• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

No. 81/12/33 Th. VIII, 23 Desember 2014

K

ONDISI

S

OSIAL

E

KONOMI

M

ASYARAKAT

DI

S

EKITAR

K

AWASAN

H

UTAN

J

AWA

T

ENGAH

T

AHUN

2014

PERSENTASE RUMAH TANGGA DI SEKITAR KAWASAN HUTAN YANG MENGUASAI LAHAN KAWASAN HUTAN SEBESAR 18,60 PERSEN

1. PENDAHULUAN

Target Nawa Cita ke-3 dan ke-4 yang dihubungkan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah implementasi Undang-Undang Desa (hutan desa dan kelompok tani hutan), perlindungan lingkungan hidup, serta memberantas penebangan liar. Data ST2013 subsektor (SKH 2014) dapat dimanfaatkan untuk pengambilan kebijakan dalam upaya mencapai target Nawa Cita tersebut. Untuk itu data ST2013 subsektor (SKH 2014) yang dihasilkan harus berkualitas, up to date, cepat, dan akurat.

 Persentase rumah tangga di sekitar kawasan hutan yang menguasai lahan kawasan hutan

18,60 persen; tidak ada rumah tangga yang melakukan perladangan berpindah.

 Persentase rumah tangga di sekitar kawasan hutan yang mengetahui keberadaan kawasan hutan

di sekitar tempat tinggal 85,57 persen; 18,67 persen diantaranya tidak mengetahui batas kawasan hutan dan 0,87 persen menyatakan tidak ada batas kawasan hutan.

 Persentase rumah tangga di sekitar kawasan hutan yang melakukan pemungutan hasil hutan

26,11 persen.

 Persentase rumah tangga yang sumber pendapatannya dari memungut hasil hutan/menangkap

satwa liar sebesar 5,89 persen; 9,71 persen diantaranya menjadikan memungut hasil hutan/ menangkap satwa liar sebagai pendapatan utama.

(2)

Survei Kawasan Hutan (SKH 2014) merupakan rangkaian dari kegiatan ST2013 yang dirancang untuk menyediakan informasi mengenai profil sosial ekonomi kehidupan rumah tangga di sekitar kawasan hutan. Kegiatan SKH 2014 dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2014 di seluruh provinsi kecuali Provinsi DKI Jakarta.

SKH 2004 dan SKH 2014 menyajikan informasi mengenai rumah tangga di sekitar kawasan hutan yang menguasai lahan kawasan hutan, melakukan perladangan berpindah, pengetahuan tentang keberadaan kawasan hutan di sekitar tempat tinggal, pengetahuan tentang batas kawasan hutan, dan rumah tangga di sekitar kawasan hutan yang melakukan pemungutan hasil hutan/ penangkapan satwa liar.

2. KEADAAN SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA DI SEKITAR KAWASAN HUTAN

A. Penguasaan Lahan Kawasan Hutan

Hasil Survei Rumah Tangga di Kawasan Hutan 2014 (SKH 2014) menunjukkan bahwa terdapat 1,62 jutarumah tangga yang tinggal di kawasan hutan, sedangkan jumlah rumah tangga yang tinggal di kawasan hutan pada tahun 2004 sebanyak 1,47 juta rumah tangga. Dari jumlah rumah tangga yang tinggal di kawasan hutan tahun 2014, sebesar 18,60 persen diantaranya atau sebesar 300,46 rumah tangga menguasai lahan kawasan hutan.

Gambar 1 .

(3)

Gambar 2 .

Persentase Rumah Tangga yang Menguasai Lahan Kawasan Hutan, 2014

18,6% 81,4% Menguasai lahan kawasan hutan Tidak menguasai lahan kawasan hutan B. PerladanganBerpindah

Perladangan tradisional yang dilakukan secara berpindah di kawasan hutan biasanya dilakukan oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan. Hasil survei rumah tangga di kawasan hutan 2004 (SKH 2004) menunjukkan banyaknya rumah tangga yang melakukan perladangan berpindah sebesar 0,74 persen, sedangkan dari hasil Survei Kehutanan 2014 (SKH 2014) tidak ada rumah tangga yang melakukan perladangan berpindah. Hal ini disebabkan karena pola perladangan di masyarakat saat ini sudah beralih ke cara pertanian modern, seperti: penggunaan pupuk, pestisida, dan lain-lain.

Tabel 1.

Jumlah dan Persentase Rumah Tangga di Sekitar Kawasan Hutan yang Melakukan Perladangan Berpindah, 2004 dan 2014

Uraian 2004 2014

(1) (2) (3)

Jumlah rumah tangga di kawasan hutan 1.474.978 1.615.661 Jumlah rumah tangga yang melakukan perladangan

berpindah di kawasan hutan 10.894 0

(4)

15,64%

84,36%

14,43%

85,57%

C. Pengetahuan Masyarakat Terhadap Keberadaan Kawasan Hutan

Kawasan hutan merupakan suatu daerah yang keberadaannya ditetapkan oleh pemerintah. Dari hasil survei rumah tangga di kawasan hutan 2014 (SKH 2014), masyarakat di sekitar kawasan hutan yang mengetahui keberadaan kawasan hutan sebesar 85,57 persen dan yang tidak mengetahui sebesar 14,43 persen. Sedangkan dari Survei Kehutanan 2004 (SKH 2004), menunjukkan masyarakat di sekitar kawasan hutan yang mengetahui keberadaan kawasan hutan sebesar 84,36 persen dan tidak mengetahui sebesar 15,64 persen.

Gambar 3.

Persentase Rumah Tangga

yang Mengetahui Keberadaan Kawasan Hutan, 2004 dan 2014

(5)

D. Pengetahuan Masyarakat Tentang Batas Kawasan Hutan

Menurut hasil Survei Kehutanan 2014 (SKH 2014), masyarakat yang mengetahui keberadaan kawasan hutan, 80,46 persen diantaranya yang mengetahui adanya batas kawasan hutan berupa pal/tanda batas, jalan, sungai, dan lainnya, sementara 0,87 persennya menyatakan tidak ada batas kawasan hutan, dan sisanya 18,67 persen tidak mengetahui adanya batas kawasan hutan. Dibandingkan dengan hasil Survei Rumah Tangga Kawasan Kehutanan 2004, angka ini mengalami penurunan masing-masing sekitar empat persen untuk tingkat masyarakat yang mengetahui adanya batas kawasan hutan dan untuk masyarakat yang menyatakan tidak ada batas kawasan hutan.

Tabel 2.

Persentase Rumah Tangga di Sekitar Kawasan Hutan Yang Mengetahui Batas Kawasan Hutan, 2004 dan 2014

Uraian 2004 2014

(1) (2) (3)

Ada Batas Kawasan Hutan 84,70% 80,46%

Tidak Ada Batas Kawasan Hutan 4,49% 0,87%

Tidak Mengetahui Adanya Batas Kawasan Hutan 10,81% 18,67%

Jumlah 100,00% 100,00%

E. Pemungutan Hasil Hutan/Penangkapan Satwa Liar

Hutan merupakan sumber daya alam yang juga merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Dari hasil Survei Kehutanan 2014 (SKH 2014) rumah tangga di sekitar kawasan hutan yang melakukan pemungutan hasil hutan/penangkapan satwa liar sebanyak 26,11 persen.

(6)

Gambar 4.

Persentase Rumah Tangga di Sekitar Kawasan Hutan

Yang Melakukan Pemungutan Hasil Hutan/Penangkapan Satwa Liar, 2014

26,11% 73,89% Melakukan pemungutan hasil hutan/penangkapan satwa liar Tidak melakukan pemungutan hasil hutan/penangkapan satwa liar

F. Rumah Tangga yang Sumber Pendapatannya dari Memungut Hasil Hutan/Menangkap Satwa Liar

Hasil ST2013 subsektor menunjukkan bahwa masih banyak rumah tangga yang menggantungkan sumber pendapatan hidupnya dari memungut hasil hutan/menangkap satwa liar. Rumah tangga yang memungut hasil hutan/menangkap satwa liar sebesar 5,89 persen dari total rumah tangga yang berada di sekitar kawasan hutan.

Gambar 5.

Persentase Rumah Tangga yang Sumber Pendapatannya dari Memungut Hasil Hutan/Menangkap Satwa Liar, 2014

5,89%

94,11%

Rumah tangga yang sumber pendapatannya dari memungut hasil hutan/menangkap satwa liar

Rumah tangga yang sumber pendapatannya bukan dari memungut hasil hutan/menangkap satwa liar

(7)

G. Rumah Tangga yang Sumber Pendapatan Utamanya dari Memungut Hasil Hutan/ Menangkap Satwa Liar

Memungut hasil hutan/menangkap satwa liar masih menjadi salah satu sumber penghasilan utama masyarakat di sekitar kawasan hutan. Dari Hasil Survei Kehutanan 2014 (SKH2014), banyaknya rumah tangga yang sumber pendapatan utamanya dari memungut hasil hutan/menangkap satwa liar sebesar 9,71 persen dari total rumah tangga yang memungut hasil hutan/menangkap satwa liar.

Gambar 6.

Persentase Rumah Tangga yang Sumber Pendapatan Utamanya dari Memungut Hasil Hutan/Menangkap Satwa Liar, 2014

9,71%

90,29%

Rumah tangga yang sumber pendapatan utamanya dari memungut hasil hutan/menangkap satwa liar

Rumah tangga yang sumber pendapatan utamanya bukan dari memungut hasil hutan/menangkap satwa liar

3. METODOLOGI, KONSEP, DAN DEFINISI

A. Metodologi

Metode sampling yang digunakan adalah metode sampling dua tahap terstratifikasi. Pada tahap pertama, dari kerangka sampel blok sensus, dipilih sejumlah blok sensus secara probability proportional to size sistematik dengan size jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran. Tahap kedua, dari kerangka sampel rumah tangga dipilih sejumlah rumah tangga secara sistematik.

(8)

Sesuai dengan metode sampling yang digunakan, kerangka sampel yang digunakan juga ada 2 jenis. Untuk pemilihan blok sensus, kerangka sampel yang digunakan yaitu daftar blok sensus biasa dan blok sensus persiapan bermuatan cakupan ST2013 pada desa-desa yang terletak di kawasan hutan dan diurutkan menurut strata. Identifikasi desa kawasan hutan diperoleh dari hasil overlay peta kawasan hutan dengan peta desa. Blok sensus yang memenuhi syarat adalah blok sensus yang memiliki jumlah eligible rumah tangga sebanyak 10 atau lebih. Sedangkan, kerangka sampel untuk pemilihan sampel rumah tangga, yaitu daftar nama kepala rumah tangga hasil pemutakhiran rumah tangga pada blok sensus terpilih.

B. Konsep dan Definisi

Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Rumah tangga di sekitar kawasan hutan adalah rumah tangga yang bermukim di desa yang berada di dalam dan di tepi kawasan hutan.

Perladangan berpindah adalah suatu kegiatan usaha tani tanaman semusim/pangan secara tradisional/pindah-pindah di dalam maupun di luar kawasan hutan tanpa memperhatikan aspek pelestarian sumber daya hutan, tanah, dan air.

Pemungutan hasil hutan/Penangkapan Satwa Liar adalah kegiatan memungut/ mengambil hasil hutan dan juga menangkap satwa-satwa liar di hutan seperti: memungut kayu, getah, kulit kayu, buah-buahan, rumput, rotan, tumbuhan obat, gaharu, serta menangkap ayam hutan, babi hutan, rusa, dan sebagainya.

Referensi

Dokumen terkait

Korelasi yang tinggi antara jumlah anakan total, tinggi tanaman, panjang malai dan persentase gabah hampa dengan bobot gabah per rumpun merupakan akibat dari

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia telah menetapkan fatwa berkenaan dengan wakaf tunai yang menyatakan bahwa (1) wakaf uang (cash wakaf atau waqf al-Nuqud) adalah wakaf

Najiburohman,

Kepahlawan dalam film adalah tokoh pemeran utama dari sebuah film yang bertemakan kepahlawanan, biasanya dalam film tokoh utama (pahlawan) selalu membantu

Kebijakan hukum pidana terhadap perlindungan anak korban dari tindak pidana kekerasan fisik dalam rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam pasal 76c, bahwa pelaku

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, dapat dilihat pada tabel 3 yang menyajikan bahwa kepemilikan manajerial memiliki nilai probabilitas (p-value) 0,1051

Penelitian ini bertujuan menganalisis kondisi produksi dan daerah penangkapan udang, menganalisis pola dinamis penurunan hasil tangkapan udang akibat pengaruh pengendapan dan

Set kesempatan investasi tidak mampu memoderasi hubungan antara keputusan pendanaan terhadap nilai pemegang saham, dengan nilai signifikan sebesar 0,998 lebih dari 0,05. Kata kunci