelajaran kooperatif yaitu: 1) siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru. 2) dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain; 3) dapat membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan; 4) dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar; 5) merupakan model yang sangat ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial. 6) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. 7) dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

(3)

2.1.1.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

Pembelajaran kooperatif tipe make a match pertama kali dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Model make a match menerapkan siswa untuk mencari pasangan sesuai dengan kartu yang didapatkan. Kartu yang didapatkan bisa berupa soal ataupun jawaban.

Menurut Febriana (2011) make a match bertujuan untuk menumbuhkan sikap saling menghormati, menumbuhkan sikap tanggung jawab, meningkatkan percaya diri dalam menyelesaikan masalah. Pembelajaran ini termasuk pembelajaran aktif dan salah satu teknik instruksional dari berpikir aktif. Hal tersebut dapat membantu peserta didik dalam hal mengingat apa yang telah mereka pelajari dan dapat menguji pemahaman peserta didik setelah guru menjelaskan materi pembelajaran.

Berdasarkan pernyataan di atas pembelajaran kooperatif tipe make a match yaitu pembelajaran yang membagi siswa menjadi kelompok kecil dan ditugaskan untuk mencari pasangan sesuai dengan kartu yang mereka dapatkan. Hal lain yang dapat diperoleh yaitu siswa dapat belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan (Fathurrohman 2015).

2.1.1.3Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

(4)

2.1.1.4Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

Jika ada kelemahan pasti ada kelebihan untuk menutupinya, menurut Huda (2013) berikut kelebihan dari model make a match yaitu: 1) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik, baik secara kognitif maupun fisik; 2) arena ada unsur permainan, metode ini akan menyenangkan; 3) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; 4) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi; 5) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu belajar.

2.1.1.5 Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match berbantuan Media Pop Up Book

(5)

Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media gambar. Media gambar yang disusun berbentuk pop up book. Pop up berasal dari bahasa inggris yang berarti muncul atau keluar dari dalam buku. Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa (Nurseto 2011).

Menurut Muktiono dalam Hanifah (2014) pop up book dapat diartikan sebuah buku yang memiliki tampilan gambar yang bisa ditegakkan serta membentuk obyek-obyek yang indah dan dapat bergerak atau memberi efek yang menakjubkan. Sedangkan menurut Bluemel dan Taylor (2014) dalam Hanifah mengemukakan bahwa sebuah buku yang menampilkan potensi untuk bergerak dan interaksinya melalui penggunaan kertas sebagai bahan lipatan, gulungan, bentuk, roda atau putarannya. Dzuanda (2014) dalam Hanifah menjelaskan pengertian pop up book adalah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi serta memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pop up book yaitu sebuah media yang memuat beberapa tulisan, grafik, gambar yang menarik yang berbentuk seperti buku. Media pop up book yang dibuat yaitu berupa gambar-gambar terkait materi yang diajarkan.

2.1.1.6 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match berbantuan Media Pop Up Book

Teknik pembelajaran make a match didalam kelas denga suasana yang ramai karena dalam pembelajaran dengan model make a match siswa dituntut untuk mencari pasangan meururt kartu yag didapatkan. Sebelum memulai pembelajaran, guru diwajibkan membuat kartu yang berisi soal dan jawaban.

(6)

kelompok B; 3) kedua kelompok diminta untuk saling berhadapan.Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B; 4) guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka; 5) guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah menemukan pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah disiapkan; 6) jika waktu suda habis, mereka harus diberitahukan bahwa waktu sudah habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul tersendiri; 7) guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan yang lain dan siswa yang tidak memiliki pasangan; 8) terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.

2.1.2 Hasil belajar

2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Rusman (2012) hasil belajar yaitu sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal senada juga diungkapkan oleh Oemar Hamalik (2012) dalam Rusman yaitu hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku pada saat proses belajar diamati pada perubahan perilaku siswa setelah dilakukan penilaian. Dari proses yang terjadi biasanya guru memberikan tes akhir dan akan muncul nilai yang diperoleh siswa. Dengan nilai yang diperoleh guru dapat menentukan pencapaian prestasi belajar siswa.

(7)

2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Munadi dalam Rusman (2017) untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu :

1. Faktor Internal a. Faktor Fisiologis

Faktor Fisiologis seperti kondisi kesehatan. Contohya dalam keadaan sakit atau capek dan hal tersebut akan berpengaruh kepada siswa saat meneriman pelajaran.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang berpengaruh pada hasil belajar siswa seperti minat, perhatian, bakat, motivasi dan lain-lain. Setiap siswa juga memiliki faktor psikologis yang berbeda dan hal tersebut juga akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

2. Faktor Eksternal a. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Seperti keadaan dirumah, keadaan sekitar siswa, atau tempat yang kurang nyaman untuk belajar. Hal tersebut akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

b. Faktor Instrumental

(8)

2.1.2.3 Hasil Belajar Muatan IPS

Menurut Febriana (2011) tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Menurut Somantri dalam Gunawan (2011) tujuan pendidikan IPS diantaranya untuk membantu tumbuhnya berpikir ilmuwan sosial dan memahami konsep-konsepnya serta membantu tumbuhnya warga negara yang baik.

Pendidikan karakter sejalan dengan tujuan pendidikan IPS yaitu membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan bagi negara (Affandi 2011). Sedangkan menurut Erlisnawati dan Marhadi (2015) pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pelajaran IPS penting karena untuk masa yang akan datang siswa dituntut menjadi warga negara yang dapat memahami kondisi negara dan dapat bertanggung jawab. Dengan tujuan pendidikan IPS yang dilandaskan Pancasila siswa juga diharapkan mampu memiliki keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi diri sendiri.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian yang sudah dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat penelitian dengan penelitian yang relevan. Penelitian-peelitian yang dimaksud antara lain :

Aldriyanti, Novi dkk (2017) dalam penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar

(9)

model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 42 Pekanbaru.

Fatimah, Iis Daniati (2017) dalam penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Make A Match dengan Media Kartu Bergambar untuk

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa” menyimpulkan bahwa model

pembelajaran make a match dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri SD Negeri Kranjingan 5 Jember.

Anggraini, Rita Dewi (2011) dalam penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas III Sd Negeri Bareng 5 Kota Malang” menyimpulkan bahwa model make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Bareng 5 Kota Malang.

Isnaini, Rifki (2011) dalam penelitian “Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa V dengan Menerapkan Model Pembelajaran Make A Match di SD Negeri Kidul

Dalem 2 Malang” menyimpulkan bahwa model make a match dapat

meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Kidul Dalem 2 Malang.

Tabel 2

Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

(10)

Anggraini a match SD Negeru Bareng 5 Kota Malang 4. Rifki

Isnaini

2011 Hasil belajar dan make a match

IPS siswa kelas V SD Negeri Kidul Dalem 2 Malang.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti lain, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Letak perbedaan penelitian yang dilakukan pada variabel yang diteliti yaitu penggunaan media pop up book untuk menunjang pembelajaran muatan pelajara IPS kelas 4 SD Negeri Salatiga 10 tahun pelajaran 2017/2018.

2.3 Kerangka Pikir

Masalah yang terjadi di SD Negeri Salatiga 10 yaitu hasil belajar muatan pelajaran IPS. Kondisi awal yang terjadi dalam proses pembelajaran menggunakan metode konvensioanl dan diskusi. Siswa kelas IV menjadi bosan dan tidak bersemangat karena hanya mendengarkan dan diskusi. Dalam diskusi siswa memilih untuk ramai tetapi saat diberi pertanyaan siswa memilih untuk diam dan tidak menjawab. Akibatnya, siswa merasa malas dan bosan karena mereka tidak mengerti mengenai materi.

(11)

2.4 Hipotesis Tindakan

Gambar

gambar yang disusun berbentuk pop up book. Pop up berasal dari bahasa inggris
Tabel 2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Referensi

Dokumen terkait

 Analogamente,  nella  creazione  del   prodotto  culturale,  «prima  ancora  di  arrivare  alla  riproduzione  seriale   di  singole  unità  identiche  (il  giornale,

a) Akar Imajiner, dapat terjadi jika " nilai diskriminannya kurang dari 0 (D < 0), maka persamaan kuadrat, tidak mempunyai dua akar imajiner ". b) Determinan, yang

Analysis of data in the Unified Database for Social Protection Programs according to the sex of the head of the household and where possible, other members of

Sehingga tidak selalu paritas merupakan penyebab dari terjadinya ruptur perineum spontan pada primigravida, karena ruptur perineum spontan bisa terjadi juga oleh faktor

Dalam undang-undang pokok-pokok kekuasan kehakiman (UU No.4 tahun 2004), pasal 8 merumuskan, setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau

The poorest households are less likely to purchase Raskin rice over the course of a year, and conditional on participation, they are likely to purchase lower quantities of

Smith menyebutkan bahwa prinsip hak asasi manusia ada tiga, yaitu, kesetaraan, non-diskriminasi, dan kewajiban positif setiap negara, yang akan dikaji lebih lanjut dalam

Untuk menentukan laju peruraian klorpromazin HCl sesuai dengan rancangan uji tahap I adalah dengan memakai variasi larutan buffer pada pH 4,0; pH 6,0; pH 7,0; pH 8,0; pH