• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Produksi Film Dokumenter Sains Telanjang = Documentary Science of Nude Art Photography

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Produksi Film Dokumenter Sains Telanjang = Documentary Science of Nude Art Photography"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN - LAMPIRAN

TRANSKRIP WAWANCARA PART I

PROFIL DARWIS TRIADI

Sebelum terjun ke dunia fotografi, Om Darwis saya dengar berprofesi sebagai

pilot, kenapa kemudian memilih fotografi sebagai bidang kerja Om sekarang?

Darwis Triadi : Ya, ya, oke. Jadi saya dulu berhenti dari pilot itu tahun 77 setelah hampir 2 tahun saya berkecimpung disana. Ya keluarnya mungkin alasannya pada

saat itu memang saya tidak terlalu nyaman ya mungkin ya. Jadi pada saat itu, nah

setelah saya keluar ya gak tau tiba-tiba 1 tahun saya menganggur akhirnya bisa mau

jadi ya mau jadi fotografer. Kaya gitu loh, pengen apa ee, berkarir di fotografi jadi

ya pada saat itu saya hanya pikirkan gimana caranya bisa memotret dan waktu itu

kan belajar motret gatau kemana hmm, jadi belajar sendiri ya.

Sudah berapa lama berkecimpung di dunia fotografi?

Darwis Triadi :Ya kalo dihitung, saya tahun 79 startnya, tahun 79-80 lah ya kira-kira. Heem. Kira-kira sudah 36 tahun sampe detik ini lah ya. 36 tahun saya ee..

berkecimpung fotografi sejak dari nol sejak saya belajar sendiri sampai akhirnya

setelah 1 tahun saya belajar saya merasa bisa mengoperasikan kamera yang pada

saat itu saya berpikir untuk bisa mencari uang dari, dari kamera itulah ee fotografi.

Setelah saya juga membaca biografi Om Darwis, Om mungkin lebih dikenal

(2)

Darwis Triadi : Emm, engga. Sebetulnya bukan bukan ee apa, apa bukan fashion itu sendiri pada saat itu, tapi pada saat saya mau memotret ya waktu itu yang saya

pikirkan adalah bagaimana saya mengkhususkan diri memotret orang. Jadi bukan

motret benda mati, bukan motret arsitektur, bukan motret landscape, karna pada saat

itu peranan atau profesi fotografer itu jarang ya, paling kerja di majalah atau ya

yang namanya professional kaya skarang di bidang komersil itu ga ada. Nah saya

waktu hanya berpikir bahwa kalo saya mau masuk ke dalam ee… bisnis fotografi itu

sendiri atau saya menjadi fotografer ee… saya harus punya sesuatu skill yang

berbeda begitu. Dan pada saat itu saya berpikir bahwa saya harus mengkhususkan

diri padahal yang namanya spesialisasi pada waktu itu iya iya mengkhususkan diri

gitu. Kalo skarang mungkin banyak yang punya specialice apa gitu ya, specialice

yang dimana, nah pada saat itu saya hanya berpikir saya harus punya kekhususan,

makanya disitu waktuitu saya belajar terus mengenai bagaimana memotret orang

dengan benar gitu. Motret model lah ya sama dengan orang. Ya bukan hanya

perempuan, laki juga saya foto gitu tapi khusus orang aja. Ya model atau people

fotografi orang sering menyebut ya tuh dan disitulah saya belajar bukan hanya

mengenai teknis fotografinya gitu tapi banyak belajar. Bagaimana saya

berkomunikasi dengan orang, bagaimana justru itu yang saya coba pelajarin, nah

kenyataannya akhirnya mungkin orang ee.., berpikir saya seorang fashion fotografer.

Mungkin pada saat itu, pada saat mula-mula dulu ya saya dulu banyak motret untuk

majalah untuk ya saya berkecimpung banyak motret motretin fashion jadi orang

(3)

Selama ini pencapaian-pencapaian apa saja yang sudah pernah didapat Om

Darwis di bidang fotografi?

Darwis Triadi :Ee ya begini sebetulnya tujuan saya waktu saya pengen jadi fotografer, waktu itu saya hanya menginginkan bagaimana profesi saya itu

diperlukan orang, itu saja. Karna waktuitu tahun-tahun 79an-80 orang-orang ga

pernah berpikir bahwa seseorang pengen jadi fotografer, jadi profesi ga ada itu

orang atau pengen jadi dokter, pengen jadi lawyer, atau apalah gitu, jadi fotografer

tuh ga ada. Nah waktu itu saya hanya berpikir bagaimana saya masuk ke dunia ini

itu orang memerlukan. Saya ga pernah berpikir pencapaian prestasi untuk saya gak

ga ada sampe detik ini pun saya ga pernah ini. Nah hanya pada saat saya mau

memulai itu saya mengalami kesulitan belajar, mau nanya ke sapa saya agak su..

sulit. Ketemu fotografer yang sudah lama dia merasa senior jadi gap antara

fotografer yang sudah jadi ya, artinya dia seorang fotografer dengan orang belajar

itu jauh sekali jadi rasanya kaya ga bisa dijangkau, gitu loh ya. Nah disini sebetulnya

pada saat itu saya hanya berpikir bahwa kalo saya jadi fotografer bener misalnya

gitu saya pengen punya 1 wadah atau katakanlah ee.. semacam pusat informasi

fotografi ya mungkin sekonkritnya sekarang kaya sekolah fotografi gitu ya. Jadi

dengan saya belajar sendiri terus saya coba ikut-ikut kursus, karna 1 sekolah juga ga

tau kemana ikut kursus tapi saya lebih banyak keluar sih saya, keluar negri karna

untuk saya waktu itu blajar teknik memotret, iya belajar teknik pencahayaan itu lebih

cocok disana gitu, ya jadi saya lebih banyak ngikutin itu. Nah pada saat terus

berjalan kaya juga ja.. apa namanya hmm bekerja sebagai fotografer nah disitulah

saya punya niat untuk buat sekolah itu. Nah itu sudah tercapai sekarang itu ya.

Karna saya sendiri juga tidak e.. mungkin pada saat itu saya punya ambisi ada tapi

ambisi dalam arti bahwa saya harus bisa mengaplikasikan keahlian saya ini untuk

orang banyak karena saya tidak pernah berpikir bahwa saya menjadi fotografer

(4)

tapi yang penting bahwa pemberdayaan sebagai seorang fotografer itu saya pengen

diakui gitu bagaimana fotografer itu menjadi satu, nantinya menjadi sebuah, sebuah

kebanggaan dan seorang yang berprofesi itu dulu saya punya pemikiran kesana

karena kalau dulu selalu bilang sapa tuh? Oh tukang foto cuman tukang foto aja, nah

saya bermimpi waktu itu bagaimana supaya orang punya apresiasi bahwa seorang

fotografer itu kaya, ya kaya dokter, kaya lawyer, dihargain kan? Nah dengan sebuah

proses yang saya jalanin akhirnya itu bisa, bisa terjadi gitu, nah inilah menjadi

satu-satu berkah gitu, nah seperti itu.

Om saya juga pernah tau tentang buku yang pernah Om buat. Buku Om yang

pertama kali dibuat judulnya tentang apa dan apa motivasi Om untuk membuat

buku tersebut?

Darwis Triadi :Buku saya yang pertama namanya “secret lighting” ya, kenapa saya sebut “Secret Lighting” karna ya fotografi kan cahaya. Jadi saya belajar cahaya secara bener secara tepat maksudnya ya dan disitu akhirnya saya banyak

berkesimpulan, mempunyai kesimpulan bahwa ternyata banyak sekali buku-buku fotografi yang ga pas, mengenai pencahayaan, makanya saya buat namanya “Secret Lighting”. Jadi ya saya ibaratkan bahwa cahaya itu ada sebuah rahasia yang kita

bisa ungkapkan gitu loh. Nah makanya saya disitu saya be, berfikir kesana. Akhirnya

saya membuat buku pertama namanya Secret Lighting. Terus berikutnya ada yang namanya “Tera Incognita tropicale” itu mengenai eksplorasi saya foto nude yang saya bilang, yang ngobrol selalu kalo bilang telanjang itu porno. Tapi itu saya e,

nanti saya bisa kasih liat bukunya karna itu hanya diterbitkan sedikit sekali, sangat

terbatas, cetaknya juga bukan di Indonesia waktu itu, lebih banyak beredar diluar sih

sebetulnya. Tapi sebetulnya buku itu adalah sebuah pembelajaran ya bagaimana

sebuah karya fotografi itu kalo kita mau melakukan itu betul-betul harus dengan hati

(5)

yang tepat karna kalo kita melakukan itu dengan hal yang tidak tepat akhirnya ya

larinya bisa ke hal-hal yang kurang positif gitu dan banyak yang terjadi skarang gitu,

seperti itu.

PART II

SENI FOTOGRAFI TELANJANG (Nude Art Photography)

Bagi seorang Darwis Triadi yang juga berkarya foto-foto nude art, apa sih arti kata “telanjang” itu sendiri (maknanya)?

Darwis Triadi : Gini ya, sebetulnya kita harus mengenal dulu esensi didalam hidup kita, ya. Karna kan gini, kalau kita manusia hidup tapi antara pikiran, perkataan,

dan perbuatan kita tidak selaras tidak nyatu ya. Sini (nunjuk kepala) sini (nunjuk

mulut) sama sini (nunjuk hati) ga nyatu, padahal dia satu gariskan? Itu akhirnya kita

akan menderita gitu loh dalam batin kita. Karena tidak pernah sinkron, nah yang

terjadi sekarang ini adalah orang memelihara kondisi itu, kalau orang bilang sebuah

kemunafikan, kan ga bisa, jadi kalau kita melihat atau kita mau melakukan sebuah

eksplorasi ya ..e.., apa.., …e, nude photography atau foto telanjang lah katakanlah,

pertama kita harus mempelajari teknisnya dulu, karena tanpa teknis, contohnya kaya

gini ada seorang pelukis dia mau eksplorasi abstrak tapi dia tidak melalui sebuah

proses natural, dia bagaimana belajar mengkuas, bagaimana dia merasakan, terus

dia lari ya ga ada gunanya, orang mencapai satu proses dia melukis abstrak, itu ada

sebuah proses, sampai akhirnya ini yang menjadi e, proses itulah yang menjadi,

(6)

Jika dapat didefinisikan, bagaimana Om Darwis mendefinisikan nude art

photography itu sendiri?

Darwis Triadi :Oke, jadi pertama gini e, kalau kita bicara seni foto ya, nude art ya, itu pertama kita harus syarat dengan, dengan teknis kita harus mahir. Kedua adalah

bahwa tujuan foto itu, itu memang untuk eksplorasi didalam seni fotografinya. Dan

yang ketiga adalah bahwa orientasi dari si fotografer itu ga bisa dipungkiri itu,

karenakan gini, kita jangan lupa bahwa Tuhan itu memberi energy rasa kesetiap

orang, tergantung kita mau kemana, contoh yang sederhana lah, kalau kita duduk

ditempat ibadah kan rasanya adem, ga pernah kita mikir lagi, lagi ditempat ibadah,

aduh.. gue mau bunuh si ini, gue mau nipu si ini, gak kan? Tapi begitu kita ketempat

dugem ya, haha, otak kita kan pasti ngeres dari situlah sebenarnya pikiran energy

tuh bisa kita lihat ya, orang mau berpikir jahat kelihatan dari mukanya. Jadi dari sini

sebetulnya kalau kita bicara nude art itu sendiri sama foto porno atau apa memang

ada karena tujuannya si pembuat jelas. Contoh yang paling sederhana ada sebuah,

ada tiga foto, satu foto mengenai telanjang itu foto majalah orang dewasa lah

majalah esek esek, satu lagi majalah kedokteran, yang satu lagi majalah fotografi.

Tiga-tiganya foto telanjang, tapi kalo orang normal, saya bilang orang normal loh,

karna kebanyakan sudah tidak berpikir normal jangan kita diskusikan ya, karna yang

kita diskusikan adalah orang yang normal. Anak kecil aja contohnya, misalnya, anak

saya saja misalnya di stopan lampu ikut sama saya, dulu masih kecil saya masih

inget ada yang nawarin majalah kan anak saya bisa lihat, mah.. fotonya porno ya.

Tapi dia ngeliat foto saya dia ga pernah bilang porno, artinya apa, si anak sudah

bisa mengerti caranya berfikir menggunakan rasa dia. Jadi kalau seorang fotografer

membuat foto porno ya gapapa, karena memang tujuannya kesana, karena dari

ketiga foto telanjang itu, foto kedokteran juga telanjang porno ga? Engga. Karena

fungsinya untuk kesana, jadi alangkah baiknya bahwa kita yang sejak dini kecil ini

(7)

tidak digunakan sebaik mungkin, mata kita hanya untuk melihat tanpa bisa

merasakan. Akibatnya kita tidak menjadi manusia yang utuh. Padahal banyak sekali

saya melihat orang-orang yang punya pendidikan tinggi, tapi matanya dengan

rasanya tidak pernah digunakan, jadi tiba-tiba bilang itu porno ya, karena kalau

begini jangan kita diskusikan ini dengan kaidah agama udah berbeda. Ga bisa gitu.

Karna didunia hidup itu tidak bisa dilihat putih semua, juga tidak bisa dibuat hitam

semua gitu, itulah fleksibilitas ada siang ada malam, ada baik ada buruk, kita belajar

dewasa dari itu. Jadi kembali pada masalah itu lagi. Saya tekankan bahwa apapun

yang dibuat seorang fotografer kalau dia melakukan itu dengan sebuah tahapan yang

benar, ya dan kita nilai juga dengan bisa menilai secara benar itu akan kelihatan

bahwa ini orang membuat foto art, ini orang membuat foto porno apa ya biarin aja,

kata orang anak-anak sekarang so what gitu lho, gitu kan? Hahaha. Seakan-akan

gitu, jadi itulah sebetulnya bahwa bagaimana kita selalu harus belajar menggunakan

cara berpikir kita secara tepat, akhirnya kalau sudah begini, seni fotografi di

Indonesia akan cepat maju dan akan lebih maju lagi dibanding sama

fotografi-fotografi diluar gitu. Disinikan sulit sekali gitu yang beribadah banyak tapi yang

merkosain anak-anak banyak, luar biasakan?. Ini yang sebetulnya yang harus kita

harus kita patahkan ya. Jadi artinya bagaimana kita selalu mengiring anak-anak

sejak dini itu berfikir secara tepat gitu akibatnya nanti ya kita tidak melihat lagi

hal-hal yang yang sangat memalukan sebetulnya. Seperti contoh tadi yang saya sebutkan

gitu.

Sebenarnya karya-karya yang menampilkan ketelanjangan ini sudah ada

sebelumnya di Indonesiakah? Bisakah Om bercerita sedikit perihal perkembangan nude art photography, di Indonesia yang om tahu?

(8)

yang luar biasa semua itu, itukan koleksi pak karnoe, makanya bung karnoe saya

rasa salah satu orang yang luar biasa kepekaan ya, kepekaan dan dia juga seorang

seniman ya dan mempunyai pemikiran budaya sangat tinggi sampai akhirnya dia

bisa, bisa mempunyai koleksi yang bagus-bagus disana, dan dia tidak pernah melihat

sebuah ketelanjangan itu sesuatu yang porno karena kan sederhana saja, kita lahir

telanjang, mandi telanjang, mati juga telanjang kok, iya kan hehe, seperti itu.

Mengenai perkembangan nude art photography di Indonesia, itu seperti apa sih

Om? Awalnya yang Om tahu.

Darwis Triadi :Sebetulnya perkembangannya ngaco, karena orang gini loh, jadi saya liat begini perkembangan nude art photography tuh,kalo saya melihat tidak,

tidak berkembang karena kebanyakan orang melakukan itu akhirnya memang karena

tujuannya kearah ke pornografi ya, udah jalan kesana aja, tapi disini saya punya

catatan bahwa tidak semuanya. Tapi minoritas masih bisa melakukan itu karena

apa? Karena yang saya bilang tadi itu bahwa orang Indonesia ini budaya

munafiknya dibesarkan, cara berpikirnya dikerdilkan jadi akhirnya orang akan, akan

terus seolah-olah hal seperti itu tabu padahal ini sebuah perkembangan seni yang

memang harus kita, kita hadapin kalau engga, ya kita, kita akan ketinggalan, akan

ketinggalan jauh dan sudah ketinggalan jauh, tapi saya sebagai seorang fotografer

punya tanggung jawab moral, saya tetap bereksplorasi kesana tanpa, tanpa saya

harus, harus gembar gembor, tanpa apa gitu loh, karena itu, itu memang sebuah

obsesi. Saya rasa dari setiap fotografer yang memang mau menjalani hal seperti itu

dengan tepat, dengan baik dan hampir semua saya rasa tapi kembali lagi, itu bahwa

ini hanya terjadi di Indonesia. Sebetulnya apa ya, di, di kita ini kan antara pikiran,

perkataan, dan perbuatan selalu berbeda gitu, akhirnya kalau kita menyinggung

masalah kaya begitu, akhirnya hal itulah yang menjadi satu kaya semacam hal yang,

(9)

seperti itu karna, contohnya kaya gini aja sebuah karya lukisan telanjang gapapa ya.

Tapi sebuah karya fotografi telanjang orang kadang-kadang dibilang porno, kenapa?

Nah orang berpikir mengenai fotografi ini sendiri, ini masih belum pas karna gini

contohnya sederhana saja, orang menilai foto selalu bukan melihat fotografinya tapi

selalu melihat ih kok modelnya gendut, ih kok ininya jerawatan, oh ke ininya, jadi

tidak pernah dia melihat dia bahwa satu karya fotografi itu secara utuh dilihat dan

itu cuma ada di Indonesia, makanya di Indonesia ini banyak manusia punya pikiran

begini, seneng ngeliat orang susah, susah melihat orang seneng, hehehe. Iya kan,

bener ga? Ini budaya pendidikan yang harus di kikis kita selalu menyalahkan anak

didik kita salah, karena inputnya juga dari yang atas begitu..gitu lho.. nah ini ga

boleh. Kenapa? Saya garis besarin yang susah seneng atau ini ini sebetulnya jalan

menuju ke masalah yang tadi bahwa orang melihat foto, orang mau membuat foto

orientasinya udah mau ga bener yakan, cuman ada di Indonesia, orang motret model

pake baju ditelanjanginya di komputer, cuman ada disini, nih iya kan? Motret model

dipaksain, ditelanjangin, masukin ke internet supaya apa ga tau kepuasannya apa,

langsung aja laporin polisi, nah cara berpikir inilah yang ada di Indonesia yang kita

harus (gesture tangan melintir) karena saya bukan, saya memang seorang pendidik,

tapi saya pendidik didalam apa, keterbatasan wilayah saya sendiri gitu loh, kalau

saya katakanlah saya di departemen pendidikan dan kebudayaan, saya akan

memerintahkan seperti itu keseluruh jajarannya. Tapi kan saya ga bisa, makanya

saya coba terus ya, dengan cara saya memberikan sebuah pengertian, saya

memberikan sebuah pembelajaran kepada adek-adek generasi kita. Karena kalau

engga, kita ini akan katak dalam tempurung gitu loh, antara otak kiri sama otak

kanan ga beda, antara (nunjuk kepala, mulut, hati) berbeda lagi cilaka gitu, kita jadi

generasi apa ya, generasi munafik akhirnya tidak akan maju, ga akan maju, sampai

sekarang kan mana kita maju, susahkan? Iya kan? Negara udah kemana mikirin

supaya ini, ini masih ribut soal ini ribut... Jadi dari segala aspek dengan cara

(10)

bagian dari sebuah proses yang ga bener sekarang cara berpikir kita yang ga bener

gitu.

Kalau menurut Om Darwis sendiri nude art photography dengan pornografi

apakah berbeda?

Darwis Triadi : Ya bedalah, beda.

Jika menurut Om Darwis, nude art photography dan pornografi memang

berbeda menurut Om perbedaannya ada dimana?

Darwis Triadi : Cara membuat, caranya berpikir, kalau kita berpikir pada saat itu membuatnya porno ya pasti porno, makanya kita kita ini sebetulnya tidak mengerti

apa yang kita jalanin di dalam hidup gitu, apa itu (nunjuk kepala) ini kita yang ga

bisa, cara berpikir kita gitu iya kan.

Adakah alasan khusus Om Darwis berkarya dengan konsep nude art

photography?

Darwis Triadi :Ga ada alasan khusus, karena itu memang, memang bagian dari sebuah tanggung jawab moral sebagai fotografer, contohnya seorang pelukislah,

seorang pelukis manusia. Coba tanyalah sama pelukis, pasti dia akan apa, membuat

apa..ee mengkondisikan seperti itu, pasti dia akan mengkondisikan seperti itu, karena

kalau enggak ee.. dia tidak seutuhnya menjadi seorang seniman itu karena kan

sederhana saja penciptaan Tuhan kita bilang ya sebetulnya ada dua hal yang, yang

menurut saya pertama adalah manusiakedua itu adalah alam. Manusia itu siapa

kebetulan sayalaki, dia perempuan, jadi dua ciptaan Tuhan itu sebetulnya paling

(11)

tidak boleh dirusak ya, sedangkan perempuan itu sendiri juga tidak boleh dirusak,

sekarang banyak sekali kita menzalimi perempuan, dalam kenyataannya lho

beneran.. kita liat saja coba apa-apa disalahin perempuan, ada perempuan

diperkosa yang disalahin perempuan bukan lakinya. Padahal otak ngeresnya laki

kan? Karena apa hak tadi itu yang saya bilang munafik itu tadi yang antara ini

(nunjuk kepala) sama ini (mulut) sama (nunjuk hati) gak ada contohnya yang paling sederhanalah. Saya kalau turun ke bali baru landing… deng.. Saya menghirup satu energy yang positif ya. Kita terus kearah desa, didesa itu mereka apa selalu terbuka

kan? Atasnya kelihatan. Untuk saya itu bukan porno karena apa? Kita harus melihat

bahwa ee.. perempuan ya kalau kita bicara apa nih. Saya mesti bilang atau apa ya,

dada ya? Lah perempuan itu kan kasih anak disusuin karena itu kan karena kasih.

Jadi disini sebetulnya yang harus kita, kita terapkan adalah bagaimana kita mulai

belajar cara berpikir secara benar itu.

Sejauh ini NAP kan hanya dipamerkan secara eksklusif hanya untuk para

penikmat saja. Nah menurut Om Darwis, apakah dikemudian hari NAP ini punya kesempatan untuk mendapat ruang di masyarakat kita, Dinikmati secara umum?

Darwis Triadi :Tergantung dari manusianya itu sendiri, tergantung dari para orang yang membuat kebijakan karena kalau, makanya kan gini ya didalam satu negara itu

sebuah pendidikan itu penting sekali ya, kita pendidikan masih mahal, pendidikan

susah. Didaerah-daerah orang ga didik jadi kan dibuat bodoh semua, supaya

kebijakan itu akhirnya itu menjadi satu kondisi yang..yang masyarakat yang gak

pinter, karena dia tidak punya pendidikan berpikir seperti itu akibatnya apa, orang

belajar ke luar negeri yah.. dia ngasih duit keluar negeri bukan ke kita padahal kita

mampu, iya kan? Kaya saya gitu saya gak mau suruh ngajar diluar negeri. Ngapain?

Mereka yang datang kesini gitu karena untuk saya, saya lebih seneng masyarakat

(12)

pertama bagaimana kita semuanya itu berpikir secara benar dengan cara pendidikan

yang benar itu juga. Jadi tidak ada lagi pemikiran bahwa, ngeliat foto telanjang

porno, ya ada yang porno tapi so what gitu lho? Yang saya bilang tadi karena

memang tujuannnya dia untuk majalah porno enggak Gak ada masalah. Disana juga

kaya gitu gitu contohnya. Sederhanalah ini saya kasitau ya, tau negara swedia kan,

negara swedia itu paling dia industry ya, industry majalah dewasa film dewasa itu

ada disana, ada disana lho di Swedia.Tapi anda tau gak? Kalau nobel adanya

dimana? Nobel tau kan? Nobel-nobel tau kan? Setiap taun mereka selalu ada orang

yang apa.. ee.. dia ber..ber..apa berprestasi terhadap kehidupan diberikan satu

award dengan nilai duitnya banyak, dari mana dari sana juga. Artinya apa disini

bahwa mereka tidak pernah berpikir bahwa orang melakukan ini dosa segala macem,

itu urusan manusia dengan diatas, jalan semua ini sama halnya kaya kita ke Bali. Di

bali itu ada saya harus masuk kesini ya supaya nanti orang gak mikir lagi bahwa

ngeliat foto telanjang terus dikaitkan dengan agama terus dibilang porno. Padahal

orang yang melakukan itu senang berpornografi juga gitu, iya kan? Nah disini

sebetulnya kalau saya turun di Bali yang saya bilang ke tempat tenang, di bali tuh

ada masjid, ada gereja, ada vihara, ada pura. Luar biasa ga? Bersebelahan

kadang-kadang. Saya liat kalo hari jumat karena kepenuhan mereka pada pake sejadah

bersila dihalaman pura itu kan luarbiasa nah manusia sejatinya harus berpikir

kesana tapi kalau para, orang yang posisinya diatas kebijakan membuat semua

masyarakat jadi bodoh, akhirnya apa kembali lagi kemasalah itu. Foto telanjang

porno ya ee… mau diapain karena kan yang tadi sudah saya bilang, ada foto ada

buku kedokteran, ada majalah-majalah dewasa porno, ada buku fotografi.

Tiga-tiganya telanjang, tapi berbeda tujuan. Tapi kalau kita tidak pernah belajar dengan

menggunakan rasa kita tiga-tiganya. Sama menurut dia akhirnya para berarti gitu

(13)

Berbicara tentang beberapa orang yang masih menganggap karya-karya NAP

adalah sama dengan pornografi. Bagaimana pendapat om tentang hal tersebut? Darwis Triadi :Yaitulah yang saya bilang sekali lagi, tidak semua orang punya

pikiran pinter, pikiran dewasa dia hanya melihat seperti itu. Padahal tujuan saya memberi satu pembelajaran terhadap orang-orang yang sedang di fotografi. Sudah

ditulis disitu sebetulnya. Anda kalau mau follow usia anda harus sekian, sudah

jelaskan? Tapi inilah orang Indonesia saudara-saudara kita yang akhirnya kita kan

jadi bodoh semua tapi mumpung saya masih hidup saya harus tugas saya harus terus

memberikan pembelajaran-pembelajaran. Karena kalau saya sudah mati nanti siapa

yang mau kasih tau, nggak ada karena semuanya akan menjadi munafik gitu, itu

persoalannya.

Untuk proses penggarapan karya-karya nude art photography sendiri,

prosesnya seperti apa? (teknik-teknik penggarapan)

Darwis Triadi :Oke, karena kan gini kalau kita sudah masuk ke eksplorasi tadi ya art photography, nude art kita udah ga bicara teknis lagi, contoh yang paling

sederhana ajalah, gini ya, ini supaya juga para entah temen, mahasiswa atau apa

pengen denger begini, seorang musisi ya pada saat dia main kan ada yang namanya

jam session, tau kan ya setiap personal dia memainkan alatnya sesuai dengan

keinginan dia, itu udah non teknis itu dia sudah ahli tapi begitu dia main yang

dimainkan adalah rasa dia, orang yang ngedenger sampai bergetar gitu. Ih gila ini

main pianonya luar biasa ya, meledak lah, ataupun pecah lah istilah yang sekarang

gitu, ih gila ini pecah karena apa dia menggunakan dengan rasa. Jadi kembali lagi

seorang fotografer pada saat dia melakukan sebuah eksplorasi seni foto itu udah non

teknis karena apa yang keluar di dia itu sebuah imajinasi dia yang dia terapkan

dalam bentuk visual nah disinilah sebetulnya esensi manusia dengan pengertian

(14)

harus bisa merasakan karena mata kita ini bukan hanya untuk melihat, untuk bisa

merasakan itulah apa persoalannya gitu.

Untuk prosesnya apakah ada proses berarti saat membuat atau ketika ingin

memproduksi foto nude seperti menjalin komunikasi dan sebagainya ?

Darwis Triadi :Rasanya sih ga perlu, ga perlu karna kalau ada prosesada ini segala macam itu kaya direkayasa kan? Iya kan? Makanya sebuah karya seni itu tidak boleh

ada rekayasa karena kan seni itu kan luapan jadi misalnyalah contohnya mau buat

begitu kita tinggal oh kebetulan kita cocok, ok kita melakukan gitu. Udah, derr. Jadi

konsep itu mengalir apa adanya ya bisa saja misalnya, pada saat itu oh saya mau

mau konsep teknisnya, seperti ini misalnya masuk dalam air ya gapapa dalam air itu

hanya cuma masalah-masalah, apa e satu satu konsep e… fisik saja ya gitu , tapi ga

harus ya kalo kita masih oo.., kita ngobrol dulu segala. Itukan baru belajar saja

gapapa gitu, tapi pada saat kita sudah sudah melakukan eksplorasi itu udah saya

rasa udah engga udah ga harus seperti itu gitu, karena kembali lagi bahwa sebuah

seni fotografi itu harus dilakukan sesimple mungkin ya sesederhana mungkin itu

sebetulnya seperti itu.

Tantangan paling besar dalam proses membuat karya-karya nude art

photography sendiri apa Om?

Darwis Triadi:Tantangannya sebetulnya terhadap orang-orang Indonesia sendiri lingkungannya sendiri, tantangannya kesana jadi contohnya adalah sekarang saya

motret kalau didalam studio masih biasa, tapi bagaimana saya memotret di outdoor

dengan, dengan kendala-kendala lingkungan dengan kendala manusia itu sendiri

yang harus saya kalahkan harus saya lewati jadi memang di Indonesia, ini luar biasa

berbeda kalau di luar negri kita mau melakukan itu, makanya saya biasanya kaya

(15)

jadi dia melakukan apa saja kalau selama dia ga ngerusak lingkungan, dia ga, ga

bikin huru hara, ga ngebom sana sini atau apa ga ada masalah, karena mereka

betul-betul orang Bali itu dibudidayakan bahwa, pengertian terhadap hal katanya

dengan seni dengan budaya itu dia sangat menghargai gitu. Seharusnya bisa

dicontoh gitu loh Bali.

Kalau untuk pemotretan karya-karya nude art photography sendiri, Om Darwis

apakah punya persyaratan atau kriteria khusus untuk para model yang hendak dipotret?

Darwis Triadi :Engga ada sih, ga ada. Karena kalau kita ambil kriteria berarti kita sudah memplot ya, memfokuskan itu juga ga bagus. Karena kan kaya seperti itu kan

seharusnya apa yang kita lihat, apa yang kita ada kita lakukan ya. Karena kalau kita

mencari belum tentu dapet, misalnyalah contohnya saya mau mencari orang yang

kakinya panjang sebelah, susahkan? Betul ga? Hehe, saya mau mencari yang

kakinya kaya bangau hehe susah juga belum tentu ada masa dibuka satu-satu diliatin

kan engga juga. Jadi memang membuat sebuah seni foto itu kita mengeksplorasi kita

memaksimalkan apa yang ada didepan kita. Sesederhana itu sebetulnya.

Lalu untuk model-model yang biasa dipotret oleh Om Darwis dalam konsep

nude art photography ini apakah datang sendiri, lewat agensi, atau dicari sendiri oleh Om?

Darwis Triadi :Saya engga pernah nyari, engga pernah nyari itu ada dengan sendirinya aja. Iya karena sekali lagi bahwa ini ada di Indonesia ya kita berada di

Indonesia dengan situasi dan kondisi, kultur, budaya yang serba tidak menentu. Jadi

akhirnya ya itu saya lakukan dengan memang mengalir begitu aja. Dan itu juga

(16)

Jadi saya lakukan itu memang berdasarkan e, apa adanya, mengalir gitu aja, ada

saya lakukan ga ada ya sudah gitu seperti itu.

Selama menggeluti atau berkecimpung di dunia fotografi khususnya dalam

membuat karya nude art photography, apakah sudah pernah membuat pameran foto?

Darwis Triadi :Oh, pameran sih saya selalu di Bali kalo begitu, tapi Jakarta ada sih sekali dua kali saya adain di, dimana, namanya e, di, ga bisa di tempat umum sih,

begitu ya, di waktu itu di apartemen mana yang deket kemang situ, sana di ya di

galeri karena ga bisa di publish begitu, ya memang sebaiknya kaya begitu sih, di,

ditempat-tempat yang khusus karena orang yang datang seharusnya juga memang

harus sudah mengerti gitu karena kembali lagi yang saya bilang ini di Indonesia

dimana segala sesuatu halnya antara omongan sama pikiran berbeda gitu kan ga

bagus juga, dan juga untuk sementara ini memang kurang tepat gitu lho kalau kita

bikin gitu di mall kaya gitu kan ga mungkin banyak anak-anak gitu.iya kan? Tapi

sebetulnya kalau saya bilang bahwa pendidikan-pendidikan seni terus dilakukan

sejak dini, sejak anak-anak jadi supaya dia juga dia bisa mengerti akhirnya gitu,

karena kita ni kurang apa, kurang belajar mengenai kepekaan rasa dari sejak dini

karena orang tuanya juga ga peka kesana gitu. Jadi gimana dia mau ngedidik

anaknya itu yang harus dilakukan sebetulnya karena supaya apa, supaya anak ini

pada saat dia berkembang menjadi dewasa dia tau, oh ini ga bagus, ini bagus, ini ga

bagus gitu. Sekarang kan engga gitu, iya kan?

(17)

Darwis Triadi :Ah saya rasa, saya ga ga terlalu ga terlalu ini ya, karena karena kadang-kadang orang protes belum tentu tau, belum tentu mengerti. Kalau untuk

saya tidak jadi masalah, itu kejadian yang dulukan yang apa, yang waktu itu FHM

kalau ga salah ya, itu kira-kira 10 tahun yang lalu tapi kalau untuk saya ga ga jadi

masalah juga, Selama kita –kita melakukan itu tidak tidak terbuka secara umum.

Karena kalo kita bicara seni itu sendiri orang harus mengerti kita bicara seni itu

sendiri itu dulu iya kan, sama hal yang saya bilang tadi kalau kita masuk ke, kita

masuk ke istana Bogor itu banyak sekali karya seni yang bagus-bagus. Patung

telanjang segala macem, tapi kalau kita engga suka kesana ga mengerti ya ngapain

kita kesana gitu. Sama halnya anda ga suka dangdut benci sama dangdut, lo nonton

dangdut dari rumah udah siap-siap bawa telor busuk kan bener ga begitu nonton

lempar yang ada, ga ada gunanya kan itu. Nah jangan menjadi manusia yang seperti

itu, karena kalau kita-kita lebih bisa menghargai orang apapun dia lakukan itu akan

baik, sekali lagi saya contohin gini di Bali saya melihat didepan mata saya orang

berdoa di Pura, kan di pantai gitu kan, kiri kanan orang jalan ada turis pake bikini,

masa bodo dia, dia ga pernah marah, saya sama Tuhan, dia ini, belum tentu juga di

berdoa saja. Begitu, dia ga pernah tau karena kan manusia ga pernah tau, cuman

katanya-katanya saya dia tahu setelah dia mati, tapi mati kan ga bisa cerita ke saya

hehe ya kan? Tapi kita punya insting, kita punya feeling, nah justru yang paling

benar karena kalau ga, kita pake insting contohnya kaya gini, sekarang kita kan bisa

ngeri ngeliatnya misalnya kita berbeda pendapat di sembelih ya kan

berbeda-berbeda apa namanya e, keyakinan misalnya itu kan luar biasa ya. Kita nyembelih

ayam aja kadang-kadang ga tega kok, kan dia juga apa lagi manusia kaya gitu. Jadi

hal-hal itulah yang sebetulnya esensi didalam rasa kita-kita kembangkan.

Terakhir, perihal nude art photography sendiri. Ada hal penting apa yang

(18)

Darwis Triadi :Sederhana menurut saya, kalau bagi penikmat sebetulnya biasakan melihat segala sesuatu dengan pikiran yang bersih titik ya. Karena

dengan pikiran kita yang bersih dengan pikiran kita yang masih kosong, yang masih

putih, semua ini jadi kita melihat itu tidak dengan…dengan.. pemikiran yang

enggak-enggak gitu, karena menilai segala sesuatu itu harus pikiran bersih, katakanlah gitu

loh, missal kita melihat orang disitu ada orang teriak-teriak kalau kita ga bersih, gila

itu orang gila. Ngapain itu loh, mungkin dia teriak-teriak karena seneng abis dapet

lotre. Biarinlah saja gitu, selama dia ga mengganggu maksud saya, kalau sudah

teriak-teriak didepan rumah kita, yah kita usir. Itu pertama untuk penikmat, tapi

untuk membuat bertanggung jawablah apa yang anda lakukan jadi pertama adalah

antara pikiran pemikiran perkataan dan perbuatan anda itu harus selaras ya dan

lakukan itu dengan jujur. Sekarang ini gak ada orang jujur. Susah. Iya kan?

Contohnya yang sederhanalah, saya agak bukan, bukan saya mau masalah politik.

Saya ngelihat Ahok saja, Ahok yang diledek apanya coba dia ngomongnya kasar

sama dia bukan muslim, integritas dia bagus, ga bisa. Padahal untuk menjadi

seorang gubernur itu kan diperlukan kejujuran, integritas tinggi, mau berbakti pada

bangsa dia lakukan itu, cuma dia bukan dia tu orang Chinese, dia itu non muslim dan

dia tu cara ngomongnya kasar untuk saya kalau dia ngomong halus, ngomong kasar

saja banyak yang ga nurut kok, iya kan? Nah kembali lagi lagi apa saya kembali

yang pertama saya baru ngomong, manusia tuh susah kalo melihat orang seneng,

seneng kalo ngeliat orang susah. Intinya apa 5 kata, S, I, R, I, K, sirik, itu yang ga

boleh. Itulah esensi hidup, ga boleh sirik, sederhana. Jadi itu sebetulnya apa yang

saya kaitkan semua dari ngomongin seni foto, inilah sebetulnya satu-satu apa ya e,

satu kondisi. Itulah makna kehidupan apapun yang dikaitkan, makanya saya bilang

belajar fotografi itu belajar berkehidupan ya, saya udah karena kalau engga umur

saya udah, gue rasa bokap lo aja lebih tua gue dari umur bokap lu. Tapi semangat

saya ga kalah sama anda. Karena apa saya fotografi saya jadikan dalam kehidupan

(19)

kaya sekarang aja kita ngomongin soal apa pornografi tapi panjang lebarkan saya,

nah tu luar biasanya fotografi. Kalau kita lakukan secara jujur, kita belajar secara

benar fotografi tu mencakup kesemuanya, belajar berkehidupan.

Secara jujur maksudnya yang gimana?

Darwis Triadi :Ya jujurlah yang saya bilang tadi jujur, memotret pake baju di telanjangi di ini. Kita motret telanjang tapi nelen ludah terus ga bener juga kan? Ya,

dan anda memotret, memotret foto, fotografer laki misalnya ya kita ngomongin laki

lah, motret cewek telanjang prinsip yang sederhana dia harus menghargai dulu,

kalau engga entar kaya yang di Jatinangor, fotografer tu model ga mau digebukin, di

apa, (menggelengkan kepala) hah, fotografer yang gini ga boleh hidup malahan lebih

baik kehutan ini yang sebetulnya saya bilang, jadi kalau anda jadi fotografer jadilah

bener, hargai dulu model itu dulu, anda sudah menghargai model anda, sudah

menghargai model anda akan dapet feedbacknya bagus karena kalau anda tidak

menghargai model, apalagi model itu perempuan anda tidak menghargai ibu anda,

anda ibu anda juga perempuan. Jangan dikaitkan telanjang itu porno, otak anda

masih kaya anak kecil berarti. Porno ya ada sendiri biarin saja hehe orang mau

membuat porno biarin saja. Silahkan, nah sekarang terlalu over laping sampe

akhirnya orang ga tau gitu kejadian yang sekarang ya kita lihat saja di TV banyak

sekali kaya begini. Seperti itulah saya sedih ngeliat itu tapi saya ga bisa berbuat apa

orang saya ga bisa buat kebijakan, dengan cara inilah saya bisa ngomong gitu,

supaya generasi yang akan datang ini bisa memahami secara benar gitu.

Memang kalau untuk main set orang Indonesia agak susah ya Om untuk berubah dengan tapi cepat, tapi mungkinkah bakal suatu saat nanti bakal bisa

(20)

akan terbuka main setnya untuk melihat sesuatu itu, nah kalau untuk upaya apa yang Om Darwis lakukan selain membuka pendidikan itu, tapi untuk fotografer yang lain dan buat orang-orang Indonesia yang tidak cuma penikmat ini dan memang ga bisa kalau di suguhkan karya ini?

Darwis Triadi :Ya, nah disini pentingnya sebetulnya gini pertama adalah pembuat kebijakan dulu lah, saya mau ngomong sampe mulut saya kering, kalau pembuat

kebijakan yang diatas juga munafik, ga bisa-bisa ya, jadi disini sebetulnya apa

pembuat kebijakan yang ada diatas semuanya itu juga harus smart, harus pinter, dia

harus gaul, harus tau mengenai kehidupan, wah segala macemlah, iya kan.

Contohnya ga usah jauh-jauh lah skarang ini yang kemarin masuk kardus tu, kan

tadi malem saya baru ngomong, gapapa ini biar anda belajar juga ya, mereka ga tau

gitu, orang baik ngasih duit ternyata apa, itupun ga pernah tau mereka lingkungan

mereka, karena apa..? bodo, dibodohkan gitu loh. Udah kasus begitu saling tunjuk

padahal pemerintah begitu banyak dana ke bidang-bidang seperti itu urusan ke apa,

namanya e, hal yang untuk bisa mengantisipasi itu kan. Nah disini sebetulnya paling

penting adalah bahwa pertama adalah dari atas dulu top dulu baru ke down ke

bawah, top down.

Kalau susah kaya gitu upaya Om Darwis saat ini?

Darwis Triadi :Ya, ya tugas sayalah sekarang ini kalau saya ke daerah saya ke kelompok-kelompok fotografer, saya ke sekolah-sekolah ke universitas saya ngomong

kaya sekarang ini, saya ngomong supaya apa, para pendidik ga berpikir kesana tapi

masalahnya para pendidik itu juga harus jujur sekarang kebanyakan pendidik juga

banyak yang ga jujur banyak, yang ga jujur. Contohnya pendidik, ada dosen-dosen

killer ada kan, ya kalau mau jadi killer jangan jadi dosen gitu. Contohnya yang

(21)

jadi dosen, ya kan? Karena fotografi tu harus bukan hanya sebagai teori saja, dia

harus bisa motret, dia harus betul-betul bisa mengaplikasikan apa yang diomongkan

menjadi sebuah realitas. Dan dia harus mencontohkan, sekarang tidak ada, kasih

contoh yang bagus, susah gitu. Iya kan? Kebanyakanlah contohnya di universitas

antara siswa sama dosen, dosennya ga respect apa mahasiswanya udah ga respect

sama dosen karna lebay, ngajarnya lebay, ininya lebay, udah belajarnya aja mahal

kan ga boleh gitu, karena kalau kita sebagai pendidik itu harus kita ngayomi, saya

punya sekolah murid saya 14 ribu semua tanya, kenal saya ga? Pasti kenal, karena

saya pernah berdialog langsung sama mereka. Walaupun saya lupa namanya tetapi

secara emosional feeling saya, ga usah murid saya saya banyak murid misalnya saya

sering bikin bikin workshop atau seminar di tiap-tiap kota atau di ini, pasti mereka

kenal secara emosional, kenapa? Saya membuat bahwa mereka menjadi nyaman

belajar fotografi menjadi nyaman, dengan cara ya saya harus mendedikasikan

jangan ada jarak, kalau jarak eh elu murid gua, gua guru, ga bisa kan? Kita harus

ga punya jarak, harus nyatu, itu yang harus dipunyai bos dengan bawahan ada jarak,

jangan, itu kan hanya posisi saja, nanti suatu saat dibalik juga bisa gitu, nah intinya

semuanya ini adalah apa kembali lagi kepada bagaimana kita menjalani kehidupan

kita di fotografi luar biasa kan? Jadi anda sekarang ini mendapatkan fotografi

berbeda ya, esensinya lebih luar biasa makanya kalau anda belajar fotografi. Secara

benar, anda mempelajari kehidupan luar biasa disitu, karna apa, spirit ada, motivasi

harus ada, mental harus ada, mental penting kan, sekarang ini baru dikenal dikit

udah belagu, udah sombong, iya kan? Yaudah tau sendiri, baru dikenal di RT

menang lomba RT, wow, lagunya kaya apa jadi ga bener. Di fotografi itu ga boleh

karena fotografer itu kita ga bicara masa lalu, bicara masa depan, kaya hidupkan?

Saya ga pernah bicara, tadi kamu ngomong apa? Soal apa prestasi, saya ga

ngomongin kan? Untuk saya dapet itu ah masa bodo, yang saya pikirin adalah masa

depan karena kalau saya masih mikir ini saya cuma sejarah, sejarah itu apa patung

(22)

kesana nah itulah fotografi saya bilang harus belajar terus, belajar bagaimana kita

menghadapin dalam kehidupan ini gitu gitu.

Balik lagi ke medianya lagi tentang instagram. Nah alasan pemilihan instagram

itu kenapa dan e, apakah itu salah satu cara Om Darwis untuk membuka main set orang-orang Indonesia itu menggunakan instagram, kenapa yang foto-foto nude itu selalu kalo kita buka instagram selalu hitam putih, apakah itu ciri dari Om Darwis atau ada alasan tertentu seperti itu?

Darwis Triadi : Itu juga yang nanya orang Indonesia pasti, hitam putih kan terutama kamu, ok saya akan bilang, kenapa instagram, saya punya facebook

dibajak, yang bajak cuma ada dimana, di Indonesia kan? Betul ga? Saya punya path,

saya ga pake path karena path cuma sampah doang akhirnya, padahal tujuan saya

punya sarana itu untuk saya bisa berkomunikasi sama para fotografer supaya kalau

dia nanya secara teknis saya bisa, tapi sekali lagi masih dinilai kaya begitu lagi kan

yang saya bilang. Akhirnya di blog yak karena dia tidak melihat fungsi dari

instagram itu apa saya udah ga, ngapain saya cari beken udah ga penting lagi. Gila

bos gua udah tua ngapain, ga ada gunanya untuk saya tapi saya punya tanggung

jawab moral bagaimana para fotografer, para penyuka fotografi di Indonesia itu bisa

melakukan komunikasi sama saya, tapi malah akibatnya apa banyak follower saya

dari luar negri, orang bule, malah yang seneng komunikasi secara bagus,

menyedihkan kan? Karena kalau dari orang kita nanyanya apa, yang tadi bilang, beh

kok gendut ininya, beh kok demennya item putih, kok ga colour. Jadi masih fisiknya

saja, padahal untuk saya kembali lagi ya suka-suka gue lah, gitu kan? Karena untuk

saya mau warna mau item putih ga jadi masalah orang akan nanya kenapa lu pake

baju item terus, susah saya jawabnya, iya kan? Karena untuk saya, ya mungkin item

putih menjadi sesuatu yang simple hehehe iya kan? Tapi itu kan pointnya bukan

(23)

dinikmatin nah makanya justru yang saya mau bilang, kenapa bangsa kita itu selalu

nanyanya yang seperti itu, kok kupingnya ga keliatan, kok tangannya ga keliatan gitu

loh. Kembali lagi kok item putih entar kalo saya foto warna dibilang tumben ni foto

warna gitu kan? Nah inilah yang harus dihilangkan makanya anda-anda semua ini

kan, ini generasi yang akan datang saya bilang jadi, mulailah belajar dengan hal

yang tidak sepeti itu makanya kenapa orang kita kalau dijenguk sakit males, karena

abis ngejenguk sakit dia pasti diomongin bener ga? Iya kan? Ini saya masukin ini

supaya ada garis merahnya kesana gitu karena inilah karakter sifat kita yang

dipelihara, begitu pulang, ih iya pantes dia sakit soalnya kenapa hobinya makan,

ininya ini orangnya pelit, oh semuanya diomongin jadinya bukannya didoain untuk

sembuh tapi engga. Fotografi juga gitu saya kalo pameran fotografi, tau gitu, saya

lihat aja begitu ada fotografer datang tekk, dia nanya, maskok sekarang fotonya

gayanya seperti ini, saya susah jawab gitu, paling saya jawab ya saya suka gini,

udah ga ada jawaban yang teknis kan? Tanya lagi kok senengnya modelnya gini ya,

karena gua suka mau diapain hehehe itu kan lebih. Sebetulnya bukan pertanyaan itu,

tapi kalo misalnya oh e, dia tanya ini tendensinya fotografi kearah teknisnya seperti

ini, apakah ini menjadi sebuah tren nantinya, mau menjadi trendsetter atau apa,

akhirnya baru saya jawab teknis biasanya, oke kenapa, karena saya menemukan

teknis seperti ini akibatnya kalau ini saya coba tampilkan dengan gaya seperti gini

akhirnya nanti efeknya akan berbeda. Saya akan jawab begitu tapi kalau hanya

masalah yang lebih ke fisik agak susah dijawab gitu, misalnya ya tervisualisasikan

untuk saya gitu tapi juga kadang-kadang warna juga bagus kadang-kadang gitu, itu

(24)

Terkait dengan hukum di Indonesia, berkaitan dengan pornografi, tanggapan

atau Om seperti apa di Indonesia?

Darwis Triadi :Ya sekarang gini, ada undang-undang anti pornografi, tapi kan kita harus bisa melihat bahwa itu porno atau engga sekali lagi tadi, makanya kalau itu

anda misalnya membuat sebuah memang foto porno anda sebar-sebarin ya itulah

pornografi, tapi kalau anda membuat foto seni yang bisa dipertanggung jawabkan

secara artistic dengan ahlinya jelas ya dengan pakarnya, terus anda pameran

didalam galeri yaitu bukan pornografi namanya, jadi pembuat kebijakan pembuat

undang-undang itu juga harus yang mengerti, kalau engga ya kacau dunia ini gitu

loh. Mau dibawa kemana itu aja sebetulnya, karena jangan sekali-kali kita membuat

sebuah kebijakan tanpa kita ngerti artinya gitu, sesederhana itu gitu loh. Kaya saya

misalnya saya ga ahli dibidang misalnya apalah bidang kelautan saya bikin, ok lu ga

boleh gini. Bubarlah itu namanya kebijakan mereka harus yang ngerti gitu, jadi

membuat sebuah kebijakan membuat sebuah undang-undang, membuat sebuah

(25)

TRANSKRIP WAWANCARA PAKAR HUKUM IBU MAYA INDAH

Jadi pertanyaan pertama itu, bagaimana ibu Maya menjelaskan tentang konsep

ketelanjangan dari pengertian ibu sendiri kemudian dari ranah hukum?

Ibu Maya Indah :Iya. Menurut saya konsep ketelanjangan dalam hal ini kalau dikaitkan dengan seni ya, nude art photography menurut saya ini adalah sebuah

bagian dari pendapat seseorang untuk mengemukakan ekspresinya, terutama dalam

karya seni, untuk menyampaikan informasi. Kebetulan informasinya itu tentang suatu

keindahan yang menyangkut tentang tubuh seseorang. Tentu ketelanjangan ini

berarti kan..e, kaitannya dengan soal sensualitas keindahan dan menurut saya itu

jangan melulu dikaitkan pasti perempuan ya. Kan laki-laki itu menurut saya juga

punya e..sensualitas. tetapi selama ini pemaknaan ketelanjangan itu kan hanya

dimaknai perempuan yang telanjang. Bagi saya itu sedikit bias gender juga ya. Gitu.

Bahkan, seringkali dikatakan ini perempuan senang sekali menjadi obyek sensualitas

dan sebagainya. Menurut saya ketelanjangan itu ada sebuah pemaknaan disatu sisi

memang bisa dimaknai sebagai sebuah seni ya. Memang kalau dilihat informasi

dalam bentuk karya seni, itu hak seseorang dalam berekspresi itu juga diatur dalam

hak asasi manusia loh itu, ada konvesi hak sipil, politik, ada deklarasi deliberatif hak

asasi manusia. Tapi kalau dikaitkan dengan persoalan hukum memang ada suatu

pembatasan, gitu. Jadi hak kebebasan ekspresi termasuk hak berpendapat melalui

karya seni tadi, itu tuh juga ada pembatasannya dan pembatasan itu juga diakui

dalam konteks hukum internasional dan hukum nasional kita. Nah, pembatasannya

sejauh mana? Apabila dikaitkan dengan moral publik-public moral, dikaitkan dengan

nilai susila. Nah ini yang menjadi perdebatan dalam konteks pemaknaan

(26)

Disatu sisi lain sebagai sebuah karya seni yang sebenarnya memuat konten-konten

pornografi. Nah, perdebatananya muncul disitu. Tidak semua bisa memahami karya

seni ketelanjangan, gitu kan? Seperti contoh ketika kasusnya anjasmara, dulu ya,

pernah kan? Dia menggambarkan sosok adam dan hawa. Kebetulan dia menjadi

adam. Dan dia tidak telanjang bulat atau menampilkan ketelanjangan gitu ya. Ada

yang mengatakan ya, gak mungkin kan, Adam memakai jas kayak saya. Tapi ya tentu

harus menggambarkan konteksnya pada waktu itu. Jadi kesan ketelanjangan itu e,

kesan yang memang menurut saya kalau hanya ketelanjangan tapi tidak

mempertontonkan secara eksplisit alat kelaminnya itu memang tidak bisa dikatakan

porno ya. Tapi kalau dia sudah menampilkan secara eksplisit alat kelamin gitu ya,

atau bagian dari suatu persenggamaan misalnya, maka itu sudah memuat konten

pornografi. Jadi bagaimanakah kita bisa memaksakan suatu ide seni tentang

keindahan didalam pikiran orang. Maka memang tidak risau, tapi memang

batasannya yang jelas memang ada public moral ada batasan bahwa itu tidak bisa

menampilkan secara eksplisit alat-alat kelamin itu. Intinya disitu.

Kemudian pertanyaan yang kedua bu, kalau di Nude Art Photography itu kan

memang tidak menampilkan secara eksplisit seperti yang ibu katakan, namun secara dari public moralnya ada beberapa masyarakat yang setuju, ada beberapa masyarakat yang juga kontra dengan keberadaan Nuda Art itu sendiri. Nah, kalau dilihat dari sisi hukum apakah sebenarnya NAP mempunyai ruang dari hukum Indonesia yang kita punya sekarang, untuk istilahnya bisa dinikmati secara sah?

Ibu Maya Indah :Saya ingin menjelaskan konteks hukum khususnya di Indonesia ya. Kalau di hukum itu kan ada adagium, dimana ada masyarakat disitu ada hukum. Ubi

societas, ibi ius. Jadi hukumnya itu juga tergantung masyarakatnya. Khusus di

(27)

memang masih terhitung baru. Persoalannya adalah, dari pembentuk

undang-undang itu ingin ya, dari ide filosofisnya, ide sosiologisnya itu ingin menjaga moral

publik, menjaga nilai kesusilaan masyarakat. Termasuk katanya bahkan menjaga

nilai-nilai seni supaya tetap on the right track gitu kan ya. Nah yang menjadi

perdebatan adalah ketika pornografi itu diukur dengan sebuah kata yang disebut

dengan nilai kesusilaan masyarakat. Nah, kalau saya mengutip definisi pornografi

dalam undang-undang pornografi memang itu berarti dimaknai sebagai suatu

gambar, sketsa, atau ilustrasi atau foto atau tulisan atau suara, bunyi, gambar

bergerak, animasi, kartun, percakapan, termasuk gerak tubuh, atau bentuk pesan

lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan atau pertunjukkan dimuka

umum yang memuat kecabulan atau eksplotasi seksual yang melanggar norma

kesusilaan dalam masyarakat. Nah, yang menjadi persoalan adalah kapan konten itu

diaktakan memuat konten kecabulan? Atau konten itu kapan melanggar norma susila

didalam masyarakat. Nah, sementara norma susila itu kan suatu definisi yang

menurut saya relatif juga. contoh, misalnya seseorang dipotret dilihat bentuk

tubuhnya bak gitar gitu ya, lalu dia memakai baju yang pinggangnya turun, sehingga

dia betul-betul mencerminkan suatu foto nude nah. Nah ketika orang memandang

wuih, indah sekali ya. Apalagi ada permainan cahaya, permainan apa gitu yang

orang senilah yang mengetahui. Tentu orang melihat uh, betapa indah ciptaan

Tuhan. Tapi disisi lain. Kadang orang melihat, oh itu bukan seni. Itu sudah

mencerminkan suatu kondisi yang, memuat konten-konten tentang pelanggaran susila

dalam masyarakat. Nah, sementara susila dalam masyarakat itu ukurannya juga

berbeda-beda. Misalnya rok mini, diatas lutut ada yang menganggap itu melanggar

susila dan dituduh justru bahwa gara-gara konten pornografi ini banyak terjadi

perkosaan. Saya tidak begitu sependapat dengan hal ini, begitu ya. Menurut saya,

bahwa pemaknaan kesusilaan yang ambivalen dalam masyarakat ini yang belum

menemukan bentuknya, termasuk itu apa namanya, kaitannya dengan budaya. Bisa

(28)

justru malah yang mikir, ya. Bukan, bukan, apa namanya. Kalau misalnya cewek

suatu celah dimana hukum itu bisa bersifat karet. Karet itu kan bisa diulur

kesana-kesini, multi-purposif. Tergantung cara pandang orang yang melaporkannya dan

orang yang menegakannya. Menurut saya ini bisa menjadi bahaya juga ya. Satu,

bahaya bagi hak orang pekerja seni untuk mengungkapkan ekspresinya, terus itu

sebenarnya memuat konten-konten yang memang merupakan suatu karya seni. Disisi

yang lain memang membuka celah bagi orang-orang yang tidak memahami betul

tentang seni, bahwa dia pemahamannya sempit tentang persoalan susila didalam

masyarakat. Jadi misalnya yang disebut dengan konten pornografi itu bila dia

memuat misalnya didalam undang-undang itu ka nada tentang persenggamaan, dia

memuat tentang kekerasan seksual, nah yang dimaksud kita dia memuat tentang

ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan. Nah, tampilan yang

mengesankan ketelanjangan ini sebenarnya asal dia pake penutup ya, kondisi

seseorang yang menggunakan penutup tubuh tapi masih menampakan alat

kelaminnya secara eksplisit. Jadi kalau dia tidak menampilkan alat kelaminnya

secara eksplisit, sebenarnya itu bukanlah melanggar hukum sebagaimana makna

pornografi dalam UU 44 tahun 2008. Nah, pertanyaannya adalah, yang secara

eksplisit itu yang seperti apa, kan ya? Apakah jelas kelihatan vulgar? Atau itu yang

seperti apa – penutup tubuh yang seperti apa? Pakaian yang sesuai dengan warna

kulit, mempertontonkan alat kelamin secara eksplisit kan tertutup, tapi kan secara

eksplisit kan itu berarti seperti apa? Ini menurut saya pasal yang sifatnya tadi

multi-purposif.Jadi memang perlu ada kehati-hatian ya, kalau mengungkapkan sebuah

(29)

ambivalen, masih belum memahami seni, dan dalam undang-undangnya pun

ditunjang undang-undang yang belum membuka ruang penafsiran yang sedemikian

luas tentang makna ketelanjangan.

Pertanyaan berikutnya, ini ada juga studi kasus ya bu, kalau seperti tadi

kasusnya anjasmara itu, kalau disitu kan konteksnya si anjasmara sendiri tidak merasa dieksploitasi saat melakukan foto-foto seperti itu. Nah saat kemudian anjasmara yang tidak merasa melakukan konten pornografi dilaporkan ke polisi, bagaimana hukum Indonesia bisa menyelamatkan dia?

Ibu Maya Indah :Sebenarnya kalau kita melihat apakah itu melanggar hukum atau tidak, itu kan tergantung –unsur-unsur tindak pidana. Terpenuhi atau tidak didalam

undang-undang yang ada, UU 44 tahun 2008 . unsur eksploitasi tuh tidak ada,

sehingga kalau semisalnya saya menyediakan diri, mempertontonkan diri atau saya

mempertontonkan orang lain, dalam suatu pertunjukan atau dimuka umum, dan itu

menggambarkan suatu ketelanjangan, saya kan itu dengan niat saya sendiri. Bahkan

mungkin saya bisa dapat uang. Artinya, tidak ada tekanan bagi saya untuk saya itu,

tidak dipaksa untuk telanjang . itu dalam undang-undang, kalau kita bicara secara

legalistis, dalam uu pornografi itu sudah termasuk unsur. Artinya mempertontonkan

diri, berarti bahwa dia atas kemauannya sendiri sepanjang dia menggambarkan

ketelanjangan, dimuka umum itu sudah bisa masuk unsur pasal. Bahkan ancamannya

tinggi ya, maksimal sepuluh tahun dan denda maksimal 5 milyar. Jadi bagi yang

menjadikan orang lain sebagai obyek kena, bagi modelnya sendiri juga kena. Terlepas dari apakah itu dieksploitasi dipaksa, atau…kalau dipaksa jelas dia menjadi korban. Misalnya, secara nggak sengaja saya lagi dikamar mandi lalu gatau

saya dishoot, nah itu, saya korban. Tapi kalau saya sengaja mempertontonkan diri,

saya bisa kena undang-undang pornografi. Asal menampilkan gambaran

(30)

dikatakan cukup jelas, padahal kita merasa gak jelas. Hanya dikatakan begini,

pokoknya dia walaupun kondisinya itu menggunakan penutup tubuh tetapi masih

menampilkan alat kelamin secara eksplisit. Nah, yang dilakukan anjasmara itu kan

ada sutradaranya juga tentu ya. Apakah dia mempertontonkan alat kelamin secara

eksplisit ? Eksplisit itu kan berarti vulgar. Kalau implisit itu tidak kelihatan, kalau

eksplisit itu kan vulgar. Tapi masih tertutupkan, pakai long jon kalau gak salah.

Apakah itu bisa dikatakan eksplisit? Menurut saya, ya dia tidak menampilkan secara

eksplisit gitu kan, dan konteksnya adalah cerita tentang adam dan hawa. Jadi

memang ya, gimana ya. Mungkin sebagian masyarakat kita belum siap untuk

menerima sebuah seni ketelanjangan dalam artian yang seakan-akan menampilkan

telanjang. Dulu pernah terjadi, kalau gak salah, siapa itu penyanyi Titi Dj, dia pakai

baju warna kulit, seakan-akan dia itu tidak pakai apa-apa. Padahal dia mengesankan

ketelanjangan saja. Tapi kan dia memang pakai, dan tidak mempertontonkan alat

kelamin secara eksplisit. Menurut saya itu tidak masuk unsur pasal. Menurut saya,

itu gak, gak masuk itu, sebagai suatu tindak pidana gitu ya. Hanya memang ketika

undang-undang di Indonesia ini tidak membutuhkan suatu kepastian hukum, ini juga

menjadi warning ya bagi para pekerja seni itu. Lebih berhati-hati, paling tidak,

sebagai panduan jangan sampai, satu tadi, menampilkan alat kelamin secara

eksplisit, menampilkan ketelanjangan secara eksplisit vulgar. Jadi memang sense nya

berbeda antara keindahan dengan suatu seni yang benar-benar seni dan pornografi.

(31)

TRANSKRIP WAWANCARA PAK ISWORO

SENIMAN / BUDAYAWAN

Menurut Pak Isworo sendiri, konsep dari “Ketelanjangan” di dalam seni itu

sendiri apa pak?

Pak Isworo :Maksudnya? Kalau menurut saya, lukisan telanjang gitu? Itu kan suatu seni yah, jadi kita lihat dari keindahan, Keindahan,kalau orang maaf yah

perempuan, kalau ditutupi semua kan indahnya ga ada, ia kan? Kalau dia terbuka (

Realis ya maksud saya istilah dalam seni lukis ) Realis bukan dilihat dari kelamin,

kita lihat dari seni, itu kan indah sekali. Apalagi manusia, sedangkan binatang aja

bisa menampilkan keindahannya, umpama burung merak..itu kalo biasa aja, kalau

dia mengeluarkan keindahannya kan bisa nyekrokk..besar gitu, cendrawasih, burung

jalak bali..ohh kalau dia udah kicau udah ga ada burung lain yang menang

ituh..nadanya tinggi bagus. Jadi dilihat dari arti keindahan seni gitu lho..

Jadi kalau saya menyebut fotografi telanjang itu sebagian karya seni, itu benar

tidak menurut Pak Isworo?

Pak Isworo :Iya, itu kan dari yang melihat, dilihat dari posisi dimana, dari posisi seni..indah..realis ya maksudnya ya sih..tapi kalau dari pihak lain ada yang di bilang

porno,itu kan dari..itu kan dilihat dari kelamin, ia kan? Terus asosiasinya dah lain

lagi..oh ini wanita telanjang..asosiasinya ini..ini..ini dah lain, ibaratnya kita melihat danau rawa pening, kalau yang melihat aku seniman wahh…itu dilukis bagus yah, pemandangan ada gunungnya, tapi kalau seorang insinyur itu di bikin hotel

menghadap sana bagus, terus pembangkit listrik udah lain lagi, terus pertanian udah

(32)

Karya-karya seni foto telanjang ini kan ya dalam prakteknya adalah yang

mengerjakan para seniman juga, seniman foto tentunya, sampai disebut karya seni . Dan karya ini akan di pamerkan dan dilihat bukan hanya pekerja seni, nah bagaimana bapak sebagai pekerja seni, istilahnya mengemas sebuah keindahan agar bisa dilihat oleh orang diluar?

Pak Isworo :Ya, jadi itu kalo dilihat dari seni kita pameran memang gambar nude yah, itu kan khusus. Jadi bukan untuk kalangan semua anak bisa masuk kan enggak,

biasa kan hanya khusus, jadi disitu sudah disebutkan kalau pameran untuk gitu..

Saya lihat ada satu lukisan dibelakang bapak, nah ini bercerita tentang budaya

atau tradisi di bali, mungkin bapak bisa ceritakan sediki tradisi yang ada di dalam lukisan tersebut ?

Pak Isworo :Ya jadi lukisan yang begini, ini kan tradisi di bali. Jadi memang orang wanita-wanita di bali ya tidak jaman dulu aja, sampe sekarang masih ada, jadi kalau

ini kan suatu ciri khas di bali, bukan orang Indonesia saja, dunia udah

mengakui..tau. kalau di bali gitu, lalu kedua kalau di papua itu udah lain lagi kan?

Pake koteka ,lepas ( telanjang dada ) kalau itu dikenakan RUU Pornografi.. Ya ancur semua seni, terutama di Jawa tengah. Borobudur, Prambanan, habis noo…padahal itu dunia yang punya bukan Indonesia saja. Biaya semua perbaikan dunia lho itu,

bukan Indonesia itu. Waktu di bom itu mau di ancurin kan itu? Roro jonggrang dunia

ga ada duanya, patung sebesar itu batu penuh lho bukan sambungan itu, di dalem

candi. Coba lihat baru tau kalo seni itu indah bagus. Ya kan itu kena UU itu ancur

terus mau cari dimana ? gak ada..mau bawa kemana gak bisa..jadi lukisan dilihat

dari segi seni aja jangan dilihat dari segi lain. Lah orang-orang yang membilangkan

itu jelek, pornografi..lah itu asosiasinya udah lain lagi, kalo melihat kaya

gini..asosiasinya oh gini. Tapi kalau seni enggak wahh..ini indah, wanita tuh indah

(33)

Perihal dengan fotografi telanjang , seperti yang bapak bilang, beberapa

karya-karya ini memang khusus untuk kalangan-kalangan tertentu yang bisa menikmati, ada beberapa karya memang bukan cuma dilihat kalangan tertentu, tapi kalangan umum, beberapa dari mereka menganggap bahwa, wah ini bukan karya yang pantas, karena asosiasi mereka yang sudah terlanjur salah atau sebagainya, kalo menurut bapak karya-karya seperti ini, menjadi ancaman atau tidak untuk kultur kita yang kesannya kultur kita yang tertutup

Pak Isworo :Enggak,jadi kalau seorang seniman itu tidak punya ancaman, orang seni itu bebas, bukan sebebas sebebas semaunya sih enggak..bebas..sebab di bilang

seni, coba kalau sekarang di bilang kriya, itu gear besi, apa ditumpuk-tumpuk di

bikin apa, itu seni..itu barang apa sih, barang limbah dibuang, ditempel-tempel di

gabung-gabung juga bisa seni, mana ada orang mau gituh..apalagi seni ini dari cat

dibikin indah bisa dinikmati orang banyak, padahal kan pake kuas aja kita

membikinkan,oh dibikin wanita cakep, dibikin seram, sebenarnya kan tinggal

senimannya aja, makanya yang dibilang seni itu kan bebas, seperti karya seni

fotografi, kan orang lain kan gak tau, oh ini dibikin gini..dibikin gini kaya foto

dibikin bayangan, terus dibikin apalah sinar-sinarnya gituh kan hanya semua itu dari

seninya aja. Nah Kalau itu sudah menghasilkan yang bagus,orang baru bisa bilang

Referensi

Dokumen terkait

Adapun sisanya untuk bagian anak-anak, yaitu satu anak laki-laki (bagiannya sama dengan bagian dua anak perempuan), sementara dua anak perempuan masing-masing

Pf,MENANC LELANG!. Nt6a

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara

− Prototipe sistem SDR skala lab dengan frekuensi maksimal RF 50 MHz dengan daya RF kurang dari 1 mW menggunakan daughterboard Basic Tx-Rx dapat dikembangkan untuk sebuah

• Sugesti adalah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri sendiri maupun dari orang lain yang pada umumnya diterima individu tanpa daya kritik (Bimo Walgito,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kepuasan kerja dan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap organizational citizenship behavior

Seperti yang telah terjadi, gaya hidup pada zaman modern ini telah mendorong orang mengubah gaya hidupnya seperti makan makanan siap saji, makanan kalengan, sambal botolan,