• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEKSIKON ETNOFARMAKOLOGI DI KAMPUNG ADAT CIPTAGELAR, DESA SIRNARESMI, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI (KAJIAN ETNOLINGUISTIK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LEKSIKON ETNOFARMAKOLOGI DI KAMPUNG ADAT CIPTAGELAR, DESA SIRNARESMI, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI (KAJIAN ETNOLINGUISTIK)."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

LEKSIKON ETNOFARMAKOLOGI

DI KAMPUNG ADAT CIPTAGELAR, DESA SIRNARESMI,

KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI

(KAJIAN ETNOLINGUISTIK)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar

Sarjana Sastra Jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia

oleh

Pitria Agustian

NIM 1006287

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEKSIKON ETNOFARMAKOLOGI

DI KAMPUNG ADAT CIPTAGELAR, DESA SIRNARESMI,

KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI

(KAJIAN ETNOLINGUISTIK)

oleh

Pitria Agustian

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Pitria Agustian 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

LEKSIKON ETNOFARMAKOLOGI

DI KAMPUNG ADAT CIPTAGELAR, DESA SIRNARESMI, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI

(KAJIAN ETNOLINGUISTIK)

oleh Pitria Agustian

NIM 1006287

disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,

Mahmud Fasya, S.Pd., M.A. NIP 197712092005011001

Pembimbing II,

Sri Wiyanti, S.S., M.Hum. NIP 197803282006042001

diketahui oleh

Ketua Juruasan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

LEKSIKON ETNOFARMAKOLOGI DI KAMPUNG ADAT CIPTAGELAR, DESA SIRNARESMI, KECAMATAN CISOLOK,

KABUPATEN SUKABUMI (Kajian Etnolinguistik)

Pitria Agustian 1006287

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sistem pewarisan budaya antargenerasi yang mengancam punahnya ilmu pengetahuan lokal yang terekam dalam leksikon etnofarmakologi di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Adapun permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah (1) klasifikasi dan deskripsi bentuk lingual, (2) klasifikasi dan deskripsi bagian tumbuhan yang dimanfaatkan, dan (3) nilai kearifan lokal yang terkandung dalam leksikon etnofarmakologi.Penelitian ini menggunakan pendekatan teoreris etnolinguistik, pendekatan metodologis kualitatif, serta model etnografi komunikasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menguasai dan menggunakan leksikon etnofarmakologi di Kampung Adat Ciptagelar. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi partisipan dan teknik simak dan catat. Teknik analisis data dimulai dengan mengumpulkan data, mereduksi data, melakukan analisis berdasarkan klasifikasi dan deskripsi, serta menganalisis nilai kearifan lokal yang terkandung dalam leksikon etnofarmakologi.Berikut adalah hasil penelitian yang dapat dijelaskan secara singkat. Leksikon yang diperolehdari penelitian ini berjumlah 90 leksikon.Pertama, berdasarkan klasifikasi bentuk lingual, semua leksikon etnofarmakologi berbentuk kata dan termasuk kategori nomina. Kata dasar berjumlah 57 (63%), kata ulang berjumlah 1 (1%), kata majemuk berjumlah 32 (36%). Kedua, berdasarkan klasifikasi bagian tumbuhan yang dimanfaatkan,

dadaunan 50 buah (57%), jujukutan 7 buah (8%), aakaran 1 buah (1%),

beubeutian 15 buah (17%), bubuahan 6 buah (7%) kekembangan 9 buah (10%), dan tangkal 2 buah (2%). Ketiga, nilai kearifan lokal yang terdapat pada leksikon etnofarmakologi adalah (1) masyarakat adat bijak memanfaatkan alam, (2) masyarakat adat beradaptasi dengan alam, (3) masyarakat adat memiliki pengetahuan etnobotani dan farmasi, (4) masyarakat adat memerhatikan keseimbangan hidup, (5) masyarakat adat pandai menjaga kesehatan tubuh, (6) masyarakat adat pandai merawat kecantikan, (6)masyarakat adat senang lalapan, dan (7) masyarakat adat mengutamakan kekeluargaan.

(5)

ABSTRACT

LEXICON ETHNOPHARMACOLOGY IN CIPTAGELAR INDIGENOUS VILLAGE, SIRNARESMI VILLAGE, CISOLOK SUBDISTRICT,

SUKABUMI DISTRICT (ETHNOLINGUISTIC STUDY)

Pitria Agustian 1006287

The system of intergenerational cultural inheritance that threatens the extinction of local knowledge is recorded in the lexicon ethnopharmacology in Ciptagelar indigenous village, Sirnaresmi village, Cisolok subdistrict, Sukabumi district. This system underlying the researcher to carry out this study. This study aimed at (1) description and classification of lingual form (2) description and classification of parts of the plant are used (3) local moral values contained in the lexicon ethnopharmacology. This study uses a ethnolinguistic theoretical approach, qualitative methodological approach, as well as communication ethnography models. Sources of data in this study is people who mastering and using lexicon ethnopharmacology in Ciptagelar indigenous village. The data collection techniques in this study were participant observation and interviews. Data collection techniques starts with collecting the data, reducing the data, carry on the analysis based on description and classification, as well as analyze the value of local wisdom contained in the lexicon ethnopharmacology. The summary of the result of this study described as follows. Lexicon which are derived from this study amounted to 90 lexicon. First, based on classification of lingual form, all of the lexicon ethnophamacology form of word and classified as a noun category. Amounted to 57 word stem (63%), 1 reduplication (1%), and 32 kompocitum (36%). Second, based on classification of parts of the plant are used, amounted to 50 pieces of dadaunan (57%), 7 pieces of jujukutan (8%), 1 piece of aakaran

(1%), 15 pieces of beubeutian (17%), 6 pieces of bubuahan (7%), 9 pieces of

kekembangan (10%), and also 2 pieces of tangkal (2%). Third, value of local wisdom contained in the lexicon ethnopharmacology are (1) Culture people wisely take advantage from the natural environment, (2) Culture people well adapt with their natural environment, (3) Culture people have knowledge about ethnobotany and pharmaceutical, (4) Culture people pay attention to the balance of their life, (5) Culture people are good at maintaining their healthy body, (6) Culture people good at beauty care, (7) Culture people like lalapan, (8) Culture people prioritize the fellowship.

(6)
(7)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah ... 3

1. Identifikasi Masalah... 4

2. Pembatasan Masalah ... 4

3. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, ETNOLINGUISTIK, DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 7

A. Kajian Pustaka... 7

B. Penggunaan Leksikon ... 8

1. Kata dan Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia ... 9

2. Kata dan Pembentukan Kata dalam Bahasa Sunda ... 10

(8)

ix

1. Pengertian Etnolinguistik ... 11

2. Ihwal Etnolinguistik dalam Linguistik ... 12

3. Etnofarmakologi ... 16

4. Teori Klasifikasi ... 17

5. Etnografi Sunda ... 19

6. Kandungan Nilai Kearifan Lokal ... 21

7. Masyarakat adat ... 23

D. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Observasi Partisipan ... 31

2. Simak dan Catat ... 31

G. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Deskripsi dan Klasifikasi Leksikon Etnofarmakologi Berdasarkan Bagian Tumbuhan yang dimanfaatkan. ... 33

1. Leksikon Etnofarmakologi yang Berbentuk Kata Dasar ... 37

2. Leksikon Etnofarmakologi yang Berbentuk Kata Ulang ... 39

3. Leksikon Etnofarmakologi yang Berbentuk Kata Majemuk ... 40

B. Deskrifsi dan Klasifikasi Etnofarmakologi Berdasarkan Bagian Tumbuhan yang dimanfaatkan. ... 57

1. Dadaunan ... 57

(9)

x

3. Aakaran ... 88

4. Beubeutian... 89

5. Bubuahan ... 98

6. Kekembangan ... 102

7. Tatangkalan ... 107

C. Nilai Kearifan Lokal yang Terkandung dalam Leksikon Etnofarmakologi di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi ... 109

BAB V SIMPULAN dan SARAN... 115

A. Simpulan ... 115

B. Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 117

LAMPIRAN ... 121

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang, (2) masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian,dan (5) sistematika penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, keanekaragaman etnis, berikut kekayaan budayanya. Perbedaan adat dan kebiasaan antaretnis di Indonesia merupakan kekayaan budaya bangsa. Kondisi yang demikian juga dapat dicirikan dari keragaman jenis tumbuhan dan keragaman cara pemanfaatannya oleh masing-masing etnis sebagai suatu warisan yang berupa keterampilan untuk keperluan hidup sehari-hari.

Keragaman cara pemanfaatan tumbuhan yang terdapat dalam setiap etnis merupakan bagian dari ilmu pengetahuan lokal yang dimiliki oleh etnis tersebut. Ilmu pengetahuan lokal tersebut terekam dalam leksikon-leksikon tumbuhan. Leksikon merupakan komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa (KBBI, 2008-805).

(11)

2

Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa leksikon etnofarmakologi mencakup semua informasi mengenai nama-nama tumbuhan yang memiliki efek farmakologiyang digunakan sebagai obat atau ramuan yang dihasilkan penduduk setempat untuk pengobatan.Demikian juga halnya dengan masyarakat Adat Ciptagelar yang merupakan salah satu etnis Sunda yang berada dalam kawasan hutan lindung Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), yang secara administratif terletak di wilayah Kampung Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, masih memanfaatkan tumbuhan sebagai media pengobatan.

Mayoritas masyarakat Adat Ciptagelar adalah petani yang beradaptasi dengan alam. Masyarakat ini masih memanfaatkan sebagian tumbuhan yang ada di lingkungannya untuk obat. Kondisi masyarakat seperti ini selaras dengan konsep Kluckhohn(Koentjaraningrat, 1974) mengenai lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya manusia. Kluckhohn (Koentjaraningrat, 1974:45) menjelaskan bahwa pada hakikatnya petanitidak merasa tunduk dengan alam, ataupun sebaliknya mereka juga tidak merasa mampu untuk menguasainya. Kepercayaan inilah yang membuat masyarakat Adat Ciptagelar memiliki hubungan yang kuat terhadap tumbuhan sebagai obat dalam menyembuhkan berbagai penyakit.

Sebagai contoh, masyarakat Adat Ciptagelar terbiasa menggunakan jukut ki kumat ‘Themeda arguen’ sebagai obat sakit perut dan getah batang magae ‘Solanum torvum Sw’ untuk obat sakit gigi. Selain untuk penyakit dalam, ada juga tumbuhan untuk pengobatan luar seperti luka ringan tergores yang bisa memanfaatkan daun babadotan ‘Ageratum conyzoides’ dan jukut bauHyptis suaveolens’. Adapun sadagori ‘Sida rhombifolia lour’ dapat digunakan untuk mengobati bisul. Berdasarkan fakta lingual tersebut, peneliti berasumsi bahwa masyarakat AdatCiptagelar memiliki kekayaan leksikon etnofarmakologi.

(12)

3

masyarakat Sunda sudah mengalami perubahan seiring perkembangan sosial budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Penggunaan leksikon etnofarmakologi menunjukkan perubahan dengan adanya obat generik, sehingga etnofarmakologi mulai ditinggalkan. Agar tidak terjadi kepunahan ilmu pengetahuan lokal yang terkandung dalam leksikon-leksikon etnofarmakologi, perlu adanya upaya menjaga leksikon etnofarmakologi agar dapat dipertahankan kelestariannya. Sebagai upaya pemertahanan pelestarian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti leksikon etnofarmakologi di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Penelitian mengenai pemanfaatan tumbuhan sebagai media pengobatan sudah beberapa kali dilakukan oleh peneliti-peneliti lain, khususnya yang terkait dengan dunia kesehatan. Penelitian sebelumnya mengenai etnofarmakologi adalah penelitian yang dilakukan oleh Wiwaha, dkk. (2012) tentang tinjauan etnofarmakologi tumbuhan obat/ramuan obat tradisional untuk pengobatan dislipidemia yang menjadi kearifan lokal di Provinsi Jawa Barat.

Penelitian serupa dilakukan juga oleh Damayanti (1999) tentang kajian tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit penting pada berbagai etnis di Indonesia. Penelitian tersebut difokuskan pada jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk menyembuhkan lima kelompok penyakit peringkat tinggi pada 45 etnis yang tersebar di Indonesia.

(13)

4

B. Masalah

Pada bagian ini akan dijelaskan masalah penelitian yang meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

1. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengidentifikasian masalah. Adapun identifikasi masalahnya sebagai berikut.

1) Pewarisan ilmu pengetahuan lokal tentang etnofarmakologi mulai terhambat seiring dengan berkembangnya sosial budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

2) Terhambatnya sistem pewarisan budaya antargenerasi mengancam punahnya ilmu pengetahuan lokal yang terekam dalam leksikon etnofarmakologi.

2. Pembatasan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah, peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini akan dibatasi pada hal-hal berikut ini.

1) Penelitian ini difokuskan pada leksikon etnofarmakologi yang terdapat di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

2) Klasifikasi satuan lingual secara morfologis dibatasi pada kata.

3) Deskripsi dan klasifikasi tumbuhan obat dibatasi pada bagian tumbuhan yang dimanfaatkan.

4) Penelitian ini akan mengungkap nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada leksikon etnofarmakologi.

3. Perumusan Masalah

(14)

5

1) Bagaimana bentuk lingual leksikon etnofarmakologi yang terdapat di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupeten Sukabumi?

2) Bagaimana deskripsi dan klasifikasi leksikon etnofarmakologi yang terdapat di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupeten Sukabumi?

3) Bagaimana nilai kearifan lokal yang terkandung dalam leksikon etnofarmakologi yang digunakan oleh masyarakat Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1) leksikon Etnofarmakologi yang terdapat di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupeten Sukabumi;

2) deskripsi dan klasifikasi leksikon etnofarmakologi yang terdapat di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupeten Sukabumi; 3) nilai kearifan lokal yang terkandung dalam etnofarmakologi yang digunakan oleh masyarakat Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Berikut ini adalah uraian dari manfaat teoretis dan manfaat praktis.

(15)

6

2) Secara praktis, penelitian ini memberikan informasi tambahan yang menjelaskan tentang nilai-nilai kearifan lokal leksikon etnofarmakologi, melengkapi dokumentasi tertulis, khususnya leksikon etnofarmakologi di kawasan TNGHS terhadap buku yang sudah ada serta menjadi referensi untuk bidang ilmu kesehatan.

E. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini berupa skripsi yang disusun menjadi lima bab. Dalam bab I, penulis menguraikan (1) latar belakang masalah, (2) identifikasi masalah, (3) pembatasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian, (6) manfaat penelitian, dan (7) sistematika penulisan.

Dalam bab II, penulis menguraikan landasan teoretis yang memaparkan aspek-aspek sebagai berikut: (1) kajian pustaka, (2) penggunaan leksikon, (3) bentuk lingual, (4) etnolinguistik meliputi (a) pengertian etnolinguistik, (b) ihwal etnolinguistik dalam linguistik, (c) etnofarmakologi, (d) etnografi Sunda, (e) taksonomi, dan (f) kandungan nilai kearifan lokal, dan (5) gambaran umum.

Dalam bab III, penulis memaparkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Adapun metode tersebut meliputi (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrument penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data.

(16)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrument penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data. Adapun uraiannya sebagai berikut.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di KampungAdatCiptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian ini dipilih dengan sengaja, dengan pertimbangan sebagai berikut: (a) Kampung adat Ciptagelar merupakan salah satu komunitas adat yang masih tersisa di Jawa Barat, (b) secara geografis keberadaan Kampung Adat Ciptagelar ini berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), yang ekosistemnya masih terjaga serta banyak tumbuhan obat yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Setelah menentukan lokasi penelitian, peneliti menentukan subjek penelitian yang meliputi (1) data, dan (2) sumber data.

1. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalahleksikon-leksikon etnofarmakologi di KampungAdatCiptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, yang berupa tuturan dalam peristiwa proses pemanfaatan etnofarmakologi. Tuturan tersebut dibatasi pada tuturan lisan yang menunjukkan leksikon etnofarmakologi.

2. Sumber Data

(17)

28

penelitian berupa tuturan lisan. Oleh karena itu, peneliti bisa menentukan jumlah informan sesuai kebutuhan penelitian. Peneliti akhirnya menentukan jumlah informan yang dibutuhkan dalam penelitin leksikon etnofarmakologi. Sumber data dalam penelitian ini berjumlah dua orang yaitu (1) Ki Aang, dan (2) Runiawati, yang menguasaidanmenggunakanleksikonetnofarmakologi.

B. Desain Penelitian

Untuk menjelaskan paparan sebelumnya tentang metode penelitian, pada bagian ini akan digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut (adaptasi model Miles dan Huberman, 1984)

Diagram 3.1 Pengumpulan Data

1. Observasi Partisipan 2. Simak dan Catat 3. Dokumentasi

Penyajian Data

1. Klasifikasi dan deskripsi leksikon etnofarmakologi 2. Kandungan nilai kearifan

lokal dalam leksikon etnofarmakologi

Hasil Analisis :

Muatan Nilai Pendidikan Lingkungan Hidup dalamLeksikon Etnofarmakologi

Leksikon Etnofarmakologi

Pereduksian Data

Penafsiran Data untuk Nilai-Nilai Kearifan Lokal pada Leksikon

(18)

29

Desain Penelitian C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Kirk & Miller (1986) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergabung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan masyatakat tersebut melalui bahasanya (Djajasudarma,2010:11).

Di dalam penelitian bahasa, penelitian dapat dilakukan di lapangan yang akan melibatkan peneliti dengan penutur bahasa yang akan diteliti. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan pendekatan penelitian etnolinguistik. Pendekatan etnolinguistik merupakan kajian yang menafsirkan hubungan antara bahasa dan budaya dalam ranah tertentu. Secara metodologis, pendekatan etnolinguistik dalam penelitian ini dipusatkan pada model etnografi komunikasi.

Etnografi komunikasi adalah pengembangan dari antropologi linguistik yang dipahami dalam konteks komunikasi. Dengan menggunakan model etnografi komunikasi, penggambaran bahasa dalam suatu kebudayaan bukan pada bahasa itu sendiri, melaikan pada komunikasinya (Kuswarno, 2008:12).

Dengan metode ini, data penelitian yang dihasilkan adalah data yang sesuai dengan keadaan di lapangan. Dengan demikan data yang diperoleh peneliti sesuai keadaan yang terjadi saat penelitian dan disajikan dengan apa adanya.

D. Definisi Operasional

Penelitian ini mempunyai beberapa definisi operasional. Berikut ini adalah uraiannya.

1) Leksikon yang dimaksud dalam penelitian ini adalah leksikon etnofarmakologi yang berada di Kampung Adat Ciptagelar. Leksikon tersebut memberikan gambaran dan informasi mengenainama-nama tumbuhan yang memiliki efek farmakologi.

(19)

30

Ciptagelar berada di atas ketinggian 1050 mdpl (meter di atas permukaan laut). Secara administratif, Kampung Adat Ciptagelar berada di wilayah Dusun Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

3) Etnolinguistik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cabang ilmu antropologi yang secara khusus mempelajari tentang fenomena keragaman manusia dari aspek bahasa, tata bahasa, dan ciri bahasa dari individu manusia selaku pendukung kebudayaan melalui leksikon etnofarmakologi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara. Berikut ini contoh pedoman observasi dan daftar tanya yang akan digunakan.

1 Tumbuhan apa saja yang ada di Kampung Adat Ciptagelar yang mempunyai efek farmakologi

2 Apa saja bagian tumbuhan tumbuhan yang memiliki efek farmakologi?

(20)

31

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi partisipan dan wawancara.Berikut penjelasan kedua teknik tersebut.

1. Observasi Partisipan

Dalam observasi partisipan ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak (Sugiono, 2013:204).

2. Simak dan Catat

Sebagai turunan dari teknik observasi partisipan, dalam penelitian ini digunakan dua macam teknik pengumpulan data yakni teknik simak dan teknik catat (Sudaryanto, 1993: 153; dalam Shapira, 2013: 48). Teknik simak digunakan peneliti untuk memperoleh data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Selanjutnya dalam teknik simak terdapat teknik lanjutan berupa teknik catat dan rekam. Teknik catat dan rekam yaitu peneliti melakukan pencatatan dan perekaman terhadap hasil wawancara yang diperoleh. Kedua teknik ini dapat digunakan secara bersama-sama apabila penggunaan bahasa itu berwujud secara lisan.

G. Teknik Analisis Data

(21)

32

Peneliti mencatat data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan.

2) Reduksi data

Peneliti membuat klasifikasi dan deskripsi leksikon etnofarmakologi yang terdapat di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupeten Sukabumi, berdasarkan bentuk lingual dan tubuh tumbuhan yang memiliki efek farmakologi.

3) Penyajian data

Peneliti menyajikan data dengan menggunakan tabel agar data dapat lebih mudah dipahami.

4) Membuat kesimpulan dari hasil penelitian

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Abednego, Bangun. (2012). Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Bandung: Indinesia Publising House.

Amin, Asni. dan Dewi Yuliana. (2011). “Farmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna dan Identifikasi Farmakologinya”. Dipublikasikan pada Prosiding Seminar Nasional “Eight Star Performance Pharmacist” Program Pascasarjana Ilmu Farmasi,

Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta, hlm. 48-55.

Chaer, Abdul. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. (2007). Leksikologi dan leksikografi. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia ( Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.

Damayanti, Elllyn Kathalina. (1999). “Kajian Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit Penting Pada Berbagai Etnis Di Indonesia”. Tesis pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Danadibrata, R.A. (2006). Kamus basa Sunda. Bandung: Panitia penerbit Kamus Basa Sunda.

Depdiknas. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Balai Pustaka.

Djajasudarma. Fatimah. (2010). METODE LINGUISTIK: Ancangan Metode penelitian dan Kajian. Bandung: PT Refika Aditama.

(23)

Foley, W.A. (2001). Anthropological Linguistics: An Introduction. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc.

Gambar Kangkung Gunung [online]. Tersedia:

(http//www.plantamor.com/index.php?album714) [20 Agustus 2014]

Gambar Ki Kunti [online]. Tersedia:

(http://www.territorioscuola.com/wikipedia/?title=specie_di_ficus) [20 Agustus 2014]

Gambar Konéng Gédé [online]. Tersedia:

(http://sudardjattanusukma.wordpress.com/tag/koneng-gede/) [20 Agustus 2014]

Gambar Pacar Cina [online]. Tersedia:

(http/khasiatdaunalami.blogspot.com/2014/02/khasiat-daun-manfaat-daun-pacar-cina.html?m=1) [20 Agustus 2014]

Harsojo. (1984). Pengantar Antropologi. Jakarta: Bina Cipta.

Hernawan. (2009). Morfologi Basa Sunda. Handout. Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Hlm 37.

Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia.

Koentjaraningrat. (1975). Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia.

(24)

Kuswarno, Engkus. (2008). Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padjajaran.

Lembaga Basa & Sastra Sunda. (1992). Kamus Umum Basa Sunda. Bandung: Tarate Bandung.

Makalah Masyarakat Adat [online]. Tersedia: (http://celphee-surf.blogspot.com/2012/03/masyarakat-adat.html) [30 Agustus 2014]

Parera, Jos Daniel. (1997). Linguistik Edukasional Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. Patimah, Ratna. (2012). “Nama Jajanan Tradisional Khas Sunda (suatu kajian etnosemantik). Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Rahyono, F.X. (2009). Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wadatama Widya Sastra.

Rosidi, Ajip. (2011). Kearifan lokal dalam Pérspéktif Budaya Sunda. Bandung: Kiblat.

Setiawan, Irvan dkk. (2012). Upacara Seren Taun Pada Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar Di Sukabumi. Bandung: BPNB.

Shapira, Nurul. (2013). “Leksikon Makanan dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung”. Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Sibarani, Robert. (2004). Antropolinguistik. Medan: Poda.

Sudaryat, Yayat dkk. (2007). Tata Basa Sunda Kiwari. Bandung: Yrama Widya.

(25)

Sugiyono. (2013). Metode penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & O). Bandung: Alfabeta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Walujo, Eko Baruto. (2000). “Pengembangan Bioprospecting Dalam Kaitannya dengan Penelitian Etnobotani dan Etnofarmakologi”. Balitbang Botani Puslitbang Biologi. Lipi.

Warnaen, Suwarsih dkk. (1987). Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wiranata, I Gede. (2011). Antropologi Budaya. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Wiwaha dkk. (2012). “Tinjauan Etnofarmakologi Tumbuhan Obat/ Ramuan Obat

Gambar

Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (Create value) bagi pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja keuangannya sehat. b) EVA

Program persiapan akreditasi harus dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan dan perencanaan kerja di masa yang akan datang agar acuan dalam pelaksanaan kegiatan dan perencanaan

Mereka mempersiapkan diri dan mengantisipasi problem-problem yang mungkin akan timbul; mereka mengkonfirmasi peluang yang ada, dan apa yang diperlukan untuk meraih keberhasilan;

Untuk maksud tersebut, bersama ini kami kirimkan daftar isian terlampir untuk diisi dan mohon segera dikirim kembali melalui email kreativitas.belmawa@qmait.com paling

Hasil yang positif ini menunjukkan bahwa jika semakin baik pelaksanaan audit internal yang dijalankan oleh bank-bank di wilayah Kota Gorontalo maka pelaporan

 Mohon kehadiran anggota Komisi Germasa dan Pengurus Inti ke-6 Pelkat dalam pertemuan dengan Ketua II PHMJ yang akan dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 19 Juli

Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa tekanan hampir tidak dirasakan oleh siswa, dimana hal tersebut dapat dilihat dari seringnya siswa mengisi waktu luang

25 Maret 2019 Pada hari kedua puluh lima, seperti biasa penulis melakukan tugas rutinitas mengganti kaset sama seperti pada hari sebelumnya hanya saja kaset yang