ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Olahraga
Oleh
ANANG SETIAWAN
1202120
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
SEKOLAH PASCASARJANA
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Oleh
Anang Setiawan, S.Pd.
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Olahraga SPs
© Anang Setiawan 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
ANANG SETIAWAN 1202120
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd NIP. 196506141990011001
Pembimbing II
Dr. Surdiniaty Ugelta, M.Kes, AIFO NIP. 195912201987032001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR BAGAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 10
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 11
D. Tujuan Penelitian ... 12
E. Manfaat Penelitian ... 13
F. Struktur Organisasi Tesis ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 15
1. Belajar Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif ... 15
2. Pembelajaran Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif .... 17
3. Faktor Pendukung Kegiatan Pembelajaran ... 18
4. Hasil Belajar Dari Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 20
5. Senam di Sekolah Dasar ... 25
6. Model-model Pembelajaran di Sekolah ... 33
7. Model Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar ... 36
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
viii
9. Strategi Pembelajaran Jigsaw ... 41
10. Kemampuan Motorik Siswa Sekolah Dasar ... 42
11. Karakteristik Siswa Usia Sekolah Dasar ... 44
B. Penelitian yang Relevan ... 49
C. Kerangka Pemikiran ... 50
D. Hipotesis ... 55
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi/Sampel Penelitian ... 57
B. Desain Penelitian ... 59
C. Metode Penelitian ... 60
D. Definisi Operasional ... 61
E. Instrumen Penelitian ... 62
F. Langkah-langkah Penelitian ... 70
G. Langkah-langkah Pembuatan Instrumen Penelitian ... 71
H. Teknik Pengumpulan Data ... 71
I. Analisis Data ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 74
B. Pengujian Hipotesis Hasil Penelitian ... 81
C. Diskusi Penemuan ... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan
dan sepanjang hidup. Menurut Muhibinsyah (2003, hlm. 10) yang dikutip oleh
Sagala (2003, hlm. 3), menjelaskan bahwa ‘dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu
sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku
yang sesuai dengan kebutuhan’. Sedangkan menurut UUSPN No. 20 tahun 2003
(Sagala, 2003, hlm. 3), bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Jadi, pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku
peserta didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan
sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan dimana individu itu berada.
Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi
lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian peserta didik secara
menyeluruh.
Proses pendidikan yang dilakukan pada semua jenjang mulai dari tingkat
sekolah dasar hingga sekolah lanjutan tingkat akhir tidak hanya menekankan pada
pembelajaran yang bersifat teoritis saja, artinya yang hanya menggunakan
kemampuan kognitif, seperti mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, dan
2
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan kemampuan fisik atau psikomotornya, afektif, dan kognitif secara
bersamaan, yaitu mata pelajaran pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselenggarakan untuk
menjadi wahana bagi kegiatan pendidikan. Sedangkan olahraga dalam lingkup
intrakurikuler adalah kegiatan jasmani sebagai alat pelatihan jasmani untuk
memelihara/meningkatkan derajat sehat dinamis yang adekuat bagi siswa
(Giriwijoyo, 2012, hlm. 78).
Dari paparan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan jasmani dan
olahraga seolah sudah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan lagi
dalam proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan jasmani dan olahraga
(Penjas-Or) merupakan bagian dari kurikulum standar bagi Lembaga Pendidikan Dasar
dan Menengah. Dengan pengelolaan yang tepat, maka akan dirasakan
pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani, dan sosial
peserta didik. Berkaitan dengan olahraga, Giriwijoyo (2012, hlm. 37),
mengungkapkan bahwa “olahraga dapat dibagi menjadi empat, yaitu olahraga
prestasi, olahraga rekreasi, olahraga kesehatan, dan olahraga pendidikan”. Dalam
dunia pendidikan, olahraga prestasi dapat dilakukan dalam kegiatan
ekstrakurikuler yang bertujuan untuk menyalurkan minat dan bakat para peserta
didik pada olahraga kecabangan. Olahraga rekreasi dapat dilakukan salah satunya
dengan cara melakukan wisata lintas alam sehingga akan menumbuhkan rasa
senang pada diri siswa (aspek rohani dan sosial). Pada olahraga kesehatan, para
peserta didik bisa melakukan olahraga massal seperti senam aerobik, poco-poco,
dan lain-lain dengan arahan dari guru atau dari siswa sebagai instruktur.
Sedangkan olahraga pendidikan atau olahraga intrakurikuler merupakan kegiatan
jasmani yang bertujuan untuk memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan
keterampilan gerak dasar peserta didik.
Pendidikan jasmani memiliki definisi yang beragam dalam bentuk redaksi
yang berbeda dari setiap orang atau tokoh yang mengungkapkannya, hal tersebut
didasarkan pada pandangan seseorang terhadap pelaku penjas itu sendiri.
3
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1950 Bab VI pasal 9 dalam Suherman (2009, hlm. 3) sebagai berikut, “Pendidikan
jasmani yang menuju keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan
jiwa dan merupakan usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
sehat kuat lahir batin, diberikan pada seluruh jenjang pendidikan”.
Pandangan lain mengenai pendidikan jasmani dikemukakan oleh Lutan
(2001, hlm. 18), bahwa:
Pendidikan jasmani adalah suatu proses aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematis, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Dari pengertian pendidikan jasmani di atas, dapat dikatakan bahwa sudah
sepatutnya penjas dapat mendidik dan membimbing peserta didik agar sehat
jasmani maupun rohani, cerdas dan berkembang baik kemampuan kognitif,
afektif, psikomotor maupun sosialnya.
Dalam pendidikan jasmani, peserta didik diberi kesempatan yang banyak
untuk mempelajari sekaligus melaksanakan beragam kegiatan yang membina dan
mengembangkan potensi peserta didik baik dalam aspek fisik, mental sosial,
emosial dan moral. Jelasnya pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik dalam hal ini ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Mengenai hal itu, Rink (2002) mengungkapkan bahwa “tujuan pendidikan
jasmani meliputi tiga ranah (domain), yaitu domain kognitif, afektif, dan
psikomotor”. Pada domain kognitif peserta didik diharapkan mampu mengetahui dan memahami tentang materi pembelajaran penjas. Hal ini penting karena
dengan mengetahui serta memahami materi penjas secara teoritis diharapkan akan
membantu peserta didik dalam pelaksanaan praktisnya. Kemudian pada domain
afektif, peserta didik harus bisa menampilkan sikap positif dalam pembelajaran
penjas seperti menghargai teman, kerjasama, percaya diri, terlibat aktif dalam
pembelajaran, dan lain sebagainya. Pada domain ini juga keterampilan sosial
peserta didik akan berkembang karena dalam pembelajaran penjas hubungan
4
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengharuskan peserta didik berkelompok atau beregu, mau tidak mau harus ada
komunikasi dan kerjasama agar regu atau kelompoknya bisa menjadi yang terbaik.
Sedangkan pada domain psikomotor, peserta didik lebih ditekankan pada
pengembangan bahkan penguasaan gerak dan keterampilan motorik. Hal ini
sangat penting karena dengan banyaknya pengalaman serta penguasaan gerak
akan membekali peserta didik pada tugas-tugas gerak yang lebih berat atau lebih
kompleks di masa yang akan datang. Ketiga domain tujuan penjas tersebut
sangatlah penting untuk dicapai sebagai bekal bagi peserta didik.
Tujuan-tujuan pendidikan jasmani dan olahraga tersebut akan dicapai
melalui materi-materi dalam pembelajaran pendidikan jasmani, diantaranya yaitu
aktivitas permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas uji diri,
aktivitas ritmik, aktivitas air, dan aktivitas luar sekolah/alam bebas. Seperti yang
tertuang dalam Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar
kompetensi lulusan mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah
Atas. Salah satu standar kompetensi lulusan untuk tingkat Sekolah Dasar adalah
mempraktekkan gerak ritmik meliputi senam pagi, senam kesegaran jasmani
(SKJ), dan aerobik. Akan tetapi, dalam kenyataannya macam-macam gerak ritmik
tersebut sudah mulai dilupakan dan jarang dilakukan di sekolah dengan beragam
alasan yang mengiringinya. Lebih tepatnya macam-macam gerak ritmik tersebut
pada saat ini dilakukan di sanggar-sanggar senam atau tempat-tempat umum
sebagai olahraga massal bagi masyarakat. Selain itu, standar kompetensi lulusan
yang harus dilaksanakan pada tingkat Sekolah Dasar adalah mempraktekkan gerak
ketangkasan seperti ketangkasan dengan dan tanpa alat, serta senam lantai.
Dari pemaparan tersebut, dapat dipahami bahwa pada tingkat sekolah
dasar materi-materi pendidikan jasmani pada umumnya ditekankan terhadap
pengembangan kemampuan gerak dasar, hal ini bertujuan untuk mempersiapkan
kemampuan jasmani peserta didik ketika akan beranjak kejenjang atau tingkat
pendidikan selanjutnya, yaitu tingkat menengah dan tingkat akhir. Dengan
5
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tertuang dalam kurikulum, diharapkan bisa membekali peserta didik pada
kehidupannya di masa yang akan datang.
Dalam kenyataannya, banyak sekali tantangan yang dihadapi dalam
pembelajaran penjas. Seperti yang dikemukakan oleh Suherman (2009, hlm. 44)
dalam bukunya yang berjudul Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani,
memaparkan:
Banyak para ahli mengatakan bahwa kegiatan mengajar adalah menantang. Sementara itu kegiatan mengajar Penjas lebih menantang lagi. Dengan alasan sebagai berikut: 1) Keadaaan siswa; 2) Isi pelajaran meliputi semua spektrum aktivitas;3) Fasilitas dan alat seringkali di bawah standar kebutuhan; 4) Terkadang guru harus melatih di luar jam pelajaran, 5) Guru harus membina pramuka; 6) Guru harus memegang urusan kesiswaaan.
Selain dihadapkan pada masalah-masalah yang sering dialami oleh mata
pelajaran penjas seperti dalam kutipan di atas, mata pelajaran penjas juga sering
dipandang sebelah mata, negatif, bahkan dianggap kurang penting dibanding mata
pelajaran lain. Seperti yang diungkapkan oleh Lutan (Juliantine, 2010, hlm. 12)
bahwa:
Di Indonesia, mata pelajaran pendidikan jasmani masih dianggap tidak penting. Mata pelajaran ini sering disisihkan. Lebih merana lagi, waktu yang seharusnya digunakan untuk kepentingan belajar itu diisi oleh kegiatan lainnya seperti rapat guru, piknik, atau keperluan lainnya.
Dari pernyataan negatif di atas terhadap pendidikan jasmani, ini bisa
disebabkan oleh proses belajar mengajar yang kurang kondusif sehingga muncul
pandangan-pandangan negatif tersebut baik terhadap mata pelajaran penjas
bahkan terhadap gurunya juga. Oleh sebab itu, guru dituntut harus bisa
memberikan proses pembelajaran yang baik sehingga dapat mewujudkan tujuan
penjas yang pada akhirnya mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dengan
demikian, proses pembelajaran yang baik merupakan alat untuk mencapai tujuan
dan dapat mencerminkan mutu dalam proses belajar mengajar tersebut.
Salah satu alat untuk membantu guru dalam proses belajar mengajar
6
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sagala (2011, hlm. 175), bahwa “untuk mengatasi berbagai problematika dalam
pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model pembelajaran yang
dipandang mampu mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas mengajar
dan juga kesulitan belajar peserta didik”. Selain itu, Aunurrahman (2010, hlm.
143), menerangkan bahwa:
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Dari pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa dengan pemilihan model
pembelajaran yang tepat dalam artian sesuai dengan keadaan dan kebutuhan maka
akan membantu guru serta peserta didik dalam pencapaian tujuan, dalam konteks
ini yaitu tujuan dalam mencapai hasil belajar yang baik.
Pada proses pembelajaran penjas di sekolah banyak sekali guru yang
mengajarkan pendidikan jasmani tanpa mengetahui model pembelajaran apa yang
mereka gunakan, padahal terdapat beberapa macam model pembelajaran dalam
penjas yang dapat digunakan oleh guru. Direct Instruction, Personalized System
for Instruction (PSI), Cooperative Learning, Sport Education, Peer Teaching,
Inquiry Teaching, dan Tactical Games (Metzler, 2000, hlm. 159) merupkan
beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
pendidikan jasmani di sekolah.
Dari ketujuh model pembelajaran penjas di atas, hampir seluruh guru
penjas di sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah lanjutan tingkat
akhir menggunakan model pembelajaran direct instruction dalam proses
pembelajarannya. Direct instruction menurut Metzler, “Teacher as instructional
leader”, jadi guru memegang penuh kendali dalam pembelajaran sehingga siswa
hanya tinggal mengikuti perintah dan menerima apa yang diberikan oleh guru
dalam pembelajaran. Hal ini bisa disebabkan karena pengetahuan atau wawasan
guru tentang model pembelajaran yang kurang, selain itu juga bisa disebabkan
7
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah mengajar dan siswa menerima pelajaran yang diberikan guru. Sehingga,
jika nantinya seorang siswa menjadi guru pendidikan jasmani dia akan mengikuti
tata cara proses pembelajaran langsung/direct instruction sesuai dengan apa yang
didapat saat guru tersebut menjadi siswa. Hal ini bisa menghambat proses
pembelajaran karena guru tidak mau mencoba dan mengembangkan model
pembelajaran lain.
Dari pengamatan peneliti terhadap sekolah yang akan dijadikan lokasi
penelitian, keadaan serupa dilakukan oleh guru penjasnya yaitu menggunakan
model pembelajaran direct instruction dalam proses pembelajarannya. Hal ini bisa
dijadikan dasar oleh peneliti untuk menjadikan sekolah tersebut sebagai lokasi
penelitian dengan cara mencoba menerapkan model pembelajaran lain, yaitu
model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran penjas.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh Robert Slavin pada
awal tahun 1970-an dan sekarang digunakan dibanyak sekolah, pada semua
tingkatan, dan untuk semua subjek pada kurikulum, termasuk pada pembelajaran
penjas. Lebih lanjut Slavin (1990) dalam Metzler (2000, hlm. 227), menjelaskan
bahwa:
....cooperative structures create a situation in which the only way group members can attain their own personal goals is if the group is succesful. Therefore, to meet their personal goals, group members must help their group mates to do what help the group to succeed, and perhaps more important, encourage their group mates to exert maximum effort.
Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa struktur kooperatif
membuat situasi dimana anggota kelompok dapat mencapai tujuan pribadi jika
kelompok sudah berhasil. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pribadi, anggota
kelompok harus saling membantu agar kelompoknya berhasil. Hal tersebut
didukung oleh Metzler (2000, hlm. 228), yang menyatakan bahwa “tema utama
dari pembelajaran kooperatif yaitu kelompok tidak berhasil sampai semua anggota
8
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada model pembelajaran kooperatif terdapat lima strategi belajar yang
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yaitu Student Teams Achievement
Divisions (STAD), Team Games Tournament (TGT), Team Assisted Instruction
(TAI), Jigsaw, dan Group Investigation.
Dari kelima strategi pembelajaran tersebut, dalam penelitan ini peneliti
menggunakan strategi pembelajaran Student Teams Achievement Divisions
(STAD) untuk kelompok eksperimen dan strategi pembelajaran Jigsaw untuk
kelompok kontrol.
STAD adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada keberhasilan
kelompok tanpa adanya kompetisi antar kelompok. Penilaian dilakukan kepada
setiap anggota kelompok yang kemudian dijumlahkan menjadi nilai total
kelompok. Kelompok yang memiliki total nilai paling besar dapat memberikan
motivasi kepada kelompok lain untuk meningkatkan perolehan nilai
kelompoknya. Sedangkan Jigsaw adalah strategi pembelajaran yang menempatkan
siswa pada kelompok-kelompok tertentu dan kemudian diberikan satu bagian
tugas keterampilan, bidang pengetahuan, atau permainan. Jadi, tugas yang
diberikan oleh guru berbeda pada setiap kelompoknya.
Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat
membantu guru dalam mengatasi masalah-masalah yang ditemui dalam proses
pembelajaran, sedangkan bagi siswa bisa membantu dalam mengatasi kesulitan
belajarnya sehingga pada akhirnya akan mampu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan salah satunya yaitu untuk meningkatkan hasil belajar.
Model pembelajaran kooperatif akan peneliti coba terapkan pada salah
satu materi ajar dalam penjas, yaitu senam lantai. Senam merupakan aktivitas fisik
yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Gerakan-gerakan
senam sangat sesuai untuk mendapat penekanan dalam program pendidikan
jasmani, terutama karena tuntutan fisik yang dipersyaratkan, seperti kekuatan dan
daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Disamping itu, senam juga
9
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bagi aktivitas fisik cabang olahraga lain, terutama dalam hal mengatur tubuh
secara efektif dan efisien.
Senam ialah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana,
disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi
secara harmonis (Hidayat, 1979, hlm. 6).
Jadi, fokus senam itu sendiri adalah tubuh, bukan alatnya, bukan pula
gerakannya, karena gerak apapun yang digunakan, tujuan utamanya adalah
peningkatan kualitas fisik serta penguasaan pengontrolannya. Sehingga dengan
demikian akan membantu peserta didik dalam menjalankan kegiatan sehari-hari
baik kegiatan sekolah atau kegiatan lain di lingkungannya.
Akan tetapi, kenyataan dilapangan menunjukan bahwa salah satu
hambatan yang sering ditemui oleh guru penjas dalam mengajarkan senam di
sekolah adalah gambaran/bayangan bahwa senam itu begitu sulit dilakukan serta
memerlukan peralatan khusus yang lengkap seperti pada senam yang selalu
dipertandingkan pada PON atau Olimpiade (Mahendra, 2003, hlm. 7). Sehingga
dengan gambaran-gambaran tersebut akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan
bagi guru penjas, seperti bagaimana senam dapat dimanfaatkan secara optimum
sesuai harapan-harapan di atas? Jenis senam apakah yang dianggap paling sesuai
untuk mendukung upaya pencapaian manfaat senam? Serta bagaimana kesemua
itu dapat dicapai dalam situasi persekolahan yang sangat minim alat seperti di
Indonesia?
Para guru seharusnya menyadari bahwa arti senam dalam pendidikan
jasmani berbeda dengan senam pada PON atau Olimpiade. Dalam dunia
pendidikan, pembelajaran senam seharusnya diartikan sebagai kegiatan fisik yang
didalamnya anak mampu mendemonstrasikan kemampuan untuk menguasai
tubuhnya secara meyakinkan dalam situasi yang berbeda-beda sehingga akan
mencapai tujuan senam itu sendiri. Terdapat banyak jenis senam yang dapat
dilakukan dalam pembelajaran penjas dan disesuaikan dengan keadaan sekolah.
Seperti yang dikemukakan oleh FIG (Federation Internationale de Gymnastique)
10
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Senam artistik (artistic gymnastics)
2. Senam ritmik sportif (sportive rhytmic gymnastics) 3. Senam akrobatik (acrobatic gymnastics)
4. Senam aerobik sport (sports aerobics) 5. Senam trampolin (trampolinning) 6. Senam umum (general gymnastics)
Dalam pelaksanaannya, guru penjas bisa memilih jenis senam yang dapat
digunakan dalam pembelajaran penjas. Salah satu jenis senam yang biasanya
dilakukan dalam pembelajaran penjas di sekolah dan tertuang dalam kurikulum
adalah senam lantai. Senam lantai atau floor Exercises merupakan salah satu jenis
senam yang termasuk dalam kelompok senam artistik (artistic gymnastics). Jenis
senam lantai yang dapat digunakan dalam pembelajaran penjas bisa disesuaikan
dengan keadaan sekolah serta alat yang tersedia, bahkan bisa dilakukan tanpa alat
sekalipun seperti baling-baling, Twist, Sikap lilin, Lompat lenting (Arch Jump),
Tuck Jump¸ keseimbangan (Balances), Lompat kangkang (Straddle Jump),
kayang, dan lain-lain.
Selain mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD dan
Jigsaw dalam pembelajaran senam lantai, peneliti juga akan mencoba menerapkan
model rangkaian gerak senam yang dikembangkan dari gerakan-gerakan senam
ritmik menurut federasi senam internasional (FIG). Model rangkaian gerak senam
yang dikembangkan oleh peneliti mengacu pada kenyataan keadaan sekolah pada
saat ini yang diantaranya kurang memiliki fasilitas bahkan tidak memiliki fasilitas
sama sekali, seperti tidak tersedianya matras. Dengan pengembangan model
rangkaian gerakan senam ini, guru penjas pada khususnya di sekolah dasar
mempunyai referensi baru mengenai model pembelajaran yang bisa diterapkan
dalam pembelajaran penjas dan juga model rangkaian gerakan senam yang bisa
dipakai dalam materi senam lantai.
Berdasarkan uraian beberapa masalah di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti tentang penerapan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dan
Jigsaw dengan variabel atributnya yaitu kemampuan motorik siswa terhadap hasil
11
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Pada saat ini, materi senam lantai dalam pembelajaran pendidikan jasmani
sudah mulai diabaikan oleh guru penjas. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor,
diantaranya adalah gambaran/bayangan guru bahwa senam itu sulit untuk
dilakukan serta memerlukan peralatan khusus yang lengkap seperti pada senam
yang selalu dipertandingkan pada PON atau Olimpiade (Mahendra, 2003, hlm. 7).
Dengan gambaran-gambaran tersebut maka akan menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan bagi guru penjas, seperti bagaimana senam dapat dimanfaatkan secara
optimum agar bisa mencapai harapan-harapan yang telah dikemukakan pada latar
belakang penelitian di atas, diantaranya untuk meningkatkan kesegaran jasmani,
mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual?
Jenis senam apakah yang dianggap paling sesuai untuk mendukung upaya
pencapaian manfaat senam? Serta bagaimana kesemua itu dapat dicapai dalam
situasi persekolahan yang sangat minim alat seperti di Indonesia?
Dengan pemilihan gerakan-gerakan senam yang sederhana dan bahkan
mungkin tanpa menggunakan alat, serta penerapan model pembelajaran yang tepat
diharapkan akan membantu siswa dan guru dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapai oleh para guru penjas dengan mencoba menerapkan
model pembelajaran kooperatif strategi STAD dan Jigsaw dalam pembelajaran
senam lantai.
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, maka identifikasi
masalah penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Anggapan guru penjas bahwa senam itu sulit. Kenyataan di lapangan
menunjukan bahwa salah satu hambatan yang sering ditemui oleh guru
penjas dalam mengajarkan senam di sekolah adalah gambaran/bayangan
bahwa senam itu sulit dilakukan seperti senam yang dipertandingkan pada
12
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Pemilihan jenis senam. Jenis senam yang digunakan dalam pembelajaran
penjas bisa disesuaikan dengan keadaan siswa dan sekolah akan tetapi
dengan tetap mengacu pada upaya pencapaian manfaat senam.
3. Minimnya alat pembelajaran dalam senam. Selain bayangan dari guru
penjas tentang gerakan senam itu sulit, masalah berikutnya adalah
minimnya alat pembelajaran, dalam hal ini matras untuk senam lantai.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan, apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai
antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw?
2. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan
kemampuan motorik terhadap hasil belajar senam lantai?
3. Bagi siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi, apakah terdapat
perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan
kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
strategi Jigsaw?
4. Bagi siswa yang memiliki kemampuan motorik rendah, apakah terdapat
perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan
kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
strategi Jigsaw?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
13
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai
antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran
kooperatif dengan kemampuan motorik terhadap hasil belajar senam
lantai.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai
antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw pada siswa yang memiliki
kemampuan motorik tinggi.
4. Untuk mengetahui, apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai
antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw pada siswa yang memiliki
kemampuan motorik rendah.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan serta
menguatkan teori sebelumnya dengan dukungan data empiris yang ada
mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif dan kemampuan
motorik terhadap hasil belajar senam lantai.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan atau
bahkan menjadi pedoman bagi para pendidik atau guru-guru pendidikan
jasmani mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif dan
14
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Struktur Organisasi Tesis
Sistematika penulisan yang digunakan pada tesis ini adalah sebagai
berikut:
BAB I Menjelaskan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah
penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
atau signifikansi penelitian, dan struktur organisasi tesis.
BAB II Menjelaskan tentang studi literatur, pendapat para ahli, teori tentang
variabel yang sedang dikaji (state of the art), penelitian yang relevan,
kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.
BAB III Menjelaskan tentang lokasi dan populasi/sampel penelitian, desain
penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen
penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan
data, dan analisis data.
BAB IV Menjelaskan tentang hasil penelitian dengan menggunakan
pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang
berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis,
tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis temuan.
BAB V Menjelaskan tentang kesimpulan dan saran yang menyajikan
penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Bertitik tolak dari tujuan penelitian yang telah dipaparkan pada BAB I,
yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok
siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan
kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi
Jigsaw, maka berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, serta pengujian
hipotesis, dapat disimpulkan bahwa:
1. Secara keseluruhan, terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara
kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw.
2. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan
kemampuan motorik terhadap hasil belajar senam lantai. Ada beberapa
temuan di lapangan yang diduga menyebabkan tidak terdapatnya interaksi,
diantaranya yaitu sifat anak-anak, motivasi, keterbatasan waktu,
keterbatasan lapangan, dan kondisi lapangan.
3. Pada siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi, kelompok siswa
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD
menunjukkan skor rata-rata yang lebih besar dari pada kelompok siswa
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw.
4. Pada siswa yang memiliki kemampuan motorik rendah, hasil belajar
senam lantai kelompok yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
strategi STAD lebih besar dari pada kelompok yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw. Hal ini bisa merupakan suatu
indikasi bahwa model pembelajaran kooperatif strategi STAD lebih cocok
digunakan baik pada kelompok yang memiliki kemampuan motorik tinggi
89
ANANG SETIAWAN, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR
SENAM LANTAI SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B.Saran
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat
perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw. Secara lebih rinci,
hasilnya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif strategi STAD lebih
besar pengaruhnya terhadap hasil belajar senam lantai dibandingkan dengan
model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw. Bagi guru penjas Sekolah Dasar,
disarankan agar menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD
untuk meningkatkan hasil belajar senam lantai. Karena dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif strategi STAD memberikan dampak terhadap
peningkatan rata-rata hasil belajar senam lantai siswa. Selain menggunakan model
pembelajaran kooperatif strategi STAD, guru juga dapat membuat rangkaian
gerakan senam lantai yang dapat disesuaikan dengan keadaan, baik keadaan siswa
maupun keadaan lingkungan tempat belajar, sehingga siswa bukan hanya sekedar
meningkatkan hasil belajarnya saja akan tetapi juga mendapatkan manfaat dari
senam itu sendiri dalam menunjang kehidupannya baik dimasa kini maupun masa
yang akan datang.
Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan agar dikembangkan melalui
kajian atau penggunaan model pembelajaran lain atau penerapan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi lagi. Kemudian juga bisa dikaji dalam fokus lain
seperti pada materi penjas yang lain, pada gender yang berbeda, jumlah sampel
yang lebih banyak, pada kelompok usia, atau bahkan pada olahraga prestasi, dan
lain sebagainya sehingga akan lebih menguatkan temuan dari hasil penelitian