• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Minyak Atsiri dan Losion Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C) Sebagai Repelen Terhadap Aedes aegypti Pada Manusia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Minyak Atsiri dan Losion Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C) Sebagai Repelen Terhadap Aedes aegypti Pada Manusia."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAN LOSION MINYAK DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C.) SEBAGAI REPELEN TERHADAP Aedes

aegypti PADA MANUSIA

Regina Amalia Putri, 1310172;

Pembimbing I: Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes.

Pembimbing II: Dr. Iwan Budiman, dr., MS., MM., M.Kes., AIF

Salah satu upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue yaitu dengan mencegah cucukan nyamuk menggunakan repelen. Repelen yang banyak beredar di masyarakat adalah diethyltoluamide (DEET). Selain DEET, tumbuhan yang mengandung minyak atsiri dapat digunakan sebagai repelen, salah satunya adalah daun jeruk purut.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas repelen Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (MDJP) dan losion MDJP terhadap Aedes aegypti serta mengetahui bahan repelen manakah yang lebih efektif.

Desain penelitian eksperimental laboratorik sungguhan dengan cross over design dan wash out satu hari. Durasi repelen diuji dengan metode Fradin dan Day. Subjek penelitian masing-masing mendapat 4 perlakuan berbeda, yaitu MDJP 100%, losion MDJP 15%, basis losion dan DEET 13%. Hewan coba adalah

Aedes aegypti betina turunan kedua berumur 7-24 hari.

Data yang diukur adalah durasi waktu yang dibutuhkan sejak pengolesan repelen sampai adanya nyamuk yang mengisap darah. Analisis data dengan uji ANAVA satu arah yang dilanjutkan dengan uji Fisher’s LSD. Kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05.

Hasil penelitian rerata durasi MDJP 100% (38,45 menit) dan losion MDJP 15% (64,93 menit) memiliki perbedaan sangat signifikan (p<0,01) terhadap kontrol negatif (0, 31 menit).

Simpulan penelitian adalah MDJP dan losion MDJP berefek repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti dan losion MDJP lebih efektif daripada MDJP.

Kata kunci: minyak atsiri daun jeruk purut, Aedes aegypti, repelen

(2)

v ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS OF ESSENTIAL OIL AND LOTION OF KAFFIR LIME LEAVES (Citrus hystrix D.C) OIL AS Aedes aegypti REPELLENT IN

HUMAN

Regina Amalia Putri, 1310172;

1st Tutor: Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes 2nd Tutor: Dr. Iwan Budiman, dr., MS., MM., M.Kes., AIF

One of the way to control Dengue Haemorrhagic Fever is preventing mosquito bite by using repellent. The most common repellent is containing diethyltoluamid (DEET). Besides DEET, plants that contain essential oil can also be used. One of the plants that can be used is kaffir lime leaves.

The research aimed to know repellent effect of Kaffir Lime Leaves Oil (KLLO) and KLLO lotion against Aedes aegypti and to know which repellent is more effective.

Real laboratory experimental research with cross over design and one day wash out. Repellent durability tested by Fradin and Day methods. Each subjects got 4 different treatments which is KLLO 100%, KLLO lotion 15%, basic lotion, and DEET 13%. Experimental animal is 7-24 day old second strain female Aedes aegypti

Reppelent durability measured since reppelent application until first mosquito bite was recorded. Data was analyzed using one way ANOVA followed by Fisher’s LSD test with significance value of p<0,05.

The mean duration of KLLO 100% (38,45 minutes) and KLLO lotion 15% (64,93 minutes) compared to negative control (0,31 minutes) had a highly significant difference (p<0,01).

The conclusion of this research was KLLO and KLLO lotion has a repellency effect against Aedes aegypti and KLLO lotion is more effective than KLLO.

Keywords : kaffir lime leaves oil, Aedes aegypti, repellent

(3)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Manfaaat Karya Tulis Ilmiah ... 4

1.4.1 Manfaat Akademis ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4

1.5.2 Hipotesis ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamuk Aedes aegypti ... 6

2.1.1 Taksonomi Aedes aegypti ... 6

2.1.2 Habitat Perkembangbiakan ... 6

2.1.3 Siklus Hidup ... 7

2.1.4 Morfologi Aedes aegypti ... 9

(4)

ix

2.1.5 Aedes aegypti Sebagai Vektor Penyakit ... 15

2.1.6 Perilaku Nyamuk Dewasa ... 18

2.1.7 Variasi Musiman ... 19

2.2 Jeruk Purut ... 20

2.2.1 Taksonomi Jeruk Purut ... 20

2.2.2 Morfologi Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C) ... 20

2.2.3 Manfaat Jeruk Purut ... 21

2.3 Repelen ... 21

2.4 DEET ... 22

2.5 Minyak Atsiri Jeruk Purut Sebagai Repelen ... 23

2.6 Losion Minyak Daun Jeruk Purut Sebagai Repelen ... 24

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan, Alat, Subjek Penelitian, dan Hewan Coba ... 25

3.1.1 Bahan Penelitian ... 25

3.1.2 Alat Penelitian ... 25

3.1.3 Subjek Penelitian ... 25

3.1.4 Hewan Coba ... 26

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Metodologi Penelitian... 26

3.3.1 Desain Penelitian ... 26

3.3.2 Variabel Penelitian ... 27

3.3.3 Besar Sampel Penelitian ... 27

3.4 Prosedur Kerja ... 28

3.4.1 Persiapan Bahan Uji ... 28

3.4.2 Persiapan Hewan Coba ... 29

3.4.3 Cara Pemeriksaan ... 29

3.5 Metode Analisis Data... 30

3.6 Hipotesis Statistik ... 31

3.7 Aspek Etik Penelitian... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 32

(5)

x

4.2 Pembahasan ... 36

4.3 Uji Hipotesis ... 37

4.3.1 Hipotesis 1 ... 37

4.3.2 Hipotesis 2 ... 38

4.3.3 Hipotesis 3 ... 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 40

5.1.1 Simpulan Tambahan ... 40

5.3 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA... 41

LAMPIRAN ... 46

RIWAYAT HIDUP ... 56

(6)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Siklus hidup nyamuk ... 7

Gambar 2. 2 Pupa mengeluarkan kepala terlebih dahulu untuk menjadi nyamuk dewasa ... 9

Gambar 2. 3 Telur Aedes aegypti ... 10

Gambar 2. 4 Telur Aedes aegypti di dalam kontainer. ... 10

Gambar 2. 5 Larva instar I Aedes aegypti. ... 11

Gambar 2. 6 Larva Instar II Aedes aegypti ... 11

Gambar 2. 7 Larva Instar III Aedes aegypti ... 12

Gambar 2. 8 Larva Instar IV Aedes aegypti ... 12

Gambar 2. 9 Pupa Aedes aegypti... 13

Gambar 2. 10 Nyamuk Aedes aegypti, sedang menghisap darah manusia ... 14

Gambar 2. 11 (A) Nyamuk Aedes aegypti betina dewasa tampak dorsal; (B) Kaki nyamuk Aedes aegypti tampak anterior. ... 14

Gambar 2. 12 Perbedaan Nyamuk Aedes aegypti betina dan jantan ... 15

Gambar 2. 13 Tanaman jeruk purut (Citrus hystrix D.C) ... 21

Gambar 2. 14 Struktur kimia DEET ... 23

(7)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Durasi Waktu Daya Repelen dari Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut, Losion Minyak Daun Jeruk Purut, Basis losion, dan DEET terhadap

Aedes aegypti... 32

Tabel 4. 2 Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk ... 33

Tabel 4. 3 Hasil ANAVA rerata durasi daya repelen ... 34

Tabel 4. 4 Hasil Uji Beda Rerata Fisher’s LSD ... 35

(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 BAGAN PROSEDUR KERJA ... 46

LAMPIRAN 2 KANDUNGAN MINYAK ATSIRI DAUN JERUK PURUT... 47

LAMPIRAN 3 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS ... 48

LAMPIRAN 4 UJI ANAVA SATU ARAH ... 49

LAMPIRAN 5 UJI KOMPARASI MULTIPLE POST HOC TEST ... 50

LAMPIRAN 6 DOKUMENTASI PENELITIAN ... 51

LAMPIRAN 7 BAHAN DAN CARA PEMBUATAN LOSION ... 53

LAMPIRAN 8 SURAT KEPUTUSAN KOMISI ETIK ... 54

LAMPIRAN 9 CONTOH FORMULIR INFORMEDCONSENT ... 55

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama dari virus dengue penyebab

penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Aedes aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever), chikungunya dan Zika melalui cucukan pada manusia.

Di dunia, insidensi virus dengue meningkat tiga puluh kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Diperkirakan 2,5 milyar orang tinggal di seratus negara endemik dan area-area dimana virus dengue ditransmisikan. Setiap tahunnya terjadi 50 juta infeksi dengan lima ratus kasus DBD dan 22.000 kematian terutama pada anak-anak (World Health Organization, 2015).

Di beberapa daerah di Indonesia, kasus DBD ini mengalami peningkatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Yogyakarta, pada Februari 2015 mencapai 82 kasus atau meningkat lebih dari 100% dibandingkan Januari yang terdapat empat puluh kasus (Ani Nursalikah, 2015). Demikian pula di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, sejak Januari hingga pertengahan Februari 2015 sudah terjadi 485 kasus. Jika dihitung, setiap harinya ada lebih dari sepuluh warga yang terkena DBD (Muhammad Oliez, 2015).

Afrika dan Amerika latin merupakan daerah endemis virus yellow fever. Setiap tahunnya, di Dunia terjadi 200.000 kasus yellow fever dan 30.000 kematian dimana 90% terjadi di Afrika dan tidak di Asia. Meskipun penyakit ini belum pernah dilaporkan di Asia, wilayah ini berisiko karena memiliki kondisi yang diperlukan untuk transmisi virus (World Health Organization, 2011).

Angka insidensi demam chikungunya di Indonesia sangat terbatas. Pertama kali demam chikungunya terjadi di Samarinda pada tahun 1973. Pada laporan selanjutnya terjadi di Kuala Tungkal, Jambi pada tahun 1980, dan Martapura, Ternate serta Yogyakarta pada tahun 1983. Selama hampir 20 tahun (1983-2000) belum ada laporan tentang penyakit ini, sampai adanya laporan Kejadian Luar

(10)

2

Biasa (KLB) demam chikungunya di Muara Enim, Sumatra Selatan dan Aceh, dilanjutkan di Bogor, Bekasi, Purworejo, dan Klaten pada tahun 2002. Pada Tahun 2004, dilaporkan KLB yang menyerang sekitar 120 orang di Semarang (Widoyono, 2005).

Kasus virus Zika pada manusia pertama kali ditemukan di Nigeria pada 1954 dan sempat mewabah di Afrika, Asia Tenggara, dan Kepulauan Pasifik. Sebagian

besar kasus yang terjadi berskala kecil dan tidak dianggap sebagai ancaman besar terhadap kesehatan manusia. Namun, pada 2015, virus Zika mewabah di Brasil dan menyebar dengan cepat. Akibat virus Zika, ribuan bayi telah lahir dengan kondisi otak yang belum berkembang sepenuhnya (World Health Organization,

2016).

Insidensi penyakit-penyakit tersebut perlu dicegah. Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindarkan kontak dengan vektor. Saat ini upaya yang paling populer adalah penggunaan bahan penolak nyamuk (repelen). Repelen berfungsi untuk menghindarkan adanya kontak antara manusia dan nyamuk. Xue, Barnard, dan Ali (2003) menyatakan bahwa cara menghindari nyamuk yang paling baik salah satunya adalah dengan pemakaian pengusir nyamuk berbentuk losion. Namun demikian bahan aktif yang digunakan tidak selamanya aman untuk digunakan tubuh (Fradin and Day, 2002). Sebagian besar losion pengusir serangga yang tersedia saat ini mengandung bahan kimia diethyltoluamide (DEET) sebagai bahan aktif. Pengusir nyamuk yang mengandung DEET tidak direkomendasikan untuk digunakan pada kulit yang terluka, kulit yang teritiasi, atau kulit di dekat mata atau mulut. Penggunaan DEET juga tidak dianjurkan untuk bayi dan balita. Terkait kondisi ini, perlu digali potensi bahan alami sebagai bahan penolak

nyamuk yang dapat digunakan sebagai pilihan lain untuk pengganti jika ada masalah dengan repelen sintetik.

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Di antara ribuan tanaman yang tumbuh di Indonesia, terdapat berbagai tanaman yang unik dan memiliki fungsi ganda. Tidak hanya dapat digunakan sebagai hiasan ataupun bumbu masak, tetapi adapula yang mampu menjadi penghalau nyamuk. Salah satunya adalah jeruk purut (Citrus hystrix D.C). Jeruk purut

(11)

3

termasuk suku Rutaceae yang berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata beberapa jenis tumbuhan yang mengandung minyak atsiri mempunyai aktivitas penolak serangga (Windono et al, 2003).

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efek repelen dari minyak atsiri daun jeruk purut terhadap Aedes aegypti pada manusia dan mengetahui apakah penambahan basis losion dengan tujuan menghambat penguapan dari minyak atsiri akan memperpanjang durasi penolakan nyamuk.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apakah minyak atsiri daun jeruk purut murni berefek repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.

2. Apakah losion minyak daun jeruk purut berefek repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.

3. Apakah losion minyak atsiri daun jeruk purut lebih efektif daripada minyak atsiri daun jeruk purut murni sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud : Untuk mengetahui efektivitas repelen alami dari sediaan minyak atsiri murni dan losion minyak atsiri daun jeruk purut.

Tujuan :

1. Mengetahui minyak atsiri daun jeruk purut murni berefek repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.

2. Mengetahui losion minyak daun jeruk purut berefek repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.

(12)

4

3. Mengetahui losion minyak daun jeruk purut lebih efektif daripada minyak atsiri daun jeruk purut murni sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.

1.4 Manfaaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan referensi tentang efektivitas repelen alami khususnya minyak atsiri dan losion minyak daun jeruk purut sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.

1.4.2 Manfaat Praktis

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi pada masyarakat dan praktisi kesehatan mengenai efektivitas pemakaian minyak atsiri dan losion minyak daun jeruk purut sebagai repelen alami terhadap nyamuk Aedes aegypti.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Nyamuk menggunakan indra visual, termal, olfaktorial, dan gustatorial untuk mencari mangsanya. Organ olfaktorial, yaitu suatu chemosensory signal transduction yang merupakan reseptor bau pada nyamuk adalah yang paling penting untuk mengenali bau dari manusia (Fradin, 1998).

Menurut Dalimartha (2000), daun jeruk purut mengandung tanin 1,8%, steroid triterpenoid dan minyak atsiri. Kandungan utama daun jeruk purut adalah minyak atsiri yang bisa mencapai kadar antara 2 – 3,5%. Beberapa

(13)

5

jenis minyak atsiri tumbuhan telah digunakan atau mempunyai aktivitas penolak serangga (insect repellent) (Windono et al, 2003). Senyawa yang terdapat di dalam minyak atsiri yang dihasilkan dari daun jeruk purut berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan diantaranya adalah limonen, sitronelal, geraniol, linalool, α-pinen, mirsen, -pinen, sabinen, geranil asetat, nonanal, geranial, -kariofilen, dan α-terpineol (Chutia et al., 2009).

Molekul repelen tersebut bekerja dengan cara memblok indera olfaktori nyamuk, yang menyebabkan nyamuk tidak dapat merasakan panas, kelembaban, dan konsentrasi karbon dioksida yang dilepaskan secara konveksi oleh tubuh manusia sebagai acuan untuk mencari manusia (Taylor dan Schreck, 1985).

1.5.2 Hipotesis

1. Minyak atsiri daun jeruk purut berefek repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.

2. Losion minyak daun jeruk purut berefek repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.

3. Losion minyak daun jeruk purut lebih efektif daripada minyak atsiri daun jeruk purut murni sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.

(14)

40

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Minyak atsiri daun jeruk purut berefek repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.

2. Losion minyak daun jeruk purut berefek repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.

3. Losion minyak daun jeruk purut lebih efektif dari minyak daun jeruk purut murni sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.

5.1.1 Simpulan Tambahan

Minyak atsiri dan losion minyak daun jeruk purut sudah memenuhi standar repelen menurut Heal J.D (2003), karena dapat memberikan proteksi lebih dari 95% selama minimal 30 menit setelah pemberian dengan jumlah 1 ml tiap 600 cm² kulit yang kira-kira sama luasnya dengan permukaan kulit

lengan bawah manusia dewasa.

5.3 Saran

Penelitian Efektivitas Minyak Atsiri dan Losion Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C) Sebagai Repelen Terhadap Aedes aegypti pada Manusia perlu dilanjutkan dengan :

 Menggunakan nyamuk dari genus lain

 Penelitian lain mengenai manfaat minyak atsiri daun jeruk purut selain

sebagai repelen, misalnya insektisida, antijamur, atau larvasida

 Penelitian mengenai toksikologi dan keamanan dari minyak atsiri daun

jeruk purut

(15)

i

EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAN LOSION

MINYAK DAUN JERUK PURUT (

Citrus hystrix

D.C)

SEBAGAI REPELEN TERHADAP

Aedes aegypti

PADA

MANUSIA

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

REGINA AMALIA PUTRI

1310172

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(16)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya yang sangat besar sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

―Efektivitas Minyak Atsiri dan Losion Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix

D.C.) Sebagai Repelen Terhadap Aedes aegypti pada Manusia‖ dapat diselesaikan

dengan baik dan tepat pada waktunya.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Selama proses pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak menjumpai hambatan dan kesulitan, tetapi dengan bantuan berbagai pihak pada akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes sebagai pembimbing utama penulis yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, kesabaran, serta dorongan moral dalam menyelesaikan penelitian ini.

2. Dr. Iwan Budiman, dr., MS., MM., M.Kes, AIF sebagai pembimbing pendamping penulis yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, kesabaran, serta dorongan moral kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Orang tua tercinta dan tersayang, Nita Miliandini dan Entang Sastraatmadja yang senantiasa memberikan doa, perhatian, kesabaran, dukungan, serta dorongan moral maupun materil untuk menyelesaikan penelitian ini.

4. Raden Alvin Kurnia Putra dan Rizkia Ananda selaku rekan kerja dalam penelitian yang telah memberikan semangat, bantuan serta kerjasamanya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

(17)

vii

namanya satu-persatu atas semua perhatian, dukungan, bantuan, yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. 6. Kakak dan Adik tersayang, Teh Riri dan Anes yang selalu memberikan doa,

perhatian, dan mendukung hingga penelitian ini selesai.

7. Pak Samuel selaku staf Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha atas segenap bantuan untuk mempersiapkan

segala kebutuhan selama proses penelitian ini.

8. Pak Suyitno selaku staf Laboratorium Entomologi Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB yang turut memberi bantuan untuk menyediakan bahan penelitian ini.

9. Dan kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas perhatian, dukungan dan bantuannya, kiranya Tuhan Yang Maha Esa membalas setiap kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi seluruh pihak yang membaca dan bagi perkembangan ilmu kedokteran. Terimakasih.

Bandung, November 2016

(18)

41

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, N., & Mirwan, A. K. 2008. Uji Stabilitas Emulsi Body Lotion Menggunakan Cetearyl Alcohol/Ceteareth 20 sebagai Self Emulsifier. In Di dalam Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Universitas Lampung. Hlm (pp. 481-488).

Petherick, Anna. 2008. How DEET jams insects' smell sensors. http://www.nature.com/news/2008/080313/full/news.2008.672.html. 13 Maret 2008

Carpenter SJ, LaCasse WJ. 1955. Mosquitoes of North America (North of Mexico). University of California Press, Berkeley, CA. 360 pp

Centers for Disease Control. 2007. Chikungunya fever fact sheet.

http://www.cdc.gov/ncidod/dvbid/chikungunya/. 28 Maret 2015.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2014. Dengue epidemiology.

http://www.cdc.gov/Dengue/Epidemiology/index.html. 25 Oktober 2015.

Chandra, B. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC.

Charlesworth, S. 2008. Life Cycle of Mosquitoes in Indiana.

http://www.entm.purdue.edu/publichealth/insects/mosquito.html. 28 Maret 2015.

Chutia M., Bhuyan P.D., Pathak M.G., Sarma T.C., Boruah P. 2009. Antifungal

activity and chemical composition of Citrus reticulata Blanco essential oil

against phytopathogens from North East India. LWT - Food Science and

Technology, 42:777–80

Dalimartha S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta : Trubus

Agriwidya

Ekowati D., Abid AN., Memari J. 2008. Uji aktivitas minyak atsiri kulit buah

jeruk nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) dalam sediaan lotion sebagai repelan

terhadap nyamuk Aedes aegypti.

FDA. 2003. Guidance for industry photosafety testing, pharmacology toxycology

coordinating committee in the centre for drug evaluation and research (CDER)

at the FDA, USA:New Hampsire Avenue.

Foster WA, Walker ED. 2002. Mosquitoes (Culicidae). In Mullen, G., Durden, L.

(Eds.) Medical and Veterinary Entomology (p 203-262). Academic press, San

(19)

42

Diego, CA. 597 pp.

Fradin, M.S. and Day J.F. 2002. Comparative efficacy of insect repellents against

mosquitoes bites. N. Engl. J. Med. 347: 13-18.

Fradin, M.S. 1998. Mosquitoes and mosquito repellents: a clinician‘s guide. Ann

Intern Med, 128:931-40

Gama, Z., Yanuwiadi, B., Kurniati, T. 2010. Strategi Pemberantasan Nyamuk Aman Lingkungan : Potensi Bacillus Thuringiensis Isolat Madura sebagai

Musuh Alami Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari,

1(1).

Gandahusada, D., Harry, D., Liahude, Wita, P. 2006. Parasitologi Kedokteran

Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia.

Gillot, C. 2005. Entomology. New York: Plenum Press.

Hanafiah KA. 2005. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Heal JD. 2003. Repellent fact sheet. Department of Environmental Biology,

University of Guelph, Ontario. 2000.

http://www.sympatico.ca/___gmares/repellents.htm

Herbs2000. 2016. Kaffir lime (Citrus hystrix).

http://www.herbs2000/herbs/herbs_kaffir_lime.htm.

Herms, W. 2006. Medical Entomology with Special Reference to Health nd Well

-being of Man Animals Ed. III. New York: Macmillan.

Hoedojo. 1993. DBD dan Penanggulangannya. Majalah Parasitologi Indonesia.

6:31-45.

Kardinan, A. 2007. Selasih sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti. J

Liptri. 13: 39-42.

Kemenkes RI. 2010. Demam Berdarah Dengue di Indonesia Tahun 1968-2009.

Buletin Jendela Epidemiologi, 1-14.

_______. 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

_______. 2014. Situasi Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.

(20)

43

_______. 2015. Data dan Informasi tahun 2014: Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kestina. 1995. Daya Larvasida Getah Opatah Tulang (Euphorbia tirucalli)

terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes fatigants. Surabaya: Jurusan

Biologi FMIPA, Universitas Airlangga.

Lutony, T.L. & Rahmayati, Y. 1994. Produksi Dan Perdagangan Minyak Atsiri.

Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 79 – 82.

Massachusetts Department of Public Health (MDPH), 2008. Mosquito

Repellents.http://www.mass.gov/Eeohhs2/docs/dph/cdc/factsheets/mosquito_r

epellents.pdf. Diakses 5 Januari 2010.

Munawaroh S, Handayani P. 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus

hytrix D.C.) dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. J Kompetensi Teknik 2010;

2: 73-8.

Nelson, M. 1986. Aedes aegypti: Biology and Ecology. Washington DC: Pan American Health Organizaton.

Nursalikah, A. 2015. Kasus DB di Yogyakarta Naik 100 Persen.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/02/12/njncg0-kasus-db

-di-yogyakarta-naik-100-persen. 28 Maret 2015.

Oliez, M. 2015. Dalam Sehari, 10 Warga Jepara Terserang Demam Berdarah.

http://daerah.sindonews.com/read/963575/22/dalam-sehari-10-warga-jepara

-terserang-demam-berdarah-1423726905. 28 Maret 2015.

Owen, Robert Lantham. 2009. The Historical Medical Library of The College of

Physicians of Philadelpia: Yellow Fever A Compilation of Various Publication. Washington: Govt Printing Office.

Palgunadi, B. U., Rahayu, A. 2012. Retrieved Oktober 25, 2015, from E Library

Fakultas Kedokteran UWKS:

http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/vol2.no1.Januari2011/AEDES%2 0AEGYPTI%20SEBAGAI%20VEKTOR%20PENYAKIT%20DEMAM%20B ERDARAH%20DENGUE.pdf

Rueda, Leopaldo M. 2004. Pictorial Keys for The Identification of Mosquitoes

(Diptera: Culicidae) Associated with Dengue Virus Transmision. Auckland:

Magnolia Press

Sayono. 2008. Pengaruh Modifikaasi Ovitrap terhadap Jumlah Nyamuk Aedes

yang Terperangkap. Semarang: Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Diponegoro.

(21)

44

Smith, C. 1956. The History of Dengue in Tropical Asia and its probable

relationship to the Mosquito Aedes aegypti. J Trop Med Hyg : 243-251.

Supartha, I. 2008. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue,

Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes alboticus (Skuse) (Diptera: Culicidae). Denpasar: Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Suryadi, Septiana, G. 2015. Formulasi lotion minyak nilam dan uji aktivitas

repelan terhadap nyamuk Aedes aegypti.

Susilowati, D. 2009. Efek Penolak Serangga (Insect Repellent) dan Larvasida

Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) Terhadap Aedes aegypti.

Sweetman SC. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-sixth

edition. London(UK): Pharmaceutical Press. p2041.1.

Takken, W. & Koenraadt C.J.M. 2012. Ecology of parasite-vector interactions,

Ecology and control of vector-borne disease 3. Wageningen Academic

Publishers 2013.

Taylor, W. G., & Schreck, C. E., 1985, Chiral-phase capillary gas

chromatography and mosquito repellent activity of some oxazolidine derivatives of (+)- and (-)- citronellol. Journal of Pharmacological Science,

534–539.

Tjahjani, S. 2008. Efficacy of Several Essential Oils as Culex and Aedes

Repellents. Proc ASEAN Congr Trop Med Parasitol 3:33-7.

United States Environmental Protection Agency. 1994. Limonene.

http://www.epa.gov/oppsrrd1/REDs/factsheets/3083fact.pdf. 12 Desember 2011

Utomo, P.P., Supriyatna, N. 2014. Perbandingan Daya Proteksi Losion Anti

Nyamuk dari Beberapa Jenis Minyak Atsiri Tanaman Pengusir Nyamuk

USDA. 2006. National Plant Database, Citrus hystrix DC.

http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=CIHY2

Warren, K., Mahmod, A. 2007. Tropical and Geographical Medicine.

http://www.indo.com/forums/view.php?page=1&&board=30&&topic=244&& quote=705#forum_body. 10 Agustus 2015.

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis (Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan

Pemberantasannya). Jakarta: Erlangga.

(22)

45

Windono, T., H. Woerdenbag, R. Bos, dan W.J. Quax. 2003. Analisis kandungan

kimia penyusun minyak atsiri kunci pepet (Kaempferia rotunda L.). Simposium

XI dan Muktamar X PERHIPBA. Bandung, 16-17 Oktober 2003.

World Health Organization. 2011. Yellow Fever.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs100/en/

_______. 2015. Impact of Dengue.

http://www.who.int/csr/disease/dengue/impact/en/. 28 Maret 2015.

_______. 2016. Zika Virus. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/zika/en/. 6

September 2016.

Xue RD, Ali A, Barnard DR. 2003. Laboratory evaluation of toxicity of 16 insect

repellents in aeroso; sprays to adult mosquitoes. J Am Mosq Control Assoc

19:271-274

Zettel C, Kaufman P. 2013. Yellow fever mosquito Aedes aegypti (Linnaeus).,

http://edis.ifas.ufl.edu/in792., 6 November 2015.

Zulkoni, A. 2011. Parasitologi untuk Keperawatan, Kesehatan Masyarakat dan

Teknik Lingkungan. Yogyakarta: Mulia Medika.

Gambar

Tabel 4. 4  Hasil Uji Beda Rerata Fisher’s LSD ..................................................

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data penelitian diatas terlihat bahwa dari pemeriksaan menggunakan audiometri penderita DM Tipe 2 tidak terkendali baik memiliki risiko mengalami

Perintah return untuk mengembalikan nilai true atau false dengan syarat nilai variabel top sama dengan nilai variabel size dikurang 1..

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “ EFEK PENAMBAHAN BIT MERAH

Re-disain atau perbaikan rencana pembelajaran sesuai masukkan pada saat refleksi merupakan hal penting dalam menemukan model pembelajaran yang cocok untuk masa

Penentuan kapasitas adsorpsi lumpur terhadap ion logam Pb(II) dilakukan dengan menggunakan 4 jenis adsorben yaitu lumpur baku (RSP), lumpur yang telah diaktivasi (PAS),

wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD 1945. Pasca Amandemen UUD 1945 terdapat berbagai perubahan terkait dengan sistem ketatanegaraan. Perubahan tersebut

Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari,

Pada tahap pra tindakan membuk- tikan bahwa rendahnya hasil belajar IPA pesera didik kelas IVA SDN-3 Langkai Palangka Raya bersumber dari peserta didik dan guru