• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO ( 1 )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO ( 1 )"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

VERTIGO

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta

Stase Keterampilan Dasar Praktik

Disusun Oleh:

Cindy Puspita Sari Haji Jafar

201510206061

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN‘AISYIYAH

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO

A. PENGERTIAN

Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika terjadi disfungsi yang cukup cepat dan asimetris system vestibuler perifer (telinga dalam) (Smeltzer & Bare, 2002).

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-benda di sekitarnya bergerak-gerak memutar atau bergerak naik-turun karena gangguan pada sistem keseimbangan (Sherwood, 2001).

Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan ( Labuguen, 2006).

B. ETIOLOGI

Vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain akibat kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak, dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri (Mardjono, 2008).

Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari vertigo (Marril KA,2012):

1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut. 2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.

3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional.

4. Vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere. 5. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.

6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya.

7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada arteri vertebral dan arteri basiler.

C. PATOFISIOLOGI / PATHWAYS

(3)

jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei nervus III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.

Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak.

Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/berjalan dan gejala lainnya (Price & Wilson, 2006).

D. MANIFESTASI KLINIS

Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis (Smeltzer & Bare, 2002).

E. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan medis.

Terapi menurut Kang (2004), terdiri dari : 1. Terapi kausal

2. Terapi simtomatik 3. Terapi rehabilitatif

b. Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala vertigo :

1. Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata. 2. Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.

3. Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala ke kiri dan ke kanan. 4. Bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak dari tempat tidur. 5. Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.

(4)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan CT-scan atau MRI kepala dapat menunjukkan kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga infeksi maka bisa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang belakang.

2. Pemeriksaan angiogram, dilakukan karena diduga terjadi penurunan aliran darah ke otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.

3. Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP, psikiatrik. 4. Pemeriksaan tambahan : EEG, EMG, EKG, laboratorium, radiologik.

(5)

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Aktivitas / Istirahat 1. Letih, lemah, malaise 2. Keterbatasan gerak

3. Ketegangan mata, kesulitan membaca

4. Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala

5. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.

b. Sirkulasi

1. Riwayat hypertensi

2. Denyutan vaskuler, misal daerah temporal 3. Pucat, wajah tampak kemerahan.

c. Integritas Ego

1. Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu.

2. Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi. 3. Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala.

4. Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)

d. Makanan dan cairan

1. Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain). 2. Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)

3. Penurunan berat badan

e. Neurosensoris

1. Pening, disorientasi (selama sakit kepala)

2. Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke. 3. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.

4. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis. 5. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore.

6. Perubahan pada pola bicara/pola pikir 7. Mudah terangsang, peka terhadap stimulus. 8. Penurunan refleks tendon dalam

9. Papiledema.

f. Nyeri/ kenyamanan

1. Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.

2. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah 3. Fokus menyempit

4. Fokus pada diri sndiri

(6)

g. Keamanan

1. Riwayat alergi atau reaksi alergi 2. Demam (sakit kepala)

3. Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis

4. Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)

h. Interaksi sosial

Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit.

i. Penyuluhan / pembelajaran

1. Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga 2. Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein.

3. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.

B. DIAGNOSA

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, stress dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasopressor.

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat.

3. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber informasi, kurang kemampuan mengingat.

C. INTERVENSI

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, stress dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasopressor.

Tujuan : nyeri hilang atau berkurang Kriteria hasil :

a. Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang atau hilang. b. Tanda-tanda vital normal.

c. Klien tampak rileks.

Intervensi dan rasional :

1. Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri. R : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.

2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur. R : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri 3. Atur posisi pasien senyaman mungkin. R : posisi yang tepat mengurangi penekanan

dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.

4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam. R : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.

(7)

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat.

Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat. Kriteria hasil :

a. Klien mengidentifikasi perilaku yang tidak efektif.

b. Klien mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang dimiliki. c. Mengkaji situasi saat ini yang akurat.

d. Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan/situasi yang tepat.

Intervensi dan rasional :

1. Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum.

R : Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.

2. Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya.

R : klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi lebih tenang.

3. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang diharapkan.

R : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat untuk pulih.

4. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan.

R : membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.

5. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber informasi, kurang kemampuan mengingat.

R : klien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur, dan proses pengobatan.

Kriteria hasil :

1. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan. 2. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen

perawatan.

Intervensi dan rasional :

1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

R : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

2. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.

R : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.

3. Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui.

(8)

4. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. R : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

5. Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal.

R : agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang kurang baik. 6. Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan

faktor-faktor yang berhubungan.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. E., 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Kang. L. S., 2004. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144, Jakarta.

Labuguen, R.H., 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family Physician January 15, Volume 73, Number 2.

Mardjono M. & Sidharta P., 2008. Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta.

Marril KA. Central Vertigo. WebMD LLC. 21 Januari 2011. Diunduh tanggal 13November 2015. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/794789-clinical#a0217

Price, S. A. & Wilson, L. M., 2006. Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.Vol, EGC, Jakarta.

Sherwood, L., 2001. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

3' Mem Member beri kesem i kesem&ata &atan ke&a n ke&ada &ese da &eserta did rta didik untu ik untuk mena k menan- n-akan hal akan hal0ha 0hal

engidentifkasi eek yang tidak diharapkan yang harus dicatat dalam status pasien dan yang harus dilaporkan ke rumah sakit... 6entuk komunikasi yang. ditetapkan !intranet;

Pengembangan model pembelajaran merupakan salah satu bentuk dari penerapan pendekatan sistem dalam kegiatan pembelajaran yang notabene adalah suatu proses sistematis

Di dalam proses PCR, primer berfungsi sebagai pembatas fragmen DNA target yang akan diamplifikasi dan sekaligus menyediakan gugus hidroksi (- OH) pada ujung 3’

Pekerja Paruh Waktu adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal ( kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima

Sektor yang berada pada kuadran ini kabupaten/kota memi- liki nilai PDRB (gi) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB di Provinsi Riau (g), tetapi memiliki

Menurut penuturan bapak Afroh, nasi dikepal itu mirip seperti simbol yang sering digunakan dalam peribadatan Agama Hindu yaitu japa mala , untuk kemudian oleh Sultan