ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN
PRESTASI BELAJAR SISWA SMK SANJAYA PAKEM KELAS XI AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR PENCATATAN AKUNTANSI
TERHADAP PIUTANG TAK TERTAGIH
Septi Ane Tanjung Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi belajar dan prestasi belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together (NHT) pada kompetensi dasar pencatatan akuntansi terhadap
piutang tak tertagih.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas XI akuntansi SMK Sanjaya Pakem. Komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembagian kelompok, kerja kelompok, laporan hasil kerja kelompok, tanggapan dari kelompok lain, dan kesimpulan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, tes, kuesioner dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskripstif dan analisis komparatif.
THE APPLICATION OF COOPERATIVE LESSON METHOD
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TYPE TO INCREASE STUDENT’S PARTICIPATION AND ACHIEVEMENT FOR THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF THE ACCOUNTING DEPARMENT SMK SANJAYA PAKEM ON THE BASIC COMPETENCE OF ACCOUNTING NOTES FOR UNCLAIMED DEBT
Septi Ane Tanjung Sanata Dharma University
2015
The aims of the study are to increasestudent’s participation and student’s achievement after the applying cooperative lesson method type Numbered Head Together (NHT) on the basic of competence of accounting notes for unclaimed debt.
This research is a classroom action research. The participants of this research were students of the Eleventh Grade Students of SMK Sanjaya Pakem. The main components of the cooperative learning NHT type were group division, team work, report of team work’s result , responses from the other groups, and conclusion. This research was done in two cycles. Each cycles consisted of four stages, they were planning, action, observation, evaluation and reflection. The data collectionswere done by observing, interview test, qustionnaire, and documentation methods. The data which were obtained were analyzed by using descriptive and comparative analysis.
It can be concluded that: (1) the application of the cooperative lesson method type
Numbered Head Together (NHT) can increase student’s participation in remitted debt
material (the average of student’s participation in pre-research is 40,21 with the percentage of
21,1%; the average of student’s participation in the first cycles is 46,37 and 14 students have achieved the target with the percentage increase of 73,7%; the average of student’s participation in the second cycles is 49,58 and 19 students achieved the target with the percentage increase of 100%). (2) the application of cooperative lesson method type
Numbered Head Together (NHT) can increase student’s achievement in remitted debt
material (the average of student’s achievement in pre-research is 72,9 whit the percentage of 47,37%; the average of student’s achievement in the first cycles is 79,47 and only sixteen students succeeded in making target with the percentage increase of 84,21%; the average of
student’s achievement in the second cycles is 92,68 and 19 students achieved the target with
PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK SANJAYA PAKEM KELAS XI AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR PENCATATAN AKUNTANSI TERHADAP PIUTANG TAK TERTAGIH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Septi Ane Tanjung NIM : 101334079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK SANJAYA
PAKEM KELAS XI AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR
PENCATATAN AKUNTANSI TERHADAP PIUTANG TAK TERTAGIH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Septi Ane Tanjung NIM : 101334079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN
PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK SANJAYA PAKEM KELAS XI AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR PENCATATAN AKUNTANSI TERHADAP PIUTANG TAK TERTAGIH
Oleh:
Septi Ane Tanjung
NIM: 10 1334 079
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
iv
Dengan penuh rasa syukur dan terimakasih ku persembahkan skripsiku ini kepada Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Baik yang selalu setia mendampingi setiap langkah perjalanan hidupku dan berkat rahmat-Nya saya dapat menempuh studi hingga jenjang perguruan tinggi ini.
Untuk mereka yang selalu mendukung, mendoakan, mencintai dan menyayangi serta menjadi inspirasi di hidupku:
Ayahku tercinta Tejo Prasetya, S.T Ibuku tercinta Ny. Suprapti
kakakku tercinta Endah Nilasari, S.Si Adikku tercinta Tri Utari
Semangatku tercinta Egi Yudha Nugraha serta saudara-saudaraku
Semua sahabatku, teman-teman, dan para dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi
Almamaterku Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang
Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
v
MOTTO
Sesali masa lalumu karena ada kekecewaan dan
kesalahan-kesalahan, tetapi jadikanlah penyesalan
itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak
terjadi kesalahan lagi (anonim).
Segala sesuatu yang indah belum tentu baik,
namun segala sesuatu yang baik sudah pasti indah
(anonim).
Tidak Ada Keberhasilan Tanpa Kerja Keras
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 29 Mei 2015
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Septi Ane Tanjung
Nomor Mahasiswa : 10 1334 079
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN
PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK SANJAYA PAKEM KELAS XI AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR PENCATATAN AKUNTANSI TERHADAP PIUTANG TAK TERTAGIH. Dengan demikian
saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 29 Mei 2015
Yang menyatakan
Septi Ane Tanjung
viii
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN
PRESTASI BELAJAR SISWA SMK SANJAYA PAKEM KELAS XI AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR PENCATATAN AKUNTANSI
TERHADAP PIUTANG TAK TERTAGIH
Septi Ane Tanjung Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi belajar dan prestasi belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together (NHT) pada kompetensi dasar pencatatan akuntansi terhadap
piutang tak tertagih.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas XI akuntansi SMK Sanjaya Pakem. Komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembagian kelompok, kerja kelompok, laporan hasil kerja kelompok, tanggapan dari kelompok lain, dan kesimpulan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, tes, kuesioner dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskripstif dan analisis komparatif.
ix
THE APPLICATION OF COOPERATIVE LESSON METHOD
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TYPETO INCREASE STUDENT’S PARTICIPATION AND ACHIEVEMENT FOR THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF THE ACCOUNTING DEPARMENT SMK SANJAYA PAKEM ON THE BASICCOMPETENCE OF ACCOUNTING NOTES FOR UNCLAIMED DEBT
Septi Ane Tanjung Sanata Dharma University
2015
The aims of the study are to increasestudent’s participation and student’s achievement after the applying cooperative lesson method type Numbered Head Together (NHT) on the basic of competence of accounting notes for unclaimed debt.
This research is a classroom action research. The participants of this research were students of the Eleventh Grade Students of SMK Sanjaya Pakem. The main components of the cooperative learning NHT type were group division, team work, report of team work’s result , responses from the other groups, and conclusion. This research was done in two cycles. Each cycles consisted of four stages, they were planning, action, observation, evaluation and reflection. The data collectionswere done by observing, interview test, qustionnaire, and documentation methods. The data which were obtained were analyzed by using descriptive and comparative analysis.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
karunia dan kesempatan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan lancar. Skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Partisipasi Dan
Prestasi Belajar Siswa SMK Sanjaya Pakem Kelas XI Akuntansi Pada Kompetensi
Dasar Pencatatan Akuntansi Terhadap Piutang Tak Tertagih.” Skripsi ini disusun
untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam pembuatan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan baik secara moril, materiil, bimbingan maupun kerja sama, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata
xi
4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan saran, bimbingan, arahan dalam penyusunan skripsi ini,
serta dukungan baik secara moril yang diberikan kepada penulis.
5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan ilmunya selama penulis
menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
6. Ibu Triswinarti, S.Pd. selaku Guru Akuntansi SMK Sanjaya Pakem sekaligus
guru mitra dalam penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk membantu
penulis dalam pelaksanaan penelitian, pengumpulan data dan memberikan saran
serta arahannya.
7. Segenap siswa SMK Sanjaya Pakem terkhusus kelas XI Akuntansi yang telah
bersedia bekerja sama dengan baik membantu penulis selama melaksanakan
kegiatan penelitian.
8. Mbak Aris selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang
Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang selama ini telah membantu
melayani administrasi.
9. Kedua orang tua saya Bapak Tejo Prasetya, S.T dan Ibu Suprapti yang
senantiasa memberikan dukungan dan doanya tanpa pernah terhenti.
10. Kakakku Endah Nilasari, S.Si dan Adikku Tri Utari yang selalu memberikan
dukungan dalam menempuh pendidikan.
11. Semangatku Egi Yudha Nugraha yang selalu mendampingi, memberikan doa,
xii
12. Sahabat-sahabatku yang terkasih Sih Suparmi, Novianna Purwaningsih, Anita,
Nurlaela Dwi Pawestri, Nurul Isnaeni, Agatha Carolina Ngo, Albina Igit, Yulida,
Riani, Nataliya terima kasih atas segala dukungan dan doa yang diberikan.
13. Sahabat seperjuanganku selama mengerjakan skripsi hingga begadang sampai
pagi hari Penny Handayani perjuangan kita tidak sia-sia.
14. Lala, Agatha, Duwi, Lia, Arga terima kasih sudah membantu selama penelitian.
15. Seluruh teman-teman Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian
Khusus Pendidikan Akuntansi kelas B yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.
16. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas
semua bantuan yang diberikan melalui doa, semangat, kritik, saran dan
dukungannya.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Penulis berharap penelitian ini dapat bemanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 13 Mei 2015
Penulis
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR TABEL ... xx
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Makalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
xiv
BAB II LANDASAN TEORITIK
A. Penelitian Tindakan Kelas... 8
1. Pengertian PTK ... 8
2. Karakteristik PTK ... 9
3. Prinsip PTK ... 11
4. Tujuan PTK ... 12
5. Manfaat PTK ... 13
6. Fungsi PTK ... 14
7. Tahap PTK ... 15
B. Pembelajaran Kooperatif ... 17
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 17
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 18
3. Prinsip dan Ciri Model Pembelajaran Kooperatif ... 18
4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 19
C. Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together ... 20
1. Pengertian dan Tujuan Numbered Head Together ... 20
2. Tahap-tahap Numbered Head Together ... 21
3. Keuntungan dan Kelemahan Numbered Head Together ... 22
4. Cara Mengatasi Kelemahan Numbered Head Together ... 24
D. Partisipasi Belajar... 24
1. Pengertian Partisipasi dalam Belajar ... 24
2. Faktor-Faktor yang Mendorong Partisipasi ... 25
xv
E. Prestasi Belajar ... 29
1. Pengertian Prestasi Belajar ... 29
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 30
F. Pengertian Pembelajaran ... 30
G. Penghapusan Piutang ... 32
1. Pengertian Penghapusan Piutang ... 32
2. Metode Penghapusan Piutang ... 33
H. Penelitian Yang Relevan ... 34
I. Kerangka Berpikir ... 34
J. Pertanyaan Peneliti ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
1. Tempat Penelitian... 39
2. Waktu Peelitian ... 39
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 39
1. Subjek Penelitian ... 39
2. Objek Penelitian ... 39
D. Teknik Pengumpulan Data ... 40
1. Observasi ... 40
2. Kuesioner ... 40
3. Wawancara ... 41
xvi
5. Tes Evaluasi ... 41
E. Prosedur Penelitian... 42
1. Kegiatan Pra Penelitian ... 42
2. Pelaksanaan Siklus Pertama ... 44
3. Pelaksanaan Siklus Kedua... 48
F. Instrumen Penelitian... 49
1. Kegiatan Pra Penelitian ... 49
2. Kegiatan Pelaksanaan Tindakan Penelitian... 49
G. Definisi Operasional Variabel dan Indikator ... 51
1. Partisipasi Belajar Siswa ... 51
2. Prestasi Belajar Siswa ... 53
H. Teknik Pengujian Instrumen ... 55
I. Teknik Analisis Data ... 56
1. Analisis Deskriptif ... 56
2. Analisis Komparatif ... 60
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 62
A.Visi, Misi dan Tujuan SMK Sanjaya Pakem ... 62
1. Visi SMK Sanjaya ... 62
2. Misi SMK Sanjaya ... 62
3. Tujuan Satuan Pendidikan SMK Sanjaya ... 63
B. Sistem Pendidikan SMK Sanjaya ... 64
1. Pengertian Pendidikan Sistem Ganda (PSG) ... 64
xvii
3. Isi PSG... 66
4. Langkah-Langkah Menyusun Program Pendidikan yang Mengacu Pada Tamatan ... 66
C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMK Sanjaya ... 68
D. Siswa SMK Sanjaya Pakem ... 70
E.Proses Belajar Mengajar ... 71
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 73
1. Kegiatan Pra Penelitian ... 73
2. Siklus Pertama ... 89
3. Siklus Kedua ... 115
B. Analisis Komparasi Partisipasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 131
1. Analisis Komparasi Partisipasi Belajar Siswa ... 131
2. Analisis Komparasi Prestasi Belajar Siswa ... 133
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 134
1. Peningkatan Partisipasi Siswa Sesudah Penerapan NHT ... 134
2. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Sesudah Penerapan NHT ... 136
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 138
B. Keterbatasan Penelitian ... 139
xviii
DAFTAR PUSTAKA ... 141
xx
xv
Tabel 3.1 Kisi-kisi Partisipasi Belajar ... 52
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Evaluasi ... 54
Tabel 3.3 Kategori Partisipasi Berdasarkan PAP Tipe II ... 59
Tabel 3.4 Kategori Prestasi Berdasarkan PAP Tipe II ... 60
Tabel 3.5 Format Komparasi Partisipasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah
Penerapan NHT ... 60
Tabel 3.7 Format Komparasi Partisipasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah
Penerapan NHT ... 61
Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014 ... 71
Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Guru Mitra Sebelum Penerapan NHT ... 74
Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Partisipasi Belajar Siswa Sebelum
Penerapan NHT ... 80
Tabel 5.3 Hasil Observasi Terhadap Kondisi Kelas ... 83
Tabel 5.4 Skor Kuesioner Partisipasi Belajar Siswa Sebelum
Penerapan NHT ... 85
Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Kuesioner Partisipasi Sebelum
Penerapan NHT Berdasarkan PAP Tipe II ... 85
Tabel 5.6 Nilai Ulangan pada Materi Konfirmasi Saldo Piutang ... 90
Tabel 5.7 Skor Hasil Belajar Siswa (Siklus I) ... 98
Tabel 5.8 Skor Kuesioner Partisipasi Belajar (Siklus I) ... 100
Tabel 5.9 Hasil Perhitngan Kuesioner Partisipasi Belajar Berdasar
PAP Tipe II (Siklus I) ... 100
xvi
Tabel 5.12 Hasil Observasi Terhadap Siswa Saat Penerapan
NHT (Siklus I) ... 108
Tabel 5.13 Refleksi Guru (Siklus I) ... 112
Tabel 5.14 Skor Kuesioner Partisipasi Belajar (Siklus II) ... 119
Tabel 5.15 Hasil Perhitungan Kuesioner Partisipasi Belajar Berdasar
PAP Tipe II (Siklus II) ... 120
Tabel 5.16 Refleksi Siswa (Siklus II) ... 120
Tabel 5.17 Skor Tes Evaluasi Siswa (Siklus II) ... 122
Tabel 5.18 Hasil Observasi Kegiatan Guru Mitra (Siklus II) ... 123
Tabel 5.19 Hasil Observasi Kegiatan Siswa (Siklus II ... 126
Tabel 5.20 Refleksi Guru (Siklus II) ... 130
Tabel 5.21 Perbandingan Hasil Kuesioner Partisipasi Belajar Siswa Sebelum
dan Sesudah Penerapan NHT Berdasar PAP Tipe II ... 131
Tabel 5.22 Perbandingan Hasil Prestasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Terhadap Guru Mitra ... 143
Lampiran 2 Lembar Observasi Partisipasi Terhadap Siswa Dalam Proses
Pembelajaran ... 146
Lampiran 3 Lembar Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 147
Lampiran 4 Lembar Kuesioner Partisipasi Belajar Siswa ... 148
Lampiran 5 Pedoman Wawancara Pada Guru Sebelum Tindakan ... 150
Lampiran 6 Pedoman Wawancara Siswa Sebelum Tindakan ... 151
Lampiran 7 Pedoman Wawancara Pada Guru Setelah Penerapan NHT ... 152
Lampiran 8 Pedoman Wawancara Siswa Setelah Penerapan NHT ... 153
Lampiran 9 Lembar Refleksi Guru ... 154
Lampiran 10 Instrumen Refleksi Siswa ... 155
Lampiran 11 Hasil Observasi Terhadap Guru Mitra Sebelum Penerapan
NHT ... 156
Lampiran 12 Hasil Observasi Partisipasi Siswa dalam Aktivitas Kelompok
dan Kelas Sebelum Penerapan ... 159
Lampiran 13 Skor Kuesioner Partisipasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan
NHT ... 161
Lampiran 14 Hasil Kuesioner Partisipasi Belajar Siswa Sebelum
Penerapan NHT ... 162
Lampiran 15 Hasil Observasi Terhadap Kondisi Fisik Kelas ... 166
Lampiran 16 Hasil Wawancara Guru Mitra Sebelum Tindakan ... 167
xxii
Lampiran 18 Hasil Pembagaian Kelompok ... 169
Lampiran 19 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Pertemuan
Pertama) ... 170
Lampiran 20 Hasil Contoh Papan Nama Kelompok ... 175
Lampiran 21 Contoh Nomor Berbentuk Topi ... 176
Lampiran 22 Handout ... 177
Lampiran 23 Soal Kerja Kelompok (Siklus I) ... 181
Lampiran 24 Lembar Skor Kelompok ... 186
Lampiran 25 Hasil Skor Kelompok (Siklus I) ... 187
Lampiran 26 Soal Tes Evaluasi ... 188
Lampiran 27 Hasil Observasi Terhadap Guru Mitra Saat Penerapan NHT
Siklus I ... 193
Lampiran 28 Hasil Observasi Partisipasi Siswa dalam Aktivitas Kelompok dan
Kelas Saat Penerapan NHT (Siklus I) ... 196
Lampiran 29 Skor Kuesioner Partisipasi Belajar Sesudah Penerpan NHT
(Siklus I) ... 198
Lampiran 30 Hasil Kuesioner Partisipasi Belajar Siswa Sesudah Penerpan
NHT (Siklus I) ... 199
Lampiran 31 Hasil Refleksi Guru (Siklus I) ... 203
Lampiran 32 Hasil Refleksi Siswa (Siklus I) ... 204
Lampiran 33 Skor Hasil Belajar (Siklus I) ... 206
Lampiran 34 Hasil Tes Evaluasi (Siklus I) ... 207
xxiii
Lampiran 36 Soal Kerja Kelompok (Siklus II) ... 214
Lampiran 37 Lembar Skor Kelompok (Siklus II) ... 219
Lampiran 38 Soal Evaluasi (Siklus II) ... 220
Lampiran 39 Hasil Observasi Terhadap Guru Mitra (Siklus II) ... 226
Lampiran 40 Hasil Observasi Partsisipasi Siswa dalam Aktivitas
Kelompok dan Kelas (Siklus II) ... 229
Lampiran 41 Skor Kuesioner Partisipasi Belajar (Siklus II) ... 231
Lampiran 42 Kuesioner Partisipasi Belajar (Siklus II) ... 232
Lampiran 43 Hasil Refleksi Guru (Siklus II) ... 236
Lampiran 44 Hasil Refleksi Siswa (Siklus II) ... 237
Lampiran 45 Hasil Wawancara Guru Mitra Setelah Tindakan ... 239
Lampiran 46 Hasil Wawancara Siswa Setelah Tindakan ... 241
Lampiran 47 Skor Tes Evaluasi Siswa (Siklus II) ... 242
Lampiran 48 Hasil Tes Evaluasi Siswa (Siklus II) ... 243
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Piutang adalah tagihan perusahaan atas penjualan barang atau jasa secara
kredit. Setiap perusahaan memiliki piutang yang merupakan komponen aset
lancar. Biasanya untuk meningkatkan volume penjualan, perusahaan
melakukan kebijakan penjualan secara kredit yang berarti meningkatkan
jumlah piutang. Volume penjualan yang semakin besar akan meningkatkan
keuntungan perusahaan. Namun demikian, semakin besar piutang usaha akibat
dari penjualan kredit dikhawatirkan akan diikuti adanya risiko piutang yang
tidak tertagih. Misalnya, debitur dinyatakan pailit, debitur meninggal dunia,
atau tidak diketahui alamatnya. Piutang usaha yang tidak dapat ditagih tersebut
oleh perusahaan dianggap sebagai kerugian dan harus dihapuskan. Pada
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang keahlian bisnis dan manajemen,
jurusan akuntansi, siswa diharapkan mampu mencatat akuntansi terhadap
piutang tak tertagih secara benar. Kemampuan siswa dalam mencatat akuntansi
terhadap piutang tak tertagih akan memudahkan siswa dalam mempelajari
siklus akuntansi selanjutnya. Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator
pembelajaran harus mampu merancang dan mengimplementasikan
pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Melalui pembelajaran yang inovatif
dan kreatif tersebut diharapkan mampu meningkatkan partisipasi siswa.
Partisipasi siswa yang meningkat secara tidak langsung akan meningkatkan
pembelajaran seperti pembelajaran akuntansi di SMK Sanjaya Pakem Sleman,
Yogyakarta. Pembelajaran akuntansi di SMK Sanjaya Pakem masih
berorientasi pada guru. Berdasarkan hasil observasi peneliti, ditemukan
beberapa masalah yang perlu segera mendapat tindakan agar dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran berlangsung, kegiatan
cenderung berpusat pada guru. Hal tersebut dikarenakan guru melakukan
pembelajaran dengan metode ceramah dan latihan soal secara konvensional
sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah. Siswa hanya duduk
diam dan mendengarkan penjelasan guru tanpa memahami, menyimak,
merespon penjelasan guru dan menanggapi pertanyaan guru dengan baik.
Keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran menjadi sangat
terbatas dan siswa cenderung pasif pada saat proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Metode ceramah bukan berarti tidak baik untuk diterapkan,
namun akan lebih baik apabila bisa dikombinasikan dengan metode
pembelajaran lain yang dapat melibatkan siswa. Padahal, sistem pendidikan di
Indonesia sudah menggunakan kurikulum 2013 yang menuntut siswa menjadi
lebih aktif dalam pembelajaran serta memiliki sikap akhlak yang baik.
Sementara dari sisi hasil belajar menunjukkan rerata hasil belajar adalah 70,9.
Angka tersebut menunjukkan bahwa rerata kelas untuk mata pelajaran
akuntansi belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan oleh sekolah yaitu 75.
Permasalahan tersebut di atas terjadi karena kurang tepatnya metode
mengajar sangat kurang. Oleh sebab itu, guru sebaiknya merancang dan
menerapkan model pembelajaran yang mampu membuat siswa berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran. Sejalan dengan permasalahan tersebut, model
pembelajaran kooperatif adalah salah satu alternatif model pembelajaran yang
bisa digunakan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran secara berkelompok yang di dalamnya terdapat siswa yang
memiliki kemampuan akademik yang berbeda. Siswa dalam kelompok
mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan, dan saling
membelajarkan satu sama lain. Melalui diskusi kelompok dan kerja sama,
siswa akan merasa terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga siswa lebih
berkonsentrasi penuh pada pembelajaran. Partisipasi siswa dalam pembelajaran
akan membuat siswa menaruh perhatian pada materi yang diajarkan sehingga
hasil belajar dapat meningkat dan tujuan pembelajaranpun dapat tercapai.
Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam tipe, salah
satunya yaitu tipe Numbered Head Together (NHT). Melalui pembelajaran tipe
Numbered Head Together, siswa akan diberi kesempatan untuk saling berbagi
gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dalam diskusi
kelompok sehingga partisipasi dan kerja sama siswa dapat meningkat. Dalam
berdiskusi, siswa mempelajari masalah yang terjadi dan menemukan sendiri
pemecahan dari masalah tersebut. Selain itu, NHT juga bisa diterapkan untuk
semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Pada pembelajaran akuntansi, siswa
akan berdiskusi dalam proses pencatatan akuntansi terhadap piutang tak
tertagih. Kegiatan diskusi dalam proses pencatatan akuntansi terhadap piutang
yang tepat. Pembelajaran yang demikian dapat merangsang siswa untuk lebih
berpartisipasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Penerapan model NHT
pada pembelajaran akuntansi akan membuat siswa lebih menguasai materi
yang diajarkan, karena siswa secara aktif terlibat langsung dalam proses belajar
mengajar.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis bermaksud melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Partisipasi dan Prestasi Belajar Siswa SMK Sanjaya Pakem Kelas XI Akuntansi Pada Kompetensi Dasar Pencatatan Akuntansi Terhadap Piutang Tak Tertagih”.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together dan menyelidiki pengaruhnya untuk
meningkatkan partisipasi belajar dan prestasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran khususnya pada kompetensi dasar pencatatan akuntansi terhadap
piutang tak tertagih.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa
pada mata pelajaran akuntansi khususnya pada kompetensi dasar
Numbered Head Together untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran akuntansi khususnya pada kompetensi dasar
pencatatan akuntansi terhadap piutang tak tertagih?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan
partisipasi belajar siswa pada kompetensi dasar pencatatan akuntansi
terhadap piutang tak tertagih.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada kompetensi dasar pencatatan akuntansi terhadap
piutang tak tertagih.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi teoritis
maupun praktis.
1. Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi dan
mengembangkan pengetahuan mengenai model pembelajaran
a) Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada mata
pelajaran akuntansi dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together.
b) Bagi Guru
Sebagai bahan untuk menambah referensi metode mengajar
yang menyenangkan dan bermakna. Selain itu dapat menjadi
bahan acuan dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
akuntansi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together.
c) Bagi Siswa
1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi
dan memecahkan masalah dalam pembelajaran akuntansi.
2) Menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
akuntansi dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together.
3) Penelitian ini dapat meningkatkan partisipasi siswa belajar
siswa selama proses pembelajaran akuntansi dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
dalam pembelajaran akuntansi dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.
d) Bagi Penulis
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan
dan memperluas wawasan mengenai model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together sehingga dapat
digunakan sebagai alat mengembangkan diri menjadi guru yang
8 BAB II
LANDASAN TEORITIK
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan Kelas atau PTK (Clasroom Action
Research). Menurut Kusumah (2009: 9) adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (a)
merencanakan, (b) melaksanakan dan (3) merefleksikan
tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar
siswa dapat meningkat.
Tidak berbeda dengan pendapat di atas, Suharsimi (2006:
2) mendefinisikan PTK diartikan sebagai penelitian yang
dilakukan dikelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membetuk
pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat
diterangkan :
a) Penelitian-merujuk pada suatu kegiatan mencermati suatu
objek dengan menggunakan cara dan atauran metodologi
tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat dalam meningktakan mutu suatu hal yang
b) Tindakan menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
c) Kelas-dalam hala ini tidak terikat pada pengertian ruang
kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifif. Yang
dimaksud dengan pengertian kelas adalah sekelompok
siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama pula.
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional)
pada umumnya. Menurut Kunandar (2008: 58-63) PTK
memiliki beberapa karakteristik, yakni sebagai berikut :
a) On-the job problem oriented
Masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti. Dengan demikian, PTK didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam proses belajar mengajar dikelas. b) Problem solving oriented.
PTK yang dilakukan oleh guru dilakukan sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam PBM di kelasnya melalui suatu tindakan
(treatment) tertentu sebagai upaya menyempurnakan
proses pembelajarn di kelasnya. PTK akan dilaksanakan jika guru sejak awal dan dini menyadari ada permasalahan dalam praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Jika guru merasa bahwa apa yang dilakukannya di kelas dalam PBM tidak bermasalah, PTK tidak diperluka. Dengan kata lain, PTK diperlukan jika guru merasa ada yang tidak beres dalam PBM di kelas dan ia merasa perlu untuk memperbaiki secara profesioanal.
c) Improvement-oriented
secara makro. PTK bertujuan memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran maka semakin baik kualitas proses pembelajaran maka semakin baik pul hasil belajar yang divapai siswa.
d) Ciclic
Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan, yakni perencanaan tindakan, melakukan tindaka pengamatan atau observasi dan analisis atau refleksi. e) Action oriented
Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan
(treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas.
Jadi, tindakan dalam PTK adalah sebagai alat atau cra untuk memprbaiki masalah dalam PBM yang dihadapi guru di kelas. Perbedaan yang menonjol antara PTK dengan penelitian-penelitian lainnya adalah harus ada perbaikan tindakan yang dirancang untuk mengatasi masalah yang dihadapi, bukan untuk mengembangkan atau menguji sebuah teori dan juga tidak dimaksudkan untuk mencari solusi yang berlaku umum di setiap situasi dan kondisi. Jadi, tidak perlu ada generalisasi hasil PTK. Di samping adanya tindakan, dalam PTK tindakan yang dilakukan tadi harus ditelaah, kelebihan dan kekuranannya, pelaksanaannya, kesesuaiannya dengan tujuan semula, penyimpangan yang terjadi selama pelaksanaan. Telaah terhadap tindakan ini dilakukan pada saat pengamatan.
f) Pengkajian terhadap dampak tindakan.
Dampak tindakan yang dilakukan harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberikan dampak positif lain yang tidak diduga sebelumnya, atau bahkan menimbulkan dampak negatif yang merugikan peserta didik.
g) Specifics cintextual
objektivitas. Tujuan PTK bukan menemukan pengetahuan baru yang dapat digeneralisasikan, tetapi bersifat pragmatis dan praktis, yakni memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM di kelas. Solusi terhadap masalah-masalah yang digarap didalam suatu kegiatan PTK tidak untuk digeneralisasi secara langsung. Jadi, setiap masalah yang muncul harus segera dicarikan solusinya untuk saat itu dan kondisi dan konteks saat itu pula. Tidak harus menunggu suatu cara penyelesaian yang dapat berlaku umum di setiap situasi, kondisi, dan konteks. Namun demikian, tidak berarti bahwa PTK tidak dapat menemukan solusi yang bersifat general. Dari kegiatan PTK yan berkesinambungan dan terorganisasi dengan baik, pola situasi umum untuk beberapa masalah akan muncul sehingga generalisasi hasil suatu kegiatan PTK mungkin juga dicapai tetapi setelah melalui beberapa kegiatan PTK.
h) Partisipatory (collaborative)
PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat. Jadi, dalam PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini diperlukan untuk mendudkung objektivitas dari hasil PTK. Kolaborasi dalam pelaksanaannya seperti antara guru dengan rekan sejawat, guru dengan kepala sekolah, guru dengan widyaiswara, guru dengan dosen dan guru dengan pengawas.
i) Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi. Dalam refleksi ini banyak hal yang harus dilakukan, yaitu mulai dari mengevaluasi tindakan smpai dengan memutuskan apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan lain dalam siklus berikutnya. Refleksi adalah merenungkan apa yang sudah kita kerjakan baik dalam kelas maupun di luar kelas.
j) Dilaksanakan dalam rangkaian langakah dengan beberapa siklus di mana dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflektion) dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus.
3. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Kusumah (2009 : 17 ), mengemukakan prinsip dalam PTK adalah sebagai berikut :
a) Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar b) Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang
c) Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan cukup meyakinkan.
d) Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran dikelas yang cukup merisaukan guru dan guru memilki komitmen untuk mencari solusinya,
e) Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaanya dan memindahkan tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.
f) Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerjasama antara guru dan dosen)
4. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Arifin (2011: 100), Tujuan PTK adalah (a)
memperbaiki dan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan
hasil pendidikan dan peembelajaran di sekolah, (b) membantu
guru dan tenaga kependidikan lainnya dengan mengatasi
masalah pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas, (c)
meningkatkan kemampuan dan layanan profesional guru dan
tenaga kependidikan, (d) mengembangkan bidaya akademik di
ligkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif untuk
melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara
berkelanjutan (sustainable), (e) meningkatkan dan mengembangkan keterampilan guru dan tenaga kependidikan
khususnya di sekolah dalam melakukan PTK, dan (f)
meningkatkan kerjasama profesional di antara guru dan tenaga
kependidikan di sekolah.
5. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Manfaat PTK sangat besar bagi dunia pendidikan.
Menurut Santyana (2007: 100), “PTK dapat memberikan
manfaat sebagai inovasi pendidikan yang tumbuh dari bawah,
karena guru adalah ujung tombak pelaksana lapangan. “PTK
dapat merangsang para praktisi menjadi lebih mandiri yag
ditopang oleh rasa percaya diri, sehingga secara keilmuan
menjadi lebih berani mengambil prakarsa yang patut diduganya
dapat memberikan manfaat perbaikan. Rasa percaya diri tersebut
tumbuh sebagai akibat guru semakin banyak mengembangkan
sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman praktis.
Pelaksanaan PTK secara kontinu dapat membentuk sikap
profesioanal (guru, kepala sekolah, pengawas), sehingga mereka
tidak akan cepat berpuas diri lalu diam di zona nyaman,
melainkan selalu memiliki komitmen untuk meraih hasil yang
lebih baik. Sikap profesional ini muncul dari rasa kepedulian
untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam
kesehariannya.
Manfaat lainnya, bahwa hasil PTK dapat dijadikan sumber
masukan dalam rangka melakukan pengembangan kurikulum
tidak bersifat netral, melainkan dipengaruhi oleh
gagasan-gagasan yang saling terkait mengenai hakikat pendidikan,
pengetahuan, dan pembelajaran yang dihayati guru di lapangan.
PTK dapat membantu guru untuk lebih memahami hakikat
pendidikan dan pembelajaran secarak empirik.
Menurut Wijaya (2009 :14), manfaat Penelitian Tindakan Kelas antara lain:
a) Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran. b) Meningkatkan profesiaonalitas guru.
d) Memungkinkan guru mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
e) Menumbuhkan kebiasaan menulis dan kebiasaan meneliti f) Melatih pemikiran ilmiah.
6. Fungsi Penelitian Tindakan Kelas
Secara umum fungsi penelitian tindakan menurut Arifin
(2011: 101) , adalah sebagai alat untuk memperbaiki mutu dan
efisiensi praktik pembelajaran di kelas. Secara khusus, Cohen
dan Manion memerinci fungsi penelitian tidakan menjadi lima
kategori, yaitu (a) sebagai alat untuk memecahkan masalah
melalui diagnosis dalam situasi tertentu, (b) sebagai alat
penelitian dalam jabatan dan membekali guru dengan
keterampilan, metode dan teknik mengajar yang baru,
mempertajam kemampuan analisisnya, dan menyadari kelebihan
dan kekurangan pada dirinya, (c) sebagai alat untuk
mengenalkan pendekatan baru atau inovatif dalam
pembelajaran, (d) sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi
antara guru di lapangan dengan peneliti akademis, dan
memperbaiki kegagalan penelitian tradisional, dan (e) sebagai
alternatif yang lebih baik untuk mengantisipasi pendekatan yang
lebih subjektif, impresionistik dalam memecahkan masalah di
7. Tahap Penelitian Tidakan Kelas
Secara garis besar penelitian tindakan kelas memiliki
beberapa alur atau tahap yaitu, menyusun rencana tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto,
2008:17-20) adalah sebagai berikut :
a. Planning
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan berpasangan anatar pihak yang melakukan tindakan dan pihak yanag melakukan pengamatan proses jalannnya tindakan.
b. Acting
Tahap ke-2 dari penelitian tindaka kelas adalah pelaksanaan rencana yang telah dirancang. Hal yang perlu diingat adalah guru harus menaati apa yang telah direncanakan, berlaku wajar, dan tidak boleh dibuat-buat. c. Observing
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
d. Reflecting
Berikut ini merupakan gambaran mengenai tahap-tahap
penelitian tindakan kelas (Arikunto, 2008: 17-20):
Gambar 2.1
Tahapan Penelitian Tindakan Kelas
SIKLUS I
SIKLUS II
Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan
Observasi
Refleksi
Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan
Observasi
B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan
bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan
pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu
pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik
pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut
Solihatin (2007:4), kooperative learning mengandung pengertian
sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang
teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih
dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok.Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan
rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari
ras, budaya suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan
jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja
sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan
struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan
struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif
berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur
penghargaan model pembelajaran yang lain.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Johmson & johnson (1994 dalam Trianto, 2009:57)
menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif dalah
memaksimalkan belaar siswa untuk peningkatan prestasi
akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara
kelompok.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Louisell &
Descamps (1992 dalam Trianto, 2009:57) bahwasanya karena
siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat
memperbaiki hubungan diantara para siswa dari berbagai latar
belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan
keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.
3. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
a) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. b) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa
c) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
d) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. e) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan
dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan menurutnya, ciri-ciri model pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut :
a) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
c) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan
komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi
kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan
pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan
kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai
kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain
4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Menurut Trianto (2009:66) terdapat 6(enam) langkah
dalam model pembelajaran kooperatif.
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai
pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
b. Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
d. Membimbing kelompok belajar dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas mereka.
e. Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
f. Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together 1. Pengertian dan Tujuan Numbered Head Together
Numbered Head Together adalah suatu pendekatan yang
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
memastikan pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut
sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa
(Ibrahim, 2000:28).
Pada prinsipnya, metode NHT merupakan upaya
pemecahan masalah khususnya yang bertalian dengan
kehidupan sosial melalui diskusi kelompok. Keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran dengan NHT memberikan manfaat
bagi siswa untuk terlibat langung dalam proses pembelajaran,
bekerja sama dan menjalin komunikasi dengan sesama teman
untuk dapat memecahkan masalah dan membangun
pengetahuan.
2. Tahapan-tahapan dalam Numbered Head Together
Tahapan-tahapan dalam numbered head together menurut
miftahul (2013: 203-204) adalah sebagai berikut.
a) Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok.
b) Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor. c) Guru memberi tugas/ pertanyaan pada masing-masing
kelompok untuk mengerjakannya.
d) Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. e) Guru memanggil salah satu nomor secara acak.
f) Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka.
Tahapan-tahapan dalam metode numbered head together
harus sangat diperhatikan agar kegiatan pembelajaran dapat
efisien. Persiapan guru dan siswa sebelum kegiatan dilakukan
benar-benar harus dipersiapkan terlebih dahulu untuk
menghindari kesalahan yang berakibat buruk. Dengan
melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan metode
numbered head together sesuai dengan tahapan-tahapan maka
diharapkan partisipasi dan prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan.
3. Keuntungan dan Kelemahan Numbered Head Together NHT bila diterapkan pada kegiatan pembelajaran,
memiliki keuntungan dan kelemahan. Dalam penerapannya
diperlukan persiapan yang matang dari pihak guru agar
kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Suasana kelas lebih menyenangkan sehingga dapat
membangkitkan partisipasi siswa dalam belajar.
Keuntungan penggunaan metode NHT di dalam kelas
menurut Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah:
a) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.
b) Memperbaiki kehadiran
c) Penerimaan individu menjadi lebih besar
d) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e) Konflik antara pribadi berkurang
f) Pemahaman yang lebih mendalam
h) Hasil belajar lebih tinggi.
i) Nilai-nilai kerja sama antar siswa lebih teruji.
j) Kreatifitas siswa termotivasi dan wawasan siswa
berkembang, karena mereka harus mencari informasi dari
berbagai sumber.
Selain memiliki kelebihan penerapan metode numbered
head together dalam pembelajaran juga memiliki kelemahan.
Adapun Kekurangan metode numbered heads together adalah,
Setiap model dan metode yang kita pilih, tentu memiliki
kekurangan dan kelebihan sendiri-sendiri. Salah satu
kekurangan dari metode ini ialah kelas cenderung jadi ramai,
dan jika guru tidak dapat mengkondisikan dengan baik,
keramaian itu dapat menjadi tidak terkendali. Apalagi jika yang
kita hadapi siswa setingkat SMP. Sehingga mengganggu proses
belajar mengajar, tidak hanya di kelas sendiri, tetapi bisa juga
mengganggu ke kelas lain. Terutama untuk kelas-kelas dengan
jumlah murid yang lebih dari 35 orang.Tidak semua nomor
dipanggil oleh guru.danBagi siswa yang tidak terpanggil akan
4. Cara mengatasi Kelemahan Metode Numbered Head
Together
Setiap model memiliki spesifikasi masing-masing.
Suatu model pembelajaran tertentu efektif jika digunakan
untuk mengajarkan metode tertentu, bukan berarti model
itu efektif untuk menyampaikan topik yang lain, oleh
karena itu metode ini janganlah terlalu sering digunakan
pada kapasitas / jumlah peserta didik yang sangat banyak
D. Partisipasi Belajar
1. Pengertian Partisipasi dalam Belajar
Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas
merupakan aktivitas mentrasnformasikan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan. Pengajar diharapkan mengembangkan
kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki
oleh siswa secara penuh. Pembelajaran yang dilakukan lebih
berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam
proses pembelajaran, dan mengembangkan cara-cara belajar
mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian
proses pemeblajaran itu sendiri, maka disini pengalaman siswa
lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan.
Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi
menjadi kearifan, dan kearifan menjadi keaktivan (Dave Meier,
2002 : 75)
Menurut ahli psikologi (Hamalik, 2003:171) bahwa setiap
manusia memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan
jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan
untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan, termasuk
perbuatan belajar dan bekerja, dimaksudkan untuk memuaskan
kebutuhan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Mulyasa (2009:241) “Partisipasi siswa dalam
pembelajaran sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran”.
2. Faktor-faktor yang Mendorong Partispasi
Menurut Malone (Yuditya, 2010:29) agar peserta didik
terdorong untuk berpartisipasi aktif dan efisien dalam belajar
diperluakan beberapa faktor yaitu :
a) Harus memilikinya motivasi, alasaan dan tujuan belajar yang jelas dan dibantu oleh guru mereka.
b) Harus ada tujuan pembelajaran yang jelas, peserta didik akan belajar secara efektif karena mereka memilki gambaran umum tentang topik yang dipelajari.
c) Tujuan pembelajaran yang jelas beserta jadwal pencapaian juga dapat berfungsi sebagai sebuah rencana yang harus dilaksanakan oleh peserta didik.
d) Peserta didik memerlukan umpan balik selama proses pembelajaran untuk menegtahui perekembangan keberhasilan yang telah dicapai.
e) Apa yang dipelajarinya harus memilki relevansi dengan kebutuhan mereka.
Partisipasi siswa dalam pembelajarn sangat penting untuk
terciptanya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajarn yang
sudah direncanakan bisa dicapai semaksiaml mungkin.
3. Unsur-Unsur Partisipasi Belajar
Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa
dalam partisipasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
a) Kesenangan. Keterlibatan mental merupakan salah satu
aspek dalam partisipasi. Keterlibatan mental dapat
ditempatkan dari siswa berupa rasa senang dalam
melaksanakan kegiatan.
b) Keaktifan. Keterlibatan siswa diperlukan dalam segala
kegiatan yanag dilaksanakan. Sehingga anak harus aktif
dalam prose belajar mengajar.
c) Motivasi. Kemauan siswa untuk merespon dan berkreasi
dalam kegaiatn yang dilaksnakan dalam proses belajar
mengajar.
d) Tanggung jawab. Tanggung ajawab adalah aspek dalam
partisipasi. Siswa bertanggungjawab dalam usaha untuk
mencapai tujuan pemebelajaran.
Gagne dan Briggs (1979) menjelaskan rangkaian kegiatan
untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa.
Masing-masing diantaranya:
a) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa.
c) Mengingtkan kompetensi prasyarat
d) Memebrikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan dipelajari.
e) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarainya f) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
g) Memberikan umpan balik (feed back)
h) Melakukan tagihan-tagihan terhadap terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terstruktur
i) Menyimpulkan setiapp materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.
Beragam aktivitas dan partisipasi dalam proses pembelajaran
pembelajaran yang dapat dilakukan, akan tetapi disini akan
dibatasi berdasarkan klasifikasi menurut para ahli. Beberapa
diantaranya ialah menurut Paul D. Dierich yang membagi
kegiatan belajar dalam delapan kelompok, masing-masing
adalah:
a) Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati,
eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang
b) Kegiatan-kegiatan lisan
Menggunakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan
suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi
saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan
instrupsi.
c) Kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan
percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu
permainan, mendengarkan radio.
d) Kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan,
bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes
dan mengisikan angket.
e) Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan
pola.
f) Kegiatan Metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan
pameran, menari dan berkebun.
g) Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah,
menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan,
h) Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam
semua jenis kegiatan overlap satu sama lain.
Jadi dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental
dan emosi serta fisik peserta dalam memberikan respon terhadap
kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar serta
mendukung pencapaian tujuan yang bertanggungjawab atas
keterlibatannya.
E. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Muhibbin Syah “prestasi adalah tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam sebuah program (2010: 141)”. Menurut Tirtonegoro
(2001: 43), prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil
yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.
Suryabrata mengemukakan bahwa “prestasi belajar adalah nilai
yang merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh
guru mengenai kemajuan/prestasi belajar selama masa tertentu
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 138) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu:
a) Faktor internal
1) Faktor jasmaniah (fisiologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh).
2) Faktor psikologi, terdiri atas : a) Faktor intelektif
(1) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat.
(2) Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah dimiliki.
b) Faktor non-intelektif yaitu unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan lain-lain. c) Faktor kematangan fisik maupun psikis. b) Faktor eksternal
1) Faktor sosial yang terdiri atas : a) Lingkungan keluarga
b) Lingkungan sekolah/kampus c) Lingkungan masyarakat d) Lingkungan kelompok
2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
F. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran menurut Sudjana dalam Sugihartono (2007: 80)
merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik
yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan Tohirin (2006: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran ialah
upaya membelajarkan atau upaya mengarahkan aktivitas siswa ke arah
Biggs dalam Sugihartono (2007: 8) telah membagi konsep
pembelajaran dalam tiga pengertian.
1) Pembelajaran dalam pengertian kuantitatif
Pembelajaran berarti penularan pengetahuan dari guru kepada
murid. Guru harus mempunyai pengetahuan yang luas sehingga
pengetahuan yang dimiliki guru dapat disampaikan kepada
murid.
2) Pembelajaran dalam pengertian institusional
Pembelajaran berarti penataan segala kemampuan mengajar
sehingga dapat berjalan secara efisien. Guru harus siap
mengadaptasikan berbagai teknik mengajar karena adanya siswa
yang memiliki perbedaan individual antara satu dengan yang
lainnya.
3) Pembelajaran dalam pengertian kualitatif
Pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan
belajar siswa. Guru sebagai pendidik tidak hanya memberikan
pengetahuan yang dimilikinya tetapi juga dapat melibatkan
siswa dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien.
Sedangkan menurut Depdiknas (2003:5-6) mendefinisikan sebagai
berikut: