• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan memperkembangkan iman mereka.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan memperkembangkan iman mereka."

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

i

PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA SEBAGAI JALAN MEMBANTU UMAT PAROKI ADMINISTRATIF SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN

MEMPERKEMBANGKAN IMAN MEREKA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Yustina Sija NIM: 111124043

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan dengan tulus, penuh syukur dan bahagia kepada: Para Suster Kongregasi Puteri Reinha Rosari

Yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjalani perutusan studi di program Studi Pendidikan Agama Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta serta Seluruh umat Paroki

(5)

v

MOTTO

“Engkau Kukasihi, Aku akan menaruh RohKu ke atasmu.”

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA SEBAGAI

JALAN MEMBANTU UMAT PAROKI ADMINISTRATIF SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN MEMPERKEMBANGKAN IMAN MEREKA

dipilih berdasarkan kenyataan bahwa pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga di Paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan belum maksimal. Padahal keluarga menjadi tempat pertama seseorang belajar hidup bersama orang lain serta menerima nilai-nilai luhur dan warisan iman. Keluarga menjadi tempat utama perjumpaan dengan Allah yang membawa sukacita, iman ditumbuhkan dan keutamaan-keutamaan ditanamkan. Untuk itu tim pastoral kunjungan keluarga paroki Pringgolayan mempunyai harapan besar meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga. Namun kenyataannya tim pastoral kunjungan keluarga kurang menyadari pentingnya pastoral kunjungan keluarga. Keprihatinan lain tim pastoral kunjungan keluarga kurang menyadari akan pentingnya tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pendamping keluarga Katolik sehingga kurang trampil dalam mendampingi keluarga Katolik yang mengalami krisis dalam hidup. Persoalan pokok pada skripsi ini bagaimana tim pastoral kunjungan keluarga bisa dibantu dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga agar mereka semakin sadar akan pentingnya tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pendamping keluarga Katolik serta memiliki iman yang kokoh sehingga dapat menangkap dengan baik apa yang dibutuhkan umat. Dalam rangka menanggapi permasalahan pokok tersebut, penulis melakukan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan para ahli mengenai pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat paroki dalam mengembangkan iman mereka. Di samping itu, untuk memperoleh gambaran pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat paroki mengembangkan iman mereka penulis melakukan penelitian dengan cara pengamatan dan penyebaran kuesioner.

(9)

ix ABSTRACT

Thesis title of FAMILY VISITS PASTORAL AS THE WAY TO

HELP PEOPLE OF SAINT PAUL ADMINISTRATIVE PARISH PRINGGOLAYAN IN DEVELOPING THEIR FAITH was chosen based on

the fact that the implementation of the family visit pastoral in St. Paul Administrative Parish Pringgolayan has not been maximized. Though the family is the first place people learn to live with others and accept the noble values and heritage of faith. The family becomes a major encounter with God that brings joy, the faith was grown and moral excellence was implanted. For that family visits pastoral team of Pringgolayan parish has great expectations for improving the implementation of family visits. But in fact, the family visits pastoral team are less aware of the importance of the family visits pastoral. Another concern was that the family visits pastoral team are less aware of their duties and responsibilities as a companion to a Catholic family so they are less skilled in assisting the Catholic families who are experiencing a crisis in their life.

A key issue in this thesis was that how the family visits pastoral team can be assisted in improving the implementation of the family visits pastoral so that they are increasingly aware of the importance of their duties and responsibilities as a companion to a Catholic family as well as have a strong faith so that they can capture well what the people needs. In order to respond to these fundamental problems, the outhors conducted a literature study that comes from Scripture, Church dokuments, and also the views of experts on the family visits pastoral as a way to help parishioners in developing their faith. In addition, to gain an overview of pastoral implementation of family visits as a way to help parishioners in developing their faith the outher conducted a study by using the observation and distributing the questionnaires.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada kepada Tuhan Yang Mahakuasa, atas limpahan berkat dan kasihNya bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA SEBAGAI JALAN MEMBANTU

UMAT PAROKI ADMINSTRATIF SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN

MEMPERKEMBANGKAN IMAN MEREKA. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Agama Katolik di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Skripsi ini diajukan guna memberikan sumbangan pemikiran, gagasan, dan inspirasi bagi siapapun yang memiliki kerinduan untuk meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga demi meningkatkan perkembangan iman umat Katolik di manapun berada.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mengalami pendampingan,

dukungan, motivasi, serta perhatian. Di mana semuanya ini, penulis yakini

sebagai karya Tuhan dalam membimbing serta memampukan penulis hingga pada

tahap akhir dengan penuh kesetiaan. Pada kesempatan ini, penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada:

(11)

xi

2. Bapak Y.H.Bintang Nusantara, SFK,M.Hum selaku dosen penguji II yang telah memberikan dukungan, semangat, meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini.

3. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si selaku dosen penguji III yang telah memberikan semangat, meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan demi semakin baiknya skripsi ini.

4. Para Romo dan segenap staf dosen yang telah mendukung penulis selama menjalani perkuliahan di PAK dengan pengetahuan, ketrampilan dan spiritualitas sebagai seorang pewarta.

5. Staf dan karyawan Prodi PAK yang secara tidak langsung telah mendukung dan memberi dorongan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Suster Pemimpin Umum dan Dewan Pimpinan Umum Kongregasi Puteri Reinha Rosari yang telah mengutus penulis untuk menjalani perutusan di Prodi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma.

7. Pemimpin komunitas dan segenap anggota komunitas PRR Magnificat Pringgolayan, Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan setia mendoakan penulis.

8. Romo Aryawan, Pr selaku Pastor Kepala Paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan yang telah menerima, memberikan izin serta mendukung penulis selama menjalani proses penelitian.

(12)
(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi ... 1

B. Rumusan Permasalahan... 8

C. Tujuan Penulisan ... 8

D. Manfaat Penulisan ... 9

E. Metode Penulisan... 10

F. Sistematika Penulisan... 10

BAB II. PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA SEBAGAI JALAN MEMBANTU UMAT MEMPERKEMBANGKAN IMAN MEREKA……… 12

A. Pastoral Kunjungan Keluarga……... 13

1. Pastoral………….. ... 13

a. Pengertian Pastoral……….. ... 13

b. Ciri-ciri Pastoral……… ... 15

2. Kunjungan Keluarga ... 17

(14)

xiv

b. Macam-macam Kunjungan ... 19

3. Pastoral Kunjungan Keluarga……. ... 21

a. Pengertian Pastoral Kunjungan Keluarga ... 21

b. Tujuan Pastoral Kunjungan Keluarga.. ... 22

c. Model-model Pastoral Kunjungan Keluarga… ... 26

d. Metode-metode Pastoral Kunjungan Keluarga ... 27

e. Pendekatan Baru Dalam Berpastoral……….. 28

C. Hubungan Pastoral Kunjungan Keluarga dan Perkembangan Iman……… ... 46

BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA DI PAROKI ADMINISTRATIF SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN DEMI PERKEMBANGAN IMAN ………... 49

A. Gambaran Umum Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan………... 50

1. Situasi Geografis Paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan……… ... 50

2. Sejarah Singkat Paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan……….. ... 51

3. Situasi Umat Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan………... 56

a. Mata Pencaharian Umat ... 57

b. Kondisi umat…... 57

(15)

xv

2) Segi Pendidikan……… 58

3) Segi Kebudayaan……….. 59

4. Visi dan Misi Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan.. 59

a. Visi ... 59

b. Misi ... 59

5. Karya-karya Pastoral Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan………. ... 61

a. Bidang Persekutuan (Koinonia) ... 62

b. Bidang Pewartaan (Kerygma) ... 63

c. Bidang Liturgi (Leiturgia) ... 64

d. Bidang Pelayanan (Diakonia) ... 65

B. Penelitian tentang Pelaksanaan Pastoral Kunjungan Keluarga Sebagai Jalan Membantu Umat Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan Dalam Mengembangkan Iman Mereka.. ... 66

1. Persiapan Penelitian ... 66

a. Latar Belakang Penelitian ... 66

b. Tujuan Penelitian... 70

c. Variabel Penelitian... 70

d. Definisi Konseptual.……. ... 71

e. Jenis Penelitian………... 71

f. Instrumen Pengumpulan Data…….. ... 72

g. Responden Penelitian ... 73

h. Tempat dan Waktu Penelitian………. 74

i. Kisi-kisi………. ... 74

2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

a. Identitas Responden ... 77

b. Pelaksanaan Pastoral Kunjungan Keluarga……... 79

c. Pentingnya Pastoral Kunjungan Keluarga………... 83

d. Kesulitan Dalam Keluarga Katolik……….. ... 90

e. Harapan Keluarga Katolik………... 94

(16)

xvi

Masing-masing Variabel ... 98

a. Identitas Responden ... 98

b. Pelaksanaan Pastoral Kunjungan Keluarga………... 99

c. Pentingnya Pastoral Kunjungan Keluarga……… ... 102

d. Kesulitan-kesulitan yang Dialami Dalam Keluarga Katolik………... 107

e. Harapan Keluarga Katolik dalam Upaya Peningkatan Pelaksanaan Pastoral Kunjungan Keluarga terhadap Perkembangan Iman Umat………... 109

4. Kesimpulan Hasil Penelitian... 112

BAB IV. PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA SEBAGAI JALAN MEMBANTU UMAT PAROKI DALAM MENGEMBANGKAN IMAN MEREKA MELALUI REKOLEKSI TIM PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA...…… 115

A. Pentingnya Pastoral Kunjungan Keluarga Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan Terhadap Perkembangan Iman Umat……… ... 116

B. Upaya Peningkatan Kualitas Pelaksanaan Tim Pastoral Kunjungan Keluarga………... 120

1. Alasan Pemilihan Kegiatan Rekoleksi Tim Pastoral Kunjungan Keluarga……… ... 120

2. Rekoleksi Tim pastoral Kunjungan Keluarga... 122

a. Tujuan Kegiatan Rekoleksi Tim Pastoral Kunjungan Keluarga………. ... 122

b. Waktu, Tempat dan Peserta ... 123

C. Usulan Kegiatan Rekoleksi Tim Pastoral Kunjungan Keluarga…. 124

1. Latar Belakang Kegiatan ... 124

2. Tema dan Tujuan Rekoleksi Tim Pastoral Kunjungan Keluarga………. ... 126

3. Matriks Usulan Rekoleksi Tim Pastoral Kunjungan Keluarga……….. ... 128

(17)

xvii

BAB V. PENUTUP ... 137

A. Kesimpulan ... 137

B. Saran ... 139

DAFTAR PUSTAKA ... 141

LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian………... (1)

Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian……… (2)

Lampiran 3: Kuesioner Tertutup dan Semi Terbuka……… (3)

Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden………... (4)

Lampiran 5: Teks Kitab Suci………... (19)

(18)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab

Indonesia.

Yoh : Yohanes

Mrk : Markus

Luk : Lukas

Kej : Kejadian

Rom : Roma Kor : Korintus Mat : Matius 1 Kor :1 Korintus

Why : Wahyu

Ef : Efesus

(19)

xix

B. Singkatan Dokumen Gereja

DV : Dei Verbum

Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi, tanggal 18 November

1965

GS : Gaudium et Spes

Konstitusi pastoral Konsili Vatikan II tentang tugas Gereja dalam

dunia dewasa ini, tanggal 7 Desember 1965

LG : Lumen Gentium

Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, tanggal 21 November 1964.

AL : Amoris Laetitia

Suka cita cinta dalam keluarga. Amanat Apostolik Amoris

Laetitia sebagai tanggapan Paus Fransiskus terhadap hasil Sinode

Luar biasa tahun 2014 dan Sinode 2015 menyatakan bahwa

keluarga merupakan tema sentral dalam kehidupan Gereja, pada

tanggal 8 April 2016.

FC : Familiaris Consortio

Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern: Anjuran

Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup,

Imam-imam dan Umat beriman seluruh Gereja Katolik, tanggal 22

(20)

xx

C. Singkatan Lain

ay : ayat

ARDAS : Arah dasar Art : Artikel Br : Bruder

PRR : Puteri Reinha Rosari

KBM : Komunitas Basis Masyarakat KDRT : Kekerasan Dalam Rumah Tangga KK : Kepala Keluarga

KKMK : Kelompok Karyawan Muda Katolik KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

ME : Marriage Enconter

MU : Musyawarah umum

MTB : Maria tak bernoda Mgr : Monseignor

N : Jumlah responden

OMK : Orang Muda Katolik

PD : Persekutuan Doa PIA : Pembinaan Iman Anak PIR : Pendampingan Iman Remaja Pr : Praja

RI : Republik Indonesia

(21)

xxi SD : Sekolah Dasar

Sr : Suster SJ : Serikat Jesuit

SVD : Societas Verbi Devini (Serikat Sabda Allah) SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Penulisan skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis terhadap suasana umat Katolik yang kurang sadar terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga paroki. Persoalan yang mendasar bagaimana membantu tim pastoral keluarga dan keluarga Katolik untuk meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga, baik di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan paroki.

(23)

Komunitas Puteri Reinha Rosari Magnificat Yogyakarta terpanggil untuk mengambil bagian secara aktif dalam pengembangan iman umat sesuai dengan Visi dan Misi Kongregasi Puteri Reinha Rosari (Konstitusi 2015: 25).

Komunitas Puteri Reinha Rosari Magnificat Yogyakarta diajak untuk kembali kepada semangat awal pendiri Kongregasi sehingga mampu menilai dalam terang iman dan dengan bijaksana melihat kenyataan hidup keluarga di jaman yang semakin sekular ini dan dikobarkan oleh semangat pendiri untuk mewujudkan visi dan misi Kongregasi secara tepat.

(24)

Pengamatan menunjukkan bahwa paroki administratif St. Paulus Pringgolayan belum memaksimalkan pastoral kunjungan keluarga, baik oleh imam, biarawan, biarawati (para bruder MTB dan para suster PRR) yang berdomisili di paroki Pringgolayan, oleh tim kerja pastoral keluarga paroki, maupun oleh sesama kaum awam. Karena kunjungan keluarga belum disadari sepenuhnya sebagai sesuatu yang penting dan berguna bagi keutuhan dan kesatuan paguyuban jemaat paroki maka banyak umat kurang memiliki kesadaran untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang diadakan paroki. Umat tidak merasa tergerak untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang diadakan paroki. Umat merasa tidak digerakkan untuk memiliki rasa tanggungjawab yang lebih mendalam sebagai sebuah paguyuban umat beriman. Dengan demikian tidak mengherankan jika yang hadir dalam kegiatan paroki hanyalah orang-orang yang itu-itu saja. Kebanyakan orang cenderung sibuk dengan rutinitas aktivitas hariannya dari pada turut terlibat dan berkumpul bersama saudara seiman dalam berbagai kegiatan yang diadakan paroki.

(25)

Menurut pengamatan penulis selama ini, para suster kurang terlibat. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan para suster dalam mengikuti berbagai kegiatan di lingkungan tempat tinggal dan Gereja. Hanya beberapa suster saja yang aktif dalam mengadakan pastoral kunjungan keluarga, meskipun demikian masih ada beberapa suster yang mau terlibat dalam kegiatan pastoral kunjungan keluarga. Beberapa suster tetap setia melakukan kunjungan keluarga, pendalaman iman, doa bersama dan latihan koor. Tetapi ada juga para suster selalu menyibukan diri dengan urusan pribadi sehingga jarang terlibat dalam kegiatan pastoral kunjungan keluarga. Padahal pastoral kunjungan keluarga sangat penting untuk menambah pengalaman dan ketrampilan dalam mempersiapkan diri sebagai tenaga pastoral dan sebagai jalan untuk membantu memperkembangkan iman umat paroki.

(26)

mengenal sungguh-sungguh domba-Nya dan mendengar suara-Nya (Yoh 10:1-20).

Dalam dunia sekarang ini, kebanyakan keluarga dalam kehidupan sehari-hari kurang memperhatikan hidup beriman karena terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Keluarga-keluarga sulit untuk memperkembangkan iman melalui kegiatan bersama dalam keluarga misalnya doa bersama, membaca dan merenungkan Kitab Suci. Dengan kata lain doa bersama dalam keluarga sulit untuk dilaksanakan apalagi untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan bersama dalam paroki seperti pendalaman iman, doa lingkungan, misa lingkungan dll. Karena itu pastoral kunjungan keluarga sangat penting sebagai jalan untuk membantu memperkembangkan iman umat paroki. Tugas pendidikan karakter berakar dalam panggilan keluarga untuk mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah. Keluarga menjadi lahan subur bagi perkembangan iman umat paroki. Perkembangan iman umat paroki mulai dari dalam keluarga. maka keluarga dapat berfungsi sebagai Gereja kecil.

(27)

Untuk menyikapi kenyataan kehidupan umat paroki administratif St. Paulus Pringgolayan maka penulis punya harapan umat paroki menghidupkan kembali pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan untuk membantu memperkembangkan iman umat. Noordermeer (1981: 87) dalam proyek media keuskupan Agung Semarang menegaskan:“Kunjungan rumah itu merupakan bantuan yang penting dalam pengembangan masyarakat paroki, karena hendak memutuskan rasa keterasingan antar agama dan kehidupan yang nyata dalam

masyarakat”. Pastoral kunjungan keluarga dapat dikatakan berhasil apabila

kunjungan tersebut bisa menjawab kebutuhan umat dan umat merasa tersapa. Pastoral kunjungan keluarga untuk merangkul semua umat Katolik serta memberikan motivasi kepada mereka agar mau terlibat dan mau mengambil bagian dalam kehidupan menggereja.

(28)

keluarga yang dikunjungi mempunyai harapan-harapan yang akan mereka terima dan dapatkan ketika kunjungan. Banyak di antara mereka ingin dikunjungi, dengan alasan agar bisa diperhatikan, didengarkan ataupun diteguhkan.

Penulis berusaha mengajak umat untuk menyadari pentingnya pastoral kunjungan keluarga karena kunjungan keluarga sebagai jalan untuk membantu mengembangkan iman umat paroki. Pastoral kunjungan keluarga dapat mengatasi persoalan-persoalan hidup umat dan dapat meningkatkan kesadaran umat untuk mengambil bagian dalam kehidupan menggereja. Hal itu disebabkan kunjungan keluarga merupakan saat di mana anggota Gereja

membuka diri, “memahami” dan “melibatkan” diri dengan situasi orang lain

(Budyapranata 1994: 3). Dengan kata lain, kunjungan keluarga adalah

“pertemuan pribadi” yang membebaskan mereka yang sedang saling bertemu

(29)

PAULUS-PRINGGOLAYAN MEMPERKEMBANGKAN IMAN MEREKA”. Penulis

bermaksud membantu meningkatkan hidup beriman umat.

B. Rumusan Permasalahan

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah:

1. Apa yang dimaksud pastoral kunjungan keluarga dan hubungan perkembangan iman?

2. Bagaimana pastoral kunjungan keluarga di paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan dapat membantu umat memperkembangkan imannya.

3. Usaha-usaha macam apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pengertian kepada umat dan para suster bahwa pastoral kunjungan keluarga merupakan salah satu cara untuk mengembangkan iman umat.

2. Mengetahui sejauh mana pastoral kunjungan keluarga di paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan membantu memperkembangkan iman umat.

(30)

D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulisan

Melalui tulisan ini, penulis semakin menyadari bahwa perkembangan iman umat perlu mendapat perhatian yang lebih serius di jaman sekarang ini. Oleh karena itu melalui tulisan ini pula penulis semakin yakin bahwa Pastoral Kunjungan Keluarga merupakan jalan untuk membantu memperkembangkan iman umat. Dengan demikian ketika kelak diutus untuk berkarya penulis tetap memperhatikan pastoral kunjungan keluarga. 2. Bagi Umat di Paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan

Melalui tulisan ini, umat paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan mengetahui dan menyadari pentingnya pastoral kunjungan keluarga, menambah pengetahun dan informasi dan mengembangkan iman umat. sehingga iman umat dapat bertumbuh dan berkembang menjadi orang yang dewasa.

3. Bagi komunitas Magnificat PRR

(31)

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif analisis. Dalam tulisan ini penulis memberikan gambaran tentang pastoral kunjungan keluarga, menjelaskan serta memberikan pemahaman tentang pastoral kunjungan keluarga dan manfaatnya untuk perkembangan iman umat melalui studi pustaka yang juga akan diperkuat dengan penelitian di paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan. Untuk mendapatkan data yang valid, penulis akan terjun lansung dalam kegiatan-kegiatan kunjungan keluarga pada hari Rabu dan hari Minggu yang diselenggarakan oleh paroki yang bersangkutan.

F. Sistematika Penulisan

Gambaran umum yang akan dibahas dari tulisan ini akan dirincikan sistematika penulisan sebagai berikut:

Pada bab I, penulis menguraikan gambaran umum tentang isi karya tulis ini, yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

(32)

keluarga, model-model kunjungan keluarga, metode-metode kunjungan keluarga, pendekatan baru dalam pastoral, sasaran kunjungan keluarga dan proses kunjungan keluarga. Kedua, menguraikan tentang perkembangan iman meliputi pengertian iman, aspek-aspek iman, penghayatan iman dan perkembangan iman. Dan yang ketiga membahas hubungan pastoral kunjungan keluarga dan perkembangan iman umat.

Bab III memberikan gambaran pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga di paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan yang berisi situasi geografis paroki, sejarah berdirinya paroki, situasi umat paroki Pringgolayan, visi, misi, karya-karya pastoral paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan. Dalam bab ini juga dikemukakan penelitian mengenai pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat paroki dalam mengembangkan iman mereka di dalamnya memuat persiapan penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, pendalaman lebih lanjut hasil penelitian menurut masing-masing variabel dan kesimpulan hasil penelitian.

Bab IV membahas usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga melalui rekoleksi tim pastoral kunjungan keluarga

(33)

BAB II

PASTORAL KUNJUNGAN KELUARGA SEBAGAI JALAN

MEMBANTU UMAT MEMPERKEMBANGKAN IMAN MEREKA.

Bab II ini secara khusus menguraikan topik-topik tentang pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat memperkembangkan iman mereka menurut bahan kepustakaan untuk memberi gambaran bagaimana pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat memperkembangkan iman mereka. Pastoral kunjungan keluarga sangatlah penting terutama dalam memperkembangkan iman umat.

Bab II ini terdiri dari tiga bagian yaitu pastoral kunjungan keluarga, perkembangan iman umat, dan hubungan pastoral kunjungan keluarga dan perkembangan iman umat. Dalam setiap bagian akan diuraikan beberapa topik menurut bahan-bahan kepustakaan. Bagian pertama meliputi pastoral kunjungan keluarga. Bagian ini mencakup pengertian pastoral, ciri khas dan tujuan pastoral, pengertian kunjungan keluarga, macam-macam kunjungan, pengertian pastoral kunjungan keluarga, tujuan kunjungan keluarga, model-model kunjungan keluarga, metode-metode kunjungan keluarga, pendekatan baru dalam pastoral, sasaran kunjungan keluarga, proses kunjungan keluarga.

(34)

A. Pastoral Kunjungan keluarga

1. Pastoral

Pastoral merupakan salah satu usaha dari seluruh umat Kristiani untuk membangun Gereja. Menurut Mardiatmadja (1985: 26) pelaku utama dalam berpastoral adalah Tuhan, Dia adalah gembala utama yang menyelamatkan manusia. Allah menjadi pusat karya pastoral, karya penyelamatan hidup manusia beriman, pusat hidup bersama sebagai umat yang beriman dalam Yesus Kristus oleh Roh-Nya. Sebab pastoral memiliki ciri khas dan tujuan untuk mengembangkan dan mendewasakan iman umat. Pastoral sangat diperlukan untuk membantu hidup beriman umat, sehingga Sang Gembala Illahi tampil, hadir, menemani dan berkarya bagi semua manusia.

a. Pengertian Pastoral

(35)

Mardiatmadja (1985: 23-24) berpendapat bahwa, pastoral adalah segala hal (sikap, kata, tindakan) yang berkaitan dengan kegembalaan Tuhan. Kegembalaan Tuhan itu perlu ditampakkan dalam kehidupan Gereja. Jadi pastoral berarti segala usaha untuk membantu hidup iman umat. Dengan kata lain pastoral adalah segala usaha dari seluruh umat untuk membangun Gereja.

Konsili Vatikan II menegaskan istilah pastoral terutama dikaitkan dengan tindakan penggembalaan Allah; Allah yang mewahyukan diri atau memberikan diri (DV,3) untuk menyelamatkan dan menggembalakan umat-Nya (LG,6). Bahkan salah satu dokumennya disebut Konstitusi Pastoral tentang Gereja di dunia dewasa ini ( Gaudium et Spes). Gaudium et Spes

disebut pastoral karena Konsili Vatikan II ingin menguraikan hubungan Gereja dengan dunia dan umat manusia zaman sekarang serta ingin menanggapi situasi konkret yang dihadapi oleh umat manusia pada zamannya.

(36)

b. Ciri Khas dan Tujuan Pastoral

Hooijdonk (1980: 7-8) mengatakan bahwa: “pastoral tidak sama dengan menggurui atau memperlakukan umat sebagai anak atau bawahan, melainkan justru menghormati sebagai sesama beriman. Selanjutnya

mendorong mereka menuju pada perkembangan dan kedewasaan kristiani”.

Artinya bahwa ciri khas dan tujuan pastoral bukan untuk mengajar atau menggurui tetapi lebih pada membantu memperkembangkan iman umat dan menerima serta menghargai mereka sebagai saudara dengan demikian pastoral membantu umat beriman sampai pada kedewasaan iman yang berbuah dalam kesaksian hidup mereka.

1) Ciri Khas Pastoral

Semua kegiatan atau ilmu mempunyai ciri-ciri tertentu, sehingga kegiatan atau ilmu tersebut dapat disebut sesuai dengan namanya. Misalnya kegiatan atau ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Kegiatan atau ilmu tersebut mempunyai ciri yaitu selalu berkaitan dengan permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat. Demikian pula pastoral selalu berkecimpung di dalam permasalahan-permasalahan masyarakat. Dalam hal ini adalah masyarakat Gereja.

(37)

kepada kedewasaan Kristiani. Jadi ciri khas pastoral adalah tidak menggurui tetapi menghormati orang lain sebagai sesama

a) Tidak menggurui atau memperlakukan umat sebagai bawahan atau anak. Dalam karya pastoral petugas pastoral berfungsi sebagai pendamping umat. Dengan kata lain petugas pastoral menjadi patner umat dalam memperkembangkan iman dan mengatasi krisis iman. Krisis iman dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain: permasalahan-permasalahan hidup, misalnya masalah ekonomi, sosial, politik dan budaya. Oleh sebab itu petugas pastoral dituntut agar menyadari bahwa dirinya bagian dari kehidupan umat dengan harapan dapat meneguhkan serta mencari jalan keluar dengan cara mengadakan kunjungan ke rumah umat supaya umat merasa diperhatikan. Maka petugas pastoral perlu penyangkalan diri, sebab tidak ada seorangpun dapat melayani sesamanya apabila ia sendiri tidak mau menyangkal dirinya.

b) Menghormati orang lain sebagai sesama umat.

(38)

2) Tujuan pastoral

Tujuan pastoral pada umumnya adalah membantu mengembangkan dan mendewasakan iman umat. Dengan mengandaikan bahwa benih-benih iman sudah tertanam dan dimiliki oleh umat. Dengan demikian petugas pastoral hanyalah menyirami, memupuk, merawat, dan menjaga, serta mendorong agar benih yang sudah dimiliki itu dapat berkembang menjadi lebih dewasa. Menurut Mardiatmadja (1985: 28) peranan petugas pastoral hanyalah sebagai pendamping umat yang berusaha membantu memperkembangkan imannya walaupun masih dalam taraf perjuangan.

2. Kunjungan Keluarga

a. Pengertian kunjungan keluarga

(39)

Budyapranata (1987: 76) mengatakan bahwa kunjungan keluarga pada hakekatnya adalah pertemuan pribadi. Artinya bahwa kunjungan itu bukan hanya sekedar datang ke rumah orang lain dengan suatu urusan, tetapi lebih menyapa orang lain sebagai pribadi sehingga mereka merasa dihargai sebagai saudara seiman. Pertemuan ini harus dibedakan antara kepentingan untuk atau karena tugas dan keperluan lain.

Dalam kunjungan pastoral, pengunjung bukanlah orang yang mau mencampuri masalah orang yang dikunjungi, atau mengambil alih perannya, melainkan mau memberi perhatian, kepada orang yang dikunjungi, sedemikian rupa sehingga orang merasa bahwa kehadiran pengunjung sebagai suatu pertolongan.

Dengan demikian jelaslah, bahwa dalam kunjungan keluarga yang menjadi pusat perhatian adalah yang dikunjungi, dan bukan sebaliknya.

Kunjungan merupakan peristiwa “penyelamatan, atau “pertolongan” yang

(40)

Berdasarkan beberapa uraian pengertian tentang kunjungan keluarga di atas penulis dapat merumuskan pengertian kunjungan keluarga. Kunjungan keluarga merupakan salah satu kegiatan pastoral yang dilakukan oleh umat beriman sebagai jalan untuk membantu umat memperkembangkan iman umat dengan cara berkunjung dari rumah ke rumah. Dengan demikian umat merasa diperhatikan.

Kunjungan keluarga terbuka bagi mereka yang merasa terpanggil untuk memperhatikan sesama dalam satu lingkungan atau satu paroki sebagai sesama umat beriman Kristiani. Para pengunjung harus benar-benar sukarela dan bukan datang sebagai utusan dari satu lembaga ataupun dewan paroki tetapi untuk saling memberi perhatian, terutama kepada mereka yang terlupakan atau mereka yang tidak tersentuh oleh pelayanan resmi Gereja.

Sekarang ini kunjungan lebih ditekankan sebagai salah satu usaha pendampingan dan pelayanan untuk memelihara, membina dan memimpin keluarga-keluarga Katolik, dimana umat beriman di paroki ikut terlibat dan turut bertanggungjawab atas kehidupan beriman keluarga-keluarga Katolik.

b. Macam-macam kunjungan

(41)

1) Ditinjau dari segi kepentingannya, ada dua macam kunjungan. Pertama, demi kepentingan yang dikunjungi. Artinya kunjungan itu terlaksana karena kebutuhan dari pihak yang akan dikunjungi. Dengan demikian kehadiran si pengunjung dirasakan oleh pihak yang dikunjungi. Kedua, demi kepentingan yang mengunjungi. Kunjungan itu terjadi karena ada kebutuhan dari pihak yang mengunjungi. Ada macam-macam alasan: untuk rekreasi, untuk bisnis, dan untuk memperoleh hasil pendataan. 2) Ditinjau dari person yang mengunjungi (bisa perorangan dan bisa

kelompok) misalnya, kunjungan pastor, kunjungan pastor dan awam, kunjungan kekeluargaan dewan paroki/lingkungan yang terdiri dari pastor, bapak-ibu, mudika, suster dan bruder. Kunjungan umat secara sukarela.

3) Ditinjau dari sifat kunjungan

(42)

4) Ditinjau dari tujuan dan motivasinya ada dua. Pertama, kunjungan bisnis, ada urusan tertentu atau urusan biasa. Kedua, kunjungan pastoral dengan motivasi iman.

Berdasarkan empat jenis kunjungan di atas, yang dimaksud dengan kunjungan keluarga adalah kunjungan pribadi, sukarela, dengan tujuan pendampingan terhadap sesama saudara seiman dan dalam rangka membangun paguyuban dan perkembangan iman umat.

Budyapranata (1994: 22) mengatakan bahwa kunjungan keluarga pada dasarnya terletak pada hakekat Gereja itu sendiri, yaitu Gereja sebagai paguyuban. Paguyuban umat beriman itu tidak begitu saja terjadi, umat mengupayakannya terus-menerus. Oleh karena itu kunjungan keluarga merupakan suatu usaha memperkembangkan iman umat dan membantu terwujudnya proses paguyuban umat beriman.

3. Pastoral kunjungan keluarga

a. Pengertian pastoral kunjungan keluarga

(43)

b. Tujuan pastoral kunjungan keluarga

Yang menjadi tujuan pastoral kunjungan keluarga adalah pertemuan terbuka, artinya ialah bahwa hidup umat harus menjadi perhatian kita. Kita datang sebagai saudara untuk memberi perhatian dan untuk mendengarkan orang lain, (Budyapranata 1987:1). Dengan demikian pastoral kunjungan keluarga bisa menjadi tanda solidaritas atau kesediaan kita untuk menjadi saudara bagi yang lain.

Tujuan dari pastoral kunjungan keluarga bukanlah terutama untuk mempertobatkan atau membujuk seseorang agar aktif dalam kegiatan-kegiatan Gerejawi atau membantu keluarga memecahkan masalah mereka, namun maksud dari pastoral kunjungan keluarga adalah mau bersikap terbuka dan memperhatikan keadaan umat. Kemungkinan buah kunjungan menjadikan umat untuk aktif kembali di Gereja atau menemukan pemecahan hidupnya, tetapi ini bukan tujuan pokok. Hardiwiratno (1994: 203) berpendapat memperhatikan orang atau keluarga adalah suatu usaha untuk menolong atau membantu mereka berkembang dalam aspeknya dan berkembang menjadi dirinya sendiri.

Menurut Budyapranata, (1994: 52-53) hal yang perlu diperhatikan selama kunjungan keluarga adalah:

1) Jangan menawarkan apa-apa

(44)

lesu, ia akan cepat-cepat menawarkan untuk mengadakan kegiatan. Kalau hal ini terjadi dalam kunjungannya, ia akan selalu menawarkan idenya, agar orang lain menjadi aktif seperti dirinya. Budyapranata (1994: 52) mengatakan bahwa sikap ini kurang tepat jika diterapkan dalam pastoral kunjungan keluarga karena pada dasarnya kunjungan itu adalah proses untuk mengenal orang lain secara pribadi, termasuk persoalan yang sedang dihadapinya.

2) Tidak menggurui

Hooijdonk (1980: 6) berpendapat sumber kemacetan dalam pembicaraan selama kunjungan keluarga adalah kalau si pengunjung mulai menawarkan nasihat atau idenya. Sikap ini akan membuat yang dikunjungi menjadi pasif, entah dengan alasan untuk menghormati tamunya atau karena merasa persoalannya tidak diperhatikan. Yang diharapkan oleh orang yang dikunjungi bukanlah petuah agama, tetapi sikap iman yang diperlihatkan oleh si pengunjung melalui perhatiannya yang penuh.

3) Mengusahakan suatu pertemuan terbuka

Sikap yang perlu diperhatikan dalam kunjungan keluarga adalah adalah sikap terbuka. Jangan berpikir apa yang akan dikatakan, karena persoalannya bukan terletak pada apa yang dianggap penting bagi kita, yang mau diungkapkan kepada mereka, tetapi apa yang penting bagi mereka atau apa yang mereka kemukakan. Ketika menghadapi keluarga yang belum dikenal secara dekat, tidak perlu cemas karena sabda Yesus memberikan

(45)

yang akan memberikan kata-kata yang harus diucapkan”. Hardiwiratno (1994: 206) mengatakan bahwa hal yang terpenting adalah berkata dengan jujur, sederhana dan keluar dari hati yang tulus. Bagi yang dikunjungi yang penting bukan apa yang dikatakan pengunjung, tetapi perhatian terhadapnya.

4) Memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara

Menurut Budyapranata (1994: 53) dalam kunjungan keluarga hal pertama yang harus diperhatikan adalah memberi kesempatan kepada yang dikunjungi untuk mengungkapkan apa yang dirasa perlu dan bukan sebaliknya, pengunjung datang untuk minta didengarkan.

5) Menciptakan suasana yang kondusif

Hardiwiratno (1994: 208) berpendapat bahwa Sangat penting dalam menciptakan suasana kondusif yang terbuka memahami atau mengerti situasi orang yang kita ajak bicara (understanding) artinya sikap positif dari kita yang diekspresikan melalui pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada keluarga yang kita kunjungi untuk mengekspresikan dirinya secara tepat. Sikap understanding bukan sandiwara tetapi benar-benar muncul dari cinta atau compassion (rasa belaskasih yang mendalam) seperti sikap Yesus terhadap orang-orang berdosa.

6) Cara mempraktekkan Understanding

(46)

Empati adalah sikap positif yang diekspresikan melalui kesediaan untuk menempatkan diri pada tempat orang yang sedang diajak bicara. Ikut merasakan apa yang dirasakan orang tersebut atau mengerti dengan pengertian orang tersebut. Hardiwiratno (1994: 2009) mengatakan bahwa unsur utama dalam agape adalah sikap hati atau compassion (sikap penuh belaskasih) yang diekspresikan dalam

kerinduan untuk betul-betul mau menyelami dan berusaha untuk memahami dan mengerti orang lain.

b) Penerimaan

(47)

pengertian baru yaitu cara untuk mempraktekan hidup dengan semangat baru.

c) Mendengarkan yang efektif

Mendengarkan adalah unsur utama dari memahami. Tanpa ada kesediaan untuk mendengarkan dengan baik, maka penerimaan pun tak pernah menghasilkan hal-hal yang positif. Hardiwiratno (1994: 2009) berpendapat bahwa sikap mendengarkan adalah salah satu syarat utama yang harus ada dalam pembicaraan dengan orang lain, jika kunjungan keluarga ingin berhasil. Mendengarkan secara efektif adalah mendengarkan dengan penuh perasaan dan perhatian, dengan maksud menangkap dengan baik kata yang diucapkan oleh yang sedang diajak bicara, mengerti perasaannya dan melihat ekspresi wajahnya sehingga mampu mengungkap apa yang dirasakan di balik kata yang diucapkan.

c. Model-model pastoral kunjungan keluarga

Secara garis besar, sesuai dengan tujuannya, kita dapat membedakan dua macam model kunjungan keluarga. Budyapranata (1994: 56) membedakan dua macam model pastoral kunjungan keluarga yaitu: 1) Kunjungan pastoral biasa

(48)

sekedar untuk saling mengingat sebagai saudara seiman jika mengalami kesulitan tetapi kurang menyentuh situasi khusus umat dalam hal ini masalah pribadi yang dialami umat.

2) Kunjungan pastoral khusus

Kunjungan pastoral khusus adalah kunjungan pastoral yang dilakukan terhadap mereka yang mempunyai masalah, dan karenanya membutuhkan pendampingan. Model dari pastoral khusus adalah saling mengunjungi terutama saling mendampingi dan membantu dalam menghadapi berbagai persoalan dan kesulitan, sehingga umat merasa dibantu dan diperhatikan dalam mengembangkan iman mereka.

d. Metode-metode pastoral kunjungan keluarga

Budyapranata (1994: 64) berpendapat bahwa dialog merupakan metode yang bisa digunakan dalam pastoral kunjungan keluarga karena secara positif dialog berarti mau menerima pribadi lain sebagaimana adanya. Tanpa dialog tak mungkin ada komunikasi yang baik karena komunikasi yang baik hanya terbangun melalui dialog sehingga yang dikunjungi merasa lega dan mendapat dukungan karena sikap persaudaraan dan perhatian dari sesama umat Kristiani.

(49)

yang sedang mengalami krisis, orang-orang miskin dan sederhana sebab dialog membantu mereka membuka hati untuk bisa menceritakan situasi hidup yang sedang dialami. Dalam dialog mereka merasakan suasana kekeluargaan, persaudaraan sejati karena merasa diterima sebagai saudara, dan dihargai sebagai pribadi.

e. Pendekatan baru dalam berpastoral

Heryatno Wono Wulung (2016: 3) dalam makalah yang disampaikan

pada seminar nasional tentang “Keluarga dan pendidikan di masa era

globalisasi” mengungkapkan ajakan Paus Fransiskus, agar para uskup dan

imam dalam menemani dan mendampingi keluarga-keluarga Katolik

menggunakan pendekatan yang kontekstual dan relevan dan menekankan

belas kasih serta keramahan. Artinya para pelayan pastoral perlu mengenal

semua keluarga yang dilayani melalui pendekatan pribadi dengan mendatangi

keluarga-keluarga Katolik dan bersedia untuk mendengarkan pergulatan hidup

mereka, agar mereka merasakan belas kasih Allah, menemukan betapa Allah

mengasihi mereka.

Selanjutnya Heryatno Wono Wulung (2016: 5) mengungkapkan

penegasan Paus Fransisikus tentang pendampingan pastoral belas kasih kepada

semua keluarga Kristiani lebih khusus bagi mereka yang sedang mengalami

kesulitan mewujudkan keluarga ideal di dalam hidup sehari-hari. Gereja dapat

(50)

dan diampuni dengan penuh belas kasih. Pentingnya sikap belas kasih dalam

pendekatan pastoral karena belas kasih merupakan sifat Allah harus mewarnai

seluruh suasana dan corak hidup Gereja. Paus Fransiskus menggarisbawahi

belas kasih sebagai kunci utama bagi kehidupan seluruh Gereja karena belas

kasih mampu merubah dunia, menghangatkannya dan membuatnya lebih adil.

Heryatno Wono Wulung (2016: 5) kembali mengungkapkan

penegasan Paus Fransiskus terhadap pelayan pastoral. Pertama, Paus

Fransiskus menegaskan supaya para pelayan pastoral tidak memandang

keluarga-keluarga sebagai objek melainkan subjek. Kedua, Paus Fransiskus

menghendaki para pelaku pastoral menjadi lebih cerdas, bijak dan

komprehensif dalam mendampingi dan menemani keluarga-keluarga dalam

menghadapi masalah yang kompleks dan tidak mudah. Ketiga, Paus Fransiskus

menegaskan tugas para pelayan pastoral adalah meneguhkan cinta mereka dan

membalut luka-luka mereka demi kepentingan anak-anak mereka.

Artinya menjadi pelayan pastoral berarti harus memiliki hati yang

penuh belas kasih karena dengan memiliki hati yang penuh belas kasih akan

memandang sesama sebagai pribadi yang berharga di mata Tuhan karena

ketika memandang sesama sebagai pribadi, mereka merasa diterima, dihargai

dan diakui sebagai pribadi dengan demikian menghantar mereka untuk dapat

mengalami belas kasih Allah sehingga mereka mampu untuk bangkit dari

(51)

f. Sasaran pastoral kunjungan keluarga

Sebagaimana terdapat pada pengertian pastoral, yaitu bahwa pastoral terarah pada semua manusia, demikian pula halnya dengan kunjungan keluarga. Kunjungan sudah seharusnya tertuju tidak hanya bagi umat yang mau meninggalkan imannya tapi untuk keluarga-keluarga Katolik dengan cara berkunjung dari rumah ke rumah, bahkan menjangkau seluruh anggota keluarga.

Sejalan dengan belas kasih Kristus. Adisusanto dan Bernadeta (2015: 24) mengatakan bahwa Gereja dengan perhatian dan kepedulian, mendampingi yang paling lemah terutama mereka yang terluka dan kehilangan kasih dengan memulihkan harapan dan kepercayaan dalam diri mereka. Artinya yang menjadi sasaran utama dalam pastoral kunjungan keluarga adalah keluarga-keluarga Kristiani yang sedang mengalami berbagai macam kesulitan.

(52)

Hasil SAGKI (2015: 3) menemukan buah-buah sukacita Injil dalam keluarga. Bercermin dari hidup keluarga kudus Nazaret, keluarga Katolik dihayati sebagai ladang sukacita Injil yang paling subur, tempat Allah menabur, menyemai, dan mengembangkan benih-benih sukacita Injil. Di dalam keluarga, suami-istri dan anak-anak saling mengasihi, membutuhkan dan melengkapi. Kesabaran, pengertian dan kebersamaan saat makan, doa dan pergi ke Gereja adalah wujud nyata kasih sayang tersebut. Kasih sayang yang dibagikan tidak pernah habis, tetapi justru meningkatkan sukacita dalam keluarga.

Selanjutnya hasil SAGKI (2015: 3-4) mengatakan bahwa, seberat apapun persoalan yang dialami oleh keluarga selalu ada jalan keluar karena mereka mengandalkan Allah, percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkan mereka. Bagi mereka tantangan merupakan kesempatan untuk bertumbuh dalam kepribadian serta iman, harapan dan kasih. Tantangan tidak harus menyuramkan nilai-nilai perkawinan dan hidup berkeluarga. Melalui tantangan itu Allah mengerjakan karya keselamatanNya di dalam dan melalui keluarga.

(53)

Umat Kristiani dipanggil untuk mewartakan sukacita Injil dengan kesaksian hidupnya dan kepeduliannya terhadap keluarga-keluarga Kristiani yang lain. Dengan demikian keluarga menjadi Rumah-Tangga yang tidak terkungkung dalam dirinya sendiri, tetapi menjalankan tugas perutusannya dalam memajukan Gereja dan menyejahterakan masyarakat (FC,42)

g. Proses Kunjungan Keluarga

1) Pengunjung menjadi sejajar dengan yang dikunjung

Sikap sejajar dan bahkan ”menjadi sesama” bagi saudaranya sangat ditekankan oleh Tuhan Yesus. Pesan Yesus terhadap murid-murid-Nya yang diutus berdua-dua, mengatakan secara jelas bahwa para murid harus berani meninggalkan segala-galanya. Sejajar berarti solider dan senasib dengan orang yang dikunjungi. Menurut Budyapranata (1994: 39) sikap sejajar dalam kunjungan itu sangatlah diperlukan. Hanya dengan cara ini orang yang dikunjungi dapat bangkit dari keadaannya dan berani mengatasi kesulitannya karena ada orang lain yang mau berjalan bersama atau mendampinginya. Sikap sejajar dalam kunjungan itu sangatlah diperlukan. Karena hal ini merupakan kesaksian yang nyata, bahwa semua pengikut Yesus adalah saudara.

2) Pengunjung memberi perhatian kepada yang dikunjung

(54)

dengan orang lain dalam keadaannya adalah adanya kesediaan untuk memberi perhatian dengan mendengarkan serta berusaha untuk memahami persoalan dari orang yang dijumpai. Memberi perhatian itu bukan hanya secara formal bertemu dengan orang lain, tetapi ikut merasakan keprihatinan dari orang yang dikunjungi dan membantu untuk mengubah situasi yang dialaminya. Memberi perhatian berarti suatu usaha untuk mengerti dan memahami orang lain. Dengan memahami orang akan merasa diperhatikan, dikuatkan dan diteguhkan. Budyapranata (1994: 51) mengatakan keberhasilan dalam kunjungan sangat dipengaruhi oleh sikap orang yang dikunjung. Misalnya, sikap terbuka dan merasa ada yang mendampingi dalam kesulitan. Secara positif memberi perhatian berarti berani menerima kenyataan dari orang yang dikunjungi. Dan berani untuk masuk dalam situasi orang yang dikunjung.

3) Pengunjung menjadi pendengar yang baik

Mendengar berarti menerima suara dari luar yang masuk ke dalam telinga. Mendengar adalah suatu kegiatan yang disengaja atau dengan perhatian atau minat dari dalam. Untuk bisa menjadi pendengar yang baik, berarti harus mampu mengidentikkan diri dengan lawan bicara. Artinya selama orang lain berbicara, berusaha untuk berpihak pada orang yang dikunjungi dan mengikuti jalan pikirannya. Membiarkan diri dibuai oleh perasaan dan pengalamannya, sehingga mampu memberikan reaksi yang tepat dalam pembicaraan tersebut. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa

(55)

kesediaan serta perhatian khusus. Budyapranata (1994: 59) mengatakan mendengarkan orang lain dengan baik merupakan suatu keutamaan, karena di situ kita dapat membuat orang lain merasa lega dan diringankan bebannya. Mendengarkan orang lain yang sedang dalam kesusahan dapat merupakan hiburan bagi orang itu, karena orang yang kita kunjungi itu akan sadar bahwa ada orang lain yang membantunya dalam kesulitan.

Yesus pun menjadi pendengar yang baik. Hal ini nampak dalam peristiwa ketika Yesus dicobai oleh orang Farisi dan ahli Kitab, untuk mengadili wanita yang didakwa berdosa (Yoh 7:53-8:11). Yesus hanya duduk dan berdiam diri, sambil menuliskan sesuatu di tanah. Ketika tiba saatnya Ia berbicara, Yesus memberikan jawaban yang sangat tepat dan bijaksana, dengan demikian Ia mampu menghalau orang-orang yang mendakwa wanita itu. Kata-kata Yesus yang singkat itu, melegakan perempuan itu, karena ia merasa dipahami dan diberi jalan keluar yaitu

“tidak berdosa lagi”. Kunjungan yang melegakan atau membuat yang

(56)

4) Pengunjung membangun dialog

Dialog yang baik akan terjadi bila kedua belah pihak dapat saling memahami. Maka mutlak perlu adanya sikap mau mendengarkan dan mau mengerti. Budyapranata (1994: 64-65) mengatakan bahwa pentingnya dialog dalam kunjungan, tanpa adanya dialog akan ada jurang pemisah antara pengunjung dan yang dikunjungi. Dialog atau bicara bersama adalah sarana untuk menampung pengalaman orang lain, cara untuk menukar pikiran dan sekaligus membangun komunikasi yang baik karena komunikasi yang baik hanya terbangun melalui dialog. Dialog sebenarnya merupakan diagnose dan pemahaman terhadap orang lain, seperti seorang dokter yang menerima pengaduan dari seorang pasien. Tanpa curiga dan membantah, dokter mencari dan memahami situasi pasien, sehingga dapat memberikan obat yang tepat. Maka tujuan dialog bukan untuk mempersalahkan atau menghukum, tetapi untuk memperbaiki komunikasi. Secara positif dialog berarti mau menerima pribadi lain, maka dialog berarti pula penghargaan terhadap pribadi lain

5) Pengunjung melibatkan diri pada yang dikunjung

Ketika Yesus mendapat kritik dari orang Farisi dan ahli taurat:“ mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dan pemungut cukai dan

orang berdosa?” jawaban Yesus kepada mereka:” bukan orang sehat yang

(57)

Maka keterlibatan Yesus dengan mereka cukup membawa resiko yaitu bahwa Yesus dikritik. Tetapi Yesus lebih mementingkan keselamatan orang lain dari pada diri-Nya. Hal ini makin jelas lagi dari perumpamaan tentang domba yang hilang. Sikap gembala baik, yang menjadi gambaran sikap belas kasih Yesus terhadap orang berdosa, tidak segan-segan mencari domba yang hilang walaupun ada tantangan dan hambatan, tetapi demi keselamatan domba itu sendiri ia rela menderita. Dan setelah menemukan domba itu ia bergembira dan mengajak orang lain bergembira bersamanya. Berdasarkan hal di atas keterlibatan tidak hanya diartikan sebagai suatu keramahtamahan belaka. Menurut Budyapranata (1994: 78) Keterlibatan berarti merasa ikut prihatin dengan orang yang dikunjungi, mau membela dan rela berkorban untuk ikut membebaskan orang itu dari kesulitannya tanpa memperhitungkan kepentingan sendiri.

6) Pengunjung ikut mengatasi kesulitan

Menurut Budyapranata (1994: 80) karya kunjungan keluarga

termasuk dalam “diakonia” atau pelayanan. Sebab kunjungan keluarga itu

(58)

dan kepeduliannya pada mereka yang paling membutuhkan. Beberapa pengunjung melakukan tindakan cinta kasih sebagai perwujudan syukur mereka atas kemurahan hati Allah. Dengan tulus mereka berbagi kemurahan ilahi kepada sesama yang sangat membutuhkan. Kegiatan ini akan sangat memperkembangkan keluarga dan meningkatkan kebahagiaan mereka.

B. Perkembangan Iman Umat

1. Pengertian perkembangan

Menurut Poerwanti (2002: 27) perkembangan adalah proses kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah, dan bukan pada organ jasmani, sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis. Proses perkembangan akan berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Perkembangan adalah serangkaian perbuatan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi kompleks.

2. Pengertian iman

Iman dalam bahasa Yunani disebut “pistis” atau bahasa Latin “fides

(59)

kokoh, tak tergoyahkan, mantap dan tergoncangkan (Madya Utama, 2002: 47). Iman berarti mempercayakan diri kepada kenyataan di luar diri kita pada kenyataan itu kesejahteraan hidup kita tergantung, iman berdasarkan atas kepercayaan. Untuk mencapai taraf iman orang harus terlebih dahulu percaya. Orang dapat percaya akan sesuatu hanya jika mereka mengetahuinya, oleh karena itu penting sekali bagi kita untuk mengetahui apa yang kita imani.

(60)

Arti iman dalam Perjanjian Baru menurut Madya Utama (2002: 55) percaya kepada seseorang yaitu Yesus Kristus. Kata iman juga dipakai untuk menyatakan hubungan dengan Allah; menerima wahyu Allah dan tanggapan manusia terhadap wahyu Allah. Orang diharapkan percaya kepada Injil yang diwartakan oleh Yesus demi keselamatan manusia. Ada peristiwa

penyembuhan hamba seorang perwira di Kapernaum Yesus menyatakan,” Aku

berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun diantara orang Israel” (Luk 7:9). Juga dalam peristiwa penyembuhan seorang

yang sakit pendarahan, Yesus menegaskan, “Hai anak-Ku, imanmu telah

menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari

penyakitmu” (Mrk 5:34). Inilah contoh penegasan Yesus tentang beriman

kepada Allah melalui pewartaan Yesus yang membawa orang kepada kesembuhan dan keselamatan berkat iman yaitu percaya kepada Yesus.

Melalui agama, setiap manusia menyadari bahwa iman merupakan:

a) Tanggapan manusia terhadap sabda Allah.

(61)

adalah Sabda yang selalu menuntut jawababan dari manusia. Sejauh merupakan perwahyuan sabda Allah harus diterima. Sejauh merupakan janji Sabda Allah memerlukan penyerahan diri dan kesetiaan. Sejauh merupakan interpelasi pribadi sabda Allah merupakan hukum dan kewajiban yang perlu diterima dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari. b) Jawaban pribadi dan menyeluruh dari manusia kepada Tuhan.

Selanjutnya Adisusanto (2000: 2) mengatakan bahwa dalam Kitab Suci iman nampak sebagai penyerahan pribadi secara menyeluruh, bukan sekedar persetujuan akal atau ketaatan moral, sesuai dengan hakekat Sabda Allah yang dinamis, hidup dan personal. Kepada Allah yang mewahyukan diri dan menyampaikan anugerah manusia beriman memberikan jawaban dalam bentuk tindakan integral dari otak, perasaan, kehendak dan prilaku. Dalam pengertian biblis manusia beriman adalah manusia yang bersedia untuk menyerahkan diri kepada Tuhan dengan iman, untuk mewujudkan kepercayaan kepada Tuhan secara menyeluruh, untuk menerima Dia sebagai Sang Kebenaran, untuk mengandalkan diri kepada Tuhan dan bukan kepada diri sendiri, dan dengan demikian menjadi kuat dan benar berkat kekuatan serta kebenaran Allah sendiri.

c) Anugerah dan rahmat.

(62)

merupakan rahmat. Rahmat yang merupakan anugerah yang berikan oleh Allah kepada manusia secara cuma-cuma (Banawiratma, 1986: 114).

3. Aspek-aspek Iman

a. Sikap penyerahan diri manusia seutuhnya kepada Allah. Manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah. Iman merupakan penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa melainkan dengan

“sukarela”. Sikap ini merupakan pokok iman (Adisusanto, 2000: 10).

b. Pengetahuan (segi kognitif) yang dimaksud dengan pengetahuan di sini adalah sejauh mana orang mengetahui dan memahami sesuatu yang diimani. Dalam konteks ini orang harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengetahui siapa yang kita percayai, dan apa yang telah Kristus lakukan bagi kita. Salah satunya adalah meyakini bahwa Kristus mengorbankan diri-Nya dengan mati di kayu salib untuk menyelamatkan hidup kita dari segala yang jahat dan menebus dosa manusia. Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa tanpa pengetahuan

mustahil terdapat iman sejati. “Lalu Ia membuka pikiran mereka,

sehingga mereka mengerti Kitab Suci” (Luk 24:45). “Jadi, iman timbul

(63)

bahwa kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri dan hanya Kristus yang dapat menebus kita dari dosa dan dari murka Allah, dan bahwa Kristus mati dan bangkit bagi kita (Adisusanto, 2000: 9-10). c. Tindakan (doing) dimana orang yang beriman akan setia dan

mempunyai militansi atas imannya diharapkan dapat mewujudkan imannya dengan terlibat dalam kehidupan Gereja dan demi perkembangan Gereja. Keterlibatan mereka nampak dalam 4 pilar kegiatan Gereja, yaitu bidang perayaan iman (leiturgia), pewartaan (kerygma), persekutuan (koinonia), pelayanan (diakonia). Semuanya itu

merupakan wujud kesaksian hidup (martyria) mereka sebagai anggota Gereja (Adisusanto, 2000: 8-9).

4. Penghayatan iman

(64)

semangat umat dalam menghayati iman gampang padam. Sebaliknya penghayatan iman yang suam-suam kuku, tidak akan menyemangati umat untuk menambah pengetahuan imannya.

5. Perkembangan iman

Perkembangan iman ialah proses dan usaha orang dewasa atau orang tua secara terus menerus untuk membantu agar iman terus berkembang. Menurut Banawiratma (1985: 119) bila seorang semakin dewasa secara menyeluruh, maka biasanya juga semakin dewasa dalam iman. Pada umumnya perkembangan hidup beriman melalui tahap-tahap yang teratur dan mendalam. Proses itu merupakan dinamika antar pewartaan dan penerimaan wahyu dalam iman yang sekaligus merupakan perkembangan yang terus-menerus. Perkembangan iman ialah tanda-tanda yang menunjukan bahwa iman keluarga berkembang. Tanda-tanda itu dapat dilihat dari prilaku atau perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga.

(65)

Iman menurut Amalorpavadas (1982: 17) adalah relasi pribadi yang mendalam dengan Allah yang hidup, dimana manusia menyerahkan diri dengan penuh cinta kepada-Nya. Dengan demikian iman pertama-tama merupakan suatu peristiwa hubungan atau perjumpaan secara pribadi antara manusia dengan Allah. Artinya seorang dapat dikatakan beriman bila percaya dan menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah. Beriman berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak dan kuasa Tuhan. Manusia akan mencapai iman yang mendalam dan penyerahan diri seutuhnya pada Tuhan, apabila membiasakan diri untuk hidup berdasarkan bimbingan Roh Kudus dan membiarkan hidup dipimpin oleh-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada seorangpun yang dapat berkembang tanpa ada pengaruh dari luar. Mereka saling berpengaruh satu sama lain, bahkan dapat dikatakan bahwa seorang akan mati apabila tidak ada campur tangan dari orang lain yang mampu mendidiknya sehingga ia berkembang menjadi manusia dewasa. Maka seseorang memerlukan pendampingan bagi perkembangan dirinya. Perkembangan seseorang juga meliputi imannya.

(66)

menanggalkan mentalitas dan sikap hidup yang lama serta mengenakan mentalitas dan sikap hidup yang baru.

Kehidupan beriman perlu menjadi dewasa melalui dinamika perkembanga iman baik sebagai pribadi maupun sebagai komunitas. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru ditemukan banyak kutipan tentang perlunya perkembangan hidup beriman umat sebagai pribadi. Misalnya dikatakan bahwa sabda Allah adalah sebagai biji yang harus tumbuh sampai akhirnya menghasilkan buah yang seratus kali lipat (Mat 13:23)

Sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan iman umat Kristiani Kitab Suci Perjanjian Baru melukiskan dinamika Gereja Lokal perlu berkembang, perlu dibangun. Perlunya pertumbuhan kehidupan beriman sebagai komunitas juga bisa dilihat dari teguran-teguran para Rasul yang diberikan kepada Gereja Lokal yang belum berkembang atau mundur semangatnya. Misalnya, Santo Paulus memberi susu sebagai makanan kepada

umat di Korintus dan bukan makanan keras, karena mereka masih “manusia

duniawi” (1 Kor 3:2-3), demikian juga umat di Laidokia, yang bersikap

suam-suam kuku mendapat peringatan (Why 3:16)

Adisusanto (2000: 7) berpendapat bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh perkembangan hidup beriman adalah kedewasaan dan kesempurnaan iman

secara penuh, yakni “tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan

(67)

dengan demikian selalu membuat umat beriman ada dalam perjalanan iman selama masih ada di dunia ini.

Titik tolak proses perkembangan iman ialah pertobatan: kesediaan, sikap dan tindakan manusia untuk menyangkal hal-hal yang bersifat “dunia” dan berpihak serta berbalik pada Kristus. Dengan demikian dalam pertobatan kita temukan sebuah pemisahan: orang bertobat menanggalkan manusia lamanya dan mengenakan manusia baru dengan berbalik kepada Kristus sedangkan titik akhir proses perkembangan iman ialah kematangan dan kesempurnaan iman.

C. Hubungan Pastoral Kunjungan Keluarga dan Perkembangan Iman

Uraian tentang pastoral kunjungan keluarga dan perkembangan iman umat ternyata memiliki hubungan yang cukup signifikan. Pastoral merupakan salah satu usaha dari umat Kristiani untuk membangun Gereja. Intinya adalah pembangunan Gereja. Jika dilihat dari tujuan pastoral pada umumnya adalah membantu mengembangkan dan mendewasakan iman umat. Pastoral berarti segala usaha untuk membantu hidup iman bersama, sehingga Sang Gembala Ilahi terasa tampil, hadir, menemani dan berkarya bagi semua manusia.

(68)

keluarga-keluarga Kristiani yang sedang mengalami berbagai macam krisis. Dengan melakukan kegiatan kunjungan keluarga dapat membantu sesama umat beriman teristimewa umat yang kurang mendapat perhatian dengan demikian mereka merasa dihargai dan diperhatikan.

Kedua topik atau hal tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat dalam memperkembangkan iman mereka. Pastoral kunjungan keluarga sebagai sarana yang efektif untuk menciptakan komunikasi yang membangun persaudaraan dan kekeluargaan antar sesama umat beriman. Iman seseorang tidak dapat berkembang apabila tidak ada usaha dari dirinya dan dari luar untuk mengembangkan dan membimbingnya.

(69)

melalui perhatian sesama. Iman umat dapat berkembang dengan baik jika mereka mengalami cinta dan perhatian dari sesama yang setia mendengarkan pergulatan hidup mereka.

Karya pastoral merupakan alasan utama berdirinya Kongregasi Puteri Reinha Rosari. Bertolak dari visi pendiri, Mgr. Gabriel Manek SVD

“pembentukan jemaat yang dewasa” yaitu jemaat yang mau bekerjasama

(70)

BAB III

GAMBARAN PELAKSANAAN PASTORAL KUNJUNGAN

KELUARGA DI PAROKI ADMINISTRATIF SANTO PAULUS

PRINGGOLAYAN, DEMI MEMPERKEMBANGKAN IMAN

Bab ini merupakan jawaban dari rumusan masalah kedua mengenai bagaimana pastoral kunjungan keluarga di paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan dapat membantu umat memperkembangkan imannya berdasarkan keadaan yang ada. Pada bab sebelumnya penulis telah menjelaskan tentang pengertian pastoral kunjungan keluarga, perkembangan iman umat serta hubungan antara pastoral kunjungan keluarga dan perkembangan iman umat yang telah dijelaskan.

Untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga dapat ditingkatkan sebagai jalan membantu umat memperkembangkan imannya maka penulis menyususn bab III dalam beberapa bagian pembahasan. Pada bagian pertama penulis menguraikan gambaran umum paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan yang meliputi situasi geografis, sejarah, situasi umat, visi, misi dan karya-karya pastoral paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan.

(71)

Bagian berikutnya berupa laporan hasil penelitian yang diadakan di paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan, kemudian dibahas dan dijelaskan. Pembahasan penelitian ini berguna untuk memperoleh data sejauhmana pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga dapat ditingkatkan sebagai jalan membantu umat dalam mengembangkan iman mereka. Bagian akhir bab ini berupa kesimpulan dari hasil penelitian yang berguna untuk penyusunan usaha meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga pada bab berikutnya.

A. Gambaran umum paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan

1. Situasi Geografis paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan

Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan (2009: 4), paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan terletak dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan memiliki batas-batas teritorial dengan Poroki lain di sekitarnya sebagai berikut:

a. Utara : Paroki Kristus Raja Baciro b. Timur : Paroki Marganingsih Kalasan c. Selatan : Paroki Yakobus Klodran Bantul

(72)

2. Sejarah singkat Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan

Berdasarkan uraian dari buku Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan (2009:5-8), penulis menjelaskan

kembali sejarah, visi dan misi paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan. Berdasarkan sejarah terbentuknya paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan terbagi dalam beberapa tahap.

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi kuesioner
Tabel 1.  Identitas Responden
Tabel 2.
Tabel 3.  Pentingnya  pastoral kunjungan keluarga
+3

Referensi

Dokumen terkait