• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Status Hara Tanah Berdasarkan Posisi Lahan Di Kebun Inti Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi Status Hara Tanah Berdasarkan Posisi Lahan Di Kebun Inti Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb.)

Gambir merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, karena

mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Gambir ini diperdagangkan dalam

bentuk getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak remasan daun dan

ranting tumbuhan gambir yang telah diolah dan dicetak berbentuk silinder.

Ekstrak gambir mengandung katekin sebagai komponen utama, yaitu suatu

senyawa polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan dan antibakteri.

Gambir dapat dipergunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi, industri

kosmetik, industri batik, industri cat, industri penyamak kulit, biopestisida,

hormon pertumbuhan, pigmen, dan sebagai campuran bahan pelengkap makanan

(Elida, 2011).

Tanaman gambir masih dibudidayakan masyarakat secara tradisional

tanpa memperhatikan aspek konservasi lahan dimana mereka membuka lahan

yang umumnya yang umumnya terdapat pada lereng perbukitan dengan cara

menebangi hutan dan membakarnya sehingga bahan organik tanah menipis

sedangkan pemberian bahan organik hampir tidak ada, sehingga dalam waktu

yang relatif singkat lahan tersebut menjadi kurus dan hasil tanaman menurun

drastis (Ardi, 2003).

Hasil penelitian dari Murti (2004) hubungan antara status hara N, P dan K

di tanah dengan produksi daun segar tanaman gambir pada kebun gambir rakyat di

Siguntur, Sumatera Barat berdasarkan tiga unit topografi yaitu : Unit lahan dengan

(2)

(lereng 25-45%) dan unit lahan dengan topografi bergunung (lereng > 45%),

unsur hara N, P dan K memberikan keragaman produksi sebesar 71,87%. Unsur N

dan P berperan negatif, sedangkan unsur K berperan positif terhadap produksi

tanaman gambir.

Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Gambir

Tanaman gambir termasuk salah satu jenis tanaman yang masuk dalam

suku kopi-kopian. Bentuk keseluruhan dari tanaman ini seperti pohon bougenvil

yaitu merambat dan berkayu. Ukuran lingkar batang pohon yang sudah tua bisa

mencapai 45 cm. Daunnya oval sampai bulat dengan panjang 8-14 cm, lebar 4-6,5

cm, berwarna hijau dan tangkai daun pendek (Manan, 2008).

Gambir memiliki bunga yang tersusun majemuk dengan bentuk lonjong

diketiak daun, mahkota berwarna merah muda, kelopak bunga pendek, mahkota

bunga berbentuk corong seperti bunga kopi. Buahnya berbentuk polong, semi

berpenampang hingga 2 cm dan penuh dengan biji-biji halus yang berukuran ±1 -

2 cm. Pada bagian luarnya terdapat sayap yang memungkinkan biji gambir

tersebar karena angin. Di dalam inti biji terdapat calon akar radicula, calon batang

cauliculus, dan daun lembaga cotyledone (Solin, 2010).

Tanaman gambir dapat tumbuh pada jenis tanah mulai dari tingkat

kesuburan rendah hingga kesuburan tinggi. Di Sumatera kebanyakan tanaman

gambir tumbuh pada jenis tanah Ultisol dengan derajat keasaman tanah berkisar

antara pH 4,5 - 5,5. Topografi lahan yang sesuai pada daerah datar hingga

bergelombang. Ketinggian tempat yang paling sesuai adalah 200 sampai 800 m

diatas permukaan laut. Membutuhkan sebaran hujan yang merata sepanjang tahun

(3)

pertahun berkisar 3000 - 3500 mm, suhu dibutuhkan antara 20 – 36o

Sekalipun tanaman gambir tidak menghendaki tanah yang subur namun

bisaanya dipergunakan lahan dipinggir hutan yang baru buka atau belum pernah

dipergunakan sebelumnya yang letaknya miring / lereng bukit dan mudah

meresapkan air, karena tanaman gambir tidak dapat hidup/ berkembang pada air

yang tergenang (Solin, 2010).

C dengan

tingkat kelembaban 70 - 80%. Pertumbuhan lebih baik pada daerah yang memiliki

ruang terbuka (100%) atau dengan naungan maksimum sekitar 10%. Bila

diusahakan pada lokasi yang lebih banyak naungan akan mengurangi rendemen

getah (Sutarman, 2010).

Tanaman gambir mulai bisa dipanen pada saat tanaman berumur satu

setengah tahun, maka tingkat pengembalian investasi usaha gambir ini tidak

begitu lama dibandingkan dengan komoditas tanaman lain seperti cengkeh, kayu

manis, dan kemiri. Di samping itu, tanaman gambir memiliki sifat

toleran terhadap tanah-tanah marjinal dan berlereng. Sehingga, dengan

memperhatikan teknologi pengelolaan lahan miring, maka tanaman

gambir memiliki aspek konservasi yang baik. Gambir juga dapat bertahan lebih

lama bila disimpan dan tidak cepat rusak dibandingkan dengan hasil-hasil

tanaman hortikultura lainnya yang tidak bisa disimpan lebih lama. Faktor

lainnya yang lebih penting adalah tanaman ini dapat dipanen secara

berkelanjutan tergantung dari perawatan yang kita lakukan. Tanaman ini

bisa berumur puluhan tahun dan tetap bisa menghasilkan getah dengan baik

(4)

Tanah Inseptisol

Inseptisol berasal dari bahasa latin inceptum yang berarti mulai.

Perkembangan horizon genetik baru dimulai dalam inceptisol masih dianggap

lebih tua dibandingkan entisol. Secara khas Inceptisol mempunyai epipedon

okerik dan mungkin memiliki horizon diagnosis lainnya, tetapi memperlihatkan

sedikit bukti tentang pencucian dan penimbunan (Foth, 1994).

Inseptisol tersebar luas di Indonesia dengan luas 40.879.687 ha dari total

lahan kering masam di Indonesia yaitu 102.817.113 ha dengan penyebarannya

dominan terdapat di Sumatera (13.412.422 ha), Kalimantan (10.968.100 ha) dan

Papua (9.928.395 ha) sedangkan luasnya di Jawa, Bali dan Sulawesi berturut-turut

adalah 2.124.623 ha, 38.884 ha dan 4.407.263 ha (Mulyani et al, 2009).

Reaksi tanah inseptisol ada yang masam sampai agak masam

(pH 4,6 – 5,5) dan agak masam sampai netral (pH 5,6 – 6,8). Kandungan bahan

organik sebagian rendah sampai sedang dan sebagian lagi sedang sampai tinggi.

Kandungan bahan organik paling atas selalu lebih tinggi daripada lapisan bawah

dengan ratio C/N tergolong rendah (5 - 10) sampai sedang (10 - 18). Kandungan P

potensial rendah sampai tinggi dan K potensial sangat rendah sampai sedang.

Kandungan P potensial umumnya lebih tinggi dari pada K potensial, baik lapisan

atas maupun lapisan bawah. Jumlah basa-basa dapat tukar diseluruh lapisan

tergolong sedang sampai tinggi. Kompleks absorbs didominasi ion Mg dan Ca,

dengan kandungan ion K relatif rendah. Tanah Inceptisol didominasi oleh

kandungan liat yang relatif tinggi sehingga fiksasi kalium sangat kuat yang

mengakibatkan konsentrasi kalium pada larutan tanah berkurang. Kapasitas tukar

(5)

sampai tinggi. Secara umum disimpulkan kesuburan alami Inceptisol bervariasi

dari rendah sampai tinggi (Damanik et al, 2011).

pH Tanah

Bisaanya tanah-tanah masam umum di jumpai di daerah beriklim basah.

Dalam tanah tersebut konsentrasi ion H+ melebihi konsentrasi ion OH-.

Tanah-tanah ini dapat mengandung Al, Fe dan Mn terlarut dalam jumlah besar.

Asam-asam anorganik dan organik yang dihasilkan oleh penguraian bahan

organik tanah dapat mempengaruhi kemasaman tanah. Respirasi akar tanaman

menghasilkan CO2 yang akan membentuk H2CO3 dalam air. Air merupakan

sumber lain dari sejumlah kecil ion H+

Tanah secara alami dapat menjadi asam oleh curah hujan. Hampir semua

hujan yang turun ke bumi bersifat asam. Air hujan murni sebenarnya adalah air

destilasi, namun begitu turun melalui atmosfir dapat menjadi asam berpH 5,6

karena bereaksi dengan CO

di dalam tanah (Tan, 1998).

2 atmosfir akan menghasilkan ion H+, akibatnya pH

menjadi 5,6. Reaksinya : H2O + CO2 > H2CO3 > H+ + HCO3 <-> 2H+ +

CO3. Tanaman dan mikroorganisme juga menghasilkan CO2 melalui proses

respirasi. Selama periode pertumbuhan aktif akar tanaman dan organism tanah

menghasilkan CO2

Kemasaman di dalam tanah disebabkan ion H dan ion Al yang terdapat di

dalam tanah. Keberadaan H

tanah dan terlarut sehingga pH tanah menjadi lebih masam

(Mukhlis, et al, 2011).

+

di dalam tanah bersumber dari bahan organik tanah

(humus), bahan mineral liat dan mineral oksida, sedangkan Al bersumber dari

polimer Al dan Fe. Polimer Al merupakan penyebab utama kemasaman tanah

(6)

(humus), mengandung gugus hidroksil dan karboksil reaktif sebagai asam lemah

yang membebaskan H+. Kandungan bahan organik tanah yang beragam

dipengaruhi oleh factor lingkungan, vegetasi dan tanah. Sehingga sumbangannya

terhadap kemasaman tanah juga beragam (Damanik et al, 2011).

Banyak jenis bahan organik yang dapat mengasamkan tanah, tergantung

kepada tanaman dari bahan organik tersebut berasal. Beberapa tanaman

mengandung sejumlah asam organik. Begitu residunya terdekomposisi, asam

organik secara alami mempengaruhi kemasaman tanah. Beberapa tanaman

mengasamkan secara sederhana, karena rendahnya konsentrasi basa yang

dikandungnya. Jika tanaman tidak mengandung cukup basa untuk mencukupi

keperluan mikrobia, dekomposisi jaringan tanaman tidak hanya mengeluarkan

karbondioksida tetapi juga akan mengambil hara basa, seperti kalsium dan

magnesium (Mukhlis et al, 2011).

Kemasaman tanah sangat mempengaruhi ketersediaan N anorganik,

dimana pada pH rendah aktifitas mikroorganisme untuk mendekomposisi N

organik menjadi terhambat. N anorganik pada tanah mineral masam hasil

dekomposisi lebih banyak terakumulasi dalam bentuk NH4+, karena proses

nitrifikasi membentuk NO3- terhambat pada pH < 5,39 dan akan optimum

ketersediaan N dalam bentuk NO3-

Tanah-tanah di daerah beriklim basah bisaanya mengandung sedikit

mineral Ca dan Mg yang mudah lapuk. Curah hujan yang tinggi menyebabkan Ca

dan Mg hilang (leaching) dari tanah. Tanaman yang menyerap kation dapat

(7)

nitrifikasi NH4+

Pada pH rendah P akan banyak terfiksasi oleh kation-kation Al, Fe, dan

Mn. Ketersediaan kation-kation basa yang sangat rendah pada kemasaman yang

tinggi dan tingginya kelarutan kation-kation asam menyebabkan P lebih banyak

terfiksasi oleh kation-kation asam tersebut, serta aktifitas kation basa pada larutan

tanah dan daerah perakaran tanaman akan berkompetisi dengan kation-kation

asam dalam memanfaatkan tapak pertukaran (Barchia, 2009).

dari pupuk, limbah tanaman dan hewan atau bahan organik

(Damanik et al, 2011).

Unsur Hara Nitrogen

Nitrogen adalah salah satu unsur hara makro yang sangat penting

dan dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan diserap tanaman

dalam bentuk ion NH4+ (ammonium) dan ion NO

3-Unsur Nitrogen dari dalam tanah berasal dari hasil dekomposisi bahan

organik dan sisa-sisa tanaman maupun binatang, pemupukan (terutama urea dan

ammonium nitrat) dan air hujan (Hanafiah, 2005). Bahan organik mengandung

protein (N organik), selanjutnya dalam dekomposisi bahan organik protein akan

dilapuki oleh jasad-jasad renik menjadi asam-asam amino, kemudian menjadi

ammonium (NH4) dan nitrat (NO3) yang larut di dalam tanah. (nitrat). Ditinjau dari berbagai

hara nitrogen yang paling banyak mendapat perhatian. Hal ini disebabkan jumlah

nitrogen yang terdapat di dalam tanah sedikit sedangkan yang diangkut tanaman

dalam bentuk panenan setiap musim cukup banyak. Di samping itu senyawa

nitrogen anorganik sangat mudah larut dan mudah hilang dalam air drainase,

(8)

Bakteri yang berperan dalam dekomposisi ini adalah bakteri-bakteri nitrifikasi

(Damanik et al, 2011).

Nitrogen di dalam tanaman dijumpai baik dalam bentuk anorganik

maupun organik, yang berkombinasi dengan C,H, O, dan kadang-kadang dengan

S membentuk asam amino, enzim, asam nukleat, klorofil dan alkaloid. Walaupun

N anorganik terakumulasi dalam bentuk nitrat , akan tetapi bentuk N organik tetap

dominan di dalam tanaman sebagai senyawa protein yang mempunyai berat

molekul tinggi (Winarso, 2005).

Unsur Hara Fosfor

Unsur hara fosfor (P) adalah unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman

dalam jumlah yang banyak dan esensial bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian P

di dalam tanah umumnya tidak tersedia untuk tanaman, meskipun jumlah

totalnya lebih besar daripada nitrogen. Sumber utama P di dalam tanah terdiri dari

bentuk organik dan anorganik. P organik tanah contohnya antara lain:

asam nukleat, fitin dan turunannya, fosfolipid, fosfoprotein, inositol fosfat dan

fosfat metabolik. Sementara P anorganik berasal dari kerak bumi, dan hasil

dari pelapukan batuan dan mineral yang mengandung fosfor seperti mineral apatit

dan kandungannya mencapai 0,12% P (Damanik et al, 2011).

Di dalam tanah P terdapat dalam berbagai bentuk persenyawaan

yang sebagian besar tidak tersedia bagi tanaman. Sebagian besar pupuk yang

diberikan kedalam tanah tidak dapat digunakan tanaman karena bereaksi

dengan bahan-bahan tanah lainnya sehingga tidak dapat digunakan tanaman.

Sehingga nilai efisiensi pemupukan P pada umumnya rendah hingga sangat

(9)

ortofosfat primer (H2PO4-). Sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion fosfat

sekunder (HPO4-2). Kemasaman tanah (pH) sangat besar pengaruhnya terhadap

perbandingan serapan ion-ion tersebut, yaitu semakin masam kadar H2PO4-

makin besar sehingga makin banyak yang diserap tanaman dibandingkan dengan

HPO4-2. Sebagian besar tanah mempunyai pH dibawah 7, sehingga konsentrasi

H2PO4- lebih dominan dibandingkan dengan HPO4-2. Hal ini merupakan salah

satu faktor yang menyebabkan tanaman lebih banyak menyerap bentuk H2PO4

-dibandingkan HPO4-2

pH tanah dapat mempengaruhi bentuk-bentuk ion orthofosfat di dalam

tanah. Pada tanah masam bentuk ion H

. Bentuk-bentuk P yang lain juga ada yang diserap tanaman

akan tetapi jumlahnya sangat sedikit (Winarso, 2005).

2PO4- dijumpai lebih dominan sedangkan

pada tanah agak basa dan basa dijumpai bentuk ion HPO4-2 dan PO43-. Perubahan

bentuk ion fosfat berdasarkan keadaan pH tanah diperlihatkan melalui reaksi

berikut : H2PO4- H2O + HPO42- H2O + PO4

3-(Damanik et al, 2011).

Fosfat dalam tanaman dapat memisahkan diri sebagai H2PO4 dari organik

fosfat. Beberapa dari H2PO4 merupakan eksudat akar-akar tanaman. Fosfat juga

diproduksi oleh bakteri dan organism lain. Enzim fosfatase menghidrolisa fosfor

organik dari sisa-sisa bahan yang sudah mati yang membuatnya tersedia bagi

tanaman. Beberapa enzim yang lain juga aktif melakukan dekomposisi molekul

organik yang mengandung fosfat atau mineral fosfat. Sebagian besar fosfat yang

(10)

mengandung sebanyak setengah atau lebih dari fosfor tanah yang larut

(Yulipriyanto, 2010).

Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan hara fosfat di dalam tanah

melalui hasil pelapukannya yaitu asam-asam organik dan CO2. Asam-asam

organik seperti asam malonat, tartarat, humat, fulvik akan menghasilkan anion

organik. Anion-anion organik ini dapat mengikat logam-logam seperti Al, Fe dan

Ca dari dalam larutan tanah, kemudian membentuk senyawa komplek yang

bersifat sukar larut. Dengan pengikatan Al, Fe dan Ca ini, maka ion-ion akan

bebas dari pengikatan logam tersebut sehingga tersedia di dalam larutan tanah

(Damanik et al, 2011).

Unsur Hara Kalium

Kalium adalah unsur hara makro ketiga yang dibutuhkan tanaman dalam

jumlah yang banyak setelah nitrogen dan fosfor. Kadar kalium total di dalam

tanah pada umumnya cukup tinggi, dan diperkirakan mencapai 2,6% dari total

berat tanah, tetapi kalium yang tersedia di dalam tanah cukup rendah. Pemupukan

hara nitrogen dan fosfor dalam jumlah besar turut memperbesar serapan kalium

dari dalam tanah, ditambah lagi pencucian dan erosi menyebabkan kehilangan

kalium semakin besar (Damanik et al, 2011).

Kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K+. Tidak seperti halnya

dengan N dan P, unsur K di dalam tanaman tidak dalam bentuk senyawa organik.

Kalium sangat vital dalam proses fotosintesis. Apabila K defisiensi maka proses

fotosintesis akan turun, akan tetapi respirasi tanaman akan meningkat. Kejadian ii

akan menyebabkan banyak karbohidrat yang ada dalam jaringan tanaman tersebut

(11)

pembentukan bagian-bagian tanaman akan berkurang akhirnya pertumbuhan dan

produksi tanaman berkurang (Winarso, 2005).

Jumlah kalium total dalam tanah cukup besar, tetapi ketersediannya bagi

pertumbuhan tanaman sangat sedikit. Sebagian besar kalium ditahan oleh struktur

mineral, atau di dalam lapisan mineral liat, dan tersedia sangat lambat.

Pembebasan K dari mineral bisaanya tidak cukup bagi tanaman. Ketersediaan K

tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pH namun demikian serapan oleh tanaman

dapat dibatasi bila kelembabannya tidak cukup. Bila K dapat digunakan dalam

jumlah besar oleh tanaman maka harus ada penggantian K dalam tanah dengan

memberinya pupuk organik ataupun anorganik (Yulipriyanto,2010).

Kehilangan kalium dari tanah dapat terjadi dengan beberapa cara seperti:

terangkut tanaman bersama pemanenan, tercuci, tererosi dan terfiksasi.

Kehilangan kalium akibat tercuci merupakan kehilangan yang terbesar. Jumlah

kalium yang hiang bersama air atau tercuci adalah sangat besar, dan kehilangan

ini dapat mencapai 25 kg per hektar per tahun, bahkan bisa lebih besar. Besarnya

kalium akibat tercuci ini sangat tergantung pada faktor tanah seperti: tekstur

tanah, kapasitas tukar kation, pH tanah dan jenis tanah (Damanik et al, 2011).

Unsur Hara Kalsium

Kalsium dan magnesium adalah unsur hara makro sekunder yang juga

dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Kedua unsur ini sering diaplikasikan

ke dalam tanah dalam bentuk kapur, terutama pada tanah yang bereaksi masam

untuk menaikkan pH tanah. Kedua unsur ini mempunyai perilaku dan sifat yang

hampir sama, dan merupakan kation-kation utama pada kompleks perukaran

(12)

Ketersediaan Ca dan Mg terkait dengan kapasitas tukar kation (KTK) dan

persen kejenuhan basa-basa (Ca, Mg, K dan Na). Kejenuhan basa yang rendah

mencerminkan ketersediaan Ca dan Mg yang rendah. Jika dibandingkan,

keterikatan Mg pada situs pertukaran kation lebih lemah dibandingkan Ca,

sehingga umumnya kadar Ca tanah lebih tinggi dibanding Mg. Oleh karena itu,

kehilangan lewat pelindian dan defisiensi Mg lebih sering menjadi masalah.

Defisiensi Ca umumnya dijumpai pada kondisi sangat masam dengan kejenuhan

Ca rendah (Hanafiah, 2005).

Kalsium diserap tanaman sebagai bentuk kation Ca2+. Ion kalsium diambil

tanaman dapat berasal dari larutan tanah dan dipermukaan liat (bentuk dapat

ditukar) melalui intersepsi akar atau kontak pertukaran. Berdasarkan penelitian

kadar Ca2+ dalam larutan tanah sekitar 15 ppm cukup untuk pertumbuhan tanaman

jagung dengan produksi tinggi, sedangkan untuk media tumbuh tanaman berupa

larutan biasanya dibutuhkan konsentrasi sekitar 100 hingga 300 ppm. Kadar Ca2+

Kapasitas tanah untuk mensuplai Ca untuk tanaman tergantung pada KTK

tanah, kejenuhan Ca pada KTK, dan koefisien kation-kation yang dapat

dipertukarkan. Perubahan dari kondisi yang cukup tersedia ke defisiensi terjadi

pada saat sistem tanah kehilangan dari Ca yang disebabkan oleh terjadinya deplesi

dari sumber Ca. Tanah mineral masam dengan kapasitas pertukaran kation yang

rendah mengandung tidak cukup Ca untuk pertumbuhan tanaman

(Barchia, 2009).

dalam larutan tanah pada daerah-daerah dengan curah hujan tinggi biasanya

(13)

Unsur Hara Magnesium

Magnesium diserap tanaman dalam bentuk kation Mg2+

Ketersediaan Mg untuk pertumbuhan tanaman tergantung pada tingkat

ketersediaan Mg yang dapat dipertukarkan dan konsentrasi Mg dalam larutan

tanah yang dapat ditransportasikan ke akar tanaman melalui aliran massa. Saat pH

turun, akan terjadi penurunan dari Mg yang ada di tapak pertukaran karena adanya

reduksi muatan negatif tergantung pH, Mg akan tersedia pada larutan tanah dan

selanjutnya akan mudah hilang melalui pencucian. Kation Mg adalah kompetitor

yang buruk dibanding Al dan Ca pada tapak pertukaran sehingga akan mudah

hilang dari lapisan olah tanah sebagai akibat dari pemasaman tanah

(Barchia, 2009).

. Sebagian besar

Mg tersebut diambil tanaman dari larutan tanah melalui aliran massa, sedangkan

melalui intersepsi sangat sedikit. Jumlah Mg yang diserap tanaman lebih sedikit

dibandingkan Ca atau K. Konsentrasi Mg dalam media larutan tanaman bisaanya

sangat sesuai pada variasi antara 30 hingga 100 ppm (Winarso, 2005).

Seperti halnya Ca di dalam tanah Mg terdapat di larutan tanah dan dalam

kesetimbangan dengan tapak-tapak jerapan tanah, sehingga dapat saling

dipertukarkan. Biasanya kadar Mg lebih rendah dibandingkan dengan Ca, hal ini

disebabkan Mg lebih lemah diikat oleh tapak-tapak jerapan dibandingkan dengan

Ca sehingga lebih peka terhadap pencucian. Serapan Mg berkurang pada

tanah-tanah yang sangat masam, karena tingginya Almunium dapat ditukar. Tanah-tanah-tanah

yang mempunyai persen kejenuhan Al sekitar 65 hingga 70% sudah sering

(14)

Keadaan tanah yang dilewati oleh air hujan, dapat menyebabkan

tercucinya kation-kation basa seperti Ca dan Mg. Kation basa yang hilang tersebut

kedudukannya di tapak jerapan akan digantikan oleh kation-kation masam seperti

Al, H dan Mn. Oleh karena itu tanah-tanah yang terbentuk pada lahan dengan

curah hujan tinggi bisaanya lebih masam dibandingkan pada tanah-tanah pada

lahan kering atau arid (Winarso, 2005).

Hubungan Pembukaan Lahan dan Posisi Lahan Terhadap Status Hara

Tanah

Tanah yang subur akan produktif jika dikelola dengan tepat, menggunakan

teknik pengelolaan dan jenis tanaman yang sesuai. Pengelolaan tanah yang tidak

tepat dapat menyebabkan penurunan tingkat kesuburan tanah, sehingga mencapai

suatu kondisi dimana penambahan unsur hara melalui pemupukan mutlak

diperlukan agar diperoleh pertumbuhan dan perkembangan tanah yang optimum.

(Damanik et al, 2011).

Pembukaan lahan dengan cara teknik tanpa bakar dilakuan dengan

menebang vegetasi yang tidak diinginkan kemudian ditumpuk dan dibiarkan

terdekomposisi secara alami tanpa ada kegiatan pembakaran, sehingga dapat

mempertahankan struktur dan kesuburan tanah serta dapat menjaga kelestarian

lingkungan (Onrizal, 2005). Hasil penelitian dari Rahmawati (2007) dampak dari

pembukaan lahan pada kawasan hutan menyebabkan terjadinya peningkatan Bulk

Density, serta penurunan permeabilitas, porositas dan kadar air. Pada sifat kimia

tanah terjadi penurunan nilai C-Organik tanah, N-total, P-tersedia, K-tersedia dan

(15)

disebabkan oleh semakin menurunnya kandungan bahan organik dalam tanah

yang diakibatkan oleh adanya leaching (pencucian) akibat penebangan.

Pada lahan dengan curah hujan tinggi umumnya kemasaman meningkat

sesuai dengan kedalaman lapisan tanah, sehingga kehilangan top soil oleh erosi

dapat menyebabkan lapisan olah tanah menjadi lebih masam. Hal ini disebabkan

oleh lapisan olah tanah didominasi oleh subsoil dibandingkan oleh topsoil, karena

top soil banyak yang hilang. Walaupun demikian ada daerah yang mempunyai

subsoil dengan pH lebih tinggi dibandingkan topsoilnya (Winarso, 2005).

Kemiringan lereng dan panjang lereng adalah dua sifat topografi yang

paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Selain dari memperbesar

jumlah aliran permukaan, semakin curam lereng juga memperbesar kecepatan

aliran permukaan. Semakin miringnya lereng maka jumlah butir-butir tanah yang

terpercik ke bagian bawah lereng oleh tumbukan butir-butir hujan semakin banyak

(Arsyad, 2010). Sedangkan semakin panjang lereng, maka kecepatan aliran

permukaan akan makin besar dan kuat sehingga terkikisnya tanahpun makin besar

(Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).

Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah

dari suatu tempat ke tempat lain oleh air atau angin. Erosi menyebabkan hilangnya

lapisan tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta

berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Kerusakan

yang dialami pada tanah tempat terjadi erosi berupa kemunduran sifat-sifat kimia

dan fisika tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik, dan

meningkatnya kepadatan serta ketahanan penetrasi tanah, menurunnya kapasitas

(16)

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu kabupaten baru yang

terbentuk pada tahun 2003 yang merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Dairi

di Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis, kabupaten Pakpak Bharat terletak

diantara koordinat 02°15’49” - 02°47’08” LU dan 98°4’12” - 98°28’01” BT.

Batas administrasi Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi

- Sebelah Timur berbatasan denganKabupaten Toba Samosir

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten

Humbang Hasundutan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil dan Kota

Subulussalam Provinsi Aceh.

Luas Kabupaten Pakpak Bharat adalah 135.610 Ha, yang terdiri dari 8

kecamatan (52 desa) yakni Kecamatan Salak, Kecamatan Kerajaan, Kecamatan

SitelluTali Urang Jehe, Kecamatan Tinada, Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan

Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan Pergetteng Getteng Sengkut dan Kecamatan

Pagindar.

Pada umumnya Kabupaten Pakpak Bharat berada pada ketinggian rata-rata

antara 250-1.400 meter di atas permukaan laut. Dilihat dari kemiringan lerengnya,

Kabupaten Pakpak Bharat memiliki keadaan lereng yang bervariasi yaitu mulai

dari datar, berombak, bergelombang, curam hingga terjal. Suhu udara rata-rata

berkisar antara 18o sampai 28oC dengan curah hujan sekitar 3161 mm/tahun..

(17)

Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebanyak 40.884 jiwa pada tahun 2011, yang

terdiri dari 20.676 jiwa penduduk laki-laki dan 20.208 jiwa penduduk perempuan .

Daerah kabupaten Pakpak Bharat tergolong daerah agraris dimana sektor

pertanian lebih dominan dari sektor lainnya, oleh karenanya kabupaten Pakpak

Bharat meningkatkan potensi sektor pertanian terutama gambir dan kemenyan

sebagai pilar perekonomiannya. Daerah ini juga punya potensi kopi Arabica,

karet, kelapa sawit dan kayu manis. Sektor pertanian ini mendominasi struktur

PDRB paling besar di Kabupaten Pakpak Bharat yaitu sebesar 63,16 persen

Referensi

Dokumen terkait

Output dari penelitian ini menyarankan agar laju perubahan organisasional dilakukan dengan tepat, yaitu ritme perubahan organisasional yang beraturan (regular) untuk

Berdasarkan beberapa konsep di muka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah perencanaan dan pengelolaan pembelajaran, meliputi tujuan, materi ajar,

As a data collection technique, creative drama sessions were conducted with the students to examine their perceptions about the life sciences classes according to some variables

Hal tersebut juga di nyatakan oleh Bukit (2003) bahwa semakin besar EVA suatu perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan, semakin besar keuntungan yang

Dari Hasil Survei Kehutanan 2014 (SKH2014) , banyaknya rumah tangga yang sumber pendapatan utamanya dari memungut hasil hutan/menangkap satwa liar sebesar

Kenyataan yang terjadi didalam praktek, resiko yang diperalihkan tertanggung kepada penanggung itu tidak senantiasa terjadi, dengan demikian bahwa setiap resiko atau bahaya

Untuk bahan penguat berupa potongan rambut tersebut mendapat perlakuan terlebih dahulu sebelum dibuat menjadi komposit yaitu melalui proses alkalisasi dengan menggunakan

kepada saya dengan bersungguh-sungguh. 5 Saya mempunyai tujuan dan cara kerja yang terstruktur untuk mencapainya. 6 Saya membutuhkan banyak waktu persiapan sebelum melakukan