• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Dalam Perspektif Kimia Lingkungan

N/A
N/A
Nadia kumala Sari

Academic year: 2024

Membagikan "Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Dalam Perspektif Kimia Lingkungan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Dosen Pengampu : Rika Revina, M.Farm.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 5

Nadia Kumala Sari 2110212004 Nabilla Zahrah 2110212009 Nadia Raisha 2110212020 Elhanan Situmorang 2110212035 Cecilia Margaret H 2110212038 Syahra Fariha Zaki 2110212048

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA TA 2023/2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat, petunjuk dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah Pengolahan Limbah B3. Tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas pada mata kuliah Kimia Lingkungan. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari jika makalah ini tidak dapat selesai dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Dengan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :

1. Ibu Rika Revina, M.Farm selaku dosen pengampu mata kuliah Kimia Lingkungan yang telah memberikan bimbingan, ide, dan dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.

2. Seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini.

3. UPN Veteran Jakarta sebagai media dan wadah bagi kami dalam penulisan makalah ini.

Akhir kata semoga Tuhan YME selalu melindungi dan membalas kebaikan pada mereka yang memberi bantuan dalam pengerjaan makalah ini dan semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat untuk kami, dan pihak lain yang berkepentingan.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I 4

PENDAHULUAN 4

A. Latar Belakang 5

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan 5

BAB II 6

PEMBAHASAN 6

A. Definisi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 6

B. Karakteristik Limbah B3 6

BAB III 9

A. Kesimpulan 9

B. Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 11

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampah merupakan sisa aktivitas manusia dan dapat mencemari lingkungan karena biasanya dibuang pada tempat yang tidak tepat. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin tanpa sadar bersentuhan atau menggunakan zat yang mengandung bahan kimia atau limbah B3 (zat berbahaya, zat beracun). Berdasarkan UU PPLH Pasal 1 Ayat 20, limbah merupakan sisa suatu usaha dan/atau kegiatan sedangkan UU PPLH Pasal 1 Ayat 21 tentang bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Berdasarkan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa limbah B3 merupakan bahan yang sangat berbahaya yang dapat merugikan makhluk hidup lainnya jika dibuang langsung pada tempat yang tidak tepat (Hayat, 2023).

(5)

Dalam kegiatan rumah tangga, timbulan sampah, termasuk limbah B3, juga akan meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat. Limbah B3 diketahui memiliki sifat beracun, korosif, mudah terbakar, dan meledak serta dapat menimbulkan ancaman terhadap lingkungan. Limbah B3 ini umumnya dibuang sembarang oleh masyarakat. Pembuangan limbah B3 menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan dan kesehatan manusia jika tidak segera diperbaiki. Limbah B3 dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap tubuh manusia. Dapat mempengaruhi manusia secara langsung seperti meledak, kebakaran, reaktif, dan korosif, sedangkan secara tidak langsung seperti terjadinya toksik akut dan kronis. Selain itu, paparan zat beracun berbahaya (B3) secara terus-menerus di masyarakat dapat merusak berbagai jaringan/organ dalam tubuh. Contoh limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga antara lain baterai, lampu, peralatan elektronik, kemasan pestisida, pemutih pakaian, pembersih lantai, cat, kaleng bertekanan (aerosol), dan residu farmasi (Nurwanti, 2023).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)?

2. Apa saja karakteristik limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)?

3. Bagaimana metode pengurangan dan pemrosesan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)?

4. Bagaimana strategi efektif dalam penanganan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)?

5. Apa dasar hukum limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)?

6. Apa saja tantangan dan peluang limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di masa depan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2. Untuk mengetahui karakteristik limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 3. Untuk mengetahui metode pengurangan dan pemrosesan limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3)

(6)

4. Untuk mengetahui strategi efektif dalam penanganan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

5. Untuk mengetahui dasar hukum limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 6. Untuk mengetahui tantangan dan peluang limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

(B3) di masa depan

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak Lingkungan Hidup, dan/atau membahayakan Lingkungan Hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Sedangkan limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Dengan demikian, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.

Definisi menurut OSHA (Occupational Safety and Health of the United State Government) B3 adalah bahan yang karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya sangat berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan dan atau pencemaran lingkungan.

B. Karakteristik Limbah B3

Karakteristik limbah B3 diantaranya 1. Mudah meledak

Dilakukan dengan metode uji Methods of Evaluating Explosive Reactivity of Explosive-Contaminated Solid Waste Substances-Report of Investigations 9217, Bureau of Mines, United States Department of The Interior.

2. Mudah menyala

Dilakukan dengan metode uji:

● Standar Nasional Indonesia 7184.3:2011, Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) – Bagian 3: Cara Uji Titik Nyala Dalam Limbah Cair dan Semi Padat.

● Metode 1030 – United States Environmental Protection Agency (US-EPA):

Ignitability Of Solids.

3. Reaktif

Dilakukan dengan metode uji:

(8)

● Metode 1040 – United States Environmental Protection Agency (US-EPA): Test Method For Oxidizing Solids.

● Metode 1050 – United States Environmental Protection Agency (US-EPA): Test Methods To Determine Substances Likely To Spontaneously Combust.

4. Infeksius

Dilakukan dengan metode Standard Methods for Examination of Water and Wastewater - American Public Health Association - American Water Works Association (APHA-AWWA):

● 9260, untuk bakteria

● 9510, untuk virus enterik

● 9610, untuk fungi

Yang hasil ujinya dibandingkan dengan daftar mikroorganisme penyebab infeksi yang diterbitkan oleh instansi yang bertanggungjawab di bidang kesehatan.

5. Korosif

Dilakukan dengan metode uji:

● Standar Nasional Indonesia 06-6989.11: 2004, Air dan Air Limbah – Bagian 11:

Cara Uji Derajat Keasaman (pH) dengan menggunakan alat pH meter, untuk Limbah B3 cair.

● Metode 9045D – United States Environmental Protection Agency (US-EPA):

Soil and Waste pH, untuk Limbah B3 padat.

● Metode 404: Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) Acute Dermal Irritation/Corrosion, untuk Limbah B3 cair dan Limbah B3 padat.

6. Beracun melalui:

● Uji TCLP

Dilakukan dengan metode uji 1311– United States Environmental Protection Agency (USEPA): Toxicity Characteristic Leaching Procedure, terhadap parameter zat pencemar.

● Uji Toksikologi LD50

(9)

Dilakukan dengan metode uji Metode 425: Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) Guideline For Testing Of Chemicals, Acute Oral Toxicity – Up and Down Procedure

● Uji toksikologi sub-kronis.

Dalam penilaian dan evaluasi karakteristik toksisitas dari bahan kimia, penentuan toksisitas oral sub-kronis menggunakan dosis berulang dapat dilakukan setelah informasi awal tentang toksisitas telah diperoleh dari uji toksisitas akut atau pemberian berulang dosis selama 28 (dua puluh delapan) hari uji toksisitas. Uji selama 90 (sembilan puluh) hari memberikan informasi tentang bahaya kesehatan yang mungkin akan timbul dari paparan berulang selama periode waktu yang lama meliputi pasca-penyapihan, pematangan dan pertumbuhan sampai menjadi dewasa. Pengujian ini akan memberikan informasi tentang efek toksik utama, spesifik organ target dan kemungkinan akumulasi, dan dapat memberikan perkiraan tingkat NOAEL yang dapat digunakan dalam memilih tingkat dosis untuk studi kronis dan untuk menetapkan kriteria keamanan untuk pemberiannya pada manusia.

C. Metode Pengurangan dan Pemrosesan Limbah

Upaya pengurangan limbah B3 dapat dilakukan melalui; substitusi bahan, memodifikasi proses, dan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan. Substitusi bahan antara lain dapat dilakukan dengan cara pemilihan bahan baku dan/atau bahan penolong yang semula mengandung B3 digantikan dengan bahan baku dan/atau bahan penolong yang tidak mengandung B3. Sedangkan, modifikasi proses dapat dilakukan melalui pemilihan dan penerapan proses produksi yang lebih efisien (Permen LHK, 2021). Untuk pemrosesan limbah B3 dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:

a. Reduksi: Mengurangi limbah B3 dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam proses kegiatan atau housekeeping. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyimpan bahan baku dalam jumlah yang tepat dan tempat yang sesuai, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pemborosan dan limbah yang dihasilkan.

b. Pengemasan: Pengemasan limbah B3 merupakan salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan limbah B3 yang dilakukan dengan cara menyimbolkan dan

(10)

memasang label pada kemasan untuk menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3 yang terkandung di dalamnya.

c. Penyimpanan: Limbah B3 yang dihasilkan dari suatu unit produksi di dalam pabrik harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan limbah B3 dilakukan dengan sistem blok dan setiap blok terdiri dari 2×2 kemasan. Untuk mencegah kontak antara limbah yang tidak kompatibel, limbah-limbah harus diletakkan dengan hati-hati.

D. Strategi Penanganan Limbah Berbahaya 1. Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi

Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi.

Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah stabilisasi/ solidifikasi. Stabilisasi/solidifikasi adalah proses mengubah bentuk fisik dan sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3 namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara.

Proses pengolahan limbah B3 secara biologis yang telah cukup berkembang saat ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah.

Proses kedua ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih besar dibandingkan dengan metode Kimia atau Fisik.

Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses perburuan ini dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem.

(11)

2. Sumur dalam/ Sumur Injeksi (injeksi sumur dalam)

Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan cara memanaskankan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah maupun udara tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap di lapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun udara.

Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes ke lapisan tanah.

3. Kolam penyimpanan (penampungan permukaan)

Limbah B3 cair dapat dialirkan ke kolam-kolam yang memang dibuat untuk limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun di dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara.

4. TPA untuk limbah B3 (tempat pembuangan akhir yang aman)

Limbah B3 dapat ditimbun di TPA, namun harus memiliki pengamanan yang tinggi. Pada metode pembuangan secure landfill, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landfill ini harus dilengkapi peralatan modifikasi yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu waspada. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi yang tinggi, masih ada kemungkinan terjadinya kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk

E. Dasar Hukum Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)

1. PP Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun 2. Permen LH Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol Dan

Label Bahan Berbahaya Dan Beracun

3. PP Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

(12)

4. Permen LHK Nomor 55 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Uji Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

5. Permen LHK Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan

6. Permen LHK Nomor 63 Tahun 2016 Persyaratan Dan Tata Cara Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di Fasilitas Penimbusan Akhir

7. Permen LHK Nomor 6 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

F. Tantangan dan Peluang Penanganan LB3 di Masa Depan

Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan limbah B3:

1. Kurangnya Kesadaran akan Bahaya Limbah B3 2. Kurangnya Infrastruktur Pengelolaan Limbah B3 3. Keterbatasan Sumber Daya

4. Teknologi dan Inovasi

5. Regulasi yang Tidak Memadai

6. Pengawasan dan Penegakan Hukum yang Lemah

7. Keterlibatan Masyarakat dan Pemerintah yang Masih Terbatas

Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi tantangan dalam pengelolaan limbah B3:

1. Peningkatan Kesadaran akan Bahaya Limbah B3

Kesadaran akan bahaya limbah B3 perlu ditingkatkan secara luas, baik di kalangan masyarakat umum maupun pelaku industri. Sosialisasi dan penyuluhan tentang dampak negatif limbah B3 terhadap kesehatan dan lingkungan perlu dilakukan secara terus-menerus agar masyarakat memahami pentingnya pengelolaan limbah B3 yang baik.

2. Pembangunan Infrastruktur Pengelolaan Limbah B3

Pemerintah perlu memperhatikan pembangunan infrastruktur yang memadai untuk pengelolaan limbah B3, seperti tempat pembuangan akhir (TPA)

(13)

yang sesuai standar, fasilitas pengolahan limbah, dan sarana transportasi limbah yang aman. Infrastruktur yang memadai akan memudahkan pengelolaan limbah B3 secara efisien dan efektif.

3. Optimalisasi Sumber Daya

Dalam mengelola limbah B3, optimalisasi sumber daya menjadi kunci penting. Sumber daya manusia yang terampil dan terlatih dalam pengelolaan limbah B3 serta dukungan dana yang memadai akan mempercepat proses pengelolaan limbah B3 dengan efisiensi yang tinggi.

4. Penelitian dan Inovasi Teknologi

Teknologi berperan penting dalam pengelolaan limbah B3. Penelitian dan inovasi teknologi perlu terus dilakukan guna mengembangkan metode pengelolaan limbah B3 yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Pemanfaatan teknologi terbaru dapat membantu mengurangi dampak negatif limbah B3 terhadap lingkungan.

5. Penyusunan Regulasi yang Tepat

Regulasi yang memadai sangat penting dalam pengelolaan limbah B3.

Pemerintah perlu menyusun regulasi yang jelas, lengkap, dan mudah dipahami oleh semua pihak terkait. Regulasi yang konsisten dan ditegakkan dengan baik akan mendorong pelaku usaha untuk mematuhi aturan dalam pengelolaan limbah B3.

6. Penguatan Pengawasan dan Penegakan Hukum

Pengawasan dan penegakan hukum yang kuat merupakan hal yang penting dalam pengelolaan limbah B3. Pemerintah perlu meningkatkan kapasitas pengawasan serta memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggar aturan dalam pengelolaan limbah B3. Hal ini akan memberikan efek jera dan mendorong kepatuhan terhadap regulasi yang ada.

(14)

7. Keterlibatan Aktif Masyarakat dan Pemerintah

Keterlibatan masyarakat secara aktif dan kesadaran pemerintah akan pentingnya pengelolaan limbah B3 dapat membantu mengatasi tantangan dalam pengelolaan limbah B3. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan limbah B3 dan dukungan pemerintah terhadap program pengelolaan limbah B3 akan mempercepat penyelesaian masalah dan menciptakan lingkungan yang lebih aman.

G. Studi Kasus

PT. Holcim Indonesia, Tbk Narogong Plant adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang produksi semen, agregata, beton dan produk untuk bahan konstruksi lainnya. Sebagai produsen semen, dalam setiap proses produksi selain menghasilkan produk yang memiliki cost lebih tinggi setiap unit produksi juga menghasilkan hasil samping berupa limbah industri. Sebagian besar jenis limbah yang dihasilkan dalam setiap proses produksi adalah limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Sumber dan jenis limbah B3 yang dihasilkan PT. Holcim Indonesia diantaranya berupa oli/pelumas bekas, aki bekas, lampu bekas, limbah cair, laboratorium, tanah terkontaminasi, kain majun bekas, kemasan bekas, katalis bekas, drum bekas,bag filter,bottom ash, danfly ash. Dari antara semua limbah tersebut, masing-masing bagian berasal dari laboratorium, geocycle, workshop, oiler, utilitas, perkantoran, dan lain sebagainya.

Sistem pengelolaan limbah B3 PT. Holcim Indonesia mengacu pada PP No. 101 tahun 2014. Pengelolaan limbah B3 yang dilakukan meliputi kegiatan reduksi, pengemasan dan pewadahan, pemberian simbol dan label, penyimpanan, pengangkutan hingga pemanfaatan. Upaya PT. Holcim Indonesia adalah memanfaatkan kembali limbah B3 yang masih dapat digunakan sebagai substitusi bahan baku maupun bahan bakar.

Limbah yang dimanfaatkan biasanya berupa fly ash. Selain itu, dilakukan pewadahan dengan menyesuaikan limbah berdasarkan karakteristiknya dan dilakukan penyimpanan limbah B3 yang terdiri dari 1 TPS limbah internal dan 14 waste storage untuk limbah eksternal(Utami, K. T., & Syafrudin, S. 2018).

(15)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Terdapat 3 karakteristik limbah B3, yaitu mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, korosif, dan beracun. Metode pengemasan dan pengurangan limbah adalah dengan reduksi, pengemasan, dan penyimpanan. Selain itu, terdapat juga strategi penanganan, dasar hukum, serta tantangan dan peluang limbah B3. Studi kasus yang diambil berdasarkan topik pengelolaan limbah adalah dari perusahaan swasta PT. Holcim Indonesia. Berdasarkan kasus tersebut, PT. Holcim Indonesia menghasilkan limbah industri besar tetapi mampu melakukan penanganan dengan menerapkan metode reduksi, pengemasan dan pewadahan, pemberian simbol dan label, penyimpanan, pengangkutan hingga pemanfaatan.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan. Pembaca diharapkan memberi kritik yang membangun apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan saran atas kekurangan makalah ini. Saat informasi tambahan baru tersedia dari materi dalam makalah ini, informasi tersebut dapat disampaikan kepada penulis.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Hayat, F., & Nasiatin, T. (2023). Manajemen Pengelolaan Sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Tangga di Masa Pandemik COVID-19. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.

2(2): 45- 50.

Mengatasi Tantangan Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun): Prioritas Keberlanjutan - Batu Menyan. (n.d.). Retrieved May 15, 2024, from https://www.batumenyan.desa.id/mengatasi-tantangan-pengelolaan-limbah-b3-bahan-ber bahaya-dan-beracun-prioritas-keberlanjutan/

Nurwanti, E., Pramadita, S., & Asbanu, G. C. (2023). Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah B3 Rumah Tangga di Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan no 6 tahun 2021. (2021). Permen LHK no 6 tahun 2021 tentang tata cara persyaratan pengelolaan limbah B3. Sekretariat Negara Republik Indonesia,

Rizal, Reda. (2016). Studi Kelayakan Lingkungan (AMDAL, UKL-UPL & SPPL). Edisi 3.

Jakarta.

Utami, K. T., & Syafrudin, S. (2018). Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Studi Kasuspt. Holcim Indonesia, Tbk Narogong Plant. Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi Dan Pengembangan Teknik Lingkungan,15(2), 127-132.

Referensi

Dokumen terkait

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) UNTUK MENGURANGI PAPARAN TERHADAP. TENAGA KERJA DAN LINGKUNGAN DI LABORATORIUM PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY

(Bahan Berbahaya dan Beracun) tentang Pengelolaan Limbah B3 pada Industri Pertambangan dengan Judul yang diambil adalah “Pengelolaan Limbah B3 dengan Studi Kasus

Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3)

Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Sakit yang dilakukan di RSUD Dr.Soetomo Surabaya sudah sesuai dengan persyaratan yang tercantum

Penerapan sanksi administrasi oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi terhadap pelanggaran pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) rumah sakit belum

ii ABSTRAK PENGELOLAAN LIMBAH B3 BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh ALIVA TUKARRUZZAMAN Penelitian iniberawal dari sampah masker yang di temukan

Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di Indonesia sangat krusial karena dampaknya pada kesehatan

Makalah evaluasi pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di sektor industri untuk program studi Teknik Mesin serta pengelolaan lingkungan