• Tidak ada hasil yang ditemukan

LI 3 Memahami dan Menjelaskan Tanggung j

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LI 3 Memahami dan Menjelaskan Tanggung j"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LI 3 Memahami dan Menjelaskan Tanggung jawab dan Kewajiban Orangtua pada Anak dalam Pandangan Islam

Rasulullah s.a.w. bersabda: “Setiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (tauhid, iman). Orang tuanyalah yang (potensial) menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Oleh karena itu tanggung jawab orang tua terhadap anak-anak mereka amat besar. Mereka dituntut untuk bersungguh-sungguh mendidik, mengasuh, dan mengajar, serta memperhatikan anak-anak mereka sejak usia dini, baik dari segi agama (ibadah dan akidah), intelektualitas, mental, akhlak, maupun jasmani. Juga sikap istiqamah (konsistensi) terhadap kebenaran dan petunjuk agama yang lurus.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S. At-Tahrim [66]: 6)

Tanggung jawab para bapak terhadap anak-anak mereka besar, tetapi tanggung jawab para ibu lebih lebih berat dan penting. Sungguh indah kata mutiara Ahmad Syauqi: “Ibu adalah sekolah (utama). Jika engkau persiapkan dia dengan sungguh-sungguh, engkau telah mempersiapkan (lahirnya) sebuah generasi bangsa yang harum namanya.

Bukan saja sang anak, orang tua pun mempunyai kewajiban terhadap anak yang harus ditunaikan. Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah sebuah wujud aktualitas hak-hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tua

1. Anak mempunyai hak untuk hidup Allah berfirman:

‘Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka.’ ( QS. Al-An’am: 151)

Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap bisa hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan kepada kita bahwa Allah pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua maupun sang anak, asalkan tentu saja berusaha.

2. Menyusui

Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah yang artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah: 233)

Allah berfirman, yang artinya:

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. lbunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkanya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (QS Al Ahqaf 15). Al ‘Allamah Siddiq Hasan Khan berkata,

“Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. Maksudnya, adalah jumlah waktu selama itu dihitung dari mulai hamil sampai disapih.”

Allah ta’ala berfirman; “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah tambah, dan menyapihnya dalamdua tahun…dst” . ( QS: 31; 14 ).

(2)

Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban orang tua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al-Qur’an dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak dewasa.” Rasulullah saw diketahui telah memberi perhatian yang sangat besar terhadap masalah nama. Kapan saja beliau menjumpai nama yang tidak menarik (patut) dan tak berarti, beliau mengubahnya dan memilih beberapa nama yang pantas. Beliau mengubah macam-macam nama laki-laki dan perempuan. Seperti dalam hadits yang disampaikan oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw biasa merubah nama-nama yang tidak baik. (HR. Tirmidzi).

Beliau sangat menyukai nama yang bagus. Bila memasuki kota yang baru, beliau menanyakan namanya. Bila nama kota itu buruk, digantinya dengan yang lebih baik. Beliau tidak membiarkan nama yang tak pantas dari sesuatu, seseorang, sebuah kota atau suatu daerah. Seseorang yang semula bernama Ashiyah (yang suka bermaksiat) diganti dengan Jamilah (cantik), Harb diganti dengan Salman (damai), Syi’bul Dhalalah (kelompok sesat) diganti dengan Syi’bul Huda (kelompok yang benar) dan Banu Mughawiyah (keturunan yang menipu) diganti dengan Banu Rusydi (keturunan yang mendapat petunjuk) dan sebagainya (HR. Abu Dawud dan ahli hadits lainAn-Nawawi, Al Azkar: 258)

Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu sekalian, maka perbaguslah nama kalian.” (HR.Abu Dawud)

Pemberian ‘nama yang baik’ bagi anak adalah awal dari sebuah upaya pendidikan terhadap anak anak. Ada yang mengatakan; ‘apa arti sebuah nama’. Ungkapan ini tidak selamanya benar. Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah do’a. Dengan memberi nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya. Adapun setelah kita berusaha memberi nama yang baik, dan telah mendidiknya dengan baik pula, namun anak kita tetap tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita kembalikan kepada Allah s.w.t.

4. Mengaqiqahkan Anak

Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; ‘ menyembelih kambing untuk (bayi) yang baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya. Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Tiap tiap seorang anak tergadai dengan ‘aqiqahnya. Disembelih (‘aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama dia.’ (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy, hadits dari Samurah ).

5. Mendidik anak

Pada suatu kesempatan, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab kehadiran seorang tamu lelaki yang mengadukan kenakalan anaknya, “Anakku ini sangat bandel.” tuturnya kesal. Amirul Mukminin berkata, “Hai Fulan, apakah kamu tidak takut kepada Allah karena berani melawan ayahmu dan tidak memenuhi hak ayahmu?” Anak yang pintar ini menyela. “Hai Amirul Mukminin, apakah orang tua tidak punya kewajiban memenuhi hak anak?”

Umar ra menjawab, “Ada tiga, yakni: pertama, memilihkan ibu yang baik, jangan sampai kelak terhina akibat ibunya. Kedua, memilihkan nama yang baik. Ketiga, mendidik mereka dengan al-Qur’an.”

(3)

diajari olehnya. Lalu Umar menoleh kepada ayahnya seraya berkata, “Kau telah berbuat durhaka kepada anakmu, sebelum ia berani kepadamu….”

Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu.

Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti (misalnya) mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan mendidik anak itu mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan.

Berikut beberapa perkara yang wajib diperhatikan oleh ibu dalam mendidik anak-anaknya: Menanamkan aqidah yang bersih, yang bersumber dari Kitab dan Sunnah yang shahih.

Allah berfirman yang artinya:

Maka ketahuilah bahwa sesugguhnya tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah. (QS Muhammad: 19)

Rasulullah bersabda, yang artinya:

Dari Abul Abbas Abdullah bln Abbas, dia berkata: Pada suatu hari aku membonceng di belakang Nabi, kemudian beliau berkata, ‘Wahai anak, Sesungguhnya aku mengajarimu beberapa kalimat, yaitu: jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau mendapatiNya di hadpanmu. Apablla engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau mohon pertotongan, maka mohonlah pertotongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberimu satu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan jika mereka berkumpul untuk memberimu satu bahaya, niscaya mereka tidak akan bisa membahayakanmu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena-pena telah diangkat dan tinta telah kering.”

Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada anak-anaknya.

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warisanpun berkewajiban demikian. Rasulullah s.a.w. bersabda;

‘Cukup berdosa orang yang menyia nyiakan (tanggung jawab) memberi makan keluarganya.’ ( HR Abu Daud )./1100;247/33.

6. Memberi rizqi yang ‘thayyib’ Rasulullah s.a.w. bersabda;

(4)

7. Mendidik anak tentang agama Rasulullah s.a.w. bersabda;

‘Tiap bayi dilahirkan dalam kadaan suci ( fithrah Islamy ) . Ayah dan Ibunyalah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nashrany, atau Majusyi. HR Bukhary.;1100;243/15. Mendidik anak pada umunya baik laki laki maupun perempuan adalah kewajiban bagi kedua orang tuanya.

Rasulullah s.a.w. bersabda;

‘Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka akan menyebabkannya masuk sorga. ( HR Al Bukhary )/ 1100; 244/20.

8. Mendidik anak untuk sholat

9. Menyediakan tempat tidur terpisah antara laki laki dan perempuan

Islam mengejarkan ‘hijab’ sejak dini. Meskipun terhadap sesama Muhrim , Bila telah berusia tujuh tahun tempat tidur mereka harus dipisahkan.

Rasulullah s.a.w. bersabda;

‘Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka ( putra putri ). Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah anak berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau mengerjakan sholat, boleh dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan pukulan yang membekas atau menyakitkan

10. Mendidik anak tentang adab yang baik

Banyak anak terpelajar, namun sedikit anak yang ‘terdidik’. Banyak orang pandai, namun sedikit orang yang taqwa’.

Islam mengutamakan pendidikan mental. ‘Taqwa itu ada disini’, kata Rasulullah seraya menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber yang menentukan baik buruknya perilaku seseorang. Nabi tidak menunjukkan kearah ‘kepalanya, tapi kerah dadanya.

11. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik Berkata shahabat ‘Aly r.a.;

Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu.’ (Depag;19).

12. Memberi pengajaran Al Quran

Rasulullah s.a.w. bersabda;’Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang belajar Al Qur aan dan mengajarkannya’.

Pengetahuan tentang Al Quraan harus lebih diutaman dari Ilmu ilmu yang lainnya. Nabi s.a.w. bersabda; ‘Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar tambahan. Adapun yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat ( Al Qur aan) yang muhkamat, ilmu tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. ( HR Ibnu Majah ).

13. Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis Rasulullah s.a.w. bersabda;

Dari Abu Rafi’ r.a., telah berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.’ HR Al Hakim/Depag;51.

(5)

Rasulullah s.a.w. bersabda;

‘Jagalah kebersihan* dengan segala usaha yang mampu kamu lakukan. Sesungguhnya Allah Ta’ala menegakkan Islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak akan masuk sorga kecuali orang yang memelihara kebersihan.’ ( HR At Thabarany )/Depag; 57.

15.Memberikan pengajaran ketrampilan.

Islam memberantas pengangguran. Salah satu penyebab adanya panganguran adalah apabila seseorang tidak mempunyai ketrapilan tertentu. Bila dia punya ketrampilan tertentu, paling tidak bisa melakukan sesuatu yang berguna buat dirinya ataupun orang lain. Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Sebaik baik makanan adalah hasil usaha tangannya sendiri’. Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan;

‘Mengapa tidak kau ajarkan padanya ( anak itu ) menenun sebagaimana dia telah diajarkan tulis baca?’ ( HR An- Nasai ) /Depag; 52.

Kerajinan tangan apapun selama bermanfa’at dan tidak dilarang Agama adalah suatu hal yang ma’ruf.

16. Memberikan kepada anak tempat yang yang baik dalam hati orang tua

Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, do’akan dia selalu, agar menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, shobarlah menghadapi perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan, jangan mudah membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan ikhlas pada hati anda, belailah dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun.

Satukan hati kita dengan anak anak. Semoga Allah menjadikan mereka ‘ waladun shoolihun yad’uu lahu’. Itulah harapan orang tua yang baik.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:

Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini? Nabi s.a.w. menjawab;’ Kau memberinya nama yang baik, memberi adab yang baik dan memberinya kedudukan yang baik ( dalam hatimu) .

( HR At Tuusy )./1100;243/16. 17. Memberi kasih sayang

Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik berupa pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu adalah adanya perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua.

Rasulullah s.a.w. bersabda;

‘Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih muda dan ( bukan dari golongan kami ) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.’

(HR At Tirmidzy ). Depag; 42 18.Menikahkannya

(6)

19. Mengarahkan anak

Orang tua wajib mengarahkan anak-anak, serta menekankan mereka untuk memilih kawan, teman duduk maupun teman dekat yang baik. Hendaknya orang tua menjelaskan kepada anak tentang manfaat di dunia dan di akhirat apabila duduk dan bergaul dengan orang-orang shalih, dan bahaya duduk dengan orang-orang yang suka melakukan kejelekan ataupun teman yang jelek. (Fiqh Tarbiyatil Abna`, hal. 154)

Bila suatu ketika orang tua mendapati anaknya berbuat kejelekan dan kerusakan, tidak mengapa orang tua berusaha mencari tahu tentang keadaan anaknya. Walaupun dengan hal itu mereka terpaksa melakukan salah satu bentuk perbuatan tajassus (mata-mata). Ini tentu saja dengan tujuan mencegah kejelekan dan kerusakan yang terjadi, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai kerusakan. (Fiqh Tarbiyatil Abna`, hal. 156)

DAFTAR PUSTAKA

Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta. Karisma. Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta. Gramedia.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta. Fikr Rabbani Group.

Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (1999). Ilmu Kesehatan Anak jilid 1 Edisi 15. Jakarta. EGC

Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000

Sebastian, C.S. (22 Okt 2013). Pediatric Mental Retardation. http://emedicine.medscape.com/ article/289117-overview

Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.

Zeldin, A.S. et al. (3 Feb 2014). Intellectual Disability. http://emedicine.medscape.com/article/1180709-overview

(7)

Memahami dan Menjelaskan Batasan-Batasan Beribadah Dalam Keadaan Suci dan Tidak suci

DARAH WANITA

 Haid : Keluar dalam keadaan sehat,

 Nifas: Keluar setelah melahirkan

 Istihadlah : Keluar tidak pada hari haid dan nifas; dalam keadaan sakit (darah penyakit).

Akibat Hukum Datangnya Haid

o Seorang wanita dianggap telah balig, menjadi mukallaf, dianggap telah cukup cakap bertindak hukum.

o Pertanda wanita tersebut tidak hamil,

o Dijadikan sebagai batas penghitungan masa iddah bagi wanita subur.

o Menjadikannya wajib mandi saat haidnya berhenti.

o Haram melakukan hubungan badan pada masa tersebut. Ulama berbeda pendapat tentang saksi (kaffarat) yang melanggarnya (wajib dan tidak wajib).

Datang atau Berhentinya Haid Saat Waktu Shalat atau Puasa

 Jika haid datang pada waktu shalat dan dia belum shalat, dia berhutang shalat.

 Jika berhenti haid, maka harus segera mandi dan shalat, jika tidak, maka termasuk mengabaikan shalat.

DALAM KEADAAN HAID DAN NIFAS DIPERBOLEHKAN 1. Berdzikir, berdo’a, dll.

2. Membaca Al-Qur’an dan memegang mushaf Al Qur’an (Khilafiah). 3. Bermesraan dengan suami, sepanjang tidak coitus.

4. Melakukan berbagai aktivitas yang baik, selain yang terlarang atas wanita yang dalam keadaan haid /nifas

ISTIHADHAH

 Darah yang mengalir dari kemaluan wanita bukan pada waktunya dan keluarnya dari urat.” (An-Nawawi).

 Darah segar yang di luar kebiasaan seorang wanita disebabkan urat yang terputus (Al-Qurthubi).

 Darah yang terus menerus keluar dari seorang wanita dan tidak terputus selamanya atau terputus sehari dua hari dalam sebulan (Al-Utsaimin)

 Tidak wajib, hanya mesti wudhu (Jumhur ulama).

 Mandi setiap shalat = sunnah (Empat Imam Mazhab) Perbedaan antara Darah Istihadlah dengan Darah Haid Warna

o Haid umumnya hitam, sedangkan Istihadlah umumnya merah segar. Kelunakan dan Kerasnya

o Haid sifatnya keras dan Istihadlah lunak. Kekentalan

(8)

Aroma

o Haid beraroma tidak sedap atau busuk. Batasan Shalat bagi penderita Istihadhah Dalam Batasan Umum:

Salat wajib dikerjakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan syarak, namun dalam keadaan khusus, seperti tidak adanya kemampuan karena sakit dan lainnya, misalnya, tidak mampu ditunaikan dengan berdiri, boleh dilakukan dengan berdiri sambil bersandar, dan seterusnya sesuai dengan kadar kemampuannya.

Penggunaan Obat utk Mencegah Haid

o Niat, untuk kesempurnaan ibadah haji = mubah.

o Niat, puasa Ramadhan sebulan penuh = makruh, tetapi bagi wanita yang sulit mengqadhanya pada hari lain = mubah.

o Selain dua alasan di atas, hukumnya tergantung pada niatnya. Bila untuk perbuatan yang menjurus pada pelanggaran hukum agama = Haram.

FATWA MUI TENTANG PENGGUNAAN PIL PENUNDA HAID

 Penggunaan pil anti haid untuk kesempurnaan ibadah haji hukumnya mubah.

 Pengunaan pil anti haid dengan maksud agar dapat mencukupi puasa Ramadhan sebulan penuh, hukumnya makruh, tetapi bagi wanita yang sukar mengqadha puasanya pada hari lain, hukumnya mubah.

 Penggunaan pil anti haid selain dua hal di atas, hukumnya tergantung pada niatnya. Bila untuk perbuatan yang menjurus pada pelanggaran hukum agama, hukumnya haram

IBADAH YANG BISA DILAKUKAN SAAT SUCI ATAUPUN TIDAK SUCI 1. Berdzikir, berdo’a, dll.

2. Membaca Al-Qur’an dan memegang mushaf Al Qur’an (Khilafiah). 3. Bermesraan dengan suami, sepanjang tidak coitus.

4. Melakukan berbagai aktivitas yang baik, selain yang terlarang atas wanita yang dalam keadaan haid /nifas

Batasan Shalat bagi penderita Istihadhah Dalam Batasan Umum:

Salat wajib dikerjakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan syarak, namun dalam keadaan khusus, seperti tidak adanya kemampuan karena sakit dan lainnya, misalnya, tidak mampu ditunaikan dengan berdiri, boleh dilakukan dengan berdiri sambil bersandar, dan seterusnya sesuai dengan kadar kemampuannya.

LI. 4. Menjelaskan haid dan isthihadah dalam pandangan islam. I.1 Istihadhah

a. Makna Istihadhah

(9)

b. Kondisi wanita mustahadhah

1. Sebelum mengalami istihadhah, dia mempunyai haid yang jelas waktunya. Dalam kodisi ini hendaklah dia berpedoman kepada jadwal haidnya yang telah diketahui sebelumnya.Maka pada masa itu dihitung sebagai haid dan berlaku baginya hukum-hukum haid.Adapun selain masa tersebut merupakan istihadhah yang berlaku baginya hukum-hukum istihadhah.

Misalnya, seorang wanita biasanya haid selama enam hari pada setiap awal bulan, tiba-tiba mengalami istihadhah dan darahnya keluar terus menerus.Maka masa haidnya dihitung enam hari pada setiap awal bulan, sedang selainnya merupakan istihadhah. Berdasarkan hadits Aisyah bahwa Fatimah binti Abi Hubaisy bertanya kepada Nabi saw,

“Ya Rasulullah, sungguh aku mengalami istihadhah maka tidak pernah suci, apakah aku meninggalkan shalat?” Nabi saw menjawab, “Tidak, itu adalah darah penyakit. Namun tinggalkanlah shalat sebanyak hari yang biasanya kamu haid sebelum itu, kemudian mandilah dan lakukan shalat.” (HR. Al-Bukhari).

2. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya sebelum mengalami istihadhah, karena istihadhah tersebut terus menerus terjadi padanya mulai dari saat pertama kali dia mendapatkan darah. Dalam kondisi ini hendaknya dia melakukan tamyiz (pembedaan), seperti jika darahnya berwarna hitam, atau kental, atau berbau maka yang terjadi adalah haid dan berlaku baginya hukum-hukum haid.Dan jika tidak demikian, yang terjadi adalah istihadhah dan berlaku baginya hukum-hukum istihadhah.

Misalnya, seorang wanita pada saat pertama kali mendapat darah dan darah itu keluar terus menerus, akan tetapi ia dapati selama sepuluh hari dalam sebulan darahnya berwarna hitam kemudian setelah itu berwarna merah, atau ia dapati selama sepuluh hari dalam sebulan darahnya kental kemudian setelah itu encer, atau ia dapati selama sepuluh hari dalam sebulan berbau darah haid tetapi setelah itu tidak berbau. Maka haidnya yaitu darah yang berwarna hitam (pada kasus pertama), darah kental (pada kasus kedua) dan darah yang berbau (pada kasus ketiga).Sedangkan selain hal tersebut, dianggap sebagai darah istihadhah. Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy:

“Darah haid yaitu apabila berwarna hitam yang dapat diketahui.Jika demikian maka tinggalkan shalat.Tetapi jika selainnya maka berwudhulah dan lakukan shalat karena itu darah penyakit.” (HR. Abu Dawud, an-Nasa`Abu dan dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim).

3. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya dan tidak bisa dibedakan secara tepat darahnya. Seperti jika istihadhah yang dialaminya terjadi terus menerus mulai dari saat pertama kali melihat darah sementara darahnya memiliki satu sifat saja atau berubah-ubah dan tidak mungkin dianggap sebagai darah haid. Dalam kondisi ini, hendaklah ia mengambil kebiasaan kaum wanita pada umumnya. Maka masa haidnya adalah enam atau tujuh hari pada setiap bulan dihitung mulai dari saat pertama kali mendapati darah.Sedang selebihnya merupakan istihadhah.

(10)

warna ataupun dengan cara lain. Maka haidnya pada setiap bulan dihitung selama enam hari atau tujuh hari dimulai dari tanggal lima tersebut.

Hal ini berdasarkan hadits Hamnah binti Jahsy bahwa ia berkata kepada Nabi saw, “Ya Rasulullah, sungguh aku sedang mengalami istihadhah yang deras sekali. Lalu bagaimana pendapatmu tentangnya karena ia telah menghalangiku shalat dan berpuasa?”Beliau bersabda, “Aku beritahukan kepadamu (untuk menggunakan) kapas dengan meletakkannya pada farji, karena hal itu dapat menyerap darah.”Hamnah berkata, “Darahnya lebih banyak dari itu.” Nabi saw pun bersabda, “Ini hanyalah salah satu usikan setan. Maka hitunglah haidmu enam atau tujuh hari menurut ilmu Allah Taala, lalu mandilah sampai kamu merasa telah bersih dan suci, kemudian shalatlah selama 24 atau 23 hari, dan puasalah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmidzi. Menurut Ahmad dan at-Tirmidzi hadits ini shahih, sedang menurut al-Bukhari hasan).

c. Hukum-hukum istihadhah

Dari penjelasan terdahulu, dapat kita mengerti kapan darah itu sebagai darah haid dan kapan sebagai darah istihadhah.Jika yang terjadi adalah darah haid maka berlaku baginya hukum haid, sedangkan jika yang terjadi darah istihadhah maka yang berlaku pun hukum-hukum istihadhah. Hukum-hukum-hukum haid yang penting telah dijelaskan di muka.Adapun hukum-hukum istihadhah seperti halnya hukum-hukum keadaan suci. Tidak ada perbedaan antara wanita mustahdhah dan wanita suci, kecuali dalam hal-hal berikut:

1. Wanita mustahdhah wajib berwudhu setiap kali hendak shalat. Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy.

“Kemudian berwudhulah kamu setiap kali hendak shalat.” (Hr. Al-Bukhari)

Hal itu memberikan pemahaman bahwa wanita mustahadhah tidak berwudhu untuk shalat yang telah tertentu waktunya kecuali jika telah masuk waktunya. Sedangkan shalat yang tidak tertentu waktunya, maka ia berwudhu pada saat hendak melakukannya.

2. Ketika hendak berwudhu, membersihkan sisa-sisa darah dan melekatkan kain dengan kapas (atau pembalut) pada farjinya untuk mencegah keluarnya darah. Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Hamnah. “Aku beritahukan kepadamu (untuk menggunakan) kapas, karena hal itu dapat menyerap darah.”Hamnah berkata, “Darahnya lebih banyak dari itu.”Nabi bersabda, “Gunakan kain.” Kata Hamnah, “Darahnya masih banyak pula.” Nabi pun bersabda, “Maka pakailah penahan.”

Kalaupun masih ada darah yang keluar setelah tindakan tersebut, maka tidak apa-apa hukumnya. Karena sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy:

“Tinggalkan shalat selama hari-hari haidmu, kemudian mandilah dan berwudhulah untuk setiap kali shalat, lalu shalatlah meskipun darah menetes di atas alas.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

(11)

“Hendaknya kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid…” (Al-Baqarah: 222). Ayat ini menunjukkan bahwa di luar keadaan haid, suami tidak wajib menjauhkan diri dari sitri. Kalaupun shalat saja boleh dilakukan wanita mustahadhah maka jima’ pun tentu lebih boleh. Dan tidak benar jima’ wanita mustahadhah dikiaskan dengan jima’ wanita haid, karena keduanya tidak sama, bahkan menurut pendapat para ulama yang menyatakan haram. Sebab, mengkiaskan sesuatu dengan hal yang berbeda adalah tidak sah.

(Rujukan: Darah kebiasaan wanita, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin). I.2 Haid (Menstruasi)

Yaitu darah yang keluar dari seorang wanita secara alami, tanpa suatu sebab dan pada waktu-waktu tertentu.

1. Usia wanita yang mengalami haid tidak tertentu, kapan seorang wanita melihat pada dirinya darah haid maka ia telah dianggap haid, walaupun belum berusia 9 tahun atau berusia di atas 50 tahun.

2. Batas minimal dan maksimal masa haid tidak tentu, kapan seorang wanita melihat darah kebiasaan tersebut bukan karena luka dan sebagainya maka darah itu adalah darah haid tanpa diukur dengan masa tertentu. Kecuali jika haid itu berlanjut dan tidak berhenti atau berhenti dalam waktu singkat itu disebut istihadhah.

3. Haid itu akan berhenti dengan keluarnya lender putih yaitu cairan wanita, maka terdapat dua kemungkinan ; bila itu terjadi dalam masa haid dan ia menganggapnya sebagai daraah haid yang ia kenal, maka itu berarti darah haid, dan bila terjadi diluar kebiasaan waktu haid dan ia tidak menganggapnya sebagai darah haid yang ia kenal, maka darah itu tidak ada hukumnya karena termasuk sesuatu yang sedikit (yang dimaafkan).

Tata Cara Bersuci Dari Haid Dan Junub

Cara mandi bagi wanita yang sudah selesai haidnya atau telah berjunub adalah sama dengan cara laki-laki mandi junub, hanya bagi wanita tidak wajib atasnya melepas ikatan atau kepangan (jalinan) rambutnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ummu Salamah ra. berikut ini: "Seorang wanita berkata kepada Rasulullah SAW: "Sesungguhnya aku adalah orang yang mengikat rambut kepalaku. Apakah aku (harus) membuka ikatan rambut ku untuk mandi janabat." Rasulullah menjawab: "Sungguh cukup bagimu menuang mengguyur) atas kepalamu tiga tuangan dengan air kemudian engkau siram seluruh badanmu, maka sungguh dengan berbuat demikian) engkau telah bersuci." {HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi dan dia berkata hadits ini adalah hasan shahih). Dalam riwayat lain hadits ini dari jalan Abdurrazaq dengan lafadz: "Apakah aku harus (harus) melepaskannya (ikatan rambutku) untuk mandi janabat?" disunahkan bagi wanita apabila mandi dari haid atau nifas memakai kapas yang ditaruh padanya minyak wangi lalu digunakan untuk membersihkan bekas darah agar tidak meninggalkan bau.

Tidaklah mandi haid atau junub dinamakan mandi syari, kecuali dengan dua hal:

(12)

Maknanya adalah bahwasanya sahnya amalan itu dengan niat, amal tanpa niat tidak dianggap syari.Yang perlu diingat bahwa niat adalah amalan hati bukan amalan lisan, jadi tidak perlu diucapkan.

1. Membersihkan seluruh anggota badan (mandi) dalam mengamalkan firman Allah SWT: "Dan apabila kalian junub maka mandilah. {Al-Maidah: 6}

Dan juga firman Allah SWT: "Mereka bertanya kepadamu tentang haid , katakanlah haid itu kotoran yang menyakitkan) maka dari itu jauhkanlah diri kalian dari wanita (istri) yang sedang haiddan janganlah engkau mendekati mereka, sampai mereka bersuci (mandi)." {Al-Baqarah: 222}

Adapun tata cara mandi yang disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah 1. mencuci kedua tangan sekali, dua kali atau tiga kali.

2. lalu mencuci kemaluan dengan tangan kiri, setelah itu tangan bekas menggsok kemaluan tersebut digosokan ke bumi.

3. Kemudian berwudhu seperti wudhunya orang yang mau shalat. Boleh mengakhirkan kedua kaki (dalam berwudhu tidak mencuci kaki) sampai mandi selesai baru kemudian mencuci kedua kaki.

4. membasahi kepala sampai pangkal rambut dengan menyela-nyelanya dengan jari-jemari. 5. setelah itu menuangkan air di atas kepala sebanyak tiga kali.

6. kemudian menyiram seluruh tubuh, dimulai dengan bagian kanan tubuh lalu bagian kiri sambil membersihkan kedua ketiak, telinga bagian dalam, pusar dan jari jemari kaki serta menggosok bagian tubuh yang mungkin digosok.

7. selesai mandi, mencuci kedua kaki bagi yang mengakhirkannya (tidak mencucinya tatkala berwudhu)

(13)

1. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Pemilihan Obat

1. Firman Allah ta’ala :

: فاراعا ) ثئابخلا هيلعا ررŮي و تابلطلا هيل لŮي و 157

(

Dan dia menghalalkan yang baik bagi mereka serta mengharamankan bagi mereka segala sesuatu yang buruk “ ( al a’raf : 157 )

Rokok termasuk hal yang buruk dan membahayakan diri sendiri , dan orang lain serta tak sedap baunya.

2. ( 195 : ةرقبلا ) ةكعيتلا ىلا هكيديأب اوقعت عو

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan ” ( al baqoroh : 195)

Rokok mengakibatkan penyakit yang bisa membinasakan seperti kanker, penyakir paru-paru dan lain sebagainya.

3. ( 29 : ءاسنلا ) املحر هكب ناك ل نا هكسفنأ اوعتقت عو

Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah terhadap kalian Maha menyayangi ( an nisa : 29 )

Rokok bisa membunuh penghisapnya secara perlahan-lahan 4. ( 19 : ةرقبلا )اميلعفن نم ربكا اميمثاو

“Dosa keduanya ( minuman keras dan judi ) lebih besar dari pada manfaatnya.” (QS Al-Baqoroh : 219 )

Rokok bahayanya lebih besar dari pada manfaatnya baik bagi dirinya sendiri ataupun orang lain.

5. ( 26 : ءاراعا )نلطالشلا ناوخا اوناك نيردبملا نا اريذبت رذبت عو

“Janganlah menghambur-hamburkan ( hartamu ) dengan boros, sesungguhnya pemborosan itu adalah saudaranya syaithon.” (QS Al-Isra’ : 26 )

(14)

6. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : رارض ع و رارض ع ‘ tidak boleh membahayakan diri sendiri ataupun orang lain ‘

Merokok membahayakan si perokok, menganggu orang lain dan membuang-buang harta.

7. Sabda Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam : لاملا ةااضا هكل ( ل ) هرك و

( هلعا قفتم )

‘ Allah membenci untukmu perbuatan menyia-yiakan harta.” ( HR bukhari-muslim). Merokok adalah menyia-nyiakan harta dan dibenci Allah.

8. Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam :

رلكلا خفان و كسملا لماŮك ءوسلا سلعجلا و حلاصلا سلعجلا لثم امنا ( هلعا قفتم )

“Perumpamaan kawan duduk yang baik dengan kawan duduk yang jelek ialah seperti pembawa minyak wangi dengan peniup api (tukang pandai besi)” (HR Bukhari-Muslim)

Perokok adalah kawan duduk yang jelek yang meniup api yang bisa membakar orang di sekitarnya ataupun menyebabkan bau yang tidak sedap.

9. ( هعسم هاور )اجبأ ايلف ادعخم ادلاخ هنيج ران يف هاسŮتي هدي يف همسف هسفن لتقف اما ىسŮت نم

“Barang siapa menghirup (meminum) racun hingga mati maka racun itu akan berada di tangannya lalu dihirupkan slama-lamanya di neraka jahannam.” (HR Muslim).

Rokok mengandung racun (nikotin) yang membunuh penghisapnya perlahan-lahan dan menyiksanya.

10. Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam :

هتلب دعقللو اندجسم لزتعللو انلزتعلعف صب وأ اموث لكأ نم ( هلعا قفتم )

“Barang siapa makan bawang putih atau bawang merah hendaknya menyingkir (menjauh) dari kita dan menjauhi masjid kami dan duduklah dirumah.” (HR Bukhari-Muslim).

(15)

1. Sebagian besar ahli fiqh mengharamkan rokok, sedang yang tidak mengaharamkan rokok belum melihat bahayanya yang nyata yaitu penyakit kanker dan paru-paru yang bisa membunun penghisapnya.

Al-Quran obat terbaik

“Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang zalim selain kerugian.” (Al-Isra:82)

Dalam hal ini Rasulullah bersabda, “Di dalam tubuh terdapat segumpal darah, jika ia baik maka seluruh tubuh akan menjadi baik.”(HR Bukhari: I/153 (53) dalam Fathul Bari)

Mafsadah

Al-mafsadah, yaitu sesuatu yang banyak keburukkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Abul K., et al. 2010. Cellular and Molecular Immunology 6th Edition. Philadelphia: Elsevier Inc.

Baratawidjaja, Karnen Garna, Iris Rengganis. 2010. Imunologi Dasar. Ed. 9. FKUI:Jakarta.

Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. (2009). Farmakologi dan Terapi. Edisi V, Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.

Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. (2009). Farmakologi dan Terapi. Edisi V, Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.

Harvey, Richard A., et al. 2012. Pharmacology 5th Edition. Philadelphia: Lippincott Willams & Wilkins.

Imunopatologi. http://ners.unair.ac.id/materikuliah/IMUNOPATOLOGI.pdf diakses 13 Mei 2014.

(16)

Tidur Dalam Keadaan Berwudhu

Hal ini berdasarkan hadits Al Baro’ bin ‘Azib, Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Dari al Barra bin Azib, bahwa Rasululah bersabda,

”Jika engkau hendak menuju pembaringanmu, maka

berwudhulah seperti engkau berwudhu untuk shalat,

kemudian berbaringlahlah di rusukmu sebelah kanan

lalu ucapkanlah doa:” Ya Allah sesungguhnya aku

menyerahkan jiwaku hanya kepadaMu, kuhadapkan

wajahku kepadaMu, kuserahkan segala urusanku hanya

kepadamu, kusandarkan punggungku kepadaMu

semata, dengan harap dan cemas kepadaMu, aku

beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan

kepada nabi yang Engkau utus” dan hendaklah engkau

jadikan doa tadi sebagai penutup dari pembicaranmu

malam itu. Maka jika enkau meninggal pada malam itu

niscaya engkau meninggal di atas ftrah”

(17)

Sumber: https://almanhaj.or.id/2915-tidur-dalam-tatanan-sunnah.html

Dalil Sunah Fitrah

Sebagian dari sunah ftrah ini dapat dilihat dari

hadits-hadits berikut ini:

1. Hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Ada lima macam ftrah, yaitu: khitan, mencukur bulu

kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan

mencabut bulu ketiak.” (HR. Bukhari no. 5891 dan

Muslim no. 258)

2. Hadits dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Ada sepuluh macam ftrah, yaitu memotong kumis,

memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air

ke dalam hidung,-pen), memotong kuku, membasuh

persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu

(18)

Muslim no. 261, Abu Daud no. 52, At Tirmidzi no. 2906,

An Nasai 8/152, Ibnu Majah no. 293)

Sumber:

http://muslim.or.id/207-berhiaslah-dengan-sunah-sunah-ftrah-1.html

MAKANAN HALAL

(19)

Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al – A’raf (7) : 157)

Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al – Isra (17) : 82)

(20)

Artinya : “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An – Nahl (16) : 69)

Artinya :”Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS. Ash – Shu’ara (26)

Referensi

Dokumen terkait

pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak yang dihasilkan oleh limbah,

Menurut sumber dan jenisnya, data yang disajikan terdiri dari data dasar yang merupakan data hasil kegiatan Badan Pusat Statistik dan data sektoral yang

Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perubahan skor tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu serta tingkat kecukupan energi,

Oleh karena itu informasi tentang kesehatan gigi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan yang tidak bisa dipisahkan dan penting dalam menunjang kualitas

Sebagai bagian dari anak bangsa, Lembaga kajian Pelopor Maritim (PORMAR) Indonesia, adalah sebuah lembaga kajian di bidang maritim yang beranggotakan para pakar, praktisi,

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

Hasil pengujian didasarkan pada hasil uji dengan menggunakan Crosstabs (tabel silang) serta melihat hasil uji Pearson Chi- Square yang dibandingkan dengan nilai

Bener Meriah Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah usaha pertanian di Kabupaten Bener Meriah sebanyak 26.587 dikelola oleh