commit to user
PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus) TERHADAP KADAR HDL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
ANINDYO PRADIPTA SURYO
G.0007037
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul:Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) terhadap Kadar HDL pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus)
Anindyo Pradipta Suryo, NIM: G0007037, Tahun: 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Kamis, Tanggal 30 Desember 2010
Pembimbing Utama
Nama : Suhanantyo, drg., M.Si.Med.
NIP : 19510606 198601 1 001 ...
Pembimbing Pendamping Nama : Mujosemedi, Drs., M.Sc.
NIP : 19600530 198903 1001 ...
Penguji Utama
Nama : Widardo, Drs., M.Sc.
NIP : 19631216 199003 1002 ...
Anggota Penguji
Nama : Selfi Handayani, dr., M.Kes.
NIP : 19670214 199702 2 001 ...
Surakarta, ……….
Tim SkripsiDekan FK UNS
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,...
Anindyo Pradipta Suryo
commit to user
iv ABSTRAK
Anindyo Pradipta Suryo, G.0007037, 2011, Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) terhadap Kadar HDL pada Tikus Putih(Rattus norvegicus), Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan Penelitian: Buah naga putih mengandung Niacin, vitamin C, dan asam palmitat yang dapat meningkatkan kadar HDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buah naga putih (Hylocereus undatus) terhadap kadar HDL tikus putih.
Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan pre and
post test group design. Subjek yang digunakan adalah 30 ekor tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan, galur wistar, berumur+ tiga bulan, dan dengan berat badan + 200
gram, yang dibagi ke dalam lima kelompok, masing-masing berjumlah enam ekor tikus. Kelompok 1 diberikan pakan hiperkolestrolemik dan simvastatin. Kelompok 2 diberikan pakan hiperkolestrolemik saja. Kelompok 3, 4, dan 5 diberi pakan hiperkolestrolemik dan jus buah naga putih dengan dosis yang berbeda-beda, yaitu dosis 3,6 gram, 7,2 gram, dan 10,8 gram. Pada hari ke-36, dilakukan pengukuran kadar HDL post test. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji T berpasangan dan uji
one-way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji post hoc.
Hasil Penelitian: Terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar HDL pre test
dengan post test pada kelompok 1, 3, 4, dan 5, tapi tidak pada kelompok 2. Hasil uji
one-way ANOVA dan uji post hoc menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar semua kelompok.
Simpulan Penelitian: Terdapat pengaruh dari pemberian jus buah naga putih terhadap kadar HDL tikus putih, di mana pemberian jus buah naga meningkatkan kadar HDL.
commit to user
v
ABSTRACT
Anindyo Pradipta Suryo, G.0007037, 2011, The Effect of White Dragon Fruit (Hylocereus undatus) Juice on HDL Level in White Rats (Rattus norvegicus), Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.
Objective: White dragon fruit contains Niacin, vitamin C, and palmitic acid, known for their effect to raise HDL level.The purpose of this research is to know the effect of white dragon fruit juice on blood HDL level in white rats.
Method: This research was an experimental research with pre and post test group design. The subjects were 30 white rats (Rattus norvegicus), male, wistar strain, about 3 months old, and weighted about 200 grams, divided into five groups, with six rats for each group. The group 1 was given hypercholestrolemic meals and simvastatin. Group 2 was given hypercholestrolemic meals. Group 3, 4, and 5 was given hypercholestrolemic meals and different dose of white dragon fruit juice (3.6 grams, 7.2 grams, and 10.8 grams). On day 36, the blood HDL level of all subject were measured. The result were analyzed by paired T test and one-way ANOVA, continued by post hoc test.
Result: There was significant difference between pre test and post test blood HDL level in group 1, 3, 4, and 5, but not in group 2. The one way ANOVA and post hoc test showed that there was significant difference between all groups.
Conclusion: There was an effect between intake of white dragon fruit juice and blood HDL level, which was the juice can raise HDL level.
commit to user
vi PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat, kasih, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) terhadap Kadar HDLpada Tikus Putih (Rattus norvegicus)”. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana dalam bidang kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian dan penulisan Skripsi ini dapat terwujud dengan baik atas bantuan dan dukungan moral, material, dan spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof.Dr. AA. Subijanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes. selaku Tim Skripsi.
3. Suhanantyo, drg., M.Si.Med. selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan nasihat kepada penulis. 4. Mujosemedi, Drs., M.Sc. selaku Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, nasihat dan motivasi kepada penulis. 5. Widardo, Drs., M.Sc. selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji,
kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi.
6. Selfi Handayani, dr., M.Kes selaku Penguji Pendamping yang telah berkenan menguji, koreksi, kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi.
7. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH., PhD. yang sudah berkenan meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan menjawab pertanyaan penulis mengenai metode statistika yang akan digunakan.
8. Bapak Sigit dan Staf Unit Laboratorium Universitas Setia Budi atas bantuannya.
9. Ayah, ibu dan seluruh keluarga tercinta atas semua doa, semangat, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan.
10.Teman-teman angkatan 2007 yang memberikan semangat kepada penulis. 11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam segala hal.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan.
commit to user
vii
Anindyo Pradipta suryo DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI.. ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GRAFIK ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II DASAR TEORI ... 4
A. Tinjauan Pustaka ... 4
B. Kerangka Pemikiran ... 17
C. Hipotesis ... 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
A. Jenis Penelitian ... 18
commit to user
viii
C. Subjek Penelitian ... 18
D. Teknik Sampling ... 18
E. Identifikasi Variabel ... 19
F. Rancangan Penelitian ... 20
G. Definisi Operasional Variabel ... 21
H. Instrumen Penelitian ... 25
I. Cara Kerja ... 25
J. Analisis Data ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 29
BAB V PEMBAHASAN ... 38
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 42
A. Simpulan... 42
B. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kandungan Gizi Dalam 100 gram Daging Buah Naga Putih (Hylocereus
undatus) ... 12
Tabel 2. Kandungan Gizi Dalam 100 gram Biji Buah Naga Putih... 12
Tabel 3. Komposisi Asam Lemak yang Terkandung di Dalam Minyak pada Biji Buah Naga Putih ... 13
Tabel 4. Data Hasil Pengukuran HDL (mg/dl) Sebelum Masa Perlakuan (Pre Test) 29
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Konversi Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis Hewan dan Manusia Lampiran 2. Volume Maksimum Larutan Obat yang Diberikan pada Hewan Lampiran 3. Rerata Kadar HDL Pre Test dan Post Test
Lampiran 4. Uji Normalitas Pre Test dan Post Test
Lampiran 5. Uji Homogenitas Pre Test dan Post Test
Lampiran 6. Uji One-Way ANOVA Kadar HDL Pre Test danPost Test
Lampiran 7. Uji Post Hoc
Lampiran 8. Uji t berpasangan
Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung akibat
perubahan obstruktif pada pembuluh darah koroner, yang menyebabkan
fungsi jantung terganggu. PJK merupakan salah satu masalah kesehatan yang
masih banyak terjadi, baik di negara maju maupun berkembang, termasuk
Indonesia. Menurut perkiraan Badan Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi
PJK pada tahun 2003 tercatat sebanyak 16,6 juta orang meninggal akibat
penyakit kardiovaskuler dan pada tahun 2001 saja tercatat sebanyak 7,2 juta
kematian akibat PJK (RS Jantung Harapan Kita, 2007). Di Indonesia, salah
satu bentuk dari PJK, yaitu penyakit jantung iskemik yang merupakan
penyebab dari 5,1% kematian atau peringkat ke-9 penyebab kematian di
Indonesia (Depkes, 2008).
Salah satu faktor risiko terjadinya PJK adalah rendahnya kadar HDL
(High Density Lipoprotein). HDL merupakan jenis kolesterol yang bersifat
baik atau menguntungkan (good cholesterol) karena mengangkut kolesterol
dari pembuluh darah kembali ke hati untuk di buang sehingga mencegah
penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses
arterosklerosis yang merupakan patofisiologi utama PJK.
Untuk meningkatkan kadar HDL, ada beberapa cara yang dapat
commit to user
niasin, dan non-medikamentosa, misalnya diet rendah kolesterol,
berolahraga, mengurangi berat badan, dan berhenti merokok (Djohan, 2004).
Selain itu, pengobatan herbal, yaitu dengan mengkonsumsi buah Naga Putih
(Hylocereus undatus), juga dapat menjadi alternatif.
Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) merupakan salah satu spesies
buah naga yang dikenal di Indonesia. Buah ini berbentuk lonjong agak
mengerucut dengan banyak lipatan kulit buah di sekitarnya. Kulit buahnya
berwarna merah, namun daging buahnya berwarna putih dengan biji hitam.
Pada daging buah Naga Putih, terdapat kandungan niasin, asam
askorbat, dan asam palmitat yang memiliki efek meningkatkan kadar HDL.
Niasin atau disebut juga dengan asam nikotinat, dapat meningkatkan sintesis
HDL, apo A-1, apo A-2, dan menurunkan kecepatan katabolisme dari HDL,
sehingga kadar HDL menjadi meningkat (Malloy and Kaine, 1997). Asam
ascorbat memiliki efek mencegah kerusakan HDL yang diakibatkan
peroksidase lipid, sehingga kadar HDL dapat dipertahankan (Hilstrom et al.,
2003). Asam palmitat, yang terdapat di dalam biji buah naga, memiliki efek
mengurangi tingkat katabolisme Apo A-1, sehingga ada lebih banyak HDL
yang dapat disintesis(French et al., 2002). Atas dasar-dasar itulah, penulis
tertarik untuk meneliti apakah buah Naga Putih benar berpengaruh terhadap
kadar HDL atau tidak dengan menggunakan tikus putih sebagai hewan uji.
B. Perumusan Masalah
Apakah pemberian jus buah Naga Putih (Hylocereus undatus) dapat
commit to user C. Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan apakah pemberian jus buah Naga Putih
(Hylocereus undatus) dapat meningkatkan kadar HDL pada tikus putih
(Rattus norvegicus).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengaruh pemberian berbagai dosis jus buah Naga Putih (Hylocereus
undatus) terhadap kadar HDL tikus putih.
2. Manfaat Aplikatif
Apabila terbukti bahwa pemberian jus buah Naga Putih dapat
mempengaruhi kadar HDL, maka hal ini dapat menjadi bahan penelitian
lanjutan terhadap hewan coba dengan tingkatan yang lebih tinggi atau
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Lipoprotein
Lipid memiliki sifat hidrofobik, sehingga memerlukan suatu alat
transportasi khusus agar lipid dapat beredar di dalam sirkulasi darah, yaitu
protein. Protein ini akan berikatan dengan lipid sehingga lipid dapat
diedarkan melalui sirkulasi darah (Prijanti, 2008). Asam lemak bebas akan
berikatan dengan protein albumin, sedangkan trigliserid, fosfolipid, dan
kolesterol akan berikatan dengan apoprotein dan membentuk struktur yang
disebut lipoprotein (Moffatdan Stamford, 2006).
Lipoprotein berbentuk sferik, dengan bagian intinya mengandung
trigliserid dan kolesterol ester, keduanya bersifat hidrofobik. Pada lapisan
luarnya terdapat fosfolipid dan kolesterol bebas yang bersifat hidrofilik,
serta apoprotein (Prijanti, 2008). Secara umum, lipoprotein digolongkan
menurut densitasnya. Densitas ditentukan berdasarkan ratio antara jumlah
protein dengan lipid yang terkandung dalam lipoprotein. Semakin besar
kandungan protein dalam lipoprotein, maka semakin besar pula
densitasnya. Penggolongan lipoprotein berdasarkan densitasnya, yaitu:
kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate Density
Lipoprotein (IDL), Low density Lipoprotein (LDL), dan High density
commit to user a. Kilomikron
Kilomikron merupakan lipoprotein terbesar (berdiameter 80-500
nm) dan memiliki ratio protein-lipid (densitas) yang paling rendah di
antara kelompok lipoprotein (<0.94 g/ml) (Wormser, 2004).
Kilomikron berfungsi mengangkut lipid, terutama trigliserid dari
saluran cerna ke dalam aliran darah. Kilomikron disintesis oleh sel-sel
intestinal ke dalam tractus lymphaticus dan dinamakan kilomikron
nascent, kemudian berjalan memasuki sistem sirkulasi darah melalui
ductus thoracicus menuju a. Subclavia sinistra (Gurret al., 2002).
Apoprotein pada kilomikron nascent meliputi Apo-A dan Apo-B,
kemudian dalam perjalanannya kilomikron akan mendapatkan Apo E
dan Apo C-II dari HDL. Apo C-II nantinya akan mengaktifkan enzim
lipoprotein lipase yang memecah trigliserida dalam kilomikron
menjadi gliserol dan asam lemak. Kilomikron yang kekurangan
trigliserida tersebut menjadi kilomikron remnant yang akhirnya akan
dimetabolisme oleh hepar, namun ApoA dan ApoC tidak ikut
dimetabolisme oleh hepar, melainkan akan ditransfer ke HDL
(Redgrave, 2003).
b. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
VLDL merupakan lipoprotein dengan densitas sangat rendah
(0.94-1.006 g/ml) yang sebagian besar lipidnya berupa trigliserida dan
berdiameter 30-80 nm (Wormser, 2004). VLDL disintesis di dalam
commit to user
yang terdiri atas trigliserida, ApoE dan ApoB. VLDL nascent akan
berinteraksi dengan HDL, di mana HDL akan memberikan ApoC-II
dan ApoC-III, sehingga terbentuk VLDL matur. ApoC-II dalam
VLDL matur akan mengaktifkan enzim lipoprotein lipase, sehingga
VLDL matur akan kehilangan trigliseridanya dan berubah menjadi
VLDL remnant atau juga disebut dengan IDL (Gurret al., 2002).
c. Intermediate Density Lipoprotein (IDL)
IDL memiliki densitas sedang (1.006-1.019 g/ml) dan
berdiameter 25-35 nm. IDL mengandung lipid utama berupa
trigliserida (23%) dan kolesterol ester (29%). Lipid lain yang turut
menyusun yaitu kolesterol bebas (9%), fosfolipid (19%), serta
apoprotein (19%) (Moffat dan Stamford, 2006). Apoprotein yang
terdapat dalam IDL adalah ApoB-100, ApoE, ApoC-II, dan ApoC-III
(Wormser, 2004). IDL disebut juga dengan istilah VLDL remnant,
yaitu VLDL yang telah kehilangan trigliseridanya akibat kerja enzim
liporotein lipase. IDL selanjutnya akan mengalami dua jalur
metabolisme. Jalur pertama yaitu IDL akan diambil oleh hepar melalui
reseptor lipoprotein hepatik. Jalur kedua yaitu IDL akan kehilangan
trigliseridanya melalui kerja enzim lipoprotein lipase, sehingga IDL
akan menjadi LDL (Moffat dan Stamford, 2006).
d. Low Density Lipoprotein (LDL)
LDL merupakan lipoprotein dengan densitas rendah
commit to user
di dalam LDL berupa kolesterol ester (42%) dan disertai lipid-lipid
lainnya, yaitu trigliserida (6%), kolesterol bebas (8%), serta fosfolipid
(22%) (Moffat dan Stamford, 2006). Apoprotein yang terdapat pada
LDL terutama adalah ApoB-100. ApoB-100 akan melekat pada
reseptor LDL yang terdapat pada hepar dan organ-organ steroidogenik
lainnya seperti adrenal, testis, dan ovarium. Organ-organ tersebut
kemudian akan menginternalisasi LDL dan memetabolisme kolesterol
yang terkandung di dalamnya. Sebagian dari LDL tidak mengalami
proses seperti yang telah dijelaskan di atas, namun LDL akan
mengalami oksidasi dan ditangkap oleh Reseptor Scavenger A (SR-A)
di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam cell) (Adam, 2006).
e. High Density Lipoprotein (HDL)
HDL pertama kali disintesis oleh sel-sel hepar dan intestinal
dalam bentuk preb1-HDL atau lipid-poor pre-beta1 HDL yang tersusun
atas ApoA-1 dan sejumlah kecil fosfolipid serta kolesterol. Preb1
-HDL bersirkulasi dalam darah dan akan menembus lapisan
endotelium vaskular dan berinteraksi dengan berbagai jaringan perifer
serta komponen plak arterial. Dengan bantuan transporterATP Binding
Cassette, Sub-family A, Member 1(ABCA1) yang terdapat pada
membran sel jaringan perifer dan juga makrofag, preb1-HDL akan
mengakumulasi fosfolipid dan kolesterol dari sel-sel tersebut. Preb1
-HDL yag telah mengakumulasi fosfolipid dan kolesterol sampai batas
commit to user
berbentuk cakram. Preb2-HDL juga akan mengakumulasi fosfolipid
dan kolesterol dari sel lainnya, dan pada batas tertentu ApoA-1 pada
preb2-HDL akan aktif dan menjadi kofaktor bagi enzim Lechitin:
Cholesterol Acil Transferase (LCAT). Enzim ini mengubah kolesterol
menjadi cholesteryl ester, sehingga bentuk HDL berubah dari cakram
ke bentuk sferis dan disebut HDL3 (Gurret al., 2002).
HDL3 (dan juga HDL2) memiliki peran penting dalam
metabolisme sebagai reverse cholesterol transport, yaitu kerja HDL
dalam mengumpulkan kelebihan kolesterol dari jaringan perifer atau
dari plak arterial dan dibawa ke hepar untuk selanjutnya akan
dimetabolisme. Ada dua macam mekanisme reverse cholesterol
transport, yaitu direk dan indirek. Pada mekanisme direk, HDL3
berubah menjadi HDL2 oleh karena kerja enzim LCAT yang
terus-menerus sehingga HDL3 semakin terisi oleh cholesteryl ester. Hal ini
berakibat pada penurunan densitas HDL3 yang semula 1.125-1.21
g/ml menjadi 1.063-1.125 g/ml, yang mana pada densitas ini,
lipoprotein disebut dengan HDL2. Selain itu, Phospholipase Transfer
Protein (PLTP) juga dapat menyebabkan perubahan HDL3 menjadi
HDL2, yaitu dengan cara memisahkan ApoA-1 dan fosfolipid dari
HDL3. Hal ini menyebabkan molekul HDL3 menjadi tidak stabil dan
mengadakan fusi dengan molekul HDL3 yang tidak stabil lainnya,
membentuk HDL2. HDL2 kemudian berikatan dengan reseptor
commit to user
sel hepar, sel-sel penghasil steroid, dan makrofag subendotel. SR-BI
bersifat selective uptake, artinya reseptor ini berikatan dengan HDL
dan mengambil kolesterolnya tanpa mendegradasi lipoprotein
tersebut. Kerja SR-BI juga tergantung oleh gradien konsentrasi,
sehingga bila HDL berikatan dengan SR-BI pada makrofag atau foam
cell yang memiliki konsentrasi kolesterol tinggi, akan terjadi efluks
kolesterol ke HDL. (Moffat dan Stamford, 2006)
Mekanisme indirek reverse cholesterol transport hampir sama
dengan mekanisme direk, namun di sini HDL tidak langsung berikatan
dengan SR-BI untuk diambil kolesterol esternya, melainkan akan
mentransfer kolesterol ester ke lipoprotein lain yang mengandung
ApoB. Lipoprotein inilah yang akan membawa kolesterol ester
tersebut ke hepar. Transfer kolesterol ester ini dibantu oleh enzim
Cholesteryl Ester Transfer Protein (CETP). Enzim ini bekerja dengan
cara menukarkan kolesterol ester HDL dengan trigliserida milik
lipoprotein lain.Lipoprotein yang paling banyak melakukan
pertukaran ini dengan HDL adalah lipoprotein tinggi trigliserida, yaitu
LDL dan VLDL, yang kemudian berikatan dengan reseptor LDL pada
sel hepar untuk mentransfer kolesterol ester (Moffat dan Stamford,
2006).
2. Buah Naga Putih (Hylocereus undatus)
Buah naga merupakan salah satu jenis tanaman kaktus yang
commit to user
hujan tropis di Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Department of
Agriculture RFU XI-Southern Mindanao, 2004). Dari negara asalnya,
buah naga menyebar ke berbagai negara tropis maupun subtropis di benua
Amerika, Asia, Australia, dan Timur Tengah (Warisno dan Kres, 2010).
Buah naga sering juga disebut dengan nama dragon fruit, pitya, atau
pitahaya. Buah naga terdiri atas beberapa macam spesies, namun yang
paling banyak ditemukan di Indonesia adalah buah naga merah/red pitaya
(Hylocereus polyrhizus) dan buah Naga Putih/white pitaya (Hylocereus
undatus).
a. Nomenclatur
Nomenclatur dari buah Naga Putih (Hylocereus undatus) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida (Dicotyledon)
Ordo : Caryophyllales
Famili : Cactaceae
Rumpun : Hylocereae
Genus : Hylocereus
Spesies : Hylocereus undatus
commit to user b. Morfologi
Tanaman buah naga merupakan tanaman perennial (memiliki
masa hidup lebih dari dua tahun), tumbuh cepat, merambat, dan tidak
berdaun. Batangnya berwarna hijau tua, tidak berkayu dan memiliki
duri. Batangnya kebanyakan memiliki tiga buah sudut, namun tidak
jarang ditemukan dengan empat atau lima sudut. Tingginya dapat
mencapai enam meter, bahkan lebih apabila dibiarkan. Pada batang
dapat tumbuh akar, yang disebut akar udara (aerial rot) (Gunasena et
al., 2006).
Tanaman ini memiliki dua jenis akar, yaitu akar tanah dan akar
gantung (akar udara), sehingga buah naga disebut tanaman semi-epifit.
Akar tanah berfungsi mencari unsur hara dan air, sedangkan akar
udara berfungsi membantu pertukaran gas.
Bunganya berbentuk lonjong seperti bel, berwarna putih
kehijauan, berukuran besar (panjang 15-36 cm dan lebar 10-23 cm),
dan beraroma harum. Ciri khas dari bunga tanaman ini adalah mekar
sekali pada malam hari. Buahnya berbentuk lonjong agak mengerucut
berwarna merah disertai banyak lipatan-lipatan kulit buah (Warisno
dan Kres, 2010).
c. Kandungan Buah Naga Putih
Kandungan zat gizi dalam 100 gram daging buah Naga Putih
commit to user
Tabel 1. Kandungan Gizi Dalam 100 gram Daging Buah Naga Putih (Hylocereus undatus)
Komposisi Kadar
Air (g) 89,4
Protein (g) 0,5
Lemak (g) 0,1
Serat (g) 0,3
Kalsium (mg) 6
Fosfor (mg) 19
Zat besi (mg) 0,4
Niasin (mg) 0,2
Asam askorbat (mg) 25
(Crane dan Balerdi, 2005)
Kandungan gizi dalam 100 gr biji buah Naga Putih (Hylocereus
undatus) dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Gizi Dalam 100 gram Biji Buah Naga Putih
Komposisi Kadar (gr)
Protein 23.1 + 0.1
Minyak 27.5 + 1
Ash 3.1 + 0.1
Karbohidrat 46.3 + 1.1
commit to user
Berdasarkan Tabel 2, minyak menyusun 27.5+1% komposisi biji
buah Naga Putih. Di dalam minyak tersebut, terdapat berbagai macam
asam lemak yang komposisinya dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Asam Lemak yang Terkandung di Dalam Minyak Biji Buah Naga Putih.
Asam Lemak Kadar (g/100g asam
lemak total)
Lauric 0.0
Myristic 0.2
Palmitic 13.7
Palmitoleic 0.6
Stearic 4.7
Oleic 23.3
Linoleic 53.8
Arachidic 1.2
Behenic 1.2
(Chemah et al., 2010)
d. Komponen Buah Naga Putih yang Berpotensi Meningkatkan Kadar
Kolesterol HDL
Dari berbagai kandungan zat gizi dalam buah Naga Putih, yang
berpotensi untuk dapat meningkatkan kadar HDL adalah niasin dan
commit to user 1) Niasin
Niasin merupakan nama generik untuk asam nikotinat dan
nikotinamida yang berfungsi sebagai sumber vitamin dalam
makanan. Asam nikotinat merupakan derivat asam
monokarboksilat dari piridin. Bentuk aktif sari niasin adalah
Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NAD+) dan Nikotinamida
Adenin Dinukleotida Fosfat ( NADP+) (Rusdiana, 2004).
Niasin dapat mempengaruhi penghambatan sekresi VLDL,
yang kemudian menurunkan produksi LDL. Peningkatan kliren
VLDL melalui jalur lipoprotein lipase menyokong efek niasin
menurunkan trigliserida. Niasin juga menurunkan kecepatan
katabolisme HDL, disertai peningkatan sintesis subfraksi HDL2,
APO A-1, dan APO A-2 sehingga terjadi peningkatan kadar HDL
(Malloy and Kaine, 1997).
2) Asam askorbat
Dalam metabolisme kolesterol, asam askorbat berperan
meningkatkan laju ekskresi kolesterol dalam bentuk asam empedu,
meningkatkan kadar HDL, dan berfungsi sebagai pencahar
sehingga meningkatkan pembuangan kotoran. Dalam metabolisme
HDL, asam askorbat dapat mengurangi oksidasi HDL oleh zat-zat
commit to user 3) Palmitic acid
Asam palmitat atau asam hexadecanoat merupakan salah satu
golongan asam lemak jenuh (saturated fatty acid). Asam lemak ini
merupakan salah satu asam lemak yang paling banyak ditemukan
pada hewan dan tanaman. Asam palmitat juga sering ditulis sebagai
C16:0, menandakan molekul asam lemak ini memiliki 16 atom C,
dengan susunan molekul CH3(CH2)14COOH. Dalam proses
biosintesis lipid (lipogenesis), asam palmitat merupakan asam
lemak yang pertama kali disintesis tubuh, sebelum akhirnya akan
mengalami elongasi dan desaturasi menjadi asam lemak lainnya.
Dalam metabolism HDL, asam palmitat memiliki efek dapat
menurunkan tingkat katabolisme Apo A-1. Apo A-1 adalah
apolipoprotein utama yang menyusun molekul HDL. Apo A-1 juga
merupakan apolipoprotein pertama yang turut menyusun struktur
molekulpreb1-HDL atau bentuk HDL paling awal yang disintesis
tubuh dan membantu influx fosfolipid dan kolesterol dari sel
perifer ke preb1-HDLmelalui transporter ABCA1. Apo A-1 juga
merupakan kofaktor enzim LCAT yang berfungsi mengubah
kolesterol di dalam preb2-HDL menjadi cholesteryl ester, sehingga
preb2-HDL berubah menjadi HDL3.Selain itu, Apo A-1 membantu
commit to user e. Simvastatin
Simvastatin merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan
Statin yang digunakan untuk mengatasi dislipidemia. Obat ini bekerja
dalam metabolism HDL dengan cara mengurangi tingkat katabolisme
Apo A-1, sehingga Apo A-1 dapat beredar lebih lama dan tingkat Apo
A-1 dalam sirkulasi meningkat. Banyaknya cadangan Apo A-1
commit to user B. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: mengandung
: efek
C. Hipotesis
Pemberian jus buah Naga Putih (Hylocereus undatus) dapat
meningkatkan kadar HDL tikus putih (Rattus norvegicus).
Jus Buah Naga Putih
Niasin Asam Askorbat
Sintesis HDL2
-Sintesis apo A-1 dan apo A-2
-Kecepatan katabolisme
HDL¯
Sintesis HDL
-Kadar HDL
-Oksidasi HDL Asam Palmitat
Simvastatin
Kecepatan katabolisme
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan menggunakan
rancangan penelitian the pre and post test control group design.
B. Lokasi Penelitian.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Universitas Setia
Budi Surakarta.
C. Subjek Penelitian
Tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar, sehat, memiliki
aktivitas normal, dan berusia 2-3 bulan dengan berat +200 gram (Sugiyanto,
1995). Tikus tersebut didapatkan dari Unit Pengembangan Hewan Coba
Universitas Setia Budi Surakarta.
D. Teknik Sampling
Hewan coba dibagi dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5
ekor tikus. Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol positif, kelompok 2
sebagai kontrol negatif, kelompok 3 sebagai kelompok perlakuan pertama,
kelompok 4 sebagai kelompok perlakuan kedua, dan kelompok 5 sebagai
kelompok perlakuan ketiga.
Subjek dibagi ke dalam 5 kelompok yang besar minimal untuk tiap
kelompok ditentukan dengan rumus Federer, yaitu:
commit to user
dengan n adalah besar sampel dan t adalah jumlah kelompok perlakuan.
Maka, perhitungannya adalah sebagai berikut:
(n-1)(5-1) > 15
4n-4 > 15
4n > 19
n > 4,75 (=5)
Jadi, jumlah tikus yang digunakan adalah 5 ekor per kelompok dan totalnya
adalah 25 ekor. Sebagai cadangan, setiap kelompok ditambahkan satu ekor
tikus, sehingga total tikus menjadi 30 ekor.Pengambilan subjek sebanyak 30
ekor dilakukan secara simple random sampling.
E. Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas
Jus buah Naga Putih (Hylocereus undatus)
2. Variabel Terikat
Kadar HDL tikus putih
3. Variabel Luar
a. Dapat dikendalikan
Makanan hiperkolestrolemik, minuman, jenis kelamin, umur, berat
badan, galur.
b. Tidak dapat dikendalikan
commit to user
Pengukuran kadar HDL pre test
Pengukuran kadar HDL post test
commit to user G. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Bebas
a. Pemberian Jus Buah Naga Putih
Jus buah Naga Putih yang digunakan berasal dari buah Naga
Putih yang dibeli di Pasar Gedhe Surakarta. Buah Naga Putih
seberat 400-500 gram dihaluskan dengan menggunakan blender.
Dosis jus buah Naga Putih yang digunakan pada manusia adalah
400 gram, setara dengan dosis terapi buah Naga Merah yang
digunakan untuk menurunkan lipid darah (Fazila et al., 2006).
Dalam penelitian ini digunakan 3 dosis jus buah Naga Putih, yaitu
dosis 50% (dosis I), 100% (dosis II), dan 150% (Dosis III).
Konversi dosis dari manusia (70 kg) terhadap tikus putih (200g)
adalah 0,018 ditunjukan dalam Lampiran A (Soehardjono, 1993).
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
1) Jus buah Naga Putih dengan dosis I (50%) adalah 50% x 7,2
gr = 3,6 gr/200 gr BB tikus.
2) Jus buah Naga Putih dengan dosis II (100%) adalah 400 gr x
0,018 = 7,2 gr/200 gr BB tikus.
3) Jus buah Naga Putih dengan dosis III (150%) adalah 150% x
7,2 gr = 10,8 gr/200 gr BB tikus.
Volume pemberian cairan maksimal untuk tikus putih adalah 5 ml
ditunjukan dalam lampiranB (Lucia, 2007) sehingga volume
commit to user
Putih digunakan volume 2,5 ml. Variabel ini merupakan variabel
ordinal.
2. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini, yang diukur adalah kadar HDL. Kadar HDL
tikus putih diukur 2 kali, yaitu sebelum perlakuan (pre test) pada hari
ke-15dan setelah perlakuan (post test) pada hari ke-36. Sebelum
pengambilan darah, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam.
Pengambilan darah dilakukan dengan cara mengambil darah dari sinus
orbitalis dengan pipet mikrokapiler, lalu darah ditampung dalam
tabung sentrifuge. Darah disentrifugasi selama 20 menit dengan
kecepatan 3000 rpm sehingga didapatkan serum darah untuk
diperiksa kadar HDL di laboratorium klinik dengan menggunakan
metode spectrophotometry. Variabel ini merupakan variabel rasio.
3. Variabel Luar
a. Dapat dikendalikan
1) Makanan dan minuman
a) Pakan hiperkolesterolemik
Pembuatan pakan hiperkolesterolemik dilakukan
dengan cara mencampur kuning telur bebek, minyak
babi, minyak kelapa, dan serbuk kolesterol (5 ml kuning
telur, 10 ml minyak babi, 1 ml minyak kelapa, dan 0,1
gram serbuk kolesterol) sehingga didapatkan suatu
commit to user
hiperkolesterolemik dilakukan dua hari sekali. Pakan
hiperkolesterolemik diberikan secara oral menggunakan
sonde lambung.
b) Minuman
Tikus membutuhkan minum 20-45 ml air tiap hari
(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Air minum yang
berasal dari PAM ad libitum. Air minum biasanya
disediakan dalam tempat minum tikus secara terus
menerus untuk memenuhi kebutuhan tikus.
2) Simvastatin
Simvastatin berfungsi untuk meningkatkan kadar HDL.
Simvastatin diberikan hanya pada kelompok 1 pada hari
ke-15-35. Dosis terapi maksimal simvastatin untuk manusia
dewasa ialah 40 mg sehari (Katzung, 2002). Konversi dosis
dari manusia (70 kg) terhadap tikus putih (200 gr) adalah
0,018 (Soehardjono, 1993). Maka dosis simvastatin yang
digunakan untuk tikus putih dengan berat kurang lebih 200 gr
ialah 0,018 x 40 mg = 0,72 mg.
3) Galur
Semua tikus putih yang digunakan berasal dari satu galur
commit to user 4) Jenis kelamin
Semua tikus putih berkelamin jantan dapat memberikan
hasil penelitian yang lebih stabil kerena tidak dipengaruhi
siklus menstruasi dan kehamilan.
5) Umur
Umur tikus putih memiliki arti penting terutama dalam
pengukuran kadar kolesterol. Pada usia 6 minggu, semua
kadar kolesterol tikus putih akan meningkat kemudian
menurun beberapa minggu dan mencapai kadar minimum
pada usia 12 minggu, setelah itu meningkat lagi
(Kritchevsky, 1996). Tikus putih usia + 3 bulan merupakan
umur yang ideal untuk penelitian.
b. Tidak dapat dikendalikan
1) Makanan standar
Makanan standar diberikan pada tikus dua kali sehari, setiap
pagi (pukul 7.00) dan sore (pukul 13.00) berupa pelet secara
ad libitum.
2) Kondisi psikologis (stres)
Kondisi psikologis tikus dipengaruhi lingkungan sekitar,
karena lingkungan yang terlalu gaduh atau ramai, pemberian
perlakuan yang berulang kali dan perkelahian antar tikus
commit to user 3) Penyakit hati
Penyakit hati dapat menimbulkan gangguan pada
metabolisme HDL. Faktor ini merupakan faktor yang tidak
dapat dikendalikan karena sulitnya pendeteksian dini dan
membutuhkan pemeriksaan terlebih dahulu.
H. Instrumentasi dan Bahan Penelitian
1. Alat
a. Kandang hewan percobaan beserta kelengkapan pemberian
makanan
b. Timbangan neraca
c. Sonde lambung
d. Blender
e. Gelas ukur 25 dan 50 ml
f. Spuit injeksi 1 ml
g. Rak tabung reaksi
h. Tabung mikrokapiler
i. Spectrophotometer
2. Bahan
a. Buah Naga Putih
b. Makanan standard menggunakan pelet
c. Pakan hiperkolestrolemik
d. Simvastatin
commit to user I. Cara Kerja
1. Persiapan
a. Hari 1
Menyiapkan 30 ekor tikus putih galur wistar berat +200 gram serta
alat dan bahan yang akan dipakai. Tikus kemudian dibagi menjadi
lima kelompok, yaitu Kelompok 1 (kontrol positif), Kelompok 2
(kontrol negatif), Kelompok 3 (dosis buah I), Kelompok 4 (dosis
buah II), dan Kelompok 5 (dosis buah III) dengan masing-masing
kelompok terdiri atas enam ekor tikus.
b. Hari 1-7
Tikus dibiarkan beradaptasi dengan lingkungannya selama 7 hari.
2. Perlakuan
a. Hari 8-14
Setiap kelompok diberi pakan standar danpakan hiperkolestrolemik
selama 7 hari. Pakan standar diberikan setiap pukul 7.00 dan 13.00
secaraad libitum. Pakan hiperkolestrolemik diberikan per oral dua
kali sehari pagi (pukul 9.00) dan sore(pukul 15.00) dengan sonde
lambung sesuai dosis yang telah ditentukan.
b. Hari ke 15
Kadar HDL diukur setelah tikus dipuasakan selama 12 jam.
c. Hari 15-35
commit to user
Kelompok 1 : Diberikan pakan standar (pukul 7.00 dan 13.00),
diet tinggi lemak dua kali sehari (pukul 11.00
dan 17.00) sebanyak2,5 ml, simvastatin 0,72 mg
(pukul 9.00), dan aquades.
Kelompok 2 : Diberikan pakan standar (pukul 7.00 dan 13.00),
diet tinggi lemak dua kali sehari (pukul 11.00
dan 17.00) sebanyak2,5 ml, dan aquades.
Kelompok 3 : Diberikan pakan standar (pukul 7.00 dan 13.00),
diet tinggi lemak dua kali sehari (pukul 11.00
dan 17.00) sebanyak 2,5 ml, jus buah Naga
Putih dosis I 3,6 gr (pukul 9.00), dan aquades.
Kelompok 4 : Diberikan pakan standar(pukul 7.00 dan 13.00),
diet tinggi lemak dua kali sehari (pukul 11.00
dan 17.00) sebanyak 2,5 ml, jus buah Naga
Putih dosis II 7,2 gr (pukul 9.00 dan 15.00),
dan aquades.
Kelompok 5 : Diberikan pakan standar(pukul 7.00 dan 13.00),
diet tinggi lemak dua kali sehari (pukul 11.00
dan 17.00) sebanyak 2,5 ml, jus buah Naga
Putih dosis III 10,8 gr (pukul 9.00 dan 15.00)
dan aquades.
d. Hari ke 28
commit to user 3. Pengukuran kadar HDL
a. Tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam, kemudian darah
diambil dari sinus orbitalis kurang lebih sebanyak 3 ml.
b. Setelah darah yang tertampung dalam tabung mikrohematokrit dirasa
cukup (3 ml), masukkan ke dalam tabung sentrifuge. Darah dalam
tabung sentrifuge dipusingkan selama 15-20 menit dengan kecepatan
3000 rpm maka akan didapatkan serum darah untuk diperiksa kadar
HDL. Kadar HDL diukur dengan metode spectrophotometry.
J. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh mengenai kadar HDLpre test dan post test
antara 5 kelompok perlakuan dianalisis menggunakan uji normalitas dan
homogenitas. Apabila didapatkan hasil distribusi data normal dan variansi
yang homogen, maka analisis dilanjutkan menggunakan uji parametrik,
yaitu uji one-way ANOVA. Jika terdapat perbedaan yang bermakna, maka
analisis dilanjutkan dengan Post Hoc Test. Apabila didapatkan hasil
disribusi data tidak normal dan atau variansi data yang tidak homogen,
maka analisis data menggunakan uji non-parametrik, yaitu uji Friedman.
Jika terdapat perbedaan yang bermakna, maka analisis dilanjutkan dengan
uji Wilcoxon. Sedangkan data perbedaan kadar HDL antara pre test dan
post test pada tiap-tiap kelompok digunakan uji t berpasangan. Seluruh
analisis data dilakukan dengan aplikasi SPSS 17.0 for Windows dengan
commit to user BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Dari 30 tikus yang menjadi subjek penelitian, didapatkan 5 ekor tikus mati
pada masa pemberian pakan hiperolestrol.Pada hari ke-9, 10, dan 13,
masing-masing satu ekor tikus mati, pada hari ke-12, dua ekor tikus mati.Kelima tikus
tersebut berasal dari kelima kelompok perlakuan, yaitu satu tikus mati pada setiap
kelompok.
Pengukuran kadar HDL dilakukan dua kali terhadap semua kelompok.
Pengukuran pertama (pre test) dilakukan setelah masa pemberian pakan
hiperkolestrol selama tujuh hari dan sebelum masa perlakuan, yang hasilnya dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Data Hasil Pengukuran HDL (mg/dl) Sebelum Masa Perlakuan (pre test)
No Kadar HDL pre test (mg/dl)
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
1 36 37 36 33 33
2 35 35 32 39 37
3 37 33 35 34 38
4 36 35 33 32 36
5 32 34 36 35 35
Rerata 35.20 + 1.924 34.80 + 1.483 34.40 + 1.817 34.60 + 2.702 35.80 + 1.924
Pengukuran kedua (post test) dilakukan setelah masa perlakuan selama 21
commit to user
Dari data pada Tabel 4dan Tabel 5, dihitung rerata untuk masing-masing
kelompok pre test dan post test dan didapatkan hasil yang dapat dilihat pada
Gambar 1.
Tabel 5. Data Hasil Pengukuran HDL (mg/dl) Setelah Masa Perlakuan (post test)
No Kadar HDL post test(mg/dl)
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
1 68 36 54 60 64
sebanding antara kelompoknya, oleh karena pada masa tersebut, semua kelompok
0
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
commit to user
mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu pemberian pakan hiperkolestrol selama
tujuh hari. Pada grafik HDL post test, didapatkan rerata kadar HDL yang beragam
antar kelompoknya. Rerata HDL post test tertinggi terdapat pada kelompok 1.
Rerata HDL post test kelompok 2 sebanding dengan rerata HDL pre test-nya
karena tidak ada perubahan perlakuan. Peningkatan rerata HDL post testjuga
dijumpai pada kelompok 3, 4, dan 5 dengan kadar HDL post test kelompok 5 >
kelompok 4 > kelompok 3.
Tabel 6. Rerata Selisih Kadar HDL Post Test dengan Pre Test.
Perhitungan
Rerata Selisih Kadar HDL (mg/dl)
Kelompok
Gambar 2. Rerata Selisih Kadar HDL Post Test dengan Pre Test 0
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
commit to user
Selanjutnya, untuk mengetahui seberapa besar perubahan kadar HDL post
test dengan pre test, dilakukan penghitungan selisih rerata kadar HDL pre test dan
post test yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 2.
Dari Tabel 6 dan Diagram 2 di atas, dapat diketahui bahwa:
a. Selisih antara rerata kadar HDL post test dengan pre test pada kelompok 1
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar HDL setelah masa
perlakuan, yang bila di rata-rata, sebanyak 32.2 + 2.28 mg/dl.
b. Selisih antara rerata kadar HDL post test dengan pre test pada kelompok 2
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar HDL setelah masa
perlakuan, yang bila di rata-rata, sebanyak 0.4 + 2.30 mg/dl.
c. Selisih antara rerata kadar HDL post test dengan pre test pada kelompok 3
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar HDL setelah masa
perlakuan, yang bila di rata-rata, sebanyak 19 + 2.55 mg/dl.
d. Selisih antara rerata kadar HDL post test dengan pre test pada kelompok 4
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar HDL setelah masa
perlakuan, yang bila di rata-rata, sebanyak 23.8 + 3.70 mg/dl.
e. Selisih antara rerata kadar HDL post test dengan pre test pada kelompok 5
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar HDL setelah masa
perlakuan, yang bila di rata-rata, sebanyak 26.8 + 2.95 mg/dl.
B. Analisis Data
1. Uji normalitas
Berdasarkan hasil uji statistik yang ditunjukkan pada lampiran D, hasil
commit to user
pada kelompok 2, p=0.254 pada kelompok 3, p=0.427 pada kelompok 4, dan
p=0.928. Signifikansi dari kelima kelompok tersebut adalah p>0.05, maka
dapat disimpulkan bahwa semua kelompok data pre test memiliki distribusi
yang normal.
Hasil uji normalitas kadar HDL post test adalah p=0.492 pada kelompok
1, p=0.490 pada kelompok 2, p=0.826 pada kelompok 3, p=0.814 pada
kelompok 4, dan p=0.086. Signifikansi dari kelima kelompok tersebut adalah
p>0.05, maka dapat disimpulkan bahwa semua kelompok data post test
memiliki distribusi yang normal.
2. Uji homogenitas
Berdasarkan uji statistik yang ditunjukkan pada lampiran E, hasil uji
homogenitas kadar HDL pre test adalah p=0.814. Dari hasil tersebut (p>0.05),
maka dapat disimpulkan bahwa variansi data adalah homogen.
Hasil uji homogenitas kadar HDL post test adalah p=0.869. Dari hasil
tersebut (p>0.05), maka dapat disimpulkan bahwa variansi data adalah
homogen.
Setelah didapatkan hasil uji normalitas dan homogenitas yang keduanya
sama-sama tidak signifikan, baik untuk kelompok pre test dan post test,
pengujian dapat dilanjutkan dengan menggunakan uji parametrik.
3. One-wayANOVA
Berdasarkan hasil uji statistik yang dapat dilihat pada lampiran F,
didapatkan nilai signifikansi pada kadar HDL pre test adalah p=0.819 (p>0.05),
commit to user
kelima kelompok tikus yang diberi perlakuan yang sama dari awal penelitian
hingga pengukuran kadar HDL pre test, tidak menunjukkan perbedaan kadar
HDL yang bermakna.
Hasil uji pada kadar HDL post test didapatkan nilai signifikansi sebesar
p=0.000 (p<0.05), maka dapat disimpulkan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat kadar HDL yang bervariasi antarkelompok oleh karena
perlakuan antarkelompok yang berbeda-beda.
4. Post Hoc Test
Dengan ditolaknya H0 pada uji ANOVA kadar HDL post test, maka
dikatakan terdapat satu atau lebih perbedaan rerata yang bermakna yang terjadi
pada kelompok-kelompok, namun dengan menggunakan ANOVA saja tidak
diketahui pasangan kelompok mana yang memiliki perbedaan rerata tersebut.
Oleh karena itu, setelah uji one-way ANOVA dilakukan uji lanjut, yaitu post
hoc test.
Tabel 7. Hasil Post Hoc Test terhadap Kadar HDL Post Test
Kelompok Kelompok P value Perbedaan rerata
Kelompok 1 Kelompok 2 0.000 Bermakna
Kelompok 3 0.000 Bermakna
Kelompok 4 0.000 Bermakna
Kelompok 5 0.001 Bermakna
Kelompok 2 Kelompok 3 0.000 Bermakna
Kelompok 4 0.000 Bermakna
Kelompok 5 0.000 Bermakna
Kelompok 3 Kelompok 4 0.003 Bermakna
Kelompok 5 0.000 Bermakna
commit to user
Berdasarkan uji statistik yang ditunjukkan pada lampiran G, didapatkan
hasil seperti pada tabel 7.
5. Uji t Berpasangan (paired t test)
Berdasarkan uji statistik yang ditunjukkan pada lampiran H didapatkan
hasil p=0.000 (p<0.05) pada kelompok 1, 3, 4, dan 5. Hal ini berarti bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar HDL pre test dengan post test
pada kelompok 1, 3, 4, dan 5. Pada kelompok 2, didapatkan hasil p=0.717
(p>0.05), hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar HDL
commit to user BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian mengenai pengaruh pemberian jus buah Naga Putih (Hylocereus
undatus) pada berbagai dosis yang dibandingkan dengan simvastatin ini
menggunakan tikus putih galur Wistar, berumur kurang lebih tiga bulan, memiliki
berat kurang lebih 200 gram, dan berjenis kelamin jantan. Tikus putih dibagi
menjadi lima kelompok, masing-masing terdiri atas enam ekor tikus. Kelima
kelompok tersebut kemudian diberi perlakuan yang berbeda-beda selama tiga
minggu. Kelompok 1 merupakan kelompok kontrol positif yang diberikan pakan
biasa, pakan hiperkolestrol, dan simvastatin. Kelompok 2 merupakan kelompok
kontrol negatif yang diberikan pakan biasa dan pakan hiperkolestrol saja.
Kelompok 3 merupakan kelompok perlakuan pertama yang diberikan pakan biasa,
pakan hiperkolestrol, dan buah naga dosis I sebanyak 3,6 gram. Kelompok 4
merupakan kelompok perlakuan kedua yang diberi pakan biasa, pakan
hiperkolestrol, dan buah naga dosis II sebanyak 7,2 gram. Kelompok 5 merupakan
kelompok perlakuan ketiga yang diberi pakan biasa, pakan hiperkolestrol, dan
buah naga dosis III sebanyak 10,8 gram.
Hasil analisis data HDL pada kelima kelompok sebelum diberikan
perlakuan (pre test) menggunakan one-way ANOVA menunjukkan hasil yang
tidak signifikan (p>0.05). Hal ini berartikelima kelompok tikus setelah diadaptasi
selam tujuh hari lalu diberi pakan hiperkolestrolemik, tidak mengalami perbedaan
commit to user
karena kelompok-kelompok tersebut mendapatkan perlakuan yang sama dari awal
sampai dengan pengukuran HDL pre test, baik adaptasi maupun pemberian pakan
hiperkolestrolemik.
Adaptasi dilakukan dengan tujuan agar subjek menjadi terbiasa dengan
lingkungan barunya sehingga dapat mengurangi tingkat stres psikologis tikus.
Stres dapat menyebabkan gangguan metabolisme lipid melalui ketidakseimbangan
antara monogalactosyl-diacylglycerol (MGDG) dengan
digalactocyl-diacylglycerol (DGDG), sehingga lipid tidak dapat dimetabolisme dengan cepat
dan efisien, menyebabkan berkurangnya produksi kolesterol, sehingga pemberian
pakan hiperkolestrolemik tidak dapat menurunkan kadar HDL secara bermakna
(Gigon, 2004).
Pemberian pakan hiperkolestrolemik bertujuan untuk menurunkan kadar
HDL. Dengan meningkatnya asupan dan absorbsi lipid, maka jumlah lipid,
termasuk kolesterol, di dalam lipoprotein berdensitas kecil maupun dalam sel-sel
perifer akan meningkat. Hal ini diikuti dengan peningkatan aktivitas reverse
cholesterol transport oleh HDL Akibat asupan tinggi lipid yang terus-menerus,
aktivitas reverse cholesterol transport mulai tidak dapat mengimbangi dan mulai
berkurang. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya tingkat HDL (Moffat dan
Stamford, 2006).
Hasil pengukuran kadar HDL pre test dan post test dibandingkan dengan uji
t berpasangan, diperoleh hasil:
1. Pada kelompok 1, yaitu kelompok yang diberikan simvastatin (kelompok
commit to user
ini diperkuat oleh bukti uji statistik dengan p=0.000 (p<0.05) yang berarti
perubahan kadar HDL adalah sangat signifikan.Peningkatan kadar HDL
yang terjadi adalah sebesar 32,2 mg/dl atau 91% dibandingkan kadar
HDL pretest. Hal ini disebabkan oleh efek simvastatin sendiri yang
memang dipergunakan untuk mengatasi kondisi dislipidemia akibat
pemberian pakan hiperkolestrolemik. Efek kerja simvastatin terhadap
metabolisme HDL adalah dengan meningkatkan sintesis Apo A-1, yaitu
apolipoprotein utama yang menyusun struktur molekul HDL. Dengan
meningkatnya sintesis Apo A-1, maka pembentukan preb1-HDL yang
merupakan prekursor HDL akan meningkat (Rader, 2006).
2. Pada kelompok 2, yaitu kelompok kontrol negatif didapatkan hasil
pengukuran kadar HDL post test yang setelah dilakukan uji statistik,
didapatkan p=0,717 (p>0,05) yang berarti bahwa terdapat perubahan
kadar HDL dari pre test ke post test yang tidak signifikan. Hal ini
disebabkan karena kelompok ini mendapat perlakuan yang sama antara
sebelum pengukuran HDL pre test dengan post test.
3. Pada kelompok 2, 3, dan 4 yang diberikan dosis buah naga sebanyak
3,6mg, 7,2mg, dan 10.8mg, terjadi peningkatan kadar HDL pada tikus
putih, dengan rata-rata peningkatan 19+2,55 mg/dl (55,2%) untuk
kelompok 3, 23,8+3,70 mg/dl (68,8%) untuk kelompok 4, dan 26,8+2.95
(74,9%) mg/dl untuk kelompok 5. Hasil ini didukung dengan uji statistik
commit to user
testdengan post testadalah signifikan.Peningkatan kadar HDL ini terjadi
kemungkinan oleh karena:
a. Kandungan niacin di dalam buah naga menyebabkan peningkatan
sintesis Apo A-I dan Apo A-II. Niacin juga mengurangi ekspresi dari
reseptor katabolisme HDL pada permukaan sel-sel hepar, sehingga
molekul HDL dapat beredar lebih lama dalam sirkulasi (Morgan,
2004).
b. Kandungan vitamin C dalam buah naga dapat mencegah oksidasi
dari molekul HDL oleh oksidan. Hal ini menyebabkan HDL dapat
bertahan lebih lama di dalam sirkulasi (Hillstromet al., 2003).
c. Kandungan asam palmitat dalam buah naga menyebabkan penurunan
tingkat katabolisme Apo A-1, sehingga kadar Apo A-1 dalam tubuh
meningkat. Peningkatan ini menyebabkan tubuh dapat lebih banyak
mensintesis pre-β1 yang merupakan prekursor HDL (French et al.,
2002).
Hasil analisis data HDL pada kelima kelompok setelah diberikan perlakuan
(post test) menggunakan one-way ANOVA menunjukkan hasil bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap kadar HDL antar kelompoknya. Perbedaan
dapat terjadi karena pada masa pemberian perlakuan, tiap kelompok mendapat
perlakuan yang berbeda-beda, sehingga hasil pengukuran HDL-nya berbeda-beda
pula.
Dari uji post hoc, didapatkan antara kelompok 1 (kelompok kontrol positif)
commit to user
yang signifikan. Hal ini berarti bahwa kelompok 1 menyebabkan kenaikan kadar
HDL paling tinggi dibandingkan kelompok 3, 4, dan 5, adalah signifikan secara
statistik. Dengan kata lain, simvastatin memiliki efek meningkatkan kadar HDL
yang lebih kuat daripada ketiga dosis buah naga secara bermakna.
Post hoc test antara kelompok 3, 4, dan 5 adalah bermakna secara statistik.
Hal ini berarti kadar HDL post test yang menunjukkan bahwa kelompok 5
menyebabkan kenaikan kadar HDL yang paling tinggi dibandingkan kelompok 3
dan 4, adalah bermakna secara statistik.
Rata-rata peningkatan kadar HDL adalah 19 + 2.55 mg/dl (55.2%) untuk
dosis 3.6 gr, 23.8 + 3.70 mg/dl (68.8%) untuk dosis 7.2 gr, dan 26.8 + 2.95
(74.9%) mg/dl untuk dosis 10.8 gr. Dosis tersebut, apabila dikonversikan ke
dalam dosis untuk manusia adalah sebesar 200 gr untuk dosis 3.6 gr, 400 gr untuk
dosis 7.2 gr, dan 600 gr untuk dosis 10.8 gr, dengan rata-rata berat satu buah Naga
Putih adalah 400-500 gr.
Meskipun pada penelitian ini didapatkan dosis 10.8 gram jus paling kuat
dalam meningkatkan kadar HDL dibandingkan dua dosis lainnya, belum dapat
ditentukan dosis optimal jus buah Naga Putih. Oleh karena itu, diperlukan
penelitian lebih lanjut yang menggunakan dosis jus buah Naga Putih yang lebih
commit to user BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pemberian jus buah Naga Putih (Hylocereus undatus) memiliki
pengaruh terhadap kadar HDL tikus putih, di mana terjadi peningkatan kadar
HDL secara signifikan.
B. Saran
Oleh karena pada penelitian ini belum dapat ditentukan dosis optimal
jus buah Naga Putih untuk meningkatkan kadar HDL, maka diperlukan
penelitian lebih lanjut menggunakan dosis jus buah Naga Putih yang lebih
tinggi dari 10.8 gram untuk menentukan dosis optimalnya