• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN B (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN B (1)"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

1

MAKALAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN

BERACUN (B3) DENGAN

STUDI KASUS: PT. INDOMINCO MANDIRI

disusun oleh:

Kelompok 3

Fadhil Adzanino Prayogo 1109045011

Amirul Irdiyansyah 1109045012

Reny Yulianti 1109045013

Dyah Catur Ratnasari 1109045014

M. Bayu Adinegoro 1109045015

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

(2)

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makala Pengelolaan B3 dan Limbah B3

(Bahan Berbahaya dan Beracun) tentang Pengelolaan Limbah B3 pada Industri Pertambangan dengan Judul yang diambil adalah “Pengelolaan Limbah B3 dengan Studi Kasus PT. Indominco Mandiri” .

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan limbah B3 pada

suatu kawasan industri, khususnya industri pertambangan. Didalam makalah ini berisi tentang

pengelolaan limbah dimulai dari tahap pemberian label hingga pengolahan limbah B3 yang

terdapat pada PT. Indominco Mandiri.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis

mengharap saran dan kritikan yang membangun guna memperbaiki makalah ini agar dimasa

yang akan datang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap orang

yang membacanya.

Samarinda, 25 November 2013

(3)

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...4

1.2 Tujuan ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ...6

2.2 Identifikasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ...6

2.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ...9

2.4 Pengemasan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ...10

2.5 Gambaran Umum PT.Indominco Mandiri ...11

2.6 Limbah B3 yang dihasilkan PT. Indominco Mandiri ...12

2.7 Karakteristik limbah B3 PT. Indominco Mandiri ...14

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Sumber dan Jenis Limbah B3 PT. Indominco Mandiri ...17

3.2 Karakteristik limbah B3 PT. Indominco Mandiri ...18

3.3 Pengelolaan limbah B3 PT. Indominco Mandiri ...19

BAB IV PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...40

(4)

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di

Indonesia. Deposit batubara di Kalimantan Timur mencapai sekitar 19,5 miliar ton (sekitar

54,4%) dari seluruh total produksi batubara di Indonesia), dengan temuan cadangan yang

dapat dieksploitasi mencapai 2,4 miliar ton.

Perkembangan produksi batubara di Kalimantan Timur sejak tahun 2003 terus mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 produksi batubara mencapai 118.853.758 ton.

Tak dapat dipungkiri, saat banyak industri pertambangan berdiri, maka pada kegiatan

pertambangan akan semakin banyak produksi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

yang dihasilkan.

Namun bila tidak dikelola dengan baik, limbah B3 itu terkadang dibuang begitu saja ke

perairan/lahan terbuka. Ada juga yang ditimbun/ditampung dalam kontainer yang mudah

rusak menyebabkan limbahnya masuk ke tanah atau terbawa oleh aliran air hujan ke sistem

air permukaan dan air bawah tanah. Sementara limbah yang dibakar secara tidak terkendali,

juga akan menimbulkan uap/gas beracun di udara. Oleh karena itu diperlukan penanganan

yang tepat agar dampak limbah yang dihasilkan terhadap lingkungan dapat di minimalisir.

Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana pengelolaan limbah

bahan berbahaya dan beracun (B3) pada suatu industri pertambangan yakni dengan

menggunakan studi kasus PT. Indominco Mandiri. PT. Indominco Mandiri adalah suatu

perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara yang merupakan salah satu dari

ketujuh anak perusahaan PT. Indo Tambangraya Megah yang terletak di Bontang,

Kalimantan Timur.

Dalam aktivitas pertambangan batu bara, banyak aktivitas yang dapat berpotensi

(5)

5 lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan limbah B3. Dalam makalah ini akan dibahas

topik-topik yang meliputi jenis-jenis limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan penambangan,

perkantoran, dan domestik dengan studi kasus PT. Indominco Mandiri.

1.2 Tujuan

a. Mengetahui jenis-jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang dihasilkan oleh PT.

Indominco Mandiri.

b. Mengetahui karakteristik limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang dihasilkan oleh PT.

Indominco Mandiri.

c. Mengetahui cara penanganan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut yang telah

(6)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Limbah B3

Menurut PP No. 18 Tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha

dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan

atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat

mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan

hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap

materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan

membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu

kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat

(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau

membahayakan kesehatan manusia. Jadi limbah B3 dapat di artikan sebagai adalah sisa suatu

usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena

sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak

langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk

hidup lain.

2.2 Identifikasi Limbah B3

2.2.1. Limbah B3 berdasarkan Sumber

Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:

a. Limbah B3 dari sumber spesifik

Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau

kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan.

(7)

7 Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya

berasal.bukan dari proses utamanya:

- kegiatan pemeliharaan alat,

- pencucian,

- pengemasan, dan lain-lain

c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan

produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

2.2.2. Limbah B3 berdasarkan Karakteristik

Limbah diidentifikasi sebagai limbah B3 apabila memenuhi salah satu atau lebih

karakteristik limbah B3, yaitu :

1. Mudah meledak

Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong mudah meledak :

- Limbah suhu dan tekanan, standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak.

2. Mudah terbakar

Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong mudah terbakar:

- Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume.

- Pada titik nyala tidak lebih dari 600C (1400F) akan menyala apabila terjadi kontak

dengan api, atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.

- Limbah yang bukan berupa cairan pada temperatur dan tekanan standar (250C,

760 mmHg) mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air

atau perubahan kimia secara spontan.

- Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.

- Merupakan limbah pengoksidasi.

3. Bersifat reaktif

Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong sifat reaktif:

- Limbah yang tidak stabil.

- Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.

- Limbah yang apabila bercampur dengan air ledakan, uap, gas dan asap beracun.

- Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 ledakan,

uap, gas dan asap beracun.

- Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar

(8)

8 - Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen

atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

4. Beracun

Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi

manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius

apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.

5. Menyebabkan infeksi

Limbah yang menyebabkan infeksi yaitu bagian tubuh manusia yang diamputasi dan

cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah

lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular.Limbah ini berbahaya

karena mengandung kuman penyakit yang ditularkan pada masyarakat.

6. Bersifat korosif

Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong sifat korosif :

- Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.

- Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju

korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 550C.

- Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama

atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

2.2.3. Uji TCLP Limbah B3

TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) ditujukan untuk :

a. Mobility of both organic and inorganic analytes present in liquid, solid, and

multiphasic wastes.

b. Jika sampel mengandung solid kurang dari 0.5% maka solid dipisahkan dan dibuang

dan liquid langsung dapat digunakan sebagai bahan ekstraksi sampel pada test TCLP.

c. Jika mengandung solid sama dengan atau lebih besar dari 0.5%, maka liquid

dipisahkan dari solid dan diuji sendiri sendiri.

d. Analysis ekstrak dari TCLP tersebut dengan standard method yang sesuai.

e. Logam berat dengan AAS, ICP (inductive coupled plasma) dan IC (ion

chromatogramy).

2.2.4. Uji Toksikologi Limbah B3

Uji toksisitas ada 2 :

(9)

9 Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi secara singkat

setelah pemberian dalam dosis tunggal.

2. Uji Toksisitas Kronis

Pengujian dalam jangka waktu lama dan pada tingkat fasa pertumbuhan yang berbeda.

2.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan,

pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan dan penimbunan limbah B3.Berikut

ini adalah pengertian masing-masing kegiatan dalam pengelolaan limbah B3 :

1. Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan

mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan.

Penyimpanan adalah kegiatan penyimpanan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil

dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3

dengan maksud menyimpan sematara.

2. Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil

limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat

dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3.

3. Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil

dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/atau dari pengolah ke pengumpul

dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3.

4. Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau

penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk

mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman

bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

5. Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah

B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun.

Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari Kementerian

Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus

dilaporkan ke KLH.Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan

(10)

10 Gambar 1. Diagram alir proses pengelolaan limbah

2.4 Pengemasan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

2.4.1 Persyaratan Pra Pengemasan

1. Setiap penghasil/pengumpul limbah B3 harus dengan pastimengetahui karakteristik

bahaya dari setiap limbah B3 yangdihasilkan/dikumpulkannya. Apabila ada

keragu-raguan dengankarakteristik limbah B3 yang dihasilkan/dikumpulkannya, maka

terhadap limbah B3 tersebut harus dilakukan pengujiankarakteristik di laboratorium

yang telah mendapat persetujuan Bapedal dengan prosedur dan metode pengujian

yang ditetapkan oleh Bapedal.

2. Bagi penghasil yang menghasilkan limbah B3 yang sama secaraterus menerus, maka

pengujian karakteristik masing-masinglimbah B3 dapat dilakukan

sekurang-kurangnya satu kali. Apabiladalam perkembangannya terjadi perubahan kegiatan yang

(11)

11 maka terhadap masing-masing limbah B3 hasilkegiatan perubahan tersebut harus

dilakukan pengujian kembaliterhadap karakteristiknya.

3. Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan kecocokannya terhadap jeni

dan karakteristik limbah yang akan dikemasnya.

2.4.2 Persyaratan Umum Kemasan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

1. Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak,dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran.

2. Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengankarakteristik Limbah B3 yang akan dikemasnya denganmempertimbangkan segi keamanan dan

kemudahan dalampenanganannya.

3. Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC)atau bahan logam (teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440)dengan syarat bahan kemasan yang

dipergunakan tersebut tidakbereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya.

2.5 Gambaran Umum Industri Pertambangan dengan Studi Kasus PT.Indominco Mandiri

Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah

batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah

sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri

dari karbon, hidrogen dan oksigen.

Proses pembentukan batu bara (coalification) memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal

pembentukan yang menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya

terbentuk antrasit. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di

cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan

Kalimantan), pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda, yang dapat

dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas. Potensi batubara

di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan

di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa

(12)

12 Tahapan kegiatan pertambangan meliputi: Prospeksi, Eksplorasi, Eksploitasi, Pengolahan

(Pemurnian). Batubara dalam sektor pertambangan merupakan komoditi utama kedua yang

mempunyai prospek yang cerah, yang ditandai dengan nilai ekspor yang besar dan

memberikan kontribusi besar terhadap total ekspor pertambangan.

PT Indo Tambangraya Megah Tbk merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara

yang terintegrasi dengan pengolahan batubara yang berada di pulau Kalimantan. PT Indo

Tambangraya Megah Tbk memiliki enam anak perusahaan dan lima diantaranya sudah dalam

tahap produksi. Anak perusahaannya yaitu PT Indominco Mandiri, PT Trubaindo Coal

Mining, PT Jorong Barutama Greston, PT Kitadin (Embalut) dan PT Kitadin (Tandung

Mayang).

PT Indominco Mandiri merupakan anak perusahaan yang 99,99% dimiliki oleh PT Indo

Tambangraya Megah Tbk yang didirikan pada tanggal 11 November 1988 dan mulai

berproduksi pada tahun 1997. Luas area awal PT Indominco Mandiri ini yaitu 100.000

hektar, secara bertahap luas areanya diperkecil hingga menjadi 25.121 hektar. Luas area PT

Indominco Mandiri ini dibagi menjadi dua blok yaitu Blok Barat yang luas areanya sebesar

18.100 hektar dan Blok Timur yang luas areanya sebesar 7.021 hektar. PT Indominco

Mandiri berada di daerah Bontang, Kutai Kertanegara dan Kutai Timur di provinsi

Kalimantan Timur.

2.6 Limbah B3 yang dihasilkan PT. Indominco Mandiri

Limbah B3 yang dihasilkan dari pertambangan batu bara bermacam – macam. Di PT Indominco Mandiri sendiri limbah B3 yang dihasilkan dibagi menjadi 4 macam

berbadasarkan lingkungannya yaitu :  Lingkungan perkantoran

1. Toner

2. Cartridge bekas

3. Household baterai  Lingkungan bengkel

1. Material terkontaminasi oli (filter oli bekas, majun, sarung tangan, selang

(13)

13 2. Oli bekas (oli bekas bersih, dan oli bekas kotor)

3. Grease bekas

4. Aki bekas

5. Kaleng cat

6. Limbah B3 lainnya  Perumahan

1. Kaleng cat

2. Household baterai  Lingkungan/area kerja

1. Limbah medis dari klinik perusahaan

2. Limbah abu batu bara dari pembangkit listrik tenaga uap, limbah kimia dari

labolatorium

Secara keseluruhan limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri yaitu

1. Toner bekas

2. Catridge tinta

3. Household baterai

4. Aki bekas (basah dan kering)

5. Oli bekas

6. Grease bekas

7. Pelumas bekas

8. Drum Bekas

9. Sludge cat

10.Kaleng cat

11.Filter oli bekas

12.Hose oli bekas

13.Material terkontaminasi hidrokarbon (majun, sarung tangan, absorben, selang

hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli)

14.Lumpur / tanah terkontaminasi hidrokarbon (dari tumpahan dan dari oil trip)

15.Komponen elektronika dan listrik (PCB dll)

16.Serat asbes

17.Abu batu bara (fly ash dan bottom ash)

18.Abu insenerator (fly ash dan bottom ash)

(14)

14 20.Limbah medis (obat kadaluwarsa, jarum suntik, perban, organ tubuh)

21.Limbah labolatorium

22.Limbah Hidrogen Peroksida 23.Pestisida

24.Bahan kimia berbahaya dan beracun (sisa dan kadaluwarsa)

25.Wadah (container) bahan berbahaya dan beracun

26.Limbah B3 lainnya

2.7 Karakteristik limbah B3 PT. Indominco Mandiri

Karakteristik limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri dibagi menjadi macam

yaitu :

 Mudah terbakar 1. Pelumas bekas

2. Filter Oli bekas

3. Hose oli bekas

4. Toner bekas

5. Abu insinerator (fly ash dan bottom ash)

6. Limbah Medis

7. Limbah Kimia

8. Komponen elektronika dan listrik

9. Limbah laboratorium  Reaktif

1. Barang terkontaminasi hidrokarboon

2. Limbah hidrogen peroksida  Infeksius

1. Limbah Medis  Korosif

1. Drum bekas

2. Wadah B3

3. Kaleng cat  Beracun 1. Sludge cat

(15)

15 3. Limbah medis

4. Baterai bekas (Aki)

5. Limbah kimia

6. Cartridge tinta

7. Household baterai

8. Serat asbes

9. Silica glass

10.Limbah laboratorium

Tabel 2.7.1 Karakteristik Limbah B3

No Sumber Jenis Jumlah Satuan Sifat Karakteristik

1 Lingkungan Bengkel Pelumas Bekas 150 L/hari Cair Mudah Terbakar

2 Lingkungan Bengkel Barang Terkontaminasi

Hidrokarbon 1,68 ton/hari Padat Reaktif

3 Lingkungan Bengkel Filter oli bekas 40 L/hari Cair Mudah Terbakar

4 Lingkungan Bengkel Hose oli bekas 30 L/hari Cair Mudah Terbakar

5 Lingkungan Bengkel Drum Bekas 5 unit/hari Padat Korosif

6 Lingkungan Bengkel Sludge cat 5 kg/hari Padat Beracun

7 Wadah B3 Wadah B3 5 unit/hari Padat Korosif

8 Lingkungan Bengkel Toner Bekas 10 L/hari Cair Mudah Terbakar

9 Area Tambang Limbah Hidrogen

Peroksida 10 kg/hari Padat Reaktif

10 Area Tambang Abu Insinerator (fly ash

dan bottom ash) 27,5 kg/hari Padat

Mudah Terbakar

(16)

16 12 Area Tambang Abu Batubara (fly ash

dan bottom ash) 50 kg/hari Padat

Mudah Terbakar

13 Klinik Perusahaan Limbah Medis

11,2 kg/hari Padat Infeksius

Perkantoran Catridge tinta 2,5 kg/hari Padat Beracun

17 Lingkungan

Perkantoran Household baterai 1 kg/hari Padat Beracun

18 Lingkungan

Perumahan Silica glass 1 kg/hari Padat Beracun

(17)

17

BAB III

PEMBAHASAN

Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan kegiatan yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun karena sifat, konsentrasi dan jumlahnya baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari atau merusak lingkungan sehingga

dapat membahayakan lingkungan, kesehatan manusia dan makhluk hidup sekitarnya.

3.1 Sumber dan Jenis Limbah B3 dengan Studi Kasus PT. Indominco Mandiri

Areal pertambangan PT Indominco Mandiri yang merupakan suatu lingkungan aktivitas

penambangan beserta bengkel-bengkel dan areal perumahannya menghasilkan limbah yang

beragam. Dengan semakin berkembangnya kegiatan penambangan PT Indominco Mandiri

dan makin banyaknya kegiatan yang dilakukan maka akan semakin besar pula timbulan

limbah yang terjadi. Tambang PT Indominco Mandiri menggunakan lebih dari 36000 ton

bahan bakar solar per tahun dan sejumlah besar oli, pelumas (grease), dan minyak.

Penggunaan hidrokarbon yang sangat besar dilebih dari 30 bengkel di area pertambangan ini

akan menghasilkan limbah hidrokarbon, khususnya oli dan pelumas bekas yang sangat

banyak pula, sehingga perlu dilakukan pengelolaan yang baik dan benar agar tidak

memberikan dampak yang merugikan terhadap manusia dan lingkungan hidup, terlebih

dikarenakan adanya penggolongan limbah hidrokarbon sebagai limbah bahan berbahaya dan

beracun.

Limbah B3 yang dihasilkan dari pertambangan batu bara bermacam-macam. Pada PT.

Indominco Mandiri sendiri limbah B3 yang dihasilkan dibagi menjadi 4 macam

berbadasarkan lingkungannya yaitu :

 Lingkungan perkantoran (Toner, Cartridge bekas, Household baterai)

 Lingkungan bengkel ( Material terkontaminasi oli (filter oli bekas, majun, sarung tangan, selang hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli), Oli bekas (oli bekas bersih, dan oli bekas

(18)

18  Lingkungan/area kerja (Limbah medis dari klinik perusahaan, dan limbah abu batu bara

dari pembangkit listrik tenaga uap, limbah kimia dari laboratorium)

Secara keseluruhan limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri yaitu :

Toner bekas, catridge tinta, household baterai, aki bekas (basah dan kering), oli bekas, grease

bekas, pelumas bekas, drum bekas, sludge cat, kaleng cat, filter oli bekas, hose oli bekas,

material terkontaminasi hidrokarbon (majun, sarung tangan, absorben, selang hidrolik, dan

lumpur dari perangkap oli),lumpur / tanah terkontaminasi hidrokarbon (dari tumpahan dan

dari oil trap), komponen elektronika dan listrik (pcb dll), serat asbes, abu batu bara (fly ash

dan bottom ash), abu insenerator (fly ash dan bottom ash), silica glass, limbah medis (obat

kadaluwarsa, jarum suntik, perban, organ tubuh), limbah laboratorium, limbah hidrogen peroksida, pestisida, bahan kimia berbahaya dan beracun (sisa dan kadaluwarsa), dan wadah (container) bahan berbahaya dan beracun.

3.2 Karakteristik limbah B3 dengan Studi Kasus PT. Indominco Mandiri

Karakteristik limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri dibagi menjadi macam

yaitu :

a. Mudah terbakar :

1. Pelumas bekas

2. Filter Oli bekas

3. Hose oli bekas

4. Toner bekas

5. Abu insinerator (fly ash dan bottom ash)

6. Limbah Medis

7. Limbah Kimia

8. Komponen elektronika dan listrik

9. Limbah laboratorium

b. Reaktif :

1. Barang terkontaminasi hidrokarboon

2. Limbah hidrogen peroksida

c. Infeksius : Limbah Medis

(19)

19 1. Drum bekas

2. Wadah B3

3. Kaleng cat

e. Beracun :

1. Sludge cat

2. Lumpur ber-oli

3. Limbah medis

4. Baterai bekas (Aki)

5. Limbah kimia

6. Cartridge tinta

7. Household baterai

8. Serat asbes

9. Silica glass

10.Limbah laboratorium

3.3 Pengelolaan limbah B3 dengan Studi Kasus PT. Indominco Mandiri

Pengelolaan limbah B3 merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,

penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan

limbah B3. Pengolahan limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi

pencemaran serta kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan

pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga fungsinya kembali. Setiap

orang yang menghasilkan limbah B3 diwajibkan untuk mengolah limbah B3 yang telah

dihasilkan sesuai dengan teknologi yang ada dan jika tidak mampu dilakukan pengolahan di

dalam negeri dapat diekspor ke Negara lain yang memiliki teknologi pengolahan limbah B3.

Berikut pengelolaan limbah B3 pada PT. Indominco Mandiri:

3.3.1 Pemberian Simbol dan Label Limbah B3

Simbol bahaya digunakan untuk menandai sifat bahan-bahan limbah berbahaya dan beracun

dalam suatu pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan atau pengangkutan. Berdasarkan

karakteristik dari masing-masing jenis limbah PT Indomarco yang telah dicantumkan di sub

bab sebelumnya, maka dapat dikategorikan masing-masing simbol dan label dari jenis limbah

(20)

20 Label memiliki fungsi untuk memberikan informasi mengenai limbah B3 yang dihasilkan.

Dalam pengelolaan limbah B3, ukuran label yang digunakan 15 cm x 20 cm. Dasar warna

label yang akan digunakan adalah warna kuning dengan tulisan dan garis tepi berwarna

hitam. Selain itu tulisan PERINGATAN akan diberi warna merah. Setiap wadah yang

digunakan dalam proses pengemasan akan dipasang label pada sesuai dengan karakteristik

limbanya. Berikut ini adalah desain label identitas limbah B3 yang akan digunakan :

3.3.2 Pengemasan Limbah B3

Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan.

Pengemasan limbah B3 harus sesuai dengan persyratan umum dan prinsip tata cara

pengemasan Limbah Berbahaya dan Beracun. Tujuan pengemasan adalah agar setiap jenis

limbah sebelum disimpan telah ditandai dengan sistem label yang sesuai dengan jenis

karakteristik limbah, serta telah ditempatkan dalam kontainer yang sesuai pula. Dengan

pendekatan ini, memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kesalahan dalam

penanganan limbah B3.Pengemasan yang baik akan mempermudah pengawasan oleh petugas

yang diserahi tanggung jawab. Berdasarkan UU No. 1 tahun 2005 yang mengatur tata cara

pengemasan limbah bahan berbahaya dan beracun maka, dapat ditentukan masing-masing

pengemasan limbah dari PT. Indominco Mandiri, yaitu sebagai berikut:

a. Drum logam banghole volume 200 liter (digunakan untuk limbah yang tidak memiliki

karakteristik korosif dan bersifat cair, seperti: limbah pelumas bekas, filter oli bekas,

(21)

21 b. Drum logam open top volume 200 liter (digunakan untuk limbah yang tidak memiliki

karakteristik korosif dan bersifat padat, seperti: barang yang terkontaminasi hidrokarbon,

sludge cat, limbah hidrogen peroksida, abu insinerator, lumpur ber-oli, abu batubara,

limbah medis, aki bekas, cartridge tinta, household baterai, komponen elektronika dan

listrik, serat asbes, silica glass, serta limbah hidrokarbon.

c. Drum plastik open top 200 liter (digunakan untuk limbah yang memiliki karakteristik

korosif dan bersifat padat, seperti: kaleng cat)

d. Drum plastik banghole 200 liter (digunakan untuk limbah yang memiliki karakteristik

korosif dan bersifat cair, seperti: limbha medis, limbah kimia, limbah laboratorium dan

limbah pestisida)

e. Kontainer 20 m3 (digunakan untuk limbah yang memiliki bentuk padat namun tidak

terkompeksi dengan jumlah limbah per hari-nya cukup besar, seperti: drum bekas dan

wadah B3.

3.3.3 Penyimpanan Limbah B3

Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan apabila tidak dapat dilakukan pengolahan B3

dengan segera. Tujuan dari kegiatan penyimpanan adalah untuk mencegah terlepasnya

limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat

dihindarkan.

Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2

(dua) kemasan agar dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan

sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani. Lebar gang antar blok

harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar gang untuk lalu lintas manusia minimal

60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan

kelayakan pengoperasiannya.

Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan.

Untuk kemasan drum logam isi 200 liter, tumpukan sebanyak 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis

dialasi palet (setiap palet mengalasi 4 drum). Untuk kemasan yang drum plastik

menggunakan rak.

Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap (lampu

(22)

22 Ruang penyimpanan harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan

ketentuan bahwa setiap bagian penyimpanan hanya diperuntukkan menyimpan satu

karakteristik limbah B3, atau limbah-limbah B3 yang saling cocok. Meskipun terdapat lebih

dari satu karakteristik pada tiap-tiap limbah, tapi yang digunakan sebagai acuan adalah

tingkat dominan dari karakteristik limbah itu sendiri.

Tabel 3.3.3.1 Jumlah Blok Penyimpanan Limbah B3 berdasarkan Karakteristik Limbah

Karakteristik

Elektronika & listrik 2 0.17 Drum

Hidrogen Peroksida 5 0.42

80 80

Barang

Terkontaminasi

hidrokarbon 945 78.75

(23)

23

Serat asbes 1 0.08

Silica glass 1 0.08

Limbah

Laboratorium Padat 2 0.17

Catridge Tinta 2 0.17

Battery Bekas 3 0.25

Household Baterai 1 0.08

Sumber : Hasil Perhitungan

Berdasarkan data jumlah blok di atas, maka dapat dibuat sketsa lay-out tempat penyimpanan

limbah B3 sebagai berikut.

Gambar 3.3.3.1 Sketsa lay-out tempat penyimpanan limbah B3

3.3.4 Pengangkutan Limbah B3

Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke tempat lain

menggunakan sarana angkutan. Persyaratan pengangkutan limbah B3 adalah sebagai berikut :

a. Memiliki rekomendasi dan izin Pengangkutan

b. Jenis dan karateristik limbah yang diangkut sesuai dengan izin.

(24)

24 d. Persyaratan alat angkut :

1. Alat angkut dan kemasan sesuai dengan karateristik limbah

2. Alat angkut dalam kondisi baik

3. Simbol dan label (Kepka No. Kep-02/Bapedal/09/1995)

e. Operator yang terlatih

f. Memiliki Emergency Response System

g. Memiliki SOP berupa bongkar muat, route/tujuan pengangkutan, dan jadwal.

h. Melakukan Pelaporan pengangkutan limbah B3

Tipe pengangkutan limbah B3 industri batubara pada industri ini adalah dari sumber yaitu

hasil pengolahan batubara PT Indomico Mandiri menuju PPLI (Perusahaan Pengolahan

Limbah Industri). Hal ini terkait limbah B3 yang sudah tidak bisa diolah secara mandiri lagi

oleh industri tersebut. Seperti contohnya limbah medis dari klinik perusahaan/industri dapat

diolah dengan teknologi insenerasi, namun di balik itu alat tersebut juga mengeluarkan abu

dari hasil pembakarannya, sehingga abu yang dihasilkan dari proses insenerasi ini yang akan

dikirim ke PPLI.

Pengangkutan Limbah B3 dari sumber menuju ke PPLI menggunakan alat angkut, sesuai

dengan jenis limbah B3 yang dihasilkan. Dikarenakan setiap alat angkut memiliki bentuk dan

kapasitas yang bermacam-macam. Berikut ini adalah alat angkutan limbah B3 yang

digunakan dalam perencanaan pengolahan limbah B3 PT Indominco Mandiri :

Tanker truck: Truk tangki merupakan salah satu alat transportasi yang pada umumnya

digunakan sebagai alat pengangkutan limbah B3. Tangki adalah bejana tekan dengan

kapasitas air lebih dari 250 liter yang digunakan untuk pengangkutan atau penyimpanan

sementara bahan berbahaya, terdiri dari tangki tetap dan tangki portabel. Truk tangki

digunakan untuk pengangkutan limbah dalam bentuk curah seperti pelumas bekas, filter oli

bekas, hose oli bekas, toner bekas, limbah medis, limbah kimia dan limbah laboratorium.

Dimana keselurahan limbah itu dalam bentuk cair. Berdasarkan keputusan dirjen

perhubungan darat tentang pengangkutan, kapasitas dari truk tangki bermacam-maca mulai

dari 5000 liter sampai 15.000 liter. Sehingga dalam perencanaan pengelolaan limbah B3 di

PT Indominco Mandiri ini menggunakan truk tangki dengan kapasitas maksimal yaitu 15.000

(25)

25 Kontainer: merupakan salah satu alat transportasi yang pada umumnya digunakan sebagai

alat pengangkutan limbah B3 dalam bentuk non curah. Kontainer memiliki kapasitas volume

yang berbeda-beda.Kontainer digunakan dalam pengangkutan limbah B3 seperti drum bekas,

wadah sisa B3. Pengemasan dan pengangkutan limbah tersebut dalam container yang sama,

dikarenakan dalam bentuk kemasan langsung.

Drum van: merupakan salah satu alat transportasi yang pada umumnya digunakan sebagai

alat pengangkutan limbah B3 dalam bentuk non-curah. Dalam perencanaan pengelolaan

limbah B3 PT Indominco Mandiri didapatkan kapasitas maksimum drum van adalah 20.000

liter atau 20 m3. Biaya pengangkutan dari sumber ke tempat pengolahan atau yang lain, tidak murah. Sehingga untuk pengangkutan harusnya se-efisien mungkin. Jenis–jenis limbah B3 yang termasuk dalam pengangkutan ke dalam drum van, yaitu; barang yang terkontaminasi

hidrokarbon, sludge cat, limbah hidrogen peroksida, abu insinerator, lumpur ber-oli, abu

batubara, limbah medis padat, aki bekas, limbah kimia padat, catridge tinta, hosehold baterai,

kaleng cat, komponen elektronik listrik, serat asbes, silica glass, dan limbah laboratorium

padat.

3.3.5 Pengolahan Limbah B3

Pengolahan limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran serta

kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah B3. Setiap orang yang menghasilkan

limbah B3 diwajibkan untuk mengolah limbah B3 yang telah dihasilkan sesuai dengan

teknologi yang ada dan jika tidak mampu dilakukan pengolahan di dalam negeri dapat

diekspor ke Negara lain yang memiliki teknologi pengolaahan limbah B3.

PT. Indominco Mandiri menghasilkan beberapa jenis limbah B3 dari usaha pertambangan

batubara ini. Terdapat 23 jenis limbah B3 yang dihasilkan dari usaha pertambangan ini.

Berikut ini gambaran umum pengelolaan dari limbah B3 yang dihasilkan oleh PT Indominco

Mandiri:

1. Pelumas Bekas

Limbah B3 jenis pelumas bekas ini termasuk dalam limbah B3 yang memiliki

karakteristik beracun, mudah terbakar dan reaktif sehingga apabila tidak ditangani

pengolahannya dan pembuangannya maka akan membahayakan manusia dan lingkungan.

(26)

26

treatment untuk mengkaji penurunan kadar Pb yang terkandung dalam pelumas bekas.

Acid clay treatment adalah suatu metode pengolahan yang digunakan pada pelumas bekas

dengan menggunakan penambahan asam dan lempung di dalam prosesnya. Asam kuat

yang digunakan pada metode ini adalah Asam Sulfat (H2SO4) dan lempung yang

digunakan yaitu lempung kaolin. . Hal ini bertujuan untuk menurunkan kadar zat-zat

pencemar yang terdapat di dalam limbah pelumas bekas. Metode pengolaahan ini

merupakan salah satu metode pengolahan dalam teknologi refining.

Prosedur pengelolaan pelumas bekas yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Sebanyak 10 mL H2SO4 2M dimasukkan kedalam 200 mL pelumas bekas kemudian

diaduk menggunakan jar test dengan kecepatan 150 rpm selama 5 menit.

b. Sampel yang telah diaduk diambil filtratnya sebanyak 150 mL.

c. Untuk variasi tingkat keasaman (pH), ditambah NaOH yang bervariasi dari

masing-masing sampel.

d. Kemudian dimasukkan adsorben berupa lempung kaolin yang telah diaktivasi,

dilakukan variasi adsorben untuk masing-masing sampel. Lalu diaduk dengan jar test

menggunakan kecepatan 100 rpm Selma 15 menit.

e. Dilakukan variasi waktu pengadukan sampel menggunakan jar test.

f. Masing-masing sampel yang telah dilakukan pengolahan kemudian diambil filtratnya

untuk diuji kadar Pb yang ada pada pelumas bekas. Setelah itu limbah bekas pelumas

ini kemudian dikirim ke PPLI.

2. Barang Terkontaminasi Hidrokarbon

Barang terkontaminasi Hidrokarbon tergolong limbah B3 karena dikarakteristikkan

sebagai limbah beracun, mudah terbakar, dan reaktif. Barang yang terkontaminasi oleh

hidrokarbon ini ada beberapa jenis, dibawah ini akan dibahas cara pengelolaan limbahnya

:

a. Tanah terkontaminasi hidrokarbon

 Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk tanah terkontaminasi hidrokarbon) selanjutnya dibawa ke bioremediation unit (BTU)

b. Bahan/penyerap majun yang terkontaminasi hidrokarbon

 Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk majun beroli) selanjutnya dibawa ke bioremediation unit (BTU)

(27)

27  Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk selang

hidrolik beroli) selanjutnya dilakukan pengolahan lebih lanjut (yang berizin dan

disetujui)

d. Filter yang terkontaminasi hidrokarbon

 Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk filter beroli) selanjutnya dibawa ke insenerator

e. Air yang terkontaminasi hidrokarbon

 Untuk limbah oli kotornya diambil oleh Departemn Supply, dimasukkan dalam tangki oli kotor kemudian dibawa ke decanting area, dikirim ke perusahaan

pengolah limbah B3 berijin dan disetujui.

 Untuk limbah lumpur beroli dimasukkan dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk lumpur beroli) selanjutnya dibawa ke bioremediation unit

(BTU)

3. Filter Oli Bekas

Filter oli bekas merupakan limbah yang bersifat cair dan mempunyai karakteristik

beracun, mudah terbakar, dan reaktif. Limbah ini termasuk dalam limbah B3 yang perlu

dilakukan pengolahan. Pengelolaan yang dilakukan untuk limbah filter oli bekas dan hose

oli bekas hampir sama. Pengelolaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Storing

Hose Oli bekas dikumpulkan pada bak pengumpul dengan kapasitas tertentu.

b. De-watering

Oli bekas dari bak pengumpul akan dikenai proses penghilangan air (dehidrasi). Oli

ini akan dipanasi dengan suhu 150oC. Pada suhu ini air akan menguap dan terpisah

dari oli.

c. Cooling

Oli yang telah melewati proses dehidrasi akan didinginkan sampai suhu kamar. Oli

akan dipompa menuju bak pendingin.

d. Mixing

Oli bekas selanjutnya direaksikan dengan asam kuat, asam yang digunakan yaitu asam

sulfat. Pereaksi dengan asam ini bertujuan untuk mengembalikan performa oli yang

(28)

28 beningan berupa oli yang sudah baik dan fase padat yang berupa kotoran yang telah

mengumpul.

e. Dekanting

Oli dari mixer dipompa menuju bak penampung. Bak penampung ini berfungsi

sebagai fase pemisah beningan dan padatan.

f. Adsorbing

Oli akan dipompa menuju bak penjernih. Oli dalam bak penjernih akan diaduk

bersamaan dengan bentonit sebagai adsorbent.

g. Filtrasi

Hose oli bersama dengan bentonit akan dilakukan proses penyaringan. Dilakukan

proses ini supaya hose oli bekas yang didapat dalam keadaan bening. Bentonit akan

tertahan dengan kotoran yang terikat sehingga hose oli akan tersaring.

h. Penampungan akhir

Limbah hose oli hasil filtrasi harus dalam karakteristik yang baik dan terjamin

kualitasnya.

4. Hose Oli Bekas

Hose oli bekas merupakan limbah yang bersifat cair dan mempunyai karakteristik

beracun, mudah terbakar, reaktif dan eksplosif bila tidak ditangani pengolahannya dan

membuangnya tanpa diolah akan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

Filter oli bekas ini akan diolah dengan metode refining. Tujuan diolah yaitu supaya filter

bekas oli ini bisa digunakan kembali. Metode pengelolaan ini dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Storing

Hose Oli bekas dikumpulkan pada bak pengumpul sengan kapasitas tertentu.

b. De-watering

Oli bekas dari bak pengumpul akan dikenai proses penghilangan air (dehydrasi). Oli

ini akan dipanasi dengan suhu 1500C. Pada suhu ini air akan menguap dan terpisah

dari oli.

c. Cooling

Oli yang telah melewati proses dehydrasi akan didinginkan sampai suhu kamar. Oli

akan dipompa menuju bak pendingin.

(29)

29 Oli bekas selanjutnya direaksikan dengan asam kuat, asam yang digunakan yaitu asam

sulfat. Pereaksi dengan asam ini bertujuan untuk mengembalikan performa oli yang

telah rusak. Pereaksikan dengan asam ini oli akan berubah menjadi 2 fase, yaitu fase

beningan berupa oli yang sudah baik dan fase padat yang berupa kotoran yang telah

mengumpul.

e. Dekanting

Oli dari mixer dipompa menuju bak penampung. Bak penampung ini berfungsi

sebagai fase pemisah beningan dan padatan.

f. Adsorbing

Oli akan dipompa menuju bak penjernih. Oli dalam bak penjernih akan diaduk

bersamaan dengan bentonit sebagai adsorbent.

g. Filtrasi

Hose oli bersama dengan bentonit akan dilakukan proses penyaringan. Dilakukan

proses ini supaya hose oli bekas yang didapat dalam keadaan bening. Bentonit akan

tertahan dengan kotoran yang terikat sehingga hose oli akan tersaring.

h. Penampungan akhir

Limbah hose oli hasil filtrasi harus dalam karakteristik yang baik dan terjamin

kualitasnya.

5. Drum Bekas

Drum bekas dari PT Indominco Mandiri ini tergolong limbah B3 karena

dikarakteristikkan sebagai limbah korosif. Drum bekas ini daya jualnya masih diminati

oleh beberapa kalangan karena banyak sekali manfaatnya. Sebagian besar drum bekas ini

hanya dicuci hingga bersih dan tidak dilakukan pengolahan apa-apa. Setelah dilakukan

pencucian dengan bersih, drum bekas ini akan diperjual belikan dan dimanfaatkan dengan

beberapa ide kreatif. Salah satunya yaitu dimanfaatkan sebagai tempat sampah. Walaupun

sebenarnya drum bekas tergolong limbah B3, akan tetapi dengan kekreativitasan produksi

dapat dimanfaatkan dengan beberapa keahlian khusus.

6. Sludge Cat

Sludge cat tergolong limbah B3 yang dihasilkan oleh PT Indominco Mandiri karena

memiliki karakteristik beracun sehingga perlu dilakukan penanganan serta pengolahan.

Pengelolaan limbah Sludge cat yaitu sebagai berikut :

(30)

30 b. Dilengkapi simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm x 10 cm, label dan kode

limbah yang sesuai.

c. Untuk kaleng cat yang sudah kosong bisa dibuang seperti limbah besi.

d. Kemudian dikirim ke TPS berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.

e. Setelah sampai di PPLI, dilakukan pengstabilan senyawa-senyawa organik yang

terkandung di dalam lumpur.

f. Direduksi volume dengan mengurangi kandungan air.

g. Direduksi organisme patogen.

h. Memanfaatkan hasil samping proses pengolahan yang memiliki nilai ekonomi sebagai

berikut ini :

Pemanfaatan Sludge cat sebagai bahan utama dalam pembuatan bata kontruksi paving

blok . Hal ini dapat mengurangi penggunaan semen sehingga pembuatan bata

kontruksi paving bisa lebih ekonomis. Limbah yang awalnya member dampak

negative pada masyarakat kini bisa memberikan dampak yang positif dalam bidang

industri. Pengolahan sludge cat ini menjadi bahan bangunan paving block cukup

menguntungkan beberapa pihak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

i. Mengkondisikan agar lumpur yang dilepaskan ke lingkungan dalam keadaan aman

dan dapat diterima oleh lingkungan.

7. Wadah (container) B3

Wadah (container) B3 ini bersifat korosif. Wadah ini memiliki nilai jual yang cukup

tinggi dan diminati oleh banyak orang seprti drum bekas tadi. Kalau memang sudah tidak

layak lagi mungkin akan di musnahkan, akan tetapi kalau masih bisa dimanfaatkan

kembali mungkin hanya akan di cat atau di renovasi lagi sehingga bisa dimanfaatkan

kembali.

8. Toner Bekas

Toner bekas ini berbentuk cair dan memiliki karakteristik mudah terbakar sehingga

bersifat B3. Pengolahan limbah B3 toner bekas harus dikelola oleh pengolah berijin

walaupun hanya termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun yang cukup ringan.

Karena bersifat ringan inilah mungkin tidak bisa dikembalikan lagi kepada pemasok

mupun penjual. Sebagian masyarakat sudah mengetahui bahwa plastik menjadi bahan

(31)

31 sama seperti pendaur ulangan plastik biasa. Namun isi dari toner ini mengandung karbon

hitam sehingga harus dibersihkan terlebih dahulu.

Jika Toner berisi tinta cair, maka air limbah cucian harus diproses supaya tidak

mencemari sumber air dan tanah sekitar. Sedangkan jika toner berisikan pewarna sebuk

maka jangan dilakukan pembersihan secara manual karena dapat mengganggu kesehatan

pekerja. Pengelolaan yang tepat yairu dilakukan pembakaran di incenerator dengan suhu

1200oC.

9. Limbah Hidrogen Peroksida

Limbah hidrogen peroksida bersifat eksplosif dan karsinogenetik sehingga perlu

dilakukan pengolahan dengan beberapa cara khusus. Senyawa ini merupakan bahan kimia

anorganik yang memiliki sift oksidator yang kuat. Reaksi dekomposisi hydrogen

peroksida menghasilkan air dan panas. Hydrogen peroksida ini bukan merupakan

senyawa yang aman bagi manusia. Pengolahan limbah ini membutuhkan biaya yang

cukup besar. Pengolahannya yaitu dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Menambahkan enzim katalase secara kontinyu kedalam bak pengolahan air buangan

untuk menggantikan katalase yang rusak selama proses penguraian limbah hidrogen

peroksida.

b. Menurunkan suhu atau pH air limbah kedalam kondisi yang dapat ditolerir oleh enzim

katalase konvensional.

Pengolahan ini memerlukan biaya yang cukup tinggi, energi yang dibutuhkan juga besar

dan waktu yang lama untuk mengolah limbah hidrogen peroksida ini hingga menjadi air

murni dan oksigen.

10.Abu Incenerator (fly ash dan bottom ash)

Limbah B3 yang telah dibakar di incinerator akan menghasilkan abu yang bersifat

beracun, korosif, dan mudah terbakar. Abu hasil pembakaran limbah B3 ini ada yang

sudah steril tapi ada juga yang masih mengandung bahan beracun dan berbahaya. Berikut

ini adalah pengelolaan limbah hasil abu pembakaran limbah B3 di incinerator:

a. Abu insenerator harus ditempatkan pada tempat khusus abu insenerator.

b. Wadah penyimpanan abu insenerator dilengkapi dengan simbol ukuran minimum 10

(32)

32 c. Wadah dalam kondisi kering.

d. Selain itu, bekas abu incinerator ini bisa digunakan sebagai bahan tambahan

bahan-bahan bangunan seperti genteng, batu bata, dll.

e. Sampai di PPLI limbah abu incinerator akan diolah dengan menggunakan sanitary

landfill.

11.Lumpur ber-oli

Lumpur ber-oli tergolong limbah B3 karena beracun sehingga perlu dilakukan

pengolahan. Pengolahan limbah lumpur beroli ini hampir sama dengan pengolahan

limbah sludge cat. Pengolahan limbah Lumpur beroli yaitu sebagai berikut :

a. Tempatkan pada wadah khusus yang terbuat dari plastik limbah lumpur beroli .

b. Lengkapi simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm x 10 cm, label dan kode

limbah yang sesuai.

c. Lalu kirim ke TPS berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.

d. Setelah sampai di PPLI, dilakukan pengstabilan senyawa-senyawa organik yang

terkandung di dalam lumpur.

e. Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air.

f. Mereduksi organism patogen

g. Memanfaatkan hasil samping proses pengolahan yang memiliki nilai ekonomi sebagai

berikut ini :

Pemanfaatan limbah lumpur beroli sebagai bahan utama dalam pembuatan bata

kontruksi paving blok. Hal ini dapat mengurangi penggunaan semen sehingga

pembuatan bata kontruksi paving bisa lebih ekonomis. Limbah yang awalnya member

dampak negative pada masyarakat kini bisa memberikan dampak yang positif dalam

bidang industri. Pengolahan sludge cat ini menjadi bahan bangunan paving block

cukup menguntungkan beberapa pihak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia

(SNI).

h. Mengkondisikan agar lumpur yang dilepaskan ke lingkungan dalam keadaan aman

dan dapat diterima oleh lingkungan.

12.Abu Batubara (fly ash dan bottom ash)

Limbah abu batubara ini berasal dari hasil pembakaran batubara, ini tergolong limbah B3.

Pengolahan limbah abu batubara dan limbah abu incinerator sama. Abu hasil pembakaran

(33)

33 dilakukan pengelolaan. Berikut ini adalah pengelolaan limbah hasil abu pembakaran

limbah B3 di incinerator:

a. Abu batubara harus ditempatkan pada tempat khusus penampungan abu hasil

pembakaran.

b. Wadah penyimpanan abu batubara dilengkapi dengan simbol ukuran minimum 10 cm

x 10 cm, dilengkapi juga dengan label dan kode limbah untuk abu batubara.

c. Jaga wadah dalam kondisi kering.

d. Selain itu, bekas abu batubara ini bisa digunakan sebagai bahan tambahan

bahan-bahan bangunan seperti genteng, batu bata, dll.

e. Pengelolaan abu batubara dilakukan dengan sanitary landfill

13.Limbah Medis

Limbah medis tergolong limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang diperlukan

pengelolaan khusus dan tidak boleh ditangani secara sembarangan. Limbah Medis perlu

dimusnahkan menggunakan teknologi incinerator dengan sistem Stepped Heart

Controlled Air Incenerator dengan 2 proses pembakaran yaitu Primary Chamber dan

Secondary Chamber. Incinerator untuk limbah medis yaitu inceneator dengan kapasitas

6-12 ton per hari atau yang dapat memusnahkan limbah B3 medis kurang lebih 500 kg per

jam, dan dilengkapi dengan Air Pollution Control yang berfungsi khusus untuk

menetralkan emisi gas buangan partikel-partikel, acid gas, toxic metal, organic

compound, CO serta dioxin dan furan sehingga gas buangan yang dikeluarkan memenuhi

parameter yang telah ditetapkan.

PLLI menyediakan jasa eksklusif dalam pengelolaan limbah B3 medis yang mempunyai

peranan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dan menjamin kelangsungan

lingkungan hidup yang sehat dan aman. Dapat ditawarkan pengelolaan dengan jasa

terpadu sebagai berikut :

a. Pelatihan dalam pengolahan limbah medis dalam lingkungan perushaan

b. Penyewaan wadah penampung limbah medis

c. Pengangkutan limbah medis ke tempat pemusnahan akhir

d. Pembakaran dan pemusnahan akhir menggunakan incinerator dengan teknologi

mutakhir

(34)

34 f. Pencatatan neraca limbah medis untuk dilaporkan kepada Kementrian Lingkungan

Hidup

14.Battery Bekas (Aki)

Battery bekas (Aki) digolongkan dalam limbah B3. Pengolahan limbah B3 jenis ini dapat

dilakukan sebagai berikut :

a. Memasang simbol korosif pada wadah/tempat sampah untuk limbah aki.

b. Untuk aki basah diperiksa dahulu kondis akinya sebelum dibuang, jika ada kebocoran,

maka air aki dipindah dahulu pada jerigen yang tersedia untuk air aki.

c. Dipisahkan aki yang masih ada air akinya dengan yang sudah tidak ada air akinnya.

d. Dipisahkan aki kering dan aki basah, gunakan palet yang berbeda.

e. Dilakukan pengecekan rutin untuk memeriksa jika terjadi kebocoran

f. Penyimpanan aki bekas di area penghasil (tempat sampah) tidak lebih dari 30 hari.

g. Digunakan absorben khusus jika terjadi kebocoran atau tumpahan.

h. Disimpan absorben pada wadah bahan/material terkontaminasi hidrokarbon

i. Penyimpanan aki tidak boleh lebih dari 90 hari.

15.Limbah Kimia

Limbah kimia ini ada yang cair dan juga ada yang padat dan memiliki sifat beracun,

reaktif, mudah terbakar, korosif dan eksplosif. Untuk limbah yang bersifat padat

dilakukan pembakaran di incinerator. Dapat dilakukan pengolahan secara fisik maupun

kimia untuk limbah yang bersifat cair yaitu sebagai berikut :

a. Penampungan air limbah pada bak penampung, waktu tinggal dalam bak penampung

ditetapkan kurang lebih 12 jam.

b. Proses Netralisasi

Air limbah pada bak dialirkan kedalan tangki netralisasi dan ditambah bahan kimia

bersifat basa untuk menaikkan derajad keasaman hingga maksimum pH 8. Pada

tangki ini waktu tinggalnya kurang lebih 5-10menit dan disertai dengan pengadukan

berkecepatan 50-100 rpm. Dipasang pula pH control agar pH air limbah tidak begitu

tinggi sehingga tidak mempersulit proses koagulasi.

c. Proses Koagulasi

Air limbah yang telah mengalami proses netralisasi akan dialirkan ke bak koagulasi.

Pada bak koagulasi akan ditambahkan aluminium sulfat (tawas) lalu dilakukan

(35)

35 d. Proses Flokulasi

Pada bak flokulasi akan ditambahakan bahan kimia ploy aluminium chloride (PAC)

atau flokulan lainnya. Pada bak flokulasi dilakukan pengadukan lambat dengan

kecepatan <50 rpm dan waktu tinggal 30-45 menit.

e. Proses Pemisahan Flok I

Air limbah yang telah mengalami proses flokulasi akan dialirkan menuju bak clarifier.

Pada bak clarifier akan terjadi pemisahan antara air limbahdan flok yang sudah

terentuk.

f. Proses Pemisahan Flok II

Flok yang keluar dalam bagian bawah clarifier dialirkan menuju bak sand filter.bak

sand filter terdiri dari 2 bagian, hal ini dilakukan agar pemisahan flok dapat dilakukan

secara kontinyu.

g. Analisa Air Hasil Pengolahan

Air limbah yang keluar perlu dilakukan analisis untuk meyakinkan kualitas air limbah

aman untuk dibuang.

16.Catridge Tinta

Catridge tinta ini merupakan limbah padat yang beracun yang hampir sama dengan

limbah toner bekas. Beberapa cara pengelolaan yang dilakukan untuk jenis limbah ini

yaitu sebagai berikut:

a. Limbah catridge tinta dapat dikirim ke supplier asalnya.

b. Jika tidak pastikan catridge tinta dalam kondisi kering sebelum diolah.

c. Limbah catridge tinta tersebut ditempatkan pada wadah khusus limbah catridge tinta

yang dibuat dari plastik.

d. Dipasang simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm X 10 cm, label dan kode

limbah yang sesuai.

e. Kemudian dikirim ke TPS berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.

f. Pengolahan limbah yang dilakukan oleh PPLI antara lain adalah sebagai berikut :

Pengolahan limbah B3 catridge tinta harus dikelola oleh pengolah berijin walaupun

hanya termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun yang cukup ringan. Karena

bersifat ringan inilah mungkin tidak bisa dikembalikan lagi kepada pemasok mupun

penjual. Sebagian masyarakat sudah mengetahui bahwa plastik menjadi bahan dasar

(36)

36 sama seperti pendaur ulangan plastik biasa. Namun isi dari catridge ini mengandung

karbon hitam sehingga harus dibersihkan terlebih dahulu.

Jika catridge berisi tinta cair, maka air limbah cucian harus diproses supaya tidak

mencemari sumber air dan tanah sekitar. Sedangkan jika catridge berisikan pewarna

sebuk maka jangan dilakukan pembersihan secara manual karena dapat mengganggu

kesehatan pekerja. Pengolahan yang tepat yairu dilakukan pembakaran di incinerator

dengan suhu 1200oC.

17.Household Baterai

Household Baterai dalam bentuk padat bersifat beracun dan eksplosif. Household baterai

mengandung berbagai logam berat seperti merkuri, mangan, timbale, cadmium, nikel dan

lithium yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pengelolaan limbah

jenis ini dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Pastikan Household dalam kondisi kering sebelum dibuang.

b. Tempatkan pada wadah khusus limbah household baterai yang dibuat dari plastik.

c. Lengkapi simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm X 10 cm, label dan kode

limbah yang sesuai.

d. Lalu kirim ke PLLI berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.

e. Sampai di PLL dilakukan pengolahan household baterai yaitu dengan cara didaur

ulang, sementara komponen seperti cadmium dan mangan akan dinetralisir dan

kemudian dikubur dengan mekanisme yang sudah memenuhi standar manajemen

limbah agar tidak mencemari air tanah.

18.Kaleng Cat

Limbah kaleng cat berbentuk padat dan bersifat beracun serta korosif. Pengolahan limbah

kaleng cat ini hampir sama dengan pengolahan drum bekas dan wadah (container) B3.

Kaleng cat ini daya jualnya masih diminati oleh beberapa kalangan karena banyak sekali

manfaatnya walopun ukurannya yang cukup kecil. Sebagian besar kaleng cat ini hanya

dicuci hingga bersih dan tidak dilakukan pengolahan apa-apa. Setelah dilakukan

pencucian dengan bersih, drum bekas ini akan diperjual belikan dan dimanfaatkan dengan

beberapa ide kreatif. Walaupun sebenarnya kaleng cat tergolong limbah B3, akan tetapi

(37)

37 19.Komponen Elektronika dan Listrik

Komponen elektronika dan listrik tergolong limbah B3 dalam bentuk padat dan bersifat

beracun, mudah terbakar, serta eksplosif. Untuk menangani masalah limbah komponen

elektronika dan listrik ini, seharusmya dilakukan pengiriman kembali kepada pihak

produksi barang karena sampai saat ini masalah limbah B3 komponen elektronik dan

listrik sebagian besar tidak dikelola.

20.Serat Asbes

Serat asbes ini dihasilkan dari kegiatan produksi perusahaan PT Indominco Mandiri Tbk.

Limbah ini berbentuk padat dan memiliki sifat beracun. Pengelolaanan limbah dapat

dilakukan sebagai berikut :

a. Limbah asbes harus ditempatkan pada wadah khusus limbah asbes.

b. Dilengkapi dengan simbol ukuran minimum 10 cm x 10 cm, dilengkapi juga dengan

label dan kode limbah yang sesuai.

c. Lalu kirim ke PPLI berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.

d. Serat asbes ini dapat dikelola dan dimanfaatkan sebagai berikut :

Pemanfaatan limbah serat asbes sebagai bahan utama dalam pembuatan bata kontruksi

paving blok. Hal ini dapat mengurangi penggunaan semen sehingga pembuatan bata

kontruksi paving bisa lebih ekonomis. Limbah yang awalnya member dampak

negative pada masyarakat kini bisa memberikan dampak yang positif dalam bidang

industri. Pengolahan sludge cat ini menjadi bahan bangunan paving block cukup

menguntungkan beberapa ihak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

21.Silica Glass

Silica glass termasuk dalam limbah B3. Jenis limbah ini sangat sulit untuk diolah

sehingga mungkin limbah silica glass ini akan dihancurkan hingga terbentuk kepingan

kecil-kecil lalu dimanfaatkan sebagai bahan dasar perhiasan. Selain itu juga dapat

dimanfaatkan sebagai batu-batu hiasan melalui proses pelelehan.

22.Limbah Laboratorium

Limbah laboratorium ini sama seperti limbah kimia yang telah dihasilkan. Limbah

laboratorium ini ada yang padat dan cair. Limbah padat dikarakteristikkan sebagai limbah

(38)

38 irritant, korosif dan eksplosif. Pengolahan limbah laboratorium yang bersifat padat dapat

dilakukan pembakaran di incinerator. Dapat dilakukan pengolahan secara fisik maupun

kimia untuk limbah yang bersifat cair yaitu sebagai berikut :

a. Penampungan air limbah pada bak penampung, waktu tinggal dalam bak penampung

ditetapkan kurang lebih 12 jam

b. Proses Netralisasi

Air limbah pada bak dialirkan kedalan tangki netralisasi dan ditambah bahan kimia

bersifat basa untuk menaikkan derajad keasaman hingga maksimum pH 8. Pada

tangki ini waktu tinggalnya kurang lebih 5-10menit dan disertai dengan pengadukan

berkecepatan 50-100 rpm. Dipasang pula pH control agar PH air limbah tidak begitu

tinggi sehingga tidak mempersulit proses koagulasi.

c. Proses Koagulasi

Air limbah yang telah mengalami proses netralisasi akan dialirkan ke bak koagulasi.

Pada bak koagulasi akan ditambahkan aluminium sulfat (tawas) lalu dilakukan

pengadukan cepat dengan kecepatan 100 rpm dan waktu tinggal 5-15 menit.

d. Proses Flokulasi

Pada bak flokulasi akan ditambahakan bahan kimia ploy aluminium chloride (PAC)

atau flokulan lainnya. Pada bak flokulasi dilakukan pengadukan lambat dengan

kecepatan <50 rpm dan waktu tinggal 30-45 menit.

e. Proses Pemisahan Flok I

Air limbah yang telah mengalami proses flokulasi akan dialirkan menuju bak clarifier.

Pada bak clarifier akan terjadi pemisahan antara air limbahdan flok yang sudah

terentuk.

f. Proses Pemisahan Flok II

Flok yang keluar dalam bagian bawah clarifier dialirkan menuju bak sand filter.bak

sand filter terdiri dari 2 bagian, hal ini dilakukan agar pemisahan flok dapat dilakukan

secara kontinyu.

g. Analisa Air Hasil Pengolahan

Air limbah yang keluar perlu dilakukan analisis untuk meyakinkan kualitas air limbah

aman untuk dibuang.

23.Pestisida

Pestisida merupakan limbah yang bersifat cair dan dikarakteristikkan sebagai limbah yang

(39)

39 a. Penanggulangan limbah pestisida ini dilakukan dengan cara klorinasi, pengendapan

dan pembakaran.

b. Dilakukan penambahan katalis ziloid untuk mempermudah dalam pengolahan limbah

pestisida.

c. Akan tetapi banyak timbul masalah baru dari tahap pengolahan diatas, sehingga

dilakukan pengolahan sebagai berikut: untuk Limbah B3 jenis peptisida ini, dilakukan

pembakaran di incinerator dengan suhu minimum 1200oC, waktu retensinya

tergantung pada fase kandungan limbah pestisidanya.

(40)

40

BAB IV

PENUTUP

4.1Kesimpulan

a. Secara umum, limbah bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan oleh PT. Indominco

Mandiri baik dari lingkungan perkantoran, lingkungan bengkel, lingkungan perumahan,

dan area pertambangan antara lain Toner bekas, Catridge tinta, Household baterai, Aki

bekas (basah dan kering), Oli bekas, Grease bekas, Pelumas bekas Drum Bekas, Sludge

cat, Kaleng cat, Filter oli bekas, Hose oli bekas, Material terkontaminasi hidrokarbon

(majun, sarung tangan, absorben, selang hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli),

Lumpur / tanah terkontaminasi hidrokarbon (dari tumpahan dan dari oil trip), Komponen

elektronika dan listrik (PCB dll), Serat asbes, Abu batu bara (fly ash dan bottom ash),

Abu insenerator (fly ash dan bottom ash), Silica glass, Limbah medis (obat kadaluwarsa,

jarum suntik, perban, organ tubuh), Limbah labolatorium, Limbah Hidrogen Peroksida, Pestisida, Bahan kimia berbahaya dan beracun (sisa dan kadaluwarsa), Wadah (container)

bahan berbahaya dan beracun, Limbah B3 lainnya.

b. Karakteristik dari limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang dihasilkan oleh PT.

Indominco mandiri antara lain bersifat mudah terbakar, reaktif, korosif, infeksius, dan

beracun.

c. Pada PT. Indominco Mandiri ini penanganan yang dilakukan antara lain untuk limbah

bahan berbahaya dan beracun yang dapat diolah (pelumas bekas, barang terkontaminasi

hidrokarbon, filter oli bekas, hose oli bekas, sludge cat, toner bekas, limbah kimia, kaleng

cat, silica glass, limbah laboratorium, dan pestisida) terlebih dahulu diolah dengan

metode yang sesuai dengan sifat dan karakteristik limbah B3 tersebut dan hasil sisa dari

pengolahan limbah B3 tersebut kemudian dikirim ke Perusahaan Pengolahan Limbah

Industri (PPLi) sedangkan untuk limbah B3 yang tidak dapat terolah (abu insenerator,

limbah medis, battery bekas aki, limbah medis, catridge tinta, Household Baterai, serat

asbes) dilakukan pelabelan, pengemasan, disimpan kemudian dikirim ke Perusahaan

(41)

41

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . -. Pengelolaan Limbah B3.

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1994/12/16/0004.html diakses tanggal 24 November 2013.

Damanhuri, Enri. 2010. Diktat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Jurusan Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS; Surabaya.

Sari, Kumala Tika, dkk. 2013. Makalah Pengelolaan Limbah B3; Pengelolaan Limbah B3 PT. Indominco Mandiri. Jurusan Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS; Surabaya.

Gambar

Gambar 1. Diagram alir proses pengelolaan limbah
Tabel 2.7.1 Karakteristik Limbah B3
Tabel 3.3.3.1 Jumlah Blok Penyimpanan Limbah B3 berdasarkan Karakteristik Limbah
Gambar 3.3.3.1 Sketsa lay-out tempat penyimpanan limbah B3

Referensi

Dokumen terkait

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) UNTUK MENGURANGI PAPARAN TERHADAP. TENAGA KERJA DAN LINGKUNGAN DI LABORATORIUM PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Tahun 2010,

Kino Indonesia memiliki kewajiban yang besar dalam hal pengelolaan limbah B3, mencakup proses pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan dan

Pada penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai implementasi pengawasan Dinas Lingkungan Hidup dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di

Jenis penelitian yang dilakukan adalah melakukan sampling limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) memodifikasi dan menjadi pertimbangan penggunan SNI 19-3964-1994

Penerapan sanksi administrasi oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi terhadap pelanggaran pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) rumah sakit belum

Dokumen ini berisi daftar fasilitas pengelolaan limbah dan bahan berbahaya beracun yang tersedia di

Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di Indonesia sangat krusial karena dampaknya pada kesehatan