• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan IgM dan IgG Dengue Rapid Test Di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemeriksaan IgM dan IgG Dengue Rapid Test Di Rumah Sakit Immanuel Bandung."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PEMERIKSAAN IgM DAN IgG DENGUE RAPID TEST DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

Artiti Aditya, 2006, Pembimbing I: Penny Setyawati M,dr., Sp. PK, M. Kes. Pembimbing II: Yanti Mulyana, Dra. Apt., DMM, MS.

Morbiditas dan mortalitas demam berdarah dengue di Indonesia terus meningkat. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan diagnosis penunjang DBD secara cepat dan tepat. Sekarang ini telah dipopulerkan pemeriksaan Dengue Rapid Test yang merupakan pemeriksaan yang spesifik untuk dengue.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pemeriksaan uji saring IgM dan IgG-anti dengue serta mengetahui waktu yang tepat untuk pemeriksaan Dengue Rapid

Test. Penelitian deskriptif-analitik ini dilakukan dengan menggunakan data

retrospektif dari bagian rekam medik Rumah Sakit Immanuel periode 1 Januari- 31 Mei 2005.

Penelitian menunjukkan jumlah penderita demam berdarah dengue meningkat antara bulan Januari dan Maret-Mei 2005, puncaknya pada bulan Januari 24.1% dan April mencapai 21.4%. Pengujian waktu yang tepat untuk dilakukan pemeriksaan Dengue Rapid Test dilakukan dengan uji t, diperoleh nilai t = 0,168 dengan P-value = 0,867 (>0,05) sehingga didapatkan hasil antara 6,0723 s.d. 6,1212

Aspek klinis dari pemeriksaan IgM dan IgG Dengue Rapid Test yang tepat dapat dilakukan pada hari ke enam atau tujuh setelah timbulnya demam. Pemeriksaan Dengue Rapid Test dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis DBD serta membedakan infeksi primer dan sekunder.

Kata kunci : IgM dan IgG, Dengue Rapid Test.

(2)

ABSTRACT

IgM AND IgG DENGUE RAPID TEST AS A SCREENING IN IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG

Artiti Aditya, 2006, Tutor I: Penny Setyawati M,dr., Sp.PK, M.Kes. Tutor II: Yanti Mulyana, Dra. Apt., DMM, MS.

The morbidity and mortallity of dengue haemorrhagic fever in Indonesia

increased continously. A rapid and correct of supporting diagnosis is needed to overcome this obstacle. Nowadays Dengue Rapid Test is a popular method for dengue test.

The aim of the study is to analyse the test of IgM and IgG-anti dengue as a screening test and to know when is the right time to conduct the Dengue Rapid Test. This analytic and descriptive study was conducted by using retrospective

data from the medical record of Immanuel Hospital within the periode of 1 January to 31 May 2005.

This study determines that the number of dengue haemorrhagic fever cases increased in January and March-May 2005 with the peak in January which was 24,1% and April which reached up to 21,4%. The Insidence of dengue haemorrhagic fever in female patients (50,8%) were higher than male patients (49,2%). The right time to conduct the Dengue Rapid Test was between 6,0723 to 6,1212 (t test = 0,168, P-value = 0,867 (>0,05)).

The result of the study indicates that the clinical aspect of IgM and IgG test can be conducted on the sixth and seventh days after fever. Dengue Rapid Test can be used for supporting diagnosis and to differentiate primary and secondary dengue infection.

Key word: IgM and IgG, Dengue Rapid Test

(3)

DAFTAR ISI

1.3 Maksud dan Tujuan penelitian... 3

1.3.1 Maksud Penelitian... 3

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

1.5 Kerangka Pemikiran... 4

1.6 Metode Penelitian ... 6

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Demam Berdarah ... 7

2.2 Gambaran Klinis ... 7

2.3 Derajat Beratnya Penyakit ... 10

(4)

2.3.1 Derajat 1 (Demam Dengue / DD) ... 10

2.3.2 Derajat 2 (Demam Berdarah Dengue / DBD)... 11

2.3.3 Derajat 3-4 (Dengue Syok Sindrom / DSS) ... 12

2.4 Virus Dengue ... 13

2.5 Vektor Penyakit DBD ... 14

2.6 Imunopatogenesis DBD ... 15

2.7 Proses terbentuknya IgM dan IgG ... 19

2.7.1 Imunoglobulin M (IgM)... 22

2.7.2 Imunoglobulin G (IgG) ... 23

2.7.3 Reaksi Positif IgM dan IgG terhadap Infeksi Dengue ... 24

2.8 Epidemiologi... 25

2.9 Diagnosis Laboratorium... 26

2.9.1 Pemeriksaan Hematologi Rutin ... 26

2.9.2 Diagnosis Hematologi Penunjang... 27

2.9.2.1 Uji Hambat Hemaglutinasi (HI test) ... 27

2.9.2.2 Uji Komplemen Fiksasi (CF test) ... 29

2.9.2.3 Uji Netralisasi (NT)... 29

2.9.2.4 IgM Elisa (Mac Elisa)... 30

2.10 Metode Spesifik untuk Pemeriksaan IgM dan IgG... 31

2.11 Prinsip Pengujian (Mekanisme Reaksi) ... 33

2.12 Pencegahan ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Bahan Penelitian ... 36

3.2 Metode Penelitian ... 36

3.3 Analisis hasil Penelitian ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Hasi Penelitian ... 37

4.2 Hasil Pemeriksaan IgM dan IgG... 40

4.3 Pembahasan... 44

(5)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA... 50

LAMPIRAN... 54

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 62

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Aktivasi Inflamasi oleh Komplemen yang Diaktifkan ... 17 Tabel 2.2 Fungsi-fungsi Penting Imunoglobulin ... 22 Tabel 4.1.1 Distribusi Jumlah dan Jenis Kelamin Penderita DBD di Ruang Rawat Inap RS Immanuel Periode 1 Januari s.d 31 Mei 2005... 37 Tabel 4.1.2 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan kelompok Usia dan Jenis

Kelamin di Ruang Rawat Inap RS Immanuel Periode 1 Januari s.d 31 Mei 2005 ... 39 Tabel 4.2.1 Tabulasi Silang Hasil Pemeriksaan IgM dan IgG pada Penderita

DBD di Ruang Rawat Inap RS Immanuel Periode 1 Januari s.d 31 Mei 2005 ... 41 Tabel 4.2.2 Tabulasi silang Hasil Pemeriksaan DBD dan Jenis Kelamin di

RS Immanuel Periode 1 Januari 2005 s.d 31 mei 2005 ... 41

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Patogenesis DBD ... 8

Gambar 2.2 Patofisiologi Infeksi Dengue... 10

Gambar 2.3 Struktur Antigen Virus Dengue ... 13

Gambar 2.4 Aedes aegypti ... 14

Gambar 2.5 Respon Imun Terhadap Virus Dengue... 18

Gambar 2.6 Pembagian Sistem Imun ... 19

Gambar 2.7 Reaksi IgM dan IgG Terhadap Infeksi Dengue ... 25

Gambar 2.8 Interpretasi Hasil ... 32

Gambar 2.9 Prinsip Pengujian Metode Captured Immunochromatographic ... 33

(8)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.1.1 Persentase Jumlah dan Jenis Kelamin Penderita DBD di Ruang

Rawat Inap RS Immanuel Periode 1 Januari s.d 31 Mei 2005 .... 38 Grafik 4.1.2 Persentase Penderita DBD Berdasarkan Usia dan Jenis kelamin

Di Ruang Rawat Inap RS Immanuel Periode 1 Januari s.d

31 Mei 2005 ... 40

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Data Rekam Medik Periode 1 Januari hingga 31 Mei 2005

pada Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 54

(10)

LAMPIRAN I

Data Rekam Medik Periode 1 Januari 2005 hingga 31 Mei 2005 pada Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)

(11)
(12)
(13)
(14)

LAMPIRAN I

(15)
(16)
(17)
(18)

LAMPIRAN 1

(19)

LAMPIRAN I

176 00620658 Mei P 21 13.4 40 120/80 1800 100 74 63 79 - - 8 8 DBD

177 00621650 Mei P 21 14.2 43 110/80 4700 105 85 58 68 79 102 7 7 DBD

178 00618287 Mei P 21 13 38 110/70 2500 123 - - 53 74 123 - - DBD

179 00622608 Mei L 21 14.1 26 100/70 3900 57 201 - - - - 8 8 DBD

180 00622389 Mei L 24 14.5 44.0 110/70 6600 119 64 79 89 135 - - 4 DBD+ VERTIGO

181 00620528 Mei L 26 17.8 52.0 120/80 5500 11 - 131 - - - 5 5 DBD 1

182 0010711 Mei P 30 14.0 44.0 100/80 1500 78 - 22 - - - - 5 DF

183 00517586 Mei P 32 15 43 100/70 6700 58 96 168 - - - 4 4 DBD 2

184 00516495 Mei P 32 14.2 41 110/80 3700 21 83 186 - - - 4 4 DBD 2

185 00255629 Mei P 33 15.1 - 110/90 6900 - 20 37 89 - - 4 - DBD 1

186 00586135 Mei P 34 13.8 41 110/70 3600 20 42 68 105 - - 5 5 DBD 2

187 00619760 Mei L 38 19.3 45.0 110/70 4100 18 17 23 74 137 - 5 5 DBD 2

keterangan DBD 1 : DBD derajat 1 (pembagian WHO) DBD 2 : DBD derajat 2 (pembagian WHO) DBD 3 : DBD derajat 3 (pembagian WHO) suspect DBD : kemungkinan DBD

DF = DD (Demam Dengue) neg : IgM dan IgG negatif - : tidak diperiksa

(20)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Artiti Aditya Nomor Pokok Mahasiswa : 0210024

Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 20 Juli 1984

Alamat : Jln. Mesjid I no 11A, Cicadas - Bandung 40281

Riwayat Pendidikan :

Tahun 1996 : Lulus SD St.Yusuf Bandung Tahun 1999 : Lulus SLTP Negeri 5 Bandung Tahun 2002 : Lulus SMU Negeri 5 Bandung

Tahun 2002 : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen Maranatha Bandung 2002 (- sekarang )

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit demam berdarah hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sulit ditanggulangi di Indonesia. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue

(DBD) di Indonesia menempati urutan kedua setelah Thailand di seluruh dunia. (Sri Rezeki H. Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, Suharyono Wuryadi, Thomas Suroso, 2004)

Insidensi DBD rata-rata di Indonesia bervariasi sejak tahun 1968 yaitu

Incidence Rate (IR) DBD pada tahun 1968 0,05 per 100.000 penduduk menjadi

8,14 per 100.000 pada tahun 1973, dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1988, yaitu 27,09 per 100.000 penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 47.573 orang. Insidensi DBD setelah epidemi pada tahun 1988 cenderung menurun yaitu 12,7 (1990) menjadi 9,2 (1993) per 100.000 penduduk. Insidensi DBD menurun lagi menjadi 8,9 per 100.000 penduduk pada tahun 1994 (Sumarno Poorwo Soedarmo, 1988). Kejadian Luar Biasa (KLB) terbesar dengan IR 35,19 per 100.000 dan Case Fatality Rate (CFR) 2% terjadi pada tahun 1998. IR menurun tajam sebesar 10,17% pada tahun 1999, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003) pada periode Januari sampai Maret 2004 terjadi lebih dari 52.000 kasus dengan lebih dari 500 orang meninggal. Kasus DBD hingga bulan Januari 2005 ada lebih dari 1.124. (Umar Firdaus, 2004)

Angka morbiditas DBD yang dilaporkan oleh berbagai negara bervariasi akibat beberapa faktor yaitu: (1) umur penduduk, (2) tingkat penyebaran virus dengue, (3)prevalensi serotipe virus dengue, (4) kondisi meteorologis, dipengaruhi pula oleh (5) status imunologis pejamu, (6) kepadatan vektor nyamuk yang mentrans- misi virus dengue,dan (7) faktor keganasan virus. (Sri Rezeki H. Hadinegoro,

(22)

2

Patofisiologi utama DBD adalah perembesan plasma ke jaringan akibat peningkatan permeabilitas kapiler biasanya berlangsung selama 24-48 jam. Akibat perembesan plasma ke jaringan adalah syok, anoksia, dan kematian. Usaha untuk mengatasi komplikasi DBD diperlukan diagnosis DBD penunjang secara cepat dan tepat dalam penanganannya sehingga angka kematian akibat DBD dapat ditekan.

Pemeriksaan Dengue Rapid Test sebagai sarana penunjang diagnostik DBD akhir-akhir ini ramai dibicarakan di antara para klinisi. Dengue Rapid Test adalah pemeriksaan Imunodiagnostik spesifik untuk dengue. Dengue Rapid Test dapat mendeteksi IgM dan IgG anti dengue yang merupakan penanda infeksi dengue baik infeksi primer maupun sekunder.

IgM anti dengue merupakan tanda infeksi akut DBD, menurut referensi WHO, IgM akan muncul pada hari ketiga dan mencapai puncaknya pada hari kelima. (Imran Lubis, 2002; Made Ratna Saraswati, 2003; Hindra Satari, 2004).

Suharyono (2004) menyatakan bahwa IgM biasanya dibentuk pada hari kedua sampai keempat dari perjalanan penyakit, tetapi dapat pula baru timbul pada hari ketujuh sampai hari kedelapan (Suharyono Wuryadi, 2004). Hasil penelitian Indro Handojo di Surabaya tahun 2004 mendapatkan bahwa antigen IgM terhadap virus dengue baru timbul pada 7-10 hari setelah infeksi primer. Sumber lain menyatakan bahwa pemeriksaan IgM dan IgG sebaiknya dilakukan pada hari ketiga atau keempat. (Widodo Darmowandowo, 2002). Di Indonesia, ternyata referensi WHO tidak dapat diterapkan karena IgM sering belum ditemukan pada hari ketiga sampai hari kelima.

(23)

3

tinggi dibandingkan dengan kadar IgG. Sedangkan infeksi sekunder ditandai dengan meningkatnya kadar IgG lebih dahulu dibanding kadar IgM.

1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Kapan waktu yang tepat untuk pemeriksaan IgM dan IgG Dengue Rapid

Test pada penderita DBD?

1.2.2 Bagaimana manfaat Dengue Rapid Test pada penderita DBD yang terinfeksi primer dan sekunder?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Mengetahui kapan waktu yang tepat untuk pemeriksaan IgM dan IgG pada penderita DBD.

1.3.2Tujuan Penelitian

1. Mengetahui waktu yang tepat untuk pemeriksaan IgM dan IgG Dengue

Rapid Test pada penderita DBD.

2. Mengetahui gambaran penderita DBD di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari-31 Mei 2005.

3. Mengetahui rasio infeksi dengue primer dan sekunder pada penderita DBD.

1.4 Manfaat Penelitian

(24)

4

1..4.1 Manfaat Akademis:

• Menambah wacana diagnostik penunjang penyakit dengue.

Mengetahui waktu yang tepat kapan pemeriksaan IgM dan IgG Dengue

Rapid Test diperiksa.

1.4.2 Manfaat Praktis

• Memberikan masukan kepada rekan klinisi kapan diusulkan pemeriksaan IgM dan IgG Dengue Rapid Test pada penderita DBD.

1.4Kerangka Pemikiran

Imunodiagnosis adalah diagnosis berdasarkan pada reaksi antibodi dalam serum darah terhadap antigen (Dorlan, 2002). Antibodi IgM dibentuk pada keadaan akut. Antibodi ini diproduksi pada awal respon primer dan merupakan antibodi yang penting untuk pertahanan terhadap virus dan bakteri. Antibodi IgG

dibentuk pada respon sekunder dan termasuk kelas antibodi yang bersifat antitoksin.

Infeksi dengue primer adalah infeksi yang baru pertama kali terjadi pada seorang penderita, ditandai dengan meningkatnya kadar IgM lebih dahulu yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar IgG. Prognosis dari infeksi primer demam dengue dapat sembuh spontan dan bersifat benign. Sedangkan infeksi dengue sekunder terjadi apabila penderita terkena infeksi dengue ulang oleh virus yang berhubungan erat, yaitu virus yang sama dengan serotipe berbeda. Infeksi sekunder ini ditandai dengan meningkatnya kadar IgG lebih tinggi dan lebih cepat daripada IgM.

Parameter imunodiagnosis DBD yang saat ini populer di klinisi adalah Dengue

Rapid Test. Pemeriksaan ini berdasarkan atas adanya antibodi IgM dan IgG anti

(25)

5

Menurut referensi WHO, 1999, IgM akan tampak dalam 2-3 hari setelah penurunan suhu tubuh, 80% menunjukkan kadar antibodi IgM yang akan terdeteksi pada hari kelima dan 99% pada hari kesepuluh. Beberapa sumber menyatakan bahwa IgM-anti dengue sebaiknya diperiksa pada hari kelima. (Imran Lubis, 2002, Made Ratna Saraswati, 2003; Hindra Satari, 2004). Menurut Indro Handojo, antigen IgM terhadap virus dengue timbul 7-10 hari setelah infeksi primer. Sedangkan sumber lain menyatakan bahwa pemeriksaan IgM dan IgG dapat dilakukan pada hari ketiga atau keempat. (Widodo Darmowandowo, 2002). Di Indonesia, ternyata referensi WHO, tidak dapat diterapkan karena tidak sesuai dengan hasil yang didapat, sehingga di Indonesia belum diketahui dengan pasti kapan IgM mencapai puncak dan memberikan hasil positif pada uji laboratorium.

Pemeriksaan IgG diperlukan untuk membedakan antara infeksi primer dan sekunder. Bila terdeteksi, kadar IgG akan meningkat dengan cepat, puncaknya

sekitar 2 minggu setelah timbul gejala dan kemudian akan menurun dengan perlahan selama 3-6 bulan. Dengan terdeteksinya IgG-anti dengue dapat diketahui infeksi sekunder lebih awal, karena pada infeksi sekunder dapat muncul manifestasi berat bila terjadi infeksi ulangan oleh virus dengue yang serotipenya berbeda dengan infeksi sebelumnya.

Tes serologis untuk DBD adalah uji HI, uji pengikatan komplemen (jarang dilakukan karena rumit dan memerlukan keahlian tersendiri), uji netralisasi (paling sensitif dan spesifik untuk infeksi virus dengue namun caranya rumit, mahal dan memerlukan ketrampilan), tes Elisa IgM dan IgG, Dengue Rapid Test. (Sathish, Vijayakumar, Abraham, Sridharan, 2003; Suharyono Wuryadi, 2004) Kelebihan dari pemeriksaan IgM dan IgG dengan menggunakan Dengue Rapid

Test (DRT) dibanding tes Elisa IgM dan IgG yaitu menunjukkan hasil yang tidak

(26)

6

menjadi 98,3% dengan spesifisitas 96%. (Sathish Vijayakumar, Abraham, Sridharan, 2003; Andi Utama, 2004)

Morbiditas dan mortalitas infeksi dengue dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status imunologis pejamu. Virus untuk kelangsungan hidupnya dalam sel harus bersaing dengan sel manusia dalam kebutuhan protein yang dipengaruhi oleh status gizi seseorang. Status gizi masyarakat Indonesia tentunya berbeda dengan status gizi masyarakat di negara-negara maju, sehingga daya tahan tubuh juga akan berbeda, hal ini sesuai dengan pendapat Sutaryo (2004) yang menyatakan faktor nutrisi berhubungan dengan teori imunologi bahwa pada gizi yang baik akan mempengaruhi peningkatan antibodi. (Sutaryo, 2004). Perbedaan keadaan daya tahan tubuh terhadap antibodi menyebabkan penyakit dapat sembuh sempurna atau penyakit akan menjadi berat dan bahkan menyebabkan kematian, hal inilah yang menyebabkan penulis ingin mengetahui waktu yang tepat untuk pemeriksaan IgM dan IgG Dengue Rapid Test di Indonesia.

1.5Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian retrospektif dengan metode deskriptif analitik terhadap data rekam medik penderita DBD yang dirawat di Ruang Rawat Rumah Sakit Immanuel Bandung selama periode 1 Januari sampai 31 Mei 2005

1.6Lokasi dan Waktu Penelitian

(27)

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

ƒ Waktu yang tepat untuk pemeriksaan IgM dan IgG Dengue Rapid Test adalah hari ke 6 atau ke 7.

ƒ Pemeriksaan Dengue Rapid Test baik untuk diagnosis penunjang DBD serta membedakan infeksi primer dan sekunder.

5.2 Saran

ƒ Pemeriksaan Dengue Rapid Test sebaiknya dilakukan untuk menegakkan diagnosis infeksi dengue.

ƒ

Untuk menentukan waktu yang tepat pada pemeriksaan IgM dan IgG

Dengue Rapid Test sebaiknya dilakukan penelitian lanjut dengan sampel

(28)

50

Daftar Pustaka

Abednego, Moeloek. 2004. Demam berdarah belum musibah nasional. http://www.indomedia.com/bpost/9804/25/DEPAN/depan1.htm., 16 Maret 2005

Alan R.Tumbelaka. 2004. Diagnosis Demam dengue/ Demam Berdarah Dengue. Dalam: Sri Rezeki H. Hadinegoro, Hindra Irawan Satari, editor: Demam

Berdarah dengue. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 74, 76-77.

Andi Utama. 2004. Dengue, permasalahan dan solusinya.

http://www.lipi.go.id., 14 Maret 2005

A. Samik Wahab, Madarina Julia. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit

Imun. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Hal 17.

Aryati. 2001. Nilai Diagnostik Dengue Rapid Test untuk Diagnosis Demam Berdarah Dengue. Dalam: Prakonas & Simposium Kongres Nasional IV

Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia. Bandung:

Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik. Hal : 1,2,3.

Berhman Richard E, Vaughan Victor C. 1995. Demam Berdarah Dengue/ Sindrom Syok Dengue. Dalam: Nelson Waldo E., editor: Nelson Ilmu

Kesehatan Anak. 12th ed. Jakarta : ECG. Hal 286-298.

Djadiman Gatot. 2004. Perubahan Hematologi pada Infeksi Dengue. Dalam: Sri Rezeki H. Hadinegoro, Hindra Irawan Satari, editor: Demam Berdarah

dengue. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 45-46.

Dorland, W . A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Huriawati Hartanto dkk., editor. Jakarta : EGC. Hal 1077.

Hindra Satari. 2004. Tatalaksana demam berdarah dengue petunjuk praktis terapi

cairan.

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/012001/pus-1.htm ., 20 Januari 2005.

____ . 2001. Konsultasi: Bagaimana Memastikan DBD Lebih Awal? http://www.kompas.com.kesehatan/news/0404/01/071249.htm., 20 Januari 2005.

Harikushartono, Nur Hidayah, Soegeng Soegijanto, Widodo Darmowandowo. 2002. Demam Berdarah Dengue. Dalam: Soegeng Soegijanto, editor: Ilmu

Penyakit Anak Diagnosa dan Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba Medika.

(29)

51

Ida W Djajadisastra. 2003. Penentuan Serotipe Virus Dengue Metode Reverse-

Transcriptase Polymerase Chain Reaction dan Kesesuaian dengan Pemeriksaan Hemaglutinasi Inhibisi pada Penderita Demam Berdarah Dengue di Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin Bandung. Bandung: Fakultas

kedokteran Unpad. Hal 13,22-24. (dissertation).

Imran Lubis. 2002. Memahami IgM dam IgG.

http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2002-imran-430-dengue ,16 Maret 2005.

Indro Handojo. 2004. Imunoasai Terapan pada Beberapa Penyakit Infeksi. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 163-176.

Innis Bruce L. 1997. Antibody Responses to Dengue Virus Infection. In Gubler D.J., Kuno G., editor: Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. London : Cambridge University Press. Hal 223, 234.

Karnen Garna Baratawidjaja. 2002. Imunologi Dasar.Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 3, 28-31, 33-34, 50-52.

Kristina, Isminah, Leny Wulandari, 2004. Demam berdarah dengue. http://www.litbang.depkes.go.id/052004/demamberdarah1.htm., 16 Maret 2005

M. Adhyatma. 1981. Demam Berdarah diagnosa dan Pengelolaan Penderita. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal P3M. Hal 7.

Made Ratna Saraswati. 2003. Demam juga bermanfaat.

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/1/12/kesehatan/html., 16 Maret 2005.

Nawa M, Takasaki T, Yamada K, Kurane I, Akatsuka T. 2003. Development of Ig-M Enzyme-Linked Immunosorbent Assay for Serodiagnosis of Dengue using Beta-propiolactone-inactived Dengue Viral Antigen. Dengue Bulletin, (27) : 95.

Nimmannitya S. 2003. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. In G.C. Cook, A.I. Zumla, editor: Manson`s Tropical Diseases. 21th ed. China : RDC Group Limited. Hal 768.

(30)

52

Rachmawati M, Benny Rusli, Harjoeno. 2003. Gambaran Serologis (IgM,IgG) Penderita Demam Berdarah Dengue dengan Dengue Rapid Test di Perjan RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Dalam: H. Harjoeno, dkk: Interpretasi

Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Edisi 3. Makassar : Lembaga

Penerbitan Universitas Hasanudin. Hal 458.

Sathish N,Vijayakumar TS, Abraham , Sridharan G. 2003. Dengue Fever: Its Laboratory Diagnosis, with Special Emphasis on IgM Detection. Dengue

Bulletin (27); p 118-121.

Siti Boedina Kresno. 2001. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Edisi 4. Jakarta Balai Penerbit FKUI. Hal 14-15, 45, 53-56.

Soedarmono. 2000. Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Dalam: Sri Rezeki H. Hadinegoro, Hindra Irawan Satari, editor: Demam Berdarah

Dengue . 1st edition. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 1 -12.

Sri Rezeki H. Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, Suharyono Wuryadi, Thomas Suroso, 2004. Tatalaksana Demam Dengue/ Demam Berdarah Dengue pada anak. Dalam: Sri Rezeki H. Hadinegoro, Hindra Irawan Satari, editor:

Demam berdarah Dengue. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 82, 88,

99-100.

Sumarmo Sunaryo Poorwo Soedarmo. 1988. Demam Berdarah (Dengue) pada

Anak. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 13-25, 36, 44-45, 98, 110.

_____ .2004. Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Dalam: Sri Rezeki H. Hadinegoro, Hindra Irawan Satari: Demam Berdarah dengue. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 1.

Suharyono Wuryadi. 2004. Diagnosis Laboratorium Infeksi Virus Dengue. Dalam: Sri rezeki H. Hadinegoro, Hindra Irawan Satari, editor: Demam

berdarah Dengue. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 58-59, 60.

Suroso, Torry Chrishantoro. 2004. Informasi Produk Panbio Dengue Duo IgM

dan IgG Rapid Strip Test. Jakarta: PT Pasific Biotekindo Intralab. Hal 9, 11,

20, 27

Sutaryo. 2004. Dengue. Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran UGM. Hal 31.

(31)

53

Umar Firdaus. 2004. Kasus demam berdarah di Indonesia.

http://www.liputan6.com/search.php?hal=5&s=demam%20berdarah., 20 Agustus 2005

Widodo Darmowandowo. 2002. Demam berdarah dengue.

www.pediatrik.com/ilmiah_populer/demam_berdarah.htm., 16 Maret 2005

Referensi

Dokumen terkait

Daya dorong yang terdapat dalam diri seseorang sehingga orang tersebut berusaha untuk melakukan sesuatu tindakan / kegiatan dengan baik dan berhasil dengan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru olahraga SD Negeri 86 Pekanbaru, ketika siswa melakukan lompat jauh mereka sering gagal

Peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari perolehan nilai LKS dan evaluasi.Pada kelas eksperimen LKS yang diberikan adalah LKS komik, sedangkan pada

Jadi, erpangir adalah suatu upacara religius berdasarkan kepercayaan tradisional suku Karo ( pemena ), dimana seseorang/keluarga tertentu melakukan upacara berlangir

Leksikon peralatan rumah tangga berbahan bambu di Magetan relatif banyak dan beragam Dari hasil penelitian ini diperoleh sejumlah leksikon yang dapat dipilah menjadi

Pada masa kini di Jakarta, musik jazz dimainkan oleh para musisi lokal yang mengawinkannya dengan unsur-unsur musik Indonesia?. Indra Lesmana adalah seorang pemain piano jazz

Pemdes

Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan