• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC

(VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 6 Cikidang

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pedagogik Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

Harina Frisiani 1003580

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014

(2)

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC

(VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 6 Cikidang

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

Oleh Harina Frisiani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Harina Frisiani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI F. Definsi Operasional ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... A. Pembelajaran IPA ... 1. Pengertian IPA ... 2. Tujuan Pembelajaran IPA di SD ... 3. Ruang Lingkup IPA di SD ... B. Model VAK ... 1. Pengertian Model VAK ... 2. Langkah-langkah Model VAK ...

(5)

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN

2. Perolehan Konsep ... 3. Pengertian Penguasaan Konsep ... D. Struktur Bumi di Kelas V ... 1. Lapisan Bumi ... 2. Lapisan Perut Bumi ...

BAB III METODE PENELITIAN ... A. Metode Penelitian ... B. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian ...

C. Prosedur Penelitian ... D. Instrumen Pembelajaran ... E. Instrumen Penelitian ... F. Teknik Pengumpulan Data ... G. Pengolahan dan Analisis Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Hasil Penelitian ... 1. Deskripsi Siklus I ... 2. Deskripsi Siklus II ... B. Pembahasan ... 1. Pelaksanaan Pembelajaran IPA Materi Struktur Bumi Di Kelas

V SDN 6 Cikidang Melalui Penerapan Model VAK ...

2. Peningkatan Penguasaan Konsep Materi Struktur Bumi Pada Pembelajaran IPA Di Kelas V SDN 6 Cikidang Setelah Diterapkan Model VAK ...

(6)

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

IMPLEMENTING VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) MODEL TO IMPROVE MASTERY OF CONCEPTS STRUCTURE OF THE

EARTH MATERIAL ON SCIENCE LEARNING

By Harina Frisiani

1003580

The results of preface study which has done at SDN 6 Cikidang showed that the student mastery of concepts in science subjects structure of the earth material is still low. It can be seen from the number of test scores of students who do not completed minimum completeness criteria that is 65. From 23 students of V grade, only 30% student who passed in the up value of minimum completeness criteria. This research is focused for improve student’s mastery of concept V grade SDN 6 Cikidang in structure of the earth material with implementing of

Visual Auditory Kinesthetic (VAK) model. It aimed to improve mastery of concepts student V grade SDN 6 Cikidang in science subjects structure of the earth material. This research used Clasroom Action Research (CAR) method that adapted from Clasroom Action Research by Kemmis & Mc Taggart. The subjects in this research is student V grade SDN 6 Cikidang, the distict of Lembang, Bandung Barat as much as 23 students. The data was collect by questions instrument of mastery of concepts and observation’ sheet of accomplished study with VAK model. Based on the study, the data obtained that student’s mastery of concepts on structure of the earth material has increased after applied learning with VAK model. Student’s average value at the first cycle was 71,38 meanwhile at the second cycle, student’s average value was 85,08. Judging from the average score of students, it appears that the mastery of the concepts students on the structure of the earth material has increased. Based on the study results, it is recommended for the development of further research that teachers can make or design their own learning media that can be adapted to suit the learning needs of the VAK model, creative involves three styles of learning, students can condition the state is completely ready and optimal before the start of the lesson so that students can easily be brought to the learning situation and make the students as comfortable as possible and relax when participating in learning. VAK model is suitable to be applied on all subjects that can be used as a reference for subsequent studies of other subjects or other material science.

(7)

Harina Frisiani, 2014

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI

STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

Oleh Harina Frisiani

1003580

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di SDN 6 Cikidang menunjukkan bahwa penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran IPA materi struktur bumi masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya nilai hasil tes siswa yang tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 65. Dari 23 siswa kelas V, hanya 30% siswa yang lulus di atas nilai KKM. Penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas V SDN 6 cikidang pada materi struktur bumi melalui penerapan model Visual Auditory Kinesthetic (VAK). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa kelas V SDN 6 Cikidang pada pembelajaran IPA materi struktur bumi. Dalam penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diadaptasi dari penelitian tindakan kelas menurut Kemmis & Mc Taggart. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas V SDN 6 Cikidang, kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat sebanyak 23 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen soal penguasaan konsep dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan model VAK. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa penguasaan konsep siswa pada materi struktur bumi mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran dengan model VAK. Rata-rata nilai siswa pada siklus I yaitu 71,38 sementara pada siklus II, rata-rata nilai siswa yaitu 85,08. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat maka direkomendasikan untuk perkembangan penelitian selanjutnya agar guru dapat membuat atau mendesain sendiri media pembelajaran sehingga dapat lebih disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran sesuai dengan model VAK, kreatif dalam melibatkan tiga gaya belajar, dapat mengkondisikan siswa dalam keadaan benar-benar siap dan optimal sebelum memulai pembelajaran sehingga siswa dapat dengan mudah dibawa ke situasi belajar dan membuat siswa senyaman dan serileks mungkin ketika mengikuti pembelajaran. Model VAK ini cocok diterapkan pada semua mata pelajaran sehingga dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya terhadap mata pelajaran lain ataupun materi IPA lainnya.

(8)

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peranan yang penting bagi kehidupan kita oleh sebab itu IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Berdasarkan hal tersebut maka harus dilakukan

pengajaran yang baik sejak dini untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA. Sesuai dengan namanya, IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari alam semesta dengan segala isinya. Menurut Sukardjo (2005, hlm.1) pengertian IPA juga dapat disederhanakan sebagai kumpulan pengetahuan tentang gejala alam yang tersusun secara sistematis. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan IPA adalah mempelajari segala peristiwa alam semesta.

Belajar di sekolah bukanlah sembarang belajar, belajar di sekolah

merupakan belajar yang bertujuan “membentuk manusia yang mampu dan rela berpartisipasi aktif dalam kehidupan bangsa” (Winkel, 1999, hlm. 2).

Begitu pula dengan pembelajaran IPA di SD memiliki tujuan. Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) yaitu

“...mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari...“. sementara Fungsi IPA salah satunya adalah mengembangkan keterampilan dan pengetahuan tentang IPA serta menciptakan daya kreatif dan inovatif siswa, sementara salah satu kompetensi atau kemampuan yang harus dimiliki siswa yaitu mampu mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat. Hal tersebut berkaitan dengan dua peranan IPA yaitu,

(9)

2

Harina Frisiani, 2014

bahwa IPA merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan.

Berdasarkan tujuan dan fungsi IPA di atas, maka penting bagi siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahamannya dengan cara memperbaiki penguasaan konsepnya secara baik dan utuh sehingga siswa tidak hanya sekedar paham tetapi juga dapat menerapkan konsep tersebut untuk memecahkan suatu permasalahan. Dalam proses pembelajaran, penguasaan konsep sangatlah penting. Belajar konsep merupakan hasil utama

pendidikan. Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun berpikir. Anderson (dalam Rustaman, 2005) mengungkapkan bahwa dengan penguasaan konsep siswa dapat meningkatkan kemahiran intelektualnya dan membantu dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya serta menimbulkan pembelajaran bermakna. Namun pada kenyataannya, berdasarkan pengamatan di lapangan yang telah dilakukan peneliti pada siswa kelas V di SDN 6 Cikidang Kabupaten Bandung Barat, ditemukan bahwa penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran IPA terbilang sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh pada materi stuktur bumi, yang ketika dilihat kembali sebab dari hasil belajar tersebut rendah ternyata dikarenakan banyak sekali jawaban siswa yang melenceng jauh dari pertanyaan yang diberikan, hal tersebut jelas menunjukkan pada tingkat penguasaan konsep siswa yang rendah. Diperoleh data dari jumlah siswa kelas V sebanyak 23 orang siswa, hanya tujuh siswa atau 30%% siswa yang nilainya lulus dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) IPA yang harus dicapai yaitu 65, sedangkan sisanya, terdapat 16 siswa atau 70% siswa yang nilainya dibawah KKM.

Rendahnya penguasaan konsep siswa tersebut tak luput dari segi

(10)

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belum maksimal. Banyak konsep IPA yang tidak dapat tersampaikan dan diterima dengan baik oleh siswa sehingga menghambat proses belajar siswa terutama dalam peningkatan penguasaan konsep yang tadi telah dikaitkan pada tujuan pembelajaran dan peranan IPA di atas.

Pembelajaran IPA akan menjadi lebih berarti bila siswa tidak menelan konsep tersebut mentah-mentah terlebih terhadap konsep yang sulit untuk diteliti oleh siswa itu sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada proses pembelajaran yang telah dilakukan di sekolah tersebut sebelumnya,

khususnya pada saat pembelajaran materi struktur bumi, tidak ada strategi atau model khusus yang digunakan ketika pembelajaran. Saat pelaksanaan pembelajaran siswa hanya duduk mencatat. Metode dan media yang digunakan juga kurang menarik. Metode yang digunakan pada saat pembelajaran adalah ceramah dan tanya jawab sementara media yang digunakan hanyalah sebatas media gambar. Pembelajaran menjadi kurang bermakna, sehingga pada saat evaluasi terlihat banyak jawaban siswa yang tidak tepat ketika menjawab pertanyaan.

Tujuan hanyalah sekedar tujuan yang tidak tercapai jika dalam kenyataannya tidak direalisasikan dengan baik atau dalam pelaksanaan untuk mencapai tujuan tersebut tidak maksimal dan fungsi hanyalah sekedar teori jika tidak dapat dikelola dengan baik. Begitu pula dengan tujuan dan fungsi IPA di SD. Tujuan dan fungsi tersebut tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang telah diharapkan jika selama pelaksanaan pembelajaran tidak dilakukan dengan baik. Di dalam proses belajar mengajar guru harus memiliki strategi untuk memenuhi tujuan dan fungsi IPA di atas. Tentunya dengan strategi yang dapat membuat siswa belajar secara efektif dan efisien. Oleh sebab itu, dalam hal ini terdapat beberapa alternatif pemecahan masalah terkait

(11)

4

Harina Frisiani, 2014

kondisi siswa maka alternatif pemecahan masalah yang dirasa paling tepat terkait materi yang akan disampaikan adalah dengan menerapkan model VAK.

Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan mampu membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar dengan mudah dan efektif (Sugiyanto, 2009, hlm. 3). Model VAK merupakan anak dari model pembelajaran quantum. Model VAK merupakan model pembelajaran yang memperhatikan karakter dan gaya belajar peserta didik

yang berbeda-beda. Gaya belajar tersebut meliputi tiga macam sensori dalam menerima informasi, yaitu visual (penglihatan), auditori (pendengaran) dan kinestetik (gerakan). Jika siswa dapat belajar sesuai dengan gaya belajarnya maka hal tersebut dapat mempermudah siswa dalam menyerap suatu informasi, dengan kata lain siswa akan lebih mudah untuk menguasai suatu konsep. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan gaya belajar dalam proses belajar mengajar.

Dalam pembelajaran IPA sebisa mungkin siswa dituntut untuk menemukan suatu konsep itu sendiri dengan melakukan penyelidikan atau penemuan terbimbing. Namun, tidak semua materi dalam pembelajaran IPA dapat dengan mudah diteliti oleh siswa sendiri salah satunya yaitu materi struktur bumi. Perlu waktu yang sangat lama jika siswa meneliti untuk menemukan konsep itu sendiri sehingga dengan model VAK ini diharapkan dapat mempermudah siswa belajar konsep yang sulit untuk diteliti dan dapat menjangkau setiap gaya belajar siswa yang visual auditori maupun kinesterik. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

(12)

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

yang menjadi fokus masalah penelitian secara umum adalah “Apakah

penerapan model Visual Auditory Kinesthetic (VAK) dapat meningkatkan penguasaan konsep materi struktur bumi pada pembelajaran IPA di kelas V

SDN 6 Cikidang?”.

Untuk memecahkan masalah tersebut secara lebih khusus peneliti menjabarkannya ke dalam sub masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan

penelitian berikut ini:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA materi struktur bumi di kelas V SDN 6 Cikidang melalui penerapan model VAK?

2. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep materi struktur bumi pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 6 Cikidang setelah diterapkan model VAK?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model VAK sebagai upaya meningkatkan penguasaan konsep materi struktur bumi pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 6 Cikidang.

1. Untuk memperoleh deskripsi mengenai pelaksanaan pembelajaran IPA materi struktur bumi di kelas V SDN 6 Cikidang melalui penerapan model VAK.

2. Untuk memperoleh deskripsi mengenai peningkatan penguasaan konsep materi struktur bumi pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 6 Cikidang setelah diterapkan model VAK.

D. Manfaat Penelitian

(13)

6

Harina Frisiani, 2014

1. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa secara optimal pada materi struktur bumi dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model VAK. 2. Bagi Guru

Memberikan informasi dan wawasan serta meningkatkan keterampilan dalam hal membelajarkan IPA khususnya pada materi struktur bumi melalui penerapan model VAK.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini merupakan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran IPA dan meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pada pembelajaran IPA.

4. Bagi Peneliti

Mampu memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pembelajaran dan memperoleh pengetahuan baru dalam mengembangkan keterampilan belajar mengajar di sekolah, khususnya pada pembelajaran IPA.

E. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan yang dapat peneliti rumuskan sebagai berikut, melalui penerapan model VAK dapat meningkatkan penguasaan konsep materi struktur bumi pada pembelajaran IPA kelas V SDN 6 Cikidang.

F. Definisi Operasional 1. Model VAK

Model VAK adalah suatu model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra yang dimiliki siswa, sehingga model VAK merupakan model pembelajaran yang melibatkan tiga macam sensori dalam menerima informasi, yaitu visual auditory

(14)

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjanjikan kesuksesan bagi pembelajarnya di masa depan (DePorter, 2001). Langkah-langkah pembelajaran dalam model ini diantaranya; 1) tahap persiapan, 2) tahap penyampaian, 3) tahap pelatihan, 4) tahap penampilan hasil. Keterlaksanaan model pembelajaran VAK dapat diukur melalui observasi.

2. Penguasaan Konsep

Penguasaan berasal dari kata kuasa yang artinya perbuatan menguasai atu

menguasakan (Poerwadarminta, 1982) sedangkan konsep adalah suatu satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama (Winkel, 1999, hlm. 82) sehingga penguasaan konsep dalam hal ini adalah kemampuan siswa yang tidak hanya sekedar hanya mengetahui atau menghafal suatu konsep melainkan benar-benar memahami konsep tersebut dengan baik. Winkel mengatakan bahwa adanya skema konspetual dalam indikator penguasaan konsep yaitu suatu keseluruhan kognitif yang mencakup semua ciri khas yang terkandung dalam suatu pengertian. Berdasarkan kompetensi dasar dan kedalaman materi maka penguasaan konsep yang akan diteliti pada penelitian ini adalah pada ranah kognitif C1 (mengingat) dan C2 (memahami). Penilaiannya diambil dari nilai tes yang dicapai siswa pada pembelajaran IPA melalui model VAK.

3. Materi Struktur Bumi

(15)

29

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang dikenal juga dengan istilahnya dalam bahasa asing yaitu Classroom Action Research yang merupakan “satu Action Research yang dilakukan di kelas” (Wardhani dan Wihardit, 2008, hlm. 1.3). Sesuai dengan arti katanya, Action Research diterjemahkan menjadi penelitian tindakan yang kemudian didefinisikan oleh McNiff (1991) dan secara lebih lanjut ditarik menjadi beberapa ide pokok oleh Wardhani dan Wihardit (2008, hlm. 1.4) menjadi sebagai berikut:

1. Penelitian tindakan adalah satu bentuk inkuiri atau penyeledikan yang dilakukan melalui refleksi diri.

2. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, siswa atau kepala sekolah.

3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan.

4. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki: dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut, serta situasi atau lembaga tempat praktiktersebut dilaksanakan.

Menurut Arikunto (2012, hlm. 3) “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Hal serupa secara lebih khusus dikemukakan oleh Wardhani dan Wihardit (2008, hlm. 1.4) bahwa

(16)

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara lebih rinci posisi PTK dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya sebagai berikut: (1) yang berperan sebagai peneliti dalam PTK adalah guru, (2) rencana penelitian dilakukan oleh guru atau mungkin dibantu orang luar, (3) masalah yang muncul dirasakan oleh guru sendiri atau mungkin dengan dorongan orang luar, (3) ciri utama dari PTK adalah adanya tindakan untuk perbaikan yang berulang, (4) peran guru dalam PTK ialah sebagai guru dan peneliti, (5) tempat penelitian dilakukan di dalam kelas, (6) proses pengumpulan data dilakukan oleh guru sendiri atau bantuan dari orang

lain, (7) hasil penelitian dapat langsung dimanfaatkan oleh guru dan dirasakan oleh kelas.

PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap yaitu, merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan melakukan refleksi (Wardhani dan Wihardit, 2008, hlm. 2.3) seperti yang terlihat pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Tahap-tahap dalam PTK Sumber: Buku Penelitian Tindakan Kelas, 2008

Merencanakan merupakan langkah pertama dalam kegiatan PTK. Tanpa rencana, kegiatan yang dilakukan tidak akan terlaksana dengan baik karena rencana adalah acuan dalam melaksanakan tindakan. Dengan adanya perencanaan, menghindari kegiatan yang tidak terarah atau sembarangan. Melakukan tindakan sebagai langkah kedua dari kegiatan PTK merupakan realisasi dari rencana yang telah dibuat. Tanpa tindakan rencana hanyalah sekedar rencana yang tidak pernah menjadi kenyataan. Lalu, agar tindakan yang dilakukan dapat diketahui apakah sudah berjalan sesuai dengan rencana maka dilakukanlah pengamatan yang merupakan langkah ketiga dari PTK. Pengamatan dilakukan selama proses tindakan berlangsung yang akan menentukan apakah ada hal-hal yang harus diperbaiki agar tujuan yang

Refleksi

Merencanakan

Mengamati

(17)

31

Harina Frisiani, 2014

diinginkan dapat tercapai. Terakhir refleksi merupakan langkah keempat setelah tindakan berakhir. Refleksi mengharuskan kita melihat atau merenungkan kembali dan mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi. Dengan cara ini akan dapat ditemukan kekurangan dan kelebihan dari tindakan yang telah dilakukan guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

Keempat tahap tersebut dinamakan dengan satu siklus atau daur, oleh

karena itu setiap tahap akan berulang kembali. Adapun model PTK yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi dari model PTK rancangan Kemmis dan McTaggart tahun 1988 dengan dua siklus. Sebelum melakukan tindakan, terlebih dahulu dilakukan tahap persiapan penelitian dengan melakukan kegiatan pendahuluan. Untuk lebih jelasnya, berikut bagan dari kegiatan PTK tersebut.

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Identifikasi

Rumusan

Perencanaan

Pelaksanaan Observasi

Refleksi

Siklus I

Siklus II Perencanaan

Pelaksanaan Observasi

Refleksi

(18)

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 6 Cikidang yang bertempat di Jalan Cikawari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 6 Cikidang tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 23 orang siswa yang terdiri dari 13 orang siswi perempuan dan 15 orang siswa laki-laki.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014

dengan merencanakan dua siklus.

C. Prosedur Penelitian

Pada penilitian ini direncanakan untuk dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus akan dihentikan apabila kriteria ketuntasan telah terpenuhi. Sesuai dengan model penelitian yang digunakan, setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan (Planning), pelaksanaan (Acting), pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting), namun sbelum melakukan tindakan penelitian, dilakukan tahap persiapan penelitian terlebih dahulu dengan melakukan kegiatan pendahuluan.

1. Tahap Pendahuluan (Pra Penelitian)

a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri 6 Cikidang.

b. Observasi dan Wawancara

Kegiatan observasi dan wawancara dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran serta mendapatkan informasi tentang kondisi siswa di kelas V SDN 6 Cikidang.

(19)

33

Harina Frisiani, 2014

Hopkins (dalam Wardhani dan Wihardit, 2008, hlm. 2.5) menekankan bahwa pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasi masalah, oleh karena itu guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat mulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut.

2. Tahap Tindakan

Tahapan tindakan pada penelitian tindakan kelas akan diuraikan sebagai

berikut: Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

Sebelum melakukan kegiatan pelaksanaan, terlebih dahulu dilakukan perencanaan dengan menyusun instrumen pembelajaran, instrumen penelitian dan media seperti berikut:

1) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tiap siklus yang akan dilakukan.

2) Pembuatan soal evaluasi atau tes penguasaan konsep yang diberikan tiap akhir siklus.

3) Pembuatan lembar keterlaksanaan model oleh guru dan siswa. 4) Pembuatan media pembelajaran.

5) Menyiapkan alat-alat pendukung media dan pembelajaran. b. Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan dilakukan berdasarkan dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan terdiri dari:

1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran dan media yang telah dibuat dan disiapkan.

2) Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai peningkatan penguasaan konsep materi struktur bumi pada pembelajaran IPA.

(20)

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Melakukan evaluasi dengan observer mengenai pelaksanaan pembelajaran.

c. Pengamatan (Observing)

Pengamatan dilakukan oleh observer pada saat tahap pelaksanaan untuk mengetahui keterlaksanaan model VAK oleh guru dan siswa. Observer melakukan pengamatan dibantu dengan lembar observasi

yang telah disediakan. Hasil observasi akan menjadi penentuan dalam merencanakan siklus selanjutnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap refleksi dilakukan evaluasi terhadap semua kegiatan baik kelebihan maupun kekurangannya untuk dijadikan sebagai dasar dalam menentukan tindakan pada siklus selanjutnya.

Siklus II

Seperti halnya pada siklus pertama, siklus kedua ini juga terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Siklus II dilakukan berdasarkan hasil refleksi dari siklus I.

a. Perencanaan (Planning)

1) Pembuatan perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

2) Pembuatan instrumen penelitian berupa lembar observasi dan tes penguasaan konsep siklus II.

3) Pembuatan media pembelajaran.

4) Menyiapkan alat-alat pendukung media dan pembelajaran. b. Pelaksanaan (Acting)

1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah dibuat berdasarkan hasil refleksi siklus I.

(21)

35

Harina Frisiani, 2014

3) Melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa selama proses pembelajaranberlangsung dengan menerapkan model VAK. 4) Melakukan evaluasi dengan observer mengenai pelaksanaan

pembelajaran. c. Pengamatan (Observing)

Kegiatan pengamatan pada siklus II sama dengan pengamatan yang dilakukan pada siklus I dengan lembar observasi yang telah

disediakan.

d. Refleksi (Reflecting)

Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II dan

membuat refleksi berupa kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model VAK untuk meningkatkan penguasaan konsep materi struktur bumi pada pembelajaran IPA.

D. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran adalah perangkat yang menjadi penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran. Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dijadikan acuan selama pelaksanaan tindakan tiap siklus. RPP merupakan rencana pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi sehingga tujuan yang diinginkan untuk menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran sudah terumuskan dengan jelas.

Di dalam RPP terdapat metode dan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam setiap kali pertemuan di kelas. Peneliti melakukan penelitian dengan merencanakan dua siklus. Penyusunan RPP disesuaikan dengan model VAK. RPP siklus I dan siklus II dapat dilihat pada lampiran.

E. Instrumen Penelitian

(22)

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk tes dan non tes.

1. Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes. Lembar tes berisi pertanyaan-pertanyaan seputar materi pembelajaran yang harus dijawab oleh siswa untuk melihat penguasaan konsep siswa. Bentuk soal yang digunakan dalam tes ini berupa soal Pilihan Ganda (PG) dan uraian yang masing-masing siklusnya terdiri dari 15 soal. Soal

tes penguasaan konsep dapat dilihat pada lampiran. 2. Non Tes

Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi adalah alat untuk menilai aktivitas guru maupun siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi digunakan untuk melihat keterlaksanan model VAK oleh guru dan siswa selama kegiatan berlangsung, mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Pedoman observasi aktivitas guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan dalam memperoleh data-data yang mendukung untuk mencapai tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan tes dan observasi.

1. Tes

Berdasarkan Webster’s Collegiate (dalam Arikunto, 2013, hlm. 46) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan

(23)

37

Harina Frisiani, 2014

2. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran. (Muslihudin, 2011, hlm. 60). Observasi dilaksanakan pada setiap siklus ketika proses pembelajaran berlangsung dengan mengamati aktivitas guru dan siswa.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data-data yang diperoleh dalam bentuk tes dan non tes pada penelitian ini, setelah dikumpulkan kemudian akan diolah dan dianalisis. Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya penelitian sejak awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes penguasaan konsep dan observasi. Selain itu observasi didukung pula dengan data kualitatif.

1. Penguasaan Konsep

Hasil tes penguasaan konsep siswa dianalisis secara kuantitatif. Langkah-langkah dalam menganalisis data kuantitatif yaitu sebagai berikut.

a. Menghitung persentase ketercapaian penguasaan konsep dan nilai penguasaan konsep siswa dengan rumus:

Nilai =

x 100

Adapun arti tingkat penguasaan konsep menurut Wardhani dan Wihardit (2008) yaitu:

(24)

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan arti tingkat penguasaan di atas, maka peneliti menetapkan keberhasilan penguasaan konsep minimal mencapai pada angka 80%.

b. Menghitung nilai rata-rata penguasaan konsep pada tiap indikator dan rata-rata kelas dengan rumus:

̅

=

Rahayu (dalam Setiastuti, 2013, hlm. 30) Keterangan:

̅

: rata-rata nilai

: jumlah seluruh nilai : jumlah siswa

c. Menghitung persentase ketuntasan belajar

1) Ketuntasan belajar individual

Ketuntasan belajara secara individual mengacu pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan untuk kelas V SDN 6 Cikidang, yaitu 65. Siswa dikatakan mencapai ketuntasan belajar bila sudah mencapai nilai KKM.

2) Ketuntasan belajar klasikal

Persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat ditentukan dengan rumus:

Yuliati (dalam Setiastuti, 2013, hlm. 31)

2. Observasi

(25)

39

Harina Frisiani, 2014

nilai pada pengamatannya, skala nilai yang digunakan adalah dengan angka 1, 2, 3, 4 dengan kriteria sebagai berikut:

1 : dilakukan dengan kurang baik dan tidak memperhatikan aktivitas siswa.

2 : dilakukan dengan cukup baik tetapi dengan sangat tergesa-gesa. 3 : dilakukan dengan baik, tetapi lebih lama dari alokasi waktu yang

disediakan.

4 : dilakukan dengan baik sekali, sesuai dengan alokasi waktu yang

disediakan dan memperhatikan aktivitas siswa.

Jadi skor tertinggi adalah 4. Untuk menghitung skor rata-rata digunakan rumus:

(%) kinerja guru =

Keterangan:

: skor yang diperoleh guru N : jumlah seluruh skor maksimal

% : tingkat persentase yang ingin dicapai

Persentase yang diperoleh dari perhitungan diatas kemudian disesuaikan dengan klasifikasi taraf ketercapaian menurut Arikunto (dalam Aslikhah 2013, hlm. 35) sebagai berikut.

81% - 100% : sangat baik 61% - 80% : baik 41% - 61% : cukup baik 21% - 40% : kurang baik <20% : tidak baik

(26)

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus di SD Negeri 6 Cikidang dengan menerapkan model VAK untuk meningkatkan penguasaan konsep materi struktur bumi pada pembelajaran IPA, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model VAK terdiri dari empat tahap yaitu tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap pelatihan dan tahap penampilan hasil. Secara keseluruhan proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik dengan respon dan tingkat partisipasi siswa yang tinggi. Hasil observasi menunjukkan bahwa tingkat keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I oleh guru yaitu sebesar 68,42% dan siswa sebesar 79,76% sementara tingkat keterlaksanaan pembelajaran pada siklus II oleh guru sebesar 89,47% dan siswa sebesar 94,04%. Dalam pelaksanaan pembelajaran sudah terjalin interaksi yang baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan sumber belajar. 2. Penguasaan konsep siswa terhadap materi struktur bumi setelah diterapkan

model VAK mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-rata persentase dari nilai penguasaan konsep pada tiap indikator dari siklus I ke siklus II. Hasil tes penguasaan konsep menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan konsep pada siklus I dengan indikator indikator mengurutkan sebesar 81,88% kemudian meningkat menjadi 95,65%, indikaator menunjukkan yaitu sebesar 73,90% kemudian meningkat pada siklus II menjadi 90,10% dan indikator menjelaskan

(27)

84

Harina Frisiani, 2014

meningkat pada siklus II menjadi 85,08 dengan ketuntasan belajar sebesar 86,95%.

B. Saran

Berdasarkan hasil refleksi pada penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan peneltian selanjutnya khususnya dalam menerapkan model VAK pada pembelajaran IPA di sekolah dasar, diantaranya sebagai berikut:

1. Sebelum menerapkan model ini diharapkan guru sudah benar-benar menguasai model ini sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami teori mengenai langkah-langkag pelaksanaan pembelajarannya. 2. Dalam menerapkan model VAK ini guru dituntut untuk kreatif karena

dalam pembelajaran ini harus melibatkan tiga gaya belajar.

3. Bila memunginkan sebaiknya guru membuat atau mendesain sendiri media pembelajaran sehingga dapat lebih disesuaikan dengan kebutuhan.

4. Siswa harus benar-benar dikondisikan dalam keadaan siap dan optimal sebelum memulai pembelajaran agar siswa dapat dengan mudah dibawa ke situasi belajar.

5. Salah satu ciri dari model ini adalah menjadikan pembelajarnya dalam situasi nyaman ketika belajar maka siswa harus senyaman dan serileks mungkin ketika mengikuti pembelajaran. Santai namun serius.

6. Model VAK ini cocok diterapkan pada semua mata pelajaran sehingga dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya terhadap mata pelajaran lain ataupun materi IPA lainnya.

7. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dalam lembar observasi aktivitas guru dan siswa gunakanlah lembar obseervasi terbuka sehingga

(28)

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, S. (2012) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Arikunto, S. (2013) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Azmiyawati, C., Omegawati, W.H., dan Kusumawati,. (2006) IPA 5 Salingtemas. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006) Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Bradway, L. (2003) Pola-pola Belajar: Kiat Cerdas Mencerdaskan Anak. Depok II Tengah: Abu Fira.

Dahar, R.W. (1996) Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

DePorter, B. (2001) Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

DePorter, Reardon, & Nourie. (2010) Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning Di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa.

Muslihudin (2011) Kiat Sukses Melakukan PTK Dan Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Ngalimun. (2012) Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Rosda Karya.

Poerwadarminta, W. (1982) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwanto. (2009) Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Russel, L. (2011) The Accelerated Learning Fieldbook: Panduan Pembelajaran Cepat. Bandung: Nusa Media.

(29)

86

Harina Frisiani, 2014

Samatowa, U. (2011) Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.

Sugiyanto. (2009) Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS.

Sukardjo, JS. (2005) Ilmu Kealaman Dasar. Surakarta: UNS Press.

Widayat, A. (2006) Analisis Tingkat Penguasaan Konsep Besaran dan Satuan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA UNNES Semester 1 Tahun Akademik 2005/2006. Semarang: UNNES.

Winkel, W.S. (1999) Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Wihardit, K. dan Wardhani, I. (2008) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tesis

Suhara, A.M. (2013) Keefektivan Model VAK (Visualization Auditory Kinestrthic) Dalam Pembelajaran Menulis Deskriptif. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Skripsi

Afiyah, V. (2013) Efektivitas Model Pembelajaran Vak Dan Group Investigation Berbasis Multimedia Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 3 Rembang Tahun Pelajaran 2012 / 2013. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IKIP PGRI Semarang.

Andriani, Y. (2011) Penerapan Pembelajaran Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Suhu dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMA. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.

Aslikhah, S. (2013) Penerapan Pendekatan VAK Dalam Metode Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IKIP PGRI Semarang.

(30)

Harina Frisiani, 2014

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rahmawati, S. (2011) Penerapan Model Pembelajaran VAK (Visual, Auditori Dan Kinestetik) Berbasis Open-Ended Problem Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.

Setiastuti, D. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing pada Pembelajaran IPA Materi Daur Air untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Internet

Adriyanto, M. (2013) Lapisan Penyusun Permukaan Bumi. [Online] Tersedia di: http://www.youtube.com/watch?v=-mALnwK1SRU [Diakses 8 Mei 2014].

Chaca. (2011) Atmosfer. [Online] Tersedia di: http://chacha306.blogspot.com/2011/11/atmosfer.html [Diakses 21 Mei 2014].

Djojosoediro, Wasih. (2011) Pengembangan dan Pembelajaran IPA SD. [Online]

Tersedia di:

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja &ved=0CGcQFjAH&url=http%3A%2F%2Ftpardede.wikispaces.com%2Ffile%2 Fview%2Fipa_unit_1.pdf&ei=De2mUueCOYKQrQeg7ICwDQ&usg=AFQjCNE L2wDyE_3lYVYTRCO1GLBHeIrOjw&sig2=UkG6nSrJNAA3bwxX7ubZ6g&bv m=bv.57799294,d.bmk [Diakses 11 Desember 2013].

Herawati, A. (2013) Struktur Bumi. [Online] Tersedia di: http://www.youtube.com/watch?v=IA7adB4vDsU [Diakses 8 Mei 2014].

Gambar

Gambar 3.1 Tahap-tahap dalam PTK  Sumber: Buku Penelitian Tindakan Kelas, 2008
Gambar 3.2 Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada hari ini Selasa tanggal Lima bulan Januari tahun Dua ribu enam belas (05-01-2016), kami Pokja ULP Kantor Polres Musi Banyuasin TA. 2016 telah melaksanakan proses

Upaya evaluasi harus senantiasa memperhatikan perkembangan situasi yang ada sehingga apabila diperlukan, organisasi harus juga melakukan berbagai penyesuaian baik

Contohnya seperti penelitian tentang PIMS (Profit Impact of Market Strategy) yang menggunakan 100 data dari 3.000 organisasi terkait menggunakan ROI (Return On

“IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas

bagai variabel intervening di Industri ekspedisi laut.Industri ekspedisi laut adalah perusahaan yang bergerak pada bidang jasa angkutan ekspedisi khususnya pada

This research conducted by applying quasi experiment method with nonequivalent control group design where the experimental class and the control class were

PEM ERI N TAH KABUPATEN M USI BAN YU ASI N PEJABAT PEN GAD AAN BARAN G/ JASA KEGI ATAN APBD KAB.. Teknis