• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pusat Salimah Sumatera Utara (Arsitektur Metafora)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pusat Salimah Sumatera Utara (Arsitektur Metafora)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Islam melihat adanya kewajiban untuk memperbaiki dan mentarbiyah akhlak perempuan dengan keutamaan-keutamaan dan kesempurnaan sejak dini. Islam juga menganjurkan para bapak dan para wali perempuan untuk melakukan hal ini dan menjanjikan bagi mereka pahala besar dari Allah, serta mengancam mereka dengan adzab yang pedih jika mereka menelantarkannya. Diantara didikan yang baik adalah memberikan pendidikan sesuai dengan keberadaan perempuan di tengah masyarakat, sesuai dengan profesi keilmuannya, dan sesuai dengan hakikat perempuan itu sendiri.

Dalam hadits Bukhari dikatakan, Rasulullah saw, bersabda, “sebaik-baik perempuan adalah perempuan-perempuan Anshar, rasa malu tidak menghalangi

mereka untuk mendalami agama.”

Banyak perempuan terdahulu yang menjadi gudang ilmu, keutamaan, dan fiqih dari dien Allah. Sedangkan selain hal diatas, dari ilmu-ilmu yang tidak dibutuhkan oleh perempuan, maka itu sia-sia dan tiada guna. Perempuan tidak perlu akan hal itu, lebih baik ia menggunakan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat.

Di antara misi dakwah juga adalah kesadaran bahwa perempuan adalah

setengah masyarakat, sebagaimana dikatakan, perempuan da’iyah adalah sebuah

pondasi. Sungguh saat ini begitu banyak persoalan yang dihadapi oleh masyarakat kita, bahkan di negara kita. Oleh karena itu perempuan yang merupakan bagian dari masyarakat juga harus ikut serta dalam memecahkan persoalan yang ada.

(2)

Perjuangan pemberdayaan perempuan telah berlangsung dari dahulu. Indonesia sejak dulu telah memiliki sosok pejuang perempuan, R. A. Kartini (1879-1904). Kartini berpendapat bahwa bila perempuan ingin maju dan mandiri, maka perempuan harus mendapat pendidikan. Kartini selama ini kita kenal sebagai seorang pejuang emansipasi perempuan, terutama di bidang pendidikan. Kartinilah yang membangun pola pikir kemajuan, dengan cara menggugah kesadaran orang-orang sejamannya, bahwa kaum perempuan harus bersekolah. Tidak hanya di Sekolah Rendah, melainkan harus dapat meneruskan ke sekolah yang lebih tinggi, sejajar dengan saudara-saudaranya yang laki-laki1.

Dewasa ini, perjuangan pemberdayaan perempuan telah mulai membuahkan hasil. Beberapa keberhasilan pemberdayaan perempuan menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan pada tahun 2006, adalah pada bidang pendidikan angka melek aksara perempuan meningkat dari 86,8 % (tahun 2004) menjadi 89,3 % dan angka partisipasi sekolah (APS) perempuan di berbagai bidang jenjang pendidikan juga meningkat, di bidang kesehatan angka kematian ibu melahirkan berhasil diturunkan meskipun angkanya masih tinggi, yaitu 307 per 100.000 tahun kelahiran baru.

Namun demikian masih adanya permasalahan pemberdayaan perempuan, yaitu masih rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan, tinggi tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta masih rendahnya kesejahteraan dan perlindungan perempuan dan anak.

Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup besar, penduduk yang memiliki berbagai potensi SDA dan SDM yang heterogen. Heterogenitas itu dapat dilihat baik dari suku bangsa, bahasa, strata ekonomi, tingkat pendidikan, status sosial maupun agama.

Di Sumatera Utara terdapat jumlah perempuan sebesar 50,1% dari jumlah total penduduk Sumatera Utara. Kondisi perempuan di Sumatera Utara menurut Biro Pemberdayaan Perempuan Provinsi Sumatera Utara, yakni dalam bidang pendidikan angka buta aksara perempuan pada tahun 2010 adalah 4,34 % sedangkan laki-laki 1,54 % dan angka partisipasi sekolah perempuan telah mengalami peningkatan yakni 95,35 % lebih rendah dibandingkan laki-laki 97,84 %.

(3)

Dalam bidang kesehatan, kondisi gizi balita masih dikategorikan buruk khususnya di daerah terpencil2.

Menurut Siti (2011) dalam bukunya, Panduan Program Persaudaraan Muslimah, Salimah berdiri karena dilatarbelakangi oleh kondisi perempuan saat ini, yakni tingginys tingkat kekerasan terhadap perempuan dan rendahnya rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan. Saat ini Salimah cabang Medan belum mempunyai tempat yang tetap untuk melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan perempuan, sehingga untuk melaksanakan kegiatannya harus menyewa berbagai tempat. Sehingga diperlukan suatu tempat untuk pusat kegiatan-kegiatan Salimah Medan. Pusat Salimah Sumatera Utara merupakan suatu wadah yang dapat memberikan informasi, pendidikan, pelatihan terhadap perempuan sehingga dapat dijadikan modal dalam melanjutkan atau membuka usaha mandiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup perempuan dan keluarga. Perempuan muslimah dituntut untuk berdakwah sebagaimana hal nya laki-laki mukmin. Perempuan muslimah sebaiknya mencurahkan segala kesungguhan sesuai dengan yang dia mampu dalam berdakwah di jalan Allah. Apabila dakwah itu beraneka macam bentuknya antara ilmu dan taklim, nasihat dan bimbingan-bimbingan, atau menanamkan agama dalam setiap jiwa.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dilaksanakannya studi kasus proyek ini adalah :

 Menyediakan wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas hidup perempuan khususnya muslimah di Sumatera Utara dalam bidang pendidikan, keterampilan, dan ekonomi.

 Menyediakan wadah untuk pusat informasi dan kegiatan muslimah di Sumatera Utara.

 Memberi peluang bagi muslimah yang ingin berkreasi di bidangnya.

Tujuan dari objek Pusat Salimah Sumatera Utara ini adalah pelayanan : a) Kegiatan Perekonomian.

b) Kegiatan Konseling dan Dakwah.

c) Kegiatan Pengembangan Minat dan Bakat, antara lain :

(4)

 Kegiatan Tata Busana.  Kegiatan Tata Boga.  Kegiatan Ketrampilan.

 Kegiatan Bimbingan Pra Nikah.  Kegiatan Kecantikan

d) Kegiatan Pelayanan  Butik.

 Salon khusus Muslimah.  Cafetaria.

1.3. Perumusan Masalah

Merencakan sebuah wadah khusus muslimah pada umumnya mempunyai standar-standar perencanaan yang perlu diperhatikan dan diperlukan studi banding. Dari rumusan-rumusan yang ada, masalah yang akan dihadapi adalah :

 Hal-hal prinsipil apa yang membedakan fasilitas khusus perempuan dengan fasilitas umum yang tidak berorientasi gender.

 Pengaturan gubahan massa dan komposisi bangunan yang efisien dan efektif menurut sirkulasi proses untuk menciptakan lingkungan yang ideal bagi perempuan untuk menjaga privasi para perempuan khususnya muslimah.

 Konsep-konsep Arsitektur Metafora yang bisa menjadi representasi dari nilai kebaikan muslimah.

1.4. Metode Pendekatan

Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses perencanaan dan perancangan pusat pelatihan dan pendidikan perempuan ini dilakukan berbagai :

1. Pendekatan Fungsi :

 Menyediakan suatu wadah yang dapat memenuhi kebutuhan para muslimah akan kegiatan yang dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas hidup muslimah di Sumatera Utara dalam bidang pendidikan, keterampilan, dan ekonomi yang Islami.

(5)

2. Pendekatan Desain

 Mendalami dan mengetahui kebutuhan para perempuan.

 Merancang bangunan yang menerapkan nilai-nilai arsitektural Metafora pada berbagai bagian pada kompleks bangunan Pusat Salimah Sumatera Utara ini.

 Menciptakan desain ruang yang dapat mencerminkan identitas muslimah.

3. Pendekatan Persyaratan Umum

 Pemilihan lokasi tapak yang cukup strategis sebagai Pusat Salimah Sumatera Utara.

 Pengolahan tapak, penataan ruang dalam dan luar.

 Integrasi fungsi di dalam bangunan dan tapak terhadap lingkungan wilayah kota.

4. Pengumpulan Data

 Mencari studi banding dalam memperoleh data-data dan gambaran akan bagaimana sebuah pusat pelatihan perempuan dan program apa saja yang disediakan.

 Studi berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan standar-standar arsitektur dalam perencanaan sebuah pusat pelatihan perempuan dan tema Arsitektur Metafora.

1.5. Lingkup dan Batasan Proyek

Batasan-batasan lingkup kajian yang akan dibahas dalam kasus proyek ini adalah bagaimana mengembangkan berbagai konsep dalam merencanakan dan merancang sebuah Pusat Salimah Sumatera Utara. Lingkup pembahasan yang akan digunakan adalah:

 Menelusuri kegiatan yang dilakukan dalam sebuah pusat pelatihan perempuan.

(6)

 Bagaimana hubungan antar kegiatan perempuan di dalam bangunan dengan bentukan ruang dan massa yang fungsional.

Batasan- batasan dalam merencanakan Pusat Salimah Sumatera Utara adalah:

 Hanya membahas tentang masalah-masalah yang dihadapi dalam merancang sebuah fasilitas pada sebuah pusat pelatihan perempuan dan kaitannya dengan aktifitas yang akan dilakukan.

 Kajian arsitektur akan dibatasi oleh tema dalam penyelesaian kasus ini, yaitu Arsitektur Metafora.

 Menerapkan Arsitektur Metafora ke dalam sebuah Pusat Salimah Sumatera Utara ini.

1.6. Asumsi

Asumsi-asumsi diperlukan terutama yang berkaitan dengan hal-hal berikut :  Asumsi tapak yang terutama berkaitan dengan kondisi dan topografi.  Pemilik proyek yang diasumsikan adalah organisasi pemberdayaan

perempuan “Salimah”.

 Asumsi-asumsi penentuan program ruang terutama yang berkaitan dengan pengadaan ruang dan penentuan besaran ruang untuk mewadahi kegiatan tertetu.

(7)

1.7. Kerangka Berfikir

JUDUL PROYEK dan TEMA

Judul Proyek : Pusat Salimah Sumatera Utara

Tema : Arsitektur Metafora

LATAR BELAKANG

- Kondisi perempuan di Indonesia.

- Maraknya kekerasan terrhadap perempuan.

- Pentingnya pemberdayaan perempuan untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan keluarganya.

MAKSUD dan TUJUAN

- Menyediakan fasilitas pendidikan dan pelatihan yang lengkap dan memadai bagi para perempuan.

- Turut mempromosikan keterampilan kepada masyarakat, sehingga membangkitkan minat wirausaha pada muslimah dalam meningkatkan kualitas diri.

PERMASALAHAN

- Bagaimana menciptakan bentuk bangunan yang sesuai dengan tema arsitektur Metafora.

- Bagaimana menyediakan ruang-ruang yang sesuai dengan aktifitas-aktifitas yang ada dan dapat memberikan kenyamanan pada para pengguna.

STUDI LITERATUR dan

- Analisa kondisi lingkungan yaitu : analisa matahari, vegetasi, view dari dan ke site, vegetasi

- Analisa fungsional yaitu: analisa aktifitas, kebutuhan ruang, besaran ruang, hubungan antar ruang

- Analisa penerapan struktur pada bangunan.

v

KRITERIA dan KONSEP PERANCANGAN

Berdasarkan analisa, Peraturan Pemerintah, konsep tapak, dan konsep bangunan

(8)

1.8. Sistematika Penulisan Laporan

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Menguraikan latar belakang, tujuan, lingkup dan batasan, yang mendasari dilakukannya studi. Kerangka berpikir yang digunakan dan pembahasan sistematika laporan.

Bab 2 Deskripsi Proyek

Menguraikan tentang terminologi dari judul atau kasus proyek, deskripsi proyek, tinjauan terhadap konteks lingkungan dan tinjauan kelayakan (kelayakan teknis, kelayakan ekonomi dan kelayakan fungsional) dari proyek.

Bab 3 Elaborasi Tema

Menguraikan tentang pengertian tema, interpretasi tema, analisa penentuan tema, dan studi banding tema sejenis.

Bab 4 Analisa

Menguraikan tentang analisa - analisa fisik tapak dan lingkungan sekitar, analisa nonfisik serta analisa - analisa fungsional yang berkaitan dalam hal perancangan ruang dalam, dimana nantinya dari hasil analisa - analisa tersebut diperoleh suatu konsep perancangan untuk kasus proyek ini.

Bab 5 Konsep Perancangan

Gambar

Tabel 1.1. Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Suasana kerja yang nyaman, aman dan kondusif akan tercipta bila semua pihak menginginkan ketertiban dalam bekerja sehingga seorang karyawan akan terhindar dari rasa bosan

Acuan konselor dalam memberikan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik sosiodrama sehingga dapat memberikan pemahaman yang menarik bagi siswa, serta dapat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan kajian tentang pengaruh brand image , kualitas produk dan inovasi produk terhadap keputusan

In order to meet the objectives of this study, these seven (7) stages are mainly follows; sample selection stage, data collection stage, data analysis stage (including identify

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

untuk liabilitas keuangan non-derivatif dengan periode pembayaran yang disepakati Grup. Tabel telah dibuat berdasarkan arus kas yang didiskontokan dari liabilitas

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Kegiatan lomba karya tulis ilmiah ini diselenggarakan sebagai bagian dari serangkaian kegiatan Pekan Ilmiah Fisika (PIF) XXVIII Tingkat Nasional 2017 Hima Fisika