• Tidak ada hasil yang ditemukan

SENI PERTUNJUKAN REOG PONOROGO DI PAGUYUBAN SINGO LODOYO CILOKOTOT DESA MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SENI PERTUNJUKAN REOG PONOROGO DI PAGUYUBAN SINGO LODOYO CILOKOTOT DESA MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Shela Fajarianti, 2013

SENI PERTUNJUKAN REOG PONOROGODI PAGUYUBAN SINGO LODOYO CILOKOTOT DESAMARGAHAYU

KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Tari

Oleh Shela Fajarianti

0906420

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

SHELA FAJARIANTI

SENI PERTUNJUKAN REOG PONOROGO DI PAGUYUBAN SINGO LODOYO CILOKOTOT DESAMARGAHAYU

KABUPATEN BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Dr. Trianti Nugraheni, S.Sn.,M.Si. NIP. 197303161997022001

Pembimbing II

Tatang Taryana, M.Sn. NIP. 19650101200112001

Mengetahui :

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari

(3)

Shela Fajarianti, 2013

SENI PERTUNJUKAN REOG PONOROGO DI PAGUYUBAN SINGO LODOYO CILOKOTOT DESAMARGAHAYU

KABUPATEN BANDUNG

Oleh Shela Fajarianti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Program Studi Pendidikan

Seni Tari.

© Shela Fajarianti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

ABSTRAK

(5)

Shela Fajarianti, 2013

ABSTRAK

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... I

ABSTRAK ... Ii

KATA PENGANTAR ... Iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... V

DAFTAR ISI ... Vii

DAFTAR TABEL ... Ix

DAFTAR GAMBAR ... X

DAFTAR LAMPIRAN ... Xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Penelitian terdahulu ... 8

B. Landasan Teori ... 9

1. Pengaruh Era Globalisasi ... 9

2. Seni dan Budaya Tradisional ... 11

3. Kesenian Reog Ponorogo ... 13

4. Paguyuban Singo Lodoyo ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian... 18

B. Metode Penelitian ... 18

C. Definisi Operasional... 20

D. Instrumen Penelitian ... 20

(7)

Shela Fajarianti, 2013

F. Analisis Data ... 24

G. Langakah - langkah Penelitian ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Hasil Penelitian ... 1. Kesenian Reog Ponorogo ... 28 28 a. Sejarah ... b. Latarbelakang Berdirinya Paguyuban Singo Lodoyo ... c. Faktor-faktor Yang Terdapat Dalam Kesenian Reog Ponorogo Di Paguyuban Singo Lodoyo... 1. Lagu dan Gamelan Kesenian Reog Ponorogo... 2. Topeng Dadak Merak... 3. Disajikan Dalam Bentuk Sendratari ... 4. Pakaian Khas Kesenian Reog Ponorogo ... 5. Penari Dalam Kesenian Reog Ponorogo... 6. Ilmu Mistik Dalam Kesenian Reog Ponorogo... 7. Dapat Dimainkan Dimanapun Diinginkan Dan Waktu Apapun ... 8. Seluruh Penari Kesenian Reog Ponorogo Pria. ... 30

1. Karekteristik Tokoh ... 44

2. Struktur Pertunjukan ... 49

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal karena seni dan budayanya yang beranekaragamsehinga bangsa ini memiliki daya tarik tersendiri juga memiliki nilai yang tinggi terhadap seni dan budaya, karena keanekaragamnya maka seni dan budaya menjadi ciri khas dan identitas bangsa.Kondisi ini tentunya sangat penting untuk dipertahankan, mengingat banyak seni tradisional yang mulai pudar dan hilang ditinggal oleh pendukungnya akibat dari perkembangan zaman.Masyarakat kini lebih bangga dengan budaya luar dibandingkan dengan seni dan budaya tradisional.

Masuknya era globalisasi dalam budaya lokal menjadi hambatan yang paling mendasar untuk mengangkat budaya tradisionaldalam mencapai eksistensi.Dalam hal inilah identitas budaya tradisional menjadi sangat penting untuk lebih dipertahankan, karena masuknya budaya luaryang dengan mudah diterima oleh masyarakat merupakan ancaman besar dalam mempertahankan eksistensi budaya tradisional.Hal ini sangat memprihatinkan, banyak sekali pergeseran nilai-nilai budaya tradisi menuju budaya barat, tanpa disadari masyarakat telah menyia-nyiakan aset dan ciri khas bangsa yang paling berharga.

(9)

2

Shela Fajarianti, 2013

inilah yang membuat kesenian Reog Ponorogo sempat di claim oleh negara lain, karena mereka mengetahui betapa besar, berharga dan uniknya seni dan budaya yang dimiliki oleh bangsa.

Kesenian Reog Ponorogo seperti halnya seni tradisional yang lain, merupakan salah satu bentuk seni yang memiliki ciri khas dan keunikan pribadinya serta corak daerah. Pesatnya perkembangan budaya serta makin mudahnya hubungan antar daerah membuat kesenian Reog Ponorogo perlu menunjukan eksistensinya.KesenianReog Ponorogo adalah sebuah kesenian yang lahir dan berasal dari kota Ponorogo, Jawa Timur. Kesenian Reog Ponorogo berkembangluas, meluas ke berbagai daerah di dalam negeri hingga luar negeri.Banyak terdapat simpangsiur mengenai pembentukan kesenian Reog Ponorogo yang pertama dilahirkan, karena belum mempunyai kesimpulan yang melatarbelakangi pembentukannya.Sekarang pencipta kesenian Reog Ponorogo sudah tidak ada, dan untuk mendapatkan informasi mengenai latarbelakang kesenian Reog Ponorogo sangat sukar untuk diperoleh.Kesenian Reog Ponorogo memiliki ciri-ciri khas dan ciri-ciri khusus, dari kedua ciri inilah yang akhirnya tampak adanya perbedaan yang jelas pada kesenian Reog Ponorogo dibandingkan dengan kesenian lainnya.Menurut Hartono (1980: 12-21) yaitu sebagai berikut.

1. Ciri – ciri khusus yang dimiliki Reog Ponorogo : a. Reog disajikan dalam bentuk sendratari.

b. Reog berfungsi sebagai penggerak masa. c. Reog memiliki susunan yang kuat. d. kadang – kadang disisip ilmu mistik . e. Reog memiliki lagu-lagu khusus.

f. Reog dapat dimainkan dalam berbagai kegiatan

2. Ciri – ciri khas yang melatarbelakangi Reog Ponorogo : a. Pakaian yangdigunakan memiliki ciri khas berwarna hitam. b. Semua pemain dan peserta harus pria.

c. Penari kuda kepang anak laki-laki. d. Menggunakan gamelan khusus.

e. Penari-penari dalam kesenian Reog, terdiri dari : 1. Penari Kuda Kepang

(10)

3

Kesenian Reog Ponorogo memang sudah mendarah daging bagi masyarakat Ponorogo, serta masyarakat Jawa Timur. Dapat kita cermati bahwa kesenian Reog Ponorogo dapat berkembang karena memperoleh dukungan yang amat besar dari masyarakat daerahnya, sehingga saat masyarakat Ponorogo mencari pekerjaan, ataupun menetap, tetap membawa serta seni dan budaya daerahnya yaitu kesenian Reog Ponorogo. Ini tentu merupakan modal yang amat besar bagi usaha melestarikan dan mengembangkan kesenian tradisional, sehingga tidak jarang masyarakat Ponorogo yang tersebar di daerah-daerah baik di dalam negeri ataupun mancanegara membuat perkumpulan kesenian Reog Ponorogo. Kesenian Reog Ponorogo dibentuk melalui perkumpulan-perkumpulan kesenian dalam upaya untuk melestarikan seni dan budaya tradisional, ataupun hanya sebagai hiburan masyarakat.

Sanggar ataupun paguyuban yang dibuat oleh masyarakat Ponorogo di berbagai daerah baik di dalam negeri ataupun mancanegara, sehingga seni dan budaya berbaur menjadi satu dan terjadi percampuran seni dan budaya yang dipengaruhi oleh budaya setempat, sehingga Kesenian Reog Ponorogo lebih berkreasi dan berfariasi. Perkumpulan kesenian terdapat perbedaan serta keunikan tersendiri didalamnya yang dipengaruhi oleh budaya setempat, tetapi tidak mengubah esensi dari kesenian Reog Ponorogo itu sendiri hanya mengadopsi, menambahkan, dan mengkreasikan sesuai kreatifitas dari perkumpulan-perkumpulan kesenian Reog Ponorogo, hal ini sebagai kebutuhan dari pertunjukan seni.

(11)

4

Shela Fajarianti, 2013

memperoleh gambaran tentang Seni Pertunjukan Reog Ponorogo Di Paguyuban Singo Lodoyo Cilokotot Desa Margahayu Kabupaten Bandung.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Kesenian Reog Ponorogo memiliki keunikan dari berbagai segi, maka penelitian ini difokuskan pada latarbelakang terbentuknya kesenian Reog Ponorogo di paguyuban Singo Lodoyo, faktor-faktor yang terdapat dalam kesenian Reog Ponorogo, dan proses melestarikan kesenian Reog Ponorogo di Paguyuban Singo Lodoyo.

Dalam perumusan masalah dicari dan dikaji data empirisnya melalui jawaban atas pertanyaan penelitian berikut :

1. Bagaimana karakteristik tokoh pada kesenian Reog Ponorogo di paguyuban Singo Lodoyo?

2. Bagaimana struktur pertunjukan dalam kesenian Reog Ponorogo di paguyuban Singo Lodoyo?

3. Bagaimana struktur struktur gerak dalam kesenian Reog Ponorogo di paguyuban Singo Lodoyo?

4. Bagaimana kostum pada kesenian Reog Ponorogo di paguyuban Singo Lodoyo?

C. Tujuan Penelitian

(12)

5

memiliki berbagai keunikan serta corak daerah didalamnya. Perlu kita sadari bahwa seni dan budaya tradisional perlu terjaga kelestariannya baik masa sekarang dan masa yang akan datang, karena seni dan budaya merupakan identitas bangsa. Terdapat dua tujuan yaitu umum dan khusus:

1. Tujuan Umum

a. Untuk kepentingan akademik.

b. Melestarikan kesenian tradisional salah satunya kesenian Reog Ponorogo, Jawa Timur.

c. Agar kesenian Reog Ponorogo tetap terjaga eksistensinya. 2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik tokoh pada kesenian Reog Ponorogo di paguyuban Singo Lodoyo.

b. Mengetahuistruktur pertunjukan dalam kesenian Reog Ponorogo di paguyuban Singo Lodoyo.

c. Mengetahuistruktur struktur gerak dalam kesenian Reog Ponorogo di paguyuban Singo Lodoyo.

d. Mengetahui kostum pada kesenian Reog Ponorogo di paguyuban Singo Lodoyo.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam upaya melestarikan, dan menjaga eksistensi budaya dalam mengangkat seni dan budaya tradisional khususnya kesenian Reog Ponorogo agar menjadi salah satu aset dari keunikan budaya Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

(13)

6

Shela Fajarianti, 2013

Diharapkan dapat memberikan sebuah manfaat, menambah pengetahuan, dan wawasan yang luas, sehingga dapat dijadikan pengalaman yang lebih berguna baik untuk sekarang maupun di masa yang akan datang.

2. Peneliti lain

Dapat dijadikan langkah awal untuk penelitian lebih lanjut mengenai Seni Pertunjukan Reog Ponorogo Di Paguyuban Singo Lodoyo Cilokotot Desa Margahayu Kabupaten Bandung.

3. Seniman

Menambah pengetahuan yang lebih mendetail dalam bentuk karya tulis ilmiah, menjadi referensi, dan tolak ukur dalam meningkatkan kreatifitas, keunikan dalam upaya menjaga eksistensi dan melestarikan seni dan budaya tradisional.

4. Masyarakat

Diharapkan dapat menjadi penggerak kecintaan akan budaya tradisional. Menjadikan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai seni dan budaya tradisional, serta menjadi masukan bagi upaya meningkatkan kecintaan akanseni dan budaya sebagai bagian dari generasi penerus yang menjunjung kelestarian atas keindahan dari seni dan budaya tradisional sebagai identitas dari bangsa Indonesia.

5. Jurusan Pendidikan Seni Tari Dan Universitas Pendidikan Indonesia. Dapat menambah khasanah kepustakaan khususnya di Jurusan Pendidikan Seni Tari, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

6. Dinas Pariwisata dan Olah Raga

Sebagai masukan dalam upaya mengangkat, melestarikan, mengembangkan, dan memelihara seni dan budaya tradisional sebagai kekayaan budaya dan identitas bangsa.

(14)

7

Sebagai masukan dalam upaya mengangkat, melestarikan, mengembangkan, membina, dan memeliharaseni dan budaya tradisional sebagai sebuah budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya dan pendidikan cinta akan seni dan budaya tradisional yang merupakan kekayaan bangsa.

E. Struktur Organisasi Skripsi 1. JUDUL

2. HALAMAN PENGESAHAN 3. PERNYATAAN

4. ABSTRAK

5. KATA PENGANTA

6. UCAPAN TERIMAKASIH 7. DAFTAR ISI

8. DAFTAR TABEL 9. DAFTAR GAMBAR 10.DAFTAR LAMPIRAN 11.BAB I Peandahuluan 12.BAB II Kajian Pustaka 13.BAB III Metode Penelitian

14.BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 15.BAB V Kesimpulan dan Saran

(15)

8

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini dijadikan sebagai lokasi tempat penelitian adalah Seni Pertunjukan Reog Ponorogo Di Paguyuban Singo Lodoyo Jl. Terusan kopo Gg. H. Sobandi No. 91 Cilokotot Rt/Rw 04/03 Desa Margahayu. Kabupaten Bandung.

2. Subjek Penelitian

Sabjek penelitian berupa ciri khas, masalah-masalah yang diteliti, serta hal-hal yang menyangkut dari seni pertunjukan Reog Ponorogo di Paguyuban Singo Lodoyo cilokotot desa margahayu kabupaten Bandung.

B. Metode Penelitian

Peneliti diarahkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam menggunakan metode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif, untuk membantu mengumpulkan data secara terperinci hingga menghasilkan data yang akurat sesuai dengan fakta.Penelitian kualitatif menggambarkan tentang penemuan yang secara rinci kemudian data dikumpulkan, data-data tersebut diolah, dan dianalisis, kemudian hasil dari keseluruhan menjadi pendukung hasil dari pertanyaan peneliti.Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010: 94) yaitu sebagai berikut.

(17)

Shela Fajarianti, 2013

sebagai makna yang tersembunyi, atau dengan sengaja disembunyikan, seperti mengapa kesadaran itu kurang, cukup dan sebagainya.

Metode deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu. Metode deskriptif adalah suatu cara dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.Mengenai metode deskriptif analisis menurut Whitney (1960) http://uki-sukrianto.blogspot.com/2012/05/penelitian-deskriptif-menurut-whitney.html mengungkapkan pendapat sebagai berikut.

Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Pendapat lain menurut Nyoman Kutha Ratna (2010: 467) mengungkapkan sebagai berikut.

“Metode desktiptif ialah metode dengan cara terlebih dahulu

menguraikan objek penelitian kemudian menganalisi dengan menggunakan teori-teori tertentu hingga mendapatkan hasil ”.

Hal ini sesuai dengan pendapat Uki Sukrianto pada blog, yaitu http://uki-sukrianto.blogspot.com/2012/03/metode-deskriptif.html mengenai ciri-ciri metode deskriptif sebagai berikut.

1. Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian dilakukan atau permasalahan yang bersifat aktual.

2. Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang seimbang. 3. Pekerjaan peneliti bukan saja memberikan gambaran terhadap

(18)

Alasan pemilihan penelitian kualitatif, menggunakan metode deskriptif analisis dalam penelitian ini dikarenakan peneliti berusaha mencoba meneliti dan memperoleh gambaran tentang keunikan, permasalahan-permasalahan yang terdapat pada kehidupan kesenian Reog Ponorogo Di Paguyuban Singo Lodoyo Cilokotot Desa Margahayu Kab. Bandung. Penelitian ini bukan untuk menguji hipotesis yang didasarkan pada suatu teori, melainkan peneliti ini lebih terfokus pada deskriptif naturalistik tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

C. Definisi Operasional

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menghindari terjadinya kesalahpahaman, maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut.

1. Reog Ponorogo salah satu kesenian dari Ponorogo, Jawa Timur yang memiliki keunikan di dalamnya, terdapat hal-hal yang menonjol pada seni pertunjukan Reog Ponorogo, kemudian mempunyai peran yang besar dalam pembentukan kebudayaan masa kini maupun masa yang akan datang, Reog Ponorogo salah satu budaya Indonesia yang memiliki eksistensi yang sangat baik.

2. Eksistensi adalah teori yang berpengaruh terhadap ketakutan seseorang. Nilai-nilai keberadaan yang terdapat pada model yang dipelajari terdapat didalamnya, ketakutan untuk lebih dalam berbagai bidang seperti keberadaan, keunikan, kemampuan, sehingga membuat dirinya berbeda. 3. Paguyuban Singo Lodoyo, paguyuban kesenian Reog Ponorogo yang

terdapat di Jl. Terusan Kopo. Gg. H Sobandi No. 91. Cilokotot Rt/Rw 04/03 Desa Margahayu Kab. Bandung.

D. Instrumen Penelitian

(19)

Shela Fajarianti, 2013

pengetahuan.Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010: 91) dalam bukunya terdapat kutipan menutut Kant yaitu.

“Persepsi lebih dari sekedar pengindraan, sebab persepsi juga berasal dari

aparatus mentalitas.Pengetahuan tidak bisa dilepaskan dari subjek yang

mengetahui, pengetahuan pada gilirannya bertumpu pada pengetahuan”.

Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh benar-benar alamiah atau merupakan data langsung. Metode ini sangat mengutamakan manusia sebagai alat utama penlitian ia sekaligus menjadi pelopor hasil penelitian yang memberikan data sesuai dengan analisis data yang telah dikumpulkan. Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010: 95) menyatakan bahwa.

“Metode kualitatif juga disebut naturalistik, almiah, dengan

pertimbangan melakukan penelitian dalam latar yang sesungguhnya sehingga objek tidak berubah, baik sebelum maupun sesudah diadakan suatu

penelitian”.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau suatu cara yang dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya untuk dapat ditarik kesimpulan dari fenomena yang sebenarnya terjadi. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Moh.Nazir (1988: 211) bahwa.

“Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan”.

Dari paparan di atas secara tidak langsung menurut peneliti agar mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup mendalam terhadap masalah yang akan diteliti. Oleh karena itu peneliti harus mempunyai persiapan matang, adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pedoman Wawancara

(20)

langsung, bercakap-cakap baik antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok yang berupa beberapa bentuk pertanyaan-pertanyaan.Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010: 222) sebagai berikut.

“Wawancara (interview) adalah cara-cara untuk memperoleh data yang kumplit sesuai dentang fakta yang ada, dilakukan baik antara

individu dengan individu maupun individu dengan kelompok”.

Cara tersebut digunakan dalam penelitian ini sebagai pegangan dalam melakukan wawancara dengan narasumber yang dijadikan objek penelitian untuk mendapatkan data-data yang akurat dan terpecaya.Wawancara dilakukan kepada narasumber yaitu kepada.

a. Suparno, ketua dari paguyuban Singo Lodoyo mengenai tujuan dibentuknya paguyuban Singo lodoyo, manfaat yang diperoleh, kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam pembentukan paguyuban Singo lodoyo ataupun dalam latihan, serta perbedaan antara pertunjukan yang terkait dengan pertunjukan Reog Ponorogo. b. Teguh, selaku pemain, perintis dan penyedia tempat, serta para

penari, untuk memperoleh data-data berupa sejarah Reog Ponorogo, struktur pertunjukan, struktur gerak, rias dan kostum. c. Kepada penari Jatilan yaitu Syahrani Zalza Nabila, mengenai

tujuan keikutsertaan dalam pertunjukan Reog Ponorogo, kesulitan dalam penerapan gerak saat latihan.

2. Observasi

Agar observasi yang dilakukan oleh peneliti memperoleh hasil yang maksimal, Seorang peneliti harus melatih dirinya untuk melakukan pengamatan. Mengamati yang berfungsi mendapatkan informasi dari pengamatan kepada individu sebagai pemberi informasi. Lembar observasi merupakan kerangka berupa kisi-kisi terhadap subjek yang akan diamati. Dalam pelaksanaan observasi, peneliti bukan hanya sekedar mencatat, tetapi juga harus mengadakan pertimbangan. Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010: 217) dalam bukunya, terdapat kutipan menurut Daymon dan Holloway yaitu.

”Tidak melakukan intervensi dan dengan demikian tidak

(21)

Shela Fajarianti, 2013

observasi mensyaratkan pencatatan dan perekaman sistematis semua

data”.

Observasi yang digunakan peneliti adalah observasi non partisipan. Observasi partisipan adalah observasi yang memusatkan kepada pengamatan (Reog Ponorogo di paguyuban Singo Lodoyo) tidak mengikutsertakan peneliti didalamnya, peneliti hanya sekedar sebagai pengamat. Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010: 217-221) sebagai berikut.

“Faktor terpenting dalam teknik observasi adalah observer (pengamatan) dan orang yang di amati kemudian juga berfungsi

sebagai pemberi informasi yaitu informan”.

Observasi dilakukan setiap diadakannya latihan kesenian Reog Ponorogo di paguyuban Singo Lodoyo, setiap sebulan sekali pada hari sabtu malam, di minggu ketiga.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi, gambar atau video yang kemudian proses mengumpulkan, mengolah, menyimpan, penemuan

kembali dan penyebaran dokumen yang sesuai dengan masalah yang diteliti.

Menurut Nyoman Khuta Ratna (2010: 476) yaitu sebagai berikut

“Pengumpulan data melalui sumber data yang sudah ada sebelumnya, ciri khas menunjuk pada masa lampau, dapat bertahan

sepanjang masa”.

Dokumentasi yang digunakan dalam mencari data dan gambaran berupa foto dan video, terdiri dari.

a. Kostum penari, untuk memberi gambaran yang lebih jelas terhadap properti-properti yang digunakan oleh penari Reog Ponorogo.

(22)

melalui pengambilan gambar berupa video pertunjukan Reog Ponorogo.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai sumber diantaranya dokumen, buku-buku, skripsi, internet maupun hasil laporan yang relevan dengan objek penelitian.Dalam proses penelitan, peneliti menggunakan studi pustaka meliputi sumber pustaka utama, sumber primer, dan sumber sekunder.

a. Sumber pustaka utama diambil dari buku Reyog Ponorogo karangan Hartono (1980).

b. Sumber primer diambil dari observasi partisipasi, wawancara, dokumentasi dan pengamatan lapangan yang dilakukan di paguyuban Singo Lodoyo.

c. Sumber sekunder diambil dari berbagai buku, media internet yang membahas dan terkait dengan penelitian.

F. Analisis Data

1. Bagaimana karakteristik tokoh pada kesenian Reog Ponorogo di paguyuban Singo Lodoyo.

2. Bagaimana struktur pertunjukan dalam kesenian Reog Ponorogo di paguyuban Singo Lodoyo.

3. Bagaimana struktur struktur gerak dalam kesenian Reog Ponorogo di paguyuban Singo Lodoyo.

(23)

Shela Fajarianti, 2013

G. Langkah- langkah Penelitian

1. Tahap awal penelitian

Persiapan penelitian berfungsi untuk memfokuskan permasalahan yang akan diteliti agar tidak terjadi kesalahpahaman atau permasalahan sebelum peneliti terjun langsung ke lapangan. Persiapan yang dilakukan peneliti yaitu sebagai berikut.

a. Pra survei dilakukan di Paguyuban Singo Lodoyo untuk mengetahui situasi dan kondisi di Paguyuban tersebut.

b. Pengurusan izin penelitian, permohonan izin yang dilakukan 12 Januari 2013.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

a. Melakukan observasi ke paguyuban Singo Lodoyo, Cilokotot desa Margahayu Kabupaten Bandung.

b. Melakukan wawancara kepada para narasumber yang dapat memberikan informasi tentang kesenian Reog Ponorogo di Paguyuban Singo Lodoyo, Cilokotot desa Margahayu Kabupaten Bandung pada 19, Januari 2013.

c. Mengambil gambar dan merekam video saat berlangsungnya latihan setiap satu bulan sekali pada hari sabtu malam, di minggu ketiga.

d. Pengamatan difokuskan pada seni pertunjukan Reog Ponorogo yang meliputi, karakteristik, struktur pertunjukan, struktur gerak, dan kostum.

(24)

3. Tahap Akhir Penelitian a. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul yang diperkirakan memiliki tingkat kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan melalui penyusunan yang baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti, yang kemudian diolah dan disusun secara sistematis.

b. Tahap menganalisis data

Setelah data terkumpul dan selesai diolah dan disusun secara sistematis selanjutnya menganalisis data.Kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis data yaitu sebagai berikut.

1. Memeriksa data yang telah terkumpul.

2. Menyusun dan menganalisis data yang telah terkumpul kemudan memfokuskan sesuai dengan tujuan penelitian.

3. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian berupa data yang telah dianalisis.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, perekaman dan teknik pengumpulan data lainnya yang kemudian diproses secara sistematis sesuai dengan hasil penelitian.

Hasil-hasil penelitian bersumber dari data yang diperoleh, diproses dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi untuk selanjutnya diolah dan dianalisis.Dengan demikian memberikan jawaban dari masalah-masalah dalam penelitian ini.

c. Penulisan Laporan Penelitian

(25)

Shela Fajarianti, 2013

(26)

BAB V

KESIMPULA N DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Skripsi yang berjudul “SeniPertunjukanReogPonorogo Di

PaguyubanSingoLodoyoCilokototDesaMargahayuKabupaten Bandung”

didapatkankesimpulanbahwakesenianReogPonorogomerupakansalahsatusenipertunjukan yang

memilikiberbagaikeunikan dah

cirikhas.KesenianReogPonorogomerupakansenipertunjukanmasyarakatJawa yang di dalamnyaterdapatunsurtari, drama danmusikmerupakansenitradisional yang telahmengenalsendratari.KesenianReogPonorogodisajikandalambentuksendratariempatbabak, menceritakanperjalananprajuritberkudadariPonorogokekerajaan Kediri ketikaakanmempersuntingdewiSanggalangitputri raja kerajaan Kediri.

KesenianReogPonorogomerupakankesenian yang

mendarahdagingbagimasyarakatdaerahnya,

kelangsunganhidupsuatujeniskesenianjelastidakakanterpisahdariperhatiandanmasyarakatpengge

marnya. PonorogoidentikdengankesenianReogPonorogo, yang

menjadikeunikandarisenitradisionaliniyaitudaritopengDadakMerak yang digunakanolehpenariSingabarong yang berukuranbesardansangatberat, topenginimenjadihal yang

paling dinantiakanpadapertunjukankesenianReogPonorogo.

TerdapatcirikhususpadakesenianReogPonorogoyaitu,

adanyahubunganantarakesenianReogPonorogodenganilmumistik,

tetapihaliniseiringwaktuberangsur-angsurmenghilang, alternatif yang digunakanlebihmengandalkanpadakekuatanfisik yang dilatihsecaraintensif, berdoadanberpuasa.

Pakaian yang

digunakaansaatmenampilkanpertunjukanReogPonorogomemilikicirikhasberwarnahitam, adapunpakaiankhas yang digunakanpenarikesenianReogPonorogo yang terdiridari.

(27)

b. Bajuhitampotonggulon (tidakberleher).

c. Celanapanjangsampaitumit, berwarnahitamdenganpotonganukuranbesar, ataucelanahitamdenganukuransedangdenganujungmenyempitdanterpotong (krowak). d. Usus-usus (koloran) yaitutalicelana di pinggang yang

berwarnaputihkeduaujungnyapanjangdanmenjulai.

B.

Saran

Masuknya era globalisasidalambudayalokalmenjadihambatan yang paling mendasaruntukmengangkatbudayatradisionaldalammencapaieksistensi.Dalamhalinilahidentitasb udayatradisionalmenjadisangatpentinguntuklebihdipertahankan, karenamasuknyabudayaluar yang

denganmudahditerimaolehmasyarakatmerupakanancamanbesardalammempertahankaneksistensi budayatradisional.Hal inisangatmemprihatinkan, banyaksekalipergeserannilai-nilaibudayatradisimenujubudayabarat, tanpadisadarimasyarakattelahmenyia-nyiakanasetdancirikhasbangsa yang paling berharga.

Penelitianinihanyamembahasmengenai“SeniPertunjukanReogPonorogo Di

PaguyubanSingoLodoyoCilokototDesaMargahayuKab. Bandung”. Olehkarenaitu,

masihbanyakhal yang berhubungandengankesenianReogPonorogo yang perluditelitilebihjauh, agar keberadaankesenianReogPonorogosebagaisalahsatusenitradisional Indonesia yang memilikiberbagaikeunikan, patutdijagakelestariannya agar tidak di claim olehnegara lain. Keseniantradisionaladalahmilikdanmenjaditanggungjawabkitasebagaimasyarakat Indonesia untukberusahamelestarikankeseniantradisional, karenaitumerupakanjatidirikitasebagaibangsa

yang kaya akansenidanbudaya.

Senidanbudayatradisionalmemilikidayatariktersendiridanmemilikinilai yang tinggi, halinidapatmengangkatnamabangsa Indonesia, begitu pula salahsatunyakesenianReogPonorogo. Dalamkesempataninipenulishanyainginmenyampaikanbeberapa saran kepada:

(28)

PerkembangankesenianTradisional yang terancampunah agar dapatdilestarikandenganmendukungsecarapenuhdalamberbagaiusahapembentukanperkumpu lan, dalamusahapelestariansenidanbudaya Indonesia.

2. Lembaga-lembagapendidikan

Sehubungandenganperanpendidik di sekolah-sekolah,

sangatpentingmenanamkanpembelajaransenidanbudayatradisionalnusantara,

dalamupayapelestariansenidanbudayatradisionalsertatimbulnyakecintaanterhadapbudaya local sertaadanyapolapewarisan yang bersifatturun-temurun.

3. Masyarakat

Masyarakatmerupakandukunganterbesardarikeberadaansuatukeseniantradisional.Seirin gdenganperkembanganjamansemakinbanyakunsur-unsurbudayadariluar yang

masukIndonesia.Sebagaimasyarakat Indonesia

hendaknyakitaselektifdalammenerimabudayaluar,

karenatidaksemuaunsurbudayadariluarberdampakbaikmakaperluadanyapenyaringandalampe nerimaanbudayaluar yang masuk. Sebagaiwarganegara yang baik, sudahseharusnyakitabangundanlestarikansenidanbudayaantradisional, begitu pula denganKesenianReogPonorogosebagaisalahsatusenibudaya yang

memilikicirikhassertakeunikan, hingganegara lain

(29)

Shela Fajarianti, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Hartono.(1980). Reog Ponorogo. Jakarta. Departemen pendidikan dan kebudayaan.

Sachari.Agus. (2002).Estetika Makna Simbol Dan Daya.Bandung.ITB.

Sudarsono.Juwono. (2011).Nasionalisme Dan Ketahanan Budaya Di Indonesia Sebuah Tantangan. Jakarta. LIPI.Yayasan Pustaka Pbor Indonesia.

Ratna. NY. (2010). Metodologi Penelitian Kajian Budaya Dan Ilmu Ssosial Humaniora Pada Umumnya.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Herimanto, winarno.(2011). Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta. Ed.1, Cet.4.x,218hlm. 21m. Bumi Aksara.

Universitas Pendidikan Indonesia.(2011). Pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. UPI.

Isyanti. 2001. Seni Pertunjukan Reog Ponorogo Sebagai Aset Pariwisata . [online] Tersedia http://www.scribd.com/doc/102477979/6/SENI-PERTUNJUKAN-REOG-PONOROGO-SEBAGAI-ASET-PARIWISATA [24Febuari 2013]

http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/17127

Haqiqi Said. (2011). Apresiasi Seni Dan Budaya Reog Wonogiri. [online] Tersedia http://blog.umy.ac.id/satriopujonggo/2011/11/17/apresiasi-seni-dan-budaya-reog-wonogiri/ [9 Maret 2013]

P ahri l . (2009 ). Eks i s t ens i Buda ya L okal Dal am Duni a [ on l i ne] . Ters edi a http://pahril.blogspot.com/2009/02/eksistensi-budaya-lokal-

dalam-dunia.html.[4 Maret 2013] http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_eksistensi

(30)

Mawar Kusumo. “Kearifan Tradisional Perlu Dilestarikan”, dalam Harian Kompasa, (2007).

http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/3150_RD-201301017-asmoroAchmadi.pdf Whitney. (1960). Penelitian Deskriptif Menurut Whitney. [online] Tersedia

http://uki-sukrianto.blogspot.com/2012/05/penelitian-deskriptif-menurut-whitney.html. [20 Maret 2013]

Uki Sukrianto. (2012). Ciri-ciri Metode Deskriptif yaitu [online] Tersedia http://uki-sukrianto.blogspot.com/2012/03/ciri-ciri-metode-deskriptif.html. Wawancara Teguh, Serketaris, Kordinator Bandung Selatan, Penari Paguyuban

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kemampuan membaca Siswa di Sekolah yang menerapkan GLS dengan KTSP dan Sekolah yang menerapkan GLS

Menghadapi dampak positif dan negatif diatas, maka menjadi jelas bahwa sikap diskretif, kemampuan berdiscernment, kemampuan menyikapi kemajuan teknologi dengan bijak

2. Isolat jamur endofit Trichoderma sp. viride), dan jamur endofit Rhizoctonia spp. isolat ENDO-07 batang Timbenuh dan ENDO-08 batang Selebung dapat meningkatkan ketahanan

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas lindungan serta bimbingannya, sehingga dapat diselesaikannya Tugas Akhir dengan judul “Pelaksanaan

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan mengenal lambang bilangan 1-10 pada Raudlatul Athfal Babussalam rendah.. menggunakan media buah Puzzle angka.

dan menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “IMPLEMENTASI METODE COMPOSITE PERFORMANCE INDEX (CPI) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN REWARD TERHADAP PEGAWAI DINAS

Bagi sukan individu kemahiran asas sesuatu permainan amat penting supaya kemahiran asas ini dapat diperkukuhkan lagi dengan teknik yang lebih kompleks.. Oleh itu diperingkat

9/1 dari semua pasien HA akut adalah subklinis, sering tidak terdeteksi. Akhir  dari prodromal dan a&al dari fase klinis di tandai dengan urin yang ber&arna