• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN

HIDUP KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP

PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN

BATUBARA BAGI INDUSTRI

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

VENNI RINDYA KUSUMADEWI NIM. E0007236

FAKULTAS HUKUM

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

MOTTO

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu

mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu

menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari

nikmat Allah.

(Q.S. IBRAHIM :34)

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu, Yang menciptakan.

Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah!dan Tuhanmu yang paling Pemurah.

Yang telah mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.

Dia telah mengajarkan kepada manusia yang tidak diketahuinya.

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Sebuah karya sederhana ini kupersembahkan kepada :

Allah SWT, Maha Suci Engkau, Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan,

Pencipta Pemikiran dan Ilmu Pengetahuan.

Ayah Ibuku tercinta, sumber kasih sayang, memberi cinta tanpa batas,

Segalanya bagi hidupku.

Kakak-kakakku tersayang, semua keluarga besar, pemberi warna dan

cahaya dalam hidup.

Seseorang yang senantiasa melengkapi hidupku yang indah, yang selalu ada dihatiku.

Sahabat-sahabat terbaikku, sosok penguat dan pemberi keceriaan dalam perjalanan

hidupku.

&

Civitas Akademika

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya

yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan penulisan hukum (skripsi) dengan judul “

PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP

KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH

HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI”.

Penulis manyadari bahwa dalam proses penyusunan hukum (skripsi) ini

menemui berbagai rintangan, tantangan, dan hambatan yang harus penulis lewati

dan ini semua tidak terlepas dari bantuan serta dukungan baik moral maupun

spiritual dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Mohammad Jamin, S.H, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum UNS

yang telah menjadikan Fakultas Hukum menjadi Fakultas andalan dan

membanggakan serta memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) ini.

2. Ibu Dr. I.G. Ayu Ketut Rachmi H., S.H., M.M., selaku pembimbing Penulisan

Hukum (Skripsi) yang membimbing penulis dengan penuh kesabaran,

meluangkan waktu untuk penulis berkonsultasi serta memberikan masukan

dan arahan yang sangat berguna kepada penulis hingga tersusunnya Penulisan

Hukum (Skripsi) ini.

3. Bapak Soehartono, S.H,.M.Hum, selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan nasehat yang berguna selama penulis menempuh pendidikan di

Fakultas Hukum UNS.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, bimbingan, dan berbagi pengalaman yang merupakan hal yang

luar biasa tidak ternilai yang penulis peroleh, sehingga dapat menjadi bekal

(8)

commit to user

viii

5. Bapak dan Ibu staf Fakultas Hukum UNS, Bu Yani, Bu Ike, Pak Joko, Pak

Yono, Pak Gunawan, Mas Wawan (PPH), Mbak Dian dan Mas Haryanto

(Perpusatakaan) terimakasih atas bantuan dan kebaikannya selama ini.

6. Bapak Drs.Waluyo Dwi Basuki, MM., selaku Kepala Badan Lingkungan

Hidup Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk melakukan penelitian.

7. Ibu Indah Rudiartati, S.H,.M.M, selaku Kasubid Penegakan Hukum yang telah

dengan sabar dan ramah memberikan bimbingan serta arahan, menjawab

permasalahan yang penulis teliti, membantu memberikan informasi dan data

berkaitan dengan Penulisan Hukum (Skripsi) ini sehingga dapat terselesaikan

dengan lancar.

8. Ibu Intan Hardanti, S.H, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST., Msi, serta staf Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu, terimakasih atas bimbingan dan bantuannya selama penulis

melakukan penelitian.

9. Mama dan Papa tercinta yang dengan tulus senantiasa mendoakan penulis,

mendidik sampai sebesar ini, memberikan semangat, kasih sayang yang tidak

ternilai harganya serta Papa yang senantiasa membantu, mengarahkan dan

memberikan nasehat yang sangat berguna dalam Penulisan Skripsi ini.

Semoga kelak penulis dapat membanggakan dan membahagiakan mama dan

papa.

10.Kakak-kakak tersayang, Mas Hendra, Mas Dani, Mbak Ika, Mbak Elsa, dan si

kecil Chaca, terimakasih atas perhatian, do’a dan semangatnya selama ini.

11.Mas Luhur Budi Wibowo tersayang yang telah mendampingi penulis selama

ini, terimakasih atas semua yang diberikan kepada penulis, semangat,

perhatian, kesetiaan, kasih sayang, do’a dan juga kesabaran untuk membantu

penulis dalam Penulisan Hukum (Skripsi) ini.

12.Sahabat-sahabat tercinta Tyas (sahabat cerita dimanapun kapanpun berada,)

Lina (teman curhat yang sangat dewasa), Shinta (teman super heboh yang

ceria) yang selama ini sudah menjadi sahabat yang sangat berarti, mewarnai

(9)

commit to user

ix

duka, terimakasih banyak untuk do’a, perhatian, kasih sayang, bantuan,

dukungan dan semangatnya. Kalian sahabat untuk selamanya.

13.Adik-adik dan teman-teman De’Ita, De’Mita, Dina, Dian (Tante Shafa)

terimakasih untuk dukungan, semangat dan do’anya. Dita Nuri dan Mbak

Erika (tempat berkonsultasi) terimakasih untuk bantuannya selama ini.

14.Eyang, Om, Bulik dan semua keluarga besar yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, terimakasih atas do’anya selama ini.

15.Teman-teman magang, Mey, Puspita, Dika, Wawan, Mas Agung, Mas Sukma,

dan Mardian sahabat dan keluarga baru bagi penulis, terimakasih atas

kenangan yang telah kalian torehkan.

16.Seluruh keluarga besar Angkatan 2007 Fakultas Hukum tercinta, terimakasih

untuk masa-masa indah selama kuliah, kalian tidak akan terlupakan.

17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulisan skripsi ini.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu saran, kritik dan masukan yang membangun sangat

diharapkan dari berbagai pihak demi kemajuan di masa yang akan datang.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Maret 2011

(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iii

HALAMAN PERNYATAAN ………... iv

HALAMAN MOTTO ………. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. vi

KATA PENGANTAR ……… vii

DAFTAR ISI ……….. x

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xiii

ABSTRAK ……….. xiv

ABSTRACT ……… xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………. 6

C. Tujuan Penelitian ……….. 7

D. Manfaat Penelitian ……… 8

E. Metode Penelitian ………. 8

F. Sistematika Penulisan Hukum ……….. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ……….. 17

1. Tinjauan Umum tentang Lingkungan Hidup ………... 17

2. Tinjauan Umum tentang Hukum Lingkungan ……….. 24

(11)

commit to user

xi

4. Tinjauan tentang Pembakaran Batubara ……… 37

B. Kerangka Pemikiran ……… 39

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian ………... 42

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 42

2. Visi dan Misi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar … 42

3. Tugas Pokok dan Fungsi ………. 44

B. Pelaksanaan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten ………..

Karanganyar Terhadap Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batubara

Bagi Industri ……… 50

1. Mekanisme Pengajuan Izin Penyimpanan Sementara Limbah ………..

Bahan Berbahaya dan Beracun di Kabupaten Karanganyar ………….. 51

2. Pelaksanaan Pengawasan Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran …...

Batubara bagi Industri di Kabupaten Karanganyar ………... 57

C. Faktor-faktor yang Menghambat Pelaksanaan Pengawasan ………

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Terhadap …………...

Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batubara Bagi Industri …………

serta Solusinya ………. 74

1. Internal ……….. 74

2. Eksternal ……… 75

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ……….. 77

B. Saran ……… 81

DAFTAR PUSTAKA

(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1. Teknik Analisis Kualitatif Model Interaktif

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Gambar 3. Bagan Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Karanganyar

Gambar 4. Alur Pengaduan Masyarakat

Tabel 1. Perusahaan yang Diterbitkan Izin TPS LB3 pada Tahun 2010

Tabel 2. Data Pengawasan BLH ke Perusahaan Pengguna Batubara pada

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran II Formulir Permohonan Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)

Daftar Ceklist Permohonan Izin

Lembar Kegiatan Limbah Bahan Berbahaya dan Baracun (LB3) Perusahaan

Neraca Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)

(14)

commit to user

xiv

ABSTRAK

Venni Rindya Kusumadewi. E0007236. 2011. PELAKSANAAN

PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN

KARANGANYAR TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Pelaksanaan pengelolaan limbah batubara yang termasuk Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh beberapa industri di Karanganyar yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikhawatirkan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, sehingga perlu adanya suatu pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Penelitian ini mengkaji dan menjawab permasalahan mengenai pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah, dalam hal ini limbah hasil pembakaran batubara bagi industri; faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Sumber data yang digunakan meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan dan studi kepustakaan. Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan pejabat Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar yang berwenang menangani hal yang berkaitan dengan pengelolaan limbah. Studi kepustakaan diperoleh dari referensi buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi, jurnal-jurnal, karya ilmiah, internet dan bahan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teknik analisis data kualitatif dengan model interaktif.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu bahwa Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar merupakan institusi yang berwenang dalam hal yang berkaitan dengan Lingkungan Hidup, termasuk salah satunya adalah pengawasan. Bentuk pengawasan yang dilakukan adalah pemberlakuan prosedur perizinan bagi pelaku usaha dengan dilengkapi Tim pengarah,Tim Pengkaji, dan Peneliti penerbitan Izin; pembentukan Tim Pengawas pelaksanaan kebijakan Lingkungan Hidup; melakukan pengawasan ke perusahaan-perusahaan dengan intensitas 1 kali dalam seminggu. Dalam rangka menangani masalah-masalah lingkungan hidup melalui kegiatan pengawasan dijumpai hambatan-hambatan, seperti: dari internal yaitu keterbatasan Sumber Daya Manusia yang professional dan terbatasnya sarana operasional lapangan untuk melakukan pengawasan. Faktor eksternalnya adalah kurangnya kesadaran para pelaku usaha untuk menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, mahalnya biaya operasional untuk penanganan limbah, dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam penanganan masalah lingkungan hidup.

(15)

commit to user

xv

ABSTRACT

Venni Rindya Kusumadewi. E0007236. 2011. IMPLEMENTATION OF

CONTROLLING WASTE MANAGEMENT’S RESULT FOR BURNING COAL INDUSTRY BY ENVIRONMENTAL INSTITUTION LOCAL GOVERNMENT AT KARANGANYAR DISTRICT. Law Faculty of Sebelas Maret University.

Implementation of the coal waste management including hazardous and toxic waste by some industries in Karanganyar that does not comply with the legislation in force feared could lead to environmental damage, so its need to controlled by both government and society. This research will study and answer the problems concerning the implementation of Environmental Institution Local Government controls at Karanganyar District on waste management, that is the waste of coal combustion for industries, factors that hinder the implementation of environmental institute local goverment's supervision at Karanganyar district to the waste management of coal combustion for industries.

This research is empirical legal research is a descriptive qualitative approach. The research data includes primary data and secondary data. Source data that used includes primary legal materials, secondary legal materials and tertiary legal materials. Technique of data collecting conducted with field studies and literature studies. Field studies conducted through interviews with officials of the Environmental Institution Local Government at Karanganyar District authorities handle matters related to waste management. Literature study is obtained from reference books, legislation, official documents, journals, scientific papers, internet and other library materials relating to the problems examined. Qualitative data analysis techniques with an interactive model.

Results obtained from this study is that the Environmental Institution Local Government at Karanganyar District is a competent institution related to Environment, including one of which is controlling. Form of controlling is carried out enforcement procedures for business licensing equipped with Steering Team, Review Team, and Researcher Permit issuance. Formation of Controlling Team Environment policy implementation, conduct surveillance to companies with intensity once a week. In order to address environmental problems through surveillance activities encountered obstacles, such as of the limitations of internal human resources professionals and the limited means of field operations to conduct surveillance. External factor is the lack of awareness among businesses to comply with laws and regulations applicable, expensive operating costs for waste handling, and lack of community participation in the handling of environmental problems.

(16)

commit to user

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha

Esa yang tidak ternilai harganya, sehingga harus senantiasa dijaga, dikelola

dan dikembangkan dengan baik agar dapat menjadi sumber penghidupan bagi

manusia dan mahkluk lainnya demi meningkatkan kualitas hidup. Antara

manusia dan lingkungan sekitar tentu sangat berhubungan erat, karena

manusia berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan alam dan

lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu positif maupun

negatif.

Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas, dan serius.

Ibarat bola salju yang selalu menggelinding, semakin lama semakin besar.

Persoalannya bukan hanya bersifat lokal atau translokal, tetapi regional,

nasional, trans-nasional, dan global. Dampak-dampak yang terjadi terhadap

lingkungan tidak hanya terkait pada satu atau dua segi saja, tetapi kait

mengait sesuai dengan sifat lingkungan yang memiliki multi mata rantai

relasi yang saling mempengaruhi secara subsistem. Awalnya masalah

lingkungan hidup merupakan masalah alami, yakni peristiwa-peristiwa yang

terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses natural ini terjadi tanpa

menimbulkan akibat yang berarti bagi tata lingkungan itu sendiri dan dapat

pulih kemudian secara alami. Akan tetapi, sekarang masalah lingkungan tidak

lagi dapat dikatakan sebagai masalah yang semata-mata bersifat alami, karena

manusia memberikan faktor penyebab yang sangat signifikan secara variabel

bagi peristiwa-peristiwa lingkungan (N.H.T Siahaan 2004:1).

Salah satu kegiatan manusia yang sangat berhubungan dengan

lingkungan adalah pembangunan industri. Dapat diambil contoh di daerah

(17)

commit to user

pula masalah lingkungan hidup perkotaan yang di hadapi. Kenaikan jumlah

penduduk di perkotaan ini erat kaitannya dengan pesatnya industrialisasi.

Industrialisasi yang berlangsung dalam proses pembangunan, pada

hakekatnya merupakan upaya meningkatkan pemanfaatan berbagai faktor,

misalnya sumber alam, keahlian manusia, modal, dan teknologi, secara

berkesinambungan. Semakin banyak kebutuhan masyarakat, semakin banyak

kegiatan industri yang berlangsung, sehingga semakin besar pula tekanan

untuk meningkatkan pemanfaatan faktor-faktor tersebut. Berkaitan dengan

itu, pada dasarnya industrialisasi adalah sebuah dilema. Di satu pihak,

pembangunan industri ini sangat diperlukan untuk meningkatkan penyediaan

barang dan jasa yang sangat diperlukan oleh masyarakat, untuk memperluas

kesempatan kerja, dan untuk meningkatkan devisa negara melalui ekspor.

Tetapi di lain pihak, industrialisasi juga mempunyai dampak negatif,

khususnya ditinjau dari kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup dan

sumber alam (R.M. Gatot P. Soemartono, 1996:195-196).

Dampak positif dari pembangunan sektor industri sudah banyak kita

rasakan, mulai dari meningkatnya kemakmuran rakyat, meningkatnya

pendapatan perkapita, memperluas lapangan kerja, meningkatnya mutu

pendidikan masyarakat, memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang

semakin meningkat dan masih banyak lagi sisi positif dari pembangunan.

Namun demikian semua jenis usaha memiliki dampak atau sisi negatif,

selanjutnya pemerintah kurang memperhatikan kebijaksanaan yang mengatur

tentang dampak atau sisi negatif dari pembangunan salah satunya kegiatan

industri yang ternyata sangat banyak.

Salah satu dampak negatif pembangunan yang menonjol adalah

timbulnya berbagai macam pencemaran, akibat penggunaan mesin-mesin

dalam industri maupun mesin-mesin sebagai hasil produksi dari industri

tersebut. Ada berbagai bentuk pencemaran, antara lain pencemaran udara

yang diakibatkan oleh asap yang dihasilkan sisa pembakaran dari mesin,

(18)

commit to user

sampah plastik yang tidak dapat diuraikan oleh tanah dan pencemaran suara

dari suara mesin-mesin. Akibat semakin gencarnya para pengusaha

berproduksi untuk memproduksi barang dalam jumlah yang sangat besar,

maka semakin meningkat sisa pembakaran berupa gas CO, yang berbahaya

bagi manusia juga bertambah jumlah, sisa produksi berupa bahan kimia yang

berbahaya juga bertambah jumlahnya. Selain itu masyarakat yang

mengkonsumsi produk tersebut akan membuang kemasannya dalam jumlah

besar maka terjadilah pencemaran akumulasi dari berbagai bentuk

pencemaran dalam suatu daerah

(http://www.lawskripsi.com/index.php?option=com_content&view=article&i

d=51&Itemid=51).

Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup perlu diikuti

tindakan berupa pelestarian sumber daya alam dalam rangka memajukan

kesejahteraan umum seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah dan diperbaharui

oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup (UUPLH) adalah payung di bidang pengelolaan

lingkungan hidup yang dijadikan dasar bagi pengelolaan lingkungan hidup di

Indonesia dewasa ini. Dengan demikian, UUPLH merupakan dasar ketentuan

pelaksanaan dalam pengelolaan lingkungan hidup serta sebagai dasar

penyesuaian terhadap perubahan atas peraturan yang telah ada sebelumnya

serta menjadikannya sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh di dalam

suatu sistem (Muhamad Erwin, 2008:13).

Sejalan dengan itu, dalam perkembangannya ternyata

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 memiliki beberapa kekurangan. Sebagai

penyempurnaan UUPLH 1997 lahir dalam bentuk Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup lebih baik dibandingkan UUPLH 1997. Hal

(19)

commit to user

adalah penyempurnaan UUPLH 1997. Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2009 memuat hal-hal yang lebih jelas dan rinci, seperti adanya pola

perlindungan lingkungan, upaya pengelolaan lingkungan hidup, pengelolaan

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) serta Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun (LB3), yang pengaturan mengenai hal tersebut tidak ditemui dalam

UUPLH 1997.

Salah satu sektor dominan sebagai pendukung pembangunan ekonomi

adalah industri. Proses industri disamping dibutuhkan bahan baku baik lokal

maupun impor, juga dibutuhkan energi bahan bakar sebagai tenaga penggerak

peralatan ataupun mesin-mesin industri. Ada beberapa macam sumber energi

sebagai tenaga penggerak mesin antara lain berupa bahan bakar minyak dan

batubara. Dengan semakin mahalnya harga bahan bakar minyak, maka

penggunaan bahan bakar batubara terbukti lebih efisien untuk meningkatkan

produktifitas proses industri.

Batubara adalah sumber energi yang paling mudah diambil dari alam.

Dewasa ini banyak industri yang beralih menggunakan batubara sebagai

bahan bakar dalam menghasilkan uap, hal ini disebabkan karena pemakaian

batubara dianggap lebih efisien dibandingkan dengan pemakaian minyak

yang terus meningkat. Selain itu, batubara merupakan bahan yang siap

dieksploitasi secara ekonomis karena terdapat dalam jumlah yang banyak

sehingga menjadi bahan bakar yang dapat mendukung kebutuhan energi

dunia dalam jangka waktu yang relatif lama.

Bertolak dari kondisi tersebut, banyak industriawan di Kabupaten

Karanganyar yang menggunakan batubara sebagai sumber energi.

Penggunaan batubara disamping menghasailkan energi yang efisien ternyata

menyisakan permasalahan yakni pengelolaan limbah hasil pembakaran

batubara (fly ash dan bottom ash) yang tidak sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengelolaan limbah seharusnya

disesuaikan dengan baku mutu limbah, sehingga diharapkan tidak

(20)

commit to user

sangat berperan penting, khususnya institusi yang berwenang dalam

pengelolaan lingkungan.

Limbah batubara itu disebut dengan Fly Ash dan Bottom Ash yaitu abu

terbang yang ringan dan abu relatif berat yang timbul dari proses pembakaran

suatu bahan yang lazimnya menghasilkan abu. Sesuai Peraturan Pemerintah

No 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No 18

Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

bahwa Fly Ash dan Bottom Ash termasuk dalam jenis limbah B3 yang

pemanfaatannya harus mendapat izin pemanfaatan dari Kementerian

Lingkungan Hidup

(http://tractor-truck.com/berita/1411-pabrik-limbah-batubara-segera-dibangun-di-kim.html).

Beberapa perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur

pengeloaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) termasuk limbah

batubara, antara lain :

a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan

atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Bahan Berbahaya dan Beracun.

Peraturan perundang-undangan dapat berlaku efektif apabila

didukung oleh perangkat penegakan hukum. Penegakan hukum lingkungan

berkaitan dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat

terhadap peraturan yang berlaku, yang meliputi tiga bidang hukum, yaitu

adminstratif, pidana dan perdata. Dengan demikian, penegakan hukum

lingkungan merupakan upaya untuk mencapai ketaatan terhadap peraturan

dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan

(21)

administratif, kepidanaan, dan keperdataan, Siti Sundari Rangkuti (Muhamad

Erwin, 2008:113). Penegakan hukum salah satunya adalah dapat berupa

kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu institusi

lingkungan hidup.

Pelaksanaan pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara oleh

beberapa industri di Kabupaten Karanganyar ternyata masih dijumpai hal-hal

yang belum atau bahkan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan kerusakan

lingkungan. Sementara itu, efektivitas fungsi pengawasan yang dilakukan

baik oleh pemerintah maupun masyarakat sangat besar peranannya dalam

rangka mengawal peraturan perundang-undangan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui sejauh

mana pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar dalam pengelolaan limbah

batubara. Oleh sebab itu, sangat penting untuk dilakukan kajian lebih jauh,

sehingga dalam penelitian ini penulis memilih judul : PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL

PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang

lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti

berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Perumusan masalah

merupakan hal yang sangat penting dalam setiap tahapan penelitian.

Perumusan masalah yang jelas akan menghindari pengumpulan data yang

tidak perlu, dapat menghemat biaya, waktu, tenaga dan penelitian akan lebih

(22)

commit to user

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang hendak diteliti dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran

batubara bagi industri ?

2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pengawasan Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah

hasil pembakaran batubara bagi industri, dan bagaimana solusinya ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian diperlukan untuk memberikan arah dalam mencapai

maksud dalam suatu penelitian. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahuai pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan

Hidup Kabupaten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah hasil

pembakaran batubara bagi industri.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan

pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

tehadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri

dan juga mengetahui solusinya.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama

penyusunan penulisan hukum untuk melengkapi syarat akademis guna

memperoleh gelar sarjana dalam program studi ilmu hukum di

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk memperluas wawasan, pengetahuan, pemahaman, dan

(23)

dan praktek lapangan dalam hal ini lingkup hukum administrasi

negara, khususnya hukum lingkungan.

c. Menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah penulis peroleh,

agar dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri pada khususnya

dan masyarakat pada umumnya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat, baik

untuk mengetahui hasil yang diteliti maupun bagi pengembangan penelitian

tersebut. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum

pada umumnya dan hukum adminstrasi negara pada khususnya yang

berkaitan dengan sejauh mana pelaksanaan pengawasan Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar terkait dengan

pengelolaan limbah.

b. Memperkaya referensi dan literatur dalam kepustakaan yang dapat

digunakan sebagai bahan acuan penelitian yang akan datang.

2. Manfaaat Praktis

a. Mengembangkan daya penalaran dan membentuk pola pikir dinamis

penulis, sehingga dapat mengetahui kemampuan penulis atas ilmu

yang telah diperoleh.

b. Memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk

mengetahui seluk-beluk sesuatu. Kegiatan ini biasanya muncul dan dilakukan

(24)

commit to user

membuktikan sesuatu yang telah dialaminya selama hidup, untuk mengetahui

berbagai latar belakang terjadinya sesuatu (Beni Ahmad Saebani, 2008:12).

Metode penelitian adalah suatu tulisan atau karangan mengenai

penelitian disebut dan dipercaya kebenarannya apabila pokok-pokok pikiran

yang dikemukakan disimpulkan melalui prosedur sistematis dengan

menggunakan pembuktian yang meyakinkan, oleh karena itu dilakukan

dengan cara yang obyektif dan telah melalui berbagai tes dan pengujian

(Winarno Surachman, 1990:26). Metode yang digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum empiris. Pada penelitian empiris yang diteliti pada

awalnya adalah data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan penelitian

pada data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat (Soerjono

Soekanto, 1986:52).

2. Sifat Penelitian

Penelitian hukum ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat

suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu atau untuk

menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain

dalam masyarakat (Amirudin dan Z. Asikin, 2004: 25).

3. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan

kualitatif ini merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data

deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau

lisan, dan perilaku nyata (Soerjono Soekanto, 1986:32). Penelitian

(25)

commit to user

pengumpulan data berupa kata-kata, gambar-gambar, serta informasi

verbal maupun normatif dan bukan dalam bentuk angka-angka.

Penelitian kualitatif sama halnya dengan penelitian etnografi yang

bertujuan untuk menemukan pola-pola kebudayaan yang membuat hidup

menjadi berarti bagi orang atau masyarakat, teknik penelitian yang

digunakan adalah wawancara mendalam (dept interview), pengamatan

terlibat (participant observation) dan dokumen pribadi seperti buku

harian, surat-surat, otobiografi, transkrip dan wawancara tidak berstruktur

(Burhan Ashshofa, 2004:61).

4. Lokasi Penelitian

Penulis memilih lokasi penelitian di Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Karanganyar, yang beralamat di Jl. K.H Samanhudi No 5,

Karanganyar yang dianggap merupakan institusi yang berwenang dalam

pengawasan pengelolaan limbah dalam hal ini adalah pengelolaan limbah

hasil pembakaran batubara bagi industri.

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer diperoleh berdasarkan sejumlah keterangan

atau fakta yang diperoleh secara langsung melalui penelitian di

lapangan, data ini diperoleh melalui wawancara (interview) dan

pengamatan (observation).

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yaitu

tulisan ilmiah, sumber tertulis, buku, arsip, majalah, literatur,

peraturan perundang-undangan dan sumber-sumber tertulis

(26)

commit to user

6. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber yaitu

sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer diperoleh langsung

dari lapangan berdasarkan keterangan dari pihak-pihak terkait dalam hal

ini adalah keterangan dari pihak Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Karanganyar terkait dengan permasalahan yang diteliti. Sedangkan sumber

data sekunder terdiri atas:

a. Bahan Hukum Primer, yaitu materi hukum yang sifatnya mengikat dan

mempunyai kedudukan yuridis, seperti peraturan perundang-undangan.

Bahan hukum yang penulis gunakan antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun1999 tentang Pengelolaan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

3) Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan

atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

4) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Bahan Berbahaya dan Beracun.

5) Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 12 Tahun 2006

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

6) Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 81 Tahun 2009 tentang

Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural pada Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Karangnyar.

7) Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 99 Tahun 2009 tentang

Pedoman Pemberian Izin Pengumpulan dan Penyimpanan

Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Kabupaten

Karanganyar.

8) Keputusan Bupati Karanganyar Nomor 660.1/293 Tahun 2009

(27)

commit to user

Penerbitan Izin Tempat Pengumpulan dan Penyimpanan

Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) di

Kabupaten Karanganyar.

9) Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Selaku Pengguna

Anggaran Nomor 660.1/593 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas

Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Nomor 660.1/20.3

Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Pengawas Pelaksanaan

Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar.

10)Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Karanganyar Selaku Pengguna Anggaran Nomor 660.1/60.3

Tahun 2010 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan

Lingkungan Hidup Nomor 660.1/18.3 Tahun 2010 tentang

Pembentukan Tim Kesekretariatan Pos Pengaduan Lingkungan

Hidup Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.

11)Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Karanganyar Selaku Pengguna Anggaran Nomor 660.1/58.3

Tahun 2010 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan

Lingkungan Hidup Nomor 660.1/21.3 Tahun 2010 tentang

Pembentukan Pos Pengaduan Lingkungan Hidup dan Tim

Teknis/Verifikasi Pengaduan Lingkungan Hidup Kabupaten

Karanganyar.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari buku

teks yang ditulis oleh para ahli hukum, jurnal-jurnal hukum, pendapat

para sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, serta hasil-hasil

simposium mutakhir yang berkaitan dengan permasalahan yang

diteliti.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Ini biasanya

diperoleh dari media internet, kamus ensiklopedi, dan lain sebagainya

(28)

commit to user

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang yang digunakan penulis dalam

peneltian ini adalah dengan studi lapangan dan studi pustaka.

a. Studi lapangan

Studi lapangan adalah pengumpulan data dengan cara penelitian

untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti

melakukan observasi dan wawancara. Wawancara dipandang sebagai

teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang

dikerjakan sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.

Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal

yang tidak dapat diperoleh lewat pengamatan (Burhan Ashshofa,

2004:59).

b. Studi kepustakaan diperoleh penulis dengan cara membaca,

mempelajari dan mengkaji bahan-bahan pustaka, baik berupa peraturan

perundang-undangan, artikel-artikel dari internet, jurnal, makalah,

dokumen, serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti.

8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis

kualitatif dengan model interaktif, yaitu setiap unit data yang diperoleh

dari beragam sumber data, selalu diinteraksikan atau dibandingkan dengan

unit data lain untuk menemukan beragam hal yang diperlukan sesuai

dengan tujuan penelitiannya (keluasan, kesepadanan, perbedaan, bentuk

hubungan keterkaitan antar unsurnya, dan sebagainya). Proses interaktif

ini dilakukan dengan membandingkan data yang telah diperoleh lewat

wawancara dengan data hasil observasi, arsip, dan sebagainya sebagai

usaha pemantapan kesimpulan yang dicoba untuk dikembangkan dan

validitas datanya dengan melihat tingkat kesamaannya, perbedaannya, atau

(29)

commit to user

Ketiga kompenen tersebuat, menurut H.B Sutopo adalah sebagai

berikut:

a. Reduksi Data

Merupakan proses seleksi, penyederhanaan, dan abstraksi

dari data (fieldnote).

b. Penyajian Data

Merupakan suatu realita organisasi informasi yang

memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan, sajian

data meliputi berbagai jenis matriks, gambar dan skema,

jaringan kerja, kaitan kegiatan dan juga tabel.

c. Kesimpulan dan verifikasi

Dalam pengumpulan data peneliti harus sudah memahami

arti berbagai hal yang ditemui, dengan melakukan

pencatatan-pencatatan, peraturan-peraturan, pola-pola,

pertanyaan-pertanyaan, konfigurasi-konfigurasi, arahan sebab akibat dan

berbagai reposisi kesimpulan yang diverifikasi. Teknis analisis

kualitatif model interaktif dapat digambarkan dalam bentuk

rangkaian yang utuh antara ketiga komponen diatas sebagai

(30)

commit to user

Gambar 1. Teknik Analisis Kualitatif Model Interaktif

Proses analisis interaktif tersebut dimulai pada waktu pengumpulan

data penelitian, peneliti membuat reduksi data dan sajian data. Tahap

selanjutnya setelah pengumpulan data selesai adalah peneliti mulai

melakukan penarikan kesimpulan dengan memverifikasi berdasarkan apa

yang terdapat dalam sajian data. Proses yang dilakukan dengan siklus

komponen-komponen tersebut maka akan diperoleh data yang benar-benar

mewakili sesuai dengan masalah yang diteliti.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Penulisan hukum ini terbagi dalam empat bab termasuk

diantaranya daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Sistematikanya adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai :

A. Latar Belakang Masalah

Pengumpulan Data

Sajian Data Reduksi Data

(31)

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Metode Penelitian

F. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum tentang Lingkungan Hidup

2. Tinjauan Umum tentang Hukum Lingkungan

3. Tinjauan Umum tentang Limbah dan Pengelolaannya

4. Tinjauan tentang Pembakaran Batubara

B. Kerangka Pemikiran

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

B. Pelaksanaan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Karanganyar Terhadap Pengelolaan Limbah

Hasil Pembakaran Batubara Bagi Industri

C. Faktor-faktor yang Menghambat Pelaksanaan

Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Karanganyar Terhadap Pengelolaan Limbah Hasil

Pembakaran Batubara Bagi Industri serta Solusinya.

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

(32)
(33)

commit to user

17

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum tentang Lingkungan Hidup

a. Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah semua benda, daya, dan kondisi yang

terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia dan makhluk

hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya (N.H.T Siahaan,

2004 :4). Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah

istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di

alam yang ada di bumi atau bagian dari bumi, yang berfungsi secara

alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Ketentuan Umum Pasal 1

angka 1, yang dimaksud lingkungan hidup adalah : “kesatuan ruang

dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk

manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,

kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lain”.

Lingkungan hidup pada prinsipnya merupakan suatu sistem

yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga

pengertian lingkungan hidup hampir mencakup semua unsur ciptaan

Tuhan Yang Maha Kuasa di bumi ini. Itulah sebab lingkungan hidup

termasuk manusia dan perilakunya merupakan unsur lingkungan hidup

yang sangat menentukan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa

lingkungan saat ini oleh sebagian kalangan dianggap tidak bernilai,

karena lingkungan hidup (alam) hanya sebuah benda yang

diperuntukkan bagi manusia. Dengan kata lain, manusia merupakan

(34)

commit to user

dipersepsikan sebagai obyek dan bukan sebagai subyek (Supriadi,

2006:22).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka pengertian

lingkungan hidup itu dapat dirangkum dalam suatu rangkaian

unsur-unsur sebagai berikut :

1)Semua benda, berupa manusia, hewan, tumbuhan, organisme,

tanah, air, udara, dan lain-lain.

2) Daya, disebut juga dengan energi;

3) Keadaan, disebut juga kondisi atau situasi;

4) Makhluk hidup;

5) Perilaku;

6) Proses interaksi, saling mempengaruhi;

7) Kelangsungan kehidupan dan;

8) Kesejahteraan manusia dan makhluk lain.

LL.Bernard dalam bukunya yang berjudul “Introduction to

Social Psychology” membagi lingkungan atas empat macam

(N.H.T Siahaan, 2004:13-14) yakni :

1)Lingkungan fisik atau anorganik, yaitu lingkungan yang terdiri

dari gaya kosmik dan fisiogeografis seperti tanah, udara, laut,

radiasi, gaya tarik, ombak dan sebagainya.

2) Lingkungan biologi atau organik yaitu segala sesuatu yang

bersifat biotis berupa mikroorganisme, parasit, hewan,

tumbuh-tumbuhan. Termasuk juga disini, lingkungan prenatal dan

proses-proses biologi seperti reproduksi, pertumbuhan dan

sebagainya.

3) Lingkungan sosial. Ini dapat dibagi ke dalam tiga bagian :

a) Lingkungan fisiososial, yaitu yang meliputi kebudayaan

materiil: peralatan, senjata, mesin, gedung-gedung dan

lain-lain.

b) Lingkungan biososial manusia dan bukan manusia, yaitu

(35)

tumbuhan beserta hewan domestik dan semua bahan

yang digunakan manusia yang berasal dari sumber

organik.

c) Lingkungan psikososial, yaitu yang berhubungan

dengan tabiat batin manusia seperti sikap, pandangan,

keinginan, keyakinan. Hal ini terlihat melalui kebiasaan,

agama, ideologi, bahasa, dan lain-lain.

4) Lingkungan komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara

institusional, berupa lembaga-lembaga masyarakat, baik yang

terdapat di daerah kota atau desa.

Ekosistem merupakan bagian dari lingkungan hidup. Menurut

Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud

dengan ekosistem adalah “tatanan unsur lingkungan hidup yang

merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam

membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan

hidup”. Proses interaksi tidak terjadi antara manusia dengan

lingkungannya saja, tetapi juga antar makhluk-makhluk lain. Diantara

unsur-unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain, sehingga

harus senantiasa dijaga keseimbangannya. Apabila tidak, maka

dampaknya keseimbangan lingkungan itu sendiri akan terganggu.

Lingkungan hidup juga mempunyai posisi penting dalam

kehidupan manusia. Kemudian lebih jauh definisi mengenai

lingkungan atau disebut juga lingkungan hidup, tidak lain adalah

“ruang” di mana baik makhluk hidup maupun tak hidup ada dalam satu

kesatuan, dan saling berinteraksi baik secara fisik maupun nonfisik,

sehingga mempengaruhi kelangsungan kehidupan makhluk hidup

tersebut, khususnya manusia. Dalam kaitannya dengan konsep

lingkungan ini, maka penjelasan tentang mutu lingkungan adalah

(36)

commit to user

pedoman untuk maencapai tujuan pengelolaan lingkungan (R.M. Gatot

P. Soemartono, 1996: 17-18).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ditegaskan bahwa

lingkungan hidup merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan

manusia. Manusia dan lingkungan hidup memiliki hubungan yang

bersifat timbal balik. Terlebih manusia mencari makan dan minum

serta memenuhi kebutuhan lainnya dari ketersediaan sumber-sumber

yang diberikan oleh lingkungan hidup dan kekayaan alam sebagai

sumber utama dan terpenting bagi pemenuhan kebutuhan (N.H.T.

Siahaan, 2004: 2-3). Pentingnya lingkungan hidup bagi kehidupan

manusia inilah yang membawa konsekuensi logis, bahwa manusia

hidup berdampingan dengan lingkungan, dan banyaknya pencemaran

terhadap lingkungan sebisa mungkin harus dikurangi dan bahkan

dihindari demi kenyamaman hidup setiap makhluk hidup.

b. Pencemaran Lingkungan Hidup

1)Pengertian Pencemaran Lingkungan Hidup

Pengertian mengenai pencemaran lingkungan hidup terdapat

dalam Ketentuan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup memberikan definisi Pencemaran Lingkungan Hidup

sebagai “masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,

dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan

manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang

telah ditetapkan”. Sesuai dengan pengertian dalam Pasal 1 angka

14 Undang-Undang 32 Tahun 2009 tersebut, maka unsur-unsur

atau syarat mutlak untuk disebut sebagai suatu lingkungan telah

tercemar haruslah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut.

a) Masuk atau dimasukkannya komponen-komponen (makhluk

(37)

b)Ke dalam lingkungan hidup;

c) Kegiatan manusia;

d)Timbul perubahan, atau melampaui baku mutu lingkungan

hidup yang ditetapkan.

Dari unsur-unsur pencemaran lingkungan tersebut di atas,

nyata bahwa suatu perbuatan atau aksi yang menimbulkan keadaan

sebagai pencemaran lingkungan hidup haruslah memenuhi

berbagai unsur tersebut.

Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang

menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik

yang bersifat fisik, kimiawi maupun biologis sehingga

mengganggu kesehatan, eksistensi manusia dan aktivitas manusia

serta organisme lainnya. Bahan penyebab pencemaran tersebut

disebut bahan pencemar/polutan (Imam Supardi, 2003:25).

Menurut Stephanus Munadjat Danusaputro merumuskan

pencemaran lingkungan sebagai berikut:

“pencemaran adalah suatu keadaan,dalam mana suatu zat dan atau energi diintroduksikan ke dalam suatu ligkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sendiri dalam konsentrasi sedemikian rupa, hingga menyebabkan terjadinya perubahan dalam keadaan termaksud yang mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi seperti semula dalam arti kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan hayati” (Muhamad Erwin, 2008:36).

Ditinjau dari segi ilmu kimia yang disebut pencemaran

lingkungan adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar

tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur

materi, baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga

mengganggu kesejahteraan manusia. Pencemaran lingkungan ini

perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak, karena

pencemaran lingkungan dapat menimbulkan gangguan terhadap

(38)

commit to user

manusia

(http://mastegar.blogspot.com/2010/02/makalah-pencemaran-lingkungan.html).

2)Jenis-jenis Pencemaran Lingkungan

Jenis-jenis pencemaran yang dapat digolongkan dalam

degradasi lingkungan fisik (Prabang Setyono, 2008:36-37) adalah:

a) Pencemaran Air

Sumber pencemaran air adalah pergelandangan kota (urban

dwelles) yang membuang sampah dimana mereka berada,

pembuangan kotoran dari pabrik dan industri, penghuni kota

dengan sampah-sampahnya dan kotoran hasil cucian (detergen)

dan sebagainya. Pencemaran melalui air berbahaya karena di

dalam air yang tercemar dikandung bakteri, virus, dan

bahan-bahan kimiawi yang berbahaya.

b) Pencemaran Suara

Suara yang dikategorikan sebagai pencemaran dan dapat

merusak telinga adalah suara-suara yang melebihi 75 decibel.

Pencemaran suara dapat mengakibatkan terganggunya saraf

dan konsentrasi kerja. Suara-suara yang sudah mencapai 145

decibel dan secara terus-menerus di dengar dapat menimbulkan

rasa sakit.

c) Pencemaran Udara

Sumber-sumber pencemaran udara adalah kendaraan

bermotor yang banyak memadati jalanan kota, emisi atau

kotoran melaui asap pabrik, kepadatan penduduk dan

pembakaran sampah, pembukaan daerah melalui tebang dan

(39)

commit to user

carbonmonoxide, nitrogen oxide, nitrogen oxide, dan sulfat

oxide.

Pencemaran udara dapat saja terjadi dari sumber pencemar

udara seperti: pembakaran batubara, bahan bakar minyak dan

pembakaran lainnya, yang mempunyai limbah berupa partikulat

(aeroso, debu, abu terbang, kabut, asap, jelaga), selain kegiatan

pabrik yang berhubungan dengan perampelasan, pemulasan, dan

pengolesan (grinding), penumbukan dan penghancuran benda

keras (crushing), pengolahan biji logam dan proses pengeringan.

Kadar pencemaran udara yang semakin tinggi mempunyai dampak

yang lebih merugikan (Muhamad Erwin, 2008: 39-40).

Menurut Muhamad Erwin dalam bukunya, selain

pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran suara

(kebisingan) seperti disebutkan di atas, di tambahkan satu jenis

pencemaran yaitu pencemaran tanah. Pencemaran tanah dapat

terjadi melalui bermacam-macam akibat, ada yang langsung dan

ada yang tidak langsung. Pencemaran yang langsung dapat berupa

tertuangnya zat-zat kimia berupa pestisida atau insektisida yang

melebihi dosis yang ditentukan. Sedangkan pencemaran tidak

langsung dapat terjadi akibat dikotori oleh minyak bumi. Sering

tanah persawahan dan kolam-kolam ikan tercemar oleh buangan

minyak, bahkan sering pula suatu lahan yang berlebihan dibebani

dengan zat-zat kimia (pestisida, insektisida, herbisida), sewaktu

dibongkar oleh bulldozer pada musim kering, debu tanahnya yang

bercampur zat-zat kimia itu ditiup angin, menerjang ke udara, dan

(40)

commit to user

2. Tinjauan Umum tentang Hukum Lingkungan

a. Pengertian Hukum Lingkungan

Hukum adalah pegangan yang pasti, positif, dan pengarah bagi

tujuan-tujuan program yang akan dicapai. Semua peri kehidupan diatur

dan harus tunduk pada prinsip-prinsip hukum, sehingga dapat tercipta

masyarakat yang teratur, tertib, dan berbudaya disiplin. Hukum

dipandang selain sebagai sarana pengaturan ketertiban rakyat (a tool a

social order) tetapi juga sebagai sarana untuk mempengaruhi dan

mengubah masyarakat ke arah hidup yang lebih baik (as s tool of

social engineering, (N.H.T Siahaan, 2004:125). Istilah hukum

lingkungan sendiri merupakan terjemahan dari beberapa istilah, yaitu

“Environmental Law” dalam Bahasa Inggris, “Millieeurecht” dalam

Bahasa Belanda, “L,environment” dalam Bahasa Prancis,

“Umweltrecht” dalam Bahasa Jerman, “Hukum Alam Seputar” dalam

Bahasa Malaysia, “Batas nan Kapalisgiran” dalam Bahasa Tagalog,

“Sin-ved-lom Kwahm” dalam Bahasa Thailand, “Qomum al-Biah”

dalam Bahasa Arab, St. Munadjat Danusaputro (Muhamad Erwin,

2008:8).

Hukum lingkungan menurut Danusaputro (1980:35-36) adalah

hukum yang mendasari penyelenggaraan perlindungan dan tata

pengelolaan serta peningkatan ketahanan lingkungan. Danusaputro

membedakan antara Hukum Lingkungan modern yang beroriantasi

kepada lingkungan atau “environment-oriented law” dan Hukum

Lingkungan klasik yang berorientasi kepada penggunaan lingkungan

atau “use-oriented law”. Hukum Lingkungan modern berorientasi

kepada lingkungan sehingga sifat dan wataknya juga mengikuti sifat

dan watak lingkungan itu sendiri sehingga memiliki sifat utuh

menyeluruh atau komprehensif-integral, sebaliknya Hukum

Lingkungan klasik bersifat sektoral, serba kaku, dan sukar berubah

(41)

commit to user

Selanjutnya menurut Drupsteen, Hukum Lingkungan adalah

hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam seluas-luasnya.

Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang lingkup

pengelolaan lingkungan. Dengan demikian hukum lingkungan

merupakan instrumentarium yuridis bagi pengelolaan lingkungan.

Mengingat pengelolaan lingkungan dilakukan teutama oleh

pemerintah, maka hukum lingkungan sebagian besar terdiri atas

hukum pemerintahan (R.M.Gatot P.Soemartono, 1996:49-50).

Hukum lingkungan menurut Soedjono adalah hukum yang

mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup), dimana lingkungan

mencakup semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia

berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan

manusia dan jasad-jasad hidup lainnya (Soedjono, 1983:29). Hukum

lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu bidang

ilmu hukum yang paling strategis karena hukum lingkungan

mempunyai banyak segi yaitu segi hukum administrasi, segi hukum

pidana, dan segi hukum perdata. Dengan demikian, tentu saja hukum

lingkungan memiliki aspek yang lebih kompleks. Sehingga untuk

mendalami hukum lingkungan itu sangat mustahil apabila dilakukan

seorang diri, karena kaitannya yang sangat erat dengan segi hukum

yang lain yang mencakup pula hukum lingkungan di dalamnya

(http//id.wikipedia.org//wiki/Hukum_Lingkungan).

b. Hukum Lingkungan Indonesia

Hukum Lingkungan Indonesia adalah keseluruhan peraturan

yang mengatur tingkah laku manusia (orang) tentang apa yang

seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan terhadap “lingkungan hidup

Indonesia” yang pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan

dengan suatu sanksi oleh pihak yang berwenang. Dengan demikian,

(42)

commit to user

keseluruhan peraturan tersebut, yaitu hanya berlaku di wilayah

Nusantara; atau hanya pada lingkungan hidup Republik Indonesia

(R,M Gatot P. Soemartono, 1996:61).

Pengaturan hukum mengenai masalah lingkungan hidup

manusia yang perlu dipikirkan, menurut Mochtar Kusuma-Atmadja

adalah sebagai berikut:

1) Peranan hukum adalah untuk menstrukturkan keseluruhan proses

sehingga kepastian dan ketertiban terjamin. Adapun isi materi yang

harus diatur ditentukan oleh ahli-ahli dari masing-masing sektor, di

samping perencanaan ekonomi dan pembangunan yang akan

memperlihatkan dampak secara keseluruhan.

2) Cara pengaturan menurut hukum perundang-undangan dapat

bersifat preventif atau represif; sedangkan mekanismenya ada

beberapa macam, yang antara lain dapat berupa perizinan, insentif,

denda, dan hukuman.

3) Cara pendekatan atas penanggulangannya dapat bersifat sektoral,

misalnya perencanaan kota, pertambangan, pertanian, industry,

pekerjaan umum, kesehatan, dan lain-lain. Dapat juga dilakukan

secara menyeluruh dengan mengadakan Undang-undang Pokok

mengenai Limgkungan Hidup Manusia (Law on the Human

Environment atau Environmental Act) yang merupakan dasar bagi

pengaturan sektoral.

4) Pengaturan masalah ini dengan jalan hukum harus disertai oleh

suatu usaha penerangan dan pendidikan masyarakat dalam

soal-soal lingkungan hidup manusia. Hal ini karena pengaturan hukum

hanya akan berhasil apabila ketentuan-ketentuan atau peraturan

perundang-undangan itu dipahami oleh masyarakat dan dirasakan

kegunaannya.

5) Efektivitas pengaturan hukum masalah lingkungan hidup manusia

tidak dapat dilepaskan dari keadaan aparat administrasi dan aparat

(43)

commit to user

dalam kenyataan hidup sehari-hari (R.M Gatot P. Soemartono,

1996:58-59).

3. Tinjauan Umum tentang Limbah dan Pengelolaannya

a. Limbah

1)Pengertian Limbah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah

didefinisikan sebagai “sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau

kegiatan manusia”. Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai

yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak dikelola

dengan baik. Air limbah industri maupun rumah tangga (domestik)

apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak

negatif bagi kesehatan.

Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan

karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik.

Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak

berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa

limbah juga dapat menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat

jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga

dapat berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh

kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang

tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan

menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah secara

benar maka dapat menjadikan sampah ini menjadi benda

(44)

commit to user

2)Pengelompokan Limbah

a) Pengelompokan limbah,

(http://www.scribd.com/doc/48494431/Pengelompokan-Limbah)

berdasar jenis senyawa, yaitu :

(1) Limbah Organik

Limbah organik memiliki defenisi berbeda yang

penggunaannya dapat disesuaikan dengan tujuan

penggolongannya. Berdasarkan pengertian secara kimiawi

limbah organik merupakan segala limbah yang mengandung

unsur karbon (C), sehingga meliputi limbah dari mahluk hidup

(misalnya kotoran hewan dan manusia, sisa makanan, dan

sisa-sisa tumbuhan mati), kertas, plastik, dan karet. Namun,

secara teknis sebagian besar orang mendefinisikan limbah

organik sebagai limbah yang hanya berasal dari mahluk hidup

(alami) dan sifatnya mudah busuk. Artinya, bahan-bahan

organik alami namun sulit membusuk/terurai, seperti kertas,

dan bahan organik sintetik (buatan) yang juga sulit

membusuk/terurai, seperti plastik dan karet, tidak termasuk

dalam limbah organik. Hal ini berlaku terutama ketika orang

memisahkan limbah padat (sampah) di tempat pembuangan

sampah untuk keperluan pengolahan limbah.

Limbah organik yang berasal dari mahluk hidup mudah

membusuk karena pada mahluk hidup terdapat unsur karbon

(C) dalam bentuk gula (karbohidrat) yang rantai kimianya

relatif sederhana sehingga dapat dijadikan sumber nutrisi bagi

mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur. Hasil pembusukan

limbah organik oleh mikroorganisme sebagian besar adalah

berupa gas metan (CH4) yang juga dapat menimbulkan

(45)

commit to user

(2) Limbah Anorganik

Berdasarkan pengertian secara kimiawi, limbah

anorganik meliputi limbah-limbah yang tidak mengandung

unsur karbon, seperti logam (misalnya besi dari mobil bekas

atau perkakas, dan aluminium dari kaleng bekas atau peralatan

rumah tangga), kaca, dan pupuk anorganik (misalnya yang

mengandung unsur nitrogen dan fosfor). Limbah-limbah ini

tidak memiliki unsur karbon sehingga tidak dapat diurai oleh

mikroorganisme.

Seperti halnya limbah organik, pengertian limbah

anorganik yang sering diterapkan di lapangan umumnya

limbah anorganik dalam bentuk padat (sampah). Agak sedikit

berbeda dengan pengertian di atas secara teknis, limbah

anorganik didefinisikan sebagai segala limbah yang tidak

dapat atau sulit terurai/busuk secara alami oleh

mikroorganisme pengurai. Dalam hal ini, bahan organik

seperti plastik, kertas, dan karet juga dikelompokkan sebagai

limbah anorganik. Bahan-bahan tersebut sulit diurai oleh

mikroorganisme sebab unsur karbonnya membentuk rantai

kimia yang kompleks dan panjang (polimer).

b) Pengelompokan Berdasarkan Wujud

(1) Limbah Cair

Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud

cairan, berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang

tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah

cair diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :

(a) Limbah cair domestik (domestic wastewater) yaitu limbah

cair hasil buangan dari rumahtangga, bangunan

(46)

commit to user

(b) Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah

cair hasil buangan industri. Misalnya air sisa cucian

daging, buah, sayur dari industri pengolahan makanan dan

sisa dari pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil.

(c) Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu

limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang

memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui

rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari

permukaan.

(d) Air Hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal

dari aliran air hujan di atas permukaan tanah.

(2) Limbah Padat

Merupakan limbah yang terbanyak dilingkungan.

Biasanya limbah padat disebut sebagai sampah. Klasifikasi

limbah padat (sampah) menurut istilah teknis ada 6 kelompok,

yaitu :

(a) Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah

padat semi basah, berupa bahan-bahan organik yang

mudah busuk.

(b) Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish),

yaitu limbah padat anorganik atau organik cukup kering

yang sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit

membusuk, misalnya kertas, plastik, kaca dan logam.

(c) Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu,

biasanya hasil pembakaran.

(d) Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua

limbah yang berupa bangkai binatang.

(e) Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil

sapuan jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar

Gambar

Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Teknik Analisis Kualitatif Model Interaktif
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Tabel. 1 Perusahaan yang Diterbitkan Izin TPS LB3 pada Tahun 2010
+3

Referensi

Dokumen terkait

Proses pengumpulan dan penyajian sehubungan dengan penelitian ini maka digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan Yuridis Normatif

menyelesaikan penulisan hukum (Skripsi) dengan judul: PELAKSANAAN PENGAWASAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PT SO GOOD FOOD II BOYOLALI OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

Industri tahu merupakan industri yang berpotensi merusak lingkungan karena limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu mengandung kandungan yang berbahaya bagi

mengkoordinasikan, membina dan.. mengendalikan kegiatan di Bidang Pengendalian. Kepala Sub Bidang Pengendalian Lingkungan mempunyai tugas membantu Kepala Bidang

Pengertian Pengelolaan Limbah B3 sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun adalah zat, energi,

Karena berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, jika dalam kegiatan reduksi masih menghasilkan

Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Bidang Tata Lingkungan Jabatan Fungsional an Fungsional Seksi Inventarisasi Rencana Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan