• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh variasi konsentrasi pelet sayur kubis dan sawi sebagai sumber pakan terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada kolam semen di desa Beran, Bantul.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh variasi konsentrasi pelet sayur kubis dan sawi sebagai sumber pakan terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada kolam semen di desa Beran, Bantul."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

vii ABSTRAK

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PELET SAYUR KUBIS DAN SAWI SEBAGAI SUMBER PAKAN

TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KOLAM SEMEN DI DESA BERAN, BANTUL

Maria Rety

Ikan nila merupakan ikan budidaya yang digemari masyarakat karena memiliki gizi yang cukup tinggi, harga terjangkau dan mudah dibudidayakan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah pakan. Ikan membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang cukup. Pada limbah sayur kubis dan sawi terdapat kandungan protein yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif yang diolah dalam bentuk pelet. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pelet sayur sawi dan kubis terhadap pertumbuhan ikan nila dan mengetahui berapa variasi konsentrasi yang baik untuk pertumbuhan ikan nila.

Penelitian dilakukan di Desa Beran, Bantul dan menggunakan design percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu pelet matahari/kontrol (PM), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 20% (P1), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 30% (P2) dan pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 40% (P3). Pengukuran berat ikan nila pada setiap perlakuan dilakukan setiap minggu. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi pelet sayuran kubis dan sawi terhadap pertumbuhan ikan nila digunakan analisis uji anova one factor.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu pelet matahari/kontrol (PM), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 20% (P1), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 30% (P2) dan pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 40% (P3) dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Sedangkan hasil analisis statistik yang diperoleh adalah tidak ada beda nyata antara setiap variasi konsentrasi pelet. Variasi konsentrasi 30% adalah hasil yang paling baik dalam pertumbuhan ikan nila.

(2)

viii ABSTRACT

CONCENTRATION VARIATION EFFECT OF PELLETS CABBAGE AND MUSTARD AS FEED ON THE GROWTH OF NILE TILAPIA (Oreochromis niloticus) IN CEMENT POOL IN THE BERAN VILLAGE,

BANTUL

Maria Rety

Nile tilapia is one of popular community fish farming because it has a high nutrient, affordable price and easy to cultivate . One of effect factor is feed. Fish needs enough protein contained food . The cabbage and mustard waste have a contain high protein and can be used as an alternative food to be processed as pellets. This research was intended to know the effect of cabbage and mustard pellets concentration variation on the growth of nile tilapia and how the concentration of pellets cabbage and mustard is good the growth of nile tilapia.

This research was done in Beran village, Bantul with experimental design using Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments, they are pellet matahari/ control (PM), pellet of vegetable cabbage and mustard 20% (P1), pellet of cabbage and mustard 30% (P2), pellet of vegetable cabbage and mustard 40% (P3). Data was obtained by measuring the growth of fish every week. Data was analyzed using Anova one factor to know the effect of pellets concentration variation.

The result of this research is pellet matahari/ control (PM), pellet of cabbage and mustard 20% (P1), pellet of cabbage and mustard 30% (P2), pellet of cabbage and mustard 40% (P3) could increase the growth of nile tilapia but analysis statistic between concentration variation of pellets is not significant. Concentration of 30% is the best result in the growth of nile tilapia.

Keywords : pellet of cabbage and mustard, concentration variation effect

(3)

i

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PELET SAYUR KUBIS DAN SAWI SEBAGAI SUMBER PAKAN

TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KOLAM SEMEN DI DESA BERAN, BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Maria Rety F.A.F

NIM : 121434052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

ii SKRIPSI

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PELET SAYUR KUBIS DAN SAWI SEBAGAI SUMBER PAKAN

TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KOLAM SEMEN DI DESA BERAN, BANTUL

Oleh:

MARIA RETY F.A.F NIM 121434052

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

Retno Herrani Setyati Catarina, M.Biotech

(5)

iii SKRIPSI

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PELET SAYUR KUBIS DAN SAWI SEBAGAI SUMBER PAKAN

TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KOLAM SEMEN DI DESA BERAN, BANTUL

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Maria Rety F.A.F

NIM: 121434052

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi

Program Studi Pendidikan Biologi

JPMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma

Pada tanggal: 19 Juli 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd.

Sekretaris : Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc.

Anggota : Retno Herrani Setyati Catarina, M.Biotech

Anggota : Ika Yuli Listyarini, M.Pd.

Anggota : Y.M. Lauda Feroniasanti, S.Si., M.Si

Yogyakarta, 19 Juli 2016

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sesungguhnya kesuksesan itu berjalan di atas kesusahan dan

pengorbanan

Semua ini saya persembahkan untuk Tuhan Yang Maha Kuasa yang tiada

henti-hentinya menyertai perjalanan hidup saya, hingga menyelesaikan

semuanya.

Kupersembahkan karyaku ini untuk :

1. Kedua orangtuaku tercinta

2. Kakak tercintaku (Agustina Puji Astuti)

3. Sahabat-sahabatku terkasih (Jeffri, Ailin, Nik, Wiwin, Hanny,

Kurniawati, Ade dan Mona)

4. Teman-teman P.Biologi angkatan 2012

(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Rety F.A.F

NIM : 121434052

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan ke

perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PELET SAYUR KUBIS DAN SAWI SEBAGAI SUMBER PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KOLAM SEMEN DI DESA BERAN, BANTUL.

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun loyalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 24 Juni 2016

Yang menyatakan

Maria Rety F.A.F

(9)

vii ABSTRAK

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PELET SAYUR KUBIS DAN SAWI SEBAGAI SUMBER PAKAN

TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KOLAM SEMEN DI DESA BERAN, BANTUL

Maria Rety

Ikan nila merupakan ikan budidaya yang digemari masyarakat karena memiliki gizi yang cukup tinggi, harga terjangkau dan mudah dibudidayakan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah pakan. Ikan membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang cukup. Pada limbah sayur kubis dan sawi terdapat kandungan protein yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif yang diolah dalam bentuk pelet. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pelet sayur sawi dan kubis terhadap pertumbuhan ikan nila dan mengetahui berapa variasi konsentrasi yang baik untuk pertumbuhan ikan nila.

Penelitian dilakukan di Desa Beran, Bantul dan menggunakan design percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu pelet matahari/kontrol (PM), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 20% (P1), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 30% (P2) dan pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 40% (P3). Pengukuran berat ikan nila pada setiap perlakuan dilakukan setiap minggu. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi pelet sayuran kubis dan sawi terhadap pertumbuhan ikan nila digunakan analisis uji

anova one factor.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu pelet matahari/kontrol (PM), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 20% (P1), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 30% (P2) dan pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 40% (P3) dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Sedangkan hasil analisis statistik yang diperoleh adalah tidak ada beda nyata antara setiap variasi konsentrasi pelet. Variasi konsentrasi 30% adalah hasil yang paling baik dalam pertumbuhan ikan nila.

(10)

viii ABSTRACT

CONCENTRATION VARIATION EFFECT OF PELLETS CABBAGE AND MUSTARD AS FEED ON THE GROWTH OF NILE TILAPIA (Oreochromis niloticus) IN CEMENT POOL IN THE BERAN VILLAGE,

BANTUL

Maria Rety

Nile tilapia is one of popular community fish farming because it has a high nutrient, affordable price and easy to cultivate . One of effect factor is feed. Fish needs enough protein contained food . The cabbage and mustard waste have a contain high protein and can be used as an alternative food to be processed as pellets. This research was intended to know the effect of cabbage and mustard pellets concentration variation on the growth of nile tilapia and how the concentration of pellets cabbage and mustard is good the growth of nile tilapia.

This research was done in Beran village, Bantul with experimental design using Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments, they are pellet matahari/ control (PM), pellet of vegetable cabbage and mustard 20% (P1), pellet of cabbage and mustard 30% (P2), pellet of vegetable cabbage and mustard 40% (P3). Data was obtained by measuring the growth of fish every week. Data was analyzed using Anova one factor to know the effect of pellets concentration variation.

The result of this research is pellet matahari/ control (PM), pellet of cabbage and mustard 20% (P1), pellet of cabbage and mustard 30% (P2), pellet of cabbage and mustard 40% (P3) could increase the growth of nile tilapia but analysis statistic between concentration variation of pellets is not significant. Concentration of 30% is the best result in the growth of nile tilapia.

Keywords : pellet of cabbage and mustard, concentration variation effect

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kasih dan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana pada program Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Judul yang diajukan adalah “Pengaruh

Variasi Konsentrasi Pelet Sayur Kubis Dan Sawi Sebagai Sumber Pakan Terhadap

Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Kolam Semen Di

Desa Beran, Bantul.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi :

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc, Ph.D, selaku rektor Universitas Sanata

Dharma.

2. Rohandi, Ph.D, selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd, selaku Kepala Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc, selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Biologi.

5. Retno Herrani Setyati Catarina, M.Biotech, selaku dosen pembimbing

penulisan skripsi yang selalu menyemangati dan membimbing saya.

6. Orang tua, kak Tina serta keluarga yang selalu mendukung, menyemangati,

(12)

x

7. Seluruh dosen Pendidikan Biologi, yang telah mengajar dan membimbing

selama penulisan dan menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma.

8. Jeffri, Ailin, Nik, Wiwin, Hanny, Kurniawati, Ade, dan Mona yang tiada

henti-hentinya membantu dan menyemangati saya.

9. Para sahabat P BIO 2012, terima kasih untuk semua dukungan serta

kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan serta saran dan kritik yang

bersifat membangun demi sempurnanya skripsi.

(13)

xi DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Persembahan ... iv

Halaman Keaslian Karya ... v

Lembar Persetujuan Publikasi ... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I. Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

(14)

xii

BAB II. Tinjauan Pustaka ... 6

A. Budidaya ... 6

B. Ikan Nila ... 6

1. Sejarah Ikan Nila ... 6

2. Klasifikasi Ikan Nila ... 7

3. Morfologi Ikan Nila... 7

4. Habitat Ikan Nila ... 9

5. Kelangsungan Hidup Ikan Nila ... 9

6. Kualitas Air ... 10

C. Pertumbuhan Ikan Nila ... 12

D. Pakan Alternatif ... 13

1. Limbah Sayuran ... 13

a. Sawi ... 14

b. Kubis ... 16

E. Kolam Semen ... 17

1. Keunggulan ... 18

2. Kelemahan ... 18

F. Penelitian Yang Relevan ... 19

1. Pemanfaatan Limbah Organik Sawi Sebagai Sumber Bahan Penyusun Pakan Benih Ikan Biarawan (Helostoma Temmincki) ... 19

2. Evaluasi Nilai Gizi Limbah Sayuran Produk Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila ... 20

(15)

xiii

H. Hipotesis ... 24

BAB III. Metode Penelitian ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Variabel Penelitian ... 24

C. Desain Penelitian ... 24

D. Waktu Dan Tempat Penelitian ... 25

E. Alat Dan Bahan ... 25

F. Cara Kerja ... 26

1. Pembuatan Kolam Semen ... 26

2. Pembuatan Pelet Sayur Kubis Dan Sawi ... 28

3. Aklimatisasi Ikan ... 30

4. Pemeliharaan Ikan ... 30

G. Metode Analisis Data ... 34

BAB IV. Hasil Dan Pembahasan ... 35

A. Hasil ... 35

1. Pertumbuhan Rata-Rata Berat Ikan Setiap Minggu ... 35

2. Kelangsungan Hidup Ikan ... 37

3. Kualitas Air ... 38

B. Pembahasan ... 40

1. Pertumbuhan Rata-Rata Berat Ikan Setiap Minggu ... 40

2. Kelangsungan Hidup Ikan ... 44

3. Kualitas Air ... 47

(16)

xiv

BAB V. Implementasi Penelitian Untuk Pembelajaran... 51

BAB VI. Kesimpulan Dan Saran ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

(17)

xv

DAFTAR TABEL

2.2. Tabel Pengaruh Suhu Air Terhadap Respon Konsumsi Pakan Pada

Ikan ... 11

3.1. Tabel Pengamatan Keseluruhan Perlakuan ... 32

4.2. Tabel Perhitungan Statistik Rata-Rata Berat Ikan Nila ... 37

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

2.1. Gambar Ikan Nila ... 8

2.3. Gambar Kailan ... 15

2.4. Gambar Sawi Hijau ... 15

2.5. Gambar Sawi Putih ... 15

2.6. Gambar Kubis ... 17

2.7. Alur Kerangka Berpikir ... 22

4.1. Grafik Pertumbuhan Rata-Rata Berat Ikan Nila Setiap Minggu ... 35

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ... 58

A. Silabus Mata Pelajaran ... 58

B. RPP Mata Pelajaran ... 61

Lampiran 2 . Data Hasil Penelitian ... 98

Lampiran 3. Hitungan Statistik ... 100

A. Uji Normalitas ... 100

B. Uji Homogenitas ... 101

C. Uji Anova One Factor ... 102

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ikan nila merupakan salah satu komoditas budidaya perikanan yang

banyak dikonsumsi karena memiliki beberapa kelebihan yaitu dagingnya enak,

memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Ikan nila sebagai sumber protein hewani,

berukuran relatif besar, warna daging putih, dapat hidup di perairan tawar dan

payau serta harganya murah sehingga bisa dijangkau oleh semua kalangan

masyarakat.

Budidaya merupakan salah satu upaya manusia untuk meningkatkan nilai

dari suatu komoditas dengan melihat berbagai aspek ekonomi, sosial, dan

lingkungan. Salah satu ikan konsumsi yang banyak dibudidayakan dan digemari

oleh masyarakat adalah ikan nila (Oreochromis niloticus). Ikan nila cocok

dikembangkan di Indonesia karena mudah berkembang biak, pertumbuhannya

cepat, ukurannya relatif besar, dan tahan terhadap penyakit (Gusrina, 2008). Ikan

nila rakus terhadap limbah dan sisa makanan dan mudah beradaptasi dengan

lingkungan sehingga budidaya dan pemeliharaan ikan nila tergolong mudah.

Budidaya ikan nila dapat dilakukan salah satunya dengan budidaya ikan pada

sistem kolam semen. Sistem kolam semen memiliki kelebihan antara lain: lebih

awet digunakan dibanding kolam lainnya sebab memiliki struktur bangunan yang

paling kokoh, tidak perlu memasang atau mengganti terpal dan biaya perawatan

(21)

Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor faktor luar dan faktor dalam.

Salah satu faktor dalam adalah genetik dari ikan tersebut, sedangkan faktor luar

adalah adalah pakan. Kebutuhan nutrisi haruslah seimbang seperti kadar protein,

lemak, karbohidrat, vitamin dan mikro nutrient lainnya harus ada pada pakan

tersebut. Ikan nila membutuhkan protein yang berfungsi sebagai sumber energi

utama, dengan kadar protein lebih dari 25% dari berat pakan.

Dalam memenuhi kebutuhan pakan ikan dapat dilakukan dengan mencari

sumber bahan pakan alternatif yang murah, mudah didapat, kualitasnya baik

sehingga dapat menekan biaya produksi dan memperbesar keuntungan yang

didapatkan. Selain itu terdapat bahan-bahan limbah yang tersedia cukup melimpah

dan punya nilai nutrisi untuk dijadikan sebagai pakan.

Salah satu contoh bahan pakan alternatif yang akan dikembangkan adalah

limbah sayur yang merupakan kumpulan berbagai macam sayur yang tidak layak

jual seperti kubis dan sawi sebagai bahan pakan sumber protein nabati. Limbah

sayur sawi dan kubis di Pasar Niten jumlahnya sangat melimpah dan kurang

dimanfaatkan limbah tersebut. Menurut salah satu praktisi budidaya ikan, limbah

sayur seperti kubis dan sawi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan yang diolah

sebagai pelet hal ini dikarenakan pada limbah sayur kubis dan sawi mengandung

protein yang dapat digunakan untuk pertumbuhan ikan nila. Kandungan gizi yang

terdapat dalam limbah sayur sawi dan kubis antara lain berkisar: protein kasar

sebesar 38% serat kasar sebesar 1,5-1,7% dan lemak 0.65% (Almatsier, 2006).

Dalam pembuatan pelet sayur kubis dan sawi yaitu sawi harus dilayukan/

(22)

mencampur bahan-bahan seperti tepung tapioka, vitamin dan dedak yang

ditimbang sesuai dengan analisis bahan yang dapat menjadi pilihan alternatif

pakan ikan (Bidura, 2010). Penggunaan limbah sayur dapat menekan biaya

operasional dalam pemberian pakan ikan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai

Pengaruh Variasi Konsentrasi Pelet Sayur Kubis Dan Sawi Sebagai Sumber Pakan

Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Kolam

(23)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh variasi konsentrasi pelet sayur kubis dan sawi

sebagai sumber pakan terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis

niloticus)?

2. Pada konsentrasi berapa variasi pelet sayur kubis dan sawi yang baik

sebagai sumber pakan terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis

niloticus)?

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Sayur yang digunakan limbah sayur kubis putih dan sawi hijau.

2. Ikan nila yang digunakan berumur 3 bulan, berat 15-20 gram dan panjang

ikan antara 10-12 cm.

3. Parameter pertumbuhan yang diamati yaitu berat dan kelangsungan hidup

ikan nila yang diukur setiap minggunya.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pelet sayur kubis dan sawi

sebagai sumber pakan terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis

(24)

2. Mengetahui pada konsentrasi berapa variasi konsentrasi pelet sayur kubis

dan sawi yang baik terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis

niloticus).

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan terhadap budidaya ikan dalam hal pemberian

pakan alternatif limbah sayur sawi dan kubis dalam upaya peningkatan

pertumbuhan pada ikan.

b. Memberikan alternatif dalam pemberian pakan ikan sebagai

peningkatan kualitas ikan yang akan dibudidaya.

2. Bagi Masyarakat

a. Memberikan informasi tentang adanya kandungan protein pada limbah

sayur sawi dan kubis yang dapat diolah sebagai pakan ikan.

b. Menumbuhkan minat dan kreativitas praktisi pembudidaya ikan untuk

menumbuhkan atau memanfaatkan nilai ekonomis limbah sayur sebagai

bahan pakan ikan.

3. Bagi Dunia Pendidikan

Dapat diaplikasikan sebagai referensi dalam materi pembelajaran

pemanfaatan limbah pada kelas X sebagai bahan praktikum pengelolaan

(25)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Budidaya

Budidaya adalah suatu kegiatan yang dapat dilakukan ditempat

tertutup atau terbuka seperti kolam, tambak, jaring terapung atau dapat

dikatakan sebagai usaha yang bermanfaat dan memberi hasil suatu sistem

yang digunakan untuk memproduksi sesuatu di bawah kondisi buatan

(Gusrina, 2008).

B. Ikan Nila

1. Sejarah Ikan Nila

Ikan nila sebenarnya berasal dari Afrika kemudian ikan nila

pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Bogor (Balai Penelitian

Perikanan Air Tawar) pada tahun 1969. Setahun kemudian, ikan ini mulai

ditebarkan ke beberapa daerah di Indonesia (Khairul, 2008). Setelah

melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini kemudian disebarluaskan

kepada petani di seluruh Indonesia. Pemberian nama “Nila” berdasarkan

ketetapan Direktur Jenderal Perikanan tahun 1972, jadi “Nila” adalah

nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur

Jenderal Perikanan. Nama tersebut diambil dari nama spesies ikan ini,

yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi nila. Para pakar perikanan

(26)

Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. dan dalam bahasa Inggris

dikenal sebagai Nile tilapia (Suyanto, 2003).

2. Klasifikasi Ikan Nila

Menurut Djarijah (2002) ikan nila (Oreochromis niloticus)

mempunyai klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub-filum : Vertebrata

Kelas : Osteichtyes

Sub-kelas : Acanthopterigii

Ordo : Percimorphi

Sub-ordo : Percoidea

Famili : Chiclidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus.

3. Morfologi Ikan Nila

Ikan nila secara umum memiliki ciri morfologis yaitu sirip perut

torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu,

tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya

hitam dan agak keputihan. Bagian tutup insang berwarna putih, sedangkan

pada nila lokal putih agak kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila

berukuran besar, kasar dan tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang

(27)

terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis bagian atas

memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung

sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan mulut

berada di ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Kottelat et al.,

2003).

Bentuk badan ikan nila (Oreochromis niloticus) ialah pipih ke

samping memanjang, memiliki garis vertikal pada badan sebanyak 9–11

buah dan garis pada sirip berwarna merah berjumlah 6–12 buah. Pada sirip

punggung terdapat juga garis-garis miring. Mata kelihatan menonjol dan

relatif besar dengan bagian tepi mata berwarna putih. Badan relatif lebih

tebal dan kekar dibandingkan ikan mujair. Garis lateralis (gurat sisi di

tengah tubuh) terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak lebih

bawah (Susanto, 2007). Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Ikan nila

(28)

4. Habitat Ikan Nila

Ikan nila mempunyai habitat di perairan tawar, seperti sungai,

danau, waduk dan rawa tetapi karena toleransinya yang luas terhadap

salinitas, sehingga ikan dapat pula hidup dan berkembang biak di perairan

payau dan laut (Suyanto, 2003). Ikan nila air tawar yang berukuran 2-5 cm

dapat dipindahkan ke air payau dengan proses adaptasi yang bertahap,

karena ikan lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dari pada ikan

yang sudah besar. Pemindahan secara mendadak dapat menyebabkan ikan

tersebut stress bahkan mati (Kordi, 2000).

Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik

dengan lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi

terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah

yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah

(Arie, 2007). Ikan nila mampu hidup pada suhu 25 – 300 C dengan suhu

terbaik adalah 25-300 C dan dengan nilai pH air antara 6-8,5. Hal yang

paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar

garam jumlah 0 – 29 % sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan

baik. Meski nila bisa hidup dikadar garam sampai 35% namun ikan sudah

tidak dapat tumbuh berkembang dengan baik (Gusrina, 2008).

5. Kelangsungan Hidup Ikan Nila

Kelangsungan hidup merupakan nilai persentase jumlah yang hidup

selama masa pemeliharaan tertentu. Padat penebaran ikan yang tinggi

(29)

2009). Kelangsungan hidup ikan dapat dipengaruhi oleh faktor biotik yaitu

parasit, kualitas air, pakan, umur, persaingan, predator, penanganan

manusia dan kepadatan penebaran. Sedangkan faktor abiotik adalah sifat

fisika dan kimia dalam perairan (Arie, 2007).

6. Kualitas Air

Kualitas air adalah kelayakan perairan untuk mendukung

kehidupan dan pertumbuhan ikan yang ditentukan oleh fisika dan kimia.

Kualitas air pada kolam budidaya harus sesuai dengan persyaratan ikan

yang dibudidayakan. Air harus bersih, kaya akan pakan alami,

mengandung unsur hara dan mineral, dan tidak mengandung bahan-bahan

beracun. Beberapa pengaruh masing-masing parameter kualitas air

terhadap kehidupan ikan nila adalah sebagai berikut:

a. Suhu

Suhu berpengaruh terhadap kehidupan karena lingkungan akan

mempengaruhi aktivitas di dalam sel tubuh. Peningkatan suhu

menyebabkan ikan lebih banyak mengkonsumsi pakan sehingga dapat

menurunkan rasio konversi pakan dan dapat mempengaruhi kecepatan

metabolisme. Ikan nila tumbuh baik di daerah dengan suhu 25-300 C

dan kurang cocok dibudidayakan di daerah yang dingin. Perubahan

temperatur yang sangat drastis dapat menganggu laju respirasi dan

menyebabkan stress pada ikan (Djarijah, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian suhu air sangat berpengaruh

(30)

selama berlangsung kegiatan budidaya. Respon tersebut dapat dilihat

[image:30.595.85.517.187.634.2]

pada Tabel 2.2 (Gusrina, 2008).

Tabel 2.2. Pengaruh suhu air terhadap respon konsumsi pakan pada ikan

Suhu air (0 C) Respon konsumsi pakan Mendekati 0 Kondisi kritis minimal

8-10 Tidak respon terhadap pemberian pakan 15 Pemberian pakan berkurang

22 50% optimum

28-30 Pemberian pakan optimum

33 50% optimum

35 Pemberian pakan berkurang

36-38 Tidak respon terhadap pemberian pakan 38-42 Kondisi kritis minimal

b. pH (derajat keasaman)

pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang

menunjukkan asam atau basa dalam suatu perairan. Sifat senyawa di

dalam air berupa asam dan basa, asam menghasilkan ion hidrogen

(H+) bila dilarutkan di dalam air, sedangkan basa bila dilarutkan dalam

air menghasilkan ion hidroksil (OH). Faktor yang mempengaruhi pH

yaitu konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam.

Kisaran pH yang optimal untuk pertumbuhan ikan nila yaitu 6-8,5

(31)

C. Pertumbuhan Ikan Nila

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat.

Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon dan lingkungan. Meskipun

secara umum, faktor lingkungan yang memegang peranan sangat penting

adalah zat hara dan suhu lingkungan. Akan tetapi, di daerah tropis zat hara

lebih penting dibandingkan lingkungan. Tidak semua makanan yang dimakan

oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan

digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi (Mudjiman, 2004).

Aspek fisiologi pencernaan dan pakan merupakan faktor penting

untuk memacu pertumbuhan, lambatnya pertumbuhan diduga disebabkan dua

faktor utama, yaitu :

1. Kondisi internal ikan sehubungan dengan kemampuan ikan dalam

mencerna dan memanfaatkan pakan untuk pertambahan bobot tubuh.

2. Kondisi eksternal pakan, yang formulasinya belum mengandung sumber

nutrien yang tepat dan lengkap (Wiadnya, 2000).

D. Pakan Alternatif

Pakan alternatif adalah pakan buatan sendiri dari bahan-bahan lokal

yang dicampur sendiri untuk mendapatkan pakan dengan nutrisi yang cukup

untuk pertumbuhan, hal ini karena pakan telah di rekayasa sehingga

memenuhi kebutuhan nutrisi untuk ternak baik kandungan protein, energi

metabolisme, kandungan lemak, batasan kandungn serat kasar serta vitamin

(32)

Penyusunan formulasi pakan merupakan suatu kompetensi yang harus

dimiliki oleh para pembudidaya ikan yang akan membuat pakan ikan sendiri

karena pakan ikan yang dibuat mempunyai keuntungan yang lebih baik

dibandingkan dengan membeli di pasar. Pakan ikan yang dibuat sendiri

mempunyai formulasi sesuai dengan kebutuhan ikan yang akan

mengkonsumsi pakan tersebut (Gusrina, 2008).

1. Limbah Sayur

Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah

didefinisikan sebagai buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia.

Salah satu limbah yang banyak terdapat di sekitar kota adalah limbah

pasar. Limbah pasar merupakan bahan-bahan hasil sampingan dari

kegiatan manusia yang berada di pasar dan banyak mengandung bahan

organik limbah pasar yang banyak mengandung bahan organik adalah

limbah hasil pertanian seperti sayur, buah-buahan dan daun-daunan serta

dari hasil perikanan dan peternakan (Ningrum, 2014).

Salah satu bahan pakan alternatif sumber protein asal nabati yaitu

limbah sayur yang ketersediaannya cukup melimpah dan belum

dimanfaatkan untuk penunjang budidaya ikan. Hal ini dikarenakan limbah

sayuran sangat mudah busuk tetapi di dalamnya masih mengandung

zat-zat makanan yang dapat dimanfaatkan oleh ikan.

Penelitian tentang batas maksimal penggunaan limbah sayuran

belum pernah dilakukan, akan tetapi dengan adanya pengolahan terlebih

(33)

tersebut sudah tidak mengandung bakteri pembusuk (Sudjana, 2006). Ada

beberapa jenis limbah sayur yang dapat digunakan sebagai pakan ternak di

antaranya bayam, kangkung, kubis, sawi dan kulit jagung (Bidura, 2010).

Beberapa jenis limbah sayur yang digunakan dalam penelitian adalah

sebagai berikut:

a. Sawi

Sawi (Brasscia juncea L) merupakan jenis sayur yang digemari

oleh masyarakat Indonesia. Konsumennya mulai dari golongan

masyarakat kelas bawah hingga golongan masyarakat kelas atas.

Kelebihan lainnya sawi mampu tumbuh baik di dataran rendah maupun

dataran tinggi. Sawi mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis

krop, kubis bunga, dan brokoli. Tanaman sawi diduga berasal dari

Tiongkok (Cina), tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2500 tahun

lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan (Rukmana,

2002).

Sistematika tumbuhan (taksonomi), dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnilioposida

Ordo : Brassicales

Famili : Brassicaceae

Genus : Brassica

(34)

Gambar 2.3. Kailan Gambar 2.4. Sawi Hijau

Gambar 2.5. Sawi Putih

(Sumber: Muktiani, 2006)

Jenis limbah sawi yang banyak di pasaran yaitu limbah sawi

hijau/caisim dan sawi putih. Sawi memiliki kadar air yang cukup tinggi,

mencapai lebih dari 95%. Jika akan diolah menjadi pelet, terlebih

dahulu sawi harus dilayukan/ dijemur atau dikering-anginkan untuk

mengurangi kadar airnya. Nilai energi dan protein kedua jenis sawi ini

setelah ditepungkan hampir sama, berada pada kisaran 3200 - 3400

kcal/kg dan 25% - 32% (Almatsier, 2006) .

b. Kubis

Kubis (Brassica oleraceae) adalah salah satu sayuran dari famili

Brassicaceae yang dapat menjadi pilihan makanan yang baik karena

memberikan serat dan vitamin dasar namun rendah kalori. Sayuran ini

lazim ditanam di Indonesia seperti famili Brassicaceae yang lain seperti

(35)

ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi dengan curah hujan

rata-rata 850-900 mm. Daunnya bulat, oval, sampai lonjong,

membentuk roset akar yang besar dan tebal, warna daun

bermacam-macam, antara lain putih (forma alba), hijau, dan merah keunguan

(forma rubra). Buahnya buah polong berbentuk silindris, panjang 5-10

cm, berbiji banyak. Biji berdiameter 2-4 mm, berwarna cokelat kelabu

(Muktiani, 2006).

Kandungan nutrien limbah kubis yaitu 15,74% bahan kering

(BK), 12,49% abu, 23,87% protein kasar (PK), 22,62% serat kasar

(SK), 1,75% lemak kasar (LK) dan 39,27% BETN (Almatsier, 2006).

Sistematika tumbuhan (taksonomi), kubis diklasifikasikan

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnilioposida

Ordo : Brassicales

Famili : Brassicaceae

Genus : Brassica

(36)

Gambar 2.6. Kubis.

(Sumber: Muktiani, 2006)

E. Kolam Semen

Kolam semen adalah kolam yang bagian dasar kolam dan

pematangnya di semen sehingga tidak mudah rusak (permanen). Kolam

semen relatif aman dari berbagai hama dan minim resiko akan rusak /

kebocoran. Selain itu dari segi estetika, kolam semen juga lebih rapi dan enak

dipandang.

1. Keunggulan :

a. Kolam semen paling awet digunakan dibanding kolam lainnya

sebab memiliki struktur bangunan yang paling kokoh.

b. Tidak perlu memasang atau mengganti terpal.

c. Biaya perawatan paling murah.

d. Sistem pengairan dapat dibuat dengan baik, untuk memaksimalkan

sirkulasi air, pengeringan kolam dan juga perawatan.

e. Kolam tidak mudah rusak, terkikis maupun berlubang (karena

(37)

f. Proses pengeringan kolam lebih cepat (1-2 hari).

g. Mencegah predator dan kompetitor alami bersarang di dalam kolam

secara permanen.

2. Kelemahan

a. Biaya pembuatan yang mahal.

b. Untuk kolam semen yang baru jadi perlu dikompos agar lumut dapat

tumbuh, jangka waktunya bisa berbeda-beda (dengan teknik

pengomposan yang benar bisa digunakan setelah 1 bulan), sehingga

(38)

F. Penelitian yang relevan

1. Penelitian Zulmi (2009) Dengan Judul Pemanfaatan Limbah Organik Sawi Sebagai Sumber Bahan Penyusun Pakan Benih Ikan Biawan (Helostoma temmincki).

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan persentase yang optimal

dari limbah organik sawi dalam pembuatan ransum pakan untuk

menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan biawan

yang baik. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3

ulangan perlakuan A, pakan tanpa limbah organik (kontrol) perlakuan B,

pakan dengan limbah organik 15% dari berat total pakan perlakuan C,

Pakan dengan limbah organik 30% dari berat total pakan perlakuan D,

pakan dengan limbah organik 45% dari berat total pakan. Parameter yang

dilakukan adalah retensi/penyimpanan protein dan lemak, pertumbuhan

harian, efesiensi pakan dan kelangsungan hidup ikan. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa penambahan limbah sawi pada pembuatan pakan

buatan yang optimal terdapat pada penambahan limbah sawi sebanyak 30

(39)

2. Penelitian Ika (2006) Dengan Judul Evaluasi Nilai Gizi Limbah Sayuran Produk Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan gizi

limbah sayuran dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan benih ikan nila

gift. Ikan nila gift merupakan varietas baru hasil persilangan antara

beberapa varietas ikan nila yang berkembang di berbagai negara. Evaluasi

gizi dilakukan secara deksriptif terhadap sample limbah sayuran hasil pra

pengolahan sebelum penjemuran dan penepungan. Sedangkan uji biologis

dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak

Lengkap lima perlakuan empat ulangan dengan perlakuan pelet: A (tepung

limbah sayuran 0%), B (tepung limbah sayuran 5%); C (tepung limbah

sayuran 10%); D (tepung limbah sayuran 15%); E (tepung limbah sayuran

20%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah sayuran yang tidak

diolah terlebih dahulu sebelum penepungan mempunyai protein paling

tinggi dan penggunaan tepung limbah sayuran tidak berpengaruh nyata

terhadap pertumbuhan mutlak ikan nila gift. Dengan demikian limbah

sayuran dapat digunakan dalam pakan ikan nila gift sampai 20% (Ika,

(40)

G. Kerangka Berpikir

Ikan nila merupakan salah satu kegemaran masyarakat karena banyak

dikonsumsi dan memiliki beberapa kelebihan yaitu budidaya mudah,

dagingnya enak, memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Pertumbuhan ikan

ditentukan oleh 2 faktor yaitu faktor dalam (genetik ikan) dan faktor luar

(pakan ikan). Dimana salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dalam

meningkatkan gizi ikan yaitu pakan. Ada 2 jenis pakan yang biasanya

digunakan/ manfaatkan yaitu pelet yang terbuat dari pabrik dan pelet

alternatif.

Pelet pabrik biasanya sangat mudah ditemui dimana pun namun harga

dipasaran saat ini relatif mahal sehingga peneliti ingin mencari pengganti

pelet pabrik yang dapat menekan biaya operasional. Dalam hal memberi

pakan ikan yaitu dengan pelet alternatif yang memanfaatkan limbah sayuran

seperti kubis dan sawi yang kurang dimanfaatkan dimana pada limbah

sayuran terdapat kandungan protein yang dapat dijadikan sebagai pakan ikan

seperti dengan pelet pabrik yang ada pada umumnya.

Dalam penelitian tentang pelet alternatif untuk pemberian pakan

diberikan sebanyak 2 kali/hari dengan komposisi PM (pelet pabrik) , P1 (pelet

alternatif 20%) , P2 (pelet alternatif 30%) , P3 (pelet alternatif 40%) dimana

pengukuran nantinya akan dilakukan 1 kali seminggu untuk mengetahui

pertumbuhan berat ikan nila dan diharapkan pakan alternatif ini dapat

(41)
[image:41.595.87.509.93.683.2]

Gambar 2.5. Alur kerangka berpikir Pertumbuhan Kegemaran Masyarakat Faktor luar Faktor dalam Budidaya mudah,dagingnya enak,nilai gizi

cukup tinggi Genetik Pakan

Pelet Pabrik Pelet Alternatif

Limbah sayuran seperti kubis dan sawi yang melimpah

kurang dimanfaatkan dan harga lebih murah Mudah ditemui dan

harga relatif mahal

Mengandung protein yang tinggi

untuk pakan ikan

Mengandung sumber protein

Dapat diolah untuk dijadikan pelet untuk pakan ikan

Dalam penelitian dilakukan pemberian pakan sebanyak 2x/hari dengan komposisi:

PM : Pelet Matahari(Pabrik)

P1 : Pelet Alternatif 20%

P2 : Pelet Alternatif 30%

P3 : Pelet Alternatif 40% Pengukuran dilakukan 1x

seminggu dan dicatat pertumbuhan berat ikan

Diharapkan pakan alternatif dapat

meningkatkan pertumbuhan berat ikan

(42)

H. Hipotesis

1. Pengaruh variasi konsentrasi pelet sayur (kubis dan sawi) sebagai sumber

pakan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan nila.

2. Pengaruh konsentrasi 30% pelet sayur (kubis dan sawi) memberikan

(43)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksperimen

yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian variasi konsentrasi

pelet sayur kubis dan sawi sebagai pakan terhadap pertumbuhan ikan nila.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, kami menggunakan 3 jenis variabel, yaitu

sebagai berikut:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi pemberian

pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) pada ikan nila.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah berat dan kelangsungan hidup

ikan nila .

3. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah pelet matahari (pabrik), usia

ikan dan waktu/intensitas pemberian pakan.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)

yaitu rancangan paling sederhana seperti pengaruh beberapa perlakuan

dengan sejumlah ulangan menjadi satuan-satuan percobaan, yang terdiri dari

(44)

Untuk setiap perlakuan diujikan ikan nila sebanyak 10 ekor pada setiap kolam

semen. Perlakuan yang dilakukan sebagai berikut :

1. PM : Pelet Matahari (pabrik)/kontrol

2. P1 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi)20%

3. P2 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 30%

4. P3 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 40%

D. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu

Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu pada 01 Maret - 08

Mei 2016.

2. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Desa Beran, Bantul,Yogyakarta.

E. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu :

Ember, cangkul, palu, meteran, saringan pasir dari anyaman bambu atau

kawat, cetok, penggosok dinding (lepan), baki plastik, kain kasa,

timbangan, jaring ikan, termometer, pH meter, log book, alat tulis dan

kamera.

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu :

Limbah sayur (kubis dan sawi), ikan nila merah sebanyak 10 ekor per

(45)

(vitamin ikan, terigu tapioka dan dedak), air, kertas label, pipa, semen,

pasir dan batu.

F. Cara Kerja

1. Pembuatan kolam semen

a. Kolam semen dibangun dengan langkah sebagai berikut:

1) Ukuran tanggul per kolam dibuat 80 cm x 80 cm x 80 cm

dengan menggunakan semen yaitu dengan komponen bahan

seperti air, pasir, batu dan kapur dicampur.

2) Tanggul dibangun dan penimbunan tanah pada masing-masing

sisi digunakan dengan cetok.

3) Agar tanggul tanah lebih kuat, maka pada waktu pembuatannya

perlu dicampurkan atau disumbatkan tanah liat berpasir yang

telah dilumatkan. Penyumbatan dilakukan bersamaan dengan

waktu dibuat tanggul atau setelah tanggul selesai dibangun.

4) Pembuatan sumbatan dilakukan secara berselang-seling.

Sebelum tempat (lokasi) tanggul ditimbuni tanah, terlebih

dahulu digali sedalam 0,25 m. Lebar galian ini, disesuaikan

dengan lebar tanggul yang dibangun di atasnya. Pada galian ini

dimasukkan lumatan tanah liat berpasir setinggi 30 cm dari

(46)

b. Pembuatan dan pemasangan perlengkapan kolam ikan

Pembuatan dan pemasangan perlengkapan kolam ikan

dilakukan bersamaan dengan pembuatan tanggul.

1) Pengelolaan air kolam dipermudah dengan diberi saluran air.

Saluran air yaitu saluran air masuk dan saluran pengeluaran

(pembuangan).

2) Saluran pintu air yang terbuat dari pipa dipasang. Pemasangan

saluran air pada tanggul ini cukup dengan dibenamkan bagian

tengah pipa ke dalam tanggul sehingga kedua ujungnya terbuka.

Posisi pipa mendatar sejajar dengan permukaan tanggul. Salah

satu ujung mencuat di atas permukaan kolam dan ujung lainnya

mencuat pada sumber atau saluran air.

3) Ujung pipa yang dicuat di luar tanggul disambung dengan pipa

siku dan disambung lagi dengan potongan pipa PVC setinggi

tanggul kolam.

2. Pembuatan pelet sayur kubis dan sawi

Pelet alternatif yang siap digunakan harus dibuat dengan dilakukan

hal-hal sebagai berikut :

a. Limbah sayur kubis dan sawi dicuci/bilas dengan air bersih.

b. Limbah sayur kubis dan sawi dijemur oleh panas matahari

sampai kering.

c. Limbah sayur kubis dan sawi yang sudah kering kemudian

(47)

d. Tepung limbah sayur kubis dan sawi ditimbang dan siap untuk

digunakan. Untuk dijadikan pelet, bahan-bahan yang

dipersiapkan adalah tepung tapioka, dedak, vitamin ikan dan

air yang masing-masing ditimbang sesuai dengan analisis

bahan dan semua bahan dicampur dan diaduk menjadi satu.

Analisis perhitungan komposisi setiap perlakuan konsentrasi

pembuatan pelet sayur dalam 1000 gram yaitu:

1) Pada P1: Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 20%

a) Tepung sayur (kubis+sawi) = 1000 x 20% = 200 gram

b) Tepung tapioka = 1000 x 30% = 300 gram

c) Dedak = 1000 x 30% = 300 gram

d) Vitamin = 1000 x 10% = 100 gram

e) Air = 1000 x 10% = 100 liter

Perbandingan = 2:3:3:1:1

2) Pada P2: Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 30%

a) Tepung sayur (kubis+sawi) = 1000 x 30% = 300 gram

b) Tepung tapioka = 1000 x 25% = 250 gram

c) Dedak = 1000 x 25% = 250 gram

d) Vitamin = 1000 x 10% = 100 gram

e) Air = 1000 x 10% = 100 liter

Perbandingan = 3:2,5:2,5:1:1

3) Pada P2: Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 40%

(48)

b) Tepung tapioka = 1000 x 20% = 200 gram

c) Dedak = 1000 x 20% = 200 gram

d) Vitamin = 1000 x 10% = 100 gram

e) Air = 1000 x 10% = 100 liter

Perbandingan = 4:2:2:1:1

e. Setelah adonan terbentuk selanjutnya dicetak dengan mesin

penggiling pelet sehingga dihasilkan pelet basah yang

panjangnya seperti mie. Kemudian pelet basah tersebut

dipotong 0,5 cm dan terbentuk butiran- butiran lalu dijemur di

panas matahari seharian dan pelet ditimbang dan siap

digunakan.

3. Aklimatisasi Ikan nila

Sebelum dilakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian

aklimatisasi ikan/ penyesuaian ikan terhadap lingkungannya.

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk aklimatisasi ikan yaitu:

a. Untuk persiapan ikan nila uji, digunakan kolam semen yang telah

dibuat untuk tempat aklimatisasi.

b. Ikan nila uji dimasukkan ke dalam kolam semen yang sudah disiapkan

sesuai dengan penebaran ikan nila yang telah direncanakan yaitu 5 ekor

benih ikan nila/ kolam.

c. Aklimatisasi ikan nila dilakukan selama 7 hari untuk melihat apakah

ikan nila dapat menyesuaikan diri dengan kolam semen yang telah

(49)

4. Pemeliharaan Ikan

a. Pemilihan Ikan

1) Pemilihan ikan dipilih usia sekitar 3 bulan dengan panjang sekitar

10-12 cm berat 15-20 gram/ekor.

2) Ikan nila sebanyak 10 ekor ditebarkan pada setiap kolam semen.

b. Pemberian pakan ikan

Untuk pakan ikan yaitu berupa pelet yang diberikan 2 kali (pagi dan

sore) dalam sehari pada masing-masing kolam dengan komposisi

sebagai berikut:

PM : Pelet Matahari (pabrik)/kontrol

P1 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 20%

P2 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 30%

P3 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 40%

Untuk perhitungan pemberian pakan disesuaikan dengan bobot ikan

setiap minggunya pada ikan nila dengan perhitungan sebagai berikut:

Misalnya: dalam 4 kolam masing-masing terdapat 10 ekor ikan nila

awal berukuran 10-20 gram/ekor.

Rata-rata bobot ikan = (10+20) / 2 = 15 gram/ekor.

Perhitungan pemberian pakan = 15 gram x 10 ekor ikan nila x 3% = 4,5

gram = 0,0045 kilogram.

Cek bobot ikan setiap minggu untuk menyesuaikan jumlah pakan.

(50)

Hal ini dilakukan setiap seminggu sekali untuk dibuang sisa-sisa

endapan yang terdapat pada dasar kolam agar kehidupan

perkembangbiakan ikan menjadi lebih baik dengan cara :

1) Semua ikan nila dipindahkan pada ember yang sudah berisi air.

2) Air yang terdapat pada kolam dibuang melalui pipa saluran yang

telah dibuat.

3) Jika terdapat sisa-sisa kotoran/endapan dapat dibersihkan dengan

disiram selang air melalui pipa saluran.

4) Jika sudah bersih dapat diisi kembali dengan air dan ikan yang

berada dalam ember dapat dipindahkan kembali ke dalam kolam

semen.

d. Pengukuran pertumbuhan ikan

Pengukuran berat ikan dilakukan 1 x seminggu yang dilakukan dengan

cara :

1) Ikan satu per satu dipindahkan pada kolam pertama ke ember yang

berisi air.

2) Ikan satu per satu diambil untuk dipindahkan pada ember dan

ditimbang beratnya pada timbangan.

3) Hasil pengukuran berat ikan dicatat pada logbook.

4) Diulangi kembali langkah untuk mengukur ikan selanjutnya pada

(51)

5) Setelah diukur semua berat ikan hasil pengukuran kemudian

dirata-rata sebagai hasil pengukuran akhir dari berat setiap ikan pada

kolam.

Tabel 3.1. Pengamatan Keseluruhan Perlakuan Perlakuan Jumlah

Ikan

Berat Ikan Nila (gram) setiap minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(52)

Perlakuan Jumlah Ikan

Berat Ikan Nila (gram) setiap minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

P3 (Pelet alternatif

40 %)

(53)

G. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara menggunakan program SPSS.

Data yang diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan merupakan data

mentah yang meliputi berat ikan nila. Analisis data menggunakan uji Anova

One Factor. Uji Anova One Factor merupakan salah satu uji komparatif yang

digunakan untuk menguji perbedaan mean (rata-rata) pada data yang lebih

dari 2 kelompok. Dalam melakukan analisis data dengan uji tersebut tentunya

harus didukung dengan pengujian normalitas serta homogenitas dalam arti

bahwa kedua pengujian tersebut merupakan persyaratan analisis data sebelum

melakukan uji Anova One Factor.

Uji normalitas merupakan pengujian yang bertujuan untuk

memperlihatkan bahwa data penelitian yang dilakukan memiliki distribusi

yang normal atau tidak. Normalitas dipenuhi jika hasil uji signifikan dengan

taraf signifikan (α = 0,05). Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas

adalah apabila nilai signifikansi lebih besar dari α , maka data tersebut

berdistribusi normal. Sebaliknya apabila nilai signifikansi lebih kecil dari α ,

maka data tersebut tidak berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji

normalitas maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Pengujian tersebut

bertujuan mengetahui varian dari beberapa populasi sama atau tidak. Adapun

dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah apabila nilai

signifikansi lebih dari α , maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau

lebih kelompok populasi data adalah sama. Baik uji normalitas maupun uji

(54)

35 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Penelitian diawali dengan aklimatisasi ikan selama kurang lebih 7

hari kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat ikan nila setiap minggu

selama 2 bulan, nilai kelangsungan hidup ikan dan kualitas air.

1. Pertumbuhan Rata-rata Berat Ikan Setiap Minggu

Berdasarkan hasil pengukuran pertumbuhan rata-rata berat ikan

nila setiap minggu seperti grafik di bawah ini:

Gambar 4.1. Grafik pertumbuhan rata-rata berat ikan nila/minggu

Keterangan :

PM : Pelet Matahari (pabrik)/kontrol

[image:54.595.87.526.266.621.2]
(55)

Berdasarkan rata-rata pertumbuhan berat ikan nila setiap

minggunya pada 3 perlakuan dan kontrol secara umum mengalami

kenaikan pertumbuhan berat yang berbeda setiap minggunya. Pada grafik

4.1 setiap minggunya rata-rata kenaikan sekitar 10 gr/minggu. Kenaikan

berat ikan ini berlaku pada semua perlakuan yang dapat dikatakan hampir

sama karena ikan nila sedang melakukan penyesuaian terhadap pakan

buatan yang digunakan untuk bertahan hidup. Namun dapat dilihat dari

semua perlakuan yang digunakan sebagai pakan ikan pertumbuhan ikan

nila pada P2 yang mengalami kenaikan pertambahan berat ikan yang

paling tinggi, pada P3 kenaikan pertambahan berat ikan nila juga tidak

berbeda jauh dari P2. Sedangkan pada P1 dan PM dapat dikatakan relatif

sama.

Untuk mengetahui keseragaman variasi data masing-masing

perlakuan maka dilakukan uji homogenitas menggunakan lavene diperoleh

hasil seperti F hitung < F tabel maka dari itu data homogen (lampiran 3).

Data yang homogen artinya pada masing-masing perlakuan mempunyai

keseragaman variasi data. Setelah dilakukan pengujian data homogenitas

(lampiran 3) dan normalitas (lampiran 3) kemudian dilakukan analisis

variasi dengan Anova one factor untuk mengetahui terdapat perbedaan

yang nyata atau tidak pada rata-rata pertumbuhan berat ikan nila setiap

(56)
[image:56.595.83.517.146.652.2]

Tabel 4.2. Perhitungan statistik rata-rata berat ikan nila/minggu Source of

variation

SS Df Ms F

P-Value

F crit

Between groups

58,228 3 19,409 0,014 0,92 2,86

Within groups

46705,308 36 1297,370

Total 46763,536 39

Berdasarkan pengujian statistik menggunakan uji Anova one factor

diperoleh hasil F hitung (0,014) < F tabel (2,86) berarti data tidak

signifikan. Ho diterima, Hi ditolak yang berarti rata-rata pertumbuha berat

ikan nila setiap minggu tidak menunjukkan perbedaan nyata pada

masing-masing perlakuan. Berdasarkan hasil analisis data dapat dikatakan bahwa

pengaruh variasi konsentrasi pelet sayur kubis dan sawi sebagai sumber

pakan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ikan nila.

2. Kelangsungan Hidup Ikan

Kelangsungan hidup digunakan untuk mengetahui toleransi dan

kemampuan ikan untuk bertahan hidup. Nilai kelangsungan hidup dapat

diketahui dengan membandingkan jumlah ikan pada populasi setiap

perlakuan yang hidup pada saat awal penelitian dengan ikan yang hidup

pada populasi setiap perlakuan. Nilai kelangsungan hidup akan tinggi jika

faktor kualitas dan kuantitas pakan, serta kualitas lingkungan mendukung.

Kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian untuk semua

perlakuan dan ulangan adalah 100% dapat dilihat pada grafik sebagai

(57)

Gambar 4.2. Grafik Kelangsungan Hidup Ikan Nila

Keterangan:

PM : Pelet Matahari (pabrik)/kontrol

P1 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 20%

P2 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 30%

P3 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 40%

3. Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor kimia dan fisika yang dapat

mempengaruhi lingkungan media pemeliharaan dan secara tidak langsung

akan mempengaruhi proses metabolisme benih ikan nila. Parameter

kualitas selama perlakuan ini adalah suhu dan pH. Kisaran hasil

pengukuran kualitas air selama penelitian pada setiap perlakuan dapat

(58)
[image:58.595.85.516.114.614.2]

Tabel 4.3. Kualitas Air

Keterangan :

PM : Pelet Matahari (pabrik)/kontrol

P1 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 20%

P2 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 30%

P3 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 40%

Kualitas air untuk budidaya merupkan salah satu faktor yang perlu

diperhatikan terhadap pertumbuhan ikan nila. Pada tabel 4.3 terlihat bahwa

parameter kualitas air selama penelitian yang meliputi suhu (0 C) dan pH

masih berada dalam kisaran optimal yang baik bagi pertumbuhan ikan

nila. Menurut (Arie, 2007) kisaran optimal suhu yang baik untuk

pertumbuhan ikan nila yaitu sekitar 25-300C sedangkan untuk nilai pH

yang baik yaitu antara 7-8. Kualitas fisika dan kimia air akan

mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila. Perlakuan

Parameter yang Diamati

Suhu (0 C) pH

PM 28 7,2

P1 27 7,3

P2 28 7,2

(59)

B. Pembahasan

Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah berat dalam satu periode pada waktu tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh

variasi konsentrasi pelet sayur kubis dan sawi sebagai sumber pakan terhadap

pertumbuhan ikan nila dan untuk mengetahui variasi konsentrasi yang baik

dalam pembuatan pakan ikan yang dapat berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan ikan nila.

1. Pertumbuhan Rata-rata Berat Ikan Setiap Minggu

Berdasarkan grafik 4.1 pertumbuhan berat ikan nila setiap kali pengukuran pada semua perlakuan selalu mengalami peningkatan.

Peningkatan pada berat ikan ini karena adanya pakan yang tersedia, baik

yang berasal dari pakan alami maupun pakan buatan yang kandungan

protein dan karbohidratnya berada dalam jumlah yang sesuai dengan

kebutuhan ikan.

Secara keseluruhan sesuai hasil analisis statistik pertumbuhan

rata-rata ikan nila setiap minggunya tidak menunjukkan beda nyata hal ini

dikarenakan dikarenakan rendahnya variasi konsentrasi perlakuan terhadap

pertumbuhan berat ikan, selain itu hal ini bisa terjadi antara lain adanya

pakan alami (lumut) pada kolam serta jumlah/ frekuensi pemberian pakan

sehingga pada uji Anova menunjukkan tidak adanya beda nyata pada

(60)

Meskipun tidak menunjukkan beda nyata yang signifikan namun

hasil pertumbuhan berat ikan pada setiap perlakuan menunjukkan hasil

yang berbeda-beda (grafik 4.1). Hal ini bisa dilihat pada PM (pelet pabrik)

dengan P1, P2, dan P3 (pelet alternatif) dimana hasil pertumbuhan berat

ikan nila P1, P2 dan P3 (pelet alternatif) lebih tinggi dibandingkan dengan

PM (pelet pabrik) hal ini mungkin disebabkan kandungan yang terdapat

pada P1, P2 dan P3 (pelet alternatif) karena limbah sayuran terkandung

zat-zat makanan (protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral) yang

dapat dimanfaatkan oleh ikan. Sedangkan pada pelet pabrik diduga karena

protein yang telah diserap terlebih dahulu dimanfaatkan oleh tubuh ikan

untuk aktivitas, metabolisme dan kebutuhan pemeliharaan. Kemudian jika

berlebih akan dimanfaatkan bagi pertumbuhan. Selain itu pakan alami

yang terdapat pada kolam ini hanya sedikit sehingga ikan pun kurang

tercukupi kebutuhan nutrisi.

Pada perbandingan setiap perlakuan pada pelet alternatif yang

terdapat pada P1, P2 dan P3 yang menunjukkan pertumbuhan berat yang

paling tinggi yaitu P2 hal ini dapat dikarenakan limbah sayur dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ikan nila dan jumlah pakan yang diberikan

tidak berlebihan sehingga pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan

dengan maksimal. Pada P2 inilah kebutuhan akan kandungan protein

tercukupi sehingga laju pertumbuhan berat ikan nila yang paling tinggi

diantara kolam lainnya. Menurut Arie (2007) ikan nila membutuhkan

(61)

25-30% hal ini dikarenakan pada jumlah kandungan protein tersebut

memberikan pertumbuhan yang optimal bagi ikan nila dan efisiensi pakan

yang tinggi. Selain itu pada P3 merupakan pertumbuhan berat ikan nila

kedua yang tertinggi, bila dibandingkan dengan P2 masih lebih rendah hal

ini dikarenakan walaupun jumlah pakan yang diberikan lebih tinggi namun

ternyata pakan tersebut tidak termakan semuanya karena terjadinya

sintesis protein didalam tubuhnya selain itu ikan pada kolam ini banyak

ditumbuhi seperti lumut yang memungkinkan ikan cenderung memakan

pakan alami dari pada pakan buatan sehingga memungkinkan ikan lebih

cepat kenyang dan sisa-sisa amoniak yang berasal dari pakan tersebut akan

lebih banyak mengendap di bawah. Sedangkan pada P1 adalah laju

pertumbuhan berat ikan nila yang paling rendah dibanding P2 dan P3 hal

ini dikarenakan hal ini dikarenakan nutrisi di dalam pakan rendah.

Menurut Setiawan (2009) ikan membutuhkan pakan selama

pemeliharaannya dengan frekuensi 3-5% dari berat rata-rata ikan dengan

jumlah kandungan protein sekitar 25-30 %, sehingga nutrisi pada P1 tidak

mencukupi kebutuhan ikan nila serta pakan alami yang terdapat pada

kolam ini tidak banyak sehingga ikan pun kurang tercukupi kebutuhan

nutrisi dan menyebabkan laju pertumbuhan ikan lambat.

Faktor penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya sumber pakan

adalah dengan sumber nutrisi dan jumlah dari tiap-tiap komponen sumber

nutrisi dalam pakan tersebut. Jumlah dan kualitas pakan yang diberikan

(62)

hasilnya dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Untuk

meningkatkan pemanfaatan pakan ikan maka dalam memformulasikan

pakan perlu mempertimbangkan kebutuhan nutrisi dari ikan nila,

diantaranya kebutuhan energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan

mineral (Mudjiman, 2004). Sedangkan menurut Kordi (2000) faktor lain

yang mempengaruhi pertumbuhan berat ikan pada setiap perlakuan untuk

masing-masing kolam yaitu kepadatan ikan yang ditebar, dimana dengan

padat tebar yang rendah, pertumbuhan ikan relatif lebih cepat. Hal ini

sesuai dengan kondisi kolam pada penelitian yang telah dilakukan dimana

kepadatan ikan nila yang ditebar rendah sehingga tidak menghambat

pertumbuhan ikan.

Berdasarkan rata-rata pertumbuhan berat ikan setiap minggu pada

setiap perlakuan, kenaikan berat ikan pada minggu ke-1 hingga minggu

ke-7 cenderung lambat hal ini dikarenakan ikan nila sedang menyesuaikan

diri dengan pakan buatan dari pelet alternatif (limbah sayur) sehingga pelet

tersebut hanya sedikit saja dimakan oleh ikan (grafik 4.1). Hal tersebut

memungkinkan ikan nila cenderung memakan pakan alami yang terdapat

di dalam kolam seperti lumut untuk kelangsungan hidupnya. Air kolam

selama penelitian berwarna hijau dan terlihat banyak lumut yang tumbuh

di dalam kolam. Setelah melewati masa penyesuaian dengan pakan

alternatif yaitu pada minggu ke- 8 kenaikan pertumbuhan rata-rata ikan

dapat dikategorikan cukup tinggi kenaikan ini terus berlanjut hingga akhir

(63)

2 kali dari 3% berat ikan nila yang dapat menjadi faktor penyebab tidak

adanya pengaruh perbedaan pada pertumbuhan berat ikan seharusnya

pemberian frekuensi pakan lebih ditingkatkan agar hasil pertumbuhan ikan

lebih optimal untuk membantu pertumbuhannya.

2. Kelangsungan Hidup Ikan

Kelangsungan hidup merupakan tingkat kelangsungan hidup pada

saat penelitian yang dapat dihitung dengan membandingkan jumlah ikan

pada akhir penelitian dengan jumlah ikan yang ditebar pada awal

penelitian. Dapat dilihat pada grafik 4.2 hasil derajat kelangsungan hidup

ikan nila selama penelitian adalah 100% pada semua perlakuan. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan nila pada penelitian

dapat dikategorikan baik karena tidak adanya ikan yang mengalami

kematian. Penelitian yang telah dilakukan dapat dikatakan dalam kondisi

lingkungan fisik dan kimia masih sesuai atau dapat ditoleransi oleh ikan

nila. Hal ini karena pakan alternatif yang telah dibuat dapat memenuhi

kebutuhan nutrisi ikan sehingga dapat dimanfaatkan oleh ikan. Apabila

pakan buatan yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan baik maka

tingkat kelangsungan hidup ikan tinggi.

Selain itu kelangsungan hidup ikan dapat dipengaruhi oleh faktor

biotik yaitu kualitas air, pakan, persaingan, penanganan manusia dan

kepadatan penebaran sedangkan faktor abiotik adalah sifat fisika dan kimia

(64)

Pada penelitian ini beberapa faktor yang mempengaruhi kelangsungan

hidup ikan antara lain:

a. Faktor biotik

1) Kualitas air

Penelitian yang telah dil

Gambar

Gambar 2.1. Ikan nila
Tabel 2.2. Pengaruh suhu air terhadap respon konsumsi pakan pada ikan
Gambar 2.5. Alur kerangka berpikir
Gambar 4.1. Grafik pertumbuhan rata-rata berat ikan nila/minggu
+5

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Nausea vomiting Pregnancy

Namun demikian, tidak ada peristiwa yang dikenal dengan sebutan ‘pilar se- jarah’ dapat direkonstruksi secara tepat dari novel atau karya sastra lainnya.. Per- tanyaan

In most cases you do not need to manually invoke the Visual Basic compiler, because you will build your Visual Basic applications writing code inside Visual Studio 2010, and the

potensial pada Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan.. dengan Abortus Inkompletus di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro. Kota Semarang. 4) Melaksanakan tindakan segera dan

[r]

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka beberapa kesimpulan yang dapat diberikan adalah adanya strategi penanggulangan kemiskinan di Daerah yaitu:

dari program revitalisasi Pasar Tradisional Desa Teratak Buluh, program-program tersebut direalisasikan berdasarkan perencanaan pembangunan dalam Master Plan Pasar

Esktrak biji labu kuning (Cucurbita moschata) dengan konsentrasi 70,5% dapat membunuh cacing Ascaris suum pada jam ke 6 jam 24 menit setelah perlakuan dan pada