• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802012061 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802012061 Full text"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN MAKNA HIDUP PADA LANSIA YANG TINGGAL

DI PANTI WREDHA DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA

KELUARGA

OLEH

Erikca Hesty Ferdian 802012061

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Erikca Hesty Ferdian

Nim : 802012061

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

PERBEDAAN MAKNA HIDUP PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia atau mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 11 Desember 2015 Yang menyatakan,

Erikca Hesty Ferdian Mengetahui,

Pembimbing

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Erikca Hesty Ferdian

Nim : 802012061

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

PERBEDAAN MAKNA HIDUP PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA Yang dibimbing oleh:

Ratriana Y.E. Kusumiati. M.Si., Psi Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 11 Desember 2015 Yang memberi pernyataan,

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

PERBEDAAN MAKNA HIDUP PADA LANSIA YANG TINGGAL

DI PANTI WREDHA DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA

KELUARGA

Oleh

Erikca Hesty Ferdian 802012061

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 12 Januari 2016eptemb2015 Oleh:

Pembimbing,

Ratriana Y.E. Kusumiati. M.Si., Psi.

Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(7)

PERBEDAAN MAKNA HIDUP PADA LANSIA YANG TINGGAL

DI PANTI WREDHA DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA

KELUARGA

Erikca Hesty Ferdian Ratriana Y.E. Kusumiati

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(8)

i Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara makna hidup pada lansia yang tinggal di panti wredha dengan yang tinggal bersama keluarga. Partisipan pada penelitian ini adalah berjumlah 60 orang dan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan skala Purpose In Life Scale (PIL) yang dikembangkan oleh Crumbaugh dan Maholik (1964). Teknik analisa data yang dipakai adalah dengan uji-t. Dari hasil analisa data diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,012 (p < 0,05), yang berarti ada perbedaan makna hidup yang tinggal di panti wredha dengan yang tinggal bersama keluarga, dimana makna hidup lansia yang tinggal bersama keluarga lebih tinggi daripada lansia yang tinggal di panti wredha.

(9)

ii

Abstract

This study aims to determine the significance of the difference between the meaning of life in the elderly living in nursing homes with living with the family. Participants in this

study were of 60 people and the sampling technique used was purposive sampling. Methods of data collection with the scale Purpose In Life Scale (PIL) developed by

Crumbaugh and Maholik (1964). Data analysis technique used is the t-test. From the analysis of the data obtained significance value of 0.012 (p < 0.05), which means that

there are differences in the meaning of life living in nursing homes with living with the family, where the meaning of life of elderly who live with families is higher than the elderly living in nursing homes.

(10)

1

PENDAHULUAN

(11)

2

hidup itu sendiri. Namun, sikap ini akan bertolak belakang jika didalam diri mereka tidak terdapat integritas yang mana sikap terhadap datangnya kecemasan akan terlihat.

Lansia akan menghadapi berbagai persoalan seperti perasaan kesepian, menurunnya kondisi fisik dan kognitif, perasaan tidak mampu, kematian pasangan atau orang-orang terdekat, hilangnya dukungan sosial dan penurunan kesempatan dalam hal ekonomi karena tidak bekerja atau pensiun (Suprapto, 2013). Penurunan secara fisik, mental dan minat menyebabkan lansia mengurangi aktivitas rutinnya. Dampak buruk bagi lansia adalah lansia akan terisolisir, tidak berkembang dan kesempatan mengaktualisasikan dirinya semakin kecil. Tekanan sosial yang diterima lansia akan mengembangkan munculnya perasaan tidak berguna, bosan, dan rendah diri (Hurlock, 1980).

Perasaan bosan merupakan gejala munculnya kevakuman eksistensi atau frustrasi eksistensial (Frankl, 2003). Frustrasi eksistensial adalah sebuah kondisi ketika seseorang merasa kehilangan makna dalam hidupnya. Oleh karena itu setiap individu harus berusaha untuk dapat menemukan makna hidupnya karena hanya dengan adanya tujuan, hidup akan terlihat lebih jelas dan terarah. Banyak lansia memiliki perasaan sudah tidak berguna dan merasa tidak dibutuhkan lagi. Hal ini akan menimbulkan frustrasi yang mengakibatkan perasaan yang rendah diri dan juga merusak kepercayaan diri yang dimiliki. Berbagai persoalan tersebut dapat mempengaruhi lansia dalam memaknai kehidupan.Persoalan makna hidup, menurut Madjid dalam Bastaman (2007) begitu besar dan penting artinya, karena kosongnya makna hidup akan membuat orang tidak tahan terhadap penderitaan dan tidak memiliki rasa harga diri yang kokoh.

(12)

3

makna hidup dalam arti umum melainkan makna hidup dalam arti khusus dari hidup seseorang pada suatu waktu. Yalom (Bastaman, 1996) menjelaskan bahwa pengertian makna hidup di dalamnya terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dandipenuhi. Sama halnya disampaikan Bastaman (1996) yang mengartikanbahwa makna hidup adalah hal-hal yang dipandang penting, benar , dandidambakan, memberikan nilai khusus serta dapat dijadikan tujuan hidupseseorang. Apabila berhasil ditemukan dan dipenuhi, maka kehidupannya menjadi berarti dan menimbulkan perasaan bahagia.

(13)

4

lansia menemukan tujuan hidupnya, kepuasan hidup yang dimiliki, kebebasan hidup lansia, sikap yang dimiliki lansia dalam menghadapi kematian, pikiran mengenai bunuh diri dan kepantasan hidupnya seperti yang disampaikan oleh Crumbaugh (Koeswara, 1987).

Orang yang pertama kali mengemukakan gagasan tentang makna hidup (meaning of life) adalah Frankl (2003) dengan teorinya yang diberi nama Logoteraphy. Dalam logoterapi, manusia dikatakan pada dasarnya memiliki kebebasan berkehendak (the freedom of will), kehendak untuk bermakna (the will to meaning), serta makna hidup (meaning of life). Frankl menyimpulkan bahwa kehidupan yang sehat adalah kehidupan yang penuh makna. Hanya dengan makna yang baik orang akan menjadi insan yang berguna tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Menurut Frankl (2003) karakteristik makna hidup meliputi tiga sifat, yaitu:

a. Makna hidup sifatnya unik dan personal.

Artinya apa yang dianggap berarti bagi seseorang belum tentu berarti bagi orang lain. Bahkan mungkin apa yang dianggap penting dan bermakna pada saat ini oleh seseorang, belum tentu sama bermaknanya bagi orang itu pada saat yang lain. Dalam hal ini makna hidup seseorang dan apa yang bermakna baginya biasanya bersifat khusus, berbeda dengan orang orang lain, dan mungkin dari waktu ke waktu berubah pula.

b. Makna hidup sifatnya spesifik dan konkrit.

(14)

5

c. Makna hidup sifatnya memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan

Artinya makna hidup seakan-akan menantang (challenging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk memenuhinya. Begitu makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, maka seseorang akan terpanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya pun menjadi lebih terarah.

Crumbaugh (Koeswara, 1987) menciptakan PIL Test (The Purpose in LifeTest) berdasarkan pandangan Frankl tentang pengalaman dalam menemukan makna hidup, yang dapat dipakai untuk mengukur seberapa tinggi makna hidupseseorang. Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur tinggi-rendahnya maknahidup tersebut, antara lain:

a. Tujuan hidup, yaitu sesuatu yang menjadi pilihan, memberi nilai khusus serta dijadikan tujuan dalam hidupnya.

b. Kepuasan hidup, yaitu penilaian seseorang terhadap hidupnya, sejauh mana ia bisa menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan aktivitas-aktivitas yang dijalaninya.

c. Kebebasan, yaitu perasaan mampu mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab.

(15)

6

e. Pikiran tentang bunuh diri, yaitu bagaimana pemikiran seseorang tentang masalah bunuh diri. Bagi orang yang mempunyai makna hidup akan berusaha menghindari keinginan untuk melakukan bunuh diri atau bahkan tidak pernah memikirkannya.

f. Kepantasan hidup, pandangan seseorang tentang hidupnya, apakah ia merasa bahwa sesuatu yang dialaminya pantas atau tidak.

(16)

7

Dari beberapa wawancara yang dilakukan penulis terhadap beberapa lansia yang tinggal baik di panti wredha maupun keluarga di Salatiga, mereka mengemukakan bahwa lingkungan mempengaruhi tentang bagaimana mereka menjalani kehidupannya sehari-hari termasuk orang-orang yang berada disekitarnya. Mereka yang tinggal di panti mengaku bahwa dalam menjalani rutinitas sehari-hari, ia tetap bersemangat meskipun tanpa kehadiran keluarga. Sedangkan bagi mereka yang tinggal bersama keluarga, mereka mengaku bahwa dalam menjalani kehidupannya sehari-hari peran keluarga memberi arti tersendiri baginya dan ia percaya bahwa tidak ada yang bisa mengganti peran keluarga selain keluarga itu sendiri. Soepangat (2004) menjelaskan bahwa para lansia yang dititipkan di panti pada dasarnya memiliki dua sisi yaitu negatif dan positif. Diamati dari sisi positif, lingkungan panti dapat memberikan kesenangan bagi si orang tua. Sosialisasi di lingkungan yang memiliki tingkat usia sebaya akan menjadi hiburan tersendiri, sehingga kebersamaan ini dapat mengubur kesepian yang biasanya dialami mereka. Tetapi jauh di lubuk hati, mereka merasa jauh lebih nyaman berada di dekat keluarganya.

(17)

8

dengan saudara akan membantu mengembalikan kehangatan dan persahabatan yang secara tradisional disediakan oleh hubungan keluarga. Lansia yang tinggal di panti wredha cenderung lebih mudah mengusir kesepian karena mempunyai banyak teman yang selalu bisa diajak interaksi dan berbagi cerita.

Sedangkan Bomar (2004) menjelaskan bahwa dukungan keluarga adalah suatu bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan emosi, penghargaan, informasi dan instrumental. Dukungan sosial keluarga mengacu pada dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga. Dukungan bisa atau tidak digunakan tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri maupun anak merupakan sistem pendukung yang berarti sehingga dapat memberikan petunjuk tentang kesehatan mental, fisik dan emosi lanjut usia.

Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cahyawati,dkk. (2009) tentang “Perbedaan Makna Hidup Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti Wredha Dengan

Yang Tinggal Bersama Keluarga” menyebutkan bahwa makna hidup lansia yang tinggal

bersama keluarga lebih tinggi dari lansia yang tinggal di panti wredha. Tetapi hasil

penelitian lain yang dilakukan oleh Aruna Dubey,et all (2011) tentang “ A Study of

Elderly Living in Old Age Home and Within Family Set-up in Jammu” menunjukkan

(18)

9

Bersama Keluarga dan Tinggal di Panti Wredha” menyebutkan bahwa tempat tinggal

tidak memengaruhi tingkat kebermaknaan hidup pada lanjut usia, baik yang tinggal bersama keluarga maupun tinggal di panti wredha.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang penelitian dan adanya hasil penelitian yang pro kontra, maka hal tersebut yang menguatkan keingintahuan penulis untuk mengetahui apakah ada perbedaan makna hidup pada lansia yang tinggal di panti wredha dengan yang tinggal bersama dengan keluarga. Penulis beranggapan bahwa ada perbedaan makna hidup pada lansia yang tinggal di panti wredha dengan yang tinggal bersama keluarga.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode komparatif dan ingin mengukur perbedaan antara makna hidup pada lansia yang tinggal di panti wredha dengan yang tinggal bersama keluarga.

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah lansia yang berjumlah 60 orang baik yang tinggal di Panti Wredha di Salatiga dan yang tinggal bersama keluarga. Teknik pengambilan sampel partisipan menggunakan teknik purposive sampling dengan melihat karakteristik tertentu, yaitu:

1. Berusia 60 tahun keatas

2. Minimal sudah tinggal di panti wredha atau tinggal bersama keluarga selama 6 bulan

3. Dapat berkomunikasi dengan baik

(19)

10

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan penulis dengan pertama-tama memohon surat persetujuan dari dosen pembimbing untuk mengambil data yang ditujukan kepada ketua yayasan beberapa panti wredha yang dipilih di Salatiga. Kemudian penulis akan menghubungi ketua yayasan beberapa panti wredha yang dipilih di Salatiga untuk memohon izin agar dapat mengambil data dari para lansia yang tinggal di panti wredha dengan menyebarkan angket yang harus diisi, selanjutnya jika izin diberikan maka penyebaran angket sejumlah 30 bagi para lansia yang tinggal di panti wredha dimulai. Penulis memperoleh partisipan lansia sebanyak 18 orang yang tinggal di Panti Wredha Salib Putih Salatiga dan 12 partisipan lansia yang tinggal di Panti Wredha Mandiri Salatiga. Bagi para lansia yang tiggal bersama keluarga, penulis memperoleh partisipan dengan cara meminta izin serta mendatanginya secara langsung ke tempat dimana partisipan yang telah dipilih tinggal, setelah izin diberikan maka penyebaran angket sejumlah 30 bagi para lansia yang tinggal bersama keluarga dimulai. Penulis memperoleh 10 partisipan lansia yang tinggal bersama keluarga di Kipenjawi IV Salatiga, 10 partisipan lansia yang tinggal di Soka sari Salatiga dan 10 partisipan lansia yang tinggal di Tingkir Salatig. Penulis telah menyiapkan 70 skala psikologi yang akan digunakan dengan rincian 60 untuk digunakan dalam penelitian, dan 10 sebagai cadangan apabila ada kesalahan dalam prosedur pengisian ataupun faktor kesalahan lainnya, namun skala psikologi yang terpakai hanya 60 saja.

(20)

11

Dalam pengumpulan data penulis menghadapi kendala, seperti adanya beberapa lansia yang tinggal di panti wredha maupun yang tinggal bersama keluarga mengalami penurunan penglihatan maupun memang dari dulu tidak bisa membaca, maka penulis membantu para lansia tersebut mengisi angket yang sudah ada dengan cara membacakannya. Setelah semua angket terisi maka penulis segera mengelompokkan berdasarkan tempat dimana para lansia tinggal dan mulai memasukkan penilaian dan melaksanakan pengolahan data dengan perhitungan statistik. Kemudian dari skala psikologi yang disebar, semuanya kembali dan semuanya itu bisa dipakai dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian akan diolah menggunakan bantuan program komputer SPSS Statistics 21.0for windows.

Alat Ukur Penelitian

Teknik Pengumpulan data adalah dengan menggunakan angket yang akan diisi oleh lansia yang tinggal di Panti Wredha di Salatiga dan yang tinggal bersama keluarga. Angket yang akan diberikan berupa skala yaitu skala makna hidup. Skala makna hidup yang digunakan adalah skala Purposive In Life (PIL) yang dikembangkan oleh Crumbaugh & Maholik (1964) berdasarkan pandangan teori dari Frankl. Adapun aspek-aspek tersebut adalah : a) Tujuan Hidup b) Kepuasan Hidup c) Kebebasan d) Sikap terhadap kematian e) Pikiran tentang bunuh diri f) Kepantasan hidup. Jumlah item yang diuji untuk skala makna hidup ada 20 item dan item tersebut dikatakan valid apabila koefisien korelasinya 0,30.

(21)

12

komputer SPSS Statistics 21.0. menunjukkan bahwa ada 2 item yang gugur, karena mempunyai nilai corrected item total<0,30 yaitu item 4 dan 13. Dari hasil tersebut maka item yang tersisa adalah 18 item yang dianggap validdanmemilikireliabilitas yang dihitungdenganAlfa Cronbachsebesar 0,898. Standar yang digunakan adalah sebesar 0,30 (Azwar, 2012).

Tehnik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dilakukan uji asumsi. Apabila hasil uji asumsi menunjukkan data yang berdistribusi normal serta homogen, maka selanjutnya dilakukan uji-t. Uji-t dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistics 21.0 for windows dengan program uji Independent Sample T Test.

HASIL PENELITIAN Uji Asumsi

(22)

13

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PANTI RUMAH

N 30 30

Normal Parametersa Mean 50.83 56.17

Std. Deviation 8.623 7.264

Most Extreme Differences Absolute .149 .152

Positive .119 .107

Negative -.149 -.152

Kolmogorov-Smirnov Z .818 .831

Asymp. Sig. (2-tailed) .515 .494

a. Test distribution is Normal.

Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji homogenitas dengan metode Levene's Test. Nilai Levene ditunjukkan pada baris Nilai based on Mean, yaitu dengan p value

Selanjutnya melaluipendekatan Independent Sample t-test yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan, hasil perhitungan Uji-t dapat diketahui nilai signifikansinya adalah sebesar 0,012 (p<0,05). Maka H0 ditolak, dan H1 diterima, yang artinya ada perbedaan

(23)

14

Berdasarkan hasil perhitungan variabel, berikut adalah kategorisasi deskriptifnya. Kategorisasi tersebut digunakan untuk menggolongkan kategorisasi makna hidup pada lansia yang tinggal di panti werdha dengan yang tinggal bersama keluarga. Berdasarkan penggolongan tersebut, didapatkan hasil bahwa makna hidup pada lansia yang tinggal di panti werdha berada pada kategorisasi tinggi dan makna hidup pada lansia yang tinggal bersama keluarga berada pada kategorisasi sangat tinggi. Berikut tabel kategorisasi :

Tabel 4.1Kategorisasi Makna Hidup Pada Lansia yang Tinggal di Panti Werdha

(24)

15

Tabel 4.2Kategorisasi Makna Hidup Pada Lansia yang Tinggal bersama Keluarga

NO Interval Kategorisasi Mean F %

1. 18≤ x < 31,5 Sangat Rendah 0 0%

2. 31,5≤ x < 45 Rendah 3 10%

3. 45 ≤ x < 58,5 Tinggi 56,17 12 40%

4. 58,5 ≤ x < 72 Sangat Tinggi 15 50%

Jumlah 30 100%

x = skor makna hidup

PEMBAHASAN

Dari uraian hasil penelitian kami menunjukkan bahwa signifikansi yang diperoleh sebesar0,012 (p<0,05). Yang berarti bahwa ada perbedaan makna hidup pada lansia yang tinggal di panti wredha dengan yang tinggal bersama keluarga, dimana makna hidup lansia yang tinggal bersama keluarga lebih tinggi daripada lansia yang tinggal di panti wredha. Adanya perbedaan makna hidup yang terjadi antara seseorang dengan orang lain, termasuk pada lansia yang tinggal di panti wredha dengan yang tinggal bersama keluarga ini juga dibenarkan oleh Frankl. Menurut Frankl (2003) bahwa makna hidup satu orang berbeda dengan yang lainnya, dari hari ke hari dan jam ke jam. Masalahnya, yang dimaksud bukan makna hidup dalam arti umum melainkan makna hidup dalam arti khusus dari hidup seseorang pada suatu waktu.

Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cahyawati,dkk. (2009) tentang “Perbedaan Makna Hidup Pada Lansia Yang Tinggal Di

Panti Wredha Dengan Yang Tinggal Bersama Keluarga” yang menyebutkan bahwa

(25)

16

di panti wredha. Terdapat banyak keadaan yang dapat membuat para lanjut usia bahagia yaitu ketika mempunyai anak yang berhasil semua, keluarga harmonis, melakukan aktivitas sosial, dapat mandiri, ekonomi cukup, sehat dan usia panjang, masih aktif, anak masih menghormati orang tua dan ketentraman batin. Pada lansia yang tinggal di panti wredha sekalipun mereka masih dapat beraktivitas seperti pada lansia yang tinggal didalam keluarga, mereka tetap mengalami adanya kesepian dan kerinduan terhadap keluarganya.

(26)

17

yang dirasakan ketika mereka memperoleh dukungan sosial yang diberikan oleh para teman-temannya ataupun para pengurus panti.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkanhasilpenelitiandiperolehhasilpenelitiansebagaiberikut :

1. Dari hasil perhitungan Uji-t, dapat diketahui nilai signifikansinya adalah sebesar 0,012 (p<0,05), Maka H0 ditolak, dan H1 diterima, yang artinya ada perbedaan

makna hidup pada lansia yang tinggal di panti wredha dengan yang tinggal bersama keluarga.

2. Makna hidup pada lansia yang tinggal di panti werdha berada pada kategorisasi tinggi dan makna hidup pada lansia yang tinggal bersama keluarga berada pada kategorisasi sangat tinggi. Makna hidup pada lansia yang tinggal di panti wredha sebanyak 22 orang dengan mean sebesar 50,83. Sedangkan pada lansia yang tinggal bersama keluarga sebanyak 12 orang dengan mean sebesar 56,17.

Saran

1. Bagi Panti Wredha

(27)

18

2. Bagi keluarga:

a) Bagi keluarga yang masih memiliki orang tua (lansia) diharapkan dapat merawatnya dengan sebaik-baiknya.

b) Antar anggota keluarga harus tetap saling memberi dukungan kepada lansia, agar lansia dapat merasakan makna dalam hidupnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya:

a) Memperhatikan kondisi maupun psikis subjek sebelum mengisi skala, sehingga kesalahan dalam menjawab tes dapat diminimalisir sehingga dapat menghasilkan hasil yang maksimal.

(28)

19

Daftar Pustaka

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas ed. ke-4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bastaman, H.D. (1996). Meraih hidup bermakna, Jakarta: Paramadina.

Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi: Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dubey, A.S; Seema, B; etc. (2011). A Study of Elderly Living in Old Age Home and Within Family Set-up in Jammu. Stud Hom Com Sci, 5(2), 93-98.

Diunduh pada 25 Agustus 2015, dari

https://www.google.co.id/search?sclient=psyab&site=&source=hp&btnG=Se arch&q=A+Study+of+Elderly+Living+in+Old+Age+Home+and+Within+Fa mily+Set-up+in+Jammu

Cahyawati, R. dkk. (2009). Perbedaan Makna Hidup Lansia Yang Tinggal Di Panti Werdha Dengan Yang Tinggal Bersama Keluarga,

www.psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal-kuliah/naskah-publikasi- 00320144.pdf, diakses pada tanggal 25 Agustus 2015.

Chatijah, Siti. (2007). Perbedaan Kebermaknaan Hidup Pada Lanjut Usia yang Tinggal Bersama Keluarga dan Tinggal di Panti Wredha. Skripsi. Yogyakarta:

Fakultas Psikologi, Universitas Ahmad Dahlan

Yogyakartahttps://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=5PQMVquxKoTlu QTcl7CIBg#q=kebermaknaan+hidup+chatijah+pdf, diakses pada tanggal 12 September 2015

Crumbaugh,J.,& Maholick,L. 1964. An experimental study of existentialism: The

psychometric approach to Frankl’s concept of noogenic neurosis. Journal of

Clinical Psychology, 20, 200-207.Diunduh pada 25 Agustus 2015 dari

Frankl, V.E. 2003. Logoterapi: Terapi Psikologi Melalui Pemaknaan Eksistensi.Terjemahan M. Murtadlo. Yogyakarta: Penerbit Kreasi Wacana Hardywinoto dan Tony Setiabudhi, 1999. Panduan Gerontologi: Tinjauan Dari

Berbagai Aspek. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama

Haryanto, Linda. (2005). Kebermaknaan Hidup Lansia yang Tinggal di Panti Werdha. Skripsi. Salatiga: Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

(29)

20

Koeswara, E., 1987. Psikologi Eksistensial. Bandung: Penerbit PT. Eresco

Santi, B. 2002. Dana Pensiun: Investasi untuk Hari tua. Jurnal Perempuan (Perempuan Lansia), No.25-2002

Satrock, J.W. 2002. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Gambar

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
Tabel 3. Hasil Uji-t Independent Samples Test
Tabel 4.2Kategorisasi Makna Hidup Pada Lansia yang Tinggal bersama Keluarga

Referensi

Dokumen terkait

- Dititrasi dengan HCL sampai warna kuning berubah menjadi warna pink (Perubahan warna tidak terlalu kentara dan oleh karena itu harap hati-hati dalam menentukan titik akhir

Penelitian ini akan mengkaji pengaruh konsentrasi larutan, kuantitas, jenis larutan dan metode coating dalam pembuatan membran komposit PV untuk dehidrasi bioethanol

Pemenang Lelang untuk pekerjaan di atas melalui surat Penetapan Daftar Pendek Perusahaan.. Penyedia Jasa Konsultansi Nomor : 07/KK-IIa/DisDik-JKR/2012, tanggal 08

Penulis juga ingin mengungkap lebih jauh tentang bagaimana proses pelaksanaan pemenuhan hak pekerja dalam mendapatkan DIKLAT, sampai kepada masalah- masalah apa saja yang

Objek penelitian ini adalah SMK Muhammadiyah 3 Surakarta dan SMK Muhammadiyah 4 Surakarta, kedua lembaga pendidikan ini sama-sama menjalankan sistem perkaderan

Awal tahun ($) Kurs = Rp.. Hedging yang bisa dilakukan adalah dengan menjual rupiah iorward. Apabila perusahaan bisa mendapatkan partner yang bersedia menjual dolar iorward 1

Membuat sketsa segitiga siku-siku yang melalui kedua pusat lingkaran dan salah satu sisinya adalah garis yang sejajar dengan garis singgung persekutuan kedua lingkaran..

Data uji coba tes kemampuan berpikir kritis matematis diperoleh dari uji coba tes kemampuan berpikir kritis matematis yang terdiri dari 6 soal pada siswa di luar