• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Panjang Tulang Femur Dengan Tinggi Badan Pada Pria Dewasa Muda.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Panjang Tulang Femur Dengan Tinggi Badan Pada Pria Dewasa Muda."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PANJANG TULANG FEMUR DENGAN TINGGI BADAN PADA PRIA DEWASA MUDA

Christopher Senjaya, 2007; Pembimbing I : Daniel S. Wibowo, dr., M.Sc Pembimbing II : Diana A.B., dr., M.Kes

Latar belakang penelitian ini didasari oleh dua hal, yaitu di bidang kedokteran forensik dan antropologi. Dengan ditemukannya tulang, khususnya tulang femur maka dapat diperkirakan tinggi tubuh dari tulang yang ditemukan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan korelasi terbaik panjang femur terhadap tinggi badan.

Subjek penelitian adalah 30 orang mahasiswa berumur antara 18-25 tahun yang diukur panjang tulang femur dan tinggi badannya, kemudian ditentukan prediksi tinggi badannya menggunakan rumus T = F x 100/27 dan rumus Stevenson (61,7207 + 2,4378F + 2,1756).

Hasil penelitian ini adalah rata-rata prediksi dengan metode rumus Stevenson (169,85) lebih mendekati rata-rata nilai tinggi badan yang sesungguhnya (171,37) dibanding dengan metode prediksi dengan rumus T = F x 100/27 (160,98). Juga

Kesimpulannya adalah adanya korelasi antara panjang tulang femur untuk memprediksi tinggi badan. Prediksi tinggi badan menggunakan rumus Stevenson lebih mendekati tinggi badan sesungguhnya dibandingkan rumus T = F x 100/27.

(2)

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN THE FEMUR LENGTH AND THE HEIGHT OF THE YOUNG ADULT MAN

Christopher Senjaya, 2007; Tutor I : Daniel S. Wibowo, dr., M.Sc Tutor II : Diana A.B., dr., M.Kes

The background of this research was based by forensic medicine and anthropology. If the bones was found, especially femur’s bone, it can be used to predict body height. The aim of this research is to get the best correlation of femur length to body height.

The subjects of this research were thirty college students aged 18-25 years old. Their femur length and body height was measured, and then the body height was counted by using the formula T = F x 100/27 and Stevenson’s formula (61,7207 + 2,4378F + 2,1756). (10,39). The significant value for formula T = F x 100/27 (.000) was lesser than 0.05. The significant value for Stevenson’s formula (0.57) and Regression’s formula (0.999) were bigger than 0.05.

The conclusion is the femur length can be used to predict body height. The prediction of body height by Stevenson’ formula is better to the exact body height than by using formula T = F x 100/27.

(3)
(4)
(5)

viii

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3.1 Maksud ... 2

1.3.2 Tujuan ... 2

1.4 Kegunaan Penelitian ... 2

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran... 3

1.5.2 Hipotesis... 3

1.6 Metode Penelitian... 3

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 3

1.7.1 Lokasi ... 3

1.7.2 Waktu ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan ... 5

2.1.1 Definisi pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) ... 5

2.1.2 Fase-fase pertumbuhan dan perkembangan pada manusia ... 6

2.1.2.1 Spermatogenesis dan Oogenesis ... 6

(6)

2.3.1 Klasifikasi Tulang... 34

2.4.2 Osifikasi Femur ... 45

2.4.3 Sudut inklinasi ... 46

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan ... 48

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian... 53

3.2 Alat-Alat yang Digunakan ... 53

3.3 Metode Penelitian... 53

3.3.1 Desain Penelitian ... 53

3.3.2 Variabel Penelitian... 53

3.3.3 Ukuran Sampel ... 54

3.4 Prosedur Penelitian... 54

3.4.1 Pengukuran Tinggi Badan ... 54

3.4.2 Pengukuran Panjang Femur... 54

3.5 Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL, PEMBAHASAN DAN PENGUJIAN HIPOTESIS PENELITIAN 4.1 Hasil dan Pembahasan ... 56

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian ... 56

4.1.2 Perbandingan Ketepatan Memprediksi Tinggi Badan dengan Rumus Stevenson (61,7207 + 2,4378F + 2,1756) dan Rumus T = F x 100/27 Menggunakan Statistik Analisis Regresi Linier Sederhana ... 57

4.1.3 Perbandingan Ketepatan Memprediksi Tinggi Badan dengan Rumus T = F x 100/27, Rumus Stevenson (61,7207 + 2,4378F + 2,1756) dan Rumus Regresi (Y = 123,311 + 1,106X) Menggunakan Statistik T-test... 61

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN ... 68

(7)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkiraan panjang janin menurut Haase ... 19

Tabel 2.2 Perbandingan ukuran bagian tubuh dalam persen... 25

Tabel 4.1 Karakteristik Data Subjek ... 56

Tabel 4.2 Output Regresi 1 ... 57

Tabel 4.3 Rekapitulasi nilai prediksi dan selisih tinggi badan dengan 3 metode, yaitu: rumus T = F x 100/27, rumus Stevenson (61,7207 + 2,4378F + 2,1756) dan rumus regresi... 58

Tabel 4.4 Standar deviasi dan standar error dari tinggi badan sesungguhnya dan prediksi tinggi badan menggunakan rumus T= Fx100/27, rumus Stevenson (61,7207 + 2,4378F + 2,1756) dan rumus regresi (Y = 123,311 + 1,106 X) ... 59

Tabel 4.5 Korelasi tinggi badan sesungguhnya dan prediksi tinggi badan dengan jumlah sampel yang digunakan... 62

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Oosit dalam masa pematangan prenatal... 7 Gambar 2.2 A. Folikel primordial, B. Folikel yang sedang tumbuh,

C. Folikel primer ... 8 Gambar 2.3 Peristiwa-peristiwa utama dari oogenesis dan perkembangan

folikel pada manusia ... 9 Gambar 2.4 Peristiwa-peristiwa utama pada spermatogenesis ... 11 Gambar 2.5 Turunan sel dan jaringan pada embrio manusia ... 14 Gambar 2.6 Asal dari jaringan ekstraembrionik. A. 6 hari post-implantasi.

B. Blastocyst umur 7½ hari. C. Blastocyst umur 8 hari.

D. Embrio umur 9 hari. E.Akhir minggu kedua... 15 Gambar 2.7 A. Pandangan dorsal dari embrio manusia selama proses

gastrulasi.Tanda panah menunjukkan arah pergerakan seluler ke arah epiblast.Ilustrasi tersebut didasarkan studi terhadap embrio tikus. B. Potongan sagital melalui aksis craniocaudal pada embrio yang sama. Tanda panah menunjukan pergerakan seluler melewati primitive node ke notochord.

C. Potongan melintang primitive streaks pada gambar A... 16 Gambar 2.8 Potongan melintang dari embrio selama proses gastrulasi.

Perubahan bentuk sel seiring sel bermigrasi di sepanjang Epiblast melalui primitive streak (bottle cell), dan bergerak melalui alur seiring sel mesenkim akan menjadi bagian dari lapisan mesoderm... 16 Gambar 2.9 Kurva pertumbuhan dari anak Count Philibert de Montbeillard,

dari lahir sampai usia 18 tahun... 23 Gambar 2.10 Kurva tinggi badan pada pria dan wanita dengan menggunakan

metode pengukuran secara cross-sectional... 23 Gambar 2.11 Proporsi ukuran tubuh sesuai usia ... 25 Gambar 2.12 SEM dari embrio manusia berumur 4 minggu (5 mm), dengan

34 pasang somit. Pada bagian kiri bawah, tunas lengan kanan mulai mengadakan penonjolan dari tubuh ... 29 Gambar 2.13 SEM dari tunas ekstremitas yang memipih dari embrio manusia

yang menunjukkan AER berjalan melintang

di pinggir apikal... 29 Gambar 2.14 SEM.Tampak dorsal (A) dan plantar (B) pada kaki kanan embrio

manusia, tahap 19 (sekitar hari ke 48). Tunas jari kaki (panah pada A) dan tonjolan tumit dan metatarsal (tanda bintang pada B) telah tampak. Pandangan dorsal (C) dan distal (D) dari kaki embrio manusia, tahap 22 (sekitar hari ke 55). Ujung jari

kaki terpisah dan degenerasi interdigital telah dimulai ... 30 Gambar 2.15 Sediaan embrio utuh dengan menggunakan metoda in situ

(9)

xii

Gambar 2.16 Gambaran skematis mengenai kontrol molekuler pada perkembangan ekstremitas. A. Kontrol molekuler pada axis dorsoventral. En-1 menghambat baik Wnt-7 dan r-Fng. B. Kontrol molekuler sepanjang axis anteroposterior

dan proksimodistal... 33

Gambar 2.17 Bagian-bagian tulang : epiphysis, metaphysis, dan diaphysis.. 36

Gambar 2.18 Proses remodeling yang melibatkan osteblast, osteocyte dan osteoclast ... 41

Gambar 2.19 Os Femur... 44

Gambar 2.20 Tahap-tahap osifikasi femur sampai umur 18-20 tahun. Warna biru: tulang rawan... 45

Gambar 2.21 Sudut Inklinasi... 47

Gambar 2.22 Coxa vara dan coxa valga ... 47

(10)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Selisih antara 3 metode prediksi dengan tinggi badan

sesungguhnya melalui diagram batang ... 60 Diagram 4.3 Scatter diagram dari nilai panjang femur kiri dengan tinggi badan

(11)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

(12)

Lampiran 1

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama lengkap :

Tanggal lahir :

NRP :

Alamat :

Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan menjadi naracoba dalam penelitian yang dilakukan oleh Christopher Senjaya, NRP : 0410062, yang bertempat di Universitas Kristen Maranatha.

Surat persetujuan ini saya buat dengan kesadaran saya sendiri tanpa tekanan ataupun paksaan darimanapun.

Bandung ……….. 2007

( ……….. )

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama lengkap :

Tanggal lahir :

NRP :

Alamat :

Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan menjadi naracoba dalam penelitian yang dilakukan oleh Christopher Senjaya, NRP : 0410062, yang bertempat di Universitas Kristen Maranatha.

Surat persetujuan ini saya buat dengan kesadaran saya sendiri tanpa tekanan ataupun paksaan darimanapun.

Bandung ……….. 2007

(13)

69

Lampiran 2

FOTO PENELITIAN

Pengukuran Tinggi badan menggunakan menggunakan alat pengukur tinggi badan Stature Meter

(14)

RIWAYAT HIDUP

Nama

: Christopher Senjaya

NRP

: 0410062

Tempat dan Tanggal Lahir

: Bandung, 25 Desember 1985

Alamat

: Jl. Surya Sumantri no.116 Bandung

Riwayat Pendidikan

:

1.

1998, lulus SDK Bina Bakti 2

2.

2001, lulus SMPK Bina Bakti 2

3.

2004, lulus SMAK Bina Bakti 2

4.

2004, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

(15)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap manusia memiliki tinggi badan yang berbeda antara satu individu

dengan individu lainnya. Walaupun dua individu memiliki tinggi badan yang

sama, tetapi kenyataannya proporsi panjang bagian-bagian tulang yang

menentukan tinggi badan tidaklah sama (Sinclair, 1978).

Tinggi badan manusia diukur dari puncak kepala sampai bagian bawah plantar

kaki, kemudian ditentukan berapa panjangnya. Hasil pengukuran panjang tersebut

adalah yang disebut dengan tinggi badan.

Selain cara untuk menentukan tinggi badan dengan mengukur panjang dari

puncak kepala sampai bagian bawah plantar kaki, dapat digunakan pengukuran

dengan metode lain, yaitu dengan dilakukan pengukuran terhadap panjang tulang

tertentu, misalnya tulang femur. Dengan diketahuinya panjang tulang femur, maka

dapat diketahui berapa tinggi badan orang tersebut.

Pengukuran dengan cara mengukur panjang tulang femur, terutama digunakan

dalam bidang kedokteran forensik. Banyak sekali kasus kematian karena

pembunuhan yang telah dilakukan dalam waktu yang cukup lama sehingga yang

tersisa hanyalah tulang-tulang saja yang sudah tanpa jaringan tubuh. Pada kasus

pembunuhan karena mutilasi, tentu saja sulit untuk menentukan tinggi badan dari

potongan-potongan tubuh yang sudah ditemukan. Lain halnya dalam bidang

antropologi, yaitu dengan penemuan fosil manusia yang hanya tinggal

kerangkanya saja,sehingga sulit diketahui berapa tinggi badan manusia dari

kerangka yang ditemukan. Dengan diketahuinya panjang tulang femur, maka

(16)

2

1.2Identifikasi Masalah

Apakah panjang tulang femur dapat dijadikan perbandingan untuk

menentukan tinggi badan pada pria dewasa muda.

1.3Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah mencari hubungan antara panjang tulang

femur dengan tinggi badan pada pria usia dewasa muda.

1.3.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan korelasi terbaik panjang femur

terhadap tinggi badan.

1.4Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat :

• Memberikan kemudahan dalam pengukuran tinggi badan hanya

dengan mengukur panjang tulang femur.

• Memberikan kemajuan dalam bidang kedokteran khususnya

kedokteran forensik, agar dapat mengidentifikasi mayat atau

korban pembunuhan.

• Memberikan kemajuan dalam bidang antropologi, agar dapat

(17)

3

Universitas Kristen Maranatha

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Selama kehidupan dari bayi sampai mencapai dewasa, manusia terus

bertumbuh dalam hal tinggi badan dan akan berhenti bertumbuh pada umur

dewasa muda. Pertumbuhan tulang-tulang manusia memiliki kecepatan

pertumbuhan yang berbeda-beda dan bila pertumbuhan sudah berhenti maka

panjang tulang tertentu dapat dijadikan acuan untuk menentukan tinggi badan

dengan menggunakan perbandingan tertentu, dalam hal ini digunakan panjang

tulang femur untuk menentukan tinggi badan seseorang.

1.5.2 Hipotesis

Adanya perbandingan tertentu antara panjang tulang femur dengan tinggi

badan pada pria usia dewasa muda.

1.6Metode Penelitian

Dengan mengambil data berupa pengukuran terhadap panjang tulang femur

dan tinggi badan pada pria dewasa muda, dengan menggunakan alat ukur standar

kemudian dicari hubungannya dengan rancangan penelitian cross sectional

menggunakan statistik analisis regresi linier sederhana dan statistik T-test, dengan

pengambilan sampel secara tidak acak (non probabilty sampling), yaitu secara

quota sampling.

1.7Lokasi dan Waktu Penelitian

1.7.1 Lokasi

(18)

4

1.7.2 Waktu

Waktu penelitian ini dilakukan sejak bulan Februari sampai dengan

(19)

65 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Memperhatikan hasil yang diperoleh dalam memperkirakan tinggi badan

berdasarkan statistik analisis regresi linier sederhana dan statistik T-test, terbukti

bahwa adanya korelasi antara panjang tulang femur dengan tinggi badan.

2. Memperhatikan hasil yang diperoleh dalam memperkirakan tinggi badan

berdasarkan statistik analisis regresi linier sederhana dan statistik T-test, terbukti

bahwa prediksi tinggi badan dengan metode rumus Stevenson lebih mendekati

nilai tinggi badan yang sesungguhnya dibandingkan dengan metode prediksi

dengan rumus T = F x 100/27.

5.2 Saran

Saran dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam memperkirakan tinggi badan

diperlukan jumlah sampel yang lebih besar.

2. Perlu dipertimbangkan untuk meneliti kemungkinan penggunaan panjang

tulang lain untuk memprediksi tinggi badan.

(20)

DAFTAR PUSTAKA Guidelines for Preparing Children for Clinical Test. Canada: John Wiley and Sons,Inc. p. 25-48.

Eroschenko V. P. 2003. Editor: Dewi Anggraini; Tiara M. N. Atlas Histologi di Fiore Dengan Korelasi Fungsional. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 46, 48, 54.

Eveleth P. B.; Tanner J. M. 1976. Worlwide Variation in Human Growth. London: Cambridge University Press.

Gartner L. P.; Hiatt J. L. 2001. Color Textbook of Histology. 2nd ed. Philadelphia: Saunders. p. 149-150.

Idries A. M. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan 1. Jakarta: Binarupa Aksara. h. 44-45.

Martini F. H.; Ober W. C.; Garrison C. W.; Welch K. Hutchings T. T.; Ireland K. 2004. Fundamentals of Anatomy and Physiology. 6th ed. San Francisco: Pearson Education International. p. 184-185, 186-188, 191-194, 1117-1120.

Mochtar R. 1998. Sinopsis Obstetri. Cetakan 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 31.

Moore K. L.; Dalley A. F. 2006. Clinically Oriented Anatomy. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Walkins. p. 20-21.

(21)

67

Universitas Kristen Maranatha Pansky B. 1982. Review of Medical Embryology. USA: Macmillar Publishing

Co. Inc. p. 71-74.

Pollard T.D.; et al. 2004. Specialized Connective Tissue in Cell Biology. 2nd ed. Philadelphia: Saunders and Elseviers. p. 544-545.

Sadler T. W. 1992. Editor: Irwan Susanto. Langman Embriologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 3-81.

Sinclair D. 1978. Human Growth After Bitrh. 3rd ed. London: Oxford University Press. p. 1-3, 15-17.

Standring S.; et al. 2005. Gray’s Anatomy the Anatomical Basic of Clinical Practice. Spain: Elsevier Ltd. p. 90, 92.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Cetakan 3. Bandung: Tarsito. h. 183.

Wibowo D. S. 1993. Mengenal Manusia. Bandung: Universitas Kristen Maranatha. Fakultas Kedokteran. Laboratorium Anatomi. h. 21-22, 25-34.

Wibowo D. S. 2002. Anatomi Kedokteran. Bandung: Universitas Kristen Maranatha. Fakultas Kedokteran. Laboratorium Anatomi. h. 64-66.

Referensi

Dokumen terkait

+iri utama masakan Melayu ialah penggunaan rempah ratus yang banyak serta santan yang penting untuk menghasilkan makanan berlemak dan pekat. $erasa seperti

perlokusi berbentuk manyatakan, 1 kalimat perlokusi asertif berbentuk menuntut dan 2 kalimat perlokusi berbentuk kalimat memberitahukan atau memberi

Untuk pembuatan halogen yang pertama dilakukan dengan mereaksikan asam klorida pekat dengan KMnO 2, reaksi yang ditunjukan pada percobaan ini padab. saat dilakukan

• Isu serangan fisik terhadap murabithun (warga Palestina di Al-Quds yang secara bergiliran iktikaf menjaga masjid Al-Aqsha) sudah menyebar di tengah warga Al-Quds, dikabarkan

KESATU : Mengangkat mereka yang nama-namanya tercantum dalam lampiran keputusan ini sebagai Dosen Wali Mahasiwa pada masing-masing Program Studi pada Fakultas

petugas tidak memberi salam kepada pasien atau keluarga. pasien dan petugas seringkali tidak

• Diresmikan oleh Kepala Desa dihadiri oleh Dinas Peternakan tingkat provinsi dan kabupaten.. Sistem kader keswan. Dokter hewan Tenaga paramedis

mekanisme/ aturan yang ditetapkan dan username tersebut telah digunakan oleh pengguna yang lain. Username bersifat unik bagi seluruh pengguna. 2) Masukan kata sandi yang