• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pendidikan Akhlak Sebagai Pembin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pendidikan Akhlak Sebagai Pembin"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

NOV

2

Makalah Pendidikan Akhlak Sebagai Pembinaan Kepribadian

PENDIDIKAN AKHLAK SEBAGAI PEMBINAAN KEPRIBADIAN

Oleh :

Feri Fadli

(2)

Muhammad Safri Syaifuddin

Madrasah Aliyah As’adiyah Putera

Sengkang

Di Macanang

2011/2012

PENDIDIKAN AKHLAK SEBAGAI

PEMBINAAN KEPRIBADIAN

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas Bahasa Indonesia yang menjadi persyaratan untuk mengikuti Ujian Semester Ganjil pada Tahun Ajaran 2011/2012 di

Madrasah Aliyah As’adiyah Putera Sengkang yang berdomisily di Macanang.

Penyusun

:

Feri Fadli Muhammad Yusran Muhammad Safri Syaifuddin

MADRASAH ALIYAH AS’ADIYAH PUTERA

SENGKANG DI MACANANG

(3)

K A T A P E N G A N T A R

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah swt. Atas Berkah dan Rahmat-Nya sehingga penyusunan makalah Bahasa Indonesia ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit masalah yang penyusun dapatkan. Namun berkat kerjasama, do’a restu dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makanya dari itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama ucapan terimah kasih yang tak terhingga kepada:

1) Bapak Mursalim S.Pd selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berkat ilmu yang telah beliau berikan sehingga masalah yang kami dapatkan dapat teratasi dengan baik.

2) Kanda Agus A.Md. Berkat bimbingan beliau sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu, kritik dan saran sangat kami harapkan dari pihak-pihak yang telah membacanya. Atas kritik dan sarannya, penyusun mengucapkan banyak terima kasih.

Macanang, 17 Desember 2011

P e n y u s u n

D A F T A R I S I

HALAMAN SAMPUL...

-HALAMAN JUDUL... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 1

1.3 Tujuan Penulisan... 1

1.4 Manfaat Penulisan... 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian... 3

2.2 Akhlak Baik Dan Akhlak Buruk... 6

2.2.1 Akhlak Baik... 7

(4)

2.3 Berbagai Aliran Tentang Baik Dan Buruk... 10

2.3.1 Aliran Hedonisme... 10

2.3.2 Aliran Idealisme... 10

2.3.3 Aliran Naturalisme... 11

2.3.4 Aliran Teologi... 12

2.3.5 Aliran Vitalisme... 13

2.3.6 Aliran Utilitarisme... 13

2.4 Pendidikan Akhlak Sebagai Pendidikan Budi Pekerti... 14

2.5 Tugas Guru Dalam Pendidikan Akhlak... 14

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan... 17

3.2 Saran... 18

RIWAYAT PENYUSUN... 19

DAFTAR PUSTAKA... 22

B A B I

P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan Akhlak merupakan bagian penting dalam pembinaan kepribadian dan moral bangsa.Akhlak itu sendiri tidak bisa dipisahkan dari ajaran Islam. Namun dalam pelaksanaan pendidikannya harus diarahkan untuk membina budi pekerti yang luhur dan membina moral bangsa.

Dalam melaksanakan pendidikan akhlak, tugas guru adalah membimbing siswa untuk memiliki kemampuan pemahaman, sikap dan keterampilan dalam berperilaku sebagai manusia yang berakhlak mulai.Untuk itu guru harus memahami karakter setiap siswa, berusaha meningkatkan kemampuannya, dan mengantarkan mereka dalam berperilaku sesuai dengan prinsip-prinsip akhlak mulia.

Pendidikan akhlak yang islami sangat dibutuhkan dan diperlukan pada zaman sekarang ini.Karena kebudayaan yang baik dari suatu bangsa tidak menjamin memiliki akhlak dan perilaku yang baik bagi bangsa itu sendiri. Pendidikan akhlak ini dibahas mengenai pengertian dari pendidikan akhlak, akhlak baik dan akhlak buruk,berbagai aliran tentang baik dan buruk, pendidikan akhlak sebagai budi pekerti, dan tugas guru dalam pendidikan akhlak.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1) Apa yang dimaksud dengan pendidikan akhlak?

2) Mana yang termasuk akhlak baik dan akhlak buruk?

3) Aliran-aliran apa saja yang membahas tentang baik dan buruk? 4) Serta apa tugas guru dalam pendidikan akhlak?

(5)

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui maksud dari pendidikan akhlak.

2) Untuk mengetahui akhlak-akhlak yang termasuk akhlak baik atau akhlak buruk. 3) Untuk mengetahui aliran-aliran yang membahas tentang baik dan buruk.

4) Untuk mengetahui tugas guru dalam pendidikan akhlak.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1) Agar menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang pendidikam akhlak.

2) Agar kita dapat membantu dan memperbaiki akhlak bangsa terutama bagi kaum muda-mudi. 3) Agar menambah wawasan bagi penyusun, teman-teman dan bagi pembacanya.

B A B I I P E M B A H A S A N 2.1 Pengertian

Pengertian Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan akhlak juga bisa dikatakan sebagai berikut:

a. Perbuatan (hal, cara) mendidik.

b. (ilmu, ilmu didik, ilmu mendidik) pengertian tentang didik/ pendidikan. c. Pemeliharaan (latihan-latihan) badan, batin dan jasmani.

Pendidikan juga bisa dikatakan sebagai proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan, dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas, pendidikan baik formal maupun yang informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia tempat tinggal mereka.

Menurut caranya pendidikan terbagi tiga macam :

a. Dressur, yaitu pendidikan berdasarkan paksaan (secara paksa). b. Latihan untuk membentuk kebiasaan.

c. Pendidikan dimaksudkan untuk membentuk hati nurani yang baik.

Secara istilah pendidikan basa diartikan sebagai latihan mental, moral, dan fisik yang menghasilkan menusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas serta menanamkan rasa tanggung jawab.

Pendidikan dapat diwujudkan dalam berbagai cara, baik cara yang positif maupun cara yang negatif. Cara-cara positif : memberi taladan baik, latihan untuk membentuk kebiasaan, member perintah, memberi pujian dan hadiah. Sementara cara-cara negatif : mengadakan berbagai larangan, celaan, teguran, dan hukuman.

Pengertian Akhlak

(6)

pengertian sehari-hari umumnya akhlak itu disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan, dan sopan santun.Khalq merupakan gambaran sifat batin manusia, akhlak merupakan gambaran bentuk lahir manusia, seperti raut wajah dan badan. Dalam bahasa Yunani, pengertianKhalq ini dipakai kata ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan.Ethicos kemudian berubah menjadi Etika.

Sekalipun pengertian akhlak itu berbeda asal katanya, tapi tidak berjauhan maksudnya, bahkan kedekatan artinya satu dengan yang lain.

Sedangkan menurut istilah (terminology) para ahli berbeda pendapat tentang definisi akhlak, tergantung cara pandang masing-masing. Berbagai perbedaan para ahli itu adalah sebagai berikut :

1. Farid Ma’ruf mendefinisikan akhlak sebagai kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.

2. M Abdullah Diroz mendefinisikan akhlak sebagai suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (akhlak baik) atau pihak yang jahat (akhlak buruk).

3. Prof. Dr. Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehandak yang biasa dilakukan. Segala sesuatu kehendak yang terbiasa dilakukan disebut akhlak.

4. Sementara itu Ibnu Maskawaih mengemukakan bahwa akhlak adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan sebelumnya (kebiasaan sehari-hari).

5. Sedangkan Al-Gazali memberikan definisi bahwa akhlak adalah segala sifat yang tertanam dalam hati, yang menimmbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.

6. Menurut Muhammad bin Ali Asy-Syarif Al-hurjani, akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang mudah dan ringan tanpa perlu berpikir dan merenung.

7. Menurut Muhammad bin Ali Al-Faruqi At-Tahanawi, akhlak adalah keseluruhan kebiasaan, sifat alami, agama, dan harga diri. Selanjutnya Tahanawi menyatakan dengan mengutip pendapat dari para ulama bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri dengan kuat yang dapat melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa berpikir panjang, merenung atau memaksakan diri.

Dari definisi-dedfinisi tersebut terdapat kesamaan dalam hal: 1. Bahwa akhlak berpangkal pada hati, jiwa atau kehendak.

2. Diwujudkan dalam perbuatan sebagai kebiasaan (bukan perbuatan yang dibuat-buat, tetapi sewajarnya).

(7)

saat tertentu saja, namun akhlak merupakan keutuhan kehendak dan perbuatan yang melekat pada seseorang yang akan tampak pada perilakunya sehari-hari.

2.2 Akhlak Baik Dan Akhlak Buruk

Persoalan dengan apa yang menentukan baik dan buruk ini, tidak hanya diperdebatkan oleh kalangan-kalangan yang berfaham sekulerisme. Problema tersebut tidak terkecuali juga pernah menjadi bahan perdebatan dikalangan ulama-ulama, hal ini karena adanya perbedaan-perbedaan persepsi dalam mengartikan baik dan buruk dari kalangan ulama-ulama islam tersebut.

Al-Gazali berpendapat bahwa sumber-sumber akhlak baik adalah: 1. Kitab suci Al-Qur’an.

2. Sunnah Nabi. 3. Akal pikiran.

Pendapat Al-Gazali ini sesuai dengan sebuah hadis Nabi yang menyebutkan bahwa sewaktu Nabi mengutus Mu’as bin Jabal ke negeri Yaman untuk menjadi qadhi (hakim islam), ketika itu Mu’as ditnya oleh Nabi:”Dengan apakah engkau menjalankan hukum? Dengan kitab Allah, jawabnya.Kalau engkau tidak mendapatkan? Dengan sunnah Rasul, jawabnya lagi. Kalau engkau juga tidak mendapatkan keterangan dari sunnah Rasul? Saya menggunakan akal saya dan saya tidak berputus asa”.

Ada dua penggolongan akhlak secara garis besar yaitu Mahmudah (fadhilah) dan akhlak Mazmumah (qabihah).Disamping istilah tersebut Imam Al-Gazali meggunakan istilah “munjiyat” untuk akhlak Mahmudah dan “muhlikat” untuk akhlak Mazmumah.Di kalangan ahli tasawwuf dikenal sistem pembinaan mental dengan istilahtakhalli, tahalli dan tajalli.

Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, karena sifat itulah yang dapat mengotori jiwa manusia.Tahalli adalah mengisi jiwa dengan sifat-sifat terpuji.

Jadi dalam rangka bembinaan mental, penyucian jiwa hingga dapat berada dekat dengan Tuhan, maka pertama kali yang dilakukan adalah pembersihan jiwa dari sifat-sifat yang tercela. Setelah itu, jiwa yang bersih diisilah dengan sifat-sifat yang terpuji, hingga akhirnya sampailah pada tingkat berikutnya yang disebut dengan proses “Tajalli” yaitu tersingkapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur Ilahi. Akhlak mahmudah ialah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik.Akhlak mazmumah ialah segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela.Akhlak mahmudah dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia, demikian pula dengan akhlak mazmumah dilahirkan oleh sifat-sifat mazmumah.Oleh karena itu sikap dan tingkah laku yang lahir merupakan cermin atau gambaran dari sifat batin.

2.2.1 Akhlak Baik

Yang termasuk akhlak baik(mahmudah) ialah sebagai berikut:

a. Ar-Rahman

(8)

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka”(QS. Ali ‘imran/3: 159)

b. Al-Afuww

Yaitu pemaaf dan mau bermusyawarah.Sifat ini harus dimiliki manusia karena pada dasarnya manusia tidak terbebas dari kesalahan dan kekhilafan.Allah swt.berfirman yang artinya:

“Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu”(QS. Ali ‘imran/3: 159)

c. Amanah

Yaitu percaya dan mampu menepati janji.

d. Anisatun

Yaitu manis muka dan tidak sombong. Manis muka merupakan pembawaan dari lahir, namun orang yang tidak memilikinya bisa mempelajari dan membiasakan.

e. Khusyuk dan Tadarruk

Yaitu tekun dan merendahkan diri di hadapan Allah.Sikap ini hendaknya tidak dilakukan hanya dalam praktik ibadah semata, tapi sangat dibutuhkan pula dalam aktivitas umum sehari-hari.

f. Haya

Yaitu malu kalau diri ini tercela dan malu dihadapan Allah jika melakukan perbuatan maksiat.

g. Ikhwan dan Islah

Yaitu persaudaraan dan perdamaian khususnya antara orang beriman.

h. As-Salihat

Yaitu berbuat baik atau beramal saleh.Amal saleh adalah amal yang diperbolehkan oleh syara yang disertai ilmu dan niat yang ikhlas.

i. As-Sabru

Yaitu sabar.Khususnya sabar ketika beribadah dan beramal, sabar untuk tidak melakukan maksiat, dan sabar ketika tertimpah musibah dan malapetaka.

j. At-Ta’wun

Yaitu tolong-menolong.Tolong-menolong merupakan cirri kehalusan budi, kesucian jiwa, dan ketinggian akhlak.

2.2.2 Akhlak Buruk

Yang termasuk akhlak buruk (mazmumah) ialah sebagai berikut:

a. An-Namimah

Yaitu Egois. Egois artinya hanya mementingkan diri sendiri. Manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri dan memperhatikan kepentingan orang lain.

b. Bukhlu

Yaitu kikir.Orang yang kikir adalah orang yang tidak suka berderma, berinfak, bersadaqah, dan sejenisnya.

(9)

Yaitu berdusta.Berdusta adalah berbohong baik dengan ucapan, tulisan maupun dengan isyarat.

d. Khianat

Yaitu tidak menepati janji.Khianat dapat mengakibatkan kefakiran.

e. Jubn

Yaitu pengecut.Orang yang penakut untuk mencoba, sebelum mencoba sudah mundur terlebih dahulu. Sifat pengecut biasanya menimbulkan rasa iri terhadapkeuntungan atau hasil orang lain.

f. Gibah

Yaitu menggunjing atau mengumpat. Menggunjing adalah menceritakan kejelekan orang lain.

g. Hasad

Yaitu dengki atau iri. Dengki adalah perbuatan yang mengingkari nikmat yang diterimah orang lain dan menginginkan agar cepat hilang.

h. Ifsad

Yaitu berbuat kerusakan.

i. Israf

Yaitu berlebihan atau malampaui batas.Contohnya memakai celana panjang yang menyapu jalanan, makan terlalu kenyang, dan sebagainya.

j. Zalim

Artinya aniaya atau tidak adil.

k. Fawahisyil

Yaitu berbuat dosa besar.

2.3 Barbagai Aliran Tentang Baik Dan Buruk

2.3.1 Aliran Hedonisme

Aliran hedonisme berpendapat bahwa norma baik dan buruk adalah kebahagiaan, karenanya suatu perbuatan apabila dapat mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu baik dan sebaliknya perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan. Menurut aliran ini, setiap manusia selalu menginginkan kebahagiaan, yang merupakan tujuan akhir dari hidup manusia.Oleh karenanya jalan yang mengantarkan kearahnya dipandang sebagai keutamaan.

Perbuatan yang baik adalah perbuatan yang menghasilkan kenikmatan atau kelezatan.Semua manusia ingin mencapai kelezatan karena fitrah manusia dan segala jalan menuju kelezatan, yang sebabnya tidak mengakibatkan penderitaan.

(10)

perbuatan harus diarahkan pada kelesatan.Maka apabila terjadi kereguan dalam memilih perbuatannya, harus diperhitungkan banyak sedikitnya kelesatan dan kepedihannaya.Sesuatu itu baik apabila diri seseorang yang melakukan perbuatan mengarah pada tujuan.

2.3.2 Aliran Idealisme

Aliran idealisme dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) seseorang yang berkebangsaan Jerman. Pokok-pokok pandangan etika idealisme adalah:

 Wujud yang paling dalam dari kenyataan (hakikat) ialah kerohanian. Seseorang berbuat baik pada prinsipnya bukan pada orang lain bukan melainkan atas dasar kamauan sendiri dan rasa kewajiban. Sekalipun diancam dan dicela orsng lain, perbuatan itu dilakukan juga karena adanya rasa kewajiban yang bersemi dalam rohani manusia.

 Factor yang paling penting mempengaruhi manusia adalah kemauan yang melahirkan tindakan konkrit dan menjadi pokok adalah kemauan baik.

 Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan sesuatu hal yang menyempurnakannya yaitu rasa kewajiban.

Menurut aliran ini, kemauan merupakan faktor terpenting dari wujud tidakan-tindakan nyata.Oleh karena itu, kemauan yang baik menjadi dasar pokok dalam etika idealisme. Menurut Kant, untuk dapat terealisasinya tindakan dari kemauan yang baik, kemauan perlu dihubungkan dengan suatu hal yang baik. Kemauan perlu disempurnakan melalui perasaan kewajiban.Jadi, ada kemauan yang baik, disertai dengan persaaan kewajiban menjalankan suatu tindakan, maka terwujudlah tindakan yang baik.

Perbuatan manusia harus berdasarkan prinsip kerohanian yang tinggi, bukan berdasarkan pada kemauan secara zahir.Perbuatan yang baik berdasarkan atas kemauan sendiri dan rasa wajib, bukan karena anjuran orang atau mengunginkan pujian orang.Jadi factor yang mempengaruhi perbuatan manusia adalah kemauan, rasa kewajiban dan tujuan.

2.3.3 Aliran Naturalisme

Manusia dapat berbahagai apabila menurutkan panggilan fitrah dzhahir dan batin natura kejadian manusia dan inilah yang dikatakan perbuatan yang baik. Jadi, kebahagiaan itu diperoleh dikala manusia melakukan sesuatu yang sesuai dengan naturanya serta melangsungkan kehidupannya.

Ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia menurut aliran naturalisme adalah perbuatan yang sesuai dengan fitrah manusia.Baik mengenai fitrah lahir maupun fitrah batin.Aliran ini menganggap bahwa kebahagiaan yang menjadi tujuan dari setiap manusia didapat dengan jalan memenuhi panggilan nature atau kejadian manusia itu sendiri.Itulah sebabnya, aliran ini dinamakan aliran naturalisme.Aliran ini berpendirian bahwa segala sesuatu dalam dunia ini menuju pada tujuan yang satu, tetapi dapat dicapainya secara otomatis tanpa pertimbangan atau perassaan.Hewan menuju kepada tujuan itu dengan naluri kehewananya, manusia menuju pada tujuan itu dengan akal pikirannya.

2.3.4 Aliran Teologi

(11)

dilarang Tuhan itulah perbuatan yang buruk.Ajaran-ajaran tersebut sudah dijelaskan dalam kitab suci.

Perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan instruksi (perintah) Tuhan dan perbuatan yang tidak baik adalah yang berlawanan dengan perintah Tuhan.Masing-masing agama mempunyai kategori baik dan buruk sendiri-sendiri dan terdapat pula aliran-aliran suatu agma yang berlainan dalam ukuran baik dan buruk.Perbedaan itu disebabkan adanya berbedaan pendapat atau pandangan dalam menginterpretasi dalil-dalil agama. Dosa berlaku dalam amal bukan dalam fitrah kejadian manusia, demikian menurut islam. Menurut Kristen, dosa berlaku dalam amal dan dan dalam fitrah kejadian manusia sebagai dosa waris.

2.3.5 Aliran Vitalisme

Perbuatan baik menurut aliran ini ialah orang kuat, dapat memaksakan dan menekankan kehendaknya agar berlaku dan ditaati oleh orang-orang yang lemah.Manusia hendaknya memiliki daya hidup (vitalita) yang dapat menguasai dunia dan keselamatan manusai tergantung atas daya hidupnya.

2.3.6 Aliran Utillitarisme

Paham ini adalah agar manusia dapat mencari kebahagiaan sebesar-besarnya untuk sesama manusia yang memiliki perasaan.Kelezatan menurut paham ini, bukan kelezatan yang melakukan perbuatan itu saja, tetapi kelezatan semua orang yang ada hubungannya dengan perbuatan itu.

Kebahagiaan bersama bagi semua orang harus menjadi pokok pandangan tiap-tiap orang, bukan kebahagiaan diri sendiri.Kebahagiaan terhitung menjadi keutamaan karena membuahkan kelezatan bagi manusia lebih banyak dari buah kepediahan.Itulah yang utama, meskipun memperpedih sebagian orang-orang dan meskipun memperpedih yang melakukan perbuatan itu sendiri.Demikian pula kerendahan menjadi kerendahan karena kepedihannya bagi manusia lebih berat daripada kelezatnnaya.

Sifat benar menjadi utama karena ia menambah kebahagiaan masyarakat dan mempertinggi keadaanya. Demikianlah karena di dalam hidup kita menghajatkan kepada seorang dokter yang member petunjuk mengenai cara menjaga kesehatan kita, para imsinyur yang dapat kita percayai perkataannya untuk membangun jembatan-jembatan, ahli-ahli kimia menerangkan sifat-sifat benda, guru-guru yang mencerdaskan otak pelajar-pelajar dengan apa yang berguna bagi mereka. Kalau tidak ada sifat benar tidak hak bagi kita untuk mempercayai kata-kata mereka dan mengambil manfaat dari buah pikiran mereka. Yang baik adalah yang bermanfaat hasilnya dan yang buruk adalah yang tidak bermanfaat. Manfaat adalah kebahagiaan manusia yang sebesar mungkin.Sebagai tujuan adalah mencapai kesenangan hidup sebanyak mungkin dari segi jumlah ataupun nilai.

2.4 Pendidikan Akhlak Sebagai Pendidikan Budi Pekerti

(12)

pengertian watak, sikap, sifat, moral yang tercermin dalam tingkah laku baik dan buruk yang terukur oleh norma-norma sopan santun, adat istiadat dan tata krama. Sedangkan akhlak diukur dengan menggunakan norma-norma agama.

Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah menyiapkan manusia (peserta didik) agar memiliki sikat dan perilaku yang terpuji, baik ditinjau dari segi norma-norma agama maupun norma-norma sopan santun, adat istiadat dan tata krama yang berlaku di masyarakatnya.

Secara lebih terperinci lagi bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah “mengkaji dan menginternalisasi nilai, mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya akhlak mulia dalam peserta didik serta mewujudkannya dalam perilaku sehari-hari dalam konteks sosio-kultural yang berbhineka sepanjang hayat

Sarana untuk menyampaikan pendidikan akhlak bisa ditempuh melalui beberapa cara yaitu memanfaatkan substansi dan praktis mata pelajaran yang relevan, memanfaatkan tanaman dan iklim sosial budaya dunia pendidikan yang sengaja dikembangkan sebagai lingkungan pendidikan yang memancarkan akhlak/moral luhur, dan memanfaatkan media massa dan lingkungan masyarakat secara selektif dan adaptif.

2.5 Tugas Guru Dalam Pendidikan Akhlak

Mengenai tugas-tugas, ahli-ahli pendidikan Islam dan ahli-ahli pendidikan Barat telah sepakat bahwa tugas guru ialah mendidik.Dalam literatur yang ditulis para ahli pendidikan Islam, tugas guru memiliki peran yang strategis dalam rangka meningkatkan kemampuan anak didik.Selain itu juga, guru berupaya mengarahkan anak didik untuk menuju manusia yang cerdas. Adapun tugas guru yaitu:

1. Guru harus mengetahui karakter seorang murid.

2. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya.

3. Guru harus mampu mengantarkan anak didik ke arah pembentukan moral/akhlak mulia. Ketiga tugas guru ini merupakan sebagian dari beberapa tugas pokok dari seorang guru.Namun demikian, ketiganya dianggap mewakili dari sekian jumlah tugas guru.Untuk itu, seorang guru perlu dibantu dengan kekuatan dirinya sendiri dalam upaya “menolong” anak didiknya agar menjadi manusia yang mampu mengamalkan nilai-nilai normatif dalam lingkungannya.Dalam hal ini, semua guru harus menjadi sosok teladan yang berwibawa bagi para siswanya. Hal ini didasari, sebab tidak akan berarti apa-apa bila seorang guru mengajarkan penyelesaian suatu masalah yang bertentangan dengan cara demokrasi, sementara guru yang lain dengan cara otoriter. Yaitu seorang guru pendidikan agama dalam menjawab pertanyaan para siswanya dengan cara yang nalar yaitu dengan menunjukkan dalil/ ketentuan dari agama, perilaku para Nabi dan sahabat, sementara guru yang lain hanya mengatakan “pokoknya jawabannya harus seperti ini, kalau tidak begitu salah”.

Setiap guru mengajar, tentunya harus membelajarkan para siswanya sesuai dengan tujuan utuh pendidikan.Tujuan utuh pendidikan jauh lebih liuas dari misi pengajaran yang dikemas dalam tujuan khusus pendidikan.Rumusan tujuan yang berdasarkan menghendaki rumusan tujuan yang terukur sudah tidak dapat dipertahankan lagi.

(13)

berdasarkan kriteria tertentu.Terdapat tujuan-tujuan yang dapat diukur dan bersifat dapat dikuasai dalam satu atau dua pengalaman belajar, tetapi ada juga yang baru tercapai dalam waktu belajar yang lebih panjang.Oleh karena itu, pemaksaan suatu pendekatan dalam pengembangan tujuan tidak dapat dipertahankan lagi.

Dalam penilaian hasil belajar, semua guru seharusnya mengukur kemampuan siswa dalam segala ranah. Dengan penilaian seperti itu maka akan tergambar sosok utuh siswa sebenarnya. Akhirnya, dalam menentukan keberhasilan siswa harus dinilai dari berbagai ranah seperti pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan perilaku (psikomotor).

Selain penilaian dilakukan terhadap semua kemampuan pada saat ujian berlangsung, boleh jadi seorang gugu memperhitungkan tindak-tanduk siswanya diluar ujian. Seorang guru mungkin saja tidak akan meluluskan seorang siswa yang mengikuti ujian mata pelajaran tertentu kerena perilaku siswa tersebut sehari-harinya adalah kurang sopan, selalu usil, dan suka berbuat keonaran, meskipun dalam melakukan ujian siswa itu berhasil meskipun tidak menyontek dan menuliskan jawaban ujian dengan tulisan yang jelas dan rapi. Oleh karena itu, akan tepat apabila setiap mata pelajaran dirumuskan tujuan pelajaran yang mencakupi kemampuan dalam semua ranah. Artinya, pada setiap rencana pembelajaran termuat kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian, seorang guru akan menilai kemampuan dalam semua ranah ujian suatu mata pelajaran secara abstrak, tanpa ragu, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Mendasarkan pada pemikiran-pemikiran dan prinsip-prinsip tersebut maka dapat dimengerti bahwa pendidikan akhlak menghendaki keterpaduan dalam pembelajarannya dengan semua mata pelajaran.Pendidikan akhlak diintegrasikan kedalam semua mata pelajaran. Dengan demikian, akan menghindarkan adanya “mata pelajaran batu, media penyaluran kepentingan, dan pelajaran hafalan yang membosankan”.

B A B I I I P E N U T U P 3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari isi pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan menurut bahasa adalah mendidik, melatih, memelihara, dan membimbing. Sedangkan Secara istilah pendidikan basa diartikan sebagai latihan mental, moral, dan fisik yang menghasilkan menusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas serta menanamkan rasa tanggung jawab.

(14)

3) Pendidikan akhlak merupakansuatu proses mendidik, memelihara, membetuk, dan memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berfikir baik yang bersifat formal maupun informal yang didasarkan pada ajaran-ajaran Islam.

4) Sesuatu yang dikatakan baik apabila ia memberikan kesenangan, kepuasan, dan kenikmatan sesuai dengan yang diharapkan. Atau dengan kata lain sesuatu yang dinilai positif orang yang menginginkannya. Sedang buruk apa yang dinila tidak menyenangkan dan tidak memberikan kepuasan karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga ini dinilai negatif oleh orang lain.

5) Setiap guru mengajar tentunya harus membelajarkan para siswanya sesuai dengan tujuan utuh pendidikan. Tujuan utuh pendidikan jauh lebih luas dari misi pembelajaran yang dikemas dalam tujuan khusus pendidikan. Rumusan tujuan yang berdasarkan pandangan menghandaki rumusan tujuan yang terukur sudah tidak dapat dipertahankan lagi.

6) Kepribadian yang secara sederhana adalah “manusia sebagaimana mestinya” (what a man really is). Jadi, memahami kepribadian seseorang adalah dengan melihat keadaan manusia sebagaimana mestinya.

3.2 Saran

Adapun saran-saran dari penyusun adalah sebagai berikut:

1) Marilah kita menekankan kepentingan sikap hati serta sikap merendahkan diri yang terletak didalam lubuk hati untuk menuju kebaikan ataupun kebahagiaan yang didamba-dambakan setiap insan.

2) Dalam menentukan keberhasilan seorang siswa, setiap guru sebaiknya menilai siswa dari segala ranah, bukan hanya pada nilai pada saat semester saja.

R I W A Y A T P E N Y U S U N

Nama Lengkap : Feri Fadli Nama Panggilan : Very

Tempat dan Tanggal Lahir : Lompulle, 8 juni 1995 Asal Daerah : Soppeng

Makanan Favorit : Nasi Putih Minuman Favorit : Air Mineral Warna Favorit : Merah Putih

Hobby : Olahraga dan Novel Cita-cita : Pengarang

Status : Berpacaran Email : xxx

No. Telp/HP : 0857 6073xxx / 0852 20306xxx Agama : Islam Sunni

Nama Lengkap : Muhammad Yusran Nama Panggilan : Ayyunk

(15)

Asal Daerah : Bone Makanan Favorit : Nasi Putih Minuman Favorit : Air Putih Warna Favorit : Biru Hobby : Sepak Bola Cita-cita : Jadi Orang Sukses Status : Jomblo

Email : Yusran_robeck@y7mail.com No. Telp/HP : 0852 38203716

Nama Lengkap : Muhammad Safri S Nama Panggilan : Ikky

Tempat dan Tanggal Lahir : Polman, 12 September 1995 Asal Daerah : Polman

Makanan Favorit : Mie Goreng Minuman Favorit : Es Kelapa Warna Favorit : Biru dan Merah Hobby : Main Gitar Cita-cita : Artis Band Status : Berpacaran

Email : SafrinaghFCB@yahoo.com No. Telp/HP : 0878 42982601

D A F T A R P U S T A K A

Saputra Thoyib Sah, Wahyuddin. 2008. Aqidah Akhlak. Semarang: PT Karya Toha Putra.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imperial Bhakti Utama. Cet. II.

Diposting 2nd November 2013 oleh Feri Fadli Lihat komentar

Bagi-bagi Ilmu itu Berkah

(16)

 Kartu Lipat

 Majalah

 Mozaik

 Bilah Sisi

 Cuplikan

 Kronologis

 Terkini

 Tanggal

 Label

 Pengarang

Penawaran (Pengantar Ilmu Ekonomi)

Penawaran (Pengantar Ilmu Ekonomi) Mar 21st

PSI-Tujuan dan Ruang Lingkup Studi Islam

PSI-Tujuan dan Ruang Lingkup Studi Islam Mar 13th

Makalah Ushul Fiqhi Dec 19th

Tugas Tafsir Ulumul Qur'an

Tugas Tafsir Ulumul Qur'an Dec 6th

Makalah Seni Rupa Kontemporer Nov 14th

Processor Dan Memory PC

Processor Dan Memory PC Nov 7th

Makalah Pendidikan Akhlak Sebagai Pembinaan Kepribadian

Makalah Pendidikan Akhlak Sebagai Pembinaan Kepribadian Nov 2nd

PENGERTIAN AGAMA ARDHI DAN AGAMA SAMAWI

PENGERTIAN AGAMA ARDHI DAN AGAMA SAMAWI Oct 29th

Contoh Biodata Bahasa Inggris

Contoh Biodata Bahasa Inggris Oct 29th

Memuat

Referensi

Dokumen terkait

Disamping itu, supaya dapat menggunakan data histori lebih banyak yang diformulasikan dalam berbagai macam teknikal indikator, akan dikaji metoda Support Vector

Pada industri penggergajian kayu Akasia Kecamatan landasan ulin kotamadya Banjarbaru Kalimantan Selatan ini, bahan baku yang digunakan sangat baik dan bagus (cacat yang ada

koordinat, distribusi kebolehjadian dari orientasi momentum sudut dinyatakan oleh kuadrat modulus dari keadaan eigen momentum sudut, yang dapat dituliskan... erhatikan  bah8a

Hasil penelitian pada tabel 6 hasil diagnosa keperawatan pada kedua klien bahwa mengalami ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan,

Ketua Panitia Rayon 12 Ketua

Dosen memperkenalkan media mendongeng botaoja (boneka tangan tokoh jogja).. Dosen juga memberikan pemahaman kepada mahasiswa bahwa dongeng memiliki peranan yang

Wanita lebih terbuka sedangkan pria cenderung lebih tertutup.Keterbatasan dalam penulisan penelitian ini adalah kurang banyaknya jumlah informan, sehingga penyajian

Batasan Masalah Dalam penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui tingkat kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi