vii ABSTRAK
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PELET SAYUR KUBIS DAN SAWI SEBAGAI SUMBER PAKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KOLAM SEMEN DI DESA BERAN, BANTUL
Maria Rety
Ikan nila merupakan ikan budidaya yang digemari masyarakat karena memiliki gizi yang cukup tinggi, harga terjangkau dan mudah dibudidayakan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah pakan. Ikan membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang cukup. Pada limbah sayur kubis dan sawi terdapat kandungan protein yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif yang diolah dalam bentuk pelet. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pelet sayur sawi dan kubis terhadap pertumbuhan ikan nila dan mengetahui berapa variasi konsentrasi yang baik untuk pertumbuhan ikan nila.
Penelitian dilakukan di Desa Beran, Bantul dan menggunakan design percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu pelet matahari/kontrol (PM), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 20% (P1), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 30% (P2) dan pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 40% (P3). Pengukuran berat ikan nila pada setiap perlakuan dilakukan setiap minggu. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi pelet sayuran kubis dan sawi terhadap pertumbuhan ikan nila digunakan analisis uji anova one factor.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu pelet matahari/kontrol (PM), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 20% (P1), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 30% (P2) dan pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 40% (P3) dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Sedangkan hasil analisis statistik yang diperoleh adalah tidak ada beda nyata antara setiap variasi konsentrasi pelet. Variasi konsentrasi 30% adalah hasil yang paling baik dalam pertumbuhan ikan nila.
viii ABSTRACT
CONCENTRATION VARIATION EFFECT OF PELLETS CABBAGE AND MUSTARD AS FEED ON THE GROWTH OF NILE TILAPIA (Oreochromis niloticus) IN CEMENT POOL IN THE BERAN VILLAGE,
BANTUL
Maria Rety
Nile tilapia is one of popular community fish farming because it has a high nutrient, affordable price and easy to cultivate . One of effect factor is feed. Fish needs enough protein contained food . The cabbage and mustard waste have a contain high protein and can be used as an alternative food to be processed as pellets. This research was intended to know the effect of cabbage and mustard pellets concentration variation on the growth of nile tilapia and how the concentration of pellets cabbage and mustard is good the growth of nile tilapia.
This research was done in Beran village, Bantul with experimental design using Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments, they are pellet matahari/ control (PM), pellet of vegetable cabbage and mustard 20% (P1), pellet of cabbage and mustard 30% (P2), pellet of vegetable cabbage and mustard 40% (P3). Data was obtained by measuring the growth of fish every week. Data was analyzed using Anova one factor to know the effect of pellets concentration variation.
The result of this research is pellet matahari/ control (PM), pellet of cabbage and mustard 20% (P1), pellet of cabbage and mustard 30% (P2), pellet of cabbage and mustard 40% (P3) could increase the growth of nile tilapia but analysis statistic between concentration variation of pellets is not significant. Concentration of 30% is the best result in the growth of nile tilapia.
Keywords : pellet of cabbage and mustard, concentration variation effect
i
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PELET SAYUR KUBIS DAN SAWI SEBAGAI SUMBER PAKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KOLAM SEMEN DI DESA BERAN, BANTUL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
Maria Rety F.A.F
NIM : 121434052
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii SKRIPSI
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PELET SAYUR KUBIS DAN SAWI SEBAGAI SUMBER PAKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KOLAM SEMEN DI DESA BERAN, BANTUL
Oleh:
MARIA RETY F.A.F NIM 121434052
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
Retno Herrani Setyati Catarina, M.Biotech
iii SKRIPSI
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PELET SAYUR KUBIS DAN SAWI SEBAGAI SUMBER PAKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KOLAM SEMEN DI DESA BERAN, BANTUL
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Maria Rety F.A.F
NIM: 121434052
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi
Program Studi Pendidikan Biologi
JPMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma
Pada tanggal: 19 Juli 2016
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd.
Sekretaris : Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc.
Anggota : Retno Herrani Setyati Catarina, M.Biotech
Anggota : Ika Yuli Listyarini, M.Pd.
Anggota : Y.M. Lauda Feroniasanti, S.Si., M.Si
Yogyakarta, 19 Juli 2016
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sesungguhnya kesuksesan itu berjalan di atas kesusahan dan
pengorbanan
Semua ini saya persembahkan untuk Tuhan Yang Maha Kuasa yang tiada
henti-hentinya menyertai perjalanan hidup saya, hingga menyelesaikan
semuanya.
Kupersembahkan karyaku ini untuk :
1. Kedua orangtuaku tercinta
2. Kakak tercintaku (Agustina Puji Astuti)
3. Sahabat-sahabatku terkasih (Jeffri, Ailin, Nik, Wiwin, Hanny,
Kurniawati, Ade dan Mona)
4. Teman-teman P.Biologi angkatan 2012
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Maria Rety F.A.F
NIM : 121434052
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan ke
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PELET SAYUR KUBIS DAN SAWI SEBAGAI SUMBER PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KOLAM SEMEN DI DESA BERAN, BANTUL.
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun loyalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 24 Juni 2016
Yang menyatakan
Maria Rety F.A.F
vii ABSTRAK
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PELET SAYUR KUBIS DAN SAWI SEBAGAI SUMBER PAKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KOLAM SEMEN DI DESA BERAN, BANTUL
Maria Rety
Ikan nila merupakan ikan budidaya yang digemari masyarakat karena memiliki gizi yang cukup tinggi, harga terjangkau dan mudah dibudidayakan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah pakan. Ikan membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang cukup. Pada limbah sayur kubis dan sawi terdapat kandungan protein yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif yang diolah dalam bentuk pelet. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pelet sayur sawi dan kubis terhadap pertumbuhan ikan nila dan mengetahui berapa variasi konsentrasi yang baik untuk pertumbuhan ikan nila.
Penelitian dilakukan di Desa Beran, Bantul dan menggunakan design percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu pelet matahari/kontrol (PM), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 20% (P1), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 30% (P2) dan pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 40% (P3). Pengukuran berat ikan nila pada setiap perlakuan dilakukan setiap minggu. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi pelet sayuran kubis dan sawi terhadap pertumbuhan ikan nila digunakan analisis uji
anova one factor.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu pelet matahari/kontrol (PM), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 20% (P1), pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 30% (P2) dan pelet alternatif limbah sayur kubis dan sawi 40% (P3) dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Sedangkan hasil analisis statistik yang diperoleh adalah tidak ada beda nyata antara setiap variasi konsentrasi pelet. Variasi konsentrasi 30% adalah hasil yang paling baik dalam pertumbuhan ikan nila.
viii ABSTRACT
CONCENTRATION VARIATION EFFECT OF PELLETS CABBAGE AND MUSTARD AS FEED ON THE GROWTH OF NILE TILAPIA (Oreochromis niloticus) IN CEMENT POOL IN THE BERAN VILLAGE,
BANTUL
Maria Rety
Nile tilapia is one of popular community fish farming because it has a high nutrient, affordable price and easy to cultivate . One of effect factor is feed. Fish needs enough protein contained food . The cabbage and mustard waste have a contain high protein and can be used as an alternative food to be processed as pellets. This research was intended to know the effect of cabbage and mustard pellets concentration variation on the growth of nile tilapia and how the concentration of pellets cabbage and mustard is good the growth of nile tilapia.
This research was done in Beran village, Bantul with experimental design using Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments, they are pellet matahari/ control (PM), pellet of vegetable cabbage and mustard 20% (P1), pellet of cabbage and mustard 30% (P2), pellet of vegetable cabbage and mustard 40% (P3). Data was obtained by measuring the growth of fish every week. Data was analyzed using Anova one factor to know the effect of pellets concentration variation.
The result of this research is pellet matahari/ control (PM), pellet of cabbage and mustard 20% (P1), pellet of cabbage and mustard 30% (P2), pellet of cabbage and mustard 40% (P3) could increase the growth of nile tilapia but analysis statistic between concentration variation of pellets is not significant. Concentration of 30% is the best result in the growth of nile tilapia.
Keywords : pellet of cabbage and mustard, concentration variation effect
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kasih dan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada program Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Judul yang diajukan adalah “Pengaruh
Variasi Konsentrasi Pelet Sayur Kubis Dan Sawi Sebagai Sumber Pakan Terhadap
Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Kolam Semen Di
Desa Beran, Bantul.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi :
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc, Ph.D, selaku rektor Universitas Sanata
Dharma.
2. Rohandi, Ph.D, selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd, selaku Kepala Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
4. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Biologi.
5. Retno Herrani Setyati Catarina, M.Biotech, selaku dosen pembimbing
penulisan skripsi yang selalu menyemangati dan membimbing saya.
6. Orang tua, kak Tina serta keluarga yang selalu mendukung, menyemangati,
x
7. Seluruh dosen Pendidikan Biologi, yang telah mengajar dan membimbing
selama penulisan dan menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma.
8. Jeffri, Ailin, Nik, Wiwin, Hanny, Kurniawati, Ade, dan Mona yang tiada
henti-hentinya membantu dan menyemangati saya.
9. Para sahabat P BIO 2012, terima kasih untuk semua dukungan serta
kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan serta saran dan kritik yang
bersifat membangun demi sempurnanya skripsi.
xi DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Persembahan ... iv
Halaman Keaslian Karya ... v
Lembar Persetujuan Publikasi ... vi
Abstrak ... vii
Abstract ... viii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi ... xi
Daftar Tabel ... xv
Daftar Gambar ... xvi
Daftar Lampiran ... xvii
BAB I. Pendahuluan ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
xii
BAB II. Tinjauan Pustaka ... 6
A. Budidaya ... 6
B. Ikan Nila ... 6
1. Sejarah Ikan Nila ... 6
2. Klasifikasi Ikan Nila ... 7
3. Morfologi Ikan Nila... 7
4. Habitat Ikan Nila ... 9
5. Kelangsungan Hidup Ikan Nila ... 9
6. Kualitas Air ... 10
C. Pertumbuhan Ikan Nila ... 12
D. Pakan Alternatif ... 13
1. Limbah Sayuran ... 13
a. Sawi ... 14
b. Kubis ... 16
E. Kolam Semen ... 17
1. Keunggulan ... 18
2. Kelemahan ... 18
F. Penelitian Yang Relevan ... 19
1. Pemanfaatan Limbah Organik Sawi Sebagai Sumber Bahan Penyusun Pakan Benih Ikan Biarawan (Helostoma Temmincki) ... 19
2. Evaluasi Nilai Gizi Limbah Sayuran Produk Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila ... 20
xiii
H. Hipotesis ... 24
BAB III. Metode Penelitian ... 24
A. Jenis Penelitian ... 24
B. Variabel Penelitian ... 24
C. Desain Penelitian ... 24
D. Waktu Dan Tempat Penelitian ... 25
E. Alat Dan Bahan ... 25
F. Cara Kerja ... 26
1. Pembuatan Kolam Semen ... 26
2. Pembuatan Pelet Sayur Kubis Dan Sawi ... 28
3. Aklimatisasi Ikan ... 30
4. Pemeliharaan Ikan ... 30
G. Metode Analisis Data ... 34
BAB IV. Hasil Dan Pembahasan ... 35
A. Hasil ... 35
1. Pertumbuhan Rata-Rata Berat Ikan Setiap Minggu ... 35
2. Kelangsungan Hidup Ikan ... 37
3. Kualitas Air ... 38
B. Pembahasan ... 40
1. Pertumbuhan Rata-Rata Berat Ikan Setiap Minggu ... 40
2. Kelangsungan Hidup Ikan ... 44
3. Kualitas Air ... 47
xiv
BAB V. Implementasi Penelitian Untuk Pembelajaran... 51
BAB VI. Kesimpulan Dan Saran ... 54
A. Kesimpulan ... 54
B. Saran ... 54
xv
DAFTAR TABEL
2.2. Tabel Pengaruh Suhu Air Terhadap Respon Konsumsi Pakan Pada
Ikan ... 11
3.1. Tabel Pengamatan Keseluruhan Perlakuan ... 32
4.2. Tabel Perhitungan Statistik Rata-Rata Berat Ikan Nila ... 37
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1. Gambar Ikan Nila ... 8
2.3. Gambar Kailan ... 15
2.4. Gambar Sawi Hijau ... 15
2.5. Gambar Sawi Putih ... 15
2.6. Gambar Kubis ... 17
2.7. Alur Kerangka Berpikir ... 22
4.1. Grafik Pertumbuhan Rata-Rata Berat Ikan Nila Setiap Minggu ... 35
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ... 58
A. Silabus Mata Pelajaran ... 58
B. RPP Mata Pelajaran ... 61
Lampiran 2 . Data Hasil Penelitian ... 98
Lampiran 3. Hitungan Statistik ... 100
A. Uji Normalitas ... 100
B. Uji Homogenitas ... 101
C. Uji Anova One Factor ... 102
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ikan nila merupakan salah satu komoditas budidaya perikanan yang
banyak dikonsumsi karena memiliki beberapa kelebihan yaitu dagingnya enak,
memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Ikan nila sebagai sumber protein hewani,
berukuran relatif besar, warna daging putih, dapat hidup di perairan tawar dan
payau serta harganya murah sehingga bisa dijangkau oleh semua kalangan
masyarakat.
Budidaya merupakan salah satu upaya manusia untuk meningkatkan nilai
dari suatu komoditas dengan melihat berbagai aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Salah satu ikan konsumsi yang banyak dibudidayakan dan digemari
oleh masyarakat adalah ikan nila (Oreochromis niloticus). Ikan nila cocok
dikembangkan di Indonesia karena mudah berkembang biak, pertumbuhannya
cepat, ukurannya relatif besar, dan tahan terhadap penyakit (Gusrina, 2008). Ikan
nila rakus terhadap limbah dan sisa makanan dan mudah beradaptasi dengan
lingkungan sehingga budidaya dan pemeliharaan ikan nila tergolong mudah.
Budidaya ikan nila dapat dilakukan salah satunya dengan budidaya ikan pada
sistem kolam semen. Sistem kolam semen memiliki kelebihan antara lain: lebih
awet digunakan dibanding kolam lainnya sebab memiliki struktur bangunan yang
paling kokoh, tidak perlu memasang atau mengganti terpal dan biaya perawatan
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor faktor luar dan faktor dalam.
Salah satu faktor dalam adalah genetik dari ikan tersebut, sedangkan faktor luar
adalah adalah pakan. Kebutuhan nutrisi haruslah seimbang seperti kadar protein,
lemak, karbohidrat, vitamin dan mikro nutrient lainnya harus ada pada pakan
tersebut. Ikan nila membutuhkan protein yang berfungsi sebagai sumber energi
utama, dengan kadar protein lebih dari 25% dari berat pakan.
Dalam memenuhi kebutuhan pakan ikan dapat dilakukan dengan mencari
sumber bahan pakan alternatif yang murah, mudah didapat, kualitasnya baik
sehingga dapat menekan biaya produksi dan memperbesar keuntungan yang
didapatkan. Selain itu terdapat bahan-bahan limbah yang tersedia cukup melimpah
dan punya nilai nutrisi untuk dijadikan sebagai pakan.
Salah satu contoh bahan pakan alternatif yang akan dikembangkan adalah
limbah sayur yang merupakan kumpulan berbagai macam sayur yang tidak layak
jual seperti kubis dan sawi sebagai bahan pakan sumber protein nabati. Limbah
sayur sawi dan kubis di Pasar Niten jumlahnya sangat melimpah dan kurang
dimanfaatkan limbah tersebut. Menurut salah satu praktisi budidaya ikan, limbah
sayur seperti kubis dan sawi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan yang diolah
sebagai pelet hal ini dikarenakan pada limbah sayur kubis dan sawi mengandung
protein yang dapat digunakan untuk pertumbuhan ikan nila. Kandungan gizi yang
terdapat dalam limbah sayur sawi dan kubis antara lain berkisar: protein kasar
sebesar 38% serat kasar sebesar 1,5-1,7% dan lemak 0.65% (Almatsier, 2006).
Dalam pembuatan pelet sayur kubis dan sawi yaitu sawi harus dilayukan/
mencampur bahan-bahan seperti tepung tapioka, vitamin dan dedak yang
ditimbang sesuai dengan analisis bahan yang dapat menjadi pilihan alternatif
pakan ikan (Bidura, 2010). Penggunaan limbah sayur dapat menekan biaya
operasional dalam pemberian pakan ikan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai
Pengaruh Variasi Konsentrasi Pelet Sayur Kubis Dan Sawi Sebagai Sumber Pakan
Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Kolam
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh variasi konsentrasi pelet sayur kubis dan sawi
sebagai sumber pakan terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis
niloticus)?
2. Pada konsentrasi berapa variasi pelet sayur kubis dan sawi yang baik
sebagai sumber pakan terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis
niloticus)?
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Sayur yang digunakan limbah sayur kubis putih dan sawi hijau.
2. Ikan nila yang digunakan berumur 3 bulan, berat 15-20 gram dan panjang
ikan antara 10-12 cm.
3. Parameter pertumbuhan yang diamati yaitu berat dan kelangsungan hidup
ikan nila yang diukur setiap minggunya.
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pelet sayur kubis dan sawi
sebagai sumber pakan terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis
2. Mengetahui pada konsentrasi berapa variasi konsentrasi pelet sayur kubis
dan sawi yang baik terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis
niloticus).
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan terhadap budidaya ikan dalam hal pemberian
pakan alternatif limbah sayur sawi dan kubis dalam upaya peningkatan
pertumbuhan pada ikan.
b. Memberikan alternatif dalam pemberian pakan ikan sebagai
peningkatan kualitas ikan yang akan dibudidaya.
2. Bagi Masyarakat
a. Memberikan informasi tentang adanya kandungan protein pada limbah
sayur sawi dan kubis yang dapat diolah sebagai pakan ikan.
b. Menumbuhkan minat dan kreativitas praktisi pembudidaya ikan untuk
menumbuhkan atau memanfaatkan nilai ekonomis limbah sayur sebagai
bahan pakan ikan.
3. Bagi Dunia Pendidikan
Dapat diaplikasikan sebagai referensi dalam materi pembelajaran
pemanfaatan limbah pada kelas X sebagai bahan praktikum pengelolaan
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Budidaya
Budidaya adalah suatu kegiatan yang dapat dilakukan ditempat
tertutup atau terbuka seperti kolam, tambak, jaring terapung atau dapat
dikatakan sebagai usaha yang bermanfaat dan memberi hasil suatu sistem
yang digunakan untuk memproduksi sesuatu di bawah kondisi buatan
(Gusrina, 2008).
B. Ikan Nila
1. Sejarah Ikan Nila
Ikan nila sebenarnya berasal dari Afrika kemudian ikan nila
pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Bogor (Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar) pada tahun 1969. Setahun kemudian, ikan ini mulai
ditebarkan ke beberapa daerah di Indonesia (Khairul, 2008). Setelah
melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini kemudian disebarluaskan
kepada petani di seluruh Indonesia. Pemberian nama “Nila” berdasarkan
ketetapan Direktur Jenderal Perikanan tahun 1972, jadi “Nila” adalah
nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur
Jenderal Perikanan. Nama tersebut diambil dari nama spesies ikan ini,
yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi nila. Para pakar perikanan
Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. dan dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai Nile tilapia (Suyanto, 2003).
2. Klasifikasi Ikan Nila
Menurut Djarijah (2002) ikan nila (Oreochromis niloticus)
mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Sub-kelas : Acanthopterigii
Ordo : Percimorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Chiclidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.
3. Morfologi Ikan Nila
Ikan nila secara umum memiliki ciri morfologis yaitu sirip perut
torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu,
tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya
hitam dan agak keputihan. Bagian tutup insang berwarna putih, sedangkan
pada nila lokal putih agak kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila
berukuran besar, kasar dan tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang
terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis bagian atas
memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung
sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan mulut
berada di ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Kottelat et al.,
2003).
Bentuk badan ikan nila (Oreochromis niloticus) ialah pipih ke
samping memanjang, memiliki garis vertikal pada badan sebanyak 9–11
buah dan garis pada sirip berwarna merah berjumlah 6–12 buah. Pada sirip
punggung terdapat juga garis-garis miring. Mata kelihatan menonjol dan
relatif besar dengan bagian tepi mata berwarna putih. Badan relatif lebih
tebal dan kekar dibandingkan ikan mujair. Garis lateralis (gurat sisi di
tengah tubuh) terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak lebih
bawah (Susanto, 2007). Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Ikan nila
4. Habitat Ikan Nila
Ikan nila mempunyai habitat di perairan tawar, seperti sungai,
danau, waduk dan rawa tetapi karena toleransinya yang luas terhadap
salinitas, sehingga ikan dapat pula hidup dan berkembang biak di perairan
payau dan laut (Suyanto, 2003). Ikan nila air tawar yang berukuran 2-5 cm
dapat dipindahkan ke air payau dengan proses adaptasi yang bertahap,
karena ikan lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dari pada ikan
yang sudah besar. Pemindahan secara mendadak dapat menyebabkan ikan
tersebut stress bahkan mati (Kordi, 2000).
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik
dengan lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi
terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah
yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah
(Arie, 2007). Ikan nila mampu hidup pada suhu 25 – 300 C dengan suhu
terbaik adalah 25-300 C dan dengan nilai pH air antara 6-8,5. Hal yang
paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar
garam jumlah 0 – 29 % sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan
baik. Meski nila bisa hidup dikadar garam sampai 35% namun ikan sudah
tidak dapat tumbuh berkembang dengan baik (Gusrina, 2008).
5. Kelangsungan Hidup Ikan Nila
Kelangsungan hidup merupakan nilai persentase jumlah yang hidup
selama masa pemeliharaan tertentu. Padat penebaran ikan yang tinggi
2009). Kelangsungan hidup ikan dapat dipengaruhi oleh faktor biotik yaitu
parasit, kualitas air, pakan, umur, persaingan, predator, penanganan
manusia dan kepadatan penebaran. Sedangkan faktor abiotik adalah sifat
fisika dan kimia dalam perairan (Arie, 2007).
6. Kualitas Air
Kualitas air adalah kelayakan perairan untuk mendukung
kehidupan dan pertumbuhan ikan yang ditentukan oleh fisika dan kimia.
Kualitas air pada kolam budidaya harus sesuai dengan persyaratan ikan
yang dibudidayakan. Air harus bersih, kaya akan pakan alami,
mengandung unsur hara dan mineral, dan tidak mengandung bahan-bahan
beracun. Beberapa pengaruh masing-masing parameter kualitas air
terhadap kehidupan ikan nila adalah sebagai berikut:
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap kehidupan karena lingkungan akan
mempengaruhi aktivitas di dalam sel tubuh. Peningkatan suhu
menyebabkan ikan lebih banyak mengkonsumsi pakan sehingga dapat
menurunkan rasio konversi pakan dan dapat mempengaruhi kecepatan
metabolisme. Ikan nila tumbuh baik di daerah dengan suhu 25-300 C
dan kurang cocok dibudidayakan di daerah yang dingin. Perubahan
temperatur yang sangat drastis dapat menganggu laju respirasi dan
menyebabkan stress pada ikan (Djarijah, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian suhu air sangat berpengaruh
selama berlangsung kegiatan budidaya. Respon tersebut dapat dilihat
[image:30.595.85.517.187.634.2]pada Tabel 2.2 (Gusrina, 2008).
Tabel 2.2. Pengaruh suhu air terhadap respon konsumsi pakan pada ikan
Suhu air (0 C) Respon konsumsi pakan Mendekati 0 Kondisi kritis minimal
8-10 Tidak respon terhadap pemberian pakan 15 Pemberian pakan berkurang
22 50% optimum
28-30 Pemberian pakan optimum
33 50% optimum
35 Pemberian pakan berkurang
36-38 Tidak respon terhadap pemberian pakan 38-42 Kondisi kritis minimal
b. pH (derajat keasaman)
pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang
menunjukkan asam atau basa dalam suatu perairan. Sifat senyawa di
dalam air berupa asam dan basa, asam menghasilkan ion hidrogen
(H+) bila dilarutkan di dalam air, sedangkan basa bila dilarutkan dalam
air menghasilkan ion hidroksil (OH). Faktor yang mempengaruhi pH
yaitu konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam.
Kisaran pH yang optimal untuk pertumbuhan ikan nila yaitu 6-8,5
C. Pertumbuhan Ikan Nila
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat.
Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon dan lingkungan. Meskipun
secara umum, faktor lingkungan yang memegang peranan sangat penting
adalah zat hara dan suhu lingkungan. Akan tetapi, di daerah tropis zat hara
lebih penting dibandingkan lingkungan. Tidak semua makanan yang dimakan
oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan
digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi (Mudjiman, 2004).
Aspek fisiologi pencernaan dan pakan merupakan faktor penting
untuk memacu pertumbuhan, lambatnya pertumbuhan diduga disebabkan dua
faktor utama, yaitu :
1. Kondisi internal ikan sehubungan dengan kemampuan ikan dalam
mencerna dan memanfaatkan pakan untuk pertambahan bobot tubuh.
2. Kondisi eksternal pakan, yang formulasinya belum mengandung sumber
nutrien yang tepat dan lengkap (Wiadnya, 2000).
D. Pakan Alternatif
Pakan alternatif adalah pakan buatan sendiri dari bahan-bahan lokal
yang dicampur sendiri untuk mendapatkan pakan dengan nutrisi yang cukup
untuk pertumbuhan, hal ini karena pakan telah di rekayasa sehingga
memenuhi kebutuhan nutrisi untuk ternak baik kandungan protein, energi
metabolisme, kandungan lemak, batasan kandungn serat kasar serta vitamin
Penyusunan formulasi pakan merupakan suatu kompetensi yang harus
dimiliki oleh para pembudidaya ikan yang akan membuat pakan ikan sendiri
karena pakan ikan yang dibuat mempunyai keuntungan yang lebih baik
dibandingkan dengan membeli di pasar. Pakan ikan yang dibuat sendiri
mempunyai formulasi sesuai dengan kebutuhan ikan yang akan
mengkonsumsi pakan tersebut (Gusrina, 2008).
1. Limbah Sayur
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah
didefinisikan sebagai buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia.
Salah satu limbah yang banyak terdapat di sekitar kota adalah limbah
pasar. Limbah pasar merupakan bahan-bahan hasil sampingan dari
kegiatan manusia yang berada di pasar dan banyak mengandung bahan
organik limbah pasar yang banyak mengandung bahan organik adalah
limbah hasil pertanian seperti sayur, buah-buahan dan daun-daunan serta
dari hasil perikanan dan peternakan (Ningrum, 2014).
Salah satu bahan pakan alternatif sumber protein asal nabati yaitu
limbah sayur yang ketersediaannya cukup melimpah dan belum
dimanfaatkan untuk penunjang budidaya ikan. Hal ini dikarenakan limbah
sayuran sangat mudah busuk tetapi di dalamnya masih mengandung
zat-zat makanan yang dapat dimanfaatkan oleh ikan.
Penelitian tentang batas maksimal penggunaan limbah sayuran
belum pernah dilakukan, akan tetapi dengan adanya pengolahan terlebih
tersebut sudah tidak mengandung bakteri pembusuk (Sudjana, 2006). Ada
beberapa jenis limbah sayur yang dapat digunakan sebagai pakan ternak di
antaranya bayam, kangkung, kubis, sawi dan kulit jagung (Bidura, 2010).
Beberapa jenis limbah sayur yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Sawi
Sawi (Brasscia juncea L) merupakan jenis sayur yang digemari
oleh masyarakat Indonesia. Konsumennya mulai dari golongan
masyarakat kelas bawah hingga golongan masyarakat kelas atas.
Kelebihan lainnya sawi mampu tumbuh baik di dataran rendah maupun
dataran tinggi. Sawi mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis
krop, kubis bunga, dan brokoli. Tanaman sawi diduga berasal dari
Tiongkok (Cina), tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2500 tahun
lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan (Rukmana,
2002).
Sistematika tumbuhan (taksonomi), dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnilioposida
Ordo : Brassicales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Gambar 2.3. Kailan Gambar 2.4. Sawi Hijau
Gambar 2.5. Sawi Putih
(Sumber: Muktiani, 2006)
Jenis limbah sawi yang banyak di pasaran yaitu limbah sawi
hijau/caisim dan sawi putih. Sawi memiliki kadar air yang cukup tinggi,
mencapai lebih dari 95%. Jika akan diolah menjadi pelet, terlebih
dahulu sawi harus dilayukan/ dijemur atau dikering-anginkan untuk
mengurangi kadar airnya. Nilai energi dan protein kedua jenis sawi ini
setelah ditepungkan hampir sama, berada pada kisaran 3200 - 3400
kcal/kg dan 25% - 32% (Almatsier, 2006) .
b. Kubis
Kubis (Brassica oleraceae) adalah salah satu sayuran dari famili
Brassicaceae yang dapat menjadi pilihan makanan yang baik karena
memberikan serat dan vitamin dasar namun rendah kalori. Sayuran ini
lazim ditanam di Indonesia seperti famili Brassicaceae yang lain seperti
ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi dengan curah hujan
rata-rata 850-900 mm. Daunnya bulat, oval, sampai lonjong,
membentuk roset akar yang besar dan tebal, warna daun
bermacam-macam, antara lain putih (forma alba), hijau, dan merah keunguan
(forma rubra). Buahnya buah polong berbentuk silindris, panjang 5-10
cm, berbiji banyak. Biji berdiameter 2-4 mm, berwarna cokelat kelabu
(Muktiani, 2006).
Kandungan nutrien limbah kubis yaitu 15,74% bahan kering
(BK), 12,49% abu, 23,87% protein kasar (PK), 22,62% serat kasar
(SK), 1,75% lemak kasar (LK) dan 39,27% BETN (Almatsier, 2006).
Sistematika tumbuhan (taksonomi), kubis diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnilioposida
Ordo : Brassicales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Gambar 2.6. Kubis.
(Sumber: Muktiani, 2006)
E. Kolam Semen
Kolam semen adalah kolam yang bagian dasar kolam dan
pematangnya di semen sehingga tidak mudah rusak (permanen). Kolam
semen relatif aman dari berbagai hama dan minim resiko akan rusak /
kebocoran. Selain itu dari segi estetika, kolam semen juga lebih rapi dan enak
dipandang.
1. Keunggulan :
a. Kolam semen paling awet digunakan dibanding kolam lainnya
sebab memiliki struktur bangunan yang paling kokoh.
b. Tidak perlu memasang atau mengganti terpal.
c. Biaya perawatan paling murah.
d. Sistem pengairan dapat dibuat dengan baik, untuk memaksimalkan
sirkulasi air, pengeringan kolam dan juga perawatan.
e. Kolam tidak mudah rusak, terkikis maupun berlubang (karena
f. Proses pengeringan kolam lebih cepat (1-2 hari).
g. Mencegah predator dan kompetitor alami bersarang di dalam kolam
secara permanen.
2. Kelemahan
a. Biaya pembuatan yang mahal.
b. Untuk kolam semen yang baru jadi perlu dikompos agar lumut dapat
tumbuh, jangka waktunya bisa berbeda-beda (dengan teknik
pengomposan yang benar bisa digunakan setelah 1 bulan), sehingga
F. Penelitian yang relevan
1. Penelitian Zulmi (2009) Dengan Judul Pemanfaatan Limbah Organik Sawi Sebagai Sumber Bahan Penyusun Pakan Benih Ikan Biawan (Helostoma temmincki).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan persentase yang optimal
dari limbah organik sawi dalam pembuatan ransum pakan untuk
menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan biawan
yang baik. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3
ulangan perlakuan A, pakan tanpa limbah organik (kontrol) perlakuan B,
pakan dengan limbah organik 15% dari berat total pakan perlakuan C,
Pakan dengan limbah organik 30% dari berat total pakan perlakuan D,
pakan dengan limbah organik 45% dari berat total pakan. Parameter yang
dilakukan adalah retensi/penyimpanan protein dan lemak, pertumbuhan
harian, efesiensi pakan dan kelangsungan hidup ikan. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa penambahan limbah sawi pada pembuatan pakan
buatan yang optimal terdapat pada penambahan limbah sawi sebanyak 30
2. Penelitian Ika (2006) Dengan Judul Evaluasi Nilai Gizi Limbah Sayuran Produk Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan gizi
limbah sayuran dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan benih ikan nila
gift. Ikan nila gift merupakan varietas baru hasil persilangan antara
beberapa varietas ikan nila yang berkembang di berbagai negara. Evaluasi
gizi dilakukan secara deksriptif terhadap sample limbah sayuran hasil pra
pengolahan sebelum penjemuran dan penepungan. Sedangkan uji biologis
dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap lima perlakuan empat ulangan dengan perlakuan pelet: A (tepung
limbah sayuran 0%), B (tepung limbah sayuran 5%); C (tepung limbah
sayuran 10%); D (tepung limbah sayuran 15%); E (tepung limbah sayuran
20%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah sayuran yang tidak
diolah terlebih dahulu sebelum penepungan mempunyai protein paling
tinggi dan penggunaan tepung limbah sayuran tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan mutlak ikan nila gift. Dengan demikian limbah
sayuran dapat digunakan dalam pakan ikan nila gift sampai 20% (Ika,
G. Kerangka Berpikir
Ikan nila merupakan salah satu kegemaran masyarakat karena banyak
dikonsumsi dan memiliki beberapa kelebihan yaitu budidaya mudah,
dagingnya enak, memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Pertumbuhan ikan
ditentukan oleh 2 faktor yaitu faktor dalam (genetik ikan) dan faktor luar
(pakan ikan). Dimana salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dalam
meningkatkan gizi ikan yaitu pakan. Ada 2 jenis pakan yang biasanya
digunakan/ manfaatkan yaitu pelet yang terbuat dari pabrik dan pelet
alternatif.
Pelet pabrik biasanya sangat mudah ditemui dimana pun namun harga
dipasaran saat ini relatif mahal sehingga peneliti ingin mencari pengganti
pelet pabrik yang dapat menekan biaya operasional. Dalam hal memberi
pakan ikan yaitu dengan pelet alternatif yang memanfaatkan limbah sayuran
seperti kubis dan sawi yang kurang dimanfaatkan dimana pada limbah
sayuran terdapat kandungan protein yang dapat dijadikan sebagai pakan ikan
seperti dengan pelet pabrik yang ada pada umumnya.
Dalam penelitian tentang pelet alternatif untuk pemberian pakan
diberikan sebanyak 2 kali/hari dengan komposisi PM (pelet pabrik) , P1 (pelet
alternatif 20%) , P2 (pelet alternatif 30%) , P3 (pelet alternatif 40%) dimana
pengukuran nantinya akan dilakukan 1 kali seminggu untuk mengetahui
pertumbuhan berat ikan nila dan diharapkan pakan alternatif ini dapat
Gambar 2.5. Alur kerangka berpikir Pertumbuhan Kegemaran Masyarakat Faktor luar Faktor dalam Budidaya mudah,dagingnya enak,nilai gizi
cukup tinggi Genetik Pakan
Pelet Pabrik Pelet Alternatif
Limbah sayuran seperti kubis dan sawi yang melimpah
kurang dimanfaatkan dan harga lebih murah Mudah ditemui dan
harga relatif mahal
Mengandung protein yang tinggi
untuk pakan ikan
Mengandung sumber protein
Dapat diolah untuk dijadikan pelet untuk pakan ikan
Dalam penelitian dilakukan pemberian pakan sebanyak 2x/hari dengan komposisi:
PM : Pelet Matahari(Pabrik)
P1 : Pelet Alternatif 20%
P2 : Pelet Alternatif 30%
P3 : Pelet Alternatif 40% Pengukuran dilakukan 1x
seminggu dan dicatat pertumbuhan berat ikan
Diharapkan pakan alternatif dapat
meningkatkan pertumbuhan berat ikan
H. Hipotesis
1. Pengaruh variasi konsentrasi pelet sayur (kubis dan sawi) sebagai sumber
pakan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan nila.
2. Pengaruh konsentrasi 30% pelet sayur (kubis dan sawi) memberikan
24 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksperimen
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian variasi konsentrasi
pelet sayur kubis dan sawi sebagai pakan terhadap pertumbuhan ikan nila.
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, kami menggunakan 3 jenis variabel, yaitu
sebagai berikut:
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi pemberian
pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) pada ikan nila.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah berat dan kelangsungan hidup
ikan nila .
3. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah pelet matahari (pabrik), usia
ikan dan waktu/intensitas pemberian pakan.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yaitu rancangan paling sederhana seperti pengaruh beberapa perlakuan
dengan sejumlah ulangan menjadi satuan-satuan percobaan, yang terdiri dari
Untuk setiap perlakuan diujikan ikan nila sebanyak 10 ekor pada setiap kolam
semen. Perlakuan yang dilakukan sebagai berikut :
1. PM : Pelet Matahari (pabrik)/kontrol
2. P1 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi)20%
3. P2 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 30%
4. P3 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 40%
D. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu
Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu pada 01 Maret - 08
Mei 2016.
2. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Desa Beran, Bantul,Yogyakarta.
E. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu :
Ember, cangkul, palu, meteran, saringan pasir dari anyaman bambu atau
kawat, cetok, penggosok dinding (lepan), baki plastik, kain kasa,
timbangan, jaring ikan, termometer, pH meter, log book, alat tulis dan
kamera.
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu :
Limbah sayur (kubis dan sawi), ikan nila merah sebanyak 10 ekor per
(vitamin ikan, terigu tapioka dan dedak), air, kertas label, pipa, semen,
pasir dan batu.
F. Cara Kerja
1. Pembuatan kolam semen
a. Kolam semen dibangun dengan langkah sebagai berikut:
1) Ukuran tanggul per kolam dibuat 80 cm x 80 cm x 80 cm
dengan menggunakan semen yaitu dengan komponen bahan
seperti air, pasir, batu dan kapur dicampur.
2) Tanggul dibangun dan penimbunan tanah pada masing-masing
sisi digunakan dengan cetok.
3) Agar tanggul tanah lebih kuat, maka pada waktu pembuatannya
perlu dicampurkan atau disumbatkan tanah liat berpasir yang
telah dilumatkan. Penyumbatan dilakukan bersamaan dengan
waktu dibuat tanggul atau setelah tanggul selesai dibangun.
4) Pembuatan sumbatan dilakukan secara berselang-seling.
Sebelum tempat (lokasi) tanggul ditimbuni tanah, terlebih
dahulu digali sedalam 0,25 m. Lebar galian ini, disesuaikan
dengan lebar tanggul yang dibangun di atasnya. Pada galian ini
dimasukkan lumatan tanah liat berpasir setinggi 30 cm dari
b. Pembuatan dan pemasangan perlengkapan kolam ikan
Pembuatan dan pemasangan perlengkapan kolam ikan
dilakukan bersamaan dengan pembuatan tanggul.
1) Pengelolaan air kolam dipermudah dengan diberi saluran air.
Saluran air yaitu saluran air masuk dan saluran pengeluaran
(pembuangan).
2) Saluran pintu air yang terbuat dari pipa dipasang. Pemasangan
saluran air pada tanggul ini cukup dengan dibenamkan bagian
tengah pipa ke dalam tanggul sehingga kedua ujungnya terbuka.
Posisi pipa mendatar sejajar dengan permukaan tanggul. Salah
satu ujung mencuat di atas permukaan kolam dan ujung lainnya
mencuat pada sumber atau saluran air.
3) Ujung pipa yang dicuat di luar tanggul disambung dengan pipa
siku dan disambung lagi dengan potongan pipa PVC setinggi
tanggul kolam.
2. Pembuatan pelet sayur kubis dan sawi
Pelet alternatif yang siap digunakan harus dibuat dengan dilakukan
hal-hal sebagai berikut :
a. Limbah sayur kubis dan sawi dicuci/bilas dengan air bersih.
b. Limbah sayur kubis dan sawi dijemur oleh panas matahari
sampai kering.
c. Limbah sayur kubis dan sawi yang sudah kering kemudian
d. Tepung limbah sayur kubis dan sawi ditimbang dan siap untuk
digunakan. Untuk dijadikan pelet, bahan-bahan yang
dipersiapkan adalah tepung tapioka, dedak, vitamin ikan dan
air yang masing-masing ditimbang sesuai dengan analisis
bahan dan semua bahan dicampur dan diaduk menjadi satu.
Analisis perhitungan komposisi setiap perlakuan konsentrasi
pembuatan pelet sayur dalam 1000 gram yaitu:
1) Pada P1: Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 20%
a) Tepung sayur (kubis+sawi) = 1000 x 20% = 200 gram
b) Tepung tapioka = 1000 x 30% = 300 gram
c) Dedak = 1000 x 30% = 300 gram
d) Vitamin = 1000 x 10% = 100 gram
e) Air = 1000 x 10% = 100 liter
Perbandingan = 2:3:3:1:1
2) Pada P2: Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 30%
a) Tepung sayur (kubis+sawi) = 1000 x 30% = 300 gram
b) Tepung tapioka = 1000 x 25% = 250 gram
c) Dedak = 1000 x 25% = 250 gram
d) Vitamin = 1000 x 10% = 100 gram
e) Air = 1000 x 10% = 100 liter
Perbandingan = 3:2,5:2,5:1:1
3) Pada P2: Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 40%
b) Tepung tapioka = 1000 x 20% = 200 gram
c) Dedak = 1000 x 20% = 200 gram
d) Vitamin = 1000 x 10% = 100 gram
e) Air = 1000 x 10% = 100 liter
Perbandingan = 4:2:2:1:1
e. Setelah adonan terbentuk selanjutnya dicetak dengan mesin
penggiling pelet sehingga dihasilkan pelet basah yang
panjangnya seperti mie. Kemudian pelet basah tersebut
dipotong 0,5 cm dan terbentuk butiran- butiran lalu dijemur di
panas matahari seharian dan pelet ditimbang dan siap
digunakan.
3. Aklimatisasi Ikan nila
Sebelum dilakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian
aklimatisasi ikan/ penyesuaian ikan terhadap lingkungannya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk aklimatisasi ikan yaitu:
a. Untuk persiapan ikan nila uji, digunakan kolam semen yang telah
dibuat untuk tempat aklimatisasi.
b. Ikan nila uji dimasukkan ke dalam kolam semen yang sudah disiapkan
sesuai dengan penebaran ikan nila yang telah direncanakan yaitu 5 ekor
benih ikan nila/ kolam.
c. Aklimatisasi ikan nila dilakukan selama 7 hari untuk melihat apakah
ikan nila dapat menyesuaikan diri dengan kolam semen yang telah
4. Pemeliharaan Ikan
a. Pemilihan Ikan
1) Pemilihan ikan dipilih usia sekitar 3 bulan dengan panjang sekitar
10-12 cm berat 15-20 gram/ekor.
2) Ikan nila sebanyak 10 ekor ditebarkan pada setiap kolam semen.
b. Pemberian pakan ikan
Untuk pakan ikan yaitu berupa pelet yang diberikan 2 kali (pagi dan
sore) dalam sehari pada masing-masing kolam dengan komposisi
sebagai berikut:
PM : Pelet Matahari (pabrik)/kontrol
P1 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 20%
P2 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 30%
P3 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 40%
Untuk perhitungan pemberian pakan disesuaikan dengan bobot ikan
setiap minggunya pada ikan nila dengan perhitungan sebagai berikut:
Misalnya: dalam 4 kolam masing-masing terdapat 10 ekor ikan nila
awal berukuran 10-20 gram/ekor.
Rata-rata bobot ikan = (10+20) / 2 = 15 gram/ekor.
Perhitungan pemberian pakan = 15 gram x 10 ekor ikan nila x 3% = 4,5
gram = 0,0045 kilogram.
Cek bobot ikan setiap minggu untuk menyesuaikan jumlah pakan.
Hal ini dilakukan setiap seminggu sekali untuk dibuang sisa-sisa
endapan yang terdapat pada dasar kolam agar kehidupan
perkembangbiakan ikan menjadi lebih baik dengan cara :
1) Semua ikan nila dipindahkan pada ember yang sudah berisi air.
2) Air yang terdapat pada kolam dibuang melalui pipa saluran yang
telah dibuat.
3) Jika terdapat sisa-sisa kotoran/endapan dapat dibersihkan dengan
disiram selang air melalui pipa saluran.
4) Jika sudah bersih dapat diisi kembali dengan air dan ikan yang
berada dalam ember dapat dipindahkan kembali ke dalam kolam
semen.
d. Pengukuran pertumbuhan ikan
Pengukuran berat ikan dilakukan 1 x seminggu yang dilakukan dengan
cara :
1) Ikan satu per satu dipindahkan pada kolam pertama ke ember yang
berisi air.
2) Ikan satu per satu diambil untuk dipindahkan pada ember dan
ditimbang beratnya pada timbangan.
3) Hasil pengukuran berat ikan dicatat pada logbook.
4) Diulangi kembali langkah untuk mengukur ikan selanjutnya pada
5) Setelah diukur semua berat ikan hasil pengukuran kemudian
dirata-rata sebagai hasil pengukuran akhir dari berat setiap ikan pada
kolam.
Tabel 3.1. Pengamatan Keseluruhan Perlakuan Perlakuan Jumlah
Ikan
Berat Ikan Nila (gram) setiap minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perlakuan Jumlah Ikan
Berat Ikan Nila (gram) setiap minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P3 (Pelet alternatif
40 %)
G. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara menggunakan program SPSS.
Data yang diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan merupakan data
mentah yang meliputi berat ikan nila. Analisis data menggunakan uji Anova
One Factor. Uji Anova One Factor merupakan salah satu uji komparatif yang
digunakan untuk menguji perbedaan mean (rata-rata) pada data yang lebih
dari 2 kelompok. Dalam melakukan analisis data dengan uji tersebut tentunya
harus didukung dengan pengujian normalitas serta homogenitas dalam arti
bahwa kedua pengujian tersebut merupakan persyaratan analisis data sebelum
melakukan uji Anova One Factor.
Uji normalitas merupakan pengujian yang bertujuan untuk
memperlihatkan bahwa data penelitian yang dilakukan memiliki distribusi
yang normal atau tidak. Normalitas dipenuhi jika hasil uji signifikan dengan
taraf signifikan (α = 0,05). Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas
adalah apabila nilai signifikansi lebih besar dari α , maka data tersebut
berdistribusi normal. Sebaliknya apabila nilai signifikansi lebih kecil dari α ,
maka data tersebut tidak berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji
normalitas maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Pengujian tersebut
bertujuan mengetahui varian dari beberapa populasi sama atau tidak. Adapun
dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah apabila nilai
signifikansi lebih dari α , maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau
lebih kelompok populasi data adalah sama. Baik uji normalitas maupun uji
35 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Penelitian diawali dengan aklimatisasi ikan selama kurang lebih 7
hari kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat ikan nila setiap minggu
selama 2 bulan, nilai kelangsungan hidup ikan dan kualitas air.
1. Pertumbuhan Rata-rata Berat Ikan Setiap Minggu
Berdasarkan hasil pengukuran pertumbuhan rata-rata berat ikan
nila setiap minggu seperti grafik di bawah ini:
Gambar 4.1. Grafik pertumbuhan rata-rata berat ikan nila/minggu
Keterangan :
PM : Pelet Matahari (pabrik)/kontrol
[image:54.595.87.526.266.621.2]Berdasarkan rata-rata pertumbuhan berat ikan nila setiap
minggunya pada 3 perlakuan dan kontrol secara umum mengalami
kenaikan pertumbuhan berat yang berbeda setiap minggunya. Pada grafik
4.1 setiap minggunya rata-rata kenaikan sekitar 10 gr/minggu. Kenaikan
berat ikan ini berlaku pada semua perlakuan yang dapat dikatakan hampir
sama karena ikan nila sedang melakukan penyesuaian terhadap pakan
buatan yang digunakan untuk bertahan hidup. Namun dapat dilihat dari
semua perlakuan yang digunakan sebagai pakan ikan pertumbuhan ikan
nila pada P2 yang mengalami kenaikan pertambahan berat ikan yang
paling tinggi, pada P3 kenaikan pertambahan berat ikan nila juga tidak
berbeda jauh dari P2. Sedangkan pada P1 dan PM dapat dikatakan relatif
sama.
Untuk mengetahui keseragaman variasi data masing-masing
perlakuan maka dilakukan uji homogenitas menggunakan lavene diperoleh
hasil seperti F hitung < F tabel maka dari itu data homogen (lampiran 3).
Data yang homogen artinya pada masing-masing perlakuan mempunyai
keseragaman variasi data. Setelah dilakukan pengujian data homogenitas
(lampiran 3) dan normalitas (lampiran 3) kemudian dilakukan analisis
variasi dengan Anova one factor untuk mengetahui terdapat perbedaan
yang nyata atau tidak pada rata-rata pertumbuhan berat ikan nila setiap
Tabel 4.2. Perhitungan statistik rata-rata berat ikan nila/minggu Source of
variation
SS Df Ms F
P-Value
F crit
Between groups
58,228 3 19,409 0,014 0,92 2,86
Within groups
46705,308 36 1297,370
Total 46763,536 39
Berdasarkan pengujian statistik menggunakan uji Anova one factor
diperoleh hasil F hitung (0,014) < F tabel (2,86) berarti data tidak
signifikan. Ho diterima, Hi ditolak yang berarti rata-rata pertumbuha berat
ikan nila setiap minggu tidak menunjukkan perbedaan nyata pada
masing-masing perlakuan. Berdasarkan hasil analisis data dapat dikatakan bahwa
pengaruh variasi konsentrasi pelet sayur kubis dan sawi sebagai sumber
pakan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ikan nila.
2. Kelangsungan Hidup Ikan
Kelangsungan hidup digunakan untuk mengetahui toleransi dan
kemampuan ikan untuk bertahan hidup. Nilai kelangsungan hidup dapat
diketahui dengan membandingkan jumlah ikan pada populasi setiap
perlakuan yang hidup pada saat awal penelitian dengan ikan yang hidup
pada populasi setiap perlakuan. Nilai kelangsungan hidup akan tinggi jika
faktor kualitas dan kuantitas pakan, serta kualitas lingkungan mendukung.
Kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian untuk semua
perlakuan dan ulangan adalah 100% dapat dilihat pada grafik sebagai
Gambar 4.2. Grafik Kelangsungan Hidup Ikan Nila
Keterangan:
PM : Pelet Matahari (pabrik)/kontrol
P1 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 20%
P2 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 30%
P3 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 40%
3. Kualitas Air
Kualitas air merupakan faktor kimia dan fisika yang dapat
mempengaruhi lingkungan media pemeliharaan dan secara tidak langsung
akan mempengaruhi proses metabolisme benih ikan nila. Parameter
kualitas selama perlakuan ini adalah suhu dan pH. Kisaran hasil
pengukuran kualitas air selama penelitian pada setiap perlakuan dapat
Tabel 4.3. Kualitas Air
Keterangan :
PM : Pelet Matahari (pabrik)/kontrol
P1 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 20%
P2 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 30%
P3 : Pelet alternatif (limbah sayur kubis dan sawi) 40%
Kualitas air untuk budidaya merupkan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan terhadap pertumbuhan ikan nila. Pada tabel 4.3 terlihat bahwa
parameter kualitas air selama penelitian yang meliputi suhu (0 C) dan pH
masih berada dalam kisaran optimal yang baik bagi pertumbuhan ikan
nila. Menurut (Arie, 2007) kisaran optimal suhu yang baik untuk
pertumbuhan ikan nila yaitu sekitar 25-300C sedangkan untuk nilai pH
yang baik yaitu antara 7-8. Kualitas fisika dan kimia air akan
mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila. Perlakuan
Parameter yang Diamati
Suhu (0 C) pH
PM 28 7,2
P1 27 7,3
P2 28 7,2
B. Pembahasan
Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah berat dalam satu periode pada waktu tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh
variasi konsentrasi pelet sayur kubis dan sawi sebagai sumber pakan terhadap
pertumbuhan ikan nila dan untuk mengetahui variasi konsentrasi yang baik
dalam pembuatan pakan ikan yang dapat berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan ikan nila.
1. Pertumbuhan Rata-rata Berat Ikan Setiap Minggu
Berdasarkan grafik 4.1 pertumbuhan berat ikan nila setiap kali pengukuran pada semua perlakuan selalu mengalami peningkatan.
Peningkatan pada berat ikan ini karena adanya pakan yang tersedia, baik
yang berasal dari pakan alami maupun pakan buatan yang kandungan
protein dan karbohidratnya berada dalam jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan ikan.
Secara keseluruhan sesuai hasil analisis statistik pertumbuhan
rata-rata ikan nila setiap minggunya tidak menunjukkan beda nyata hal ini
dikarenakan dikarenakan rendahnya variasi konsentrasi perlakuan terhadap
pertumbuhan berat ikan, selain itu hal ini bisa terjadi antara lain adanya
pakan alami (lumut) pada kolam serta jumlah/ frekuensi pemberian pakan
sehingga pada uji Anova menunjukkan tidak adanya beda nyata pada
Meskipun tidak menunjukkan beda nyata yang signifikan namun
hasil pertumbuhan berat ikan pada setiap perlakuan menunjukkan hasil
yang berbeda-beda (grafik 4.1). Hal ini bisa dilihat pada PM (pelet pabrik)
dengan P1, P2, dan P3 (pelet alternatif) dimana hasil pertumbuhan berat
ikan nila P1, P2 dan P3 (pelet alternatif) lebih tinggi dibandingkan dengan
PM (pelet pabrik) hal ini mungkin disebabkan kandungan yang terdapat
pada P1, P2 dan P3 (pelet alternatif) karena limbah sayuran terkandung
zat-zat makanan (protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral) yang
dapat dimanfaatkan oleh ikan. Sedangkan pada pelet pabrik diduga karena
protein yang telah diserap terlebih dahulu dimanfaatkan oleh tubuh ikan
untuk aktivitas, metabolisme dan kebutuhan pemeliharaan. Kemudian jika
berlebih akan dimanfaatkan bagi pertumbuhan. Selain itu pakan alami
yang terdapat pada kolam ini hanya sedikit sehingga ikan pun kurang
tercukupi kebutuhan nutrisi.
Pada perbandingan setiap perlakuan pada pelet alternatif yang
terdapat pada P1, P2 dan P3 yang menunjukkan pertumbuhan berat yang
paling tinggi yaitu P2 hal ini dapat dikarenakan limbah sayur dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ikan nila dan jumlah pakan yang diberikan
tidak berlebihan sehingga pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan
dengan maksimal. Pada P2 inilah kebutuhan akan kandungan protein
tercukupi sehingga laju pertumbuhan berat ikan nila yang paling tinggi
diantara kolam lainnya. Menurut Arie (2007) ikan nila membutuhkan
25-30% hal ini dikarenakan pada jumlah kandungan protein tersebut
memberikan pertumbuhan yang optimal bagi ikan nila dan efisiensi pakan
yang tinggi. Selain itu pada P3 merupakan pertumbuhan berat ikan nila
kedua yang tertinggi, bila dibandingkan dengan P2 masih lebih rendah hal
ini dikarenakan walaupun jumlah pakan yang diberikan lebih tinggi namun
ternyata pakan tersebut tidak termakan semuanya karena terjadinya
sintesis protein didalam tubuhnya selain itu ikan pada kolam ini banyak
ditumbuhi seperti lumut yang memungkinkan ikan cenderung memakan
pakan alami dari pada pakan buatan sehingga memungkinkan ikan lebih
cepat kenyang dan sisa-sisa amoniak yang berasal dari pakan tersebut akan
lebih banyak mengendap di bawah. Sedangkan pada P1 adalah laju
pertumbuhan berat ikan nila yang paling rendah dibanding P2 dan P3 hal
ini dikarenakan hal ini dikarenakan nutrisi di dalam pakan rendah.
Menurut Setiawan (2009) ikan membutuhkan pakan selama
pemeliharaannya dengan frekuensi 3-5% dari berat rata-rata ikan dengan
jumlah kandungan protein sekitar 25-30 %, sehingga nutrisi pada P1 tidak
mencukupi kebutuhan ikan nila serta pakan alami yang terdapat pada
kolam ini tidak banyak sehingga ikan pun kurang tercukupi kebutuhan
nutrisi dan menyebabkan laju pertumbuhan ikan lambat.
Faktor penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya sumber pakan
adalah dengan sumber nutrisi dan jumlah dari tiap-tiap komponen sumber
nutrisi dalam pakan tersebut. Jumlah dan kualitas pakan yang diberikan
hasilnya dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Untuk
meningkatkan pemanfaatan pakan ikan maka dalam memformulasikan
pakan perlu mempertimbangkan kebutuhan nutrisi dari ikan nila,
diantaranya kebutuhan energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan
mineral (Mudjiman, 2004). Sedangkan menurut Kordi (2000) faktor lain
yang mempengaruhi pertumbuhan berat ikan pada setiap perlakuan untuk
masing-masing kolam yaitu kepadatan ikan yang ditebar, dimana dengan
padat tebar yang rendah, pertumbuhan ikan relatif lebih cepat. Hal ini
sesuai dengan kondisi kolam pada penelitian yang telah dilakukan dimana
kepadatan ikan nila yang ditebar rendah sehingga tidak menghambat
pertumbuhan ikan.
Berdasarkan rata-rata pertumbuhan berat ikan setiap minggu pada
setiap perlakuan, kenaikan berat ikan pada minggu ke-1 hingga minggu
ke-7 cenderung lambat hal ini dikarenakan ikan nila sedang menyesuaikan
diri dengan pakan buatan dari pelet alternatif (limbah sayur) sehingga pelet
tersebut hanya sedikit saja dimakan oleh ikan (grafik 4.1). Hal tersebut
memungkinkan ikan nila cenderung memakan pakan alami yang terdapat
di dalam kolam seperti lumut untuk kelangsungan hidupnya. Air kolam
selama penelitian berwarna hijau dan terlihat banyak lumut yang tumbuh
di dalam kolam. Setelah melewati masa penyesuaian dengan pakan
alternatif yaitu pada minggu ke- 8 kenaikan pertumbuhan rata-rata ikan
dapat dikategorikan cukup tinggi kenaikan ini terus berlanjut hingga akhir
2 kali dari 3% berat ikan nila yang dapat menjadi faktor penyebab tidak
adanya pengaruh perbedaan pada pertumbuhan berat ikan seharusnya
pemberian frekuensi pakan lebih ditingkatkan agar hasil pertumbuhan ikan
lebih optimal untuk membantu pertumbuhannya.
2. Kelangsungan Hidup Ikan
Kelangsungan hidup merupakan tingkat kelangsungan hidup pada
saat penelitian yang dapat dihitung dengan membandingkan jumlah ikan
pada akhir penelitian dengan jumlah ikan yang ditebar pada awal
penelitian. Dapat dilihat pada grafik 4.2 hasil derajat kelangsungan hidup
ikan nila selama penelitian adalah 100% pada semua perlakuan. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan nila pada penelitian
dapat dikategorikan baik karena tidak adanya ikan yang mengalami
kematian. Penelitian yang telah dilakukan dapat dikatakan dalam kondisi
lingkungan fisik dan kimia masih sesuai atau dapat ditoleransi oleh ikan
nila. Hal ini karena pakan alternatif yang telah dibuat dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi ikan sehingga dapat dimanfaatkan oleh ikan. Apabila
pakan buatan yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan baik maka
tingkat kelangsungan hidup ikan tinggi.
Selain itu kelangsungan hidup ikan dapat dipengaruhi oleh faktor
biotik yaitu kualitas air, pakan, persaingan, penanganan manusia dan
kepadatan penebaran sedangkan faktor abiotik adalah sifat fisika dan kimia
Pada penelitian ini beberapa faktor yang mempengaruhi kelangsungan
hidup ikan antara lain:
a. Faktor biotik
1) Kualitas air
Penelitian yang telah dil