• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa SMK Sanjaya Pakem kelas XI akuntansi pada kompetensi dasar pencatatan akuntansi terhadap piutang tak tertagih.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa SMK Sanjaya Pakem kelas XI akuntansi pada kompetensi dasar pencatatan akuntansi terhadap piutang tak tertagih."

Copied!
272
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA SMK SANJAYA PAKEM KELAS XI AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR PENCATATAN AKUNTANSI

TERHADAP PIUTANG TAK TERTAGIH

Septi Ane Tanjung Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi belajar dan prestasi belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered

head together (NHT) pada kompetensi dasar pencatatan akuntansi terhadap

piutang tak tertagih.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas XI akuntansi SMK Sanjaya Pakem. Komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembagian kelompok, kerja kelompok, laporan hasil kerja kelompok, tanggapan dari kelompok lain, dan kesimpulan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, tes, kuesioner dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskripstif dan analisis komparatif.

(2)

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LESSON METHOD

NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TYPE TO INCREASE STUDENT’S PARTICIPATION AND ACHIEVEMENT FOR THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF THE ACCOUNTING DEPARMENT SMK SANJAYA PAKEM ON THE BASIC COMPETENCE OF ACCOUNTING NOTES FOR UNCLAIMED DEBT

Septi Ane Tanjung Sanata Dharma University

2015

The aims of the study are to increasestudent’s participation and student’s achievement after the applying cooperative lesson method type Numbered Head Together (NHT) on the basic of competence of accounting notes for unclaimed debt.

This research is a classroom action research. The participants of this research were students of the Eleventh Grade Students of SMK Sanjaya Pakem. The main components of the cooperative learning NHT type were group division, team work, report of team work’s result , responses from the other groups, and conclusion. This research was done in two cycles. Each cycles consisted of four stages, they were planning, action, observation, evaluation and reflection. The data collectionswere done by observing, interview test, qustionnaire, and documentation methods. The data which were obtained were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

It can be concluded that: (1) the application of the cooperative lesson method type

Numbered Head Together (NHT) can increase student’s participation in remitted debt

material (the average of student’s participation in pre-research is 40,21 with the percentage of

21,1%; the average of student’s participation in the first cycles is 46,37 and 14 students have achieved the target with the percentage increase of 73,7%; the average of student’s participation in the second cycles is 49,58 and 19 students achieved the target with the percentage increase of 100%). (2) the application of cooperative lesson method type

Numbered Head Together (NHT) can increase student’s achievement in remitted debt

material (the average of student’s achievement in pre-research is 72,9 whit the percentage of 47,37%; the average of student’s achievement in the first cycles is 79,47 and only sixteen students succeeded in making target with the percentage increase of 84,21%; the average of

student’s achievement in the second cycles is 92,68 and 19 students achieved the target with

(3)

PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK SANJAYA PAKEM KELAS XI AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR PENCATATAN AKUNTANSI TERHADAP PIUTANG TAK TERTAGIH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Septi Ane Tanjung NIM : 101334079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK SANJAYA

PAKEM KELAS XI AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR

PENCATATAN AKUNTANSI TERHADAP PIUTANG TAK TERTAGIH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Septi Ane Tanjung NIM : 101334079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

ii SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN

PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK SANJAYA PAKEM KELAS XI AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR PENCATATAN AKUNTANSI TERHADAP PIUTANG TAK TERTAGIH

Oleh:

Septi Ane Tanjung

NIM: 10 1334 079

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

(6)
(7)

iv

Dengan penuh rasa syukur dan terimakasih ku persembahkan skripsiku ini kepada Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Baik yang selalu setia mendampingi setiap langkah perjalanan hidupku dan berkat rahmat-Nya saya dapat menempuh studi hingga jenjang perguruan tinggi ini.

Untuk mereka yang selalu mendukung, mendoakan, mencintai dan menyayangi serta menjadi inspirasi di hidupku:

 Ayahku tercinta Tejo Prasetya, S.T  Ibuku tercinta Ny. Suprapti

 kakakku tercinta Endah Nilasari, S.Si  Adikku tercinta Tri Utari

 Semangatku tercinta Egi Yudha Nugraha  serta saudara-saudaraku

 Semua sahabatku, teman-teman, dan para dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi

 Almamaterku Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang

Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(8)

v

MOTTO

Sesali masa lalumu karena ada kekecewaan dan

kesalahan-kesalahan, tetapi jadikanlah penyesalan

itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak

terjadi kesalahan lagi (anonim).

Segala sesuatu yang indah belum tentu baik,

namun segala sesuatu yang baik sudah pasti indah

(anonim).

Tidak Ada Keberhasilan Tanpa Kerja Keras

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 Mei 2015

Penulis

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Septi Ane Tanjung

Nomor Mahasiswa : 10 1334 079

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN

PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK SANJAYA PAKEM KELAS XI AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR PENCATATAN AKUNTANSI TERHADAP PIUTANG TAK TERTAGIH. Dengan demikian

saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 29 Mei 2015

Yang menyatakan

Septi Ane Tanjung

(11)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA SMK SANJAYA PAKEM KELAS XI AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR PENCATATAN AKUNTANSI

TERHADAP PIUTANG TAK TERTAGIH

Septi Ane Tanjung Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi belajar dan prestasi belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered

head together (NHT) pada kompetensi dasar pencatatan akuntansi terhadap

piutang tak tertagih.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas XI akuntansi SMK Sanjaya Pakem. Komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembagian kelompok, kerja kelompok, laporan hasil kerja kelompok, tanggapan dari kelompok lain, dan kesimpulan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, tes, kuesioner dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskripstif dan analisis komparatif.

(12)

ix

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LESSON METHOD

NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TYPETO INCREASE STUDENT’S PARTICIPATION AND ACHIEVEMENT FOR THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF THE ACCOUNTING DEPARMENT SMK SANJAYA PAKEM ON THE BASICCOMPETENCE OF ACCOUNTING NOTES FOR UNCLAIMED DEBT

Septi Ane Tanjung Sanata Dharma University

2015

The aims of the study are to increasestudent’s participation and student’s achievement after the applying cooperative lesson method type Numbered Head Together (NHT) on the basic of competence of accounting notes for unclaimed debt.

This research is a classroom action research. The participants of this research were students of the Eleventh Grade Students of SMK Sanjaya Pakem. The main components of the cooperative learning NHT type were group division, team work, report of team work’s result , responses from the other groups, and conclusion. This research was done in two cycles. Each cycles consisted of four stages, they were planning, action, observation, evaluation and reflection. The data collectionswere done by observing, interview test, qustionnaire, and documentation methods. The data which were obtained were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

karunia dan kesempatan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan lancar. Skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Partisipasi Dan

Prestasi Belajar Siswa SMK Sanjaya Pakem Kelas XI Akuntansi Pada Kompetensi

Dasar Pencatatan Akuntansi Terhadap Piutang Tak Tertagih.” Skripsi ini disusun

untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam pembuatan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan

dukungan baik secara moril, materiil, bimbingan maupun kerja sama, untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata

(14)

xi

4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan saran, bimbingan, arahan dalam penyusunan skripsi ini,

serta dukungan baik secara moril yang diberikan kepada penulis.

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus

Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan ilmunya selama penulis

menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

6. Ibu Triswinarti, S.Pd. selaku Guru Akuntansi SMK Sanjaya Pakem sekaligus

guru mitra dalam penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk membantu

penulis dalam pelaksanaan penelitian, pengumpulan data dan memberikan saran

serta arahannya.

7. Segenap siswa SMK Sanjaya Pakem terkhusus kelas XI Akuntansi yang telah

bersedia bekerja sama dengan baik membantu penulis selama melaksanakan

kegiatan penelitian.

8. Mbak Aris selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang

Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang selama ini telah membantu

melayani administrasi.

9. Kedua orang tua saya Bapak Tejo Prasetya, S.T dan Ibu Suprapti yang

senantiasa memberikan dukungan dan doanya tanpa pernah terhenti.

10. Kakakku Endah Nilasari, S.Si dan Adikku Tri Utari yang selalu memberikan

dukungan dalam menempuh pendidikan.

11. Semangatku Egi Yudha Nugraha yang selalu mendampingi, memberikan doa,

(15)

xii

12. Sahabat-sahabatku yang terkasih Sih Suparmi, Novianna Purwaningsih, Anita,

Nurlaela Dwi Pawestri, Nurul Isnaeni, Agatha Carolina Ngo, Albina Igit, Yulida,

Riani, Nataliya terima kasih atas segala dukungan dan doa yang diberikan.

13. Sahabat seperjuanganku selama mengerjakan skripsi hingga begadang sampai

pagi hari Penny Handayani perjuangan kita tidak sia-sia.

14. Lala, Agatha, Duwi, Lia, Arga terima kasih sudah membantu selama penelitian.

15. Seluruh teman-teman Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian

Khusus Pendidikan Akuntansi kelas B yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu, terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.

16. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas

semua bantuan yang diberikan melalui doa, semangat, kritik, saran dan

dukungannya.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini terdapat banyak kekurangan dan jauh

dari sempurna. Penulis berharap penelitian ini dapat bemanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 13 Mei 2015

Penulis

(16)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Makalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

(17)

xiv

BAB II LANDASAN TEORITIK

A. Penelitian Tindakan Kelas... 8

1. Pengertian PTK ... 8

2. Karakteristik PTK ... 9

3. Prinsip PTK ... 11

4. Tujuan PTK ... 12

5. Manfaat PTK ... 13

6. Fungsi PTK ... 14

7. Tahap PTK ... 15

B. Pembelajaran Kooperatif ... 17

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 17

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 18

3. Prinsip dan Ciri Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 19

C. Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together ... 20

1. Pengertian dan Tujuan Numbered Head Together ... 20

2. Tahap-tahap Numbered Head Together ... 21

3. Keuntungan dan Kelemahan Numbered Head Together ... 22

4. Cara Mengatasi Kelemahan Numbered Head Together ... 24

D. Partisipasi Belajar... 24

1. Pengertian Partisipasi dalam Belajar ... 24

2. Faktor-Faktor yang Mendorong Partisipasi ... 25

(18)

xv

E. Prestasi Belajar ... 29

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 29

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 30

F. Pengertian Pembelajaran ... 30

G. Penghapusan Piutang ... 32

1. Pengertian Penghapusan Piutang ... 32

2. Metode Penghapusan Piutang ... 33

H. Penelitian Yang Relevan ... 34

I. Kerangka Berpikir ... 34

J. Pertanyaan Peneliti ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

1. Tempat Penelitian... 39

2. Waktu Peelitian ... 39

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

1. Subjek Penelitian ... 39

2. Objek Penelitian ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Observasi ... 40

2. Kuesioner ... 40

3. Wawancara ... 41

(19)

xvi

5. Tes Evaluasi ... 41

E. Prosedur Penelitian... 42

1. Kegiatan Pra Penelitian ... 42

2. Pelaksanaan Siklus Pertama ... 44

3. Pelaksanaan Siklus Kedua... 48

F. Instrumen Penelitian... 49

1. Kegiatan Pra Penelitian ... 49

2. Kegiatan Pelaksanaan Tindakan Penelitian... 49

G. Definisi Operasional Variabel dan Indikator ... 51

1. Partisipasi Belajar Siswa ... 51

2. Prestasi Belajar Siswa ... 53

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 55

I. Teknik Analisis Data ... 56

1. Analisis Deskriptif ... 56

2. Analisis Komparatif ... 60

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 62

A.Visi, Misi dan Tujuan SMK Sanjaya Pakem ... 62

1. Visi SMK Sanjaya ... 62

2. Misi SMK Sanjaya ... 62

3. Tujuan Satuan Pendidikan SMK Sanjaya ... 63

B. Sistem Pendidikan SMK Sanjaya ... 64

1. Pengertian Pendidikan Sistem Ganda (PSG) ... 64

(20)

xvii

3. Isi PSG... 66

4. Langkah-Langkah Menyusun Program Pendidikan yang Mengacu Pada Tamatan ... 66

C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMK Sanjaya ... 68

D. Siswa SMK Sanjaya Pakem ... 70

E.Proses Belajar Mengajar ... 71

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 73

1. Kegiatan Pra Penelitian ... 73

2. Siklus Pertama ... 89

3. Siklus Kedua ... 115

B. Analisis Komparasi Partisipasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 131

1. Analisis Komparasi Partisipasi Belajar Siswa ... 131

2. Analisis Komparasi Prestasi Belajar Siswa ... 133

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 134

1. Peningkatan Partisipasi Siswa Sesudah Penerapan NHT ... 134

2. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Sesudah Penerapan NHT ... 136

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 138

B. Keterbatasan Penelitian ... 139

(21)

xviii

DAFTAR PUSTAKA ... 141

(22)

xx

(23)

xv

Tabel 3.1 Kisi-kisi Partisipasi Belajar ... 52

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Evaluasi ... 54

Tabel 3.3 Kategori Partisipasi Berdasarkan PAP Tipe II ... 59

Tabel 3.4 Kategori Prestasi Berdasarkan PAP Tipe II ... 60

Tabel 3.5 Format Komparasi Partisipasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah

Penerapan NHT ... 60

Tabel 3.7 Format Komparasi Partisipasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah

Penerapan NHT ... 61

Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014 ... 71

Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Guru Mitra Sebelum Penerapan NHT ... 74

Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Partisipasi Belajar Siswa Sebelum

Penerapan NHT ... 80

Tabel 5.3 Hasil Observasi Terhadap Kondisi Kelas ... 83

Tabel 5.4 Skor Kuesioner Partisipasi Belajar Siswa Sebelum

Penerapan NHT ... 85

Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Kuesioner Partisipasi Sebelum

Penerapan NHT Berdasarkan PAP Tipe II ... 85

Tabel 5.6 Nilai Ulangan pada Materi Konfirmasi Saldo Piutang ... 90

Tabel 5.7 Skor Hasil Belajar Siswa (Siklus I) ... 98

Tabel 5.8 Skor Kuesioner Partisipasi Belajar (Siklus I) ... 100

Tabel 5.9 Hasil Perhitngan Kuesioner Partisipasi Belajar Berdasar

PAP Tipe II (Siklus I) ... 100

(24)

xvi

Tabel 5.12 Hasil Observasi Terhadap Siswa Saat Penerapan

NHT (Siklus I) ... 108

Tabel 5.13 Refleksi Guru (Siklus I) ... 112

Tabel 5.14 Skor Kuesioner Partisipasi Belajar (Siklus II) ... 119

Tabel 5.15 Hasil Perhitungan Kuesioner Partisipasi Belajar Berdasar

PAP Tipe II (Siklus II) ... 120

Tabel 5.16 Refleksi Siswa (Siklus II) ... 120

Tabel 5.17 Skor Tes Evaluasi Siswa (Siklus II) ... 122

Tabel 5.18 Hasil Observasi Kegiatan Guru Mitra (Siklus II) ... 123

Tabel 5.19 Hasil Observasi Kegiatan Siswa (Siklus II ... 126

Tabel 5.20 Refleksi Guru (Siklus II) ... 130

Tabel 5.21 Perbandingan Hasil Kuesioner Partisipasi Belajar Siswa Sebelum

dan Sesudah Penerapan NHT Berdasar PAP Tipe II ... 131

Tabel 5.22 Perbandingan Hasil Prestasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah

(25)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi Terhadap Guru Mitra ... 143

Lampiran 2 Lembar Observasi Partisipasi Terhadap Siswa Dalam Proses

Pembelajaran ... 146

Lampiran 3 Lembar Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 147

Lampiran 4 Lembar Kuesioner Partisipasi Belajar Siswa ... 148

Lampiran 5 Pedoman Wawancara Pada Guru Sebelum Tindakan ... 150

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Siswa Sebelum Tindakan ... 151

Lampiran 7 Pedoman Wawancara Pada Guru Setelah Penerapan NHT ... 152

Lampiran 8 Pedoman Wawancara Siswa Setelah Penerapan NHT ... 153

Lampiran 9 Lembar Refleksi Guru ... 154

Lampiran 10 Instrumen Refleksi Siswa ... 155

Lampiran 11 Hasil Observasi Terhadap Guru Mitra Sebelum Penerapan

NHT ... 156

Lampiran 12 Hasil Observasi Partisipasi Siswa dalam Aktivitas Kelompok

dan Kelas Sebelum Penerapan ... 159

Lampiran 13 Skor Kuesioner Partisipasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan

NHT ... 161

Lampiran 14 Hasil Kuesioner Partisipasi Belajar Siswa Sebelum

Penerapan NHT ... 162

Lampiran 15 Hasil Observasi Terhadap Kondisi Fisik Kelas ... 166

Lampiran 16 Hasil Wawancara Guru Mitra Sebelum Tindakan ... 167

(26)

xxii

Lampiran 18 Hasil Pembagaian Kelompok ... 169

Lampiran 19 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Pertemuan

Pertama) ... 170

Lampiran 20 Hasil Contoh Papan Nama Kelompok ... 175

Lampiran 21 Contoh Nomor Berbentuk Topi ... 176

Lampiran 22 Handout ... 177

Lampiran 23 Soal Kerja Kelompok (Siklus I) ... 181

Lampiran 24 Lembar Skor Kelompok ... 186

Lampiran 25 Hasil Skor Kelompok (Siklus I) ... 187

Lampiran 26 Soal Tes Evaluasi ... 188

Lampiran 27 Hasil Observasi Terhadap Guru Mitra Saat Penerapan NHT

Siklus I ... 193

Lampiran 28 Hasil Observasi Partisipasi Siswa dalam Aktivitas Kelompok dan

Kelas Saat Penerapan NHT (Siklus I) ... 196

Lampiran 29 Skor Kuesioner Partisipasi Belajar Sesudah Penerpan NHT

(Siklus I) ... 198

Lampiran 30 Hasil Kuesioner Partisipasi Belajar Siswa Sesudah Penerpan

NHT (Siklus I) ... 199

Lampiran 31 Hasil Refleksi Guru (Siklus I) ... 203

Lampiran 32 Hasil Refleksi Siswa (Siklus I) ... 204

Lampiran 33 Skor Hasil Belajar (Siklus I) ... 206

Lampiran 34 Hasil Tes Evaluasi (Siklus I) ... 207

(27)

xxiii

Lampiran 36 Soal Kerja Kelompok (Siklus II) ... 214

Lampiran 37 Lembar Skor Kelompok (Siklus II) ... 219

Lampiran 38 Soal Evaluasi (Siklus II) ... 220

Lampiran 39 Hasil Observasi Terhadap Guru Mitra (Siklus II) ... 226

Lampiran 40 Hasil Observasi Partsisipasi Siswa dalam Aktivitas

Kelompok dan Kelas (Siklus II) ... 229

Lampiran 41 Skor Kuesioner Partisipasi Belajar (Siklus II) ... 231

Lampiran 42 Kuesioner Partisipasi Belajar (Siklus II) ... 232

Lampiran 43 Hasil Refleksi Guru (Siklus II) ... 236

Lampiran 44 Hasil Refleksi Siswa (Siklus II) ... 237

Lampiran 45 Hasil Wawancara Guru Mitra Setelah Tindakan ... 239

Lampiran 46 Hasil Wawancara Siswa Setelah Tindakan ... 241

Lampiran 47 Skor Tes Evaluasi Siswa (Siklus II) ... 242

Lampiran 48 Hasil Tes Evaluasi Siswa (Siklus II) ... 243

(28)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Piutang adalah tagihan perusahaan atas penjualan barang atau jasa secara

kredit. Setiap perusahaan memiliki piutang yang merupakan komponen aset

lancar. Biasanya untuk meningkatkan volume penjualan, perusahaan

melakukan kebijakan penjualan secara kredit yang berarti meningkatkan

jumlah piutang. Volume penjualan yang semakin besar akan meningkatkan

keuntungan perusahaan. Namun demikian, semakin besar piutang usaha akibat

dari penjualan kredit dikhawatirkan akan diikuti adanya risiko piutang yang

tidak tertagih. Misalnya, debitur dinyatakan pailit, debitur meninggal dunia,

atau tidak diketahui alamatnya. Piutang usaha yang tidak dapat ditagih tersebut

oleh perusahaan dianggap sebagai kerugian dan harus dihapuskan. Pada

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang keahlian bisnis dan manajemen,

jurusan akuntansi, siswa diharapkan mampu mencatat akuntansi terhadap

piutang tak tertagih secara benar. Kemampuan siswa dalam mencatat akuntansi

terhadap piutang tak tertagih akan memudahkan siswa dalam mempelajari

siklus akuntansi selanjutnya. Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator

pembelajaran harus mampu merancang dan mengimplementasikan

pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Melalui pembelajaran yang inovatif

dan kreatif tersebut diharapkan mampu meningkatkan partisipasi siswa.

Partisipasi siswa yang meningkat secara tidak langsung akan meningkatkan

(29)

pembelajaran seperti pembelajaran akuntansi di SMK Sanjaya Pakem Sleman,

Yogyakarta. Pembelajaran akuntansi di SMK Sanjaya Pakem masih

berorientasi pada guru. Berdasarkan hasil observasi peneliti, ditemukan

beberapa masalah yang perlu segera mendapat tindakan agar dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran berlangsung, kegiatan

cenderung berpusat pada guru. Hal tersebut dikarenakan guru melakukan

pembelajaran dengan metode ceramah dan latihan soal secara konvensional

sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah. Siswa hanya duduk

diam dan mendengarkan penjelasan guru tanpa memahami, menyimak,

merespon penjelasan guru dan menanggapi pertanyaan guru dengan baik.

Keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran menjadi sangat

terbatas dan siswa cenderung pasif pada saat proses pembelajaran yang sedang

berlangsung. Metode ceramah bukan berarti tidak baik untuk diterapkan,

namun akan lebih baik apabila bisa dikombinasikan dengan metode

pembelajaran lain yang dapat melibatkan siswa. Padahal, sistem pendidikan di

Indonesia sudah menggunakan kurikulum 2013 yang menuntut siswa menjadi

lebih aktif dalam pembelajaran serta memiliki sikap akhlak yang baik.

Sementara dari sisi hasil belajar menunjukkan rerata hasil belajar adalah 70,9.

Angka tersebut menunjukkan bahwa rerata kelas untuk mata pelajaran

akuntansi belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditetapkan oleh sekolah yaitu 75.

Permasalahan tersebut di atas terjadi karena kurang tepatnya metode

(30)

mengajar sangat kurang. Oleh sebab itu, guru sebaiknya merancang dan

menerapkan model pembelajaran yang mampu membuat siswa berpartisipasi

aktif dalam pembelajaran. Sejalan dengan permasalahan tersebut, model

pembelajaran kooperatif adalah salah satu alternatif model pembelajaran yang

bisa digunakan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran secara berkelompok yang di dalamnya terdapat siswa yang

memiliki kemampuan akademik yang berbeda. Siswa dalam kelompok

mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan, dan saling

membelajarkan satu sama lain. Melalui diskusi kelompok dan kerja sama,

siswa akan merasa terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga siswa lebih

berkonsentrasi penuh pada pembelajaran. Partisipasi siswa dalam pembelajaran

akan membuat siswa menaruh perhatian pada materi yang diajarkan sehingga

hasil belajar dapat meningkat dan tujuan pembelajaranpun dapat tercapai.

Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam tipe, salah

satunya yaitu tipe Numbered Head Together (NHT). Melalui pembelajaran tipe

Numbered Head Together, siswa akan diberi kesempatan untuk saling berbagi

gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dalam diskusi

kelompok sehingga partisipasi dan kerja sama siswa dapat meningkat. Dalam

berdiskusi, siswa mempelajari masalah yang terjadi dan menemukan sendiri

pemecahan dari masalah tersebut. Selain itu, NHT juga bisa diterapkan untuk

semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Pada pembelajaran akuntansi, siswa

akan berdiskusi dalam proses pencatatan akuntansi terhadap piutang tak

tertagih. Kegiatan diskusi dalam proses pencatatan akuntansi terhadap piutang

(31)

yang tepat. Pembelajaran yang demikian dapat merangsang siswa untuk lebih

berpartisipasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Penerapan model NHT

pada pembelajaran akuntansi akan membuat siswa lebih menguasai materi

yang diajarkan, karena siswa secara aktif terlibat langsung dalam proses belajar

mengajar.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis bermaksud melakukan

penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Partisipasi dan Prestasi Belajar Siswa SMK Sanjaya Pakem Kelas XI Akuntansi Pada Kompetensi Dasar Pencatatan Akuntansi Terhadap Piutang Tak Tertagih”.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Head Together dan menyelidiki pengaruhnya untuk

meningkatkan partisipasi belajar dan prestasi belajar siswa dalam proses

pembelajaran khususnya pada kompetensi dasar pencatatan akuntansi terhadap

piutang tak tertagih.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa

pada mata pelajaran akuntansi khususnya pada kompetensi dasar

(32)

Numbered Head Together untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

pada mata pelajaran akuntansi khususnya pada kompetensi dasar

pencatatan akuntansi terhadap piutang tak tertagih?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan

partisipasi belajar siswa pada kompetensi dasar pencatatan akuntansi

terhadap piutang tak tertagih.

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa pada kompetensi dasar pencatatan akuntansi terhadap

piutang tak tertagih.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi teoritis

maupun praktis.

1. Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi dan

mengembangkan pengetahuan mengenai model pembelajaran

(33)

a) Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada mata

pelajaran akuntansi dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together.

b) Bagi Guru

Sebagai bahan untuk menambah referensi metode mengajar

yang menyenangkan dan bermakna. Selain itu dapat menjadi

bahan acuan dalam menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran dan melaksanakan kegiatan pembelajaran

akuntansi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Head Together.

c) Bagi Siswa

1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi

dan memecahkan masalah dalam pembelajaran akuntansi.

2) Menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran

akuntansi dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together.

3) Penelitian ini dapat meningkatkan partisipasi siswa belajar

siswa selama proses pembelajaran akuntansi dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

(34)

dalam pembelajaran akuntansi dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.

d) Bagi Penulis

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan

dan memperluas wawasan mengenai model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together sehingga dapat

digunakan sebagai alat mengembangkan diri menjadi guru yang

(35)

8 BAB II

LANDASAN TEORITIK

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan Kelas atau PTK (Clasroom Action

Research). Menurut Kusumah (2009: 9) adalah penelitian yang

dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (a)

merencanakan, (b) melaksanakan dan (3) merefleksikan

tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan

memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar

siswa dapat meningkat.

Tidak berbeda dengan pendapat di atas, Suharsimi (2006:

2) mendefinisikan PTK diartikan sebagai penelitian yang

dilakukan dikelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membetuk

pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat

diterangkan :

a) Penelitian-merujuk pada suatu kegiatan mencermati suatu

objek dengan menggunakan cara dan atauran metodologi

tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

bermanfaat dalam meningktakan mutu suatu hal yang

(36)

b) Tindakan menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang

sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.

c) Kelas-dalam hala ini tidak terikat pada pengertian ruang

kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifif. Yang

dimaksud dengan pengertian kelas adalah sekelompok

siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang

sama dari guru yang sama pula.

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional)

pada umumnya. Menurut Kunandar (2008: 58-63) PTK

memiliki beberapa karakteristik, yakni sebagai berikut :

a) On-the job problem oriented

Masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti. Dengan demikian, PTK didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam proses belajar mengajar dikelas. b) Problem solving oriented.

PTK yang dilakukan oleh guru dilakukan sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam PBM di kelasnya melalui suatu tindakan

(treatment) tertentu sebagai upaya menyempurnakan

proses pembelajarn di kelasnya. PTK akan dilaksanakan jika guru sejak awal dan dini menyadari ada permasalahan dalam praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Jika guru merasa bahwa apa yang dilakukannya di kelas dalam PBM tidak bermasalah, PTK tidak diperluka. Dengan kata lain, PTK diperlukan jika guru merasa ada yang tidak beres dalam PBM di kelas dan ia merasa perlu untuk memperbaiki secara profesioanal.

c) Improvement-oriented

(37)

secara makro. PTK bertujuan memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran maka semakin baik kualitas proses pembelajaran maka semakin baik pul hasil belajar yang divapai siswa.

d) Ciclic

Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan, yakni perencanaan tindakan, melakukan tindaka pengamatan atau observasi dan analisis atau refleksi. e) Action oriented

Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan

(treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas.

Jadi, tindakan dalam PTK adalah sebagai alat atau cra untuk memprbaiki masalah dalam PBM yang dihadapi guru di kelas. Perbedaan yang menonjol antara PTK dengan penelitian-penelitian lainnya adalah harus ada perbaikan tindakan yang dirancang untuk mengatasi masalah yang dihadapi, bukan untuk mengembangkan atau menguji sebuah teori dan juga tidak dimaksudkan untuk mencari solusi yang berlaku umum di setiap situasi dan kondisi. Jadi, tidak perlu ada generalisasi hasil PTK. Di samping adanya tindakan, dalam PTK tindakan yang dilakukan tadi harus ditelaah, kelebihan dan kekuranannya, pelaksanaannya, kesesuaiannya dengan tujuan semula, penyimpangan yang terjadi selama pelaksanaan. Telaah terhadap tindakan ini dilakukan pada saat pengamatan.

f) Pengkajian terhadap dampak tindakan.

Dampak tindakan yang dilakukan harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberikan dampak positif lain yang tidak diduga sebelumnya, atau bahkan menimbulkan dampak negatif yang merugikan peserta didik.

g) Specifics cintextual

(38)

objektivitas. Tujuan PTK bukan menemukan pengetahuan baru yang dapat digeneralisasikan, tetapi bersifat pragmatis dan praktis, yakni memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM di kelas. Solusi terhadap masalah-masalah yang digarap didalam suatu kegiatan PTK tidak untuk digeneralisasi secara langsung. Jadi, setiap masalah yang muncul harus segera dicarikan solusinya untuk saat itu dan kondisi dan konteks saat itu pula. Tidak harus menunggu suatu cara penyelesaian yang dapat berlaku umum di setiap situasi, kondisi, dan konteks. Namun demikian, tidak berarti bahwa PTK tidak dapat menemukan solusi yang bersifat general. Dari kegiatan PTK yan berkesinambungan dan terorganisasi dengan baik, pola situasi umum untuk beberapa masalah akan muncul sehingga generalisasi hasil suatu kegiatan PTK mungkin juga dicapai tetapi setelah melalui beberapa kegiatan PTK.

h) Partisipatory (collaborative)

PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat. Jadi, dalam PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini diperlukan untuk mendudkung objektivitas dari hasil PTK. Kolaborasi dalam pelaksanaannya seperti antara guru dengan rekan sejawat, guru dengan kepala sekolah, guru dengan widyaiswara, guru dengan dosen dan guru dengan pengawas.

i) Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi. Dalam refleksi ini banyak hal yang harus dilakukan, yaitu mulai dari mengevaluasi tindakan smpai dengan memutuskan apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan lain dalam siklus berikutnya. Refleksi adalah merenungkan apa yang sudah kita kerjakan baik dalam kelas maupun di luar kelas.

j) Dilaksanakan dalam rangkaian langakah dengan beberapa siklus di mana dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflektion) dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus.

3. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Kusumah (2009 : 17 ), mengemukakan prinsip dalam PTK adalah sebagai berikut :

a) Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar b) Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang

(39)

c) Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan cukup meyakinkan.

d) Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran dikelas yang cukup merisaukan guru dan guru memilki komitmen untuk mencari solusinya,

e) Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaanya dan memindahkan tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.

f) Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerjasama antara guru dan dosen)

4. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Arifin (2011: 100), Tujuan PTK adalah (a)

memperbaiki dan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan

hasil pendidikan dan peembelajaran di sekolah, (b) membantu

guru dan tenaga kependidikan lainnya dengan mengatasi

masalah pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas, (c)

meningkatkan kemampuan dan layanan profesional guru dan

tenaga kependidikan, (d) mengembangkan bidaya akademik di

ligkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif untuk

melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara

berkelanjutan (sustainable), (e) meningkatkan dan mengembangkan keterampilan guru dan tenaga kependidikan

khususnya di sekolah dalam melakukan PTK, dan (f)

meningkatkan kerjasama profesional di antara guru dan tenaga

kependidikan di sekolah.

(40)

5. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Manfaat PTK sangat besar bagi dunia pendidikan.

Menurut Santyana (2007: 100), “PTK dapat memberikan

manfaat sebagai inovasi pendidikan yang tumbuh dari bawah,

karena guru adalah ujung tombak pelaksana lapangan. “PTK

dapat merangsang para praktisi menjadi lebih mandiri yag

ditopang oleh rasa percaya diri, sehingga secara keilmuan

menjadi lebih berani mengambil prakarsa yang patut diduganya

dapat memberikan manfaat perbaikan. Rasa percaya diri tersebut

tumbuh sebagai akibat guru semakin banyak mengembangkan

sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman praktis.

Pelaksanaan PTK secara kontinu dapat membentuk sikap

profesioanal (guru, kepala sekolah, pengawas), sehingga mereka

tidak akan cepat berpuas diri lalu diam di zona nyaman,

melainkan selalu memiliki komitmen untuk meraih hasil yang

lebih baik. Sikap profesional ini muncul dari rasa kepedulian

untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam

kesehariannya.

Manfaat lainnya, bahwa hasil PTK dapat dijadikan sumber

masukan dalam rangka melakukan pengembangan kurikulum

tidak bersifat netral, melainkan dipengaruhi oleh

gagasan-gagasan yang saling terkait mengenai hakikat pendidikan,

pengetahuan, dan pembelajaran yang dihayati guru di lapangan.

PTK dapat membantu guru untuk lebih memahami hakikat

pendidikan dan pembelajaran secarak empirik.

Menurut Wijaya (2009 :14), manfaat Penelitian Tindakan Kelas antara lain:

a) Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran. b) Meningkatkan profesiaonalitas guru.

(41)

d) Memungkinkan guru mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.

e) Menumbuhkan kebiasaan menulis dan kebiasaan meneliti f) Melatih pemikiran ilmiah.

6. Fungsi Penelitian Tindakan Kelas

Secara umum fungsi penelitian tindakan menurut Arifin

(2011: 101) , adalah sebagai alat untuk memperbaiki mutu dan

efisiensi praktik pembelajaran di kelas. Secara khusus, Cohen

dan Manion memerinci fungsi penelitian tidakan menjadi lima

kategori, yaitu (a) sebagai alat untuk memecahkan masalah

melalui diagnosis dalam situasi tertentu, (b) sebagai alat

penelitian dalam jabatan dan membekali guru dengan

keterampilan, metode dan teknik mengajar yang baru,

mempertajam kemampuan analisisnya, dan menyadari kelebihan

dan kekurangan pada dirinya, (c) sebagai alat untuk

mengenalkan pendekatan baru atau inovatif dalam

pembelajaran, (d) sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi

antara guru di lapangan dengan peneliti akademis, dan

memperbaiki kegagalan penelitian tradisional, dan (e) sebagai

alternatif yang lebih baik untuk mengantisipasi pendekatan yang

lebih subjektif, impresionistik dalam memecahkan masalah di

(42)

7. Tahap Penelitian Tidakan Kelas

Secara garis besar penelitian tindakan kelas memiliki

beberapa alur atau tahap yaitu, menyusun rencana tindakan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto,

2008:17-20) adalah sebagai berikut :

a. Planning

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan berpasangan anatar pihak yang melakukan tindakan dan pihak yanag melakukan pengamatan proses jalannnya tindakan.

b. Acting

Tahap ke-2 dari penelitian tindaka kelas adalah pelaksanaan rencana yang telah dirancang. Hal yang perlu diingat adalah guru harus menaati apa yang telah direncanakan, berlaku wajar, dan tidak boleh dibuat-buat. c. Observing

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Reflecting

(43)

Berikut ini merupakan gambaran mengenai tahap-tahap

penelitian tindakan kelas (Arikunto, 2008: 17-20):

Gambar 2.1

Tahapan Penelitian Tindakan Kelas

SIKLUS I

SIKLUS II

Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

Observasi

Refleksi

Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

Observasi

(44)

B. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan

bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan

pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu

pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik

pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut

Solihatin (2007:4), kooperative learning mengandung pengertian

sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau

membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang

teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih

dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan

dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model

pembelajaran yang mengutamakan adanya

kelompok-kelompok.Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai

tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan

rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari

ras, budaya suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan

jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja

sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan

pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan

(45)

ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan

struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan

struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif

berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur

penghargaan model pembelajaran yang lain.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Johmson & johnson (1994 dalam Trianto, 2009:57)

menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif dalah

memaksimalkan belaar siswa untuk peningkatan prestasi

akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara

kelompok.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Louisell &

Descamps (1992 dalam Trianto, 2009:57) bahwasanya karena

siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat

memperbaiki hubungan diantara para siswa dari berbagai latar

belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan

keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.

3. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran

kooperatif sebagai berikut:

a) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. b) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa

(46)

c) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

d) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. e) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan

dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Sedangkan menurutnya, ciri-ciri model pembelajaran

kooperatif adalah sebagai berikut :

a) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan

yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

c) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan

komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi

kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan

pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan

kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai

kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain

4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Menurut Trianto (2009:66) terdapat 6(enam) langkah

dalam model pembelajaran kooperatif.

(47)

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai

pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

b. Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisi secara efisien

d. Membimbing kelompok belajar dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat

mereka mengerjakan tugas mereka.

e. Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah

dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

f. Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya

maupun hasil belajar individu dan kelompok.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together 1. Pengertian dan Tujuan Numbered Head Together

Numbered Head Together adalah suatu pendekatan yang

(48)

menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan

memastikan pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut

sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa

(Ibrahim, 2000:28).

Pada prinsipnya, metode NHT merupakan upaya

pemecahan masalah khususnya yang bertalian dengan

kehidupan sosial melalui diskusi kelompok. Keterlibatan siswa

dalam proses pembelajaran dengan NHT memberikan manfaat

bagi siswa untuk terlibat langung dalam proses pembelajaran,

bekerja sama dan menjalin komunikasi dengan sesama teman

untuk dapat memecahkan masalah dan membangun

pengetahuan.

2. Tahapan-tahapan dalam Numbered Head Together

Tahapan-tahapan dalam numbered head together menurut

miftahul (2013: 203-204) adalah sebagai berikut.

a) Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok.

b) Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor. c) Guru memberi tugas/ pertanyaan pada masing-masing

kelompok untuk mengerjakannya.

d) Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. e) Guru memanggil salah satu nomor secara acak.

f) Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka.

Tahapan-tahapan dalam metode numbered head together

harus sangat diperhatikan agar kegiatan pembelajaran dapat

(49)

efisien. Persiapan guru dan siswa sebelum kegiatan dilakukan

benar-benar harus dipersiapkan terlebih dahulu untuk

menghindari kesalahan yang berakibat buruk. Dengan

melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan metode

numbered head together sesuai dengan tahapan-tahapan maka

diharapkan partisipasi dan prestasi belajar siswa mengalami

peningkatan.

3. Keuntungan dan Kelemahan Numbered Head Together NHT bila diterapkan pada kegiatan pembelajaran,

memiliki keuntungan dan kelemahan. Dalam penerapannya

diperlukan persiapan yang matang dari pihak guru agar

kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Suasana kelas lebih menyenangkan sehingga dapat

membangkitkan partisipasi siswa dalam belajar.

Keuntungan penggunaan metode NHT di dalam kelas

menurut Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah:

a) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.

b) Memperbaiki kehadiran

c) Penerimaan individu menjadi lebih besar

d) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

e) Konflik antara pribadi berkurang

f) Pemahaman yang lebih mendalam

(50)

h) Hasil belajar lebih tinggi.

i) Nilai-nilai kerja sama antar siswa lebih teruji.

j) Kreatifitas siswa termotivasi dan wawasan siswa

berkembang, karena mereka harus mencari informasi dari

berbagai sumber.

Selain memiliki kelebihan penerapan metode numbered

head together dalam pembelajaran juga memiliki kelemahan.

Adapun Kekurangan metode numbered heads together adalah,

Setiap model dan metode yang kita pilih, tentu memiliki

kekurangan dan kelebihan sendiri-sendiri. Salah satu

kekurangan dari metode ini ialah kelas cenderung jadi ramai,

dan jika guru tidak dapat mengkondisikan dengan baik,

keramaian itu dapat menjadi tidak terkendali. Apalagi jika yang

kita hadapi siswa setingkat SMP. Sehingga mengganggu proses

belajar mengajar, tidak hanya di kelas sendiri, tetapi bisa juga

mengganggu ke kelas lain. Terutama untuk kelas-kelas dengan

jumlah murid yang lebih dari 35 orang.Tidak semua nomor

dipanggil oleh guru.danBagi siswa yang tidak terpanggil akan

(51)

4. Cara mengatasi Kelemahan Metode Numbered Head

Together

Setiap model memiliki spesifikasi masing-masing.

Suatu model pembelajaran tertentu efektif jika digunakan

untuk mengajarkan metode tertentu, bukan berarti model

itu efektif untuk menyampaikan topik yang lain, oleh

karena itu metode ini janganlah terlalu sering digunakan

pada kapasitas / jumlah peserta didik yang sangat banyak

D. Partisipasi Belajar

1. Pengertian Partisipasi dalam Belajar

Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas

merupakan aktivitas mentrasnformasikan pengetahuan, sikap,

dan keterampilan. Pengajar diharapkan mengembangkan

kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki

oleh siswa secara penuh. Pembelajaran yang dilakukan lebih

berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam

proses pembelajaran, dan mengembangkan cara-cara belajar

mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian

proses pemeblajaran itu sendiri, maka disini pengalaman siswa

lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan.

Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi

(52)

menjadi kearifan, dan kearifan menjadi keaktivan (Dave Meier,

2002 : 75)

Menurut ahli psikologi (Hamalik, 2003:171) bahwa setiap

manusia memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan

jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan

untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan, termasuk

perbuatan belajar dan bekerja, dimaksudkan untuk memuaskan

kebutuhan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Mulyasa (2009:241) “Partisipasi siswa dalam

pembelajaran sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa

dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran”.

2. Faktor-faktor yang Mendorong Partispasi

Menurut Malone (Yuditya, 2010:29) agar peserta didik

terdorong untuk berpartisipasi aktif dan efisien dalam belajar

diperluakan beberapa faktor yaitu :

a) Harus memilikinya motivasi, alasaan dan tujuan belajar yang jelas dan dibantu oleh guru mereka.

b) Harus ada tujuan pembelajaran yang jelas, peserta didik akan belajar secara efektif karena mereka memilki gambaran umum tentang topik yang dipelajari.

c) Tujuan pembelajaran yang jelas beserta jadwal pencapaian juga dapat berfungsi sebagai sebuah rencana yang harus dilaksanakan oleh peserta didik.

d) Peserta didik memerlukan umpan balik selama proses pembelajaran untuk menegtahui perekembangan keberhasilan yang telah dicapai.

e) Apa yang dipelajarinya harus memilki relevansi dengan kebutuhan mereka.

(53)

Partisipasi siswa dalam pembelajarn sangat penting untuk

terciptanya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan

menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajarn yang

sudah direncanakan bisa dicapai semaksiaml mungkin.

3. Unsur-Unsur Partisipasi Belajar

Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa

dalam partisipasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut :

a) Kesenangan. Keterlibatan mental merupakan salah satu

aspek dalam partisipasi. Keterlibatan mental dapat

ditempatkan dari siswa berupa rasa senang dalam

melaksanakan kegiatan.

b) Keaktifan. Keterlibatan siswa diperlukan dalam segala

kegiatan yanag dilaksanakan. Sehingga anak harus aktif

dalam prose belajar mengajar.

c) Motivasi. Kemauan siswa untuk merespon dan berkreasi

dalam kegaiatn yang dilaksnakan dalam proses belajar

mengajar.

d) Tanggung jawab. Tanggung ajawab adalah aspek dalam

partisipasi. Siswa bertanggungjawab dalam usaha untuk

mencapai tujuan pemebelajaran.

Gagne dan Briggs (1979) menjelaskan rangkaian kegiatan

(54)

untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa.

Masing-masing diantaranya:

a) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa.

c) Mengingtkan kompetensi prasyarat

d) Memebrikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan dipelajari.

e) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarainya f) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

g) Memberikan umpan balik (feed back)

h) Melakukan tagihan-tagihan terhadap terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terstruktur

i) Menyimpulkan setiapp materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

Beragam aktivitas dan partisipasi dalam proses pembelajaran

pembelajaran yang dapat dilakukan, akan tetapi disini akan

dibatasi berdasarkan klasifikasi menurut para ahli. Beberapa

diantaranya ialah menurut Paul D. Dierich yang membagi

kegiatan belajar dalam delapan kelompok, masing-masing

adalah:

a) Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati,

eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang

(55)

b) Kegiatan-kegiatan lisan

Menggunakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan

suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi

saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan

instrupsi.

c) Kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan

percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu

permainan, mendengarkan radio.

d) Kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan,

bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes

dan mengisikan angket.

e) Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan

pola.

f) Kegiatan Metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan

pameran, menari dan berkebun.

g) Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah,

menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan,

(56)

h) Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam

semua jenis kegiatan overlap satu sama lain.

Jadi dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental

dan emosi serta fisik peserta dalam memberikan respon terhadap

kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar serta

mendukung pencapaian tujuan yang bertanggungjawab atas

keterlibatannya.

E. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Muhibbin Syah “prestasi adalah tingkat

keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

dalam sebuah program (2010: 141)”. Menurut Tirtonegoro

(2001: 43), prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk simbol,

angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil

yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.

Suryabrata mengemukakan bahwa “prestasi belajar adalah nilai

yang merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh

guru mengenai kemajuan/prestasi belajar selama masa tertentu

(57)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 138) faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

a) Faktor internal

1) Faktor jasmaniah (fisiologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh).

2) Faktor psikologi, terdiri atas : a) Faktor intelektif

(1) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat.

(2) Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah dimiliki.

b) Faktor non-intelektif yaitu unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan lain-lain. c) Faktor kematangan fisik maupun psikis. b) Faktor eksternal

1) Faktor sosial yang terdiri atas : a) Lingkungan keluarga

b) Lingkungan sekolah/kampus c) Lingkungan masyarakat d) Lingkungan kelompok

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

F. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menurut Sudjana dalam Sugihartono (2007: 80)

merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik

yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Sedangkan Tohirin (2006: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran ialah

upaya membelajarkan atau upaya mengarahkan aktivitas siswa ke arah

(58)

Biggs dalam Sugihartono (2007: 8) telah membagi konsep

pembelajaran dalam tiga pengertian.

1) Pembelajaran dalam pengertian kuantitatif

Pembelajaran berarti penularan pengetahuan dari guru kepada

murid. Guru harus mempunyai pengetahuan yang luas sehingga

pengetahuan yang dimiliki guru dapat disampaikan kepada

murid.

2) Pembelajaran dalam pengertian institusional

Pembelajaran berarti penataan segala kemampuan mengajar

sehingga dapat berjalan secara efisien. Guru harus siap

mengadaptasikan berbagai teknik mengajar karena adanya siswa

yang memiliki perbedaan individual antara satu dengan yang

lainnya.

3) Pembelajaran dalam pengertian kualitatif

Pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan

belajar siswa. Guru sebagai pendidik tidak hanya memberikan

pengetahuan yang dimilikinya tetapi juga dapat melibatkan

siswa dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien.

Sedangkan menurut Depdiknas (2003:5-6) mendefinisikan sebagai

berikut:

Gambar

Gambar 2.1 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1        Kisi-Kisi Partisipasi Belajar Siswa
Tabel 3.2 Kisi-kisi soal tes evaluasi
Tabel 3.3 Tabel Kategori Partisipasi Berdasarkan PAP Tipe II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembukuan Grup diselenggarakan dalam mata uang Rupiah, kecuali Intiland International Pte. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs

Disamping itu juga dibutuhkan kerjasama antara guru, orang tua, masyarakat sekolah, dan siswa agar saling membantu dalam proses pembelajaran, agar setiap individu dapat diterima

Pada kondisi yang tidak menentu, saya berani menjalankan usaha ini secara terus

Seperti yang disampaikan oleh guru Akidah Akhlak berikut ini. Buku Kurikulum 2013 memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut. Yang pertama ini berisi cerita secara

DAFTAR NMA MAHASISWA DAN TEMPAT PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN III PROGRAM DIPLOMA III REGULER SEMESTER VI JURUSAN KEBIDANAN.. POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Selain itu pengobatan dengan menggunakan tanaman obat merupakan langkah efektif tanpa menimbulkan efek samping, tanaman obat (buah mahkota dewa) yang mengandung

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Mukri mengenai perilaku remaja dalam pelaksanaan ibadah sholat remaja skitar, yaitu “sudah terihat jelas bagaimana kondisi jama’ah

Sebelum UU Nomor 17 Tahun 2003 dan UU Nomor 1 Tahun 2004 ditetapkan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan di bidang fi skal, Menteri Keuangan RI telah