iv ABSTRAK
INTERAKSI AIR PERASAN BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN GENTAMISIN DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Pseudomonas aeruginosa SEBAGAI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI NOSOKOMIAL
PADA LUKA BAKAR in vitro
Theodorus Rinaldo, 2011. Pembimbing I : Fanny Rahardja,dr., M.Si Pembimbing II : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes
Latar belakang Infeksi merupakan komplikasi mayor dari luka bakar dan menjadi penyebab 50-75% dari kematian di rumah sakit dan Pseudomonas aeuruginosa merupakan bakteri penyebab infeksi tersering. Banyak dari obat-obatan sintetik memiliki masalah antara lain alergi dan resistensi. Hal ini memaksa para peneliti untuk mencari obat alternatif. Lebih dari 80% penduduk dunia bergantung pada pengobatan tradisional dan yang sering digunakan adalah bawang putih.
Tujuan penelitian untuk mengetahui interaksi air perasan bawang putih (Allium sativum) sebagai antimikroba dengan gentamisin terhadap pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa.
Metode penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Metode penelitian yang digunakan adalah difusi cakram dengan melakukan pengamatan zona inhibisi yang terbentuk pada tempat pertemuan cakram gentamisin dan air perasan bawang putih.
Pseudomonas aeruginosa bersifat indiferen dengan zona interaksinya tidak bertambah atau berkurang.
v ABSTRACT
INTERACTION GARLIC JUICE (Allium sativum) AND GENTAMICIN AGAINST THE GROWTH of Pseudomonas aeruginosa AS A BACTERIA
CAUSE NOSOCOMIAL INFECTION IN BURN WOUND in vitro
Theodorus Rinaldo, 2011. First Tutor : Fanny Rahardja,dr., M.Si
Second Tutor : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes
Background Infection is the major complication of burns and the cause of 50-75% of deaths in hospital and Pseudomonas aeruginosa is the most common bacteria cause infection. Many of these synthetic drugs have problems such as allergies and resistant. This forced the researchers to seek alternative medicine. More than 80% of the world's population relies on traditional medicine and is often used is the garlic.
Objective to find out the interaction of garlic juice (Allium sativum) as an antimicrobial with gentamicin against the growth of Pseudomonas aeruginosa. Method this study is experimental laboratory. This study was used disc diffusion with observation zones of inhibition formed as a meeting place disc of gentamicin and garlic juice.
Results showed zones of inhibition formed on garlic juice was 9.2 mm (MIC dose 6,25%), the gentamicin was 7.8 mm (MIC dose 15,625 μg/ml), and the
combination doesn’t have effect each other.
Conclusion garlic juice interaction with gentamicin against Pseudomonas aeruginosa is indifference, which zone of interaction neither bigger nor lesser.
viii
2.1.4 Pencegahan Infeksi Pada Luka Bakar ... 8
2.1.5 Terapi Antimikroba Topikal ... 9
2.1.5.1 Perak Nitrat ... 9
2.1.5.2 Silver Sulfadiazine ... 10
2.1.5.3 Mafenid Asetat ... 10
2.1.5.4 Antimikroba Topikal Lain ... 11
2.2 Pseudomonas aeruginosa ... 11
2.2.1 Morfologi dan Identifikasi ... 11
2.2.1.1 Ciri Khas Organisme ... 11
2.2.1.2 Biakan ... 11
2.2.1.3 Sifat Pertumbuhan... 12
2.2.1.4 Struktur Antigenik dan Racun ... 13
2.2.2 Patogenesis ... 13
2.2.3 Temuan Klinik ... 14
2.2.4 Uji Diagnostik Laboratorium... 14
2.2.4.1 Spesimen ... 14
2.2.4.2 Sediaan Apus ... 14
ix
2.2.5 Pengobatan ... 15
2.3 Antimikroba ... 15
2.3.1 Inhibisi Sintesis Dinding Sel ... 15
2.3.2 Inhibisi Fungsi Membran Sel ... 15
2.3.3 Inhibisi Sintesis Protein ... 15
2.3.3.1 Gentamisin ... 16
2.3.4 Inhibisi Sintesis Asam Nukleat ... 18
2.4 Bawang Putih (Allium sativum) ... 18
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan / Subjek Penelitian ... 26
3.1.1 Bahan Penelitian ... 26
3.1.2 Subjek Penelitian ... 27
3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 27
3.2 Metode Penelitian ... 27
3.2.1 Desain Penelitian ... 27
3.2.2 Variabel Penelitian ... 28
3.2.3 Prosedur Kerja ... 28
3.2.3.1 Persiapan Mikroorganisme Uji ... 28
3.2.3.2 Sterilisasi Alat ... 29
3.2.3.3 Persiapan Bahan Uji... 30
3.2.3.4 Persiapan Media Agar ... 30
3.2.4 Metode Analisis ... 30
3.2.4.1 Pembuatan Suspensi Mikroorganisme ... 30
3.2.4.2 Penentuan MIC ... 31
3.2.4.3 Penentuan MBC ... 31
3.2.4.4 Penentuan Tes Sensitivitas Antibiotik ... 32
3.2.4.5 Pengamatan dan Pencatatan Hasil Penelitian ... 32
x
4.1.1 Pengamatan Uji Aktivitas ... 33
4.1.2 Pengamatan Uji Sensitivitas ... 34
4.1.3 Hasil Interaksi ... 34
4.2 Pembahasan ... 35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 37
5.2 Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
DAFTAR LAMPIRAN ... 40
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Koloni Pseudomonas aeruginosa ... 40
Gambar 2 Tes Biokimiawi ... 40
Gambar 3 Pengukuran MIC ... 41
Gambar 4 Pengamatan Hasil MIC ... 41
Gambar 5 Pengamatan Hasil MBC ... 41
Gambar 6 Zona Inhibisi pada Air Perasan Bawang Putih ... 42
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
40
LAMPIRAN 1
FOTO IDENTIFIKASI MIKROBA
Gambar 1 Koloni Pseudomonas aeruginosa
41
LAMPIRAN 2
FOTO UJI AKTIVITAS
Gambar 3 Pengukuran MIC
Gambar 4 Pengamatan Hasil MIC
42
LAMPIRAN 3
FOTO HASIL PERCOBAAN
Gambar 6 Zona inhibisi pada air perasan bawang putih
Gambar 7 Zona inhibisi pada gentamisin
43
RIWAYAT HIDUP
Nama : Theodorus Rinaldo
NRP : 0810198
Tempat Tanggal Lahir :Bandung, 22 Desember 1988
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Singgasana Pradana jalan Dewatmaka 11, Bandung
Riwayat Pendidikan :
1993-1995 TK Kristen Kalam Kudus Kopo Permai, Bandung
1995-1998 SDK 1 BPK Penabur, Bandung
1998-2001 SDK Kalam Kudus Kopo Permai, Bandung
2001-2004 SMPK 1 BPK Penabur, Bandung
2004-2007 SMAK 1 BPK Penabur, Bandung
2008-sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kulit sangat penting dalam mengatur homeostasis cairan tubuh, pengaturan suhu, dan perlindungan host terhadap infeksi. Kulit juga memiliki imunitas,
neurosensorik, dan fungsi metabolisme seperti metabolisme vitamin D (Deirdre
Church et al., 2006). Luka bakar dapat disebabkan oleh cairan panas, api, benda
panas, benda yang terlalu dingin, bahan kimia, listrik, dan logam panas. Di
Amerika Serikat, sekitar 1,1 juta penduduk mengalami luka bakar yang cukup
serius dan membutuhkan pertolongan kesehatan. Sekitar 45.000 dari mereka
membutuhkan perawatan dan sekitar 4500 meninggal. Luka bakar merupakan
penyebab kematian dan kecatatan yang penting di Amerika Serikat (Brunicardi,
2007).
Angka harapan hidup untuk pasien dengan luka bakar telah meningkat dalam
beberapa dekade terakhir karena perkembangan pelayanan kesehatan modern
pada pusat penanganan luka bakar. Sebagai hasilnya, kematian yang diakibatkan
oleh luka bakar telah berkurang setengahnya dalam kurun waktu 40 tahun
terakhir. Pada pasien dengan luka bakar berat yang lebih dari 40% luas
permukaan tubuh, 75% dari seluruh kematian berhubungan dengan sepsis, antara
lain yang berasal dari infeksi luka bakar (Deirdre Church et al., 2006).
Penyembuhan luka bakar merupakan proses komplek yang tidak membutuhkan
banyak pertolongan, tapi tetap menimbulkan rasa tidak nyaman dan mudah
terkena infeksi dan komplikasi yang lain. Infeksi merupakan komplikasi mayor
dari luka bakar dan menjadi penyebab 50-75% dari kematian di rumah sakit.
Pseudomonas aeuruginosa telah muncul sebagai anggota terpenting dari flora
luka bakar dan mikroorganisme yang secara rutin diisolasikan dari luka bakar
termasuk organisme aerob antara lain Staphylococcus aureus, Streptococcus
pyogenes, Escherichia coli, Klebsiella Spp., Proteus sp., organisme anaerob
2
Fusobacterium Spp. dan jamur seperti Aspergillus niger, Candida Spp dan
Zigomycetes. Banyak dari obat-obatan sintetik memiliki masalah antara lain alergi
dan resistensi. Hal ini memaksa para peneliti untuk mencari obat alternatif. Lebih
dari 80% dari penduduk dunia bergantung kepada pengobatan tradisional untuk
berbagai penyakit kulit (Kaur et al., 2006; Abdollah Ghasemi Pirbalouti et al.,
2011).
Salah satu pengobatan tradisional yang sering digunakan adalah bawang putih.
Bawang putih yang dikenal dengan nama ilmiah Allium sativum merupakan
tanaman umbi yang biasa digunakan sebagai salah satu bahan rempah utama
dalam berbagai masakan. Bawang putih tidak hanya dikenal sebagai tanaman
rempah bumbu masak, tapi juga mempunyai khasiat luar biasa untuk dijadikan
obat herbal. Bawang putih telah masuk dalam buku-buku sejarah China sekitar
tahun 2000 SM sebagai pengobatan tradisional China yang dipakai untuk
menurunkan tekanan darah, mengobati infeksi dari parasit, keracunan makanan,
tumor, dan sebagai antikoagulan ringan. Bawang putih juga diduga memiliki efek
diaforesis, ekspektoran, antispasmoditik, antiseptik, bakteriostatik, dan antiviral.
Bawang putih juga umumnya digunakan untuk mengobati bronkitis kronis, infeksi
saluran pernapasan atas yang berulang, dan influenza. Di Eropa dan India, bawang
putih digunakan untuk mengobati batuk, pilek, hay fever, dan asma (Kathi
Kemper, 2000; Harris et al., 2001; Saravanan et al., 2010).
Hal-hal tersebut di atas mendorong minat penulis untuk meneliti efek
antibakteri yang akan ditimbulkan jika mengkombinasikan gentamisin topikal
dengan bawang putih (Allium sativum) sebagai profilaksis infeksi nosokomial
pada pasien luka bakar.
1.2Identifikasi Masalah
Bagaimanakah interaksi yang terjadi antara air perasan bawang putih (Allium
sativum) dan gentamisin dalam menghambat pertumbuhan Pseudomonas
3
1.3Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menemukan terapi integratif infeksi
nosokomial pada luka bakar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi air perasan bawang
putih (Allium sativum) sebagai antimikroba dengan gentamisin terhadap
pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa.
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk memperluas pengetahuan
kalangan medis tentang interaksi Allium sativum dengan gentamisin pada infeksi
nosokomial.
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk dapat memperluas
pengetahuan masyarakat dan dapat mengkombinasikan tanaman obat khususnya
bawang putih dengan antibiotik.
1.5Kerangka Pemikiran
Pseudomonas aeruginosa (19%) merupakan isolat tersering dari luka bakar
yang diikuti oleh Staphylococcus aureus (15%), Staphylococcus epidermidis
(11%), Escherichia coli (10,5%), Klebsiellasp. (7,5%), dan Salmonella Spp. (1%)
(Kaur et al., 2006).
Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang efektif
melawan berbagai bakteri gram positif maupun gram negatif. Gentamisin biasa
digunakan untuk infeksi berat yang diakibatkan oleh bakteri gram negatif yang
resisten terhadap obat lain seperti Pseudomonas, Enterobacter,Serratia, Proteus,
4
Bawang putih (Allium sativum) memiliki penghambatan yang berbeda antara
mikroflora pencernaan yang menguntungkan dan Enterobacter yang memiliki
potensi berbahaya. Aktivitas antibakteri bawang putih secara umum diakibatkan
oleh allicin. Allicin berbentuk cairan dengan bau yang khas bawang putih dan
bersifat mengiritasi kulit, bila direbus atau disuling akan mengalami dekomposisi
(Sudarsono dkk., 1996; Harris et al., 2001).
1.6Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Metode penelitian yang
digunakan adalah difusi cakram dengan melakukan pengamatan zona inhibisi
yang terbentuk pada tempat pertemuan cakram gentamisin dan air perasan
bawang putih yang diukur dengan menggunakan jangka sorong.
1.7Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
37
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan simpulan
sebagai berikut :
- Bakteri Pseudomonas aeruginosa bersifat resisten terhadap gentamisin
dan bawang putih (Allium sativum).
- Interaksi air perasan bawang putih (Allium sativum) dengan gentamisin
terhadap Pseudomonas aeruginosa bersifat indiferen dengan zona
interaksinya tidak bertambah atau berkurang.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran sebagai
berikut :
- Dicoba dilakukan percobaan yang lebih lanjut apakah interaksi keduanya
menghasilkan efek bakterisidal ataukah bakteriostatik.
- Perlu dilakukan perbedaan konsentrasi kombinasi gentamisin dengan air
perasan bawang putih (Allium sativum).
- Perlu dilakukan percobaan bagaimana efek kombinasi gentamisin dengan
air perasan bawang putih (Allium sativum) dalam menghambat
38
DAFTAR PUSTAKA
Abdollah Ghasemi Pirbalouti, Shahrzad Azizi, Abed Koohpayeh, Ahmadreza Golparvar. 2011. Evaluation of the Burn Healing Properties of Arnebia Euchroma Rolye (Johnst) in Diabetic Rats. International Conference on Bioscience, Biochemistry and Bioinformatics. 5:144-6.
Bhagyalakshmi N, Thimmaraju R,Venkatachalam L, Chidambara Murthy KN, and Sreedhar RV. 2005. Nutraceutical Applications of Garlic And the Intervention of Biotechnology. Critical Reviews in Food Science and Nutrition 45: 607–21.
Boboye BE and Alli AJ. 2008. Cellular Effects of Garlic (Allium sativum) Extract on Pseudomonas aeruginosa and Staphylococcus aureus. Research Journal of Medicinal Plant. 2(2): 19-85.
Brooks GF, Butel JS, Morse SA. 2007. Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical Microbiology 24th Edition. New York : McGraw-Hill Companies.
Burnicardi FC. 2007. Schwartz Principles of Surgery 8th ed. New York : McGraw-Hill Companies.
Deirdre Church, Sameer Elsayed, Owen Reid, Brent Winston,and Robert Lindsay.
2006. Burn Wound Infection. Clinical Microbiology Reviews. 403–34.
El-mahmood Muhammad Abubakar. 2009. Efficacy of crude extracts of garlic (Allium sativum Linn.) against nosocomial Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniea and Pseudomonas aeruginosa. Journal of Medicinal Plants Research. Vol. 3(4): 179-85.
Farzad Aala, Umi Kalsom Yusuf, Alireza Khodavandi, and Farida Jamal. 2010. In vitro antifungal activity of allicin alone and in combination with two medications against six dermatophytic fungi. African Journal of Microbiology Research. 4(5): 380-5.
Goncagul G and Ayaz E. 2010. Antimicrobial Effect of Garlic (Allium sativum) and Traditional Medicine. Journal of Animal and Veterinary Advances.
9(1): 1-4.
Harris JC, Cottrell SL,Plummer S, Lloyd D. 2001. Antimicrobial properties of
Allium sativum (garlic). Appl Microbiol Biotechnol 57: 282–286.
Herjinder Kaur, Jyothi Bhat, Anup R. Anvikar, Savinder Rao, Vijay Gadge. 2006. Bacterial Profile of Blood and Burn Wound Infections in Burn Patients.
39
Iwalokun BA, Ogunledun A,Ogbolu DO, Bamiro SB, and Jimi-Omojola J. 2004.
In Vitro Antimicrobial Properties of Aqueous Garlic Extract Against Multidrug-Resistant Bacteria and Candida Species from Nigeria. J Med Food. 7(3): 327-33.
Kathi J. Kemper. 2000. Garlic (Allium sativum).
http://www.mcp.edu/herbal/default.htm. Diunduh 4 Januari 2011.
Katzung BG. 2004. Basic & Clinical Pharmacology 10th ed. New York : McGraw-Hill Companies.
Kayser FH. 2005. Medical Microbiology. New York : Thieme.
Laura Piddock. 1990. Techniques used for the determination of antimicrobial resistance and sensitivity in bacteria. Journal of Applied Bacteriology. 68: 307-18.
Manjula Mehta, Priya Dutta, Varsha Gupta. 2007. Bacterial isolates from burn wound infections and their antibiograms: A eight-year study. Indian Journal of Plastic Surgery. 40(1): 25-8.
Sampath Kumar KP, Debjit Bhowmik, Chiranjib, Pankaj Tiwari, Rakesh Kharel. 2010. Allium sativum and its health benefits: An overview. J. Chem. Pharm. Res. 2(1): 135-46.
Saravanan P, Ramya V, Sridhar H, Balamurugan V, and Umamaheswari. 2010. Antibacterial Activity of Allium sativum L. on Pathogenic Bacterial Strains. Global Veterinaria. 4(5): 519-22.
Srinivasan Durairaj, Sangeetha Srinivasan, P. Lakshmanaperumalsamy. 2009. In vitro Antibacterial Activity and Stability of Garlic Extract at Different pH and Temperature. Electronic Journal of Biology. Vol. 5(1): 5-10.
Sudarsono, Agus P, Didik G, dkk. 1996. Tumbuhan Obat. Yogyakarta : UGM.