commit to user
i
PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN
HIDUP KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP
PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN
BATUBARA BAGI INDUSTRI
Penulisan Hukum (Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
VENNI RINDYA KUSUMADEWI NIM. E0007236
FAKULTAS HUKUM
commit to user
commit to user
commit to user
commit to user
v
MOTTO
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
nikmat Allah.
(Q.S. IBRAHIM :34)
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu, Yang menciptakan.
Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah!dan Tuhanmu yang paling Pemurah.
Yang telah mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia telah mengajarkan kepada manusia yang tidak diketahuinya.
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Sebuah karya sederhana ini kupersembahkan kepada :
Allah SWT, Maha Suci Engkau, Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan,
Pencipta Pemikiran dan Ilmu Pengetahuan.
Ayah Ibuku tercinta, sumber kasih sayang, memberi cinta tanpa batas,
Segalanya bagi hidupku.
Kakak-kakakku tersayang, semua keluarga besar, pemberi warna dan
cahaya dalam hidup.
Seseorang yang senantiasa melengkapi hidupku yang indah, yang selalu ada dihatiku.
Sahabat-sahabat terbaikku, sosok penguat dan pemberi keceriaan dalam perjalanan
hidupku.
&
Civitas Akademika
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan penulisan hukum (skripsi) dengan judul “
PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH
HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI”.
Penulis manyadari bahwa dalam proses penyusunan hukum (skripsi) ini
menemui berbagai rintangan, tantangan, dan hambatan yang harus penulis lewati
dan ini semua tidak terlepas dari bantuan serta dukungan baik moral maupun
spiritual dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Mohammad Jamin, S.H, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum UNS
yang telah menjadikan Fakultas Hukum menjadi Fakultas andalan dan
membanggakan serta memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
2. Ibu Dr. I.G. Ayu Ketut Rachmi H., S.H., M.M., selaku pembimbing Penulisan
Hukum (Skripsi) yang membimbing penulis dengan penuh kesabaran,
meluangkan waktu untuk penulis berkonsultasi serta memberikan masukan
dan arahan yang sangat berguna kepada penulis hingga tersusunnya Penulisan
Hukum (Skripsi) ini.
3. Bapak Soehartono, S.H,.M.Hum, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan nasehat yang berguna selama penulis menempuh pendidikan di
Fakultas Hukum UNS.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, bimbingan, dan berbagi pengalaman yang merupakan hal yang
luar biasa tidak ternilai yang penulis peroleh, sehingga dapat menjadi bekal
commit to user
viii
5. Bapak dan Ibu staf Fakultas Hukum UNS, Bu Yani, Bu Ike, Pak Joko, Pak
Yono, Pak Gunawan, Mas Wawan (PPH), Mbak Dian dan Mas Haryanto
(Perpusatakaan) terimakasih atas bantuan dan kebaikannya selama ini.
6. Bapak Drs.Waluyo Dwi Basuki, MM., selaku Kepala Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian.
7. Ibu Indah Rudiartati, S.H,.M.M, selaku Kasubid Penegakan Hukum yang telah
dengan sabar dan ramah memberikan bimbingan serta arahan, menjawab
permasalahan yang penulis teliti, membantu memberikan informasi dan data
berkaitan dengan Penulisan Hukum (Skripsi) ini sehingga dapat terselesaikan
dengan lancar.
8. Ibu Intan Hardanti, S.H, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST., Msi, serta staf Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, terimakasih atas bimbingan dan bantuannya selama penulis
melakukan penelitian.
9. Mama dan Papa tercinta yang dengan tulus senantiasa mendoakan penulis,
mendidik sampai sebesar ini, memberikan semangat, kasih sayang yang tidak
ternilai harganya serta Papa yang senantiasa membantu, mengarahkan dan
memberikan nasehat yang sangat berguna dalam Penulisan Skripsi ini.
Semoga kelak penulis dapat membanggakan dan membahagiakan mama dan
papa.
10.Kakak-kakak tersayang, Mas Hendra, Mas Dani, Mbak Ika, Mbak Elsa, dan si
kecil Chaca, terimakasih atas perhatian, do’a dan semangatnya selama ini.
11.Mas Luhur Budi Wibowo tersayang yang telah mendampingi penulis selama
ini, terimakasih atas semua yang diberikan kepada penulis, semangat,
perhatian, kesetiaan, kasih sayang, do’a dan juga kesabaran untuk membantu
penulis dalam Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
12.Sahabat-sahabat tercinta Tyas (sahabat cerita dimanapun kapanpun berada,)
Lina (teman curhat yang sangat dewasa), Shinta (teman super heboh yang
ceria) yang selama ini sudah menjadi sahabat yang sangat berarti, mewarnai
commit to user
ix
duka, terimakasih banyak untuk do’a, perhatian, kasih sayang, bantuan,
dukungan dan semangatnya. Kalian sahabat untuk selamanya.
13.Adik-adik dan teman-teman De’Ita, De’Mita, Dina, Dian (Tante Shafa)
terimakasih untuk dukungan, semangat dan do’anya. Dita Nuri dan Mbak
Erika (tempat berkonsultasi) terimakasih untuk bantuannya selama ini.
14.Eyang, Om, Bulik dan semua keluarga besar yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, terimakasih atas do’anya selama ini.
15.Teman-teman magang, Mey, Puspita, Dika, Wawan, Mas Agung, Mas Sukma,
dan Mardian sahabat dan keluarga baru bagi penulis, terimakasih atas
kenangan yang telah kalian torehkan.
16.Seluruh keluarga besar Angkatan 2007 Fakultas Hukum tercinta, terimakasih
untuk masa-masa indah selama kuliah, kalian tidak akan terlupakan.
17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu penulisan skripsi ini.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu saran, kritik dan masukan yang membangun sangat
diharapkan dari berbagai pihak demi kemajuan di masa yang akan datang.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Maret 2011
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………... iii
HALAMAN PERNYATAAN ………... iv
HALAMAN MOTTO ………. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ………. vi
KATA PENGANTAR ……… vii
DAFTAR ISI ……….. x
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ……….. xii
DAFTAR LAMPIRAN ………... xiii
ABSTRAK ……….. xiv
ABSTRACT ……… xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Rumusan Masalah ………. 6
C. Tujuan Penelitian ……….. 7
D. Manfaat Penelitian ……… 8
E. Metode Penelitian ………. 8
F. Sistematika Penulisan Hukum ……….. 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ……….. 17
1. Tinjauan Umum tentang Lingkungan Hidup ………... 17
2. Tinjauan Umum tentang Hukum Lingkungan ……….. 24
commit to user
xi
4. Tinjauan tentang Pembakaran Batubara ……… 37
B. Kerangka Pemikiran ……… 39
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian ………... 42
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 42
2. Visi dan Misi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar … 42
3. Tugas Pokok dan Fungsi ………. 44
B. Pelaksanaan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten ………..
Karanganyar Terhadap Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batubara
Bagi Industri ……… 50
1. Mekanisme Pengajuan Izin Penyimpanan Sementara Limbah ………..
Bahan Berbahaya dan Beracun di Kabupaten Karanganyar ………….. 51
2. Pelaksanaan Pengawasan Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran …...
Batubara bagi Industri di Kabupaten Karanganyar ………... 57
C. Faktor-faktor yang Menghambat Pelaksanaan Pengawasan ………
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Terhadap …………...
Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batubara Bagi Industri …………
serta Solusinya ………. 74
1. Internal ……….. 74
2. Eksternal ……… 75
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ……….. 77
B. Saran ……… 81
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 1. Teknik Analisis Kualitatif Model Interaktif
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Bagan Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar
Gambar 4. Alur Pengaduan Masyarakat
Tabel 1. Perusahaan yang Diterbitkan Izin TPS LB3 pada Tahun 2010
Tabel 2. Data Pengawasan BLH ke Perusahaan Pengguna Batubara pada
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran II Formulir Permohonan Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)
Daftar Ceklist Permohonan Izin
Lembar Kegiatan Limbah Bahan Berbahaya dan Baracun (LB3) Perusahaan
Neraca Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)
commit to user
xiv
ABSTRAK
Venni Rindya Kusumadewi. E0007236. 2011. PELAKSANAAN
PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN
KARANGANYAR TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Pelaksanaan pengelolaan limbah batubara yang termasuk Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh beberapa industri di Karanganyar yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikhawatirkan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, sehingga perlu adanya suatu pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Penelitian ini mengkaji dan menjawab permasalahan mengenai pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah, dalam hal ini limbah hasil pembakaran batubara bagi industri; faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Sumber data yang digunakan meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan dan studi kepustakaan. Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan pejabat Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar yang berwenang menangani hal yang berkaitan dengan pengelolaan limbah. Studi kepustakaan diperoleh dari referensi buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi, jurnal-jurnal, karya ilmiah, internet dan bahan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teknik analisis data kualitatif dengan model interaktif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu bahwa Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar merupakan institusi yang berwenang dalam hal yang berkaitan dengan Lingkungan Hidup, termasuk salah satunya adalah pengawasan. Bentuk pengawasan yang dilakukan adalah pemberlakuan prosedur perizinan bagi pelaku usaha dengan dilengkapi Tim pengarah,Tim Pengkaji, dan Peneliti penerbitan Izin; pembentukan Tim Pengawas pelaksanaan kebijakan Lingkungan Hidup; melakukan pengawasan ke perusahaan-perusahaan dengan intensitas 1 kali dalam seminggu. Dalam rangka menangani masalah-masalah lingkungan hidup melalui kegiatan pengawasan dijumpai hambatan-hambatan, seperti: dari internal yaitu keterbatasan Sumber Daya Manusia yang professional dan terbatasnya sarana operasional lapangan untuk melakukan pengawasan. Faktor eksternalnya adalah kurangnya kesadaran para pelaku usaha untuk menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, mahalnya biaya operasional untuk penanganan limbah, dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam penanganan masalah lingkungan hidup.
commit to user
xv
ABSTRACT
Venni Rindya Kusumadewi. E0007236. 2011. IMPLEMENTATION OF
CONTROLLING WASTE MANAGEMENT’S RESULT FOR BURNING COAL INDUSTRY BY ENVIRONMENTAL INSTITUTION LOCAL GOVERNMENT AT KARANGANYAR DISTRICT. Law Faculty of Sebelas Maret University.
Implementation of the coal waste management including hazardous and toxic waste by some industries in Karanganyar that does not comply with the legislation in force feared could lead to environmental damage, so its need to controlled by both government and society. This research will study and answer the problems concerning the implementation of Environmental Institution Local Government controls at Karanganyar District on waste management, that is the waste of coal combustion for industries, factors that hinder the implementation of environmental institute local goverment's supervision at Karanganyar district to the waste management of coal combustion for industries.
This research is empirical legal research is a descriptive qualitative approach. The research data includes primary data and secondary data. Source data that used includes primary legal materials, secondary legal materials and tertiary legal materials. Technique of data collecting conducted with field studies and literature studies. Field studies conducted through interviews with officials of the Environmental Institution Local Government at Karanganyar District authorities handle matters related to waste management. Literature study is obtained from reference books, legislation, official documents, journals, scientific papers, internet and other library materials relating to the problems examined. Qualitative data analysis techniques with an interactive model.
Results obtained from this study is that the Environmental Institution Local Government at Karanganyar District is a competent institution related to Environment, including one of which is controlling. Form of controlling is carried out enforcement procedures for business licensing equipped with Steering Team, Review Team, and Researcher Permit issuance. Formation of Controlling Team Environment policy implementation, conduct surveillance to companies with intensity once a week. In order to address environmental problems through surveillance activities encountered obstacles, such as of the limitations of internal human resources professionals and the limited means of field operations to conduct surveillance. External factor is the lack of awareness among businesses to comply with laws and regulations applicable, expensive operating costs for waste handling, and lack of community participation in the handling of environmental problems.
commit to user
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha
Esa yang tidak ternilai harganya, sehingga harus senantiasa dijaga, dikelola
dan dikembangkan dengan baik agar dapat menjadi sumber penghidupan bagi
manusia dan mahkluk lainnya demi meningkatkan kualitas hidup. Antara
manusia dan lingkungan sekitar tentu sangat berhubungan erat, karena
manusia berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan alam dan
lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu positif maupun
negatif.
Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas, dan serius.
Ibarat bola salju yang selalu menggelinding, semakin lama semakin besar.
Persoalannya bukan hanya bersifat lokal atau translokal, tetapi regional,
nasional, trans-nasional, dan global. Dampak-dampak yang terjadi terhadap
lingkungan tidak hanya terkait pada satu atau dua segi saja, tetapi kait
mengait sesuai dengan sifat lingkungan yang memiliki multi mata rantai
relasi yang saling mempengaruhi secara subsistem. Awalnya masalah
lingkungan hidup merupakan masalah alami, yakni peristiwa-peristiwa yang
terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses natural ini terjadi tanpa
menimbulkan akibat yang berarti bagi tata lingkungan itu sendiri dan dapat
pulih kemudian secara alami. Akan tetapi, sekarang masalah lingkungan tidak
lagi dapat dikatakan sebagai masalah yang semata-mata bersifat alami, karena
manusia memberikan faktor penyebab yang sangat signifikan secara variabel
bagi peristiwa-peristiwa lingkungan (N.H.T Siahaan 2004:1).
Salah satu kegiatan manusia yang sangat berhubungan dengan
lingkungan adalah pembangunan industri. Dapat diambil contoh di daerah
commit to user
pula masalah lingkungan hidup perkotaan yang di hadapi. Kenaikan jumlah
penduduk di perkotaan ini erat kaitannya dengan pesatnya industrialisasi.
Industrialisasi yang berlangsung dalam proses pembangunan, pada
hakekatnya merupakan upaya meningkatkan pemanfaatan berbagai faktor,
misalnya sumber alam, keahlian manusia, modal, dan teknologi, secara
berkesinambungan. Semakin banyak kebutuhan masyarakat, semakin banyak
kegiatan industri yang berlangsung, sehingga semakin besar pula tekanan
untuk meningkatkan pemanfaatan faktor-faktor tersebut. Berkaitan dengan
itu, pada dasarnya industrialisasi adalah sebuah dilema. Di satu pihak,
pembangunan industri ini sangat diperlukan untuk meningkatkan penyediaan
barang dan jasa yang sangat diperlukan oleh masyarakat, untuk memperluas
kesempatan kerja, dan untuk meningkatkan devisa negara melalui ekspor.
Tetapi di lain pihak, industrialisasi juga mempunyai dampak negatif,
khususnya ditinjau dari kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup dan
sumber alam (R.M. Gatot P. Soemartono, 1996:195-196).
Dampak positif dari pembangunan sektor industri sudah banyak kita
rasakan, mulai dari meningkatnya kemakmuran rakyat, meningkatnya
pendapatan perkapita, memperluas lapangan kerja, meningkatnya mutu
pendidikan masyarakat, memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang
semakin meningkat dan masih banyak lagi sisi positif dari pembangunan.
Namun demikian semua jenis usaha memiliki dampak atau sisi negatif,
selanjutnya pemerintah kurang memperhatikan kebijaksanaan yang mengatur
tentang dampak atau sisi negatif dari pembangunan salah satunya kegiatan
industri yang ternyata sangat banyak.
Salah satu dampak negatif pembangunan yang menonjol adalah
timbulnya berbagai macam pencemaran, akibat penggunaan mesin-mesin
dalam industri maupun mesin-mesin sebagai hasil produksi dari industri
tersebut. Ada berbagai bentuk pencemaran, antara lain pencemaran udara
yang diakibatkan oleh asap yang dihasilkan sisa pembakaran dari mesin,
commit to user
sampah plastik yang tidak dapat diuraikan oleh tanah dan pencemaran suara
dari suara mesin-mesin. Akibat semakin gencarnya para pengusaha
berproduksi untuk memproduksi barang dalam jumlah yang sangat besar,
maka semakin meningkat sisa pembakaran berupa gas CO, yang berbahaya
bagi manusia juga bertambah jumlah, sisa produksi berupa bahan kimia yang
berbahaya juga bertambah jumlahnya. Selain itu masyarakat yang
mengkonsumsi produk tersebut akan membuang kemasannya dalam jumlah
besar maka terjadilah pencemaran akumulasi dari berbagai bentuk
pencemaran dalam suatu daerah
(http://www.lawskripsi.com/index.php?option=com_content&view=article&i
d=51&Itemid=51).
Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup perlu diikuti
tindakan berupa pelestarian sumber daya alam dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah dan diperbaharui
oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPLH) adalah payung di bidang pengelolaan
lingkungan hidup yang dijadikan dasar bagi pengelolaan lingkungan hidup di
Indonesia dewasa ini. Dengan demikian, UUPLH merupakan dasar ketentuan
pelaksanaan dalam pengelolaan lingkungan hidup serta sebagai dasar
penyesuaian terhadap perubahan atas peraturan yang telah ada sebelumnya
serta menjadikannya sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh di dalam
suatu sistem (Muhamad Erwin, 2008:13).
Sejalan dengan itu, dalam perkembangannya ternyata
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 memiliki beberapa kekurangan. Sebagai
penyempurnaan UUPLH 1997 lahir dalam bentuk Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup lebih baik dibandingkan UUPLH 1997. Hal
commit to user
adalah penyempurnaan UUPLH 1997. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 memuat hal-hal yang lebih jelas dan rinci, seperti adanya pola
perlindungan lingkungan, upaya pengelolaan lingkungan hidup, pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) serta Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (LB3), yang pengaturan mengenai hal tersebut tidak ditemui dalam
UUPLH 1997.
Salah satu sektor dominan sebagai pendukung pembangunan ekonomi
adalah industri. Proses industri disamping dibutuhkan bahan baku baik lokal
maupun impor, juga dibutuhkan energi bahan bakar sebagai tenaga penggerak
peralatan ataupun mesin-mesin industri. Ada beberapa macam sumber energi
sebagai tenaga penggerak mesin antara lain berupa bahan bakar minyak dan
batubara. Dengan semakin mahalnya harga bahan bakar minyak, maka
penggunaan bahan bakar batubara terbukti lebih efisien untuk meningkatkan
produktifitas proses industri.
Batubara adalah sumber energi yang paling mudah diambil dari alam.
Dewasa ini banyak industri yang beralih menggunakan batubara sebagai
bahan bakar dalam menghasilkan uap, hal ini disebabkan karena pemakaian
batubara dianggap lebih efisien dibandingkan dengan pemakaian minyak
yang terus meningkat. Selain itu, batubara merupakan bahan yang siap
dieksploitasi secara ekonomis karena terdapat dalam jumlah yang banyak
sehingga menjadi bahan bakar yang dapat mendukung kebutuhan energi
dunia dalam jangka waktu yang relatif lama.
Bertolak dari kondisi tersebut, banyak industriawan di Kabupaten
Karanganyar yang menggunakan batubara sebagai sumber energi.
Penggunaan batubara disamping menghasailkan energi yang efisien ternyata
menyisakan permasalahan yakni pengelolaan limbah hasil pembakaran
batubara (fly ash dan bottom ash) yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengelolaan limbah seharusnya
disesuaikan dengan baku mutu limbah, sehingga diharapkan tidak
commit to user
sangat berperan penting, khususnya institusi yang berwenang dalam
pengelolaan lingkungan.
Limbah batubara itu disebut dengan Fly Ash dan Bottom Ash yaitu abu
terbang yang ringan dan abu relatif berat yang timbul dari proses pembakaran
suatu bahan yang lazimnya menghasilkan abu. Sesuai Peraturan Pemerintah
No 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No 18
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
bahwa Fly Ash dan Bottom Ash termasuk dalam jenis limbah B3 yang
pemanfaatannya harus mendapat izin pemanfaatan dari Kementerian
Lingkungan Hidup
(http://tractor-truck.com/berita/1411-pabrik-limbah-batubara-segera-dibangun-di-kim.html).
Beberapa perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur
pengeloaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) termasuk limbah
batubara, antara lain :
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun.
Peraturan perundang-undangan dapat berlaku efektif apabila
didukung oleh perangkat penegakan hukum. Penegakan hukum lingkungan
berkaitan dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat
terhadap peraturan yang berlaku, yang meliputi tiga bidang hukum, yaitu
adminstratif, pidana dan perdata. Dengan demikian, penegakan hukum
lingkungan merupakan upaya untuk mencapai ketaatan terhadap peraturan
dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan
administratif, kepidanaan, dan keperdataan, Siti Sundari Rangkuti (Muhamad
Erwin, 2008:113). Penegakan hukum salah satunya adalah dapat berupa
kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu institusi
lingkungan hidup.
Pelaksanaan pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara oleh
beberapa industri di Kabupaten Karanganyar ternyata masih dijumpai hal-hal
yang belum atau bahkan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan. Sementara itu, efektivitas fungsi pengawasan yang dilakukan
baik oleh pemerintah maupun masyarakat sangat besar peranannya dalam
rangka mengawal peraturan perundang-undangan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui sejauh
mana pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar dalam pengelolaan limbah
batubara. Oleh sebab itu, sangat penting untuk dilakukan kajian lebih jauh,
sehingga dalam penelitian ini penulis memilih judul : PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL
PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang
lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti
berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Perumusan masalah
merupakan hal yang sangat penting dalam setiap tahapan penelitian.
Perumusan masalah yang jelas akan menghindari pengumpulan data yang
tidak perlu, dapat menghemat biaya, waktu, tenaga dan penelitian akan lebih
commit to user
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang hendak diteliti dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran
batubara bagi industri ?
2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah
hasil pembakaran batubara bagi industri, dan bagaimana solusinya ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian diperlukan untuk memberikan arah dalam mencapai
maksud dalam suatu penelitian. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahuai pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah hasil
pembakaran batubara bagi industri.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan
pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
tehadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri
dan juga mengetahui solusinya.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama
penyusunan penulisan hukum untuk melengkapi syarat akademis guna
memperoleh gelar sarjana dalam program studi ilmu hukum di
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk memperluas wawasan, pengetahuan, pemahaman, dan
dan praktek lapangan dalam hal ini lingkup hukum administrasi
negara, khususnya hukum lingkungan.
c. Menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah penulis peroleh,
agar dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat, baik
untuk mengetahui hasil yang diteliti maupun bagi pengembangan penelitian
tersebut. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum
pada umumnya dan hukum adminstrasi negara pada khususnya yang
berkaitan dengan sejauh mana pelaksanaan pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar terkait dengan
pengelolaan limbah.
b. Memperkaya referensi dan literatur dalam kepustakaan yang dapat
digunakan sebagai bahan acuan penelitian yang akan datang.
2. Manfaaat Praktis
a. Mengembangkan daya penalaran dan membentuk pola pikir dinamis
penulis, sehingga dapat mengetahui kemampuan penulis atas ilmu
yang telah diperoleh.
b. Memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
E. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk
mengetahui seluk-beluk sesuatu. Kegiatan ini biasanya muncul dan dilakukan
commit to user
membuktikan sesuatu yang telah dialaminya selama hidup, untuk mengetahui
berbagai latar belakang terjadinya sesuatu (Beni Ahmad Saebani, 2008:12).
Metode penelitian adalah suatu tulisan atau karangan mengenai
penelitian disebut dan dipercaya kebenarannya apabila pokok-pokok pikiran
yang dikemukakan disimpulkan melalui prosedur sistematis dengan
menggunakan pembuktian yang meyakinkan, oleh karena itu dilakukan
dengan cara yang obyektif dan telah melalui berbagai tes dan pengujian
(Winarno Surachman, 1990:26). Metode yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
penelitian hukum empiris. Pada penelitian empiris yang diteliti pada
awalnya adalah data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan penelitian
pada data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat (Soerjono
Soekanto, 1986:52).
2. Sifat Penelitian
Penelitian hukum ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat
suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu atau untuk
menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain
dalam masyarakat (Amirudin dan Z. Asikin, 2004: 25).
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif ini merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau
lisan, dan perilaku nyata (Soerjono Soekanto, 1986:32). Penelitian
commit to user
pengumpulan data berupa kata-kata, gambar-gambar, serta informasi
verbal maupun normatif dan bukan dalam bentuk angka-angka.
Penelitian kualitatif sama halnya dengan penelitian etnografi yang
bertujuan untuk menemukan pola-pola kebudayaan yang membuat hidup
menjadi berarti bagi orang atau masyarakat, teknik penelitian yang
digunakan adalah wawancara mendalam (dept interview), pengamatan
terlibat (participant observation) dan dokumen pribadi seperti buku
harian, surat-surat, otobiografi, transkrip dan wawancara tidak berstruktur
(Burhan Ashshofa, 2004:61).
4. Lokasi Penelitian
Penulis memilih lokasi penelitian di Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar, yang beralamat di Jl. K.H Samanhudi No 5,
Karanganyar yang dianggap merupakan institusi yang berwenang dalam
pengawasan pengelolaan limbah dalam hal ini adalah pengelolaan limbah
hasil pembakaran batubara bagi industri.
5. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer diperoleh berdasarkan sejumlah keterangan
atau fakta yang diperoleh secara langsung melalui penelitian di
lapangan, data ini diperoleh melalui wawancara (interview) dan
pengamatan (observation).
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yaitu
tulisan ilmiah, sumber tertulis, buku, arsip, majalah, literatur,
peraturan perundang-undangan dan sumber-sumber tertulis
commit to user
6. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber yaitu
sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer diperoleh langsung
dari lapangan berdasarkan keterangan dari pihak-pihak terkait dalam hal
ini adalah keterangan dari pihak Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar terkait dengan permasalahan yang diteliti. Sedangkan sumber
data sekunder terdiri atas:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu materi hukum yang sifatnya mengikat dan
mempunyai kedudukan yuridis, seperti peraturan perundang-undangan.
Bahan hukum yang penulis gunakan antara lain:
1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun.
5) Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 12 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
6) Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 81 Tahun 2009 tentang
Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural pada Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karangnyar.
7) Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 99 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pemberian Izin Pengumpulan dan Penyimpanan
Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Kabupaten
Karanganyar.
8) Keputusan Bupati Karanganyar Nomor 660.1/293 Tahun 2009
commit to user
Penerbitan Izin Tempat Pengumpulan dan Penyimpanan
Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) di
Kabupaten Karanganyar.
9) Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Selaku Pengguna
Anggaran Nomor 660.1/593 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Nomor 660.1/20.3
Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Pengawas Pelaksanaan
Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar.
10)Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar Selaku Pengguna Anggaran Nomor 660.1/60.3
Tahun 2010 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan
Lingkungan Hidup Nomor 660.1/18.3 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Tim Kesekretariatan Pos Pengaduan Lingkungan
Hidup Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.
11)Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar Selaku Pengguna Anggaran Nomor 660.1/58.3
Tahun 2010 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan
Lingkungan Hidup Nomor 660.1/21.3 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Pos Pengaduan Lingkungan Hidup dan Tim
Teknis/Verifikasi Pengaduan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari buku
teks yang ditulis oleh para ahli hukum, jurnal-jurnal hukum, pendapat
para sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, serta hasil-hasil
simposium mutakhir yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Ini biasanya
diperoleh dari media internet, kamus ensiklopedi, dan lain sebagainya
commit to user
7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang yang digunakan penulis dalam
peneltian ini adalah dengan studi lapangan dan studi pustaka.
a. Studi lapangan
Studi lapangan adalah pengumpulan data dengan cara penelitian
untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti
melakukan observasi dan wawancara. Wawancara dipandang sebagai
teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang
dikerjakan sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.
Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal
yang tidak dapat diperoleh lewat pengamatan (Burhan Ashshofa,
2004:59).
b. Studi kepustakaan diperoleh penulis dengan cara membaca,
mempelajari dan mengkaji bahan-bahan pustaka, baik berupa peraturan
perundang-undangan, artikel-artikel dari internet, jurnal, makalah,
dokumen, serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti.
8. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis
kualitatif dengan model interaktif, yaitu setiap unit data yang diperoleh
dari beragam sumber data, selalu diinteraksikan atau dibandingkan dengan
unit data lain untuk menemukan beragam hal yang diperlukan sesuai
dengan tujuan penelitiannya (keluasan, kesepadanan, perbedaan, bentuk
hubungan keterkaitan antar unsurnya, dan sebagainya). Proses interaktif
ini dilakukan dengan membandingkan data yang telah diperoleh lewat
wawancara dengan data hasil observasi, arsip, dan sebagainya sebagai
usaha pemantapan kesimpulan yang dicoba untuk dikembangkan dan
validitas datanya dengan melihat tingkat kesamaannya, perbedaannya, atau
commit to user
Ketiga kompenen tersebuat, menurut H.B Sutopo adalah sebagai
berikut:
a. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, penyederhanaan, dan abstraksi
dari data (fieldnote).
b. Penyajian Data
Merupakan suatu realita organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan, sajian
data meliputi berbagai jenis matriks, gambar dan skema,
jaringan kerja, kaitan kegiatan dan juga tabel.
c. Kesimpulan dan verifikasi
Dalam pengumpulan data peneliti harus sudah memahami
arti berbagai hal yang ditemui, dengan melakukan
pencatatan-pencatatan, peraturan-peraturan, pola-pola,
pertanyaan-pertanyaan, konfigurasi-konfigurasi, arahan sebab akibat dan
berbagai reposisi kesimpulan yang diverifikasi. Teknis analisis
kualitatif model interaktif dapat digambarkan dalam bentuk
rangkaian yang utuh antara ketiga komponen diatas sebagai
commit to user
Gambar 1. Teknik Analisis Kualitatif Model Interaktif
Proses analisis interaktif tersebut dimulai pada waktu pengumpulan
data penelitian, peneliti membuat reduksi data dan sajian data. Tahap
selanjutnya setelah pengumpulan data selesai adalah peneliti mulai
melakukan penarikan kesimpulan dengan memverifikasi berdasarkan apa
yang terdapat dalam sajian data. Proses yang dilakukan dengan siklus
komponen-komponen tersebut maka akan diperoleh data yang benar-benar
mewakili sesuai dengan masalah yang diteliti.
F. Sistematika Penulisan Hukum
Penulisan hukum ini terbagi dalam empat bab termasuk
diantaranya daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Sistematikanya adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai :
A. Latar Belakang Masalah
Pengumpulan Data
Sajian Data Reduksi Data
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum tentang Lingkungan Hidup
2. Tinjauan Umum tentang Hukum Lingkungan
3. Tinjauan Umum tentang Limbah dan Pengelolaannya
4. Tinjauan tentang Pembakaran Batubara
B. Kerangka Pemikiran
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
B. Pelaksanaan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar Terhadap Pengelolaan Limbah
Hasil Pembakaran Batubara Bagi Industri
C. Faktor-faktor yang Menghambat Pelaksanaan
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar Terhadap Pengelolaan Limbah Hasil
Pembakaran Batubara Bagi Industri serta Solusinya.
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
17
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum tentang Lingkungan Hidup
a. Pengertian Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah semua benda, daya, dan kondisi yang
terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia dan makhluk
hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya (N.H.T Siahaan,
2004 :4). Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah
istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di
alam yang ada di bumi atau bagian dari bumi, yang berfungsi secara
alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Ketentuan Umum Pasal 1
angka 1, yang dimaksud lingkungan hidup adalah : “kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain”.
Lingkungan hidup pada prinsipnya merupakan suatu sistem
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga
pengertian lingkungan hidup hampir mencakup semua unsur ciptaan
Tuhan Yang Maha Kuasa di bumi ini. Itulah sebab lingkungan hidup
termasuk manusia dan perilakunya merupakan unsur lingkungan hidup
yang sangat menentukan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa
lingkungan saat ini oleh sebagian kalangan dianggap tidak bernilai,
karena lingkungan hidup (alam) hanya sebuah benda yang
diperuntukkan bagi manusia. Dengan kata lain, manusia merupakan
commit to user
dipersepsikan sebagai obyek dan bukan sebagai subyek (Supriadi,
2006:22).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka pengertian
lingkungan hidup itu dapat dirangkum dalam suatu rangkaian
unsur-unsur sebagai berikut :
1)Semua benda, berupa manusia, hewan, tumbuhan, organisme,
tanah, air, udara, dan lain-lain.
2) Daya, disebut juga dengan energi;
3) Keadaan, disebut juga kondisi atau situasi;
4) Makhluk hidup;
5) Perilaku;
6) Proses interaksi, saling mempengaruhi;
7) Kelangsungan kehidupan dan;
8) Kesejahteraan manusia dan makhluk lain.
LL.Bernard dalam bukunya yang berjudul “Introduction to
Social Psychology” membagi lingkungan atas empat macam
(N.H.T Siahaan, 2004:13-14) yakni :
1)Lingkungan fisik atau anorganik, yaitu lingkungan yang terdiri
dari gaya kosmik dan fisiogeografis seperti tanah, udara, laut,
radiasi, gaya tarik, ombak dan sebagainya.
2) Lingkungan biologi atau organik yaitu segala sesuatu yang
bersifat biotis berupa mikroorganisme, parasit, hewan,
tumbuh-tumbuhan. Termasuk juga disini, lingkungan prenatal dan
proses-proses biologi seperti reproduksi, pertumbuhan dan
sebagainya.
3) Lingkungan sosial. Ini dapat dibagi ke dalam tiga bagian :
a) Lingkungan fisiososial, yaitu yang meliputi kebudayaan
materiil: peralatan, senjata, mesin, gedung-gedung dan
lain-lain.
b) Lingkungan biososial manusia dan bukan manusia, yaitu
tumbuhan beserta hewan domestik dan semua bahan
yang digunakan manusia yang berasal dari sumber
organik.
c) Lingkungan psikososial, yaitu yang berhubungan
dengan tabiat batin manusia seperti sikap, pandangan,
keinginan, keyakinan. Hal ini terlihat melalui kebiasaan,
agama, ideologi, bahasa, dan lain-lain.
4) Lingkungan komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara
institusional, berupa lembaga-lembaga masyarakat, baik yang
terdapat di daerah kota atau desa.
Ekosistem merupakan bagian dari lingkungan hidup. Menurut
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud
dengan ekosistem adalah “tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan
hidup”. Proses interaksi tidak terjadi antara manusia dengan
lingkungannya saja, tetapi juga antar makhluk-makhluk lain. Diantara
unsur-unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain, sehingga
harus senantiasa dijaga keseimbangannya. Apabila tidak, maka
dampaknya keseimbangan lingkungan itu sendiri akan terganggu.
Lingkungan hidup juga mempunyai posisi penting dalam
kehidupan manusia. Kemudian lebih jauh definisi mengenai
lingkungan atau disebut juga lingkungan hidup, tidak lain adalah
“ruang” di mana baik makhluk hidup maupun tak hidup ada dalam satu
kesatuan, dan saling berinteraksi baik secara fisik maupun nonfisik,
sehingga mempengaruhi kelangsungan kehidupan makhluk hidup
tersebut, khususnya manusia. Dalam kaitannya dengan konsep
lingkungan ini, maka penjelasan tentang mutu lingkungan adalah
commit to user
pedoman untuk maencapai tujuan pengelolaan lingkungan (R.M. Gatot
P. Soemartono, 1996: 17-18).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ditegaskan bahwa
lingkungan hidup merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Manusia dan lingkungan hidup memiliki hubungan yang
bersifat timbal balik. Terlebih manusia mencari makan dan minum
serta memenuhi kebutuhan lainnya dari ketersediaan sumber-sumber
yang diberikan oleh lingkungan hidup dan kekayaan alam sebagai
sumber utama dan terpenting bagi pemenuhan kebutuhan (N.H.T.
Siahaan, 2004: 2-3). Pentingnya lingkungan hidup bagi kehidupan
manusia inilah yang membawa konsekuensi logis, bahwa manusia
hidup berdampingan dengan lingkungan, dan banyaknya pencemaran
terhadap lingkungan sebisa mungkin harus dikurangi dan bahkan
dihindari demi kenyamaman hidup setiap makhluk hidup.
b. Pencemaran Lingkungan Hidup
1)Pengertian Pencemaran Lingkungan Hidup
Pengertian mengenai pencemaran lingkungan hidup terdapat
dalam Ketentuan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup memberikan definisi Pencemaran Lingkungan Hidup
sebagai “masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang
telah ditetapkan”. Sesuai dengan pengertian dalam Pasal 1 angka
14 Undang-Undang 32 Tahun 2009 tersebut, maka unsur-unsur
atau syarat mutlak untuk disebut sebagai suatu lingkungan telah
tercemar haruslah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut.
a) Masuk atau dimasukkannya komponen-komponen (makhluk
b)Ke dalam lingkungan hidup;
c) Kegiatan manusia;
d)Timbul perubahan, atau melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang ditetapkan.
Dari unsur-unsur pencemaran lingkungan tersebut di atas,
nyata bahwa suatu perbuatan atau aksi yang menimbulkan keadaan
sebagai pencemaran lingkungan hidup haruslah memenuhi
berbagai unsur tersebut.
Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang
menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik
yang bersifat fisik, kimiawi maupun biologis sehingga
mengganggu kesehatan, eksistensi manusia dan aktivitas manusia
serta organisme lainnya. Bahan penyebab pencemaran tersebut
disebut bahan pencemar/polutan (Imam Supardi, 2003:25).
Menurut Stephanus Munadjat Danusaputro merumuskan
pencemaran lingkungan sebagai berikut:
“pencemaran adalah suatu keadaan,dalam mana suatu zat dan atau energi diintroduksikan ke dalam suatu ligkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sendiri dalam konsentrasi sedemikian rupa, hingga menyebabkan terjadinya perubahan dalam keadaan termaksud yang mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi seperti semula dalam arti kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan hayati” (Muhamad Erwin, 2008:36).
Ditinjau dari segi ilmu kimia yang disebut pencemaran
lingkungan adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar
tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur
materi, baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga
mengganggu kesejahteraan manusia. Pencemaran lingkungan ini
perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak, karena
pencemaran lingkungan dapat menimbulkan gangguan terhadap
commit to user
manusia
(http://mastegar.blogspot.com/2010/02/makalah-pencemaran-lingkungan.html).
2)Jenis-jenis Pencemaran Lingkungan
Jenis-jenis pencemaran yang dapat digolongkan dalam
degradasi lingkungan fisik (Prabang Setyono, 2008:36-37) adalah:
a) Pencemaran Air
Sumber pencemaran air adalah pergelandangan kota (urban
dwelles) yang membuang sampah dimana mereka berada,
pembuangan kotoran dari pabrik dan industri, penghuni kota
dengan sampah-sampahnya dan kotoran hasil cucian (detergen)
dan sebagainya. Pencemaran melalui air berbahaya karena di
dalam air yang tercemar dikandung bakteri, virus, dan
bahan-bahan kimiawi yang berbahaya.
b) Pencemaran Suara
Suara yang dikategorikan sebagai pencemaran dan dapat
merusak telinga adalah suara-suara yang melebihi 75 decibel.
Pencemaran suara dapat mengakibatkan terganggunya saraf
dan konsentrasi kerja. Suara-suara yang sudah mencapai 145
decibel dan secara terus-menerus di dengar dapat menimbulkan
rasa sakit.
c) Pencemaran Udara
Sumber-sumber pencemaran udara adalah kendaraan
bermotor yang banyak memadati jalanan kota, emisi atau
kotoran melaui asap pabrik, kepadatan penduduk dan
pembakaran sampah, pembukaan daerah melalui tebang dan
commit to user
carbonmonoxide, nitrogen oxide, nitrogen oxide, dan sulfat
oxide.
Pencemaran udara dapat saja terjadi dari sumber pencemar
udara seperti: pembakaran batubara, bahan bakar minyak dan
pembakaran lainnya, yang mempunyai limbah berupa partikulat
(aeroso, debu, abu terbang, kabut, asap, jelaga), selain kegiatan
pabrik yang berhubungan dengan perampelasan, pemulasan, dan
pengolesan (grinding), penumbukan dan penghancuran benda
keras (crushing), pengolahan biji logam dan proses pengeringan.
Kadar pencemaran udara yang semakin tinggi mempunyai dampak
yang lebih merugikan (Muhamad Erwin, 2008: 39-40).
Menurut Muhamad Erwin dalam bukunya, selain
pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran suara
(kebisingan) seperti disebutkan di atas, di tambahkan satu jenis
pencemaran yaitu pencemaran tanah. Pencemaran tanah dapat
terjadi melalui bermacam-macam akibat, ada yang langsung dan
ada yang tidak langsung. Pencemaran yang langsung dapat berupa
tertuangnya zat-zat kimia berupa pestisida atau insektisida yang
melebihi dosis yang ditentukan. Sedangkan pencemaran tidak
langsung dapat terjadi akibat dikotori oleh minyak bumi. Sering
tanah persawahan dan kolam-kolam ikan tercemar oleh buangan
minyak, bahkan sering pula suatu lahan yang berlebihan dibebani
dengan zat-zat kimia (pestisida, insektisida, herbisida), sewaktu
dibongkar oleh bulldozer pada musim kering, debu tanahnya yang
bercampur zat-zat kimia itu ditiup angin, menerjang ke udara, dan
commit to user
2. Tinjauan Umum tentang Hukum Lingkungan
a. Pengertian Hukum Lingkungan
Hukum adalah pegangan yang pasti, positif, dan pengarah bagi
tujuan-tujuan program yang akan dicapai. Semua peri kehidupan diatur
dan harus tunduk pada prinsip-prinsip hukum, sehingga dapat tercipta
masyarakat yang teratur, tertib, dan berbudaya disiplin. Hukum
dipandang selain sebagai sarana pengaturan ketertiban rakyat (a tool a
social order) tetapi juga sebagai sarana untuk mempengaruhi dan
mengubah masyarakat ke arah hidup yang lebih baik (as s tool of
social engineering, (N.H.T Siahaan, 2004:125). Istilah hukum
lingkungan sendiri merupakan terjemahan dari beberapa istilah, yaitu
“Environmental Law” dalam Bahasa Inggris, “Millieeurecht” dalam
Bahasa Belanda, “L,environment” dalam Bahasa Prancis,
“Umweltrecht” dalam Bahasa Jerman, “Hukum Alam Seputar” dalam
Bahasa Malaysia, “Batas nan Kapalisgiran” dalam Bahasa Tagalog,
“Sin-ved-lom Kwahm” dalam Bahasa Thailand, “Qomum al-Biah”
dalam Bahasa Arab, St. Munadjat Danusaputro (Muhamad Erwin,
2008:8).
Hukum lingkungan menurut Danusaputro (1980:35-36) adalah
hukum yang mendasari penyelenggaraan perlindungan dan tata
pengelolaan serta peningkatan ketahanan lingkungan. Danusaputro
membedakan antara Hukum Lingkungan modern yang beroriantasi
kepada lingkungan atau “environment-oriented law” dan Hukum
Lingkungan klasik yang berorientasi kepada penggunaan lingkungan
atau “use-oriented law”. Hukum Lingkungan modern berorientasi
kepada lingkungan sehingga sifat dan wataknya juga mengikuti sifat
dan watak lingkungan itu sendiri sehingga memiliki sifat utuh
menyeluruh atau komprehensif-integral, sebaliknya Hukum
Lingkungan klasik bersifat sektoral, serba kaku, dan sukar berubah
commit to user
Selanjutnya menurut Drupsteen, Hukum Lingkungan adalah
hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam seluas-luasnya.
Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang lingkup
pengelolaan lingkungan. Dengan demikian hukum lingkungan
merupakan instrumentarium yuridis bagi pengelolaan lingkungan.
Mengingat pengelolaan lingkungan dilakukan teutama oleh
pemerintah, maka hukum lingkungan sebagian besar terdiri atas
hukum pemerintahan (R.M.Gatot P.Soemartono, 1996:49-50).
Hukum lingkungan menurut Soedjono adalah hukum yang
mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup), dimana lingkungan
mencakup semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia
berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan
manusia dan jasad-jasad hidup lainnya (Soedjono, 1983:29). Hukum
lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu bidang
ilmu hukum yang paling strategis karena hukum lingkungan
mempunyai banyak segi yaitu segi hukum administrasi, segi hukum
pidana, dan segi hukum perdata. Dengan demikian, tentu saja hukum
lingkungan memiliki aspek yang lebih kompleks. Sehingga untuk
mendalami hukum lingkungan itu sangat mustahil apabila dilakukan
seorang diri, karena kaitannya yang sangat erat dengan segi hukum
yang lain yang mencakup pula hukum lingkungan di dalamnya
(http//id.wikipedia.org//wiki/Hukum_Lingkungan).
b. Hukum Lingkungan Indonesia
Hukum Lingkungan Indonesia adalah keseluruhan peraturan
yang mengatur tingkah laku manusia (orang) tentang apa yang
seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan terhadap “lingkungan hidup
Indonesia” yang pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan
dengan suatu sanksi oleh pihak yang berwenang. Dengan demikian,
commit to user
keseluruhan peraturan tersebut, yaitu hanya berlaku di wilayah
Nusantara; atau hanya pada lingkungan hidup Republik Indonesia
(R,M Gatot P. Soemartono, 1996:61).
Pengaturan hukum mengenai masalah lingkungan hidup
manusia yang perlu dipikirkan, menurut Mochtar Kusuma-Atmadja
adalah sebagai berikut:
1) Peranan hukum adalah untuk menstrukturkan keseluruhan proses
sehingga kepastian dan ketertiban terjamin. Adapun isi materi yang
harus diatur ditentukan oleh ahli-ahli dari masing-masing sektor, di
samping perencanaan ekonomi dan pembangunan yang akan
memperlihatkan dampak secara keseluruhan.
2) Cara pengaturan menurut hukum perundang-undangan dapat
bersifat preventif atau represif; sedangkan mekanismenya ada
beberapa macam, yang antara lain dapat berupa perizinan, insentif,
denda, dan hukuman.
3) Cara pendekatan atas penanggulangannya dapat bersifat sektoral,
misalnya perencanaan kota, pertambangan, pertanian, industry,
pekerjaan umum, kesehatan, dan lain-lain. Dapat juga dilakukan
secara menyeluruh dengan mengadakan Undang-undang Pokok
mengenai Limgkungan Hidup Manusia (Law on the Human
Environment atau Environmental Act) yang merupakan dasar bagi
pengaturan sektoral.
4) Pengaturan masalah ini dengan jalan hukum harus disertai oleh
suatu usaha penerangan dan pendidikan masyarakat dalam
soal-soal lingkungan hidup manusia. Hal ini karena pengaturan hukum
hanya akan berhasil apabila ketentuan-ketentuan atau peraturan
perundang-undangan itu dipahami oleh masyarakat dan dirasakan
kegunaannya.
5) Efektivitas pengaturan hukum masalah lingkungan hidup manusia
tidak dapat dilepaskan dari keadaan aparat administrasi dan aparat
commit to user
dalam kenyataan hidup sehari-hari (R.M Gatot P. Soemartono,
1996:58-59).
3. Tinjauan Umum tentang Limbah dan Pengelolaannya
a. Limbah
1)Pengertian Limbah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah
didefinisikan sebagai “sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau
kegiatan manusia”. Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai
yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak dikelola
dengan baik. Air limbah industri maupun rumah tangga (domestik)
apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak
negatif bagi kesehatan.
Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan
karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik.
Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak
berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa
limbah juga dapat menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat
jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga
dapat berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh
kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang
tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan
menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah secara
benar maka dapat menjadikan sampah ini menjadi benda
commit to user
2)Pengelompokan Limbah
a) Pengelompokan limbah,
(http://www.scribd.com/doc/48494431/Pengelompokan-Limbah)
berdasar jenis senyawa, yaitu :
(1) Limbah Organik
Limbah organik memiliki defenisi berbeda yang
penggunaannya dapat disesuaikan dengan tujuan
penggolongannya. Berdasarkan pengertian secara kimiawi
limbah organik merupakan segala limbah yang mengandung
unsur karbon (C), sehingga meliputi limbah dari mahluk hidup
(misalnya kotoran hewan dan manusia, sisa makanan, dan
sisa-sisa tumbuhan mati), kertas, plastik, dan karet. Namun,
secara teknis sebagian besar orang mendefinisikan limbah
organik sebagai limbah yang hanya berasal dari mahluk hidup
(alami) dan sifatnya mudah busuk. Artinya, bahan-bahan
organik alami namun sulit membusuk/terurai, seperti kertas,
dan bahan organik sintetik (buatan) yang juga sulit
membusuk/terurai, seperti plastik dan karet, tidak termasuk
dalam limbah organik. Hal ini berlaku terutama ketika orang
memisahkan limbah padat (sampah) di tempat pembuangan
sampah untuk keperluan pengolahan limbah.
Limbah organik yang berasal dari mahluk hidup mudah
membusuk karena pada mahluk hidup terdapat unsur karbon
(C) dalam bentuk gula (karbohidrat) yang rantai kimianya
relatif sederhana sehingga dapat dijadikan sumber nutrisi bagi
mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur. Hasil pembusukan
limbah organik oleh mikroorganisme sebagian besar adalah
berupa gas metan (CH4) yang juga dapat menimbulkan
commit to user
(2) Limbah Anorganik
Berdasarkan pengertian secara kimiawi, limbah
anorganik meliputi limbah-limbah yang tidak mengandung
unsur karbon, seperti logam (misalnya besi dari mobil bekas
atau perkakas, dan aluminium dari kaleng bekas atau peralatan
rumah tangga), kaca, dan pupuk anorganik (misalnya yang
mengandung unsur nitrogen dan fosfor). Limbah-limbah ini
tidak memiliki unsur karbon sehingga tidak dapat diurai oleh
mikroorganisme.
Seperti halnya limbah organik, pengertian limbah
anorganik yang sering diterapkan di lapangan umumnya
limbah anorganik dalam bentuk padat (sampah). Agak sedikit
berbeda dengan pengertian di atas secara teknis, limbah
anorganik didefinisikan sebagai segala limbah yang tidak
dapat atau sulit terurai/busuk secara alami oleh
mikroorganisme pengurai. Dalam hal ini, bahan organik
seperti plastik, kertas, dan karet juga dikelompokkan sebagai
limbah anorganik. Bahan-bahan tersebut sulit diurai oleh
mikroorganisme sebab unsur karbonnya membentuk rantai
kimia yang kompleks dan panjang (polimer).
b) Pengelompokan Berdasarkan Wujud
(1) Limbah Cair
Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud
cairan, berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang
tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah
cair diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :
(a) Limbah cair domestik (domestic wastewater) yaitu limbah
cair hasil buangan dari rumahtangga, bangunan
commit to user
(b) Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah
cair hasil buangan industri. Misalnya air sisa cucian
daging, buah, sayur dari industri pengolahan makanan dan
sisa dari pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil.
(c) Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu
limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang
memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui
rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari
permukaan.
(d) Air Hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal
dari aliran air hujan di atas permukaan tanah.
(2) Limbah Padat
Merupakan limbah yang terbanyak dilingkungan.
Biasanya limbah padat disebut sebagai sampah. Klasifikasi
limbah padat (sampah) menurut istilah teknis ada 6 kelompok,
yaitu :
(a) Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah
padat semi basah, berupa bahan-bahan organik yang
mudah busuk.
(b) Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish),
yaitu limbah padat anorganik atau organik cukup kering
yang sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit
membusuk, misalnya kertas, plastik, kaca dan logam.
(c) Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu,
biasanya hasil pembakaran.
(d) Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua
limbah yang berupa bangkai binatang.
(e) Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil
sapuan jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar