PERSEPSI D AN PERI LAKU AD APTI F M ASYARAKAT PI N GGI RAN
M UBA SI M AN I H URUK
Ju r u sa n Sosiologi
Fa k u lt a s I lm u Sosia l da n I lm u Polit ik Un ive r sit a s Su m a t e r a Ut a r a
" Rasa benci dan am arah subv ersi m endapat ladang subur hany a dim ana inform alit as t idak m am pu berdiri dan form alit as m erkant ilis t elah gagal. ...Obat yang sebenar nya bagi kekuasaan dan kem elar at an adalah m engakui hak m ilik dan hasil kerj a m ereka yang dikucilkan sekarang ini oleh sekt or form al sehingga di m ana ada pem beront akan di sit u ada rasa t urut m em iliki dan t anggung j aw ab." ( Hernando de Sot o)
1 . La t a r Be la k a n g
Mem aham i m asalah pem bangunan, t idak dapat dilepaskan k ait anny a dengan pert um buhan ekonom i dan social engineering.1 Pert um buhan ekonom i m engacu pada kem aj uan suat u bangsa yang diident ifikasi m elalui ukuran kenaikan GNP dan pendapat an per- k epala dengan sarana perbaik an t ehnologi indust ri dan dist ribusi. Model pert um buhan ekonom i ini adalah m odel dim ana agreegat e out put dihubungk an dengan inv est asi fisik dalam bent uk out put capit al rat io dan sangat berorient asi pada t ingk at GNP ( Gross Not ional Product ) . Dalam hal ini m anfaat pem bangunan dij anj ikan ak an m eluas pada sem ua sek t or dalam m asy arak at m elalui dalil yang lebih dikenal dengan " Tricle dow n effect dan spread" ( t et esan ke baw ah dan peny ebaran) .2
Sedangkan social engineering m enunj uk pada aspek sosial dari lem baga non ekonom i yang diarahkan secara t erencana unt uk m enj aga dan m endukung pert um buhan ekonom i. Di m ana keduanya berm uara pada konsep pem bangunan yang m erupakan konsep elit polit ik yang m engandung pengadaian bahw a baik pert um buhan ekonom i m aupun perubahan- perubahan lem baga sosial haruslah diarahkan secara polit ik unt uk m enj am in peningkat an kesej aht eraan yang dapat dibenarkan oleh norm a- norm a t ert ent u.3
Konsep pert um buhan ekonom i dan pem bangunan yang pernah dialam i dan dibuk t ikan oleh negara- negara Eropa ,Barat dalam perkem banganny a bany ak dianut oleh negara- negara dunia k et iga. Melalui st rat egi indust rialisasi dengan k ebij ak sanaan subst it usi im port , opt im ism e unt uk m engej ar k et ert inggalan ekonom i dicoba diw uj udk an. Fak t or m odal at au inv est asi y ang t idak dipuny ai oleh negara dunia k et iga dipecahk an dengan m endat angk an inv est asi asing besert a t ehnologinya.4
Dengan bant uan m odal asing t ersebut , diprak t ek k an st rat egi indust rialisasi y ang t ent uny a dipusat k an di k ot a- k ot a besar, dengan asum si di k ot a- k ot a k ecil
1
Pet er L Berger, Piram ida Korban Manusia, LP3ES, Jak art a, 1982, hal.32 2
Bam bang Sunaryo, Alt ernat if Buday a Pem bangunan, KOMPAS, 10 Pebruari 1984. 3
I gnas Kleden, Soedj at m oko : Sebuah Psikologi Pem bebasan, dalam Et ika Pem bebasan, LP3ES, Jakart a, 1988, hal. xxv ii
4
apalagi daerah pedesaan t idak t ersedia prasarana fisik dan t enaga t erdidik y ang diperluk an bagi indust ri y ang serba m odern t ersebut .5
st rat egi y ang m em berikan peranan cuk up besar t erhadap perusahaan dan indust ri besar y ang padat m odal ini m enek ank an efesiensi dan produk t iv it as sebagai sarana m em percepat peningk at an laj u ekonom i. Yang pada saat ny a ak an m eningkat kan pendapat an nasional ( GNP) dan sekaligus m em bagi secara m erat a " Kue Nasional" unt uk dinik m at i m asy arak at ( t ricle dow n effect m enj adi suat u k eny at aan) .6
Sebagai negara y ang ada dalam k at egori dunia k et iga, I ndonesia t idak t erkecuali m em akai konsep pert um buhan ekonom i dan pem bangunan unt uk m ew uj udk an im pianny a. Pencipt aan k ant ong- k ant ong daerah indust ri di perkot aan ( j am inan infrast ruk t ur y ang m em adai, t enaga k erj a y ang m elim pah, birok rasi y ang m endukung dan sebagainya) sem akin m em perkuat asum si bahw a kot a m erupakan pusat dari segala ak t ifit as ekonom i y ang diharapk an ak an m endqk ung k eberhasilan pert um buhan ekonom i.
Sebenarny a secara sederhana y ang m em beqak an k ot a dan desa adalah k epadat an relat if penduduk ny a, k om plek sit as m asyarak at dan k ebuday aan m asy arak at , sert a perbedaan k eduduk an dalam adm inist rasi negara, y ang dalam hal ini k ot a m erupak an pusat dom inasi ( Benediet 1968, Mit chel1968, Buecher 1968, dan Uzel and Provencherh 1976) .7
Kebij akan pem bangunan yang m enem pat kan sekt or indust ri pada sisi yang lain harus didukung oleh penyediaan lahan, kebut uhan bahan baku, kebut uhan t enaga kerj a, kebut uhan sarana infra st rukt ur, kebut uhan kebij akan m ikro, k ebut uhan birok rasi dan lain sebagainy a.
Terbat asnya penyediaan lahan dipecahkan dengan kebij akan t at a guna lahan dengan m em anfaat kan daerah pinggiran ( pusat kot a t elah m enj adi daerah yang padat perunt ukannya) , yang dikondisikan searah dengan kebut uhan indust ri t erhadapny a. Kebut uhan ak an t enaga k erj a dicuk upi dengan perpindahan secara suk arela penduduk desa k e k ot a ( disebabk an day a t arik k ot a sebagai t em pat m em perbaiki nasib) , ak ibat ny a adalah t idak t erbendungny a proses m igrasi sehingga cadangan t enaga kerj a m elim pah. Dem ikian j uga dengan kebut uhan- kebut uhan lainnya, yang int inya lebih m em usat kan perhat ian dan kepent ingan dari indust rialisasi.
Di sam ping it u konskuensi dari pem bangunan perkot aan yang konsist en dengan konsep pert um buhan ekonom i dan indust rralisasi ini, j uga m enim bulkan t erj adiny a disk rim inasi sik ap dan perlak uan t erhadap m asy arak at . Ut am any a m asyarak at y ang berada pada st rat a baw ah, dengan asum si ak an m enj adi beban dalam perhit ungan peningkat an angka pert um buhan.
Yang t erj adi k em udian adalah t ercipt any a k ant ong- k ant ong k em iskinan di daerah perkot aan, dengan ciri k has perkam pungan k um uh, organisasi k rim inal, pelacuran, pedagang kaki lim a, t ransport asi inform al, pendudukan t anah- t anah negara dan lain sebagainya. Hal t ersebut set idaknya m enunj ukkan adanya m odel-m odel adapt asi dan perlaw anan odel-m asy arak at t erhadap k onsep pert uodel-m buhan ekonoodel-m i dan indust rialisasi y ang dipandang t idak m em ihak m erek a.
Kondisi ini j uga dialam i di Surabay a, t erut am a berkait an dengan k ebij ak an pengem bangan perkot aan. Ket idak m am puan m asyarak at pinggiran ( y ang t idak
5
Harry T Oshim a, Old an New St rat egies An Ekonom ict ’s View , dik ut ip dari I sm id Hadad, Persoalan dan Perkem bangan Pem ikiran dalam Teori Pem bangunan, Prism a, No. 1, Januari 1980 Tahun I X, hal. 26
6
I sm id Hadad, Op. Cit ., hal.27 7
t erfasilit asi oleh negara unt uk m engem bangkan akses ekonom i, sosial, budaya dan polit iknya) m encipt akan suat u bent uk kreat ivit as dalam m em pert ahankan t ingkat survivalny a.
Kreat iv it as t ersebut pada saat ny a ak an m elahirkan pola perilak u buday a y ang baru sebagai bent uk peny esuaian diri, prot es dan m odel perlaw anan t erhadap kondisi yang m uncul, yang dianggap t idak m engunt ungkan m ereka.
Berdasarkan hal t ersebut di at as, st udi dan penelit ian t ent ang kondisi, persepsi dan perilaku kreat if m asyarakat pinggiran unt uk m enyesuaikan diri, prat es dan sekaligus perlaw anan t erhadap perubahan- perubahan perlu unt uk dilakukan.
Secara k husus, m asyarak at di suat u k aw asan di pant ai t im ur Surabay a dapat dij adik an cont oh k asus y ang t erj adi di ham pir set iap k ot a besar di I ndonesia. Lebih spesifik lagi t ent ang t ipologi geografi, perilak u ekonom i, buday a, sert a prilak u polit ik m asyarakat di kaw asan t ersebut m em punyai karakt erist ik yang dapat m ew akili prilak u m asy arak at pinggiran perkot aan lainny a.
Secara geografis, dalam rencana t at a ruang pengem angan k ot a Surabay a kaw asan t ersebut diperunt ukkan bagi kaw asan indust ri, sekaligus m engant isipasi indust rialisasi pulau Madura y ang m enem pat k an pant ai t im ur sebagai k aw asan penghubung. Karena kaw asan t ersebut m erupakan daerah pant ai, m aKa perilaku ekonom i m asy arak at k ebany ak an adalah nelay an ( penduduk asli) . Melalui proses m igrasi, secara perlahan- lahan kaw asan ini dipenuhi oleh pendat ang yang m em anfaat kan t anah- t anah negara ( m elalui proses yang ilegal ?) sebagai t em pat pem uk im an. Sedang t enaga k erj a y ang t idak t ert am pung di sek t or indust ri dan sekt or- sekt or inform al lainnya baik dengan sukarela m aupun t erpaksa m enekuni sek t or inform al sebagai ak t ifit as ekonom iny a. Sedang prilak u sosial buday a dan polit ik lebih bany ak m erespon prilak u negara ( pem erint ah daerah) y ang m encoba m engabaikan peran sosial m ereka sebagai w arga negara. Tent unya prilaku- perilaku t ersebut didasarkan pada pem aham an dan persepsi m erek a y ang m uncul berkait an dengan realit as kehidupan yang dij alani.
2 . Pe r u m u sa n M a sa la h
Dari uraian di at as, m ak a perum usan m asalah dalam penelit ian ini adalah sebagai berik ut :
1. Bagaim ana persepsi m asy arak at pinggiran t erhadap pem bangunan dan pengem bangan kaw asan perkot aan ?
2. Bagaim ana perilaku adapt if m asyarakat pinggiran yang m uncul unt uk m em pert ahankan t ingkat survivalnya t erhadap pem bangunan dan pengem bangan k aw asan perkot aan ?
3. Apak ah dam pak persepsi dan perilak u adapt if m asyarak at pinggiran t ersebut t erhadap t ingk at part isipasiny a dalam pem bangunan ?
3 . St u di M a sya r a k a t Pin ggir a n da n Se k t or I n for m a l
Masy arak at pinggiran adalah ident ik dengan k em isk inan. Kem isk inan buk anlah sem at a- m at a k ek urangan dalam uk uran ekonom i, t et api j uga m elibat k an k ek urangan dalam uk uran k ebuday aan dan k ej iw aan. Dim ana di dalam ny a t erkandung proses sosialisasi corak k ebuday aan dari generasi y ang t ua k e generasi berik ut ny a, inilah y ang oleh Oscar Lew is disebut sebagai buday a k em iskinan ( Oscar Lew is 1959) .8 Dalam penelit ian yang dilakukan di Am erika Lat in ( Meksiko) ini, ia berpendapat bahw a k em iskinan m erupak an suat u adapt asi at au peny esuaian dan sekaligus m er upakan r eaksi kaum m iskin t er hadap kedudukan m ar ginal m er eka di dalam m asyarak at y ang berst rat a k elas, sangat indiv idualist ik , dan berciri
8
k apit alism e. Kebuday aan t ersebut m encerm ink an suat u upay a m engat asi rasa put us asa dan t anpa harapan ak an perbaik an nasibny a.
Kerana k ebuday aan k em isk inan t ersebut t erj adi ak ibat sosialisasi sik ap dan perilaku, m aka ia bersifat lest ari. Upaya unt uk m em erangi kem iskinan pada saat nya adalah dengan j alan m engubah k ebuday aan anak m isk in. Adapun k ebuday aan k em isk inan ak an t um buh pada k ondisi m asy arak at y ang m em puny ai ciri- ciri: ( 1) sist em ekonom i uang, buruh, upahan dan sist em produksi unt uk keunt ungan; ( 2) t et ap t ingginy a t ingk at pengangguran dan set engah pengangguran bagi t enaga t ak t eram pil; ( 3) rendahny a upah buruh; ( 4) t idak berhasilny a golongan berpenghasilan rendah m eningkat kan organisasi sosial, ekonom i dan polit iknya secara sukarela m aupun at as prakarsa pem erint ah; ( 5) sist em keluarga bilat eral lebih m enonj ol dari pada sist em unilat eral, dan y ang t erak hir; ( 6) k uat ny a seperangk at nilai- pilai pada kelas yang berkuasa yang m enekankan penum pukan hart a kekayaan dan adanya kem ungkinan m obilit as vert ikal, dan sikap hem at sert a adanya anggapan hahw a rendahny a t at us ekonom i sebagai hasil k et idak sanggupan pribadi at au pada dasarnya m em ang sudah rendah kedudukannya.
Lain Oscar Lew is lain .pula Hernando de Sot o ( 1989) , penelit ian y ang m em ilih lokasi di Peru ini disam ping m em bahas kem iskinan, ia j uga secara spesifik m em bahas t ent ang sek t or inform al di perkot aan. Baginy a k em isk inan m uncul dari ak ibat t idak adany a k ebebasan m asy arak at unt uk m engem bangk an ak ses ekonom iny a. Ket idak bebasan ini t erj adi ak ibat cam pur t angan negara y ang cenderung m enganggap bahw a sekt or form allah yang dapat m engat asi k et erbelak angan ekonom i. Dalam t ingk at operasional, cam pur t angan t ersebut dilakukan m elalui perngkat - perangkat hukum . Menurut Hernando de Sot o, unt uk m em ecahk an m asalah k em isk inan adalah dengan m em beri k ebebasan m asy arak at unt uk m engem bangkan akses ekonom inya m elalui sekt or inform al dan m enghilangkan perangkat - perangkat hukum yang m enghalangi perkem bangannya, sekaligus m engakui hak m ilik dan hasil kerj a m asyarakat .9
Lebih lanj ut dalam penelit iannya, ia m enggam barkan secara t erinci m engenai sek t or inform al y ang m eliput i t iga bidang, y ait u perum ahan, perdagangan dan t ransport asi. Di m ana sek t or perum ahan, perdagangan dan t ransport asi y ang dibangun m elalui inform alit as, m enunj ukkan kem aj uan dan peningkat an kondisi ekonom i m asyarakat .
Dalam kont eks I ndonesia, st udi dan penelit ian t ent ang m asyarakat pinggiran di perkot aan dan sek t or inform al t elah bany ak dilak uk an oleh para ahli. Tercat at nam a- nam a, sepert i Hans- Diet er Evers, Parsudi Suparlan, Hasan Poerbo, Tian Baht iar dan lernbaga- lem baga sw aday a m asyarak at ( LP3ES, PLPI I S, YI I S dsb) sert a m asih banyak nam a yang perlu disebut kan.
Hans- Diet er Evers ( 1980) dalam st udiny a t ent ang Produk si Subsist ensi dan " Masa Apung" di Jakar t a m ensinyalir t er bent uknya kelas bar u, yait u golongan yang kuat ekonom inya dan golongan yang lem ah ekonom inya. Golongan yang lem ah ekonom iny a ini m erupak an sebagian besar j um lah populasiny a, y ang disebut sebagai " m asa apung" . Berbeda dengan golongan y ang k uat ekonom iny a, m asa apung hidup dalam k et idak st abilan. Yang dit andai dengan t araf k ehidupan ekonom i y ang hany a t erbat as sam pai pada t ingk at subsist ensi, y ait u dari t angan k e m ulut .10
Selanj ut nya ia m enam bahkan, bahw a m asa apung Jakart a bukanlah t anpa t at anan at au hom ogen. Mobilit as m ereka unt uk m engat asi ket idakpast ian akan kondisi m asa depan, pendidikan form al dan pendapat an yang rendah, dilakukan
9
Hernando de Sot o, Masih Ada Jalan Lain : Rev olusi Tersem buny i di Negara Dunia Ket iga, Yay asan Obor I ndonesia, 1991.
10
dengan kem am puannya dalam m engorganisasi kelom pok- kelom pok kecil sert a m em pert ahankan kekerabat an dan hubungan- hubungan lainnya dengan daerah-daerah asal.
Sedangk an t ent ang pem uk im an liar dan gelandangan ( St udi di Jak art a dan Purw okert o) , m enurut Parsudi Suparlan ( 1986) m erupak an k onsekuensi logis y ang m uncul akibat gangunan dan pengem bangan perkot aan. Tim bulnya gelandangan di perkot aan t erj adi k arena adany a t ek anan- t ek anan ekonom i dan rasa t idak am an sebagian w arga desa y ang k em udian t erpak sa harus m encari t em pat y ang diduga dapat m em beri k esem pat an y ang lebih baik di k ot a.11
Lebih lanj ut dalam st udinya ia m em bagi kondisi kehidupan dalam dua hal yait u perum ahan ( sulit nya gelandangan m endapat kan perum ahan, sehingga m ereka m em anfaat kan t anah- t anah liar sebagai pem ukim an dengan m endirikan gubuk-gubuk) , sert a m at a pencaharian ( akt ivit as ekonom i dilakukan dengan m engum pulkan barang- barang bekas unt uk dij ual kem bali) .12
Sem ent ara Tian Baht iar dan Ayi Bunyam in dalam penelit iannya t ent ang sek t or inform al di Jak art a Ut ara, desa Suk am anah ( 1990) , m enem uk an adany a bent uk dom inasi sist em int erak si sosial y ang bersifat v ert ikal ant ar perilak u unit usaha di perkot aan. Nam un dem ik ian, ragk aian sek t or unit inform al m em perlihat k an suat u bent uk m at a rant ai yang fungsional dalam pem enuhan kebut uhan m asing-m asing. Yang pat ut disayangkan adalah adanya suat u kondisi di asing-m ana kepent ingan sek t or form al ( dengan k ek uat an m odal dan peluang lebih besar y ang diberik an pem erint ah) sem akin m endesak kepent ingan sekt or inform al.13
4 . Ke r a n gk a Te or i
Proses m em persepsi m anusia yang sekaligus m endorong adanya suat u sikap at au t indakan dilakukan m elalui beberapa proses. Proses it u dim ulai dari diperolehnya st im ulan dalam bent uk inform asi, karena ket erbat asan kem am puan m engident ifikasi secara keseluruhan, m anusia cenderung m elakukan upaya m enggolongkan obyek at au disebut " ket ergolongan obyek : ( Miller 1956) . Yait u kecenderungan unt uk m enganggap obyek t ert ent u secara bersam a- sam a. Yang kem udian dilakukan upaya generalisasi obyek dan upaya m elakukan pengukuran y ang berkait an dengan sebab- ak ibat at au k ausalit as. Di m ana m engat ak an suat u k eadaan ak an m elahirkan k eadaan lain ( Heider 1946 dan 1965) .
Keadaan m em persepsi y ang t erbent uk dalam proses t ersebut ak an t erus-m enerus dipengaruhi arus inforerus-m asi baru dari lingkungannya, yang di dalaerus-m nya m eny angk ut proses penginderaan y ang perifeer t erhadap sek it arny a. Selanj ut ny a m elahirkan suat u bent uk yang holist ik dan dalam konst ansi t inggi, yang berlaku j uga pada t em pat dan oby ek lain ( Osgood 1953) .
Sedang m enurut Merleau- Pont y ( 1945) , persepsi adalah lat ar belak ang dari m ana t erpancar sem ua ak t ifit as dan selalu diandaikan oleh ak t ifit as- ak t ifit as t ersebut . Menurut nya persepsi t idak hanya- berupa pengandaian saj a, m elainkan j uga j alan m enuj u kebenaran, yang lahir dari em pirism e dan rasionalism e ( realit as) .
Dalam proses berik ut ny a, m em persepsi j uga m erupak an k endali dalam proses t indakan dan perilaku, salah sat unya adalah proses penyesuaian diri. Di m ana proses t ersebut diaw ali dari sek elom pok organism e m elak uk an adapt asi perilak u. Yait u proses peny esuaian perilak u sek elom pok organism e t erhadap k ondisi t ert ent u, y ang kem udian diikut i oleh kelom pok organism e lain set elah m ereka m engert i dan
11
Parsudi Suparlan, Gelandangan : Sebuah Konsekuensi Perkem bangan Kot a, dalam Gelandangan : Pandangan I lm uan Sosial, LP3ES, Jak art a, 1986.
12
Parsudi Suparlan, Gelandangan : Sebuah Konsekuensi Perkem bangan Kot a, dalam Gelandangan Pandangan I lm uan Sosial, LP3ES, Jak art a, 1986.
13
m em aham i m anfaat nya ( proses belaj ar) . Selanj ut nya m ereka m em ilih at au m elak uk an seperangk at perilak u t ert ent u unt uk m engadapt asi t erhadap lingkungannya, yang di dalam nya t erkandung t at a nilai, t ingkat an organisasi sosial dan t ehnologi t ert ent u y ang digunak an dalam m engadapt asi perubahan y ang t erj adi, at au disebut j uga sebagai st rat egi adapt if ( Beneet , 1976; Moran, 1979; Vay da, 1980) .
Konsep adapt asi dapat dipandang sebagai suat u proses y ang m enem pat k an m anusia sebagai pelaku yang berupaya m encapai t uj uan- t uj uannya at au kebut uhan-kebut uhannya, unt uk m enghadapi lingkungan dan kondisi sosial yang berubah- ubah agar t et ap bert ahan ( surv iv e) . Sedang dalam proses adapt asi at au unt uk m encapai t uj uan dan kebut uhan secara individuil at au kelom pok, ia dapat m em obilisasi dan m em anfaat kan sum ber- sum ber sosial, m at erial, t ehnologi sert a penget ahuan kebudayaan yang dim iliki. Cara- cara yang dipilih biasanya m engadakan hubungan-hubungan sosial baik dengan pihak- pihak yang berada di dalam m aupun di luar k om unit as ( Bennet , 1976; 847- 851)
Sedang bila perilak u m anusia dalam k om unit asny a ( m asy arak at ) dipandang sebagai suat u sist em , m aka m asyarakat akan eksis dan survive apabila berada dalam suat u keseim bangan. Di m ana dit erm inasi nilai budaya akan lahir m elalui hasil k onsensus sem ua anggot a m asy arak at , selalu m em puny ai t uj uan- t uj uan y ang hendak dicapai.
Di m ana sist em nilai t ersebut bersum ber pada pola buday a y ang t erdiri at as sist em kepercayaan, sist em sim bolik dan st andar orient asi yang sam a, yang m em ungk ink an hubungan sosial, int erak si sosial dan proses sosial berj alan lancar. Proses sosial y ang t elah diform at sedem ik ian rupa oleh sist em buday a dan sist em k epercay aan y ang ada, m enj adikan set iap orang m engert i bagaim ana hubungan dengan orang lain. Set iap anggot a m asy arak at berusaha m engint regasikan diri dengan sist em nilai yang ada m elalui proses sosialisasi dan inst it usionalisasi t ersebut . Kesam aan sik ap dan ide dalam m erespon orang lain dalam proses sosial it ulah y ang oleh WI Thom as disebut sebagai " m am m on definit ion of t he sit uat ion" .
Pem olaan perilak u oleh k aedah sosial hasil k onsensus bersam a t ersebut m em puny ai k ek uat an m em ak sa dan m em ang disadari oleh sem ua anggot a m asy arak at . Dalam k eadaan sepert i it u, sist em nilai t ersebut bersifat fungsional dan m em puny ai k ek uat an int egrat if ( Talcot Parson 1971) .
Dalam krit ik yang dilont arkan oleh t eori konflik, kondisi yang digam barkan di at as t idak t erbuk t i dalam realit as. I nt egrasi m asyarak at buk an ( saj a) disebabk an adany a k ek uat an sist em nilai hasil k onsensus bersam a, t et api j uga oleh adany a dom inasi kelom pok lain. Sebab hubungan sosial selalu dit ernukan dua proses yang am bivalen, assosiat i dan dissosiat if. Assosiat if m enunj uk pada kecenderungan int egrat if, dan dissosiat if m enunj uk pada disint egrat if.