Amaluddin Sya Yaariyan, 2015
DAMPAK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP
TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA di SMAN 4 KOTA CIREBON
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
AMALUDDIN SYA YAARRIYAN
0800154
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
Amaluddin Sya Yaariyan, 2015
2015
LEMBAR PENGESAHAN
AMALUDDIN SYA YAARRIYAN 0800154
DAMPAK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI
SMA NEGERI 4 KOTA CIREBON
Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I
Dr. Dian Budiana, M.Pd NIP. 197706292002121002
Pembimbing II
Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP. 196508171990011001
Mengetahui, Ketua Program Studi
Amaluddin Sya Yaariyan, 2015
Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP. 196508171990011001
DAMPAK PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP
TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISIWA di
SMAN 4 KOTA CIREBON
Oleh
Amaluddin Sya Yaarriyan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Amaluddin Sya Yaarriyan 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Amaluddin Sya Yaariyan, 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
DAMPAK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA di SMAN 4 KOTA CIREBON
Pembimbing I Dr. Dian Budiana,M.Pd. Pembimbing II Drs. Mudjihartono, M.Pd.
Amaluddin Sya Yaariyan 0800154
Pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah terkhusus di Sekolah Menengah Atas atau (SMA) berdampak terhadap kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Salah satu aspek yang tidak kalah penting adalah kemampuan afektif siswa dimana sikap siswa ini menjadi perhatian utama dalam proses pembelajaran di sekolah. Namun sikap siswa yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sikap kepercayaan diri siswa. Studi deskriptif yang dilakukan kepada jumlah sampel 60 orang siswa, menggunakan angket kepercayaan diri sebagai alat pengumpul data. Hasil pengolahan data dampak pembelajaran pendidikan jasmani terhadap kepercayaan diri siswa diperoleh dengan penghitungan SPSS dan telah didapati koefisien korelasi sebesar 0.0675 dan dengan alpa 0,05. Hasil akhir membuktikan bahwa terdapat dampak pembelajaran pendidikan jasmani terhadap kepercayaan diri siswa di SMA Negeri 4 Kota Cirebon.
ABSTRACT
THE IMPACT OF PHYSICAL EDUCATION LEARNING TOWARD STUDENTS SELF-CONFIDENCE
Mentor I Dr. Dian Budiana,M.Pd. Mentor II Drs. Mudjihartono, M.Pd.
Amaluddin Sya Yaarriyan 0800154
The learning of physical education in many school, specially in high school level had the impact on cognitive skill, affective and psychomotor of students. One of the important aspecs is the affective skill of students which the students attitude became a main concern of learning process in school. Eventhough the student attitude which became a focus in this research was self-confidence of the students. Descriptive studies have done to 60 students, using self-confidence angket as a data collector. The result of data tabulation of phsycal education learning impact in self-confidence of students obtained with SPSS calculation and it found there is a correlation coefficient in the mount of 0.0675 and the alpha 0.05. The final result proven there is the impact of physical education learning toward students self-confidence in Senior High School 4 Cirebon City.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN... ... i
KATA MUTIARA... ... ii
PERNYATAAN... ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... ... ix
DAFTAR GAMBAR... ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Hakekat Pendidikan . ... 12
1. Pengertian Pendidikan Berdasarkan Ruang lingkup... .... 12
2. Pengertian Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem... .... 13
B. Hakikat Belajar dan Pembelajaran.. ... 15
1. Belajar... ... 15
2. Pembelajaran... ... 17
C. Hakikat Pendidikan Jasmani... 18
1. Pengertian Pendidikan Jasmani... ... 18
2. Tujuan Pendidikan Jasmani... ... 20
1. Pengertian Percaya Diri... 22
2. Pembentukan Kepercayaan Diri... 23
3. Aspek-Aspek Percaya Diri... ... 24
4. Ciri-ciri Percaya Diri... ... 25
5. Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri... ... 26
6. Manfaat Kepercayaan Diri... ... 29
E. Keterkaitan Pendidikan Jasmani Terhadap Kepercayaan Diri Siswa... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 31
B. Variabel Penelitian ….. ... 32
C. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... ... 32
D. Instrumen Penelitian ………... 35
E. Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Pengolahan Data ... ... 39
1. Teknik Pengumpulan Data... ... 39
2. Prosedur Pengolahan Data... 40
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 47
1. Deskripsi Data... ... 47
2. Analisis Data... 48
B. Diskusi Penemuan ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 54
B. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 55
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah-sekolah, pendidikan di sekolah itu sendiri berlangsung melalui proses yang cukup panjang yang diorganisasi sedemikian rupa melalui suatu jenjang seperti pendidikan yang dimulai dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai dengan Perguruan Tinggi atau tingkat Universitas. Namun dengan posisi dan keadaan yang berada di tengah-tengah suatu jenjang pendidikan dan usia anak didik yang relatif belum stabil dalam menentukan sesuatu hal yang menurut mereka kurang begitu penting maka dibutuhkanlah pembentukan karakter positif yang akan sangat begitu berguna dalam kehidupan dilingkungan keluarga, sekolah, maupun dalam bermasyarakat. Hal tersebut mendorong tenaga pengajar seperti guru untuk memberikan solusi yang telah diterapkan dalam proses pembelajaran, salah satunya dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas (SMA), yang sama kedudukan dan pentingnya dengan mata pelajaran yang lain begitu berpengaruh terhadap anak didik. Anak didik dapat menemukan suasana yang berbeda ketika mengikuti proses kegiatan pendidikan jasmani, mereka akan cenderung lebih segar, riang, dan bersemangat ketika mengikuti pelajaran pendidikan jasmani. Oleh karena itu pendidikan jasmani dan kesehatan juga dapat diartikan sebagai suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan pola hidup sehat dalam rangka perkembangan, pertumbuhan dan pengembangan jasmani, kemampuan dan keterampilan gerak, sikap mental, sosial dan emosional yang selaras, serasi, dan seimbang.
Pendidikan Jasmani dan kesehatan merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dari sistem dan proses pendidikan dalam mengantarkan anak didik menjadi manusia yang utuh, Oleh karena itu Pendidikan Jasmani dan kesehatan memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan Pendidikan Nasional.
Pengertian Pendidikan Jasmani menurut Menteri Negara dan Olahraga RI yang dikutip Harsono (1992: hlm. 4) adalah sebagai berikut:
“Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melaui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan perkembangan watak”.
Karakteristik pendidikan jasmani seperti ini tidak terdapat pada mata pelajaran lain karena hasil belajar Penjas tidak terbatas pada perkembangan tubuh saja tetapi menyangkut semua dimensi manusia, seperti halnya tubuh dan pikiran. Mahendra (2009: hlm. 19) mengungkapkan:
Secara sederhana pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk: 1. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan aktivitas
jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai ketrampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani 3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk
melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan ketrampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang
6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga
Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas fisik dalam Pendidikan jasmani menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu untuk mengembangkan manusia seutuhnya meliputi aspek kognitif, psikomotor dan afektif.
Sisi lain tujuan pendidikan jasmani menurut Dauer and Pangrazy (1992) yang dikutip Mahendra (2009: hlm. 28) adalah sebagai berikut:
2) Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya
3) Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktek
Sedangkan tujuan pendidikan jasmani menurut Tamat dan Mirman (2006) yaitu:
a) Pengembangan individu secara organis (mahkluk hidup), yakni pengembangan fisiologis peserta didik sebagai hasil mengikuti kegiatan pendidikan jasmani secara teratur, tertib dan terprogram.
b) Pengembangan individu secara neuromusculer, yakni sistem neuromusculer peserta didik tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan usianya.
c) Pengembangan individu secara intelektual, yaitu pengembangan kemampuan berfikir peserta didik.
d) Pengembangan individu secara emosional, pendidikan jasmani dapat mengembangkan kemampuan pengendalian diri.
Pada dasarnya hakekat pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa, dengan mengembangkan potensi terpendam yang dimiliki siswa. Kebugaran jasmani dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan jasmani yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Melalui pendidikan jasmani yang baik diharapkan pengetahuan siswa tentang konsep dan prinsip gerak dapat berkembang. Pengetahuan tersebut akan membuat siswa mampu memahami bagaimana suatu keterampilan yang telah dipelajari sehingga tingkatannya pun dapat mencapai level yang lebih tinggi, serta dapat dipahami bahwa pendidikan jasmani mempunyai arti yang penting bagi kehidupan nyata di masa yang akan datang, dengan demikian pembelajaran pendidikan jasmani sangat mampu memberikan dampak yang besar terhadap suatu individu.
psikomotor memiliki fungsi pembelajaran. Seperti yang dijelaskan oleh Tapo (2012,
https://djornytapostkip.wordpress.com/tag/pendidikan-jasmani/) yaitu:
1. Kognitif (proses berfikir)
Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah.Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian, yakni:
a. Pengetahuan (knowledge)
mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.
b. Pemahaman (comprehension)
Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
c. Penerapan (application)
Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
d. Analisis (analysis)
Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.
e. Sintesa (synthesis)
Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.
f. Evaluasi (evaluation)
Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.
Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran mencapai Introduktion Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu
2. Afektif (Nilai atau Sikap)
Afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa.
Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori: a. Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
b. Pemberian respon atau partisipasi (responding)
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.
c. Penilaian atau penentuan sikap (valung)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan
opresiasi”.
d. Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value
complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.
Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa:
“Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang
sifat-sifat mereka.”
Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya.
3. Psikomotorik (Keterampilan)
Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu:
a. Peniruan
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain afektif lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku, dimana proses tersebut erat kaitannya dengan kemampuan para siswa dalam menguasai sikap pada dirinya sendiri, salah satunya adalah sikap percaya diri.
Dalam usia sekolah para siswa cenderung masih labil dalam menguatkan pendiriannya oleh karena itu melalui pendidikan kesehatan di sekolah, khususnya di sekolah menengah tingkat atas, siswa diharapkan dapat memiliki tidak hanya pengetahuan, pengertian, pemahaman, dan hasil belajarnya, akan tetapi siswa juga harus mampu berperilaku baik. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani disekolah diharapkan dapat membentuk siswa untuk dapat memiliki sikap yang baik salah satunya yaitu terhadap kepercayaan diri siswa. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan. Siswa yang memiliki kepercayaan diri akan merasa memiliki keyakinan lebih atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka akan tetap berpikiran positif dan dapat menerima kegagalanya. Untuk lebih jelasnya penulis kembali memberikan sumber dimana terdapat beberapa istilah yang terkait dengan kepercayaan diri sebagaimana yang diungkapkan oleh Neil (2005, dalam http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/) yaitu:
1. Self-concept : bagaimana anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan,
2. Self-esteem : sejauh mana anda punya perasaan positif terhadap diri anda, sejauh
mana anda punya sesuatu yang anda rasakan bernilai atau berharga dari diri anda, sejauh mana anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga didalam diri anda.
3. Self efficacy : sejauh mana anda punya keyakinan atas kapasitas yang anda miliki
untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to
succeed).
4. Self-confidence sejauh mana anda mempunyai keyakinan terhadap penilaian anda
atas kemampuan anda dan sejauh mana anda merasakan adanya kepantasan untuk berhasil.
Selanjutnya menambahkan dari Fatimah (2006: hlm. 149) yang menjelaskan bahwa percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.
Sedangkan menurut Angelis (1997: hlm. 5) percaya diri adalah sesuatu yang harus mampu menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita kerjakan. Percaya diri atau keyakinan diri diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki setiap individu tersebut memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep diri adalah pengertian percaya diri yang dikemukakan oleh (Rakhmat, 2000).
Melambungkan rasa percaya diri merupakan salah satu fasilisator untuk mengevaluasi diri bagi seseorang. Seorang yang memiliki rasa percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan pilihan, serta membuat keputusan sendiri merupakan perilaku yang mencerminkan seseorang memiliki rasa percaya diri (Anita, 2003) dan menurut Loekmono (1983: hlm. 1) kepercayaan diri adalah sikap positif.
Maslow (dalam Alwisol, 2004: hlm. 24) mengatakan bahwa kepercayaan diri diawali oleh konsep diri. Menurut Centi (1993: hlm. 9) konsep diri adalah gagasan seseorang tentang diri sendiri, yang memberikan gambaran pada seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri itu sendiri dibagi menjadi dua bagian, adapun pembagian konsep diri yang telah dijelaskan oleh Sullivan (dalam Bastman, 1995: hlm. 123) mengatakan bahwa ada dua macam konsep diri yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif terbentuk karena seseorang secara terus menerus sejak lama menerima umpan balik yang positif berupa pujian dan penghargaan, sedangkan konsep diri negatif adalah konsep diri yang dikaitkan dengan umpan balik negatif seperti ejekan, dan perendahan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang, dimana individu dapat mengevaluasi keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.
Dalam kegiatan belajar mengajar disekolah masalah kepercayaan diri sangat tampak pada setiap siswa, tidak terkecuali terjadi pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Misalnya masalah masih banyaknya siswa yang saling kerjasama dalam konteks negatif, memberi jawaban dan menanyakan jawaban pada saat ujian atau menyontek, siswa malu untuk tampil secara individu pada saat proses pembelajaran, menyatakan pendapat atau jawaban ketika terjadinya sesi tanya jawab bahkan siswa yang masih belum memiliki tujuan atau cita-cita yang kuat untuk dicapai oleh dirinya. Hal ini mengindikasikan bahwa kepercayaan diri siswa yang sangat rendah, karena siswa menunjukan sikap tidak percaya kepada kemampuan dirinya sendiri. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani seharusnya permasalahan tersebut dapat diatasi sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani disekolah sebagaimana yang diungkapkan oleh Mahendra (2009: hlm. 10) mengungkapkan secara sederhana tujuan pendidikan jasmani antara lain:
1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani. 3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk
melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
Tujuan pendidikan jasmani sudah tercakup dalam pemaparan di atas, yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi siswa, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional, dan moral. Siswa diharapkan memiliki keberanian dalam hal yang positif, menghentikan kecurangan, mengurangi rasa malu, dan mampu mendorong dirinya untuk menjadi personal yang lebih baik. Singkatnya, pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap siswa setinggi-tingginya.
Berdasarkan uraian di atas, peranan pembelajaran pendidikan jasmani dianggap sangat penting dalam mengembangkan sikap kepercayaan diri siswa di sekolah. Hal ini mendorong penulis untuk mengambil tema tersebut menjadikan objek penelitian yang berjudul “Dampak Pembelajaran Pendidikan Jasmani Terhadap Tingkat Kepercayaan Diri Siswa di
SMAN 4 Kota Cirebon.”
B. Rumusan Masalah
Sebagaimana diuraikan secara rinci dalam latar belakang dari bahan penelitian di atas, maka dapat diambil masalah dari uraian tersebut yaitu:
“Bagaimana dampak pembelajaran pendidikan jasmani terhadap tingkat kepercayaan diri siswa di SMA N 4 Cirebon?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun sasaran atau tujuan yang dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Untuk memperoleh jawaban tentang ada tidaknya dampak pembelajaran pendidikan jasmani
terhadap kepercayaan diri siswa di SMA N 4 Kota Cirebon.” D. Manfat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, antara lain: 1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran untuk bahan pengajaran dan pembelajaran Pendidikan Jasmani
b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian lain yang lebih mendalam
2. Manfaat Praktis
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan peneliti dalam rangka memperoleh data yang dipergunakan sesuai dengan permasalahan yang diselidiki. Seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad (1990: hlm. 131), sebagai berikut:
Metode adalah merupakan suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara ini dipergunakan setelah penyelidikan, memperhitungkan kewajarannya, ditinjau dari tujuan penelitian serta dari situasi penelitian.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik korelasional. Penggunaan metode ini disebabkan penulis bermaksud meneliti hubungan variabel-variabel penelitian sesuai dengan keadaan yang sedang berlangsung di lapangan, tanpa melihat hal-hal yang terjadi pada sebelumnya dan masa yang akan datang.
Penentuan jenis penelitian tersebut didasarkan keterangan Arikunto (2002: hlm. 326) mengenai penelitian korelasi sebagai berikut: “penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa
variabel”. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa metode penelitian deskriptif jenis
penelitian korelasional adalah tepat untuk digunakan dalam penelitian ini.
Dalam setiap penelitian sudah barang tentu harus difikirkan mengenai bagaimana cara memperoleh data yang diperlukan. Cara memperoleh data ini dikenal sebagai metode pengumpulan data, antara lain: wawancara, observasi, metode tes dan angket. Metode pengumpulan data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan menggunakan angket.
32
2. Membuat soal angket 3. Melakukan uji coba angket
4. Mengumpulkan data mengenai kepercayaan diri melalui angket yang disebarkan
5. Menyusun dan mengolah data 6. Menganalisis data
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitan ini melibatkan dua variable yaitu variable pembelajaran pendidikan jasmani (variabel X) dan kepercayaan diri siswa sebagai (variabel Y). Variabel (X) atau variable bebas adalah variable perlakuan atau variabel yang disengaja dimanipulasi untuk diketahui pengaruhnya terhadap variabel terikat.Variabel (Y) atau variable terikat adalah variabel yang timbul akibat variabel bebas, atau respon dari variabel bebas.
Secara visual hubungan antara kedua variable tersebut dapat digambarkan berikut ini:
X Y
Keterangan: X = Merupakan variable bebas yang mempengaruhi Y = Merupakan variable terikat yang dipengaruhi
= Hubungan antar variabel
Variabel X yaitu pembelajaran pendidikan jasmani, sedangkan untuk variabel Y yaitu kepercayaan diri siswa.
C. Lokasi, Populasi dan Sampel
33
jelas”, sedangkan menurut Arikunto (2002: hlm. 108) bahwa: “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi”. Berkenaan dengan penelitian ini, penulis menetapkan yang menjadi populasinya adalah siswa kelas XI SMA Negeri 4 Kota Cirebon. Alasan penulis memilih SMA Negeri 4 Kota Cirebon karena berdasarkan observasi para siswa di SMA Negeri 4 Kota Cirebon cenderung pasif dalam mengikuti proses belajar. Hal ini terlihat dari proses tanya jawab yang dilakukan oleh guru. Kemudian alasan dari peneliti memilih kelas XI yang menjadi populasi yakni karena kelas dua berada pada titik keseimbangan antara kelas X dan kelas XII sehingga penelitian yang dilakukan akan mewakili seluruh siswa yang ada disekolah.
Setelah menentukan populasi, langkah berikutnya yaitu menentukan sampel. Menurut Sudjana dan Ibrahim (1989: hlm. 84) sampel adalah “sebagian dari populasi yang mewakili sifat dan karakter yang sama sehingga betul-betul mewakili populasinya”.
Dalam penelitian ini, tidak seluruh anggota populasi akan dijadikan subjek penelitian, tetapi hanya sebagian dari populasi atau disebut dengan sampel. Sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2002: hlm. 109) bahwa sampel adalah
“sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan Sampel menurut Sudjana (1992: hlm. 83) adalah “Sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi”. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan efisiensi waktu dan dana yang penulis miliki. Terdapat beberapa keuntungan dalam suatu penelitian yang menggunakan sampel, sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2002: hlm. 111), sebagai berikut:
Ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan sampel, diantaranya: 1. Karena subjek pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi 2. Apabila populasi terlalu besar, maka dikhawatirkan ada yang terlewati 3. Dengan penelitian sampel, maka akan lebih efisien (dalam arti uang,
waktu, dan tenaga)
4. Ada kalanya dengan penelitian populasi berarti desktruktif (merusak) 5. Karena subjeknya banyak, maka pencatatan yang dilakukan peneliti
34
6. Ada kalanya memang tidak dimungkinkan melakukan penelitian populasi
Selanjutnya mengenai penentuan jumlah sampel yang akan penulis gunakan di dalam penelitian ini, penulis berpedoman pada penjelasan yang dikemukakan oleh Arikunto (2002: hlm. 112), yaitu sebagai berikut:
Untuk sekedar perkiraan maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih.
Berikut adalah tabel keadaan populasi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Kota Cirebon tahun ajaran 2014/2015.
Tabel 3.1
Keadaan Populasi Siswa SMA Negeri 4 Kota Cirebon Kelas XI
Program Banyak
kelas
Jenis kelamin
Jumlah Perempuan Laki-laki
IPA 6 139 84 223
IPS 3 69 42 111
Jumlah 9 208 126 334
35
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang akurat dalam sebuah penelitian tentunya diperlukan sebuah alat yang disebut instrument. Mengenai instrumen ini, Arikunto (2006: hlm. 150) menerangkan sebagai berikut:
Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi adalah juga mengadakan pengukuran.
Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Secara garis besar mengenai alat evaluasi ini Arikunto (2006: hlm. 150) menggolongkannya atas dua macam yaitu tes dan non-tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Non tes adalah dengan mengamati sampel yang diteliti sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga diperoleh data yang diinginkan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket atau kuesioner sebagai alat pengumpul data. Mengenai pengertian angket atau kuesioner ini Arikunto (2006: hlm. 151) menjelaskan sebagai berikut: “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”.
36
Data terkumpul dari angket berupa angka-angka yang dapat menunjukkan tentang tingkat kepercayaan diri siswa. Skala yang penulis gunakan adalah dengan Skala Likert. Mengenai skala Likert, Akdon (2005:118) menjelaskan sebagai berikut:
Skala ini telah banyak digunakan oleh para peneliti guna mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Dengan pernyataan tersebut, maka kuesioner dan skala Likert yang penulis pilih ini dirasa sesuai dengan permasalahan yang hendak penulis teliti, yaitu tentang dampak pembelajaran pendidikan jasmani terhadap kepercayaan diri siswa.
Dalam skala Likert, pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif dinilai subjek sangat sesuai, sesuai, ragu-ragu/kadang-kadang, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Oleh karena itu yang ingin diungkap dari respoden berupa perilaku yang benar-benar mereka lakukan.
Dalam altenatif jawaban terdapat rentang nomor dari angka lima sampai dengan angka satu. Angka lima menunjukkan bahwa pernyataan dalam angket melekat dalam diri responden, semakin rendah nomor yang responden pilih maka pernyataan tersebut semakin terisolasi jauh dari diri responden. Adapun kategori penyekoran untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu angka lima = 5, angka empat = 4, angka tiga = 3, angka dua = 2, dan angka satu = 1. Kategori untuk setiap butir pernyataan negatif, yaitu angka lima = 1, angka empat = 2, angka tiga = 3, angka dua = 4, dan angka satu = 5.
Penulis menyusun pernyataan-pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban tersebut dengan berpedoman pada penjelasan Akdon (2005: hlm.135) sebagai berikut:
37
3. Sifat pernyataan harus netral dan obyektif
4. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain
5. Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi
Dari uraian tersebut, maka penulis simpulkan bahwa pernyataan yang disusun dalam angket ini harus bersifat jelas, ringkas,jujur, dan tegas.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Kepercayaan Diri Siswa
39
E. Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Pengolahan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara untuk memperoleh data dari keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Untuk menunjang hasil penelitian, peneliti melakukan pengelompokan data. Dalam memperoleh data dan informasi yang peneliti butuhkan, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan (Observation)
Yaitu melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam melakukan observasi langsung penulis melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Membuat surat ijin penelitian
2. Melakukan observasi dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan guru penjas disekolah
b. Wawancara (Interview)
40
c. Angket (Quistionnair)
Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula. Angket merupakan sebuah pertanyaan-pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang diketahui.
d. Dokumentasi (Documentation)
Menurut Arikunto (2006: hlm. 158) menjelaskan bahwa: “Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, raport, agenda dan sebagainya.” e. Studi Kepustakaan (library research)
Penelitian pustaka adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mempelajari serta mengumpulkan teori-teori yang relevan dengan materi pembahasan guna dijadikan dasar dalam melakukan penelitian.
2. Prosedur Pengolahan Data
Dalam pembuktian suatu permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, maka diperlukan pengolahan dan analisis data, sehingga dapat diketahui permasalahan tersebut dapat ditolak atau diterima. Setelah data terkumpul, selanjutnya mengolah dan menganalisis data secara statistik. Dari hasil pengolahan dan penghitungan statistik inilah, maka dapat diketahui diterima atau ditolaknya suatu hipotesis berdasarkan taraf nyata yang diajukan. Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data sebagai berikut:
A. Uji Coba Angket
Angket yang telah disusun harus diuji cobakan untuk mengukur tingkat validitas dan reabilitas dari setiap butir pernyataan-pernyataan. Dari uji coba angket akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini.
41
setara yaitu berakreditasi “A” berdasarkan akademik dan non akademik dengan sekolah tempat peneliti melakukan penelitian yakni SMA Negeri 4 Kota Cirebon, dan sampel uji coba pun berkriteria sama dengan sampel penelitian. Angket tersebut diberikan kepada para sampel uji coba penelitian sebanyak 34 orang siswa. Sebelum para sampel mengisi angket tersebut, penulis memberikan penjelasan megenai cara-cara pengisiannya. Dengan cara menjelaskan petunjuk pengisian angket, yaitu SS = Jika menyatakan Sangat Setuju, S = Jika menyatakan Setuju, R = Jika menyatakan Ragu, TS = Jika mnyatakan Tidak Setuju, dan STS = Jika menyatakan Sangat Tidak Setuju.
1. Pengujian Validitas Instrumen
Uji validitas instrumen berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Arikunto (2002: hlm. 143) mengemukakan, validitas adalah pengukuran yang menunjukan tingkat kevaliditasan dan kesahihan suatu instrumen.
Untuk menentukan validitas angket, penulis berpedoman pada Sugiyono (2005: hlm. 272) sebagai berikut:
1) Mengumpulkan data dan memberikan skor pada tiap butir pernyataan sesuai dengan jawaban responden.
2) Menghitung skor total masing-masing item. Kemudian mencari mean. 3) Mencari simpangan baku (s) setiap butir pernyataan.
4) Mencari variansi gabungan (S2) untuk tiap butir pernyataan 5) Mencari nilai t hitung untuk tiap butir pernyataan.
6) Membandingkan nilai t hitung yang telah dicari dengan r tabel.
42
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Instrumen Kepercayaan Diri
No.
Soal thitung ttabe l Keterangan
No.
Soal thitung ttabe l Keterangan
1 1,56 1,74 Tidak Valid 41 1,05 1,74 Tidak Valid
2 2,63 1,74 Valid 42 2,6 1,74 Valid
3 3,14 1,74 Valid 43 1,06 1,74 Tidak Valid
4 2,2 1,74 Valid 44 1,6 1,74 Tidak Valid
5 3,75 1,74 Valid 45 2,29 1,74 Valid
6 0,98 1,74 Tidak Valid 46 1,18 1,74 Tidak Valid
7 5,59 1,74 Valid 47 1,64 1,74 Tidak Valid
8 2,15 1,74 Valid 48 0,63 1,74 Tidak Valid
9 3,15 1,74 Valid 49 3,18 1,74 Valid
10 2,54 1,74 Valid 50 3,54 1,74 Valid
11 2,48 1,74 Valid 51 1,77 1,74 Valid
12 2,07 1,74 Valid 52 1,47 1,74 Tidak Valid
13 2,03 1,74 Valid 53 4,95 1,74 Valid
14 5,79 1,74 Valid 54 -0,6 1,74 Tidak Valid
15 5,3 1,74 Valid 55 3,32 1,74 Valid
16 2,33 1,74 Valid 56 3,12 1,74 Valid
17 2,14 1,74 Valid 57 1,07 1,74 Tidak Valid
18 2,12 1,74 Valid 58 1,87 1,74 Valid
19 3,56 1,74 Valid 59 1,61 1,74 Tidak Valid
20 4,47 1,74 Valid 60 3,04 1,74 Valid
21 2,77 1,74 Valid 61 3,32 1,74 Valid
22 1,64 1,74 Tidak Valid 62 4,2 1,74 Valid
23 5,01 1,74 Valid 63 1,18 1,74 Tidak Valid
24 3,35 1,74 Valid 64 2,93 1,74 Valid
25 1,98 1,74 Valid 65 2,55 1,74 Valid
43
2. Pengujian Reliabilitas Instumen
Untuk menguji reliabilitas tiap butir tes digunakan rumus teknik belah dua dengan rumus korelasi Product Moment (Ancok, 1998: hlm. 143) sebagai berikut:
1) Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung validitas itemnya.
2) Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk membelah alat pengukur menjadi dua dilakukan dengan cara:
3) Skor untuk masing-masing item padatiap belahan dijumlahkan, langkah ini menghasilkan dua skor total untuk masing- masing responden, yakni
4) Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan keduadengan menggunakan teknik korelasi product moment, yang rimus dan cara penghitungannya dapat dilihat pada lampiran.
44
pada angka korelasi yang diperoleh jika alat pengukur tersebut tidak dibelah, seperti pada teknik pengukuran ulang, karena itu harus dicari angka reliabilitas keseluruhan item tanpa dibelah.
3. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Selanjutnya, instrumen yang telah dinyatakan valid dan reliabel, diperbanyak untuk disebarkan kepada para sampel penelitian yang merupakan sumber data dalam penelitian ini. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data atau sebelum instrumen diberikan kepada responden, penulis terlebih dahulu membuat surat perizinan dari lembaga yang ditujukan kepada sekolah yang dijadikan tempat pengambilan data. Setelah mendapat perizinan dari kepala sekolah yang bersangkutan, selanjutnya penulis menemui guru penjas untuk menyebarkan angket.
Penulis menggunakan rumus statistik untuk menghitung atau mengolah hasil dari penyebaran angket pada siswa dengan berpedoman pada Nurhasan, dkk (2008). Langkah pengolahan data tersebut, ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:
1. Menghitung skor rata-rata kedua kelompok sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
∑
Keterangan:
X = Nilai rata-rata yang dicari
∑ xi = Jumlah skor yang di dapat n = Banyak sampel
2. Menghitung simpangan buku dengan rumus dari sebagai beriku:
√∑
Keterangan:
45
∑ (x - x)2 = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
3. Mencari T-skor tujuannya untuk menyeratakan dari beberapa jenis skor yang berbeda satuanya, rumus yang digunakan adalah :
T-skor = 50 + 10 [ ] untuk satuan frekuensi, atau T-skor = 50 + 10 [ ] untuk satuan waktu
4. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Liliefors. Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan X1, X2, ... , Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ... , Zn dengan menggunakan rumus:
b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang.
F(Z1) = P (Z Z1).
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ... , Zn ∑Zi. Jika proporsi ini dinyatakan S(Zi), maka:
S (Zi) = ∑
d. Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
e. Ambil harga yang yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita dapat membandingkan L0 dengan nilai kritis L yang telah diambil dari daftar
46
4. Uji Korelasi (Uji Spearman)
Uji korelasi Spearman dilakukan dengan SPSS v20 maka langkah-langkahnya sebagaimana yang diungkapkan oleh Seta Basri (2001) (http://setrabasri01.blogspot.com.html), yaitu:
1) Tentukan item-item variabel x menggunakan menu Transform>Compute
Variabel> jumlahkan item-item variabel
2) Totalkan item-item variabel y dengan menggunakan menu
transform>compute variabel> jumlahkan item-item variabel y
3) Buatlah ranking bagi rx dan ry menggunakan menu
Transform>Compute> Masukan skor total variabel x dan variabel y ke
variables > pilih saja smallest pada asign rank > klik ok. Setelah itu muncul dua variabel baru yaitu ranking untuk x dan y.
4) Lakukan uji korelasi Spearman dengan SPSS dengan klik
analyze>corelate>bivariate> masukan ranking x dan ranking y ke
variabel> pada correlation coefficient ceklis Spearman> Pada test of
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan dan analisis data melalui prosedur statistika, penulis mengambil kesimpulan sebagai hasil dari proses penelitian ini adalah:
Pembelajaran pendidikan jasmani memberikan dampak terhadap kepercayaan diri siswa. Hal ini dibuktikan dengan fakta lapangan dimana dengan mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani disekolah siswa terlihat lebih dapat mengekspresikan dirinya secara bebas dan ceria, sehingga berdampak terhadap penguatan kepercayaan diri mereka dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Saran-saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
a) Bagi seluruh guru, baik itu pengajar Pendidikan Jasmani dan pembaca pada umumnya agar lebih memperhatikan akan pentingnya proses pembelajaran pendidikan jasmani disekolah. Selain itu diharapkan dapat mengembangkan keilmuan agar dapat menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa.
b) Sebagai sumbangan saran bagi penelitian selanjutnya agar lebih memperhatikan unsur-unsur pengujian atau pengukuran variabel penelitian yang mendetail.
2. Secara praktis
55
55
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam
Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.
Ancok (1998). Tekhnik Skala Pengukur. Gajah Mada: University Press.
Andini, Y. (2013). Perbandingan Pengaruh Bentuk Latihan Kebugaran Jasmani
Terhadap Peningkatan Derajat Kebugaran Jasmani dan Percaya Diri Siswa Kelas VIII SMPN 1 Cileunyi. (Skripsi). Fakultas Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Akdon (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan
Menejemen. Bandung: Dewa Ruci.
Alwisol (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM press.
Anita (2003). Menumbuhkan percaya diri pada anak. Jakarta: Gramedia.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bastman (1995). Integrasi Psikologi dengan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Bigge (1982). Learning Theoris For Teacher. New York: Holiday. Lithograph Corporation.
Centi (1993). Mengapa rendah diri?. Yogyakarta: Kansius.
Angelis (1997). Percaya diri: Sumber sukses dan kemandirian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Elizabeth dan Balnadi (1981). Ciri-Ciri Percaya Diri. [Online]. Tersedia di:
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Master-22621-8106174001%20-%20BAB%2011.pdf. Diakses 31 Maret 2014 Fatimah, E. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.
Gagne dan Briggs (1988). Principle of Instructional Design. New York: Holt Rinehart and Winston.
Ghufron dan Risnawati (2010). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Goderfroy (1999). Bagaimana Cara Mengembangkan Karisma dan Daya Tarik
56
Hamalik, O. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung: FPOK UPI Bandung.
Hartono. (1994). Melatih Anak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara. HTTP://tutorial-spss-statistika.blogspot.com/
Istiana. (2009). Pengaruh Metode Pemberian Tugas dan Kepercayaan Diri
Terhadap Hasil Belajar Psikologis Pendidikan Fakultas Psikologis UMA.
(Tesis). Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Medan, Medan.
Juliantine, T. dkk. (2012). Modul Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK-UPI.
Kamnuron, A. (2012). Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Siswa Yang
Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu Dengan Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Perorangan Di SMA Negeri Jatinangor. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Loekmono, L. (1983). Rasa percaya diri sendiri. Salatiga: Pusat bimbingan UKSW.
Mahendra, A. (2009). Azas dan Falsafah Pendidkan Jasmani. Bandung: Prodi PJKR FPOK UPI Bandung.
Mudyahardjo, R. (2001). Pengatar Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada. Mudhofir (1987). Tekhnologi Instruksinal. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution (1982). Diktatik Azas-azas Mengajar. Bandung: Jemmars.
Neil, J. (2005). Tersedia di: http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/. Diakses 31 Maret 2014
Nugraha, E. dkk. (2010). Didaktik Metodik Pengajaran Renang. Bandung: FPOK UPI.
Nurhasan, H. Cholil, D.Hasanudin dan Hidayah, Nidaul. Modul Mata Kuliah
Statistika. (2008). Bandung: FPOK UPI Bandung.
Perry, M. (2005). Confidence Boosters – Pendongkrak Kepercayaan Diri.
London: Octopus Publishing Group.
Poerwadarminta, W. J. S. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
57
Rasyidin, dkk. (2009). Landasan Pendidikan. Bandung: Universitas Penidikan Indonesia.
Sarlito (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press. Sudjana (2005). Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito Bandung.
Sudjana dan Ibrahim (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Sugiyono (2005). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Surakhmad (1990). Belajar SPSS Untuk Mengelola Data Penelitian. Bandung: Dewa Ruci.
Surya, M. (1979). Pengaruh Faktor-faktor Non Intelektual terhadap Gejala
Kompetensi. Bandung: Disetasi IKIP Bandung.
Trisnowati dan Moekarto (2006). Materi pokok pendidikan jasmani dan
kesehatan. Pusat Penerbitan UT. Jakarta.
Tapo, D. (2012). Faktor-faktor mempengaruhi penjas. [Online]. Tersedia di: https://djornytapostkip.wordpress.com/tag/pendidikan-jasmani/. Diakses 31 Maret 2014
Winarno, S. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito.
Willis (1986). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.