1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Air merupakan bagian sangat penting dalam kehidupan. Tanpa air di bumi tidak akan ada
kehidupan. Air adalah bagian terbesar penyusun tubuh makhluk hidup. Tubuh kiita mengandung air
lebih dari 60 %. Sebagian besar permukaan bumi ditutupi oleh air atau lautan. Air mengisi
cekungan-cekungan di permukaan bumi, seperti terbentuknya laut, danau, situ, kolam, sungai, dan mata air. Air
menentukan kesuburan tanah. Air ada di berbagai lapisan bumi, di permukaan bumi, udara, dan di
dalam bumi.
Air merupakan suatu zat yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup di bumi.
Bagi manusia sebesar 73% tubuh manusia terdiri dari air disini kebutuhan akan konsumsi air
menjadi hal yang mutlak bagi kehidupan manusia . Setidaknya manusia harus mengkonsumsi air
2 liter/hari guna menjaga keseimbangan kesehatan tubuh. Sisanya manusia setiap hari
memanfaatkan air untuk cuci dan aktivitas lainnya. Tidak hanya manusia saja yang
memanfaatkan air utuk kebutuhan, tumbuhan dan hewan juga memanfaatkan air untuk
kelangsungan kehidupan mereka. Seperti halnya tumbuhan membutuhkan air untuk proses
membawa sari-sari makanan dari dalam tanah dan pemanfaatan air untuk proses fotosintesis
1.
Praktek pemanfatan air sejalan dengan tingkat aktivitas manusia. Dewasa ini air tidak hanya
dimanfaatkan untuk keperluan minum, mandi, cuci masyarakat saja. Dewasa ini air dimanfaatkan
sebagai bahan baku produksi ataupun sebagai penunjang aktivitas produksi. Sepererti contoh
pembuatan minum kemasan dan industry-industri textile yang memanfaatkan sumber daya air. Di
Indonesia sendiri praktek pemanfaatan air di juga kian beragam yakni sebagai pendukung indsutri,
air minum kemasan dan sektor-sektor potensial seperti pariwisata air. Pengembangan pariwisata ini
pada dasarnya ditujukan untuk mengembangkan suatu wilayah atau daerah dalam rangka menambah
nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu daerah. Sektor pariwisata merupakan
salah satu dari 5 (lima) sektor prioritas pembangunan 2017, yaitu pangan, energi, maritim,
pariwisata, kawasan industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), begitu yang tercantum dalam
1
2
RKP 2017. Laporan keuangan RI tahun 2016 menyebutkan sektor pariwisata berhasil menyumbang
devisa terbesar kedua yakni sebesar US$ 13,568 miliar.Mengingat besarnya manfaat air maka tidak
heran air secara cepat menjadi barang yang bernilai ekonomis tinggi.
Air juga dimanfaatkan masyarakat untuk beragam ritual keagamaan. Air memiliki dimensi
sosio-spiritual. Sungai Gangga misalnya, para pemeluk agama Hindu di India sering memanfaatkan
aliran sungai ini untuk beragam ritual pemujaan. Menurut mitologi Hindu, pada waktu dewa dan
setan memperebutkan satu kendi minuman madu yang memberikan keabadian, sebagian tumpah di
empat kota, termasuk Allahabad. Kota-kota inilah yang mengadakan upacara festival itu secara
bergantian. Festival yang berlangsung di Allahabad dianggap yang paling suci dan melebihi yang
lain-lain dalam skala dan kebesarannya2. Dalam konteks Indonesia ritual pemujaan yang
memanfaatkan air juga terdapat dibeberapa tempat. Tempat-tempat yang sering digunakan untuk
ritual ini adalah Sumber Mata Air (“SMA”) Senjoyo di Jawa Tengah.
Potensi air di Indonesia mencapai 694 milyar meter kubik per tahun. Dengan prosentase
persebaran yakni Kalimantan 30,4%, Sumatera 4,6%, Papua 23,8%, Sulawesi 14.8%, Jawa dan Bali
6,4%. Persebaran air tersebut menunjukan dimasing-masing tempat tidak merata. Hal yang demikian
dipengaruhi oleh tingkat kelembaban udara, intensitas curah hujan dan tingkat pemakaian . Dengan
potensi tersebut faktanya saat ini baru sekitar 23 persen yang sudah termanfaatkan, dimana hanya
sekitar 20 persen yang dimanfaatkan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku, rumah
tangga, kota dan industri, 80 persen lainnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi
(Hartoyo, 2010).
Sementara itu di Jawa Tengah sendiri memiliki potensi air mencapai 65 miliar meter kubik per
tahun3. Potensi air di Jawa Tengah umunya berupa air cekungan, sungai dll. “SMA” Senjoyo
merupakan potensi sungai yang berada di Jawa Tengah. Secara administrasi “SMA” Senjoyo masuk
ke dalam wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Semarang yakni di desa Tegalwaton.
“SMA” Senjoyo merupakan sumber mata air yang secara langsung berbatasan dengan wilayah Kotamadya Salatiga. Pemanfaatanya pun juga dimanfaakan oleh dua wilayah ini. “SMA” Senjoyo
memiliki potensi air sebesar 1.000litter/detik. Potensi air ini dimanfaatkan oleh oleh kebutuhan
2
https://www.voaindonesia.com/a/jutaan-penganut-hindu-berendam-di-sungai-gangga/1583266.html
3
3
domestik (minum,cuci, mandi) masyarakat Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Instansi-instansi
di Kota Salatiga, industry, dan pertanian masyarakat.
“SMA” Senjoyo merupakan pusat ritual “Kungkum” masyarakat di Jawa Tengah. Setiap
bulan-bulan tertentu seperti bulan Suro “SMA” Senjoyo ramai dikunjungi oleh beragam masyarakat
untuk melakukan ritual “Kungkum”. Menurut kepercayaan masyarakat “SMA” Senjoyo merupakan
sumber mata air yang mengandung berkah. “SMA” Senjoyo juga sering digunakan oleh para raja dari
Kerajaan Pajang untuk melakukan ritual. Cerita yang paling popular di “SMA” Senjoyo merupakan
tempat bertapa Jaka Tingkir. Menurut cerita masyarakat sekitar kesaktian Jaka Tingkir didapatkan
karena rajin melakukan ritual “Kungkum” di “SMA” Senjoyo. Hal-hal inilah yang menjadikan
motivasi para pelaku ritual “Kungkum” di “SMA” Senjoyo.
Ritual yang berkaitan dengan sumber mata air Senjoyo adalah ritual Padusan dan Dawuhan.
Ritual Padusan merupakan ritual yang sering dilakukan masyarakat Jawa khusunya para pemeluk
agama Islam. Ritual Padusan merupakan ritual mandi yang dilakukan sebelum menjelang bulan
puasa. Para pelaku ritual mandi Padusan percaya dengan mandi di “SMA” Senjoyo akan
mendapatkan berkah selama menjalani bulan puasa. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada siang hari
dan menjelang malam hari kegiatan ini sudah selesai.
Tradisi Dawuhan merupakan kegiatan tradisi yang rutin dilakukan masyarakat desa
Tegalwaton. Tradisi Dawuhan merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat desa Tegalwaton
sebagai ucapan syukur karena telah diberikan perlindungan oleh nenek-moyang mereka. Tradisi ini
biasanya dilakukan dengan membersihkan sekitaran sendang Senjoyo. Selanjutnya kegiatan ini
ditutup dengan kegiatan selamatan, berdoa dan makan bersama di pelataran Umbul Senjoyo.
Kebiasaan warga sekitar Sendang Senjaya sangat sadar akan kesemestaan melahirkan kesadaran
terhadap lingkungan hidup (ekosistem). Masyarakat Jawa yang masih menjunjung tinggi mistik tidak
pernah lepas dalam hal menjaga kesakralan dan kekeramatan suatu tempat. Percaya akan penunggu
atau dhanyang-dhanyang menjadikan masyarakat selalu menghargai dan menjaga segala sesuatu
yang ada di sekitar. Kepercayaan terhadap dhanyang-dhanyang desa maupun pepunden desa masih
sangat kental di dalam masyarakat Jawa khususnya penduduknya memeluk agama Islam Kejawen
atau biasa disebut agama Jawi.
Dalam konteks ini „„SMA” Senjoyo menjadi modal dalam artian ekonomi, sosial-religi,
4
dimana berbagai personal (agen) bisa bersaing meraih modal dalam arena tersebut. Skripsi ini
bertujuan menjelaskan „„SMA” Senjoyo sebagai arena budaya dan modal budaya dari perspektif teori Pierre Bourdieu. Penelitian ini menunjukan 2 hal, antara lain; 1) „„SMA” Senjoyo sebagai suatu arena dimana didalamnya terdapat beragam modal, dan 2) Mengambarkan modal budaya didalam
“SMA” Senjoyo.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah
• Bagaimana Arena di „„SMA” Senjoyo?
•Bagaimana modal budaya terhadap pelestarian “SMA” Senjoyo?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
•Mendiskripsikan Arena dalam „„SMA” Senjoyo.
• Mendiskripsikan modal Budaya terhadap pelestarian “SMA” Senjoyo.
1.4 Manfaat Penelitian
•Manfaat praktis sebagai bahan masukan bagi Pemerintah dalam pengelolaan „„SMA”
Senjoyo.
• Manfaat teoritis diharapkan memberi sumbangsih dalam ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan sosiologi. Menambah wawasan kajian dalam bidang keruangan dan budaya.
1.5 Konsep Yang Digunakan
konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
A. Kebudayaan secara epistimologis berasal dari bahasa Sansekerta, buddhayah, bentuk
jamak dari kata buddhi yang berarti akal budi. Menurut ahli budaya,kata budaya
5
akal, pikiran, pendapat, ikhtiar, perasaan, sedangkan Daya mengandung makna tenaga,
kekuatan, kesanggupan. Sekalipun akar kata budaya di derivasi dari akar kata yang
berbeda, dapat dikatakan bahwa kebudayaan berkenaan dengan hal-hal yang berkenaan
dengan akal atau budi (Sulasman, 2013 : 17).
B. Arena adalah suatu jaringan relasi antar pendirian-pendirian objektif yang ada
didalamnya (Ritzer, 2004: 524). Hubungan itu terpisah dari kesadaran dan kehendak
individu. Mereka bukan interaksi-interaksi atau ikatan-ikatan intersubjektif antar
individu. Didalam arena tersebar beragam modal yang menjadikan setiap arena
strategis. Modal merupakan konsep yang mencakup kemampuan melakukan kontrol
terhadap masa depan diri sendiri dan orang lain. modal merupakan pemusatan segala
kekuatan dan hanya bisa ditemukan dalam sebuah arena (Fauzi, 2014: 208). Bourdieu
membedakan modal menjadi 4 jenis modal. pertama modal ekonomi yakni mencakup
alat-alat produksi. Kedua modal budaya terdiri dari keakraban dengan dan kemudahan
dalam, memanfaatkan bentuk-bentuk budaya yang dilembagakan yang ada di puncak
hierarki budaya masyarakat. ketiga modal sosial merujuk jaringan sosial yang dimiliki
pelaku (individu atau kelompok) dalam hubunganya dengan kelomok lain yag
memiliki kuasa. Keempat yakni merujuk pada prestise, status, otoritas dan legitimasi
yang terakumulasi melalui modal simbolik.
Dalam peneltian ini peneliti membuat batasan agar didalam penelitian terfokus dan tidak
melebar. Penelitian ini hanya fokus kepada memahami arena, modal dan budaya didalam „„SMA”