BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Observasi Prasiklus
Sebelum siklus I dan siklus II dilaksanakan, pembelajaran IPS di kelas 4 SD Negeri Watuagung 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang masih menggunakan metode konvensional di mana pembelajaran masih berpusat pada
guru dan belum menggunakan model pembelajaran yang menarik. Ketika guru mengajar, siswa cenderung masih pasif mendengarkan penjelasan guru. Setelah dilakukan evaluasi akhir pembelajaran, ternyata masih banyak siswa yang belum memahami materi dengan baik sehingga masih banyak siswa yang nilainya belum mencapai KKM.
Hasil belajar di kelas 4 SD Negeri Watuagung 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Sebanyak 12 siswa atau 57,1% siswa belum tuntas hasil belajarnya dari kriteria ketuntasan minimal atau KKM yaitu 70. Untuk lebih jelasnya, nilai prasiklus dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1
Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS Prasiklus
Rentang Jumlah Siswa Persentase Keterangan
50-56 1 4,7% Belum Tuntas
57-62 8 38,2% Belum Tuntas
63-68 3 14,3% Belum Tuntas
69-74 7 33,3% Tuntas
75-80 2 9,5% Tuntas
Jumlah 21 100%
Rata-rata 65,2
Nilai tertinggi 80
Nilai terendah 50
4.2
Tabel 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar IPS Prasiklus
No. Keterangan Banyak Siswa Persen (%)
1. Tuntas 9 42,9
2. Belum Tuntas 12 57,1
Jumlah 21 100
Dilihat dari nilai prasiklus dan ketuntasan hasil belajar, menunjukkan bahwa hasil belajar di kelas 4 SD Negeri Watuagung 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang masih rendah. Terbukti dari jumlah siswa sebanyak 21 anak
masih ada 12 anak atau 57,1% yang belum mencapai ketuntasan dan baru ada 9 siswa atau 42,9 % siswa yang sudah tuntas KKM yaitu ≥70.
Berdasarkan data hasil belajar yang rendah dari siswa kelas 4 SD Negeri Watuagung 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015, penulis akan melakukan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran Make A Match berbantuan Puzzle guna meningkatkan hasil belajar siswa yang akan dilakukan dalam 2 siklus.
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Siklus I
Pelaksanaan siklus I dengan Kompetensi Dasar “Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya” dilakukan dalam 2 kali pertemuan (2 kali tatap muka dan pada pertemuan kedua di akhir pembelajaran diberikan soal evaluasi) dengan rincian sebagai berikut.
4.2.1.1 Tahap Perencanaan
digunakan adalah model Make A Match berbantuan Puzzle. Pada tahap ini, penulis mempersiapkan perangkat pembelajaran yaitu:
a. RPP dengan materi Perkembangan Teknologi Produksi.
b. Media pembelajaran. Media yang digunakan adalah Puzzle yang berupa gambar dan kalimat.
Setelah semua perangkat pembelajaran disiapkan, penulis kemudian berkonsultasi dengan guru kelas 4 mengenai RPP yang telah disusun dan berdiskusi tentang jalannya kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan agar pada pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar.
4.2.1.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran pada siklus 1 dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2015 di kelas 4 SD Negeri Watuagung 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dengan jumlah siswa sebanyak 21 anak. Pembelajaran dilaksanakan oleh guru kelas 4 dan yang menjadi observer adalah teman sejawat dari guru. Pembelajaran yang dilaksanakan mengacu pada RPP yang telah dibuat dan dikonsultasikan dengan guru kelas 4 sehingga kekurangan pada pembelajaran prasiklus tidak akan terulang pada siklus I.
Pelaksanaan pembelajaran dengan model Make A Match berbantuan Puzzle akan dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 30 Maret 2015, dan pertemuan kedua tanggal 4 April 2015.
Pelaksanaan Pembelajaran pada Pertemuan I Siklus I
apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa.
Pada kegiatan inti setelah siswa mengetahui materi yang dipelajari hari ini, siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai perkembangan teknologi produksi pada masa lalu dan masa kini. Guru menunjukkan gambar-gambar alat produksi masa lalu dan masa kini supaya siswa dapat lebih mengerti. Dengan memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari siswa akan mengetahui alat produksi yang digunakan masyarakat pada masa lalu dan masa kini.
Kegiatan berikutnya siswa dibagi dalam dua kelompok. Kemudian siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai pembelajaran dengan model Make A Match berbantuan Puzzle. Guru membagikan puzzle kepada tiap-tiap kelompok. Kelompok pertama mendapat puzzle yang akan membentuk kartu soal dan kelompok kedua mendapat puzzle yang akan membentuk kartu jawaban. Setelah puzzle dibagikan, guru menugaskan siswa untuk menyusun puzzle yang telah didapat. Guru berkeliling untuk mengontrol siswa dalam menyusun puzzle. Apabila puzzle telah selesai disusun maka guru menukarnya dengan kartu soal/jawaban sesuai puzzlenya. Setelah semua puzzle ditukar dengan kartu-kartu soal dan jawaban, tugas siswa selanjutnya adalah mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang. Waktu untuk mencari pasangan adalah 30 detik. Siswa yang sudah mendapat pasangan melapor kepada guru dan guru mencatatnya. Setelah waktu untuk mencari pasangan selesai, siswa yang telah berhasil menemukan pasangan kartunya mempresentasikan hasilnya ke depan kelas dan siswa lain memperhatikan dan memberi tanggapan.
Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru membuat rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dipelajari. Siswa juga diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami dan untuk mengakhiri pembelajaran
hari ini, guru mengucapkan salam penutup.
Pelaksanaan Pembelajaran pada Pertemuan II Siklus I
dengan tanya jawab mengenai materi pembelajaran yang dilakukan sebelumnya pada pertemuan pertama.
Pada kegiatan inti setelah siswa mengetahui materi yang dipelajari hari ini, siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai diagram alur tentang proses produksi dari kekayaan alam dan bahan-bahan baku yang dapat diolah menjadi barang produksi.
Kegiatan berikutnya siswa dibagi dalam dua kelompok. Kemudian siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai pembelajaran dengan model Make A
Match berbantuan Puzzle. Guru membagikan puzzle kepada tiap-tiap kelompok. Kelompok pertama mendapat puzzle yang akan membentuk kartu soal dan kelompok kedua mendapat puzzle yang akan membentuk kartu jawaban. Setelah puzzle dibagikan, guru menugaskan siswa untuk menyusun puzzle yang telah didapat. Guru berkeliling untuk mengontrol siswa dalam menyusun puzzle. Apabila puzzle telah selesai disusun maka guru menukarnya dengan kartu soal/jawaban sesuai puzzlenya. Setelah semua puzzle ditukar dengan kartu-kartu soal dan jawaban, tugas siswa selanjutnya adalah mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang. Waktu untuk mencari pasangan adalah 30 detik. Siswa yang sudah mendapat pasangan melapor kepada guru dan guru mencatatnya. Setelah waktu untuk mencari pasangan selesai, siswa yang telah berhasil menemukan pasangan kartunya mempresentasikan hasilnya ke depan kelas dan siswa lain memperhatikan dan memberi tanggapan.
Di akhir pembelajaran, guru memberikan soal evaluasi yang berjumlah 10 soal pilihan ganda mengukur hasil belajar yang diperoleh siswa untuk siklus I. Kemudian siswa bersama guru membuat rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dipelajari dan untuk mengakhiri pembelajaran hari ini, guru mengucapkan salam penutup.
4.2.1.3 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I
Tabel 4.3
Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus I Pertemuan I No. Skor Hasil Observasi
Observer Jumlah skor
1. 1 - -
2. 2 11 20
3. 3 3 9
4. 4 2 8
Total skor 37
Kategori Baik
Penilaian: Jumlah seluruh skor (total skor) Kategori:
≤ 16 = kurang 17-32 = cukup 33-48 = baik 49-64 = sangat baik
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa siklus I pada pertemuan I mengenai
aktivitas guru. Hasil penilaian dari observer skor 2 sejumlah 11, skor 3 sejumlah 3, dan skor 4 sejumlah 2. Total skor dari hasil penilaian observer adalah 37 dan termasuk kategori baik karena dalam kriteria penilaian aktivitas guru (terlampir) skor antara 33-48 termasuk kategori baik.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan II No. Skor Hasil Observasi
Observer Jumlah skor
1. 1 - -
2. 2 6 12
3. 3 6 18
4. 4 4 16
Total skor 46
Kategori Baik
Penilaian: Jumlah seluruh skor (total skor) Kategori:
≤ 16 = kurang 17-32 = cukup 33-48 = baik 49-64 = sangat baik
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa siklus I pada pertemuan II tentang aktivitas guru. Hasil penilaian dari observer skor 2 sejumlah 6, skor 3 sejumlah 6, dan skor 4 sejumlah 4. Total skor dari hasil penilaian observer adalah 46 dan termasuk kategori baik karena dalam kriteria penilaian aktivitas siswa (terlampir) skor antara 33-48 termasuk kategori baik.
4.2.1.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Selain observasi pada aktivitas guru, juga dilakukan observasi terhadap aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran. Untuk hasil observasi siswa saat
Tabel 4.5
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I Pertemuan I No. Skor Hasil Observasi
Observer Jumlah skor
1. 1 - -
2. 2 12 24
3. 3 2 6
4. 4 2 8
Total skor 38
Kategori Baik
Penilaian: Jumlah seluruh skor (total skor)
Kategori:
≤ 16 = kurang 17-32 = cukup 33-48 = baik 49-64 = sangat baik
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa siklus I pada pertemuan I aktivitas siswa masih banyak skor 2. Hasil penilaian dari observer skor 2 sejumlah 12, skor 3 sejumlah 2, dan skor 4 sejumlah 2. Total skor dari hasil penilaian observer adalah 38 dan termasuk kategori baik karena dalam kriteria penilaian aktivitas siswa (terlampir) skor antara 33-48 termasuk kategori baik.
Tabel 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I Pertemuan II No. Skor Hasil Observasi
Observer Jumlah skor
1. 1 - -
2. 2 7 14
3. 3 6 18
4. 4 3 12
Total skor 44
Kategori
Penilaian: Jumlah seluruh skor (total skor) Kategori:
≤ 16 = kurang 17-32 = cukup 33-48 = baik 49-64 = sangat baik
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa siklus I pada pertemuan II tentang
aktivitas siswa. Hasil penilaian dari observer skor 2 sejumlah 7, skor 3 sejumlah 6, dan skor 4 sejumlah 3. Total skor dari hasil penilaian observer adalah 44 dan termasuk kategori baik karena dalam kriteria penilaian aktivitas siswa (terlampir) skor antara 33-48 termasuk kategori baik.
4.2.1.5 Hasil Belajar IPS Siklus I
Tabel 4.7
Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS Siklus I Rentang Jumlah
Siswa
Persentase Keterangan
60-66 5 23,8 % Belum Tuntas
67-72 5 23,8% Tuntas
73-78 0 0 % Tuntas
79-84 7 33,3 % Tuntas
85-90 4 19,1% Tuntas
Jumlah 21 100%
Rata-rata 74,7
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 60
Dari tabel 4.7 dapat dilihat hasil belajar IPS pada siklus I dari 12 siswa yang memperoleh nilai antara 60-66 sejumlah 5 siswa, nilai antara 67-72 sejumlah 5 siswa, tidak ada siswa yang mendapat nilai antara 73-78, nilai antara 79-84 sejumlah 7 siswa, dan nilai antara 85-90 sejumlah 4 siswa. Dari daftar nilai siswa
pada siklus I, nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah adalah 60 (terlampir). Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.7 dapat dilihat pada gambar
Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Belajar IPS pada Siklus I
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 70), data perolehan nilai dri siklus I dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas dalam tabel 4.7
Tabel 4.8
Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada Siklus I No. Ketuntasan Belajar Banyak Siswa Persen (%)
1. Tuntas 16 76,2
2. Tidak Tuntas 5 23,8
Jumlah 21 100
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I siswa yang yang memiliki nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sejumlah 5 siswa atau 23,8%, sedangkan yang sudah mencapai KKM sejumlah 16 siswa atau 76,2%. Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.2
0 1 2 3 4 5 6 7 8
60-66 67-72 73-78 79-84 85-90
DISTRIBUSI HASIL BELAJAR IPS
SIKLUS I
Jumlah siswa
Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada Siklus I Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa masih terdapat 23,8% yang tidak tuntas dari 21 siswa. Berarti indikator kinerja dari penelitian ini belum tercapai karena indikator kinerja penelitian dapat tercapai apabila ketuntasan nilai mencapai 100% dari jumlah siswa, sedangkan pada siklus I ketuntasan hanya mencapai 76,2% dari 21 siswa. Maka dari itu, untuk memantapkan data yang diperoleh akan dilanjutkan pada siklus II untuk pemantapan.
4.2.1.6 Tahap Refleksi
Dari hasil pelaksanaan pembelajaran siklus I, telah terjadi peningkatan hasil belajar IPS walaupun masih terdapat 23,8% siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=70). Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai siswa pada kondisi awal siswa yang belum mencapai KKM sejumlah 12 siswa atau 57,1% dan siswa yang sudah mencapai KKM sejumlah 9 siswa atau 58,3% dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendahnya 50. Sedangkan pada siklus I diperoleh nilai siswa yang sudah mencapai KKM sejumlah 16 siswa atau 76,2%
dan siswa yang belum mencapai KKM sejumlah 5 siswa atau 23,8% dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60. Dari perolehan nilai pada kondisi awal dan siklus I tersebut, siswa yang sudah mencapai KKM meningkat yang semula dari
PERSENTASE KETUNTASAN HASIL BELAJAR IPS SIKLUS I
Tuntas
Belum Tuntas
12 siswa menjadi 16 siswa. Dari peningkatan tersebut masih terdapat kekurangan dan kelebihan pada siklus I. Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II dan kelebihan pada siklus I tetap dipertahankan.
Pada pembelajaran siklus I, hal-hal yang perlu diperbaiki untuk siklus berikutnya adalah :
a. Memotivasi siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru tanpa ragu-ragu b. Membiasakan siswa untuk berbicara di depan kelas dengan percaya diri
c. Meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam mencocokkan kartu
Kelebihan pada siklus I yang harus dipertahankan atau ditingkatkan lagi yaitu :
a. Semangat siswa pada saat melakukan kegiatan
b. Keaktifan siswa pada saat berdiskusi dalam kelompok c. Keaktifan siswa pada saat mencocokkan kartu
4.2.2 Siklus II
Pelaksanaan siklus II dengan Kompetensi Dasar “Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.” pada siklus II ini pembelajaran dilakukan sama seperti pada siklus I yaitu dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (2 kali pertemuan tatap muka dan pada pertemuan kedua di akhir pembelajaran diberi soal evaluasi) dengan rincian sebagai berikut.
4.2.2.1 Tahap Perencanaan
Perencanaan pada siklus II yang dilakukan oleh peneliti adalah memperbaiki kekurangan yang ada di siklus I dan mempersiapkan alat penunjang lain yang perlu digunakan dalam siklus II. Sebelum guru kelas IV mengajar, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran
Match berbantuan Puzzle.
4.2.2.2 Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan pada bulan April 2015 di kelas dan sekolah yang sama dengan siklus I. Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 6 April 2015 dan pertemuan kedua pada tanggal 11 April 2015.
Pelaksanaan Pembelajaran Pada Pertemuan I Siklus II
Pada kegiatan awal yang dilakukan guru adalah berdoa, mengucap salam,
mempresensi kehadiran siswa. Setelah itu siswa menjawab apersepsi guru dengan pertanyaan “apa kalian tahu alat ini (menunjukkan gambar HP). Digunakan untuk apa HP?”. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan I dan guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pembelajaran hari ini yaitu tentang Perkembangan Teknologi Komunikasi.
Pada kegiatan inti setelah siswa mengetahui materi yang dipelajari hari ini, siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai perkembangan teknologi komunikasi pada masa lalu dan masa kini. Guru menunjukkan gambar-gambar alat komunikasi masa lalu dan masa kini supaya siswa dapat lebih mengerti. Dengan memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari siswa akan mengetahui alat komunikasi yang digunakan masyarakat pada masa lalu dan masa kini.
Kegiatan berikutnya siswa dibagi dalam dua kelompok. Kemudian siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai pembelajaran dengan model Make A Match berbantuan Puzzle. Guru membagikan puzzle kepada tiap-tiap kelompok. Kelompok pertama mendapat puzzle yang akan membentuk kartu soal dan kelompok kedua mendapat puzzle yang akan membentuk kartu jawaban. Setelah puzzle dibagikan, guru menugaskan siswa untuk menyusun puzzle yang telah didapat. Guru berkeliling untuk mengontrol siswa dalam menyusun puzzle.
waktu untuk mencari pasangan selesai, siswa yang telah berhasil menemukan pasangan kartunya mempresentasikan hasilnya ke depan kelas dan siswa lain memperhatikan dan memberi tanggapan.
Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru membuat rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dipelajari. Siswa juga diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami dan untuk mengakhiri pembelajaran hari ini, guru mengucapkan salam penutup.
Pelaksanaan Pembelajaran Pada Pertemuan II Siklus II
Pada kegiatan awal yang dilakukan guru adalah berdoa, mengucap salam, mempresensi kehadiran siswa. Setelah itu siswa menjawab apersepsi guru dengan pertanyaan “kalian kalau pergi sekolah naik apa?. Termasuk jenis transportasi apa sepeda motor itu?”. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan II dan guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pembelajaran hari ini yaitu tentang perkembangan teknologi transportasi.
Pada kegiatan inti setelah siswa mengetahui materi yang dipelajari hari ini, siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai perkembangan teknologi transportasi pada masa lalu dan masa kini.
Kegiatan berikutnya siswa dibagi dalam dua kelompok. Kemudian siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai pembelajaran dengan model Make A Match berbantuan Puzzle. Guru membagikan puzzle kepada tiap-tiap kelompok. Kelompok pertama mendapat puzzle yang akan membentuk kartu soal dan kelompok kedua mendapat puzzle yang akan membentuk kartu jawaban. Setelah puzzle dibagikan, guru menugaskan siswa untuk menyusun puzzle yang telah didapat. Guru berkeliling untuk mengontrol siswa dalam menyusun puzzle. Apabila puzzle telah selesai disusun maka guru menukarnya dengan kartu soal/jawaban sesuai puzzlenya. Setelah semua puzzle ditukar dengan kartu-kartu
memperhatikan dan memberi tanggapan.
Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru membuat rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dipelajari. Siswa juga diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan guru. Untuk mengakhiri pembelajaran hari ini, guru mengucapkan salam penutup.
4.2.2.3 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II
Berdasarkan observasi yang dilakukan observer pada guru kelas 4 saat melakukan pembelajaran IPS siklus II dengan model pembelajaran Make A Match berbatuan Puzzle dengan materi Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Transportasi pada siswa kelas 4 SD Negeri Watuagung 01 Kecmatan Tuntang Kabupaten Semarang, didapatkan hasil yang akan dipaparkan pada tabel 4.9
Tabel 4.9
Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus II Pertemuan I No. Skor Hasil Observasi
Observer Jumlah skor
1. 1 - -
2. 2 - -
3. 3 10 30
4. 4 6 24
Total skor 54
Kategori Sangat baik
Penilaian: Jumlah seluruh skor (total skor) Kategori:
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa siklus II pada pertemuan I tentang kinerja guru. Hasil penilaian dari observer skor 2 sejumlah 0, skor 3 sejumlah 10, dan skor 4 sejumlah 6. Total skor hasil dari penilaian observer adalah 55 dan termasuk kategori sangat baik karena dalam kriteria penilaian aktivitas guru (terlampir) skor antara 49-64 termasuk kategori sangat baik.
Sedangkan untuk melihat kinerja guru dengan menerapkan model Make A Math berbantuan Puzzle pada siklus II pertemuan II dapat dilihat pada tabel 4.10
Tabel 4.10
Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus II Pertemuan II No. Skor Hasil Observasi
Observer Jumlah skor
1. 1 - -
2. 2 - -
3. 3 4 12
4. 4 12 48
Total skor 60
Kategori Sangat baik
Penilaian: Jumlah seluruh skor (total skor) Kategori:
≤ 16 = kurang 17-32 = cukup 33-48 = baik 49-64 = sangat baik
Selain observasi pada aktivitas guru, juga dilakukan observasi terhadap aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran. Untuk hasil observasi siswa saat mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Make A Match berbatuan Puzzle siklus II, dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4.11
Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Pertemuan I No. Skor Hasil Observasi
Observer Jumlah skor
1. 1 - -
2. 2 3 6
3. 3 6 18
4. 4 7 28
Total skor 52
Kategori Sangat baik Penilaian: Jumlah seluruh skor (total skor) Kategori:
≤ 16 = kurang 17-32 = cukup 33-48 = baik 49-64 = sangat baik
Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa siklus II pada pertemuan I tentang aktivitas siswa. Hasil penilaian dari observer skor 2 sejumlah 3, skor 3 sejumlah 6, dan skor 4 sejumlah 7. Total skor hasil dari penilaian observer adalah 52 dan termasuk kategori sangat baik karena dalam kriteria penilaian aktivitas siswa (terlampir) skor antara 49-64 termasuk kategori sangat baik.
Tabel 4.12
Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Pertemuan II No. Skor Hasil Observasi
Observer Jumlah skor
1. 1 - -
2. 2 - -
3. 3 7 21
4. 4 9 36
Total skor 57
Kategori Sangat baik
Penilaian: Jumlah seluruh skor (total skor) Kategori:
≤ 16 = kurang 17-32 = cukup 33-48 = baik
49-64 = sangat baik
Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa siklus II pada pertemuan II tentang aktivitas siswa. Hasil penilaian dari observer skor 3 sejumlah 7, dan skor 4 sejumlah 9. Total skor hasil dari penilaian observer dan peneliti adalah 57 dan termasuk kategori sangat baik karena dalam kriteria penilaian aktivitas siswa (terlampir) skor antara 49-64 termasuk kategori sangat baik.
4.2.2.5 Hasil Belajar IPS Siklus II
Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS Siklus II
Dari tabel 4.13 dapat dilihat hasil belajar IPS pada siklus II dari 21 siswa yang memperoleh nilai antara 70-76 sejumlah 1 siswa, nilai antara 77-82 sejumlah 7 siswa, tidak ada siswa yang mendapat nilai antara 83-88, nilai antara 89-94 sejumlah 8 siswa, dan nilai antara 95-100 sejumlah 5 siswa. Dari daftar nilai siswa pada siklus I, nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 70 (terlampir)
Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.13 dapat dilihat pada gambar 4.3
Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Belajar IPS Pada Siklus II
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70), data hasil perolehan nilai pada siklus II dapat diketahui jumlah siswa yang sudah tuntas dan yang belum tuntas dalam tabel 4.14
Tabel 4.14
Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pada Siklus II
No. Ketuntasan Belajar Banyak Siswa Persen (%)
1. Tuntas 21 100
2. Tidak Tuntas 0 0
Jumlah 21 100
Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II siswa yang yang memiliki nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=70) sejumlah 0 siswa atau 0%, sedangkan yang sudah mencapai KKM sejumlah 21 siswa atau 100%. Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.4
Gambar 4.4 Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar IPS Pada siklus II
Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match berbantuan Puzzle siswa yang belum tuntas 0% dari
PERSENTASE KETUNTASAN HASIL BELAJAR IPS SIKLUS II
Tuntas
10%
berhasil karena 100% dari 21 siswa mendapat nilai di atas KKM yaitu 70.
4.2.2.6 Tahap Refleksi
Dari hasil pelaksanaan pembelajaran siklus II, telah terjadi peningkatan hasil belajar IPS yang baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai siswa pada siklus I siswa yang belum mencapai KKM sejumlah 5 siswa atau 23,8% dan siswa yang sudah mencapai KKM sejumlah 16 siswa atau 76,2% dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendahnya 60. Sedangkan pada siklus II perolehan nilai siswa yang
sudah mencapai KKM sejumlah 21 siswa atau 100% dan siswa yang belum mencapai KKM sejumlah 0 siswa atau 0% dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70. Dari perolehan nilai pada siklus I dan siklus II tersebut, siswa yang sudah mencapai KKM meningkat yang semula dari 16 siswa menjadi 21 siswa.
4.3 Analisis Komparatif Data
Pada sub bab analisis komparatif ini, akan menguraikan tentang perbandingan hasil observasi guru dan siswa sebelum tindakan atau prasiklus dan hasil belajar IPS yang diperoleh siswa kondisi awal atau Prasiklus dan sesudah pelaksanaan tindakan yaitu pada siklus I dan siklus II. Demikian peningkatan hasil observasi guru dan siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan siklus I dan Siklus II ditunjukkan pada tabel 4.15 berikut ini:
Tabel 4.15
Perbandingan Hasil Observasi Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Tindakan Prasiklus Siklus I Siklus II
Rata – rata % Rata – rata % Rata – rata %
Aktivitas
Guru
20 31.5 41,5 64,5 57,5 89,5
Aktivitas
Siswa
18 28,5 41 64 54,5 85,5
Berdasarkan tabel 4.15 tentang perbandingan hasil observasi aktivitas
dan siklus II. Pada prasiklus jumlah skor aktivitas guru yang diperoleh adalah 20 skor dengan persentase 31,5% pada tindakan siklus I skor meningkat menjadi 41,5 dengan persentase 64, 5 setelah tindakan siklus II kembali meningkat dengan skor 57,5 dengan persentase 89,5%. Peningkatan aktivitas juga diikuti dengan peningkatan aktivitas siswa yang pada prasiklus rata-rata 18 skor dengan prosentase 28,5% setelah penerapan siklus 1 meningkat menjadi 41 skor dengan persentase 64% dan dalam pnerapan siklus II juga meningkat menjadi 54,5 skor dengan prosentase 85,5%. Hal ini menyatakan bahawa aktivitas guru dan siswa
dari kondisi awal sampai dengan siklus II terus mengalami peningkatan melalui penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan Puzzle. Peningkatan aktivitas guru dan siswa juga akan berpengaruh dengan meningkatnya hasil belajar siswa dari prasiklus, siklus I, siklus II. Selanjutnya hasil belajar IPS yang diperoleh siswa kondisi awal atau Prasiklus dan sesudah pelaksanaan tindakan yaitu pada siklus I dan siklus II akan disajikan dalam tabel 4.16 berikut ini:
Tabel 4.16
Perbandingan Ketuntasan Belajar IPS Siswa Kelas 4 SD Negeri Watuagung 01 Kondisi Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
No. Nilai
Kondisi Prasiklus Siklus I Siklus II
pada siklus II siswa yang mencapai KKM sejumlag 21 siswa atau 100%, yang belum mencapai KKM sejumlah 0 siswa atau tidak ada. Perbandingan ketuntasan belajar pada tabel 4.14 dapat dilihat pada diagram 4.5.
Gambar 4.5 Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Untuk memperjelas peningkatan rata–rata hasil belajar IPS dapat dilihat pada diagram batang berikut ini:
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Tuntas 9 16 21
Belum Tuntas 12 5 0
0 5 10 15 20 25
Ju
m
lah
Si
Diagram 4.6 Peningkatan Rat-rata Hasil Belajar IPS Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran Make A Match
berbantuan Puzzle terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas 4 SD Negeri Watuagung 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2014/2015. Penggunaan model pembelajaran Make A Match berbantuan Puzzle membuat siswa lebih semangat dan antusias karena mereka belajar melalui interaksi langsung dengan teman sekelompoknya dan pelajaran akan dapat tertanam di dalam otak dan tidak mudah dilupakan.
4.4 Pembahasan
nilai terendahnya yaitu 50. Berdasarkan data tentang ketuntasan dan rata-rata hasil belajar IPS kondisi awal, maka perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar IPS.
Peningkatan hasil belajar IPS dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan Puzzle dapat dilihat dari jumlah siswa yang telah tuntas KKM dan hasil perolehan nilai pada siklus I dan II. Pada siklus I sebanyak 21 siswa atau 77,5% siswa telah mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 75
dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60. Pada siklus I masih ditemukan kendala yaitu siswa belum memahami betul langkah-langkah model pembelajaran yang dijelaskan oleh guru. Kegiatan mencocokkan kartu serta mempresentasikan hasil kerjasama masih belum berjalan dengan baik. Dalam mencocokkan kartu, suasana kelas masih terlihat kurang teratur dan terkesan ramai. Pada saat mempresentasikan hasil kerjasama siswa masih terlihat malu-malu untuk berbicara.
Pada siklus II, dari 21 siswa jumlah siswa yang telah tuntas KKM sebanyak 21 siswa atau 100%. Rata-rata nilai 88,1 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70. Pada siklus II indikator kinerja dalam penelitian ini sudah terpenuhi sehingga tidak perlu dilaksanakan tindakan lagi.
Pada penelitian ini, penulis hanya mempersiapkan hal-hal non teknis seperti mempersiapkan alat bantu pembelajaran, mempersiapkan RPP, lembar observasi siswa dan guru, tes formatif untuk evaluasi. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru kelas 4 bertindak sebagai pelaksana pembelajaran yang mengajarkan pembelajaran IPS dan satu orang observer yaitu guru agama yang mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa hasil aktivitas siswa setiap siklusnya mengalami
peningkatan, begitu juga dengan kinerja guru sudah sesuai dengan yang diharapkan.
melatih siswa agar berpikir kritis. Pembelajaran dengan menggunakan model Make A Match berbantuan Puzzle diawali dengan siswa menyusun puzzle yang telah diberikan kemudian puzzle yang telah tersusun ditukar dengan kartu soal atau jawaban. Setelah itu siswa mencocokkan kartu yang dipegang. Selanjutnya kartu yang telah berhasil dicocokkan dipresentasikan dan siswa lain menyimak serta memberi tanggapan.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran Make A Match berbantuan Puzzle dapat mengubah pola pikir siswa yang awalnya
kurang komunikasi dan interaksi dengan siswa lain menjadi lebih aktif dan membangun kerjasama melalui pencocokan kartu soal dan jawaban dimana guru bertindak sebagai fasilitator. Hal ini yang membuat siswa menjadi terbiasa dan tidak kesulitan untuk berkomunikasi di dalam kelas dan pada kehidupan sehari-hari siswa. Perubahan pola pikir inilah yang mengakibatkan hasil belajar siswa meningkat.