• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN PENGGUNAAN PEMBALUT WANITA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI REMAJA WANITA TUNAGRAHITA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN PENGGUNAAN PEMBALUT WANITA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI REMAJA WANITA TUNAGRAHITA."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN PENGGUNAAN PEMBALUT WANITA UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MERAWAT DIRI REMAJA WANITA TUNAGRAHITA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister

Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

OLEH

WITA ASTUTI

1104018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

(2)

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

PEMBELAJARAN PENGGUNAAN PEMBALUT WANITA UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI REMAJA

WANITA TUNAGRAHITA

Oleh Wita Astuti

S.Pd Univesitas Pendidikan Indonesia, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Prodi Pendidikan Kebutuhan Khusus

© Wita Astuti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

(3)

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

DISAHKAN DAN DISETUJUI OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. H. Endang Rochyadi, M.Pd. NIP. 195608181985031002

Pembimbing II

Dr. Tjutju Soendari, M.Pd. NIP. 195602141980032001

Mengetahui,

(4)

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dr. Djadja Rahardja, M.Ed.

(5)

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “PEMBELAJARAN PENGGUNAAN PEMBALUT WANITA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI REMAJA WANITA TUNAGRAHITA” ini dilatarbelakangi dari temuan dilapangan bahwa remaja wanita tunagrahita belum mampu menggunakan pembalut wanita sendiri, diakibatkan pembelajaran di sekolah tidak mendukung terhadap keterampilan merawat diri dalam penggunaan pembalut wanita. Sementara fakta di lapangan ada remaja wanita tunagrahita yang mampu menggunakan pembalut wanita sendiri karena pembelajaran dari orang tua. Dengan demikian perlu ada satu cara agar remaja wanita tunagrahita mampu menguasai keterampilan merawat diri dalam penggunaan pembalut wanita yang didasarkan pada pengalaman orang tua. Penelitian ini menggunakan exploratory mixed methods research design. Penelitian kualitatif menggunakan studi kasus sebanyak tiga remaja tunagrahita dan orang tuanya yang telah berhasil sehingga mampu menggunakan pembalut wanita sendiri, sedangkan untuk penelitian kuantitatif menggunakan desain single subject research A1 – B – A2 dengan dua partisipan remaja wanita tunagrahita yang belum mampu menggunakan pembalut wanita sendiri. Temuan penelitian ini adalah 1) Pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang diterapkan orang tua bervariasi baik dari cara memakai pembalut wanita maupun dari melepas pembalut wanita. 2) Pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang dilakukan orang tua remaja wanita tunagrahita berupaya agar remaja wanita tunagrahita dapat menggunakan pembalut wanita sendiri. 3) Langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang dikembangkan dalam penelitian ini memuat a) Asesmen kemampuan penggunaan pembalut wanita yang meliputi asesmen memakai pembalut dan melepas pembalut. b) Analisis tugas dari masing-masing target behavior. c) Proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga remaja wanita tunagrahita merasa nyaman. d) Bentuk penguatan disesuaikan dengan ketertarikan anak. e) Mengatur perubahan pemberian penguatan baik waktu maupun jumlah sehingga respon yang muncul bertahan lama. 4) Langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut ini telah diujicobakan secara terbatas kepada dua partisipan dengan hasil yang menunjukkan efektif bagi kedua partisipan. Berdasarkan perbandingan hasil baseline 1 dan

baseline 2 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan penggunaan pembalut wanita.

(6)

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

(7)

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI A. Latar Belakang Penelitian .………..…..……...

B. Fokus Kajian dan Pertanyaan Penelitian …………..…..……....

C. Tujuan Penelitian ………...……….……....

D. Manfaat Penelitian ………..…………... KETERAMPILAN MERAWAT DIRI REMAJA WANITA TUNARAHITA DALAM PENGGUNAAN PEMBALUT WANITA BERBASIS ORANG TUA ... A. Keterampilan Merawat Diri ……….……..

1. Konsep Dasar Keterampilan Merawat Diri ...

2. Klasifikasi Keterampilan Merawat Diri ...……….... 3. Proses Pembelajaran Keterampilan Merawat Diri ... B. Landasan Teori Langkah-Langkah Penggunaan Pembalut Wanita ...………... 1. Teori Pengkondisian Operan (Operant Operant Conditioning) Menurut B. F. Skinner ... 2. Penerapan Teori Skinner dalam Pemahaman Tingkah Laku C. Hambatan Remaja Tunagrahita ...

1. Pengertian Remaja dan Perkembangannya ...………... 2. Permasalahan Tunagrahita ...……….. D. Peran Orang Tua dalam Pembelajaran Merawat Diri Pada

Remaja Wanita Tunagrahita ...

E. Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita Dalam Penggunaan Pembalut Wanita Berbasis Orang Tua ... F. Penelitian yang Relevan ...

(8)

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III C. Strategi Pengumpulan Data ...

1. Pengumpulan Data Kualitatif ……….

2. Pengumpulan Data Kuantitatif ………

D. Analisis Data ……….………

1. Analisis Data Kualitatif … ……….

2. Analisis Data Kuantitatif ………

E. Langkah-langkah Penelitian ………..………... HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… A. Deskripsi Kasus, Analisis Data dan Pembahasan tahap 1...

1. Deskriptif Kemampuan Remaja Wanita Tunagrahita dan Pembelajaran yang Dilakukan oleh Orang Tua ...

a. Kondisi Kemampuan Remaja Wanita Tunagrahita dalam Penggunaan Pembalut Wanita ... b. Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita oleh

Orang Tua ... 2. Analisis Data Kemampuan Remaja Wanita Tunagrahita

dan Pembelajaran yang Dilakukan oleh Orang Tua ... 3. Analisis Lintas Kasus ... 4. Pembahasan ... B. Perumusan Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita bagi

Remaja Wanita Tunagrahita ... C. Validasi Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita ... D. Hasil Uji Coba Penggunaan Pembalut Wanita ...

1. Partisipan Uji Coba ... 2. Prosedur Uji Coba Pembelajaran Penggunaan Pembalut

(9)

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 3.1 3.2 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6

Proses-Proses Penguatan dan Hukuman ... Rincian Analisis Tugas Memakai Pembalut Wanita ... Rincian Analisis Tugas Melepas Pembalut Wanita ... Hasil Observasi Kemampuan Penggunaan Pembalut Wanita ... Urutan Analisis Tugas Penggunaan Pembalut Wanita Kasus 1... Urutan Analisis Tugas Penggunaan Pembalut Wanita Kasus 2 ... Urutan Analisis Tugas Penggunaan Pembalut Wanita Kasus 3 ... Analisis Studi Kasus ... Rangkuman Deskripsi Partisipan ...

(10)

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 3.1 3.2

Kerangka Berfikir ... Strategi Eksploratoris Sekuensial ... Alur Penelitian ...

(11)

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK Kemampuan Memakai Pembalut Wanita pada Partisipan 1... Mean Level Kemampuan Memakai Pembalut Wanita pada Partisipan 1... Perbandingan Kondisi A-1 dan A-2 Kemampuan Memakai Pembalut Wanita pada Partisipan 1... Kemampuan Melepas Pembalut Wanita pada Partisipan 1 ... Mean Level Kemampuan Melepas Pembalut Wanita pada Partisipan 1... Perbandingan Kondisi A-1 dan A-2 Kemampuan Melepas Pembalut Wanita pada Partisipan 1 ... Kemampuan Memakai Pembalut Wanita pada Partisipan 2... Mean Level Kemampuan Memakai Pembalut Wanita pada Partisipan 2... Perbandingan Kondisi A-1 dan A-2 Kemampuan Memakai Pembalut Wanita pada Partisipan 2... Kemampuan Melepas Pembalut Wanita pada Partisipan 2 ... Mean Level Kemampuan Melepas Pembalut Wanita pada Partisipan 2... Perbandingan Kondisi A-1 dan A-2 Kemampuan Melepas Pembalut Wanita pada Partisipan 2 ...

(12)

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian Kualitatif: Pedoman Wawancara ... 92 Lampiran 2 Instrumen Penelitian Kualitatif: Observasi Kemampuan Penggunaan

Pembalut Wanita ... 93 Lampiran 3

Lampiran 4

Instrumen Penelitian kuantitatif: Observasi Kemampuan Penggunaan Pembalut Wanita ... Hasil Penelitian Kuantitatif ...

94 97 Lampiran 5

Lampiran 6

Pernyataan Expert Judgement ... Surat Penelitian ...

(13)

1

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Anak tunagrahita sebagaimana anak pada umumnya memiliki hak dan kebutuhan untuk berkembang atau mengaktualisasikan potensinya sehingga dapat hidup mandiri. Pemenuhan akan kebutuhan aktualisasi potensi anak tunagrahita mengalami hambatan karena keterbatasan fungsi kecerdasan intelektual yang berada di bawah usia kronologisnya secara signifikan dan hambatan dalam perilaku adaptif. Kedua hal itu menimbulkan hambatan dalam belajar, hambatan dalam menyesuiakan diri dengan lingkungan dan hambatan dalam menolong diri.

Anak tunagrahita seperti anak-anak lainnya akan mengalami tumbuh kembang baik secara jasmani maupun rohani. Perkembangan tidak dapat dihentikan karena berjalan sesuai dengan tahap perkembangan yang harus dilalui oleh setiap insan. Ketika anak-anak memasuki masa-masa puber, dimana pada tahap ini mulai terjadi pematangan kehidupan kelaminnya (Hurlock, 1978:127). Pada tahap ini untuk pertama kalinya anak wanita mengalami haid atau menstruasi, begitu pula dengan anak wanita tunagrahita.

(14)

2

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran bina diri di sekolah sebagai salah satu solusi bagi remaja wanita tunagrahita untuk mendapatkan penguasaan keterampilan penggunaan pembalut wanita tidak dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa hal-hal berikut yang menyebabkan sekolah tidak dapat mengakomodasi kebutuhan remaja wanita tunagrahita dalam penguasaan keterampilan penggunaan pembalut wanita, yaitu: 1) alokasi waktu pembelajaran bina diri hanya dua jam pembelajaran dalam satu minggu, 2) banyaknya kompetensi dasar pembelajaran bina diri yang harus dikuasai siswa, 3) pembelajaran di sekolah yang lebih mendahulukan tercapainya kurikulum bahan ajar dibandingkan dengan kebutuhan siswanya, 4) pelaksanaan pembelajaran perawatan menstruasi yang memerlukan banyak persiapan dan dalam pelaksanaan pembelajaran memerlukan lebih banyak tindakan dari guru sehingga membuat mata pelajaran bina diri hanya disampaikan sebagai teori tanpa praktek yang menekankan pada penguasaan keterampilan siswa, 5) keterbatasan dari segi privasi penyampaian materi di kelas yang tidak hanya terdapat remaja wanita tunagrahita namun juga ada remaja laki-laki tunagrahita.

(15)

3

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bagi remaja wanita tunagrahita yang belum mampu menggunakan pembalut wanita secara mandiri masih mengandalkan orang tua untuk membantunya.

Pertanyaan yang timbul selanjutnya sampai kapan remaja wanita tunagrahita mengandalkan orang tua untuk membantunya menggunakan pembalut wanita yang pastinya terjadi secara rutin setiap bulannya? Sementara menurut Dinas Kesehatan RI penggantian pembalut dilakukan 3 jam sekali dalam kondisi awal menstruasi. Dapat dibayangkan seorang remaja wanita tunagrahita yang belum mampu mandiri dalam penggantian pembalut hanya mengganti pembalut dua kali sehari saat mandi pagi dan sore di rumah. Dengan demikian berdampak pada kesehatan alat reproduksi remaja tunagrahita yang akan berpengaruh pada kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Untuk itu perlu adanya pembelajaran penggunaan pembalut wanita bagi remaja wanita tunagrahita agar mampu mandiri. Pembelajaran penggunaan pembalut wanita ini lebih efektif dilakukan di rumah bersama orang tua. Hal ini berdasarkan hasil penelitian pendahuluan bahwa di rumah remaja wanita tunagrahita lebih bebas dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak merasa malu dan canggung karena bersama ibu, dapat secara intensif dilakukan karena tidak terbatas jam pelajaran dan kondisi yang tepat sesuai kebutuhan remaja wanita tunagrahita saat mengalami menstruasi.

(16)

4

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Proses pembelajaran untuk anak tunagrahita harus dilakukan secara intensif karena mereka sangat memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan mereka. Dalam melatih kemandirian mereka terdapat pelatihan khusus yaitu bina diri, disini anak-anak tunagrahita mendapat semacam bimbingan yang tujuan utamanya mengurangi ketergantungan terhadap orang lain dan supaya kelak bisa menjadi individu yang mandiri (Fatonah, 2010: 5).

Menurut Kirk (dalam Mahmudah, 2008: 71), kata “bina diri” diserap dari

Bahasa Inggris “self-help” atau “self-care”, dimaksudkan sebagai keterampilan

awal yang diajarkan orang tua kepada kehidupan anak sedini mungkin sebagaimana anak normal lainnya sebagai usaha awal memandirikan mereka. Keterampilan ini termasuk makan, mobilitas, perilaku toileting dan membasuh/mencuci (toileting and washing), serta berpakaian.

Pendidikan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari anak tunagrahita dibina dan dilatih menjadi manusia yang dapat berdiri sendiri dan dapat berpartisipasi dalam lingkungannya. Arah dari kegiatan itu adalah melatih dan mempersiapkan anak dalam suatu keterampilan hidup yang sangat berguna baginya. Keterampilan yang diperoleh dari hasil latihan tersebut dapat dijadikan sebagai kemampuan hidup mandiri untuk merawat diri sendiri sebagai salah satu aspek yang diharapkan dapat menunjang kehidupan sosial yang lebih runtut.

Dengan demikian, pendidikan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari atau bina diri merupakan suatu upaya sadar melalui tahap-tahap persiapan, pembinaan, penyempurnaan, penyaluran kepada sesuatu yang bermanfaat kelak dalam kehidupan yang praktis (Astati, 2010), sehingga keterampilan merawat diri bagi remaja wanita tunagrahita dalam hal penggunaan pembalut merupakan salah satu kebutuhan yang harus diajarkan dan diupayakan untuk dikuasai.

(17)

5

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dianalisis dan dirancang sebuah langkah-langkah pembelajaran yang akan diterapkan kepada remaja wanita tunagrahita yang belum mampu menguasai keterampilan penggunaan pembalut agar mampu menggunakan pembalut wanita sendiri.

B.Fokus Kajian dan Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada remaja wanita tunagrahita yang telah mengalami menstruasi namun belum mampu mandiri dalam penggunaan pembalut wanita. Di atas dikemukakan bahwa ada remaja wanita tunagrahita yang mampu mandiri menggunakan pembalut dengan pembelajaran orang tua di rumah dan ada yang belum mampu mandiri. Penelitian ini mencoba mengungkap keberhasilan pembelajaran yang dilakukan orang tua terhadap anaknya yang tunagrahita dalam penggunaan pembalut wanita. Setelah dilengkapi dengan studi literatur, hasil studi empirik ini akan dituangkan ke dalam sebuah langkah-langkah penggunaan pembalut wanita untuk membantu remaja wanita tunagrahita yang belum mampu mandiri. Dengan demikian terdapat dua kelompok subjek penelitian ini yaitu, 1) remaja wanita tunagrahita yang telah mampu sendiri dalam penggunaan pembalut wanita dengan bantuan pembelajaran orang tua di rumah dan 2) remaja wanita tunagrahita yang belum mampu sendiri dalam menggunakan pembalut wanita. Penelitian pada kelompok subjek pertama difokuskan pada remaja wanita tunagrahita yang telah mengalami menstruasi dan telah dapat sendiri dalam penggunaan pembalut wanita dengan pembelajaran dari orang tua di rumah sedangkan penelitian pada kelompok subjek kedua difokuskan pada keefektifan langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang diterapkan kepada remaja wanita tunagrahita yang belum mampu sendiri dalam penggunaan pembalut wanita.

(18)

6

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan keberhasilan pembelajaran yang dilakukan orang tua terhadap penggunaan pembalut wanita oleh remaja wanita tunagrahita, sedangkan pertanyaan penelitian gugus kedua adalah yang terkait dengan langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang diterapkan kepada remaja wanita tunagrahita yang belum mampu sendiri dalam penggunaan pembalut wanita.

Kedua gugus pertanyaan penelitian tersebut dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang diterapkan

orang tua sehingga remaja wanita tunagrahita mampu menggunakan pembalut wanita sendiri?

2. Bagaimanakah langkah-langkah penggunaan pembalut wanita yang dapat membantu remaja wanita tunagrahita sehingga mampu menggunakan pembalut wanita sendiri?

Agar dapat menemukan jawaban yang lebih spesifik untuk kedua gugus pertanyaan penelitian tersebut, peneliti merincinya menjadi empat sub pertanyaan penelitian. Subpertanyaan a dan b difokuskan pada pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang diterapkan orang tua yang telah berhasil sehingga anaknya mampu menggunakan pembalut wanita sendiri, sedangkan subpertanyaan penelitian c dan d difokuskan pada pengembangan langkah-langkah penggunaan pembalut wanita bagi remaja tunagrahita yang belum berhasil. Keempat subpertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah kemampuan remaja wanita tunagrahita dalam penggunaan pembalut wanita?

b. Bagaimanakah pembelajaran yang diterapkan orang tua remaja wanita tunagrahita dalam penggunaan pembalut wanita?

c. Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita bagi remaja wanita tunagrahita?

(19)

7

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk mengembangkan langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita untuk membantu remaja wanita tunagrahita agar mampu sendiri dalam menggunakan pembalut wanita saat menstruasi.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Memperoleh gambaran yang objektif tentang kemampuan remaja wanita tunagrahita dalam penggunaan pembalut wanita.

b. Memperoleh gambaran yang objektif tentang langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan orang tua dalam hal penggunaan pembalut wanita pada remaja wanita tunagrahita.

c. Merancang langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita bagi remaja wanita tunagrahita.

d. Efektivitas langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita bagi remaja wanita tunagrahita.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat praktis

Manfaat praktis bagi guru dan orang tua hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dalam pembelajaran penggunaan pembalut wanita sehingga dapat meningkatkan keterampilan merawat diri bagi remaja wanita tunagrahita.

(20)

8

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(21)

28

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode campuran (mixed methods). Produk dari penelitian ini adalah sebuah langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut bagi remaja wanita tunagrahita.

Penelitian ini mencoba menjawab dua gugus pertanyaan yaitu gugus pertama “bagaimanakah pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang diterapkan orang tua sehingga remaja wanita tunagrahita mampu menggunakan pembalut wanita sendiri?”, difokuskan pada remaja wanita tunagrahita yang telah berhasil menggunakan pembalut wanita sendiri. Pertanyaan penelitian ini dirinci menjadi dua subpertanyaan penelitian yaitu: (a) Bagaimana kemampuan remaja wanita tunagrahita dalam penggunaan pembalut wanita? (b) Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan orang tua dalam hal penggunaan pembalut wanita? Data yang diperoleh melalui kedua subpertanyaan penelitian tersebut merupakan data kualitatif tentang konstruk teknik penggunaan pembalut wanita.

(22)

29

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang diperoleh melalui kedua subpertanyaan penelitian tersebut merupakan data kuantitatif tentang hasil pengukuran keefektifan teknik tersebut.

Dengan demikian, penelitian ini menangani dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif, dan oleh karenanya desain penelitian yang hanya menggunakan metode kualitatif saja atau metode kuantitatif saja untuk penelitian ini tidak akan memadai; penelitian ini harus menggunakan desain yang mengkombinasikan kedua metode tersebut – yang disebut mixed methods

research design. Mixed methods research design adalah suatu prosedur untuk

mengumpulkan, menganalisis, dan "mencampur" metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam satu kajian untuk memahami sebuah masalah penelitian (Creswell, 2008). Asumsi dasarnya adalah bahwa penggunaan metode kuantitatif dan metode kualitatif, yang dikombinasikan, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah penelitian dan pertanyaan penelitian daripada hanya menggunakan salah satu metode saja.

Terdapat berbagai alasan mengapa mixed methods design harus digunakan untuk melaksanakan suatu kajian. Secara umum, sebuah penelitian dilaksanakan menggunakan mixed methods apabila kita mempunyai data kualitatif maupun data kuantitatif, dan kedua jenis data tersebut secara bersama-sama memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah penelitian itu daripada jika kita hanya mempunyai salah satu dari kedua jenis data tersebut. Penelitian dengan

mixed methods merupakan suatu desain yang baik digunakan jika kita ingin

(23)

30

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

partisipan dalam penelitian, menawarkan bermacam-macam perspektif tentang topik penelitian dan memberikan gambaran yang kompleks tentang situasi yang diteliti. Apabila kita mengkombinasikan data kuantitatif dan kualitatif, kita mempunyai suatu kombinasi yang sangat kuat (Miles & Huberman, 1994, dalam Cresswell, 2008). Misalnya, dengan mengukur outcome suatu kajian (kuantitatif) maupun prosesnya (kualitatif), kita dapat membangun suatu gambaran tentang suatu fenomena sosial yang kompleks (Greene & Caracelli, 1997, dalam Creswell, 2008).

Dalam hal perlakuan peneliti terhadap data kualitatif dan data kuantitatif, dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut.

1. Peneliti mengumpulkan data kualitatif terlebih dahulu, baru kemudian mengumpulkan data kuantitatif, dan pengumpulan data dilakukan dalam dua fase yang terpisah.

2. Peneliti lebih memperioritaskan data kualitatif (QUAL) daripada data kuantitatif (quan). Pemberian prioritas ini berdasarkan pada lebih banyak data kualitatif yang harus dikumpulkan dan di analisis secara mendalam.

3. Peneliti membangun data kuantitatif berdasarkan data kualitatif. Data kuantitatif tentang kefektifan pembelajaran penggunaan pembalut wanita diperoleh setelah peneliti mendapatkan data kualitatif yang digunakan untuk merumuskan pembelajaran tersebut.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah strategi eksploratoris sekuensial. Pada umumnya desain ini diaplikasikan untuk mengeksplorasi suatu fenomena, mengidentifikasi tema-tema, merancang suatu instrumen, dan selanjutnya mengujinya. Secara visual, bagan desain tersebut dapat dilihat pada Bagan3.1 berikut ini.

(24)

31

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 3.1: Strategi Eksploratoris Sekuensial

(diadaptasikan dari Creswell, 2008)

Keterangan:

 Tanda panah menunjukkan urutan pengumpulan data. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan setelah diperoleh data kualitatif.

 Huruf kapital menunjukkan prioritas data. KUAL menunjukkan bahwa data kualitatif lebih diprioritaskan daripada data kuantitatif (kuan).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB C Sumbersari Kota Bandung dan di rumah remaja wanita tunagrahita yang dijadikan studi kasus maupun partisipan uji coba di Kota Bandung. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian adalah berdasarkan latar belakang permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dan letak sekolah yang tidak terlalu jauh dari rumah peneliti serta rumah remaja wanita tunagrahita yang dijadikan studi kasus maupun partisipan uji coba.

C. Penjelasan Istilah

Konsep-konsep utama yang dipergunakan di dalam penelitian ini didefinisikan

sebagai berikut:

1. Tunagrahita

(25)

32

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

inteligensi di bawah rata-rata normal, anak tunagrahita mempunyai kesulitan perilaku nonadaptif (resulting in or associated with concurrent impairment

in adaptive behavior). Kesulitan perilaku ini akan tampak dalam kehidupan

sehari-hari anak tunagrahita dimana yang bersangkutan akan mempunyai hambatan tiga atau kebih terhadap kemampuan yang berkaitan dengan bina diri (self care); kemampuan berbahasa (receptive and expressive language); belajar (learning), mobilitas (mobility); mengatur diri sendiri

(self-direction); kapasitas untuk dapat hidup mandiri (capacity for independent

living); mampu menghidupi diri sendiri secara ekonomi (economic

selfsufficiency). Ketiga, kesulitan pada faktor intelektual dan perilaku non

adaptif terjadi selama masa perkembangan (developmental period), yaitu sejak dilahirkan hingga berusia delapan belas tahun (Deplhie, 2005: 8). 2. Remaja wanita tunagrahita

Remaja wanita tunagrahita adalah tunagrahita yang berjenis kelamin perempuan dengan chronological age remaja yaitu antara 15 sampai 18 tahun (menurut Kimmel,1995:16) dan IQ 54 – 40 menurut Skala Weschler (WISC) atau tergolong tunagrahita sedang serta telah mendapatkan menstruasi.

3. Pembelajaran penggunaan pembalut wanita

Pembelajaran penggunaan pembalut dalam penelitian ini meliputi memakai pembalut wanita dan melepaskan pembalut wanita. Pembalut wanita yang digunakan tanpa sayap (non wing).

4. Keterampilan merawat diri

Keterampilan merawat diri dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pembalut wanita sendiri tanpa dibantu oleh orang lain baik bantuan secara verbal maupun secara tindakan.

(26)

33

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui dua fase yaitu penelitian fase pertama dengan mengumpulkan data kualitatif, sedangkan penelitian fase kedua dengan mengumpulkan data kuantitatif. Data kualitatif berupa data deskriptif tentang penggunaan pembalut yang dilakukan remaja wanita tunagrahita dan pembelajaran yang dilakukan orang tua hingga remaja wanita tunagrahita dapat menggunakan pembalut wanita sendiri. Data kualitatif diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. Sedangkan data kuantitatif berupa hasil pengukuran keefektifan langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita dengan menggunakan eksperimen Single Subject Research (SSR).

1. Pengumpulan Data Kualitatif

a. Metode penelitian kualitatif

Langkah awal yang peneliti lakukan untuk mengidentifikasi kemampuan remaja wanita tunagrahita adalah melakukan observasi kepada remaja wanita tunagrahita yang telah mendapatkan menstruasi. Dari hasil observasi tersebut di dapat remaja yang sudah mampu dan belum mampu dalam penggunaan pembalut wanita. Selanjutnya remaja yang telah mampu menggunakan pembalut wanita sendiri di observasi lebih lanjut tentang langkah-langkah penggunaan pembalut wanita, agar dapat mengungkap data tentang bagaimana remaja wanita tunagrahita mampu menggunakan pembalut sendiri, kajian dilakukan dengan metode studi kasus kualitatif. Feagin, Orum, and Sjoberg (1991) dalam Tarsidi (2008) mendefinisikan studi kasus sebagai "an in-depth, multi-faceted investigation,

using qualitative research methods, of a single social phenomenon" (hal. 2). Studi

(27)

34

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran tentang penggunaan pembalut kepada remaja wanita tunagrahita sehingga mampu sendiri dalam penggunaannya.

b. Pemilihan Sampel

Sebuah kasus dalam studi kualitatif merupakan satu contoh dari satu fenomena, bukan sampel yang mewakili populasi tertentu seperti dalam paradigma kuantitatif (Merriam, 1988, dalam Tarsidi, 2008). Ini berarti bahwa penentuan partisipan sebagai sampel dalam penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk mewakili satu populasi tertentu, dan oleh karenanya hasilnya pun tidak dimaksudkan untuk digeneralisasikan pada populasi tertentu. Penggeneralisasian yang valid secara statistik memang jarang menjadi dasar keputusan dalam pengambilan sampel untuk penelitian kualitatif; melainkan, penelitian kualitatif lebih mengutamakan kasus yang kaya dengan informasi untuk diteliti secara mendalam (Frechtling & Sharp, 1997, dalam Tarsidi, 2008). Praktek seperti ini disebut “purposive sampling” (Lincoln and Guba, 1985, Tarsidi, 2008). Lincoln and Guba mengemukakan bahwa purposive sampling didasarkan atas pertimbangan kekayaan informasi, bukan pertimbangan statistik. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan informasi, bukan untuk memudahkan penggeneralisasian. Kriteria untuk menentukan kapan sampling itu dihentikan adalah keberulangan informasinya (informational redundancy), bukan tingkat kepercayaan statistik (statistical confidence level). Dengan menggunakan

purposive sampling, peneliti meningkatkan cakupan atau kisaran data serta

(28)

35

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Oleh karena itu, pemilihan kasus untuk penelitian ini lebih didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1) Remaja wanita tunagrahita sedang (Skala WISC) 2) Usia perkembangan 15 – 18 tahun

3) Telah mengalami menstruasi.

Selain kepada remaja wanita tunagrahita pada tahap ini orang tua remaja wanita yang telah mampu menggunakan pembalut wanita sendiri juga dilibatkan tentang bagaimana pembelajaran yang dilakukan dalam penggunaan pembalut wanita sehingga putrinya dapat menggunakan pembalut wanita sendiri.

c. Teknik dan Instrumen pengumpulan data kualitatif

Teknik pengumpulan data kasus tersebut menggunakan teknik wawancara untuk orang tua remaja wanita tunagrahita. Sedangkan untuk remaja wanita tunagrahita dengan observasi.

Untuk mendapatkan data dari orang tua remaja wanita tunagrahita peneliti melakukan wawancara. Wawancara merupakan hatinya penelitian sosial (Esterberg dalam Sugiyono, 2012:232). Patton (Tarsidi, 2008:103) berpendapat bahwa wawancara kualitatif merupakan strategi yang paling efektif untuk mengetahui dengan pasti perspektif orang lain. Keuntungan utama dari wawancara tersebut adalah fleksibilitasnya, yang memungkinkan peneliti mengarahkan pembicaraan ke hal-hal yang esensial, untuk mendorong elaborasi hal-hal yang belum cukup dijelaskan atau yang dicoba dihindari oleh partisipan dan untuk menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang kurang mereka fahami (Mouly dalam Tarsidi, 2008:103).

(29)

36

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada masing-masing partisipan. Pedoman wawancara tersebut berfungsi sebagai daftar cek pada saat wawancara dilangsungkan untuk meyakinkan bahwa semua topik yang relevan sudah terliput. Dengan menggunakan pedoman umum ini, peneliti melibatkan diri dalam percakapan dengan masing-masing partisipan. Pedoman umum wawancara tersebut dapat dilihat pada lampiran.

Teknik pengumpulan data dengan observasi dilakukan kepada remaja wanita tunagrahita pada tahap identifikasi yang dilanjutkan pada remaja wanita tunagrahita yang telah mampu menggunakan pembalut wanita sendiri. Marshall (Sugiyono, 2012:226) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Observasi yang peneliti gunakan adalah observasi partisipatif pasif yang dalam hal ini peneliti hanya mengamati kegiatan partisipan dalam menggunakan pembalut. Pedoman observasi yang peneliti siapkan berisi garis-garis besar tentang langkah-langkah penggunaan pembalut yang meliputi memakai pembalut dan melepas pembalut.

2. Pengumpulan Data Kuantitatif

a. Metode penelitian kuantitatif

Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran penggunaan pembalut wanita, diperlukan data kuantitatif hasil uji coba pembelajaran penggunaan pembalut wanita, yang diterapkan pada remaja wanita tunagrahita yang belum mampu menggunakan pembalut wanita sendiri. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan maka uji coba ini dilaksanakan dalam skala terbatas terhadap jumlah minimal, yaitu dua orang klien. Untuk itu, peneliti memandang

single-subject research (SSR) sebagai metode yang tepat. Adapun desain yang

(30)

37

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Grafik 3.1

Disain A-B-A

Keterangan

A-1 Kondisi awal dalam penggunaan pembalut wanita. Pada baseline A-1 ini subjek tidak diberikan intervensi.

B Subjek diberikan perlakuan atau intervensi. Intervensi yang diberikan berupa pembelajaran penggunaan pembalut dengan teknik yang telah disusun dan telah divalidasi.

A-2 Merupakan pengulangan kondisi awal atau kemampuan dasar subjek dalam penggunaan pembalut wanita, pada tahap ini dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana intervensi dapat berpengaruh terhadap kemampuan penggunaan pembalut wanita.

(31)

38

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu X Intervensi

1) Prosedur baseline 1 (A-1)

Pada kondisi baseline partisipan diobservasi ketika sedang menstruasi untuk melihat kemampuan penggunaan pembalut. Berdasarkan observasi tersebut maka dapat terlihat kemampuan partisipan dalam penggunaan pembalut. Kondisi ini sebagai acuan sebelum dilaksanakannya intervensi. 2) Prosedur intervensi

Pada kondisi ini subjek diberikan intervensi pembelajaran penggunaan pembalut wanita. Pembelajaran yang diberikan berdasarkan pada bagianmana partisipan belum dapat menguasai berdasarkan hasil baseline. Proses intervensi ini dilakukan oleh orang tua yang sebelumnya telah diberikan penjelasan pelaksanaan teknik penggunaan pembalut wanita oleh penulis. Proses awal subjek dikondisikan dengan salah satunya mendengarkan cerita yang berjudul Ceritaku tentang Menstruasi, kemudian pembelajaran penggunaan pembalut dimulai dengan menggunakan boneka yang menyerupai dirinya. Selanjutnya subjek mempraktekkan sendiri tiap tahapan yang telah diajarkan.

3) Prosedur baseline 2 (A-2)

Sama seperti pada baseline 1, kondisi partisipan ketika diobservasi pada baseline 2 sedang menstruasi hal ini untuk melihat apakah intervensi yang diberikan berhasil atau tidak dengan melihat perbandingan persentase pada kondisi baseline 1 dan baseline 2

4) Variabel Penelitian Kuantitatif

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian subjek tunggal dikenal dengan istilah intervensi atau perlakuan. Sedangkan variabel terikatnya dikenal dengan target behavior atau perilaku sasaran (Sunanto et al, 2005:13).

(32)

39

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang dikembangkan berdasarkan studi kasus pengalaman orang tua di lapangan pada pembelajaran remaja wanita tunagrahita yang telah mampu menggunakan pembalut sendiri.

b) Variabel terikat (target behavior)

Target behavior dalam penelitian ini adalah kemampuan memakai pembalut wanita dan kemampuan melepas pembalut wanita yang diukur dengan persentase dapat melakukan tanpa bantuan.

b. Pemilihan sampel

Pemilihan sampel untuk partisipan SSR ini dilakukan secara purposif (purposive sampling) dengan kriteria sebagai berikut:

1) Remaja wanita tunagrahita sedang (Skala WISC) 2) Usia perkembangan 15 – 18 tahun.

3) Telah mengalami menstruasi.

4) Belum mampu menggunakan pembalut wanita sendiri. c. Teknik dan instrumen pengumpulan data

Pembelajaran penggunaan pembalut wanita ini dikatakan efektif apabila dapat mengubah keterampilan merawat diri remaja wanita tunagrahita dari yang tidak mampu penggunakan pembalut wanita sendiri menjadi mampu menggunakan pembalut wanita sendiri. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan tersebut adalah dengan rincian analisis tugas dalam memakai pembalut dan melepaskan pembalut. Rincian analisis tugas ini di buat berdasarkan hasil penelitian kualitatif pada remaja wanita tunagrahita yang telah mampu menggunakan pembalut wanita sendiri dan wawancara orang tuanya. Rincian analisis tugas yang dimaksud terdapat dalam tabel berikut:

Tabel 3.1

(33)

40

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. 1Memposisikan celana dalam

1. 2Membalik bagian luar ke bagian dalam

1. 3Memposisikan bagian celana dalam untuk tempat pembalut 2. Melepas bungkus pembalut

2. 1 Mengambil pembalut dari bungkus luar 2. 2Menyobek plastik pembungkus pembalut 2. 3Mengeluarkan pembalut dari bungkus plastik 3. Merekatkan pembalut pada pakaian dalam

3. 1Membuka perekat pembalut

3. 2Memposisikan pembalut pada celana dalam

3. 3Memposisikan celana dalam yang sudah ada pembalut 4. Memakai celana dalam

4. 1Memegang kedua sisi celana dalam 4. 2Meregangkan kedua sisi celana dalam

4. 3Memasukan kaki kanan ke lubang celana dalam 4. 4Menarik celana sampai bagian betis

4. 5Memasukan kaki kiri ke lubang celana dalam 4. 6Menarik celana dalam sampai perut

4. 7Merapikan letak celana dalam

Sedangkan untuk rincian analisis tugas melepas pembalut wanita tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 3.2

Rincian Analisis Tugas Melepas Pembalut Wanita 1. Melepas celana dalam

(34)

41

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. 3Menurunkan celana dalam sampai betis

1. 4Mengeluarkan kaki kiri dari celana dalam 1. 5Mengeluarkan kaki kanan dari celana dalam 2. Melepas pembalut dari pakaian dalam

2. 1Memposisikan celana dalam

2. 2Menarik pembalut dari celana dalam 3. Membersihkan pembalut

3. 1Menyiramkan air ke pembalut bekas 3. 2Mengucek pembalut

3. 3Menyiramkan air ke pembalut 3. 4Memeras pembalut

4. Membuang pembalut

4. 1Mengambil kantong plastik 4. 2Membuka kantong plastik

4. 3Memasukkan pembalut ke kantong plastik 4. 4Mengikat kantong plastik

4. 5Membuang ke tempat sampah

Penelitian dimulai dengan mengaplikasikan instrumen asesmen tersebut yang hasilnya merupakan baseline 1, kemudian dilakukan intervensi dengan mengaplikasikan pembelajaran penggunaan pembalut wanita, dan setelah itu instrumen asesmen yang sama diaplikasikan kembali dalam baseline 2. Hasil

baseline 1 dibandingkan dengan baseline 2 yang digambarkan dalam bentuk

grafik. Perbandingan antara baseline 1 dengan baseline 2 dapat menunjukkan kemampuan remaja wanita tunagrahita dalam menggunakan pembalut wanita.

Untuk mendapatkan data kuantitatif, penilaian kemampuan penggunaan pembalut wanita sebagai berikut:

(35)

42

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2) Prompt, dibantu

3) No respon, tidak dapat melakukan

Masing-masing kriteria bernilai satu, yang kemudian dikonversikan dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:

Nilai = x 100 %

Skor yang diperoleh siswa dihitung berdasarkan achievement yang diperoleh pada masing analisis tugas dibagi dengan skor total masing-masing target behavior adalah 16. Sehingga nilai total yang diperoleh adalah 100%. Dari skor achievment tersebut selanjutnya dibuat sebuah grafik yang menunjukkan perolehan persentase tiap sesi. Sedangkan skor prompt digunakan untuk menganalisis pemberian bentuk bantuan dalam intervensi selanjutnya.

E. Analisis data

Data kualitatif yang diperoleh melalui studi kasus dan data kuantitatif yang diperoleh melalui SSR dianalisis secara terpisah, dan peneliti menginterpretasikan kaitan antara kedua jenis data hasil penelitian tersebut.

1. Analisis Data Kualitatif

Di dalam penelitian ini, peneliti mengaitkan teknik pembelajaran yang dilakukan orang tua dengan kemampuan yang telah dicapai anaknya dengan melihat langkah-langkah dalam setiap kegiatan penggunaan pembalut wanita.

(36)

43

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aspek-aspek mana dari data yang telah terkumpul itu harus diberi penekanan, diminimalkan atau dikesampingkan sama sekali untuk tujuan penelitian yang sedang dilaksanakan. Dalam analisis kualitatif, analis memutuskan data yang mana yang harus ditonjolkan dalam deskripsi data itu berdasarkan prinsip selektivitas, terutama selektivitas berdasarkan Relevansi data itu untuk menjawab pertanyaan penelitian tertentu.

Fase kedua dari analisis data ini adalah menentukan bagaimana data itu akan disajikan. Sajian data ini menampilkan rakitan informasi yang padat dan terorganisasi untuk memudahkan penarikan konklusi. Sajian data itu dapat berupa diagram, tabel, atau grafik, yang berisi data tekstual. Sajian data tersebut dimaksudkan untuk mempermudah analis membuat ekstrapolasi dari data karena dengan sajian ini analisis dapat dengan lebih cepat melihat adanya pola-pola dan hubungan-hubungan yang sistematik. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk sajian data yang berupa tabel.

Fase ketiga dari proses analisis data itu adalah penarikan konklusi dan verifikasi. Penarikan konklusi dilakukan dengan melihat kembali data untuk menimbang-nimbang makna dari data yang sudah dianalisis itu dan untuk menimbang implikasinya bagi pertanyaan penelitian terkait. Verifikasi, yang terkait secara integral dengan penarikan konklusi, dilakukan dengan membaca ulang data berkali-kali untuk melakukan cross-check atau menguji kebenaran konklusi yang telah dibuat. Di samping itu, verifikasi juga dimaksudkan untuk menguji apakah Makna yang disimpulkan dari data yang dianalisis itu rasional, ajeg dan kokoh.

(37)

44

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemudian rancangan tersebut direvisi berdasarkan penilaian dan saran hasil

expert judgment.

2. Analisis Data Kuantitatif

Tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan adalah analisis data, pada penelitian desain kasus tunggal akan terfokus pada data individu daripada data kelompok. Setelah semua data terkumpul kemudian data dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif. Pada penelitian dengan kasus tunggal penggunaan statistik yang kompleks tidak dilakukan tetapi lebih banyak menggunakan statistik deskriptif yang sederhana (Sunanto, 2005:65). Adapun tujuan analisis data dalam bidang modifikasi perilaku adalah untuk dapat melihat sejauhmana pengaruh intervensi terhadap perilaku yang ingin dirubah atau target behavior. Metode analisis visual yang digunakan adalah dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap data yang ditampilkan dalam grafik, dalam proses analisis data pada penelitian subjek tunggal banyak mempresentasikan data ke dalam grafik khususnya grafik garis. Tujuan ditampilkan data dalam bentuk grafik adalah agar lebih mudah dalam menjelaskan kemampuan penggunaan pembalut wanita subjek secara efisien dan detail. Menurut Sunanto (2005:36) terdapat beberapa komponen-komponen dasar yang harus dipenuhi dalam pembuatan grafik diantaranya sebagai berikut:

a. Menentukan absis (sumbu X), yaitu sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk variabel bebas.

b. Menentukan ordinat (sumbu Y), yaitu sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat.

c. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran.

(38)

45

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Garis perubahan kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya.

f. Judul grafik, yaitu judul yang mengarahkan pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

F. Langkah-langkah Penelitian

Secara keseluruhan, langkah-langkah penelitian ini dapat digambarkan seperti yang dapat dilihat pada Bagan 3.2 berikut ini.

(39)

46

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

(40)

80

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Penelitian ini memperoleh kesimpulan-kesimpulan yang berkaitan dengan penggunaan pembalut wanita bagi remaja wanita tunagrahita sebagai berikut: 1. Berdasarkan dari penelitian tentang kemampuan penggunaan pembalut wanita

remaja wanita tunagrahita diperoleh kemampuan penggunaan pembalut wanita remaja wanita tunagrahita bervariasi dari cara memakai dan melepas pembalut wanita.

2. Pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang dilakukan orang tua remaja wanita tunagrahita berupaya agar remaja wanita tunagrahita dapat menggunakan pembalut wanita sendiri. Langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang diterapkan orang tua meliputi: pembelajaran secara langsung, pemberian pembelajaran sesuai dengan kebutuhan anak dan menggunakan penguatan berupa verbal (kata pujian atau teguran).

3. Langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang dikembangkan dalam penelitian ini memuat 1) Asesmen kemampuan penggunaan pembalut wanita yang meliputi asesmen memakai pembalut dan melepas pembalut. 2) Analisis tugas dari masing-masing target behavior. 3) Proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga remaja wanita tunagrahita merasa nyaman. 4) Bentuk penguatan disesuaikan dengan ketertarikan anak. 5) Mengatur perubahan pemberian penguatan baik waktu maupun jumlah sehingga respon yang muncul bertahan lama.

(41)

81

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa penggunaan pembalut wanita dengan langkah-langkah yang dikembangkan dalam penelitian ini cukup efektif untuk membantu remaja wanita tunagrahita dalam meningkatkan keterampilan merawat diri terutama dalam penggunaan pembalut wanita.

B.Saran

Berdasarkan temuan-temuan penelitian ini, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi guru dan orang tua

a. Disarankan agar guru sekolah luar biasa khusus bagi anak tunagrahita dapat mengaplikasikan teknik penggunaan pembalut wanita dengan langkah-langkah yang dihasilkan dari penelitian ini.

b. Dalam mengaplikasikan langkah-langkah pembelajaran ini perlu diperhatikan hal-hal berikut:

a) Langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kemampuan penggunaan pembalut wanita yang meliputi memakai dan melepas pembalut wanita bagi remaja wanita tunagrahita yang belum mampu melakukannya sendiri.

b) Langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita ini dapat diterapkan pada target behavior lain yang berhubungan dengan keterampilan bina diri dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada pada panduan ini.

c) Langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita ini dapat digunakan orang tua untuk melatih putrinya agar mampu menggunakan pembalut sendiri.

(42)

82

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Mengingat bahwa langkah-langkah pembelajaran ini baru diujicobakan dalam skala terbatas kepada dua partisipan remaja wanita tunagrahita, maka disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan, dengan partisipan yang lebih banyak untuk mengembangkan langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita ini.

(43)

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Zaenal (2008). Orientasi Ulang Pendidikan Bagi Peserta Didik

Tunagrahita Dari Pendekatan Formal Ke Pendekatan Fungsional.

[Online]. Tersedia: http://z-alimin.blogspot.com/2008/05/orientasi-ulang-pendidikan-bagi-peserta.html [22 November 2012].

Aprilia, D. I. (2010). Model Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan

Kemandiri Remaja Tunarungu di SLB B di Bandung. Disertasi Doktor

pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Astati. (2010). Bina Diri untuk Anak Tunagrahita. Bandung: Catur Karya Mandiri.

Assjari, M. (2012). Assesmen Kemampuan Merawat Diri. [Online]. Tersedia: http://www.yourfilezone.com/download/?kw=Asesmen%20Kemampuan% 20Merawat%20Diri%20Musjafak%20Assjari&sf=search_books&ref=494 7201&system_controller=signup&system_action=index [10 Januari 2013] Creswell, W. John. (2008). Educational Research Planning, Conducting, and

Evaluating Quantitatif and Qualitatif Research. New Jersey: Pearson

Education, Inc.

Depdiknas. (2007). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Program Khusus

Bina Diri. Jakarta: Depdiknas.

Deplhie, Bandi. (2005). Bimbingan Konseling Untuk Perilaku Non-Adaptif. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Deplhie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting

Pendidikan Inklusi). Bandung: PT. Refika Aditama.

Departemen Kesehatan. (2011). Petunjuk Pelaksanaan Kesehatan Alat Reproduksi. Jakarta: Depkes.

Efendi, Mohammad. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Farozin, M. dan Fathiyah, K. N. (2004). Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta: Rineka Cipta.

(44)

Wita Astuti, 2013

Pembelajaran Penggunaan Pembalut Wanita Untuk Meningkatkan Keterampilan Merawat Diri Remaja Wanita Tunagrahita

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hendriani, Wiwin. dkk. (2006). “Penerimaan Keluarga Terhadap Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental”. Insan, 8, 100 – 111.

Hogg, J and Sebba, J. (1986). Profound Retardation and Multiple Impairment Volume 2 Education and Therapy. Great Britain: Mackays of Chatham Ltd. Kent.

Hurlock, B. Elizabeth. (1978). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Mahmudah, Siti. (2008). “Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita”. Jurnal Pendidikan

Dasar. 9, 71 – 80.

Riasa. (2010). Tugas Perkembangan pada Remaja. [Online]. Tersedia:

http://riasahirin.wordpress.com/2010/10/30/tugas-tugas-perkembangan- remaja/. [24 Desember 2012]

Santrock, W. John. (2007). Remaja Jilid 2. Edisi 11. Jakarta: Erlangga.

Schunk, D.H. (2012). Learning Theories An Educational Perspective. Edisi Keenam. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sunanto, Juang. (2005). Pengantar Penelitian Subyek Tunggal. Criced University of Tsukuba.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Rineka Cipta.

Sumampouw, Anneke dan Setiasih. (2003). “Profil Kebutuhan Remaja Tunarungu”. Anima, 18, 376 – 392.

Tarsidi, Didi. (2008). Model Konseling Rehabilitasi bagi Individu Tunanetra

Dewasa. Disertasi Doktor pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Wade, C dan Tavris, C. (2008). Psikologi Edisi kesembilan. Jakarta: Erlangga. Widati, Sri. (2011). Model Intervensi Rehabilitatif Untuk Meningkatkan

Gambar

Tabel  2.1 3.1
Grafik  3.1 4.1
Grafik 3.1 Disain A-B-A
Tabel 3.1 Rincian Analisis Tugas Memakai Pembalut
+3

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti dapat mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan dan peran keluarga terhadap kemampuan merawat diri anak tunagrahita di SLB Lawang serta untuk mengembangkan

Pembelajaran Dengan Sistem Magang Untuk Meningkatkan Keterampilan Cleaning Service Pada Siswa Tunagrahita Di SMALB Negeri Subang.. Universitas Pendidikan Indonesia |

“ Merefleksi diri melalui video dalam meningkatkan keterampilan gerakan shalat pada anak Tunagrahita ringan (penelitian di SLBN Garut Kota Kelas. VII

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran audio terhadap keterampilan bina diri anak tunagrahita kelas III di SLB BC Panca Bakti Mulia

Bina Diri merupakan suatu usaha dalam memberikan pendidikan bagi anak tunagrahita untuk melatih kemandirian anak, sehingga mampu beradaptasi dari lingkungannya dan mampu merawat

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan seorang anak tunagrahita ringan kelas X yang mengerjakan keterampilan membuat serbet gantung yang selalu salah atau tidak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya penguasaan keterampilan komunikasi interpersonal pada remaja SMA di RPSAA (Rumah Perlindungan Sosial Asuhan Anak) Ciumbuleuit

Tujuan dari pendampingan guru kunjung ini adalah memaksimalkan dan memberikan pengalaman langsung bagi anak tunagrahita dalam pembelajaran keterampilan pengembangan diri mencuci tangan