• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KETOSARI KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KETOSARI KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

i

SK RIP SI

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KETOSARI

KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

APRILIA AYU PAMELA J 410 050 013

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

ii

ABSTRAK

APRILIA AYU PAMELA. J 410 050 013

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KETOSARI KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO.

xv +69+24

Malaria masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Desa Ketosari merupakan salah satu desa di Kecamatan Bener yang endemis malaria dengan API (Annual Parasite Insidence) pada tahun 2008 yaitu 34,7‰. Kejadian malaria disebabkan adanya kontak manusia dengan nyamuk malaria dan didukung oleh kondisi perumahan dan lingkungan yang kurang baik. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan risiko kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

Penelitian ini dilakukan dalam bentuk survei lapangan yang bersifat observasional dengan pendekatan case control. Jumlah sampel sebanyak 42 rumah yang terdiri dari 21 rumah pada kelompok kasus dan 21 rumah pada kelompok kontrol. Data penelitian dianalisis dengan metoda analisis non parametrik dengan uji chi square. Nilai keyakinan uji statistik adalah 95% dan nilai kemaknaan ( ) 0,05.

Variabel-variabel bebas adalah kondisi fisik rumah antara lain : ventilasi (p = 0.013 dan OR = 5,20), langit-langit (p = 0,002 dan OR = 8,50), dan dinding (p = 0,013 dan OR = 5,0). Kondisi lingkungan sekitar rumah antara lain: semak-semak (p = 0,019 dan OR = 0,18), parit atau selokan (p = 0,000 dan OR = 0,06), dan kandang ternak (p = 0,000 dan OR = 0,01)

Dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah menunjukkan adanya hubungan yang bermakna terhadap kejadian malaria maka disarankan adanya penyuluhan bagi masyarakat serta perbaikan dan kebersihan pada kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah.

Kata kunci : Kondisi Fisik, Lingkungan, Malaria Kepustakaan : 35, 1991-2009

Surakarta, November 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes Sri Darnoto, SKM

NIK. 765 NIK. 100. 1015

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

(3)

iii Aprilia Ayu Pamela. J 410 050 013

HOUSE PHYSICAL CONDITION AND ENVIRONMENT’HOUSE THAT CORRELATION WITH MALARIAE INSIDENT AT KETOSARI VILLAGE, SUBDISTRICT BENER DISTRICT PURWOREJO.

Abstract

Malariae incident is health problem in indonesia until now. Ketosari is the one of village in subdistrict Bener that it has endemic malariae incident with API (Annual Parasite Insidence) in the year 2008 up to 34,7‰.

Malariae incident is caused with between human contact and malariae mosquito, thus supported by bad condition in housing and environment. The research aim is to detect the relation between house physical condition and their environment with malariae incident at Ketosari Village, Bener sub district, Regency Purworejo.

This research work a field research with observasional research and case contro approach. The amount of Sample is 42 houses that consist of 21 houses in case group and 21 houses in control group. The datas is analyzed with non parametrik analysis method and chi square test. Statistics test confidence value is 95% and standart value is α= 0,05.

Independent variables from house physical condition : ventilation (p = 0.013 and or = 5,20, ceilings (p = 0,002 and or = 8,50) and wall (p = 0,013 and or = 5,0). The environment’house variables is bush (p = 0,019 and or = 0,18), canals or gutter (p = 0,000 and or = 0,06) and livestock stable (p = 0,000 and or = 0,01). It can be summarized that house physical condition and their environment represent the significant connection towards malariae incident, thus it can be suggested to act the elucidation for society plus to repair and clean in house physical condition and their environment.

(4)

iv

SK RIP SI

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KETOSARI

KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

APRILIA AYU PAMELA J 410 050 013

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(5)

v @ 2009

(6)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul:

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KETOSARI KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO.

Disusun oleh : Aprilia Ayu Pamela NIM : J 410 050 013

Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta, November 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes Sri Darnoto, SKM

(7)

vii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KETOSARI KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO

Disusun Oleh : Aprilia Ayu Pamela

NIM : J 410 050 013

Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 1 November 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji.

Surakarta, November 2009

Ketua Penguji : Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes ( )

Anggota Penguji I : Sri Darnoto, SKM ( )

Anggota Penguji II : Noor Alis Setiyadi, SKM ( )

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Setiap lembaran dari goresan tinta ini merupakan wujud dari keagungan dan kasih sayang yang diberikan Allah SWT kepada umat-Nya.

Setiap detik waktu penyelesaian karya ini merupakan hasil getaran jiwa kedua orang tuaku, eyang, kakak, dan adikku yang dengan seluruh nafas memberikan kasih sayang, semangat, dorongan, doa yang tiada henti kepada diriku.

Setiap inspirasi dan semangat yang terlintas dalam sebuah penyelesaian karya sederhana ini merupakan dorongan pemilik hatiku sayang.

Setiap keberhasilan dalam penyelesaian karya ini merupakan wujud dari seluruh kebanggaan diriku untuk mengerti sebuah jati diri serta rasa hormat dan baktiku.

Guru-guruku, karenamu aku bisa mengeja.

(9)

ix

MOTTO

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al Baqarah 286)

Keridhoan Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Allah terletak kepada murka orang tua

(HR. Al Hakim)

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi yang khusuk.

(QS. Al Baqarah 45)

Hal terindah dalam hidup ini yaitu melihat orang yang kita sayangi tersenyum ( Peneliti )

“Bersabar dan ikhlaslah dalam menjalani cobaan, sesungguhnya dibalik itu semua pasti ada hikmahnya”

( Peneliti )

Harga sebuah kegagalan dan kesuksesan bukan dinilai dari hasil akhir, melainkan dari proses perjuangannya.

( Peneliti )

Jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan jadikanlah hari esok lebih baik dari hari ini.

(10)

x

RIWAYAT HIDUP

Nama : Aprilia Ayu Pamela

Tempat/Tanggal Lahir : Brebes, 23 April 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Krajan RT 02 RW 05 Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

Riwayat Pendidikan : 1. Lulus SD N 2 Suruh tahun 1999 2. Lulus SLTP N 3 Susukan tahun 2002 3. Lulus SLTA N 1 Tengaran tahun 2005.

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah dengan Kejadian Malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo”. Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penulis menyadari tanpa bantuan berbagai pihak tidak banyak yang bisa penulis lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya selama pelaksanaan dan penyusunan laporan skripsi ini kepada:

1. Bpk. Arif Widodo, A.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Ibu Yuli Kusumawati SKM, M.Kes (Epid) selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Ibu Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam skripsi ini.

4. Bpk. Sri Darnoto, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam skripsi ini.

5. Kepala Puskesmas Bener, Kepala Desa Ketosari, dan Mas Nur Safi’i selaku JMD ( Juru Malaria Desa ) Ketosari yang telah memberikan banyak bantuan pada saat penelitian skripsi ini.

(12)

xii

7. Eyang Barodji, eyang putri, kakak, dan adikku tersayang yang telah memberikan inspirasi untuk segala hal, dorongan, nasihat, rasa sayang, dan selalu membuatku tersenyum.

8. Sucita Tri Nugraha yang telah banyak membantu pada saat penelitian dan memberikan nasihat, semangat, rasa sayang, doa, serta menjadi penghilang sedikit penat saat kuliah.

9. Junitha, Umy, Vita, Ririn, Idda, Aput, Aya, mbak Eka dan semua teman-teman seperjuangan Prodi Kesmas 2005 kalian telah mengajarkanku arti sebuah persahabatan.

10.Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, November 2009

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HAK CIPTA... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN... iii

PERNYATAAN PENGESAHAN ... iv

(14)

xiv

3. Environment... 9

C. Penyebab Penyakit Malaria... 13

D. Cara Penularan... 15

E. Pencegahan Penyait Malaria ... 16

F. Pemberantasan Penyakit Malaria... 17

G. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Malaria ... 18

H. Kerangka Teori... 26

I. Kerangka Konsep ... 27

J. Hipótesis Penelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 29

B. Subjek Penelitian ... 29

F. Definisi Operasional Variabel ... 33

G. Pengumpulan Data... 36

1. Jenis data ... 36

2. Sumber data ... 36

3. Cara pengumpulan data... 37

H. Langkah-langkah Penelitian... 37

(15)

xv BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum ... 41

B. Hasil Penelitian... 42

1. Karakteristik responden ... 42

2. Analisis univariat ... 46

3. Analisis bivariat ... 50

BAB V PEMBAHASAN A. Hubungan antara Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian Malaria ... 58

1. Hubungan antara Ventilasi dengan Kejadian Malaria .. 58

2. Hubungan antara Langit-langit dengan Kejadian Malaria ... 59

3. Hubungan antara Dinding dengan Kejadian Malaria.... 60

B. Hubungan antara Kondisi Lingkungan sekitar Rumah dengan Kejadian Malaria ... 62

1. Hubungan antara Semak-semak dengan Kejadian Malaria 62 2. Hubungan antara Parit atau Selokan dengan Kejadian Malaria... 63

3. Hubungan antara Kandang Ternak dengan Kejadian Malaria... 64

C. Keterbatasan Penelitian... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 67

B. Saran... 68 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Gambaran Kejadian Malaria Menurut Karakteristik Responden

di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo... 45 2. Rangkuman Hasil Analisis Univariat Hubungan Kondisi Fisik Rumah

dan Lingkungan Sekitar Rumah ... 49 3. Hubungan Ventilasi Rumah dengan Kejadian Malaria Di Desa

Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo ... 50 4. Hubungan Langit-Langit Rumah dengan Kejadian Malaria

di Desa Ketosari Kecamatan Bener KabupatenPurworejo... 51 5. Hubungan dinding rumah dengan kejadian malaria

di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo... 52 6. Hubungan semak-semak dengan kejadian malaria

di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo... 54 7. Hubungan parit atau selokan dengan kejadian malaria

di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo... 55 8. Hubungan kandang dengan kejadian malaria

di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo... 56 9. Rangkuman hasil analisis bivariat hubungan

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Kesediaan Menjadi Responden 2. Kuesioner penelitian

3. Peta Desa Ketosari 4. Ijin Pengambilan Data 5. Ijin Penelitian

6. Laporan Kasus Malaria Positif 7. Hasil Analisis Statistik

(19)

xix

DAFTAR SINGKATAN

ACD : Active Case Detection API : Annual Parasit Insidence CI : Confidence Interval JMD : Juru Malaria Desa KK : Kepala Keluarga KLB : Kejadian Luar Biasa MDA : Mass Drug Administration OR : Odd Ratio

PCD : Passive Case Detection PJB : Pemantauan Jentik Berkala

PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat RT : Rukun Tangga

RW : Rukun Warga

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia sampai saat ini. Derajat endemisitas malaria di Indonesia berbeda antara satu daerah dengan daerah lain (Pribadi dan Sungkar, 1994). Data hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan jumlah penderita malaria klinis di seluruh Indonesia mencapai 15 juta orang dan 43 ribu diantaranya meninggal. Jumlah penderita malaria cenderung mengalami kenaikan pertahunnya. Tahun 2006, wabah malaria dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di 7 provinsi, dengan jumlah penderita mencapai 1.107 orang, 23 diantaranya meninggal. Sedangkan tahun 2007 KLB terjadi di 8 provinsi, dengan jumlah penderita mencapai 1.256 orang dan mengakibatkan 74 penderitanya meninggal dunia (Zubersafawi, 2009).

(21)

bahwa penularan penyakit masih terus barlangsung dan pengendalian vektor harus dilakukan.

Kesakitan malaria sampai saat ini disebabkan karena adanya kontak nyamuk dengan manusia sebagai vektor malaria. Kalau di suatu daerah dijumpai kasus malaria dan ada nyamuk yang menjadi atau diduga sebagai vektornya serta ada tempat perindukannya maka sudah dapat dipastikan bahwa penularan terjadi di daerah tersebut (Barodji, 2000). Berdasarkan hasil penelitian Darmadi (2002), diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah dengan kejadian malaria.

Kasus malaria di Kecamatan Bener pada tahun 2008 terdapat di Desa Ketosari dengan jumlah penderita yang positif malaria sebanyak 66 orang dengan API 34,7‰, angka tersebut masih di atas target nasional (0,08‰). Sedangkan pada tahun 2009 jumlah penderita malaria pada Januari–Juli sebanyak 123 orang (Puskesmas Bener, 2009). Dengan vektor utama malaria di Desa Ketosari adalah Anopheles aconitus, Anopheles balabacensis dan Anopheles maculatus (Lestari dkk, 2007).

(22)

bionomik vektor di daerah ini, bahwa pada siang hari Anopheles maculatus dan Anopheles balabacensis ditemukan istirahat di semak-semak dan di kandang kambing yang terbuat dari bambu. Tempat perkembangbiakannya di parit atau selokan dan di genangan-genangan air jernih. Sedangkan perilaku menghisap darah sejak sore hari dan paling banyak menggigit sekitar pukul 21.00-03.00 (Lestari dkk, 2007). Hasil pendataan yang dilakukan petugas PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Desa Ketosari tahun 2009 mencatat presentase rumah miskin di Desa Ketosari yaitu 51,9%. Rumah yang miskin inilah yang berpotensial tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga mendukung kepadatan nyamuk baik di dalam maupun di luar rumah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis melakukan penelitian tentang malaria kaitanya dengan faktor tersebut. Dengan judul penelitian “Hubungan kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

B. Rumusan Masalah

1. Masalah umum

(23)

2. Masalah Khusus

a. Adakah hubungan antara ada tidaknya kawat kasa pada ventilasi rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo?

b. Adakah hubungan antara ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo?

c. Adakah hubungan antara kerapatan dinding rumah dilihat dari ada tidaknya lubang lebih dari 1,5 mm² pada dinding dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo? d. Adakah hubungan antara ada tidaknya semak-semak di sekitar rumah

dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo?

e. Adakah hubungan antara ada tidaknya parit atau selokan di sekitar rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo?

(24)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui hubungan antara ada tidaknya kawat kasa pada ventilasi rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

b. Mengetahui hubungan antara ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

c. Mengetahui hubungan antara kerapatan dinding rumah dilihat dari ada tidaknya lubang lebih dari 1,5 mm² pada dinding dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. d. Mengetahui hubungan antara ada tidaknya semak-semak di sekitar

rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

(25)

f. Mengetahui hubungan antara ada tidaknya kandang ternak di sekitar rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat diharapkan memberikan manfaat pada beberapa pihak antara lain :

1. Bagi intansi kesehatan

Sebagai masukan atau bahan pertimbangan kepada pengelola progam pemberantasan penyakit menular terutama pada pengelola progam penyakit malaria.

2. Bagi masyarakat

Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam upaya pencegahaan dan pemberantasaan penyakit malaria.

3. Bagi mahasiswa

Menambah wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh dibangku kuliah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Malaria

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Penyakit ini dapat menyerang semua orang baik bayi, anak-anak maupun orang dewasa (Depkes RI, 1991).

B. Epidemiologi Malaria

Epidemiologi malaria adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran malaria dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam masyarakat. Dalam epidemiologi selalu ada 3 faktor yang diselidiki: host (manusia sebagai host intermediate dan nyamuk sebagai host definitif), agent (penyebab penyakit malaria, plasmodium) dan environment (lingkungan). Penyebaran malaria terjadi bila ketiga faktor tersebut saling mendukung. 1. Agent (parasit malaria)

(27)

2. Host (Pejamu)

a. Manusia (host intermediate)

Penyakit malaria dapat menginfeksi setiap manusia, ada beberapa faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi manusia sebagai penjamu penyakit malaria antara lain: usia/umur, jenis kelamin, suku/ras, sosial ekonomi, status perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, keturunan, status gizi, dan tingkat imunitas. b. Nyamuk (host definitif)

Nyamuk Anopheles yang menghisap darah hanya nyamuk Anopheles betina. Darah diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Perilaku nyamuk sangat menentukan dalam proses penularan malaria. Beberapa sifat dan perilaku sangat penting adalah :

1) Tempat hinggap atau istirahat

a) Eksofilik: nyamuk hinggap dan istirahat di luar rumah. b) Endofilik: nyamuk hinggap dan istirahat di dalam rumah. 2) Tempat menggigit

a) Eksofagik: lebih suka menggigit di luar rumah. b) Endofagik: lebih suka menggigit di dalam rumah. 3) Obyek yang digigit

(28)

4) Faktor lain yang penting adalah :

a) Umur nyamuk (longevity) semakin panjang umur nyamuk semakin besar kemungkinannya untuk menjadi penular atau vektor malaria.

b) Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit. c) Frekuensi menggigit manusia.

d) Siklus gonotrofik yaitu waktu yang diperlukan untuk matangnya telur.

3. Environment (lingkungan)

(29)

a. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik yang berkaitan dengan umur dan perkembangbiakkan nyamuk Anopheles antara lain :

1) Suhu udara

Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. 2) Kelembaban Udara

Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk. Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahat dan lain-lain dari nyamuk. 3) Hujan

Terdapat hubungan langsung antara hujan dan perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, derasnya hujan, jumlah hari hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya Anopheles.

4) Angin

(30)

kontak antara manusia dan nyamuk. Jarak terbang nyamuk dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung kepada arah angin. 5) Sinar matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang teduh. Sebaliknya Anopheles hyrcanus lebih menyukai tempat yang terbuka. Anopheles barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun tempat yang terang.

6) Arus air

Anopheles barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya statis atau mengalir sedikit. Anopheles minimus menyukai tempat perindukan yang aliran airnya cukup deras dan Anopheles letifer di tempat yang airnya tergenang.

b. Lingkungan Kimiawi

Lingkungan kimiawi sampai saat ini baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam tempat perindukan, misalnya Anopheles sundaicus tumbuh pada air payau dengan kadar garam 1,2-2% dan tidak dapat berkembang biak pada kadar garam 4%.

c. Lingkungan Biologik

(31)

jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, ikan gabus, ikan nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk. d. Lingkungan sosial budaya

Faktor ini besar pengaruhnya dibandingkan dengan faktor lingkungan lain. Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam dimana vektornya lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, pemasangan kawat kasa pada ventilasi, jendela yang tidak terbuka sampai senja, dinding rumah yang rapat dan adanya langit-langit rumah serta penggunaan zat penolak nyamuk yang intensitasnya berbeda sesuai dengan perbedaan status sosial masyarakat, akan mempengaruhi angka kesakitan malaria.

(32)

C. Penyebab Penyakit Malaria

Agent penyebab malaria ialah makhluk hidup Genus Plasmodia, Famili Plasmodiidae dari Ordo Coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal empat spesies parasit malaria pada manusia, yaitu :

1. Plasmodium falciparum: penyebab penyakit tropika yang sering menyebabkan malaria berat/malaria otak yang fatal, gejala seranganya timbul berselang setiap dua hari (48 jam) sekali.

2. Plasmodium vivax: penyebab penyakit malaria tertiana yang gejala serangannya timbul berselang setiap tiga hari.

3. Plasmodium malariae: penyebab penyakit malaria quartana yang gejala serangannya timbul berselang setiap empat hari.

4. Plasmodium ovale: jenis ini jarang ditemui di Indonesia, banyak dijumpai di Afrika dan Pasifik Barat.

Seorang penderita dapat dihinggapi lebih dari satu jenis plasmodium, infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Yang terbanyak terdiri dari dua campuran, yaitu Plasmodium falciparum dengan Plasmodium vivax atau Plasmodium malariae. Infeksi campuran biasanya terjadi di daerah yang angka penularannya tinggi (Depkes RI, 2006)

(33)

malaria biasanya terdiri dari 3 stadium yang berurutan yaitu stadium dingin, stadium demam, dan stadium berkeringat.

a. Stadium dingin (cold stage)

Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutupi tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau sianosis, kulit kering dan pucat, penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.

b. Stadium demam ( hot stage)

Stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala, mual serta muntah seringkali terjadi. Nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita menjadi sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2-12 jam. Demam disebabkan karena pecahnya sizon darah yang telah matang dan masuknya merosoit darah ke dalam aliran darah.

c. Stadium berkeringat (sweating stage)

(34)

Gejala-gejala tersebut tidak selalu ditemukan pada setiap penderita, dan ini tergantung pada spesies parasit, umur, dan tingkat imunitas penderita (Sutisna, 2002).

D. Cara Penularan

Dikenal adanya berbagai cara penularan malaria : 1. Penularan secara alamiah

Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles. 2. Penularan yang tidak alamiah

a. Malaria bawaan (congenital)

Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria. Penularan terjadi melalui tali pusat atau plasenta.

b. Secara mekanik

Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril.

c. Secara oral (melalui mulut)

Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (Plasmodium gallinasium), burung dara (Plasmodium relection) dan monyet (Plasmodium knowlesi).

(35)

E. Pencegahan Penyakit Malaria

Pencegahan penyakit malaria secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kegiatan :

1. Pencegahan terhadap parasit yaitu dengan pengobatan profilaksis atau pengobatan pencegahan.

a. Orang yang akan berpergian ke daerah-daerah endemis malaria harus minum obat antimalaria sekurang-kurangnya seminggu sebelum keberangkatan sampai empat minggu setelah orang tersebut meninggalkan daerah endemis malaria.

b. Wanita hamil yang akan berpergian ke daerah endemis malaria diperingatkan tentang risiko yang mengancam kehamilannya. Sebelum berpergian, ibu hamil disarankan untuk berkonsultasi ke klinik atau rumah sakit dan mendapatkan obat antimalaria.

c. Bayi dan anak-anak berusia di bawah empat tahun dan hidup di daerah endemis malaria harus mendapat obat anti malaria karena tingkat kematian bayi/anak akibat infeksi malaria cukup tinggi.

2. Pencegahan terhadap vektor/gigitan nyamuk.

(36)

gigitan nyamuk malaria, karena biasanya vektor malaria menggigit pada malam hari (Prabowo, 2004).

F. Pemberantasan Penyakit Malaria

Penyebaran penyakit malaria disebabkan oleh tiga komponen yang saling berkaitan yaitu host, agent, dan environment merupakan mata rantai penularan. Pemberantasan malaria harus ditujukan untuk memutus penularan penyakit malaria, dengan sasaran antara lain :

1. Penemuan penderita

Penemuan penderita secara dini merupakan salah satu cara memutus penyebaran penyakit malaria. Kegiatan tersebut antara lain dilakukan dengan penemuan penderita malaria secara aktif (ACD = Active Case Detection) dilakukan oleh petugas juru malaria desa yang mengunjungi rumah secara teratur. Penemuan penderita secara pasif (PCD = Passive Case Detection) yakni berdasarkan kunjungan pasien di unit pelayanan kesehatan (puskesmas pembantu, puskesmas, dan rumah sakit) yang menunjukkan gejala klinis malaria.

2. Pengobatan penderita

Kegiatan pengobatan penderita antara lain :

a. Pengobatan malaria klinis, adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan diagnosa klinis tanpa pemeriksaan laboratorium.

(37)

c. Pengobatan MDA (Mass Drug Administration), adalah pengobatan massal pada saat KLB, mencakup > 80% jumlah penduduk di daerah tersebut yang diobati.

d. Profilaksis, adalah pengobatan pencegahan dengan sasaran warga transmigrasi dan ibu hamil di daerah endemis malaria.

3. Pemberantasan vektor

Pemberantasan vektor dilakukan antara lain dengan penyemprotan rumah menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa, membunuh jentik melalui kegiatan anti larva atau larvasiding dan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk untuk mengurangi jumlah nyamuk (Depkes RI, 1999).

G. Faktor-faktor yang berhubungan dengan malaria

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit malaria antara lain :

1. Faktor Lingkungan fisik a. Kondisi fisik rumah

(38)

tinggal yang baik diperlukan beberapa persyaratan. Rumah sehat harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain :

1) Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan fisik dasar dari penghuninya. Hal-hal yang perlu diperhatikan di sini ialah :

a) Rumah tersebut harus terjamin penerangannya yang dibedakan atas cahaya matahari dan lampu.

b) Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna, sehingga aliran udara segar dapat terpelihara.

c) Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipertahankan suhu lingkungan.

2) Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan kejiwaan dasar dari penghuninya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

a) Terjamin berlangsungnya hubungan yang serasi antara anggota keluarga yang tinggal bersama.

b) Menyediakan sarana yang memungkinkan dalam pelaksanaan pekerjaan rumah tangga tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.

(39)

a) Rumah yang di dalamnya tersedia air bersih yang cukup. b) Ada tempat pembuangan sampah dan tinja yang baik. c) Terlindung dari pengotoran terhadap makanan.

d) Tidak menjadi tempat bersarang binatang melata ataupun penyebab penyakit lainnya.

4) Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya kecelakaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

a) Rumah yang kokoh.

b) Terhindar dari bahaya kebakaran. c) Alat-alat listrik yang terlindungi.

d) Terlindung dari kecelakaan lalu lintas (Azwar, 1996).

(40)

kayu/papan yang terdapat lubang lebih dari 1,5 mm² akan mempermudah nyamuk masuk ke dalam rumah (Darmadi, 2002). b. Lingkungan rumah

Lingkungan fisik yang diperhatikan dalam kejadian malaria adalah jarak rumah dari tempat istirahat dan tempat perindukan yang disenangi nyamuk Anopheless seperti adanya semak yang rimbun akan menghalangi sinar matahari menembus permukaan tanah, sehingga adanya semak-semak yang rimbun berakibat lingkungan menjadi teduh serta lembab dan keadaan ini merupakan tempat istirahat yang disenangi nyamuk Anopheles, parit atau selokan yang digunakan untuk pembuangan air merupakan tempat berkembang biak yang disenangi nyamuk, dan kandang ternak sebagai tempat istirahat nyamuk sehingga jumlah populasi nyamuk di sekitar rumah bertambah (Handayani dkk, 2008).

c. Kondisi lingkungan yang sesuai dengan bionomik vektor malaria di Jawa Tengah.

1) Anopheles aconitus

(41)

yang sangat baik. Nyamuk dewasa hinggap dalam rumah dan kandang, tetapi tempat hinggap yang paling disukai ialah di luar rumah, pada tebing yang curam, gelap dan lembab. Juga terdapat diantara semak belukar didekat sarangnya. Jarak terbangnya dapat mencapai 1,5 km, tetapi mereka jarang terdapat jauh dari sarangnya. Terbangnya pada malam hari untuk menghisap darah. (Iskandar dkk, 1985)

2) Anopheles balabacensis

Anopheles balabacensis ditemukan sepanjang tahun baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Pada musim hujan tempat perkembangbiakan spesies tersebut adalah di aliran mata air yang tergenang, di genangan-genangan air hujan di tanah, dan di lubang-lubang batu. Sering didapatkan juga pada parit yang alirannya terhenti. Pada musim kemarau sumber air tanah berkurang sehingga terbentuk genangan-genangan air sepanjang sungai. Genangan-genangan air tersebut dimanfaatkan sebagai tempat perkembangbiakkan Anopheles balabacensis. Nyamuk dewasa lebih suka menghisap darah manusia dari pada darah binatang (Barodji dkk, 2001).

3) Anopheles maculatus

(42)

genangan air di sungai yang berbatu-batu kecil yang terbentuk karena sumber air kurang sehingga air tidak mengalir dan menggenang di sepanjang sungai serta mendapat sinar matahari langsung. Perilaku menghisap darah baik di dalam maupun di luar rumah paling banyak sekitar pukul 22.00. Spesies ini pada siang hari ditemukan istirahat di luar rumah pada tempat-tempat yang teduh antara lain di kandang sapi dan kerbau, di semak-semak, di lubang-lubang di tanah pada tebing dan lubang-lubang tempat pembuangan sampah. Selama penangkapan pada siang hari tidak pernah menemukan Anopheles maculatus istirahat di dalam rumah (Boesri dkk, 2003). Jarak terbangnya kurang lebih 1 km tetapi mereka jarang terdapat jauh dari sarangnya dan lebih suka mengigit binatang dari pada manusia (Iskandar dkk, 1985).

4) Anopheles sundaicus

Tempat perindukan nyamuk Anopheles sundaicus umumnya di air payau yang banyak tumbuhan air atau lumut dan mendapat sinar matahari langsung seperti muara sungai yang tergenang, di lagun, dan di genangan-genangan air payau diantara hutan bakau dengan salinitas 1,2-2%. Nyamuk dewasa senang hinggap di dalam rumah (Barodji dkk, 1993).

2. Faktor Perilaku

(43)

kesehatan masyarakat adalah perubahan perilaku yang belum sehat menjadi perilaku sehat, artinya perilaku yang mendasarkan pada prinsip-prinsip sehat atau kesehatan. Pendidikan yang diberikan kepada masyarakat harus direncanakan dengan menggunakan strategi yang tepat disesuaikan dengan kelompok sasaran dan permasalahan kesehatan masyarakat yang ada. Strategi tersebut mencakup metode/cara, pendekatan dan tekhnik yang mungkin digunakan untuk mempengaruhi faktor prediposisi, pemungkin dan penguat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi perilaku (Machfoedz dkk, 2005).

Strategi yang tepat agar masyarakat mudah dan cepat menerima pesan diperlukan alat bantu yang disebut peraga. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima pesan semakin banyak dan jelas pula pengetahuan yang diperoleh ( Depkes RI, 1999).

Praktik atau perilaku keluarga terhadap upaya mengurangi gigitan nyamuk malaria adalah:

a. Kebiasaan menggunakan kelambu

(44)

b. Kebiasaan menghindari gigitan nyamuk

Untuk menghindari gigitan nyamuk digunakan obat semprot, obat poles atau obat nyamuk bakar sehingga memperkecil kontak dengan nyamuk (Depkes RI, 1992).

c. Kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari

(45)

H. Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan tersebut maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian Kondisi lingkungan

sekitar rumah 1. Semak - semak 2. Parit / selokan 3. Kandang ternak

Kondisi fisik rumah 1. Ventilasi

1. Kebiasaan di luar rumah pada malam hari

Manusia 1. Imunitas

(46)

I. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2. Kerangka Konsep

J. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara kawat kasa pada ventilasi rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

2. Ada hubungan antara langit-langit pada semua ruangan rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

3. Ada hubungan antara kerapatan dinding rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

Kawat kasa pada ventilasi

Langit-langit

Kerapatan dinding

Semak-semak Parit atau selokan

Kandang ternak

(47)

4. Ada hubungan antara semak-semak di sekitar rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. 5. Ada hubungan antara parit atau selokan di sekitar rumah dengan kejadian

malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. 6. Ada hubungan antara kandang ternak di sekitar rumah dengan kejadian

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian adalah merupakan penelitian observasional dengan pendekatan case control yaitu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya (Murti, 1997).

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh rumah yang di dalamnya terdapat penduduk yang pernah diperiksa darahnya secara mikroskopis malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo pada Mei-Juli 2009.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

(49)

b. Merupakan warga yang berdomisili (tinggal menetap) dan memiliki rumah di Desa Ketosari, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo. c. Bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden. 2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Seluruh rumah yang di dalamnya terdapat penduduk yang belum pernah diperiksa darahnya secara mikroskopis pada Mei-Juli 2009. b. Bukan merupakan warga yang berdomisili (tinggal menetap) dan

memiliki rumah di Desa Ketosari, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo.

c. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo pada bulan Agustus-September 2009.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(50)

Purworejo 2009 sebanyak 490 rumah. Dari 490 rumah di dapatkan 21 rumah yang salah satu atau lebih anggota keluarganya positif malaria. 2. Sampel

a. Jumlah sampel

Jumlah sampel pada penelitian ini sejumlah 42 rumah yang terdiri dari 21 rumah pada kelompok kasus dan 21 rumah pada kelompok kontrol dengan perbandingan 1 : 1.

b. Teknik pengambilan sampel kasus

Sampel pada kelompok kasus pada penelitian ini adalah seluruh rumah yang salah satu atau lebih anggota keluarganya pernah diperiksa darahnya secara mikroskopis positif malaria pada Mei-Juli 2009. Tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan exhautive sampling yaitu jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Jumlah populasi pada kelompok kasus adalah 21 rumah, sehingga didapatkan jumlah sampel pada kelompok kasus pada penelitian ini yaitu 21 rumah.

c. Teknik pengumpulan sampel kontrol

(51)

untuk terpilih menjadi sampel (Murti, 2006). Sampel kontrol dipilih 5 tetangga terdekat dari kelompok kasus kemudian dengan teknik simple random sampling didapatkan 1 sampel untuk kelompok kontrol, begitu seterusnya sampai didapatkan 21 sampel pada kelompok kontrol.

E. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel berpengaruh atau yang menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat. Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah kondisi fisik rumah yang meliputi ada tidaknya kawat kasa pada ventilasi, ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah, dan kontruksi dinding rumah. Serta kondisi lingkungan sekitar rumah yang meliputi ada tidaknya semak-semak, ada tidaknya parit/selokan, dan ada tidaknya kandang ternak.

2. Variabel Terikat

(52)

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas

a. Kondisi fisik rumah adalah keadaan dari bangunan rumah responden yang dapat mempermudah terjadinya penularan malaria, terdiri dari: 1) Ventilasi adalah lubang angin yang memungkinkan untuk keluar

masuknya nyamuk malaria ke dalam rumah dilihat dari ada tidaknya kawat kasa. Dengan kategori:

a) Ya, jika ventilasi dipasang kawat kasa

b) Tidak, jika ventilasi tidak dipasang kawat kasa Skala : nominal

2) Langit-langit adalah pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari kayu, internit maupun anyaman bambu halus sebagai penghalang masuknya nyamuk ke dalam rumah dilihat dari ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah. Dengan kategori :

a) Ada, jika terdapat langit-langit di seluruh ruangan.

b) Tidak, jika langit-langit tidak ada atau hanya terdapat pada sebagian ruangan.

Skala : nominal

(53)

a) Rapat, jika dinding rumah terbuat dari pasangan batu bata dan tidak terdapat lubang lebih dari 1,5 mm².

b) Tidak rapat, jika dinding rumah terbuat dari anyaman bambu ataupun kayu/papan yang terdapat lubang lebih dari 1,5 mm². Skala : nominal

b. Kondisi lingkungan sekitar rumah adalah keadaan di sekitar rumah responden yang terdiri dari: semak-semak dan kandang ternak sebagai tempat istirahat nyamuk, parit atau selokan sebagai tempat berkembangbiak nyamuk malaria (Iskandar dkk, 1985).

1) Semak-semak adalah rumput atau tumbuhan berkayu yang rimbun yang dibedakan dengan pohon karena cabangnya yang banyak dan tingginya yang lebih rendah yaitu kurang dari 1 meter yang dapat digunakan sebagai tempat istirahat nyamuk, dikatakan rimbun apabila tidak bisa ditembus oleh sinar matahari, tidak rimbun apabila bisa ditembus oleh sinar matahari. Dengan kategori: a) Ada, jika terdapat semak-semak di sekitar rumah. b) Tidak ada, jika tidak ada semak-semak di sekitar rumah. Skala : nominal

2) Parit atau selokan adalah saluran air yang digunakan untuk pembuangan air hujan, limbah rumah tangga yang menggenang, yang dapat digunakan sebagai tempat berkembang biak nyamuk. Dengan kategori:

(54)

b) Tidak ada, jika tidak terdapat parit atau selokan di sekitar rumah.

Skala : nominal

3) Kandang ternak adalah bangunan yang dipergunakan sebagai tempat memelihara ternak seperti sapi, kerbau maupun kambing. Dengan kategori:

a) Ada, jika terdapat kandang yang memelihara ternak seperti sapi, kerbau, dan kambing di sekitar rumah.

b) Tidak ada, jika tidak terdapat kandang ternak yang memelihara sapi, kerbau, dan kambing di sekitar rumah.

Skala : nominal 2. Variabel Terikat

Kejadian malaria adalah suatu keadaan dimana penderita yang ditemukan pada keluarga yang diperiksa darahnya secara mikroskopis malaria. Data kejadian yang diambil hasil pemeriksaan laboratorium puskesmas pada Mei-Juli 2009. Dengan kategori:

1) Positif malaria 2) Negatif malaria

(55)

G. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif, yang diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner dan observasi mengenai ada tidaknya kawat kasa pada ventilasi, ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah, kontruksi dinding rumah, dan keadaan di sekitar rumah yang terdiri dari: ada tidaknya semak-semak, ada tidaknya parit/selokan, dan ada tidaknya kandang ternak.

2. Sumber Data a. Data Primer

Sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dan pengamatan oleh peneliti mengenai ada tidaknya kawat kasa pada ventilasi, ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah, kontruksi dinding rumah, ada tidaknya semak-semak di sekitar rumah, ada tidaknya parit/selokan di sekitar rumah, dan ada tidaknya kandang ternak di sekitar rumah. b. Data Sekunder

(56)

bulanan penderita malaria, hasil pemeriksaan sediaan darah, data tentang demografi dari desa/kecamatan.

3. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada responden dan observasi mengenai ada tidaknya kawat kasa pada ventilasi, ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah, kontruksi dinding rumah, ada tidaknya semak-semak di sekitar rumah, ada tidaknya parit/selokan di sekitar rumah, dan ada tidaknya kandang ternak di sekitar rumah menggunakan kuesioner yang telah disiapkan sesuai tujuan penelitian.

H. Langkah-langkah Penelitian

1. Instrumen Penelitian

a. Laporan kasus positif malaria pada bulan Mei-Juli 2009 b. Kuesioner

c. Kertas karton warna biru dan putih d. Kamera digital

2. Jalannya Penelitian

(57)

rumah yang terdapat kasus dengan menempel kertas karton warna biru dan selanjutnya mencari sampel kontrol yaitu dipilih 5 tetangga yang semua anggota keluarganya negatif malaria dan dicari tetangga terdekat dari kelompok kasus yang kemudian dengan teknik simple random sampling didapatkan 1 sampel untuk kelompok kontrol dan memberi tanda pada rumah dengan menempelkan kertas karton warna putih. Begitu seterusnya sampai didapatkan 21 sampel pada kelompok kontrol dan 21 sampel pada kelompok kasus.

Hari berikutnya melakukan survei pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan penyebaran kuesioner dan observasi mengenai kondisi fiisk rumah dan lingkungan sekitar rumah. Kemudian mencatat hasil survei dan mengambil gambar rumah dan lingkungan rumah responden dengan kamera digital.

I. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data, selanjutnya diteliti ulang dan diperiksa ketepatan atau kesesuaian jawaban serta kelengkapanya dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Langkah ini dimaksudkan untuk melakukan kegiatan pengecekan terhadap kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data.

2. Coding

(58)

3. Entry data

Memasukkan data yang telah dilakukan coding ke dalam program SPSS for Windows.

4. Tabulasi

Mengelompokkan data ke dalam suatu data tertentu menurut sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

Langkah-langkah dalam tabulasi antara lain: a. Memberi skor item yang perlu diberi skor.

b. Memberi kode terhadap item-item yang tidak diberi skor.

c. Mengubah jenis data sesuai dengan teknik analisis yang akan digunakan (Budiarto, 2001).

J. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat untuk menggambarkan deskriptif dari masing-masing variabel yaitu kondisi fisik rumah, lingkungan sekitar rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

2. Analisis Bivariat

(59)

dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 15 dengan kriteria pengambilan kesimpulan berdasarkan tingkat signifikan (nilai p) adalah: a. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

b. Jika nilai p 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

Selanjutnya juga diperoleh besar resiko (Odds Ratio/OR) paparan terhadap kasus dengan menggunakan table 2x2 sebagai berikut:

Penyakit Kasus Kontrol Total

Paparan (+) (-)

Terpapar a b a + b

Tidak Terpapar c d c + d

Total a + c b + d a + b + c + d

Besar nilai OR ditentukan dengan rumus OR=a.d / b.c dengan Confidence Interval (CI) 95%. Hasil interpretasi nilai OR adalah:

a. Bila OR > 1, CI 95% tidak mencakup nilai 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti adalah faktor risiko.

b. Bila OR > 1, CI 95% mencakup nilai 1, menunjukkan faktor yang diteliti bukan faktor risiko.

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum

1. Keadaan Geografis

Desa Ketosari merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo, memiliki luas wilayah 552.095 Ha yang terdiri dari tanah pemukiman, pekarangan, persawahan non irigasi dan tegalan. Desa ketosari terdiri dari 5 dusun yaitu: Dusun Keposong, Dusun Gedung Agung, Dusun Simpu, Dusun Santren, dan Dusun Puguh. Dengan jumlah RW (Rukun Warga) sebanyak 3, jumlah RT (Rukun Tetangga) sebanyak 9 dan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 490 dengan jumlah penduduk 1.958. Adapun batas wilayah Desa Ketosari sebagai berikut:

a. Sebelah utara : Desa Kalijambe, Kecamatan Bener b. Sebelah selatan : Desa Kamijoro, Kecamatan Bener c. Sebelah barat : Desa Karangsari, Kecamatan Bener d. Sebelah timur : Desa Kegetan, Kecamatan Bener

(61)

transportasi sangat lancar baik musim penghujan maupun kemarau dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

a. Jumlah Anggota Keluarga

Pada umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis, hal ini kemungkinan besar dapat terinfeksi dengan jumlah anggota yang besar dalam keluarga di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. Jumlah anggota keluarga 3 – 5 orang yaitu sebesar 71,4% menunjukkan paling tinggi pada kasus dan 76,2% pada kontrol menunjukkan paling tinggi dengan jumlah anggota keluarga 3 – 5 orang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

b. Umur

(62)

c. Jenis Kelamin

Hasil observasi untuk jenis kelamin pada kasus dan kontrol di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo yaitu jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 52,4% menunjukkan paling tinggi pada kasus dan 61,9% pada kontrol dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

d. Pendidikan

Tujuan akhir dari pendidikan kesehatan masyarakat adalah perubahan perilaku yang belum sehat menjadi perilaku sehat, artinya perilaku yang mendasarkan pada prinsip-prinsip sehat atau kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan sangat berpengaruh dalam menerima informasi dan perubahan sikap, dari hasil observasi dengan kasus dan kontrol diketahui pendidikan SD yaitu sebesar 42,9% menunjukkan paling tinggi pada kasus dan 42,9% pendidikan SLTA menunjukkan paling tinggi pada kontrol. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

e. Pekerjaan

(63)

sebagai wiraswasta menunjukkan paling tinggi yaitu sebesar 66,7%. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

f. Pendapatan

(64)
(65)

2. Analisis Univariat

a. Kondisi Fisik Rumah

Kondisi fisik rumah yang berkaitan sekali dengan kejadian malaria, terutama upaya untuk mengurangi resiko penularan malaria adalah ventilasi terdapat kawat kasa, ada langit-langit disemua bagian rumah, dan kontruksi dinding yang rapat (tidak terdapat lubang lebih dari 1,5 mm²), sehingga dapat menghalangi nyamuk masuk dalam rumah.

1) Ventilasi

Kondisi ventilasi rumah responden pada kasus sebagian besar tidak dipasang kawat kasa yaitu sebesar 90,5% dan 61,9% pada kontrol sebagian besar dipasang kawat kasa. Kondisi ventilasi rumah responden di Desa Ketosari dapat dilihat pada Tabel 2. 2) Langit-langit

Kondisi langit-langit rumah responden pada kasus sebagian besar tidak ada atau hanya terdapat langit-langit pada sebagian ruangan saja yaitu sebesar 81,0% dan 66,7% untuk kontrol sebagian besar langit-langit rumah responden ada atau terdapat langit-langit di semua bagian ruangan rumah. Kondisi langit-langit rumah responden di Desa Ketosari dapat dilihat pada Tabel 2.

(66)

3) Dinding

Kondisi dinding rumah responden pada kasus sebagian besar tidak rapat yaitu sebesar 71,4% hal ini dikarenakan dinding rumah terbuat dari anyaman bambu ataupun kayu/papan yang terdapat lubang lebih dari 1,5 mm² dan 95,2% untuk kontrol sebagian besar dinding rumah responden kondisi rapat. Kondisi dinding rumah responden di Desa Ketosari dapat dilihat pada Tabel 2.

b. Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah

Kondisi lingkungan sekitar rumah yang mendukung keberadaan nyamuk yaitu ada tidaknya tempat perindukan dan persinggahan nyamuk di sekitar rumah. Karena dilihat dari bionomik vektor di daerah Ketosari, bahwa pada siang hari Anopheles maculatus dan Anopheles balabacensis ditemukan istirahat di semak-semak dan di kandang kambing yang terbuat dari bambu. Tempat perkembangbiakannya di parit atau selokan dan di genangan-genangan air jernih.

1) Semak-semak

(67)

tidaknya semak-semak di sekitar rumah responden di Desa Ketosari dapat dilihat pada Tabel 2.

2) Parit/selokan

Kondisi lingkungan sekitar rumah responden pada kasus sebagian besar terdapat parit atau selokan yaitu sebesar 90,5% dan 61,9% pada kontrol sebagian besar tidak ada parit atau selokan di sekitar rumah responden. Kondisi lingkungan sekitar rumah responden dilihat dari ada atau tidaknya parit atau selokan di sekitar rumah responden di Desa Ketosari dapat dilihat pada Tabel 2.

3) Kandang Ternak

(68)
(69)

3. Analisis Bivariat

Pada analisis hubungan/bivariat pada masing-masing variabel bebas dan diuji silang dengan variabel terikat penelitian berdasarkan kelompok kasus dan kelompok kontrol. Untuk mencari besar hubungan yang ada dilakukan dengan uji chi square dan hubungan asosiasinya melalui OR (Odds Ratio).

a. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Malaria

Pengamatan di lapangan pada variabel kondisi fisik rumah pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan kejadian malaria yang terdiri dari: ventilasi (terpasang kawat kasa/tidak), dinding (kerapatan dinding) dan langit-langit (ada/tidak). Hasil pengamatan kondisi fisik rumah dengan kejadian malaria dapat dilihat pada Tabel berikut: 1) Ventilasi Rumah dengan Kejadian Malaria

(70)

yaitu sebesar 38,1%, sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak memasang kawat kasa hanya 19,0%.

Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo (nilai p sebesar 0,013, OR = 5,20).

Dari hasil perhitungan OR = 5,20 (Confidence Interval (CI) 95% = 1,3 – 19,7) dapat diartikan bahwa keluarga yang tinggal di rumah dalam kondisi ventilasi yang tidak dipasang kawat kasa mempunyai risiko untuk tertular penyakit malaria 5 kali lebih besar dibanding dengan keluarga yang tinggal di rumah yang ventilasinya dipasang kawat kasa.

2) Langit-langit Rumah dengan Kejadian Malaria

(71)

kelompok kontrol yang tidak ada langit-langit atau hanya terdapat pada sebagian ruangan saja sebesar 16,7%.

Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara langit-langit rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo (nilai p sebesar 0,002, OR = 8,50).

Dari hasil perhitungan OR = 8,50 (Confidence Interval (CI) 95% = 2,0 – 35,0) dapat diartikan bahwa keluarga yang tinggal di rumah dalam kondisi tidak terdapat langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah mempunyai risiko untuk tertular penyakit malaria 8 kali lebih besar dibanding dengan keluarga yang tinggal di rumah yang seluruh ruangan rumah terdapat langit-langit. 3) Dinding Rumah dengan Kejadian Malaria

(72)

35,7%, sedangkan pada kelompok kontrol yang dinding rumahnya tidak rapat hanya 16,7%.

Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara kerapatan dinding rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo (nilai p sebesar 0,013, OR = 5,0).

Dari hasil perhitungan OR = 5,0 (Confidence Interval (CI) 95% = 1,3 – 18,5) dapat diartikan bahwa keluarga yang tinggal di rumah dalam kondisi dinding rumah tidak rapat mempunyai risiko untuk tertular penyakit malaria 5 kali lebih besar dibanding dengan keluarga yang tinggal di rumah yang seluruh ruangan rumah terdapat langit-langit.

b. Hubungan Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah Dengan Kejadian Malaria

Pengamatan di lapangan pada variabel kondisi lingkungan sekitar rumah pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan kejadian malaria yang terdiri dari ada tidaknya: semak-semak, parit atau selokan, dan kandang ternak. Hasil pengamatan kondisi fisik rumah dengan kejadian malaria dapat dilihat pada Tabel berikut:

(73)

1) Semak-semak dengan Kejadian Malaria

Tabel 6. Hubungan semak-semak dengan Kejadian Malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo

Tabel 6 menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sekitar rumah pada kelompok kasus yang terdapat semak-semak yaitu sebesar 42,9%, sedangkan pada kelompok kontrol yang terdapat semak-semak hanya 26,2%.

Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara keberadaan semak-semak di sekitar rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo (nilai p sebesar 0,019, OR = 0,18).

(74)

2) Parit atau selokan dengan Kejadian Malaria

Tabel 7 menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sekitar rumah pada kelompok kasus yang terdapat parit atau selokan yaitu sebesar 45,2%, sedangkan pada kelompok kontrol yang terdapat parit atau selokan hanya 19,0%.

Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara keberadaan parit atau selokan di sekitar rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo (nilai p sebesar 0,000, OR = 0,06).

(75)

3) Kandang dengan Kejadian Malaria

Tabel 8. Hubungan Kandang dengan Kejadian Malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo

Tabel 8 menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sekitar rumah pada kelompok kasus yang terdapat kandang ternak yaitu sebesar 47,6%, sedangkan pada kelompok kontrol yang terdapat kandang ternak hanya 9,5%.

Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara keberadaan kandang ternak di sekitar rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo (nilai p sebesar 0,000, OR = 0,01).

(76)

Tabel 9. Rangkuman Hasil Analisis Bivariat Hubungan Kondisi Fisik

Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah

Kejadian Malaria

1 Kondisi Fisik Rumah a. Ventilasi 2 Kondisi Lingkungan Sekitar

Rumah

a. Semak-semak

1) Ada 18 42,9 11 26,2

2) Tidak ada 3 7,1 10 23,8 0,019 0,18 0,04 – 0,8 b. Parit atau selokan

1) Ada 19 45,2 8 19,0

2) Tidak ada 2 4,8 13 31,0 0,000 0,06 0,01 – 0,3 c. Kandang

1) Ada 20 47,6 4 9,5

(77)

BAB V

PEMBAHASAN

Secara umum keadaan penyakit malaria Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo adalah endemis malaria. Kondisi lingkungan Desa Ketosari yang keadaan tanah pegunungan dan bergelombang yang terdiri dari tanah pemukiman dan pekarangan, persawahan, tegalan yang sebagian tanah tidak tergarap, dan sungai, secara teoritis kondisi ini sangat potensial untuk menjadi tempat perindukan nyamuk Anopheles.

A. Hubungan antara Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian Malaria

Keadaan dari bangunan rumah responden yang dapat mempermudah terjadinya penularan malaria, terdiri dari:

1. Hubungan antara Ventilasi dengan Kejadian Malaria

Kondisi ventilasi rumah yang tidak terpasang kawat kasa seperti pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kejadian malaria pada rumah dengan kondisi ventilasi yang tidak terpasang kawat kasa sebesar 38,1% pada kasus dan 19,0% pada kontrol.

(78)

kondisi ventilasi yang tidak terpasang kawat kasa mempunyai risiko untuk terjadinya penyakit malaria 5 kali dibanding keluarga yang tinggal di rumah yang ventilasinya dipasang kawat kasa. Adanya kejadian malaria disebabkan rumah yang tidak terpasang kawat kasa akan mempermudah masuknya nyamuk ke dalam rumah. Kawat kasa merupakan penghalang bila kawat kasa dalam keadaan baik (Lestari dkk, 2007).

Keadaan ini sesuai dengan penelitian Darmadi (2002) di Desa Buaran Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa kondisi ventilasi yang tidak dipasang kawat kasa mempunyai kecenderungan untuk terjadinya penyakit malaria dengan p (value) = 0,021. Sesuai juga dengan pernyataan subdit malaria bahwa pemasangan kawat kasa pada ventilasi rumah akan memperkecil kontak dengan nyamuk.

2. Hubungan antara Langit-langit dengan Kejadian Malaria

Kondisi rumah dengan langit-langit yang tidak ada pada semua atau sebagian ruangan rumah pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kejadian malaria pada rumah yang tidak ada langit-langit sebesar 40,5% pada kasus dan 16,7% pada kontrol.

(79)

terdapat langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah mempunyai risiko untuk terjadinya penyakit malaria 8-9 kali dibanding keluarga yang tinggal di rumah yang terdapat langit-langit pada semua bagian ruangan rumah. Hal ini disebabkan rumah yang seluruh ruangannya tidak diberi langit-langit akan mempermudah masuknya nyamuk ke dalam rumah. Langit-langit merupakan pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari kayu, internit maupun anyaman bambu halus. Jika tidak ada langit-langit berarti ada lobang atau celah antara dinding dengan atap sehingga nyamuk lebih leluasa masuk ke dalam rumah. Dengan demikian risiko untuk kontak antara penghuni rumah dengan nyamuk Anopheles lebih besar dibanding dengan rumah yang ada langit-langitnya (Depkes RI, 1999).

Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Darmadi (2002) di Desa Buaran Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa kondisi rumah yang seluruh ruangannya tidak diberi langit-langit mempunyai kecenderungan untuk terjadinya penyakit malaria dengan p (value) = 0,014. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Gambiro (1998), menyatakan langit-langit sangat menentukan mudah tidaknya nyamuk masuk ke dalam rumah.

3. Hubungan antara Dinding dengan Kejadian Malaria

(80)

Hasil analisis statistik melalui uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo pada = 0,05 dengan p (value) = 0,013. Besar hubungan tersebut dari hasil odds ratio diperoleh angka sebesar 5,00 berarti keluarga yang tinggal di rumah dengan kondisi dinding yang tidak rapat mempunyai risiko untuk terjadinya penyakit malaria 5 kali dibanding dengan keluarga yang tinggal di rumah dengan kondisi yang rapat.

Hal ini disebabkan keadaan dinding rumah responden yang terbuat dari pasang batu bata maupun yang terbuat dari anyaman bambu ataupun kayu terdapat lubang lebih dari 1,5 mm². Keadaan dinding yang demikian akan mempermudah masuknya nyamuk ke dalam rumah lebih besar bila dibandingkan dengan kondisi dinding rumah yang rapat. Kondisi tersebut menyebabakan penghuni rumah lebih potensial digigit nyamuk Anopheles, karena nyamuk lebih leluasa masuk ke dalam rumah, sehingga akan memperbesar risiko terjadinya penularan penyakit malaria (Handayani dkk, 2008).

(81)

B. Hubungan antara Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah dengan Kejadian

Malaria

Keadaan di sekitar rumah responden sebagai tempat istirahat nyamuk dan sebagai tempat berkembangbiak nyamuk malaria, diantaranya adalah:

1. Hubungan antara Semak-semak dengan Kejadian Malaria

Tabel 6 menunjukkan bahwa kejadian malaria yang terjadi di rumah yang terdapat semak-semak sebesar 42,9% pada kasus dan 26,2% pada kontrol.

Hasil analisis statistik melalui uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara semak-semak dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo pada = 0,05 dengan p (value) = 0,019. Besar hubungan tersebut dari hasil odds ratio diperoleh angka sebesar 0,1 berarti keluarga yang tinggal di rumah dengan kondisi terdapat semak-semak di sekitar rumah mempunyai risiko untuk terjadinya penyakit malaria 0,1 kali dibanding dengan keluarga yang tinggal di rumah dengan kondisi tidak terdapat semak-semak di sekitar rumah.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian
Gambar 2. Kerangka Konsep
Tabel 1. Gambaran Kejadian Malaria menurut Karakteristik
Tabel 2. Rangkuman Hasil Analisis Univariat Hubungan Kondisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria diwilayah kerja Puskesmas

a) Meningkatkan perilaku hidup bersih antara lain dengan memperhatikan kebersihan lingkungan dengan menghilangkan tempat perindukan nyamuk. b) Sebelum dilakukan

Peningkatan kasus malaria di Kelurahan Matekko di perkirakan berkaitan dengan kondisi fisik rumah yaitu mudah tidaknya nyamuk masuk ke dalam rumah yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria diwilayah kerja Puskesmas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria diwilayah kerja Puskesmas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi fisik rumah penduduk sekitar penderita malaria di desa Bagan dalam Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara2.

Secara teori dikatakan bahwa jarak breeding place dari rumah berhubungan dengan kejadian malaria tetapi pada penelitian ini ditemukan pasien yang jarak rumah dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan fisik dalam dan luar rumah dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Wolaang