• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802009059 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802009059 Full text"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUASAN HIDUP PADA DUDA/JANDA LANJUT USIA YANG

TIDAK TINGGAL BERSAMA ANGGOTA KELUARGA

Oleh

ROSIE CHRISTYA MARTHA 802009059

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rosie Christya Martha

Nim : 802009059

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengemban Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hak bebas non-ekslusif (non-exclusive royalty freeright) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

KEPUASAN HIDUP PADA DUDA/JANDA LANJUT USIA YANG TIDAK TINGGAL BERSAMA ANGGOTA KELUARGA

Dengan hak bebas royalty non-ekslusive ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia atau mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk Pangkalan Data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rosie Christya Martha

Nim : 802009059

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

KEPUASAN HIDUP PADA DUDA/JANDA LANJUT USIA YANG TIDAK TINGGAL BERSAMA ANGGOTA KELUARGA

Yang dibimbing oleh:

1. Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, MS 2. Ratriana Y. E. Kusumiati, M.Si., Psi

Adalah benar karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan, gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 24 November 2015

Yang memberi pernyataan

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

KEPUASAN HIDUP PADA DUDA/JANDA LANJUT USIA YANG TIDAK TINGGAL BERSAMA ANGGOTA KELUARGA

Oleh :

Rosie Christya Martha

802009059

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 24 November 2015

oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, MS Ratriana Y. E. Kusumiati, M.Si., Psi

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, MS Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA SALATIGA

(7)

KEPUASAN HIDUP PADA DUDA/JANDA LANJUT USIA YANG

TIDAK TINGGAL BERSAMA ANGGOTA KELUARGA

Rosie Christya Martha Christiana Hari Soetjiningsih

Ratriana Y.E. Kusumiati

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

SALATIGA

(8)

Abstrak

Menurut Neugarten, kepuasan hidup adalah kondisi seseorang yang senang melakukan

aktivitas sehari-hari, menganggap hidupnya mempunyai arti, merasa telah meraih tujuan

hidup yang diinginkan, mempunyai pandangan yang positif dan suasana hati yang

bahagia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai kepuasan

hidup pada seorang duda/janda lanjut usia yang tidak tinggal bersama anggota

keluarganya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengambilan data

melalui observasi dan wawancara. Partisipan dalam penelitian ini adalah dua orang

lanjut usia yang berstatus janda yang tidak tinggal bersama anggota keluarga. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kepuasan hidup pada lanjut usia janda/duda yang tidak

tinggal bersama anggota keluarganya dapat dicapai dengan melakukan komunikasi yang

baik serta adanya dukungan dari keluarga. Selain itu banyaknya aktivitas dan hubungan

sosial dengan orang lain serta tingkat religiusitas yang tinggi akan membuat lanjut usia

mencapai kepuasan hidupnya dengan baik.

(9)

Abstract

According to Neurtagen, life satisfaction would be achieved when people were not only

willing to do their daily activities happily, or thinking that their life are worthy for

other, or having positive prespective on their own life, but also delighted while doing

their daily life. This research was aimed to dig more about life satisfaction toward

widows who do not live by their relatives. By qualitative methods, this research took the

data by using interviews and observations. The participants of the research were two

old widows who living alone. As the conclusion, the life satisfaction of widows who do

not live by their relatives are achieved by well-build communication between them to

other, and their family supports. Moreover, the number of activities and social

relationships hold an important rule in achieving their life satisfaction. In addition, the

high spiritual level would make the life satisfaction of the elder are easier to be

achieved.

(10)

1

PENDAHULUAN

Lansia identik dengan istilah penuaan, penuaan didefinisikan sebagai proses

dimana selama periode waktu tertentu mengalami masa tua, biasanya berusia 65 tahun

atau lebih (Wan, Yu, & Kolanowski, 2008). Sedangkan menurut Hurlock (dalam

Natalia, 2007) mengemukakan bahwa tahap terakhir dalam kehidupan manusia sering

dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enam puluh tahun sampai tujuh

puluh tahun, dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun sampai akhir

kehidupan seseorang .

Menurut Hardywinoto dan Setyabudhi (1999) permasalahan- permasalahan yang

sering muncul pada usia lanjut secara umum karena pertama , berlangsungnya proses

menjadi tua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik mental maupun sosial.

Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan penurunan peran sosialnya dan

menjadikan mereka lebih tergantung kepada pihak lain. Kedua, berkurangnya integrasi

sosial orang lanjut usia, akibat produktivitas dan kegiatan usia lanjut menurun. Hal ini

berpengaruh negatif pada kondisi sosial mereka yang merasa sudah tidak diperlukan

lagi bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Ketiga, rendahnya produktivitas orang

lanjut usia dibanding tenaga kerja muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang

rendah, menyebabkan mereka tidak bisa mengisi lowongan kerja yang ada dan terpaksa

menganggur. Keempat, berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada

tatanan masyarakat individualis, sehingga sekarang orang lanjut usia kurang dihargai

dan dihormati serta mereka tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa menjadi

terlantar. Disamping itu terjadi pergeseran nilai budaya tradisional, dimana norma yang

dianut bahwa orangtua merupakan bagian dari kehidupan keluarga yang tidak dapat

(11)

2

anak mempunyai kewajiban untuk mengurus orangtuanya. Kelima, adanya dampak

negatif dari proses pembangunan seperti dampak lingkungan, polusi, dan urbanisasi

yang dapat mengganggu kesehatan fisik orang lanjut usia.

Perubahan kondisi itulah yang akhirnya menuntut orang lanjut usia untuk

beradaptasi untuk dapat mencapai kepuasan dalam hidup. Orang lanjut usia harus

mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya secara baik. Menurut Havighurst

dan Duvall (dalam Hardywinoto, 1999) tujuh jenis tugas perkembangan (developmental

tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lanjut usia yaitu, penyesuaian

terhadap penurunan fisik dan psikis, penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan

pendapatan, menemukan makna kehidupan, mempertahankan pengaturan hidup yang

memuaskan, menemukan kepuasan hidup berkeluarga, penyesuaian diri terhadap

kenyataan akan meninggal dunia serta menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia.

Menurut Neugarten (dalam Hartati, 1991) kepuasan hidup adalah individu yang

senang melakukan aktivitas sehari- hari, menganggap hidupnya mempunyai arti, merasa

telah meraih tujuan yang diinginkan, mempunyai pandangan yang positif dan suasana

hati yang bahagia. Manusia dikatakan sukses dalam kehidupnya apabila telah mencapai

kepuasan hidup. Kepuasan hidup didefinisikan sebagai sikap yang memiliki keuntungan

terhadap kehidupan seseorang secara keseluruhan (Muzamil Jan & Tasia Masood,

2008). Kepuasan hidup adalah situasi atau konsekuensi yang diperoleh melalui

perbandingan antara harapan seseorang (apa yang diinginkan) dengan apapun yang

diperoleh (Huzurevinde, Ortaminda, & Yasam, 2004). Sementara Schultz (dalam Imam

& Purwadi, 2006) menyatakan bahwa kepuasan hidup merupakan suatu gambaran yang

menyeluruh tentang kehidupan secara umum, atau dengan kata lain merupakan

(12)

3

lanjut, seorang lanjut usia yang dikatakan sukses adalah mereka yang dapat mencapai

kepuasan hidup (Saul dalam Natalia, 2007).

Menurut Rapkin dan Fischer (dalam Natalia, 2007), kepuasan hidup orang

lanjut usia pada dasarnya adalah penyesuaian diri terhadap berbagai kehilangan seperti

kehilangan pekerjaan karena pensiun, kehilangan pasangan hidup, kehilangan

kemampuan baik yang bersifat fisik maupun mental dan juga penyesuaian diri terhadap

peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan stress. Santrock (1995) menyatakan bahwa

kepuasan hidup (life satisfaction) adalah kesejahteraan psikologis secara umum atau

kepuasan terhadap kehidupan secara keseluruhan. Kepuasan hidup digunakan secara

luas sebagai indeks kesejahteraan psikologis pada orang-orang dewasa lanjut. Misalnya,

apabila mereka diabaikan oleh keluarganya yang sudah beranjak dewasa.Seperti banyak

kasus yang diamati oleh peneliti yang terjadi di masyarakat ketika seorang lanjut usia

tinggal ditempat yang jauh dari anak-anaknya.

Kedekatan hubungan orang tua dan anak memungkinkan munculnya sindrom

sarang hampa pada diri orang tua ketika anak - anak meninggalkan rumah, karena orang

tua merasa rumah menjadi sepi ditinggalkan oleh anak – anak, dan para orang tua

menjadi mudah dirambah oleh perasaan kesepian (Rosen et al., 2000). Terkadang

mereka jarang berkunjung untuk menjenguk orangtua mereka karena berbagai alasan

misalnya saja terlalu sibuk dengan pekerjaan, alasan ekonomi yang sama-sama

kekurangan dan bahkan askes menuju tempatnya sangat sulit atau terlalu jauh. Hal

tersebut sama dengan seorang lanjut usia yang peneliti jumpai, beliau bernama S (71)

beliau seorang janda dan sudah lama tinggal jauh dengan kedua anaknya.

Anak-anaknyapun jarang menjenguk beliau karena tempat tinggal beliau jauh. Beliau terlihat

(13)

4

Dalam penelitian sebelumnya menurut Coles (dalam Gunarsa, 2011), studi tentang

keluarga dibeberapa budaya yang berbeda diperoleh gambaran bahwa kepergian anak

meninggalkan orang tuanya untuk mencari nafkah ditempat lain dan hidup terpisah dari

orang tua dapat menimbulkan perasaan terancam pada diri orang tua karena mereka

merasa kehilangan kendali atas diri anak-anak mereka dan status mereka sebagai orang

tua menjadi terancam. Sebagai contoh pada suatu study di Turki, Coles (dalam Gunarsa,

2011) memperoleh gambaran bahwa para orang tua cenderung mengharapkan anak-

anak mereka kelak dapat membaktikan diri mereka bagi orang tuanya, menantu mereka

kelak dapat membantu ibu mertuanya, dan secara umum anak-anak serta para menantu

diharapkan dapat turut menunjang kesejahteraan hidup para orang tua mereka, termasuk

memberikan bantuan dukungan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.

Dari kasus yang terjadi diatas dapat diketahui bahwa yang menjadi

permasalahan adalah adanya kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan

yang ada. Bagaimana kepuasan seorang lanjut usia yang tinggal sendiri dan tidak

tinggal bersama anggota keluarga yang berstatus janda/duda? Adapun orang yang

selalu dekat dengan lansia adalah keluarga. Ferarro & Su (dalam Hulya Oztop, et al

2009) menyatakan bahwa saling mendukung antara orang tua dan anaknya yang telah

dewasa adalah penting untuk memberi kepuasan hidup pada setiap individu lansia.

Apabila mereka dapat memahami makna dan tujuan hidup, mereka akan

menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik sehingga dapat mencapai kepuasan

hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam bagaimana kepuasan

(14)

5

Aspek- aspek Kepuasan Hidup pada Orang Usia Lanjut

Menurut Neugarten,et.al (dalam Yeniar, 2012) kepuasan hidup adalah suatu

kondisi yang mencangkup 5 komponen sebagai berikut :

a. Kesenangan terhadap kehidupan sehari-hari

Seseorang sangat menikmati dan melakukan kegiatan sehari - hari dengan sangat

sukacita.

b. Menghargai hidup sebagai sesuatu yang berarti dan bertanggung jawab atas apa

yang terjadi dalam kehidupannya. Seseorang mengisi hidupnya dengan kegiatan -

kegiatan yang berguna dan tidak menyesali terhadap apa yang telah terjadi pada

dirinya.

c. Merasa telah mencapai tujuan utama dalam kehidupannya.

Seorang tidak lagi mengejar suatu impian yang tidak mungkin dapat dicapai

dengan keadaan dirinya sekarang karena ia merasa telah mencapai tujuan

hidupnya dimasa yang lalu.

d. Memiliki self image yang positif

Seseorang yang telah dapat menerima keadaan dirinya dan mampu untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut serta hidup penuh dengan sukacita .

e. Memelihara sikap yang optimis

Optimis dan yakin bahwa hidup ini tidak sis-sia. Ia telah mengisi hidupnya

dengan hal-hal yang sangat berarti bagi dirinya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup pada Orang Lanjut Usia Beberapa kondisi yang menunjang kepuasan hidup pada orang usia lanjut

(15)

6

a. Sikap yang menyenangkan terhadap usia lanjut berkembang sebagai akibat dari

kontak pada usia sebelumnya dengan orang usia lanjut sebelumnya.

b. Kenangan yang menggembirakan sejak masa anak-anak sampai masa dewasa.

c. Bebas untuk mencapai gaya hidup yang diinginkan tanpa ada intervensi dari luar.

d. Sikap yang realistis pada kenyataan terhadap perubahaan fisik dan psikis sebagai

akibat dari usia lanjut yang tidak dapat dihindari.

e. Menerima kenyataan hidup diri dan kondisi hidup yang ada sekarang walaupun

kenyataan yang sekarang berada dibawah kondisi yang diharapkan..

f. Mempunyai kesempatan untuk memantapkan kepuasan dan pola hidup yang

diterima oleh kelompok sosial dimana dia sebagai kelopok anggotanya.

g. Terus berpartisipasi dengan kegiatan yang berarti dan menarik.

h. Diterima oleh dan memperoleh respek dari kelompok sosial.

i. Perasaan puas dengan status yang ada sekarang dan prestasi masa lalu.

j. Puas dengan status perkawinannya dan kehidupan seksualnya.

k. Kesehatan yang cukup bagus tanpa mengalami masalah kesehatan yang kronis.

l. Menikmati kegiatan rekreasional yang direncanakan khusus bagi orang usia lanjut.

m.Menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan teman-

teman.

n. Melakukan kegiatan produktif, baik kegiatan dirumah maupun kegiatan yang

secara sukarela dilakukan. Situasi keuangannya memadai untuk memenuhi

(16)

7

METODE Jenis Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif

mengingat tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali secara lebih mendalam dan

mendeskripsikan gambaran bagaimana kepuasan hidup duda/janda lanjut usia yang

tidak tinggal bersama anggota keluarga.

Partisipan

Karakteristik partisipan adalah lanjut usia yang berusia 60 tahun keatas. Dalam

penelitian ini peneliti melibatkan 2 partisipan yang berstatus janda dan tidak tinggal

bersama dengan anggota keluarga yang lain. Partisipan berjumlah 2 orang lanjut usia

yang masih bisa berkomunikasi dengan baik dengan identitas sebagai berikut:

Identitas Partisipan 1 (P1) Partisipan 2 (P2)

Nama K S

Status Janda Janda

Usia 67 71

Alamat Boyolali Boyolali

Tinggal dengan Sendiri Pembantu

a. P1 ini hidup sendiri tanpa ada sanak saudara. Beliau tidak mempunyai anak karena

seminggu setelah menikah suaminya terlebih dahulu dipanggil Tuhan tetapi beliau

pernah merawat anak dari kakak perempuannya yang sudah dianggap seperti anaknya

sendiri yang sekarang tinggal di Jakarta. Partisipan ini adalah pensiunan guru. Anggota

(17)

8

b. P2 hidup dengan seorang pembantu yang biasanya membantu pekerjaan rumah.

Beliau sudah lama hidup sendiri tanpa anggota keluarga lain dan suaminya sudah lama

meninggal. Beliau mempunyai dua orang anak laki-laki, masing – masing tinggal di

Jakarta dan Semarang. Anggota keluarga yang lain atau saudara-saudaranya juga tinggal

jauh yaitu di Jogja dan di Jakarta.

Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara dan observasi. Dalam metode tersebut peneliti menerapkan wawancara dan

observasi dalam 5 aspek yaitu, kesenangan terhadap kehidupan sehari-hari, menghargai

hidup, merasa telah mencapai dalam kehidupan utamanya, memiliki self image yang

positif dan memelihara sikap yang optimis. Selain itu media elektronik seperti

handphone digunakan peneliti sebagai alat untuk merekam semua hasil wawancara

dengan kedua partisipan. Peneliti juga membawa pulpen dan kertas untuk menulis

aktivitas yang sedang dilakukan oleh partisipan.

Pelaksanaan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus surat penelitian agar dapat

melakukan penelitian dan pengambilan data dari fakultas Psikologi dengan persetujuan

dari kedua dosen pembimbing. Kemudian surat ijin tersebut akan ditunjukan kepada

partisipan untuk meminta ketersediaannya dalam proses pengambilan data. Pada

awalnya peneliti membangun rapport kepada kedua partisipan dan kemudian

dilanjutkan proses wawancara.Sebelum melakukan penelitian peneliti menghubungi

partisipan untuk menanyakan kesediaan partisipan kapan partisipan bisa diwawancarai.

(18)

9

partisipan 2 dilakukan penelitian pada tanggal 20 Oktober 2015. Menjalin rapport,

observasi sampai pada wawancara pengambilan data berlangsung selama 2 bulan dari

bulan September sampai awal November. Penelitian ini dilakukan dirumah

masing-masing partisipan yaitu di Boyolali. Penelitian ini juga melakukan wawancara dengan

kerabat dan tetangga sebagai sarana pengujian keabsahan (data triangulasi).

Analisis data

Pertama peneliti mengorganisasikan data kualitatif dalam bentuk verbatim

dengan rapi, sisitematis dan selengkap mungkin. Kemudian peneliti membubuhkan

kode-kode pada materi yang diperoleh (koding). Koding dimaksudkan untuk dapat

mengorganisasi dan mensistemasi data secara detail sehingga data dapat memunculkan

gambaran tentang topik yang dipelajari. Selanjutnya melakukan pendatan faktual dan

menemukan tema-tema . Setelah itu peneliti menghubungkan tema - tema tersebut

sehingga tersusun kategori-kategori. Kategori tersebut disusun sehingga menampilkan

hubungan antar katagori. Terakhir adalah menarasikan kategori-katagori tersebut.

HASIL

Hasil analisis data memunculkan beberapa tema seperti pada pola komunikasi

yang dilakukan dengan anggota keluarga, kesenangan dengan kehidupan sehari – hari,

menghargai hidup, mencapai tujuan utama dalam hidup, memiliki self image yang

positif dan memelihara sikap yang optimis. Pada awalnya P1 merasa kesepian setelah

suaminya meninggal pada tahun 1996, ia hidup bersama seorang pembantu di Solo

beliau tidak mempunyai anak tetapi setelah beliau pindah rumah di Boyolali pada tahun

2007 beliau merasa lebih ceria dan lebih senang karena beliau merasa mempunyai

(19)

10

adanya kepuasan hidup setelah melihat anak – anaknya sukses pada tahun 1991, beliau

mengaku senang dan sangat bersyukur hidupnya selalu diberi kemudahan oleh Tuhan.

Karena sebelumnya beliau bercerita bahwa hidupnya dulu begitu susah tetapi sekarang

sudah menerima hasilnya dari kesuksesan yang diraih oleh anak- anaknya.

Pola komunikasi dengan anggota keluarga

Kedua partisipan tetap saling berkomunikasi meskipun mereka jarang bertemu

dengan keluarganya. Hal tersebut dilakukan oleh keluarga P1 yang selalu menelepon

beliau dan selalu menanyakan kabar P1. Keluarga yang berada di Semarang setiap 2

minggu menjemput beliau untuk menginap agar beliau tidak selalu berada dirumah

sendiri. Begitu pula dengan P2 meskipun anak – anak beliau berada diluar kota tetapi

komunikasi melalui telepon hampir setiap hari dilakukan. Anaknya yang berada di

Semarang setiap Sabtu selalu menjenguk beliau, sedangkan anaknya yang berada di

Jakarta hanya bisa bertemu setahun dua kali saat Paskah dan Natal.

Kesenangan dengan kehidupan sehari – hari

Kedua partisipan sangat menikmati kehidupan mereka sehari-hari. Mereka

senang dengan kehidupan yang dijalaninya sekarang. Kedua partisipan juga merasa

senang dengan berbagai kegiatan yang dilakukan sehari- hari. misalnya saja pada P1

beliau sering mengikuti kegiatan gereja seperti PA (Pemahaman Alkitab) dan latihan

koor. Selain kegiatan gereja beliau juga sangat senang melakukan kegiatan diluar rumah

seperti jalan – jalan. Hal ini juga dirasakan pada P2, beliau menikmati hari- harinya

dengan banyak kegiatan seperti kegiatan gereja, memasak, bersih- bersih rumah,

(20)

11

Menghargai hidup sebagai sesuatu yang berarti dan bertanggung jawab atas apa yang terjadi dalam kehidupannya

Kedua partisipan merasa hidupnya sangat berarti dan merasa hidupnya berguna

bagi orang sekitar. P1 merasa bahwa mempunyai teman banyak membuat dirinya

terhibur. Beliau mengahargai hidupnya dengan mendekatkan diri dengan Tuhan melalui

aktivitas – aktivitas yang berhubungan dengan Tuhan. P1 juga merasa bahwa hidupnya

berarti bagi orang lain ketika beliau merasa orang disekitarnya senang dengan

keberadaan beliau. Hal tersebut juga dialami oleh P2, beliau menghargai hidupnya

dengan menyerahkan kehidupannya kepada Tuhan. Setiap ada persoalan beliau selalu

terbuka dengan keluarganya hal ini membuat beban hidupnya tidak begitu berat. P2 juga

merasa bahwa hidupnya berarti bagi orang disekitarnya.

Merasa telah mencapai tujuan utama dalam kehidupannya.

P1 merasa belum mencapai tujuan hidupnya di masa lalu tetapi sudah mau

menerima kehidupannya yang sekarang. Hal ini terjadi ketika harapannya di masa lalu

ingin mempunyai anak tetapi Tuhan berkendak lain. Berbeda dengan P2, beliau

bersyukur kepada Tuhan karena sudah mencapai tujuan hidupannya dimasalalu. P2

berharap agar anak- anaknya hidup rukun satu sama lain dan saat ini beliau melihat

harapannya itu terjadi dan beliau merasa senang.

Memiliki self image yang positif

Kedua partisipan sudah mau menerima keadaan dirinya, berusaha menyesuaikan

dirinya dengan baik dan merasa hidupnya penuh dengan sukacita terhadap dirinya yang

sekarang. Seperti pada P1 yang telah menyesuaikan dirinya yang menyadari bahwa

(21)

12

menimbulkan kesan negatif pada orang sekitar. Pada P2 ini beliau menerima dirinya

dengan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan.

Memelihara sikap yang optimis

Kedua partisipan meyakini bahwa hidupnya selama ini tidak sia- sia, mereka

berpendapat bahwa hidupnya sangat berarti bagi dirinya sendiri dan orang – orang

disekitarnya. Kedua partisipan mengisi hari – harinya dengan sesuatu hal yang membuat

dirinya bahagia. Seperti yang dilakukan P1 beliau merasa hidupnya berarti bagi dirinya

sendiri dan orang sekitar ketika beliau membantu membayar biaya sekolah pada

beberapa siswa sebelum dirinya pensiun. Ketika beliau merasa bosan dalam

kesehariannya beliau berusaha untuk menghibur dirinya dengan jalan – jalan.

Sedangkan pada P2 beliau juga merasa hidupnya berarti bagi orang disekitarnya. Beliau

sering membantu saudaranya yang sedang kesusahan. Melakukan banyak aktivitas yang

membuat hidupnya tidak bosan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kedua partisipan, dapat

diketahui bahwa kedua partisipan tinggal jauh dari anggota keluarganya, namun masih

tetap menjaga komunikasi dengan keluarganya melalui telepon. P1 terkadang dijemput

keluarganya ke Semarang dua minggu sekali, keluarganya tidak ingin P1 selalu sendiri

di rumah. Sedangkan P2 mengatakan bahwa hampir setiap hari beliau ditelepon oleh

anak-anaknya. Beliau juga mengatakan bahwa setiap hari Sabtu anaknya yang tinggal di

Semarang selalu datang berkunjung, sementara anaknya yang tinggal di Jakarta datang

setiap hari raya Paskah dan Natal. Adanya family support mendukung kepuasan hidup

(22)

13

oleh Mahmud Fauzi (2013) yang menyatakan bahwa family support sangat diperlukan

untuk memberikan rasa penghargaan, kepercayaan, kecintaan, sikap hormat, sikap kasih

sayang, perhatian dan bantuan. Hal tersebut akan membantu lansia dapat merasakan

kepuasan hidup dengan rasa senang dan bahagia, baik melalui dukungan penghargaan,

nyata, informasi dan emosional.

Kedua partisipan sangat menikmati hidupnya dan tidak pernah merasa kesepian.

Mereka senang dengan kehidupan yang dijalaninya sekarang. Kedua partisipan juga

merasa senang dengan berbagai kegiatan yang dilakukan sehari- hari. Misalnya dengan

latihan koor, PA (pemahaman alkitab), senam lansia, jalan-jalan dan aktivitas lainnya

yang membuat mereka senang. Banyaknya aktivitas – aktivitas positif mempengaruhi

kepuasan hidup pada lansia. Hal ini sesuai dengan Teori Aktivitas (Activity Theory)

teori ini menyatakan hanya dengan terus melakukan berbagai aktivitas, para lanjut usia

mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan. Maksudnya dengan tetap aktif dan berprestasi

serta merasa tetap dibutuhkan oleh orang lain mernbuat para lanjut usia dapat

menikmati kebahagiaan dimasa usia lanjut. Mereka yang merasa tidak dibutuhkan lagi

akan merasa tidak puas dan tidak bahagia (Havighurst dalam Neurgarten, 1968).

Menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan teman - teman

merupakan kondisi yang menunjang kepuasan hidup pada lansia (Hurlock, 1997).

Menurut kedua partisipan ada perubahan yang dialami ketika mereka masih

tinggal bersama anggota keluarganya dan setelah hidup sendiri. Seperti yang dirasakan

oleh P1 bahwa beliau merasakan hidupnya lebih senang ketika suaminya masih hidup.

Tetapi setelah ditinggal suaminya sejak tahun 1996, P1 menjalani hari - harinya sendiri.

Meskipun hidup sendiri beliau tetap berusaha untuk lebih bahagia dari hari ke hari.

(23)

14

karena dengan adanya berbagai kegiatan - kegiatan gereja dan teman-teman yang

banyak hal tersebut membuat P1 merasa lebih ceria dan senang. Sedangkan P2

merasakan bahwa hidupnya selalu senang sebelum ataupun sesudah hidup sendiri dan

jauh dari anak- anaknya. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa

kedekatan hubungan orang tua dan anak memungkinkan munculnya sindrom sarang

hampa pada diri orang tua ketika anak - anak meninggalkan rumah, karena orang tua

merasa rumah menjadi sepi ditinggalkan oleh anak – anak, dan para orang tua menjadi

mudah dirambah oleh perasaan kesepian (Rosen et al., 2000). Anak-anaknya sudah

bekerja diluar kota sejak tahun 1992. Semenjak anak-anaknya bekerja luar kota P2

masih ditemani suaminya. tetapi selama kurang lebih 8 tahun P2 merasakan ada beban

didalam hidupnya selama suaminya sakit- sakitan dan tahun 2001 mulai hidup sendiri

karena suaminya sudah dipanggil Tuhan. Tetapi P2 tetap menjalani hari-harinya dengan

senang karena hidupnya selalu diisi dengan berbagai kegiatan seperti mengikuti bible,

PA ( pemahaman alkitab) dan senam lansia maka beliau tidak merasakan kesepian dan

hidupnya selalu senang. Menurut De Carlo (dalam Rogers, 1979) menyatakan bahwa

usia yang aktif untuk melakukan aktivitas diwaktu luang sangat mempengaruhi

penyesuaian kepuasan baik pada masa pensiun maupun pada masa usia lanjut.

Kedua partisipan sangat menghargai hidup mereka, hal ini terlihat ketika kedua

partisipan mempunyai religiusitas yang tinggi. Mereka selalu mengandalkan Tuhan

disetiap waktu dan selalu bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan kepada kedua

partisipan. Dan kedua partisipan juga merasa bahwa hidupnya sangat berguna bagi

sekitar. Tingkat religiusitas yang tinggi juga berpengaruh pada kepuasan hidup lanjut

usia. Hal tersebut didukung oleh adanya penelitian yang menunjukkan bahwa ada

(24)

15

lanjut usia (Catur Khurotur, 2007). Artinya semakin tinggi religiusitas yang dimiliki

seseorang maka semakin tinggi pula kepuasan hidupnya, begitu pula sebaliknya

semakin rendah religiusitas yang dimiliki seseorang maka semakin rendah pula

kepuasan hidupnya

Dalam pencapaian hidup kedua partisipan mempunyai perbedaan. Hal ini terlihat

ketika P1 mengaku merasa belum mencapai tujuan hidupnya dimasalalu tetapi sudah

mau menerima kehidupannya yang sekarang. P1 mempunyai harapan untuk bisa

mempunyai anak tetapi sekarang ini beliau sudah menerima dirinya dan menyesuaikan

diri dengan baik. Menerima kenyataan diri dan kondisi hidup yang ada sekarang

walaupun kenyataan yang ada sekarang dibawah kondisi yang diharapkan menunjang

kepusan hidup pada lanjut usia ( Hurlock, 1997). Sedangkan pada P2 ini beliau merasa

bahwa sudah mencapai harapan yang ingin dicapai dimasalalu dengan kenyataan yang

ada sekarang. Perasaan puas dengan status yang ada sekarang dan prestasi masalalu

menunjang kepuasan hidup pada lanjut usia (Hurlock, 1997). P2 berharap bahwa

anak-anaknya hidup rukun saling membantu seperti sekarang ini. Kedua partisipan sudah mau

menerima keadaan dirinya dengan baik, berusaha menyesuaikan dirinya dengan baik

dan merasa hidupnya penuh dengan sukacita terhadap dirinya yang sekarang.

Kedua partisipan meyakini bahwa hidupnya selama ini tidak sia- sia, mereka

berpendapat bahwa hidupnya sangat berarti bagi dirinya sendiri dan mengisi hari –

harinya dengan sesuatu hal yang membuat dirinya bahagia. Hurlock (1997) menyatakan

bahwa melakukan kegiatan produktif, baik dirumah maupun kegiatan secara sukarela

dilakukan. Situasi keuangannya memadai untuk memenuhi seluruh keinginanya dan

kebutuhannya akan menunjang kepuasan hidup pada lanjut usia. Seperti yang dilakukan

(25)

16

pensiun. Sedangkan P2 merasa bahwa menjaga hubungan yang baik dengan keluarga

ataupun masyarakat sekitar menjadikan dirinya bisa berguna bagi orang sekitar. Karena

nilai sosial yang tinggi ditekankan pada popularitas maka orang akan merasa bahagia

apabila mereka mempunyai kesempatan untuk mengadakan hubungan sosial dengan

orang- orang yang berada diluar lingkungannya ketimbang apabila hubungan sosial

mereka terbatas pada anggota keluarga (Hurlock, 1997). Dalam penelitian ini P1 sudah

mencapai kepuasan hidupnya dengan baik, beliau sudah bisa menyesuaikan keadaan

dirinya. Begitupun dengan P2 beliau juga sudah mencapai kepuasan hidupnya dengan

baik dan selalu bersyukur dengan kehidupannya yang sekarang.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

Kepuasan hidup pada lanjut usia janda/duda yang tidak tinggal bersama anggota

keluarganya dapat dicapai dengan melakukan komunikasi yang baik serta adanya

dukungan dari keluarga. Selain itu banyaknya aktivitas dan hubungan sosial dengan

orang lain serta tingkat religiusitas yang tinggi akan membuat lanjut usia mencapai

kepuasan hidupnya dengan baik.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak sekali

kekurangan dalam penelitian ini. Untuk itu peneliti ingin memberikan beberapa saran

(26)

17

1. Bagi lanjut usia untuk mengikuti kegiatan yang positif dan dapat menyesuaikan

dirinya sekarang dengan baik.

2. Bagi keluarga lanjut usia agar selalu mendukung dalam setiap kegiatan positif yang

dilakukan lanjut usia.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk bisa lebih bervariasi dalam menentukan

(27)

18

Hardywinoto S., Setiabudhi,T. (1999). Panduan gerontologi: Tinjauan dari berbagai aspek. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Hurlock, Elizabeth B. (1997). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan: Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Imam, I. B & Purwadi. (2006). Hubungan antara kecenderungan hidup sehat dengan kepuasan hidup pada lansia: Humanitas Vol 3(2).

Indriana,Yeniar. (2012). Gerontologi & Progeria. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mahmud Fauzi (2013). Hubungan dorongan keluarga dan kepuasan hidup lansia berdasarkan status perkawinan. (Online): www.ejournal.umm.ac.id.

Minaswari Natalia (2007). Kecerdasan hidup orang lanjut usia ditinjau dari: kecerdasan spiritual. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Muzamil, J & Tasia M. (2008). An assesmen of life satisfaction among women: Stud. Home Comm. Sci., 2(1), 33-42. Retrieved from http://www.krepublishers.com/02-Journals/

Papalia, D & Duskin, R .(2014). Menyelami perkembangan manusia: Eksperience human development. (Ed.12) buku 2. Jakarta: salemba humanika.

Rachman, Abdul. (2007). Perbedaan kepuasan hidup lansia pada kelompok pensiunan dosen UNNES anggara kasih dan non anggara kasih. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Fakultas Psikologi UNNES

Sarosa, Samiaji.(2012). Penelitian kualitatif: dasar-dasar. Jakarta: PT. Indeks.

Soehartono, Irawan. 2008. Metode penelitian sosial: Suatu teknik penelitian bidang kesejahteraan sosial dan ilmu sosial lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) dalam Ali (2006), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan

Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Buunk dkk (2004) bahwa ada korelasi negatif antara perbandingan sosial dengan kepuasan hidup, jika seseorang melakukan

Dari hasil analisa data diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,012 (p < 0,05), yang berarti ada perbedaan makna hidup yang tinggal di panti wredha dengan

Perbedaan Kompetensi Interpersonal antara Remaja yang tinggal di Panti Asuhan dan Remaja yang tinggal bersama Orang tua. Sering kali masa remaja di definisikan dengan masa

Alasan utama orang tua melarang sang anak menganut agama Kristen adalah kekuatiran orang tua jika anak-anaknya berpindah agama maka tidak ada lagi anggota keluarga

masyarakat yang lebih besar tidak akan tercapai secara tepat guna.. a) Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk.. mempersiapkan

Menurut Bastaman (2007) menjelaskan bahwa kebermaknaan hidup remaja adalah pintu menuju kepuasan dan kebahagiaan hidup, seperti kebermaknaan hidup individu yang

Dalam suatu survei yang meneliti anak-anak yang diasuh oleh ibu tiri, Zill (Dalam Dagun,2002), menemukan bahwa anak-anak yang hidup bersama ayah kandung dan ibu tiri