• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah filsafat Dan hakikat kurikulum.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah filsafat Dan hakikat kurikulum.doc"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan di bumi nusantara pada pra-kemerdekaan benar-benar berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Dimana pemerintah Belanda tidak membiarkan sedikitpun anak-anak bangsa mendapat pendidikan yang layak dan seharusnya. Kalaupun toh ada proses pendidikan yang terjadi, bisa dipastikan bahwa hal tersebut berada di bawah diktean serta pengaruh tangan besi yang membabi buta dari penjajah kolonial. Hasilnya, bangsa ini dididik untuk mengabdi sekaligus menjadi budak mereka. Karena yang terpenting bagi mereka adalah; meraup keuntungan dan kekayaan sebanyak yang mereka bisa dari tanah air kita tercinta.

Setelah kemerdekaan, masalah pendidikan menjadi semakin kompleks. Dan tidak hanya bagi Negara Indonesia, bagi Negara diseluruh duniapun—untuk menjadi Negara yang maju, harus ditopang dengan pendidikan yang maju pula. Nah, pendidikan yang maju ini baru bisa dicapai jika system (kurikulum) pendidikannya baik. Jika boleh meminjam perkataan dari salah satu dosen di INSTIKA, “tanpa kurikulum, pendidikan akan mandek (Syafikurrahman, M. Pd)”. Disitulah letak mengapa kurikulum begitu urgen dalam proses pendidikan.

Sebagaimana dalam Islam kita diajarkan bahwa iman merupakan dasar. Begitupun dalam kurikulum dimana ada beberapa hal yang cukup mendasar, dan beberapa hal tersebut akan kami bahas beserta kurikulum pendidikan Islam, khususnya di Indonesia pada makalah kami kali ini.

2. Rumusan Pembahasan A. Apa Pengertian Kurikulum?

B. Bagaimana Prinsip-Prinsip Kurikulum?

(2)

3. Tujuan Penulisan

A. Supaya Mengetahui Pengertian Kurikulum B. Supaya Mengetahui Prinsip-Prinsip Kurikulum

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum

Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang berarti pelari, atau curere yang berarti tempat berpacu atau jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olahraga yang disebut juga “a little race course” (suatu jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olahraga, biasanya berbentuk melingkar). jika pengertian ini kita kaitkan dengan dunia pendidikan, maka dinamakan “circle of instruction”, yaitu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya.1

Dalam bahasa Arab, kurikulum dikenal dengan kata “manhaj” yang berarti jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui manusia dalam berbagai bidang kehidupannya. Sedangkan dalam pendidikan, manhaj atau kurikulum adalah jalan terang yang dilalui pendidik (guru) dan orang yang di didik (murid), demi berkembangnya pengetahuan, keterampilan, serta sikap murid tersebut. Jadi,

manhaj dalam pendidikan Islam bisa dikatakan sebagai seperangkat media dan perencanaan yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan, dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.

Sedangkan makna kurikulum secara luas dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu; tradisional, modern, dan masa kini.2

1. Pengertian Kurikulum Secara Tradisional

Traditionally, the curriculum has mean the subject taught in school, or the course of study (kurikulum adalah mata pelajaran yang diajarkan di sekolah atau bidang studi. Jadi, berdasarkan pada pengertian ini, yang dimaksud dengan kurikulum adalah semua bidang studi yang diberikan dalam lembaga pendidikan).

2. Pengertian Kurikulum Secara Modern

1 Arifuddin Arif, S. Ag., M. Pd. I, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kultura, 2008). 79 2 Novan Ardy Wiyana & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep Pendidikan

(4)

The curriculum is looked as being composed of all the actual experience pupils have under school direction, writing a course of study become but small part of curriculum (kurikulum adalah semua pengalaman actual yang dimiliki peserta didik di bawah pengaruh sekolah, sementara bidang studi adalah bagisn kecil dari program kurikulum secara keseluruhan). Dalam hal ini kurikulum diartikan sebagai semua pengalaman peserta didik di bawah tanggung jawab sekolah.

3. Pengertian Kurikulum di Masa Kini

Curriculum is the strategy with we us in adapting this cultural geritage to purpose of the school (kurikulum adalah strategi yang digunakan untuk mengadaptasikan kultur dalam mencapai tujuan sekolah).

Para pakar pendidikan mendefinisikan kurikulum sebagai berikut:

 Saylor dan Alexander merumuskan kurikulum sebagai the total effort of the

school situations, artinya bahwa kurikulum merupakan keseluruhan usaha yang dilakukan oleh lembaga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

 Smith mengartikan kurikulum sebagai a sequence of potential experiences of

disciplining children and youth in group ways of thinking and acting. Dengan definisi ini, kurikulum dipakai sebagai seperangkat usaha atau upaya pendidikan yang bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan hidup bermasyarakat.

 Harold Rugg mengartikan kuriklum sebagai the entire program of the shool, it

is the essential means of education. It is everything the students and their teacher do. Artinya kurikulum adalah program sekolah yang di dalamnya terdapat semua anak didik dan pekerjaan guru-guru mereka.3

B. Prinsip-Prinsip Kurikulum

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Bapak Syafikurrahman (dosen pengantar kurikulum di INSTIKA), tentang prinsip dan landasan kurikulum beberapa pekan yang lalu. Disebutkan bahwa dalam kurikulum terdapat dua

(5)

prinsip yakni prinsip umum dan prinsip khusus. Namun, pada kali ini kami hanya akan memfokuskan pada prinsip umum kurikulum.

Prinsip umum kurikulum itu ada lima yakni: 1. Prinsip Relevansi (kesesuaian)

Kurikulum harus relevan, dalam hal ini terdapat dua relevansi. Relevansi keluar (eksternal) dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri (internal). Relevansi keluar artinya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan atau sesuai dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Relevansi ke dalam artinya ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum (yakni antara tujuan, isi, proses dan evaluasi). Relevansi ke dalam ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.

2. Prinsip Fleksibelitas (lentur)

Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel. Artinya dalam hal ini kurikulum hendaknya berisi hal-hal yang solid, tapi dalam pelaksanaanya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan dan latar belakang anak.

3. Prinsip Kontinuitas (berkesinambungan)

Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung scara berkesinambungan. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas dan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang pendidikan lainnya. Juga antara jenjang pendidikan dan pekerjaan

4. Prinsip Praktis atau Efisien

(6)

keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal, tetapi juga praktis.

5. Prinsip Efektifitas (pencapaian tujuan)

Walaupun kurikulum tersebut harus murah dan sederhana, keberhasilannya tetap harus diperhatikan. Artinya, kurikulum harus mencapai tujuan yang diinginkan. Baik seara kuantitas maupun kualitas. Tidak cuma itu, kurikulum harus bisa efektif tidak hanya pada peserta didik, tetapi juga hrus bisa efektif terhadap pendidik.

Jika pada penjelasan di atas merupakan prinsip kurikulum secara umum, maka dalam kurikulum pendidikan Islam setidaknya ada tujuh prinsip yang harus dianut:

a. Pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran dan nilainya. Artinya; segala yang berkaitan dengan kurikulum termasuk falsafah, tujuan, kandungan metode mengajar dan cara-cara perlakuan serta hubungan yang berlaku dalam lembaga pendidikan harus berdasarkan agama Islam.

b. Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan dan kandungan kurikulum. Misalkan dalam kurikulum tujuannya harus meliputi semua aspek pribadi pelajar, maka kandungannya pun haurs meliputi semua yang berguna untuk membina pribadi anak didik yang berpadu dengan pembinaan akidah, akal, dan jasmaninya.4

c. Keseimbangan yang relatif antara tujuan dan kandungan kurikulum. Misal, kalau perhatian pada aspek spiritual dan ilmu syariat lebih besar, maka aspek spiritual tidak boleh melebihi aspek penting yang lain dalam kehidupan, dan juga tidak boleh melampaui ilmu, seni, dan kegiatan yang harus diadakan untuk individu masyarakat.

d. Berkaitan dengan bakat dan minat, kemampuan, kebutuhan pelajar, begitu pula dengan alam sekitar fisik dan sosial tempat pelajar itu hidup dan berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan, kemahiran, pengalaman yang merubah sikapnya. Mengingat, dengan memelihara prinsip ini, kurikulum

(7)

akan lebih sesuai dengan semua anak didik. Juga lebih memenuhi kebutuhannya serta lebih sejalan dengan suasana alam sekitar dan kebutuhan masyarakat.

e. Prinsip perkembangan dan perubahan Islam yang menjadi sumber pengambilan falsafah, prinsip, dan dasar kurikulum. Dimana metode mengejar pendidkan islam mencela sifat membeo (taqlid) secara membabi buta ataupun bertahan serta mengikuti ajaran yang diwariskan tampa melakukan reserve. Islam mengalahkan perkembangan dan perubahan yang berlaku dalam kehidupan.

f. Pertautan antara mata pelajaran dan aktiva (pengalaman aktivitas) yang terkandung dalam kurikulum. Begitu juga dengan pertautan antara kandungan kurikulum dan kebutuhan murid, kebutuhan masyarakat, tuntutan zaman tempat pelajar berada, serta perkembangan yang logis yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat murid.

Pada dasarnya prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam diarahkan sepenuhnya terhadap tujuan ajaran islam. Oleh karena itu, semua komponen kurikulum harus berbasis kepada sumber ajaran islam, yakni al-Quran dan as-Sunnah, baik secara lansung maupun tidak langsung.

C. Ciri-Ciri Khusus Kurikulum Pendidikan Islam

Dari refrensi yang kami dapat, setidaknya ada enam ciri-ciri khusus dalam kurikulum pendidikan Islam:

1. Dalam kurikulum pendidikan Islam, tujuan utamanya adalah pembinaan anak didik untuk bertauhid. Oleh karena itu, semua sumber yang dirunut berasal dari ajaran Islam;

2. Kurikulum harus disesuaikan dengan fitrah manusia, yakni sebagai makhluk yang memiliki keyakinan pada Tuhan (makhluk yang beriman);

3. Kurikulum yang disajikan merupakan hasil pengujian materi yang berlandaskan kepada al-Quran dan as-Sunnah.

(8)

5. Pembinaan akhlak anak didik, sehingga pergaulannya tidak keluar dari tuntunan islam.

6. Tidak ada kedaluarsa dalam kurikulum karena ciri has kurikulum pendidikan islam senantiasa relevan dengan pengembangan zaman bahkan menjadi filter kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya didalam kehidupan masyarakat.5

Menurut al-Syaibaniy, diantara ciri-ciri kurikulum pendidikan islam itu adalah:

1. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan kandungan, kaedah, alat dan tekniknya.

2. Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan serta bimbingan terhadap segala aspek peribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, social, dan spiritual. Begitu juga cakupan kandungannya termasuk bidang ilmu, tugas dan kegiatan yang bermacam-macam.

3. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi juga meliputi seni, aktifitas pendidkan jasmani, teknik, keterampilan, kemampuan, keperluan dan perbedaan individu antara siswa. Disamping itu, juga keterkaitannya dengan alam sekitar budaya dan social dimana kurikulum itu dilaksanakan.

D. Kurikulum Pendidikan Islam di Indonesia

Jika kita membahas tentang kurikulum pendidikan Islam di Indonesia, maka hal pertama yang harus kita tahu bahwa ada bebarapa macam pendidikan Islam di Indonesia, salah satunya yang akan kami bahas berikut ini:

 Pondok Pesantren

pondok pesantren merupakan ‘bapak’ pendidikan Islam yang ada di Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari perjalanan sejarah, dimana sejak kurun waktu kerajaan Islam pertama di Aceh pada abad-abad awal Hijriyah, kemudian di zaman Wali Songo sampai permulaan abad 20. Banyak para wali

(9)

dan ulama yang menjadi cikal-bakal munculnya desa baru, termasuk pesantren.6

Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah “tempat belajar para santri”, sedangkan pondok berarti “rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu”. Di samping itu, “pondok” bisa juga dikatakan berasal dari bahasa Arab “fanduk” yang berarti “hotel atau asrama”.7

Lembaga pendidikan pesantren telah berkembang khususnya di tanah Jawa selama berabad-abad. Dimana Syekh Maulana Malik Ibrahim (meninggal 1419 M/ 882 H di Gresik, Jawa Timur) biasa dikenal juga sebagai Sunan Gresik yang merupakan spiritual father Walisongo. Dalam masyarakat santri Jawa beliau dipandang sebagai gurunya guru tradisi pesantren di tanah Jawa.8 Dan

hal ini sesuai dengan pernyataan Alwi Syihab yang menegaskan bahwa Syaikh Maulana Malik Ibrahim merupakan orang pertama yang membangun pesantren sebagai tempat mendidik dan menggembleng santri. Tujuannya agar para santri menjadi juru dakwah yang mahir, sebelum mereka diterjunkan langsung di masyarakat luas.9

a. Komponen-Komponen Pesantren

Secara umum pesantren memiliki komponen-komponen, diantaranya; kiai, santri, masjid atau surau, pondok dan kitab kuning. Berikut adalah pengertian dari masing-masing komponen tersebut:

1. Kiai

Adanya kiai dalam pesantren merupakan hal yang mutlak bagi sebuah pesantren, sebab dia adalah tokoh sentral yang memberikan pengajaran, karena kiai menjadi salah satu unsur yang paling dominan dalam kehidupan suatu pesantren. Kemasyhuran, perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu pesantren banyak bergantung pada

6 Marwan Saridjo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia (Jakarta: Dharma Bhakti, 1982). 7 7 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan LKIS, 1999). 138

8K.H. Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia (Bandung: al-Ma’arif Bandung, 1979). 263.

9 Amin Haedari, dkk. Masa Depan Pesantren : Dalam Tantangan Modernitas Dan Tantangan

(10)

keahlian dan kedalaman ilmu, kharismatik, wibawa dan ketrampilan kiai yang bersangkutan dalam mengelola pesantrennya. Gelar kiai biasanya diberikan oleh masyarakat kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan mendalam tentang agama Islam dan memiliki serta memimpin pondok pesantren, serta mengajarkan kitab-kitab klasik kepada para santri.

2. Santri

Santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren, tentang santri ini biasanya terdiri dari dua kelompok :

a) Santri mukim; ialah santri yang berasal dari daerah jauh atau daerah yang dekat dan menetap dalam pondok pesantren.

b) Santri kalong; ialah santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka pulang ke rumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren.

3. Masjid atau surau

Dalam konteks ini, masjid atau surau adalah sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar. Masjid atau surau yang merupakan unsur pokok kedua dari pesantren, disamping berfungsi sebagai tempat melakukan shalat berjamaah setiap waktu shalat, juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Biasanya waktu belajar mengajar berkaitan dengan waktu shalat berjamaah, baik sebelum maupun sesudahnya.

(11)

melaksanakan latihan-latihan serta dzikir, maupun amalan-amalan lainnya dalam kehidupan tarekat dan sufi.10

4. Pondok

Merupakan tempat tinggal kiai bersama para santrinya. Adanya pondok sebagai tempat tinggal bersama antara kiai dengan para santrinya dan bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, merupakan pembeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pesantren juga menampung santri-santri yang berasal dari daerah yang jauh untuk bermukim. Pada awalnya pondok tersebut bukan semata-mata dimaksudkan sebagai tempat tinggal atau asrama para santri, atau untuk mengikuti dengan baik pelajaran yang diberikan oleh kiai, tetapi juga sebagai tempat latihan bagi santri yang bersangkutan agar mampu hidup mandiri dalam masyarakat.

Para santri dibawah bimbingan kiai bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dalam situasi kekeluargaan dan bergotong royong sesama warga pesantren. Perkembangan selanjutnya, pada masa sekarang pondok tampaknya lebih menonjol fungsinya sebagai tempat pemondokan atau asrama, dimana tempat tinggal kiai tidak satu atap lagi dengan santri. Rumah kiai sudah dikelilingi oleh tembok-tembok tinggi. Dan setiap santri wajib membayar sewa atau iuran untuk pemeliharaan pondok tersebut dan lain-lain.

5. Kitab-kitab Islam klasik

Unsur pokok lain yang cukup membedakan pesantren dengan lembaga lainnya adalah bahwa pada pesantren diajarkan kitab-kitab Islam klasik atau yang dikenal dengan sebutan kitab kuning, yang dikarang oleh para ulama terdahulu, mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan agama Islam dan bahasa Arab. Pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab tentang berbagai ilmu yang mendalam. Tingkatan suatu pesantren dan

(12)

pengajarannya, biasanya diketahui dari jenis-jenis kitab-kitab yang diajarkan.11

b. Tipologi Pondok Pesantren

Seiring dengan laju perkembangan masyarakat, maka pendidikan pesantren baik tempat, bentuk hingga substansi telah jauh mengalami perubahan. Pesantren tidak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang. Akan tetapi pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman.

menurut Mas’ud dkk,12 ada beberapa tipologi atau model pondok

pesantren yaitu:

1. Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas asli sebagai tempat mendalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi-al-din) bagi para santrinya. Semua materi yang diajarkan di pesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama abad pertengahan. Pesantren model ini masih banyak dijumpai hingga sekarang seperti pesantren khusus yang masih dalam tahap penyempurnaan yan didirikan oleh almarhum K. Basyir AS (semoga Allah merahmati beliau) di sebelah timur gedung SMA. Atau seperti di pondok pesantren al-Muqri (dhelem tengnga), atau pondok pesantren bata-bata dan lain-lain.

2. Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam pengajaran, namun dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan dan tidak mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah secara nasional, sehingga ijazah yang dikeluarkan tidak mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai ijazah formal.

3. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di dalam baik berbentuk madrasah (sekolah umum berciri khas Islam di dalam naungan DEPAG) maupun sekolah (sekolah umum di bawah DEPDIKNAS) dalam berbagai jenjang bahkan ada yang sampai Perguruan Tinggi yang

11 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan LKIS, 1999). 142-145.

(13)

tidak hanya meliputi fakultas-fakultas keagamaan melainkan juga fakultas-fakultas umum. Contohnya seperti Pesantren Tebu Ireng di Jombang Jawa Timur.

4. Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam dimana para santri belajar di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi di luarnya. Pendidikan agama di pesantren model ini diberikan diluar jam-jam sekolah, sehingga bisa diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan pesantren model inilah yang terbanyak jumlahnya.13

c. Sistem Pendidikan dan Pengajaran (Kurikulum) Pesantren

Berikut merupakan beberapa metode pembelajaran yang bersifat tradisional:

1) Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa Jawa), yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya di hadapan Kiai atau pembantunya asisten Kiai. Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal di antara keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa Arab.

2) Weton/bandongan, istilah weton ini berasal dari kata wektu (bhs. Jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum dan atau sesudah melakukan shalat fardlu. Metode weton ini merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan padanya. Istilah weton ini, di Jawa Barat disebut dengan bandungan, merupakan adalah cara penyampaian kitab kuning di mana seorang guru, kiai, atau ustadz

(14)

membacakan dan menjelaskan isi kitab kuning, sementara santri, murid, atau siswa mendengarkan, memberi makna, dan menerima. Dalam metode ini, guru berperan aktif sementara murid bersifat pasif. Metode bandongan atau wetonan dapat bermanfaat ketika jumlah murid cukup besar dan waktu yang tersedia relatif sedikit, sementara materi yang harus disampaikan cukup banyak.

3) Halaqah, sistem ini merupakan kelompok kelas dari sistem bandongan. Halaqah yang arti bahasanya lingkaran murid, atau sekelompok siswa yang belajar di bawah bimbingan seorang guru atau belajar bersama dalam satu tempat. Halaqah ini juga merupakan diskusi untuk memahami isi kitab, bukan untuk mempertanyakan kemungkinan benar salahnya apa-apa yang diajarkan oleh kitab, tetapi untuk memahami apa maksud yang diajarkan oleh kitab. Bila dipandang dari sudut pengembangan intelektual, menurut Mahmud Yunus sistem ini hanya bermanfaat bagi santri yang cerdas, rajin dan mampu serta bersedia mengorbankan waktu yang besar untuk studi ini, sistem ini juga hanya dapat menghasilkan 1 persen murid yang pandai dan yang lainnya hanya sebatas partisipan.

(15)

BAB III PENUTUPAN A. Kesimpulan

1. Pengertian Kurikulum

a. Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang berarti pelari, atau curere yang berarti tempat berpacu atau jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Sedangkan dalam bahasa Arab, kurikulum dikenal dengan kata “manhaj” yang berarti jalan yang terang.

b. Secara istilah pengertian kurikulum sebagaimana pendapat para ahli ialah: 2. Prinsip-prinsip kurikulum. Di dalam kurikulum dikenal yang namanya prinsip kurikulum secara umum, diantaranya: (1) Prinsip Relevansi atau kesesuaian. (2) Prinsip Fleksibelitas (lentur). (3) Prinsip Kontinuitas (berkesinambungan). (4) Prinsip Praktis atau Efisien. (5) Prinsip Efektifitas (pencapaian tujuan). 3. Ciri-ciri khusus kurikulum pendidikan islam kurang lebih ada enam: (1) tujuan

utamanya adalah pembinaan anak didik untuk bertauhid. (2) Kurikulum harus disesuaikan dengan fitrah manusia, beriman. (3) Kurikulum yang disajikan merupakan hasil pengujian materi yang berlandaskan kepada al-Quran dan as-Sunnah. (4) Mengarahkan minat dan bakat peserta didik. (5) Pembinaan akhlak secara intensif kepada anak didik. (6) Tidak ada kedaluarsa dalam kurikulum karena ciri has kurikulum pendidikan islam senantiasa relevan

4. System pendidikan (kurikulum) pesantren diantaranya; sorogan, watonan, halaqah dan metode hafalan.

Sekian

Mohon maaf atas segala kesalahan

(16)

DAFTAR PUSTAKA

 Arifuddin Arif, S. Ag., M. Pd. I, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, 2008 (Jakarta: Kultura)

 Drs. Hasan Basri, M. Ag. Drs. Beni Ahmad Saebani, M. Si, ilmu Pendidikan Islam., (Jilid II), 2010 (Bandung: CV Pustaka Setia)

 Novan Ardy Wiyana & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep Pendidikan Monokomotik-Holistik, 2012(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media)  Rahmat, Pondok Pesantren Sebagai lembaga Pendidikan Islam, (online:

blog.re.or.id)

 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, 1999 (Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan LKIS)

 Marwan Saridjo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, 1982 (Jakarta: Dharma Bhakti)

 Zamkhasyari Dhofier, Tradisi Pesantren, 2002 (Cet. II; Jakarta Mizan)

 K.H. Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, 1979 (Bandung: al-Ma’arif Bandung)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat diartikan bahwa pola konsumsi masyarakat Papua Barat masih perlu ditingkatkan keragamannya baik mencakup pangan pokok maupun untuk jenis pangan

Industri Kapal dan Perahu Kelompok ini mencakup usaha pembuatan dan perbaikan macam-macam kapal ukuran 5.000 sampai dengan 50.000 DWT yang terbuat dari baja atau

Untuk mencapai tujuan dan target program Saturday Fun Day (SFD) sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan di SMP Muhammadiyah1 Purwokerto yaitu menyalurkan bakat

Kelompok pertama terdiri dari 9 kecamatan dengan sembilan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kasus TB yaitu persentase penduduk yang berusia ≥ 65

Menurut Berthelot et al (2010) Nilai saham yang digunakan adalah harga pembukaan saham bulan April tahun berikutnya, karena sebagian besar pengumuman CGPI terletak pada

(2000) menyatakan, genangan air yang semakin lama pada bibit kelapa sawit dapat mengakibatkan kerusakan fungsi daun, titik tumbuh dan perakaran yang semakin signifikan

Dalam rangka pengembangan Unit Usaha Syariah Bank BPD Kalsel, dengan memperhatikan minat, semangat serta harapan masyarakat dan Pemerintah Daerah

Temuan penelitian ini sesuai dengan kajian yang dilakukan oleh Liu (2009) yang meneliti urbanisasi dan konsumsi energi di China, juga sejalan dengan kajian Madlener