BAB II
TINJAUAN TEORETIS
2.1 Manajemen
2.1.1 Definisi Manajemen
Manajemen melibatkan orang-orang sebagai upaya untuk bekerja dan mengelola suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dan mencapai tujuan yang telah ditentukan (Herujito, 2001).
“to manage” adalah kata kerja yang sering digunakan
mengandung arti “control” yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi mengelola, menangani atau mengendalikan. Manajemen menggunakan manusia maupun sumber daya lainnya untuk mencapai sebuah tujuan melalui proses yang meliputi: planning, organizing actuating and controlling (Terry, 1997 dalam Herujito, 2001)
Terry, 1997 dalam Herujito, 2001 membagi fungsi-fungsi pokok manajemen ke dalam empat proses, yaitu:
a. Planning
b. Organizing
Organizing merupakan pembagian pekerjaan antar sesama anggota kelompok dan membuat ketentuan yang berlaku.
c. Actuating
Kegiatan memotivasi setiap anggota kelompok untuk melakukan pekerjaan berdasarkan tugas yang ditetapkan. d. Controlling
Penyesuaian rencana yang sudah dibuat dengan pelaksanaannya.
2.1.2 Manajemen Kesehatan
Manajemen kesehatan menempatkan rumah sakit sebagai tempat dimana perawat mampu mengaplikasikan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu perawat harus memahami konsep dan aplikasinya.
Sebuah pelayanan keperawatan disebut profesional apabila tim keperawatan mengelola dan menjalankan empat fungsi dalam manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan motivasi (Nursalam, 2000).
2.1.3 Manajemen Keperawatan
2.1.3.1 Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan didefinisikan sebagai sebuah integrasi sumber-sumber keperawatan, kerjasama/koordinasi sehingga proses manajemen dapat mencapai tujuan, pelayanan keperawatan dan objektivitas asuhan keperawatan (Huber,2000).
Ketrampilan manajemen diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan sebagai berikut (Swanburg, 2000):
1) Keterampilan intelektual meliputi keterampilan berfikir, penguasaan teori dan kemampuan.
2) Keterampilan teknikal dibagi menjadi prosedur, teknik atau metode.
memberikan pelayanan keperawatan efektif bagi pasien dan keluarga dengan melakukan perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengontrol material, keuangan dan sumber daya manusia yang ada.
2.1.3.2 Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan
Adapun prinsip-prinsip manajemen keperawatan menurut Swanburg (2000), yaitu: Perencanaan; pengorganisasian; mengarahkan dan pemimpin; memotivasi; pembuatan keputusan; Penggunaan waktu yang efektif; Manajer perawat bertugas memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien; Pencapaian tujuan sosial dan perumusan; bagian aktif dari lembaga dimana organisasi itu berfungsi dan divisi keperawatan; sebuah tingkat sosial, disiplin, fungsi dan bidang studi; Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan; pengendalian atau pengevaluasian dan komunikasi yang efektif.
2.2 Perawat
2.2.1 Peran Perawat
jawab secara efektif dan efisien dalam sebuah sistem (Bastable, 2002).
Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 berbunyi bahwa Perawat merupakan seseorang yang memiliki kemampuan dan memiliki wewenang untuk melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang diperoleh dalam tahap pendidikan keperawatan
Asmadi (2008) membagi peran perawat menjadi 4 peran utama: pengelola, pelaksana, pendidik dan peneliti.
1. Pelaksana layanan keperawatan (care provider)
Asmadi juga menjelaskan bahwa peran perawat sebagai care provider adalah sebagai berikut:
- Hak dan kewajiban klien selalu dilindungi agar tetap terlaksanan dengan seimbang;
- Memberi rasa aman dan nyaman bagi klien;
- Membantu memfasilitas klien dan anggota tim kesehatan lainnya; dan
- Mengupayakan mengembalikan kesehatan klien. 2. Pengelola (manager)
Sebagai pengelola perawat bertanggung jawab dan berperan mengelola layanan keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, puskesmas dan penunjang kesehatan lainnya. Selain itu, tatanan pendidikan juga merupakan tanggung jawab manager berdasarkan konsep manajemen keperawatan. Oleh karena itu, fungsi manajerial keperawatan perawat antara lain: planning, organizing, actuating, staffing, directing, dan controlling.
a. Planning (Perencanaan)
b. Organizing (Pengorganisasian)
Proses ini merupakan mengalokasikan pekerjaan, wewanang, mengatur dan pengelolaan sumber daya keperawatan dalam mencapai tujuan keperawatan.
c. Actuating (Gerak aksi)
Actuating adalah kegiatan yang dilakukan oleh menejer keperawatan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang sudah ditetapkan menggunakan perencanaan dan pengorganisasian untuk mendapatkan tujuan yang sudah direncanakan.
d. Staffing (Pengelolaan staf)
Fungsi staffing meliputi mempertahankan anggota/staff sesuai posisi yang dibutuhkan dalam pekerjaan keperawatan, menempatkan dan memperoleh.
e. Directing (Pengarahan)
Kemampuan seorang menejer keperawatan untuk mengarahkan staff keperawatan (perawat) yang berintelektual dan mampu bekerja secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
f. Controlling (Pengendalian)
3. Educator (Pendidik dalam keperawatan)
Peran perawat bukan hanya sebagai pemberi asuhan keperawatan melainkan juga sebagai pendididkan. Dimana peran perawat tersebut antara lain mendidik masyarakat, keluarga, individu individu dan tenaga keperawatan/kesehatan lainnya. Pendidikan kesehatan yang diberikan perawat diharapkan mampu menciptakan kesehatan yang kondusif bagi individu/masyarakat. Adapun tujuan diberikannya pendidikan kesehatan adalah untuk membangun perilaku kesehatan individu dan masyarakat.
Peran perawat sebagai pendidik (educator) harus memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memiliki wawasan ilmu pengetahuan
Pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh seorang educator untuk memengaruhi orang lain agar dapat berperilaku atau memiliki pengetahuan dan pemahaman yang sesuai dengan yang diharapkan.
b. Komunikasi
komunikasi berlangsung perawat diharapkan mampu meyakinkan dan mempengaruhi pihak lain baik itu klien, teman sejawat, maupun tenaga kesehatan lain tentang fungsi, peran serta eksistensi profesi keperawatan.
c. Pemahaman psikologis
Klien (manusia) adalah sasaran utama dalam pelayanan keperawatan, hal ini berkaitan dengant masyarakat, keluarga dan juga individu. Memengaruhi orang lain Ttidaklah mudah, oleh sebab itu perawat harus mampu memahami psikologis situasi dan orang lain. Oleh karena itu, perawat harus meningkatkan kepeduliannya dan sensitivitas. Perawat melakukan komunikasi terapeutik sehingga menyentuh hati orang lain.
d. Menjadi role model/contoh
Luasnya wawasan, ilmu pengetahuan dan komunikasi perawat dibuktikan dengan tindakan yang dilakukan. Penilaian orang lain akan meningkat terhadap profesi perawat apabila perkataan yang disampaikan perawat sesuai dengan citra perawat dan perbuatannya.
4. Peneliti dan pengembang ilmu keperawatan
praktik keperawatan bagi pasien dan dasar pengetahuan ilmiah keperawatan. Menjalankan kewajiban pada masyarakat dengan melakukan perawatan yang efektif dan efisien yaitu dengan praktik berdasarkan riset keperawatan (Patricia dan Arthur, 2002 dalam Asmadi, 2008).
2.2.2 Peran Perawat di Rumah sakit
Menurut Konsorium Ilmu Kesehatan (1989) dalam Hidayat (2008) peran perawat terdiri atas peran sebagai advokat pasien, educator (pendidik), pemberi asuhan keperawatan, konsultan, koordinator, kolaborator dan pembaharu/peneliti.
.a. Peran Sebagai Advokat Pasien
Peran sebagai advokat adalah membantu keluarga dan pasien dalam menerima informasi ataupun pengambilan persetujuan atas tindakan yang diterima pasien. Selain itu, mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien atas pelayanan yang baik, hak atas informasi penyakit dan hak privasi
b. Peran Sebagai Educator
terjadi perubahan perilaku pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
c. Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Pemberian pelayanan keperawatan dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan, dimana perawat memperhatikan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan pasien.
d. Peran Sebagai Konsultan
Perawat berperan menjadi tempat konsultasi terhadap masalah yang dialami pasien dan keluarga dan memberikan tindakan keperawatan yang tepat. Peran sebagai konsultan akan berfungsi apabila ada permintaan pasien mengenai tujuan pelayanan keperawatan ataupun informasi.
e. Peran Sebagai Koordinator
Tim tenaga kesehatan mengarahkan, mengorganisasi pelayanan kesehatan dan merencanakan sehingga pelaksanaan pelayanan kesehatan lebih optimal dan terarah sesuai kebutuhan yang diperlukan pasien.
f. Peran Sebagai Kolaborator
pendapat atau diskusi untuk menentukan bentuk pelayanan selanjutnya. Peran tersebut dilakukan melalui kerjasama tim kesehatan yang terdiri dari perawat, dokter, ahli gizi, fisioterapis, dan tenaga medis lainnya dengan berupaya.
g. Peran Sebagai Pembaharu/Peneliti
Perawat berperan mengadakan kerja sama, perencanaan, perubahan yang terarah dan sistematis sesuai berdasarkan metode dalam pemberian pelayanan keperawatan.
2.2.3 Peran Perawat Terhadap Discharge Planning
Di rumah sakit, discharge planning merupakan proses pengobatan pasien dan menempatkan perawat sebagai team discharge planner. Kontinuitas perawatan melalui proses discharge planning ditentukan oleh kemampuan dan pengetahuan perawat dalam memberikan proses keperawatan (Naylor, 1990 dalam Yuliana, 2013).
Oleh karena itu, pelaksanaan discharge planning membutuhkan peran dan pengetahuan perawat yang baik sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna untuk proses perawatan di rumah (Nursalam, 2009).
2.3 Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
2.3.1 Definisi Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
Perencanan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari persiapan koordinasi dan penilaian untuk memudahan pengawasan pelayanan kesehatan juga pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang (Carpenito, 1990 dalam Nursalam dan Efendi, 2008).
2.3.2 Tujuan
Menurut Jipp dan Siras (1986) dalam Nursalam dan Efendi (2008) tujuan perencanaan pulang adalah sebagai berikut.
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara sosial, psikologis dan fisik.
2. Meningkatkan kemandirian keluarga dan pasien.
3. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain. 4. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien. 5. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan
masyarakat.
6. Membantu keluarga dan pasien mendapatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap untuk mempertahankan status kesehatan pasien.
2.3.3 Manfaat
Menurut Spath (2003) dalam Nursalam dan Efendi 2008 perencanaan pulang mempunyai mempunyai manfaat sebagai berikut.
1. Memberikan kesempatan pengajaran kepada pasien sejak keluar rumah sakit.
3. Memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien.
4. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien, mengidentifikasi kekambuhan dan kebutuhan perawatan baru.
2.3.4 Prinsip-prinsip
Menurut Nursalam dan Efendi (2008) prinsip-prinsip yang diterapkan dalam perencanaan pulang adalah sebagai berikiut:
1. Klien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan dari klien perlu dikaji dan dievaluasi.
2. Kebutuhan dari klien diidenfikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin muncul pada saat klien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang muncul di rumah dapat segera diantisipasi.
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap klien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.
2.3.5 Proses Discharge Planning
Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Potter dan Perry (2006) dalam Ardiyanti (2014) membagi proses discharge planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan.
Pada fase akut, perhatian utama medis berfokus pada usaha discharge planning. Pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang, pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien (Potter dan Perry, 2005 dalam Ardiyanti, 2014).
Menurut Slevin (1986) dalam Ardiyanti (2014) pengkajian discharge planning berfokus pada 4 area yang potensial, yaitu pengkajian fisik dan psikososial, status fungsional, kebutuhan healtheducation dan konseling.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga, mengetahui problem, etiologi (penyebab), support sistem (hal yang mendukung pasien sehingga dilakukan discharge planning).
3. Perencanaan (Intervensi)
Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan pasien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang pasien, yang disingkat dengan METHOD yaitu:
a. Medication (obat)
b. Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan perawatannya.
c. Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah pasien pulang, yang dilakukan oleh pasien dan anggota keluarga.
d. Health Teaching (pengajaran kesehatan)
Pasien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan, termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient Referal
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan yang kontinu.
f. Diet Pasien
4. Pelaksanaan (Implementasi)
Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana pengajaran referal. Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge summary). Intruksi tertulis diberikan kepada pasien. Demontrasi ulang harus memuaskan, pasien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang digunakan dirumah.
5. Evaluasi
Evaluasi sangat penting dalam proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel:
a. Derajat penyakit
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan c. Durasi perawatan yang dibutuhkan d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan e. Komplikasi tambahan
2.3.6 Alur Pelaksanaan Discharge Planning
[image:20.516.86.439.120.668.2]Menurut Nursalam dan Efendi (2008) alur pelaksanaan discharge planning adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Alur Pelaksanaan Discharge Planning Keterangan:
PP: Perawat Primer PA: Perawat Associate Tugas Perawat Primer: Tugas perawat Associaet:
Monitor (sebagai program service savety) Oleh:
keluarga & petugas Perawat PP
dibantu PA
Perawat PP dibantu PA
Keadaan pasien
1. Klinis & pemeriksaan penunjang lain 2. Tingkat ketergantungan klien
Penyelesaian administrasi
Lain-lain Perencanaan Pulang
Program Health Education - Control & obat/perawatan - Nutrisi
- Aktivitas dan istirahat - Perawatan diri
- Membuat perencanaan pulang (discharge planning)
- Membuat leaflet. - Memberikan konseling.
- Memberikan pendidikan kesehatan. - Menyediakan format discharge
- planning.
- Mendokumentasikan discharge planning.
Melaksanakan agenda
2.3.7 Hal-Hal yang Harus Diketahui Klien Sebelum Pulang
Menurut Nursalam dan Efendi (2008) hal-hal yang harus diketahui sebelum klien pulang adalah sebagai berikut:
1. Instruksikan tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.
2. Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dilakukan di rumah.
3. Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan.
4. Jelaskan masalah yang mungkin muncul dan cara mengantisipasi.
5. Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun klien sendiri dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi dan lain-lain.