• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGORUH LMPLEMENLOSI KEBIIQKON PERLONCHON TERHADOP SLRUKTUR PENGUOSOON LONOH DON DSMPOKNYTX TERHADAP KESEIOHTEROON PETONI DI KOBUPOLEN 6ORUT DON SUBONG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGORUH LMPLEMENLOSI KEBIIQKON PERLONCHON TERHADOP SLRUKTUR PENGUOSOON LONOH DON DSMPOKNYTX TERHADAP KESEIOHTEROON PETONI DI KOBUPOLEN 6ORUT DON SUBONG."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

W.

I*" W-

T,

J*r?J#igffiS

r$$Fi

r4l l-ffi34

ffir

'"ll

,

il,'

::i ..r:: l.lii illi..

Kemiskinqn

:

Mdd

Pengukuron,

Permosslohon

don Allernolif Kebiiokon

(

Nunung

Nurwoli

!

Kcjion

Model

Komunikosi,

lnformo$,

Edukosi

{KlE}

Ketohanon Pongon Keluorgo

Miskin

di Kobupslen

Sondung

Provinsi

Jows

Borot

(

HePi Hopsori

don

lwon Seliowon

I

Pengoruh

lmplemenlosi Kebiiqkon Perlonchon

Terhadop

Slruktur

Penguosoon

lonoh don

Dsmpoknytx

Terhodsp Keseiohteroon

Petoni

di

Kobupolen

6orut don

Subong

{

$inlaningrurn

}

Lobour Force

Colleclivily

in

Agrieulturc

{A

$fucV

on the

lmpticotion

of

Labaur Force

on

Formers'

lneome in

Sumedong

Resdence,

West

Javo)

(

Opon

S.

Suworloptodio

l

Struklur

dqn

Pols

Hubungon

Sosiql Ekonomi

Jurogon

dengon

Buruh

di

Kolongon Neloyon Fonloi

Utoro

Jowo

Borol

tstudi tentong

Simbiosis

ontsra

Juragon dengon

NelaYen Buruh

di

Pondok Boli

Kecomoton

legon

Kulon

Kabupoten

$ubong]

(

eU

Sukmowoli

I

Anslisis

$ender pada

Ketuorga F*tani

Pod* rim$? l4s*$t$fuu$furs

di

Dserexft F*nggfw*n

Fmrk*tm.fici
(2)

Terakreditasi : SK. No. : 55/DlKIl/Kep/2005 ISSN:1411 -5034

KCPCNtrUPUKNN

Jurnal Kependudukan Padiadiaran Padiadjaran Journal of Papulation $fudies

Alamat

Pusat Penelitian Kependudukan dan Pengembangan SDM Lembaga Penelitian

-

Universitas Padiadiaran

Jt. Dipati Ukur No.

35

Bandung 40132

Telp./Fax. : (022) 2546651 E-mail : pnk@unPad. ac.id

Pembina

Rektar UniYersdas Padiadiaran

Ketua Lembaga Penelitian

-

Universitas Padiadiaran

Penanggung Jawab

Kepata Pusat Penelitian Kependudukan dan Pengembangan SDM Lembaga Penelitian

-

Universitas Padiadiaran

Editor

H. Djadja Saeful{ah

SutYasfie Soemitrc Remi

Armida S. Alisjahbana Ganjar Kumia Zulrizka lskandar

Yahya Ase,i

Nugraha Setiawan

Nunung Nunvati

Editor Tamu

P rij o n o Tj i pto h e

ii

a nto ( U n i ve rsitas lndon esr4

S ri M o e ft i n i n g si h Adi oetom o ( U n i ve rsita s I n d on e s i a )

Agus Dwiyanto (Universitas Gadiah Mada)

Desain Sampul

Yahya Asai

Dindin Makhmudin

Pelaksana

Udin Wahyudin

Anne D. Julianti lceu Nurhayati

Heni Herawati

Jumal

Kependudu menampilkan tulisan-t berkaitan dengan kernrt

Komu n ikasi, I nformasi.

'

kesejahteraan pebni.

;aan, dan gender.

-

Berkaitan denoan

FORM

Flohon dficat

Flarna

A,lamat

Teb.,/ik

}rrd Hg

Sara

sh

feffirg

-FEiri,Ui

ryrdt

,lM@ IE "r- |

iEisl*-mffi dm rml t

N@nqdllilrryF

qF

rrtq

!ilMffiur

Wryumr

.ry;rEEr

sEEt

I

trffiqg

dtrn

fulf

mmrnmlurllrn

Mr

'dtmnrruffirur

Umm

imtffim

mmuMrEnrn

mrumunryummtr

uf,

r{

C

P

C

ttl

ED

It

D

1T

r{

(3)

rua

-::aan)

--:-

,rl?j',"ffi*i,*",

;=

"il3:nff.ril:,f

l,;+

Y,A:E'

=::""=,,i#'rljfri

:

a

r.

trogof.

:

-

-arbni.

.t ooa

a:;an

U""ru';i;,

., nendah

.t;

-a- Ir>^ vt

-;-#';;.#:fl

_

rertanian.

:-

,Ketahanan

:::

Kebr4akan

:=:''

^

Loka-^:

l-'angan

:=

Deptan-(21^ -r !

::

i

1ee6

." t,aKotl /(976_ Nasronal

*BJfixi,a

PTgSruh

lmplementasi Kebijakan

pertanahan

Terhadap

Struktur

penguasaan Tanah

dan

Dam

paknya Terhadap

Klsejahteraan

Fetan

i

di

Kabupaten Garut

din

Subung

Sintaningrum-)

Abstract

The study r's based tll_y\0otem, oj

tlte

gap

between rand tenure structure

and the tow of rarmer inco,me

.at subanj

ina

oaiii

nig"iii."in"

caused

probrem factor

is

tf!

,the.-rand

ioiiiv-

irprementation which

did

not

implemented as shoutd

f.

fne

ituii

ilra

exptanatory survey design

and

statisticat path anarvsis. The

,r"uiir-'"iii

that tand po,cy imprementation significantty inftuenced by

t"ra triui'riii'ctured

and

has impact to farmer

y^".r1n r,lls

studv

atso s.hown ln"t-

ioi"y

content dimension

is

more

nlluenced than context imptementation.'

-Key Words : poticy implementation, agrarian, welfare.

penetitian

ini

duaslr(yy,"a!!ffita.han

terkait densan adanva

ketimpangan struktur penguasaan

tanah

dan rendahnya

kesejahteraan

ryetan,i

di

Kabupaten

subang

dan carut.

r"m, i,lnviiin

masarah

tersebut pada awarnry didugz aiseoinian

oteh imprementasi kebijakan

pe rtan,ah an va ng m asih.,.betim ne

4atii

ienugui,u

i"-'i"iiin-ia

d

i

kedua

daerah tersebut' penetitian

,"rggiii*ri

ae_sain

expranatory survey dan

analisis statistik jarur. Dari hasit-fenilitian

diketahui'binii

iipt"rentasi

kebijakan pertanahan

berpengaruh

signifika,

t",iiiaii

struktur

penguasaan

tanah

dan

,berdampak

pada

kesejahteriii-

petani di Kabupaten Garut dan.subang.

p"i")iti[n

ini

juga

menunjukkan bahwa

dimensi content kebijakan

nLrpr,gzirii rcnii "b;"";;

;;;ipaia

context

implementasi.

Kata Kunci

:

lmplementasi kebijakan, pertanahan, kesejahteraan

Program Doktor llmu Sosial {.lniversitas padjadjaran, BKIJ

(4)

Pendahuluan

Seiring dengan

menurunnya

hasil

produksi

pertanian

di

lndonesia, khususnya di Jawa Barat,

tingkat

kesejahteraan

petani

pun

rendah. Salah

satu

indikator untuk

mengukur

kesejahteraan

petani dalam aspek ekonomi adalah dari

nilai tukar petani. lndeks nilai tukar

petani (NTP) selama kurun waktu

2003-2007

berdasarkan

data

Litbang Kompasl

berfluktuatif.

Secara khusus

di

provinsi

Jawa

Barat terus turun rata-rata 3,7 point

per tahun. Pada April-Mei 2008 NTp berada dibawah angka 100. Artinya,

indeks harga

yang

dibayarkan

petani

lebih

besar daripada harga indeks yang diterimanya.

Hasil

Sensus pertanian 2003

mengindikasikan semakin miskinnya

petani lndonesia. Hal itu terlihat dari

meningkatnya jumlah petani gurem

tahun 2003 menjadi 56,5 %. Setama

sepuluh

tahun

terakhir,

jumlah petani gurem meningkat 2,60/o pet

tahun,

yaitu

dari

1C,B

juta

rumah

tangga menjadi

13,7

juta

tahun

2003.

Petani

gurem

ini

mayoritas hidup

di

bawah

garis

kemiskinan. Dari 16,6% rakyat lndonesia yang

termasuk kelompok miskin, 60%-nva

adaiah kalangan petani gurem.t

Banyak

faktor yang

diduga dapat meningkatkan kesejahterain

petani. Salah satu struktur sumber daya yang harus dibenahi agar

ke-sejahteraan petani meningkat ada-lah ketersediaan lahan bagi petani

yang sama sekalitidak memadai.

Di

Provinsi

Jawa

Barat

pelaksanaan kebijakan pertanahan diawali

sejalan

dengan

diberlaku-kannya UUPA. Pelaksanaan

kebi-jakan

pertanahan

di

provinsi

ini

penting

mengingat

adanya

ke-timpangan penguasaan tanah yang kronis. Pada

tahun

1957 misalnya

diketahui bahwa sebagian

besar

tanah

pertanian

sawah

di

Jawa

Barat

dikuasai

oleh

sekitar

g.g65

rumah tangga (0,5% rumah tangga)

dan

mereka menguasai

tanah

sawah di atas 10 Ha. Sementara di

sisi

lain,

terdapat 87,B% keluarga

yang mempunyai tanah kurang dari

1

Ha. Dari

87,Bo/o pemilik tanah

kurang dari satu hektar tersebut 5/6

nya

adalah

pemilik

tanah

kurang

dari

0,5

hektar. Pertimbangan lain

adalah tingginya penguasaan tanah

absentee.

Di

daerah Kawedanaan lndramayu misalnya,

tercatat

dari

20.488 pemilik sawah,

ternyata 6.010 orang adatah pemitik

di

luar

desa (absenfee).

Ketimpangan struktur pengua-saan tanah juga terlihat dari proporsi pemberian

hak

menguasai tanah

yang telah terdaftar. Hasil penelitian

pada tahun 2004

menunjukkan

bahwa dari berbagai hak atas tanah

yang

diberikan Badan pertanahan Nasional terhadap pemohon, yang

terdiri

dari hak

pengelolaan, hak

pakai,

hak

milik,

hak

guna

bangunan,

hak guna

usaha, dan

yang

masih berupa tanah negara,

maka luas tanah yang

di

atasnya melekat Hak Guna Usaha

menem-pati urutan per-tama dalam keluasan

tanahnya,

yaitu

sebanyak

1364 bidang dengan luas S7T.170.60T, 62

Ha.

Sementara

tanah

hak

milik

hanya

sebanyak

1.777.819,00

bidang dengan

luas

17.692.978,82 Ha. (Sintaningrum, dkk, 2004).

Berdasarkan pengamatan

pe-neliti

di

lapangan, salah satu sebab

masih

rendahnya

kesejahteraan

petani

dan

ketimpangan struktur penguasaan tanah disebabkan oleh

1 Kompas,2 Juli

2008

2 Koran Tempo ontine, 4

Oktober 2006, http : //www.tem po i nte raktif . co m.

implementasi

yang belum r

kontent kebij

atau

lingkunr

itu

diimplemr kebijakan (a kaitan denga

dainya kebija

dengan

ket

terhadap

rai. kesepakatan

terhadap

tuj

masih

rendt

pemahaman

stakeholder t

ingin dicapai nahan

ini.

P

sana kebijaka

kurang

me

program implt

lndikatomya

lemahnya

k

kualitas sumb masih belum

koordinasi

a

Selain

itu.

t

kebijakan yan

ulur berbagai

kebijakan

p antara yang

r

pertanahan se

yang lebih

,:

pembagian pe

dan

daerah mengimplerne atau tidak.

Terkajt d

ambilan kepul

making)

di

lnc

hadapi kuatnr

lembaga

di

h

governmental memiliki jarinl

solid. Pada

t

yang

memilikr

besar

denga namun pow,et

Departemen F

liki

otoritas ur
(5)

Jurnal Kependudukan Padiadiaran, Vol 10, No. 1, Januari 2008 : 23 -33

orovinsi

ini

Canya

ke-tanah yang

7

misalnya

3ian

besar

r di

Jawa

kitar

9.965

tah tangga)

sei

tanah

imentara di

ri

keluarga <urang dari

nilik

tanah

ersebut 5/6

ah

kurang angan lain

saan tanah

iwedanaan

rcatat

dari ternyata

iilik

di

luar

;r

pengua-rri proporsi

:sai

tanah I penelitian :nunjukkan

atas tanah )ertanahan hon, yang rlaan, hak

ak

guna

;aha,

dan

h

negara,

ir

atasnya

a

menem-l

keluasan

rak

1364

t0.607,62

lak

milik 77.819,00 e2.978,82

i14 I

ratan

pe-atu sebab ;:ahteraan

i

struktur ckan oleh

implementasi kebijakan pertanahan

yang belum optimal, baik dilihat dari

kontent kebijakan maupun konteks

atau

lingkungan dimana kebijakan

itu

diimplementasikan. Masalah isi kebijakan (content

of

policy)

ber-kaitan dengan masih belum

mema-dainya kebijakan terutama berkaitan

dengan

keberpihakan

kebijakan

terhadap rakyat terutama

Petani,

kesepakatan

para

stakeholder

terhadap

tujuan

kebijakan

Yang

masih

rendah

serta

kurangnYa

pemahaman

yang utuh

dari

stakeholder terhadaP

tujuan

Yang

ingin dicapai

dari

kebijakan perta-nahan

ini.

Pada organisasi

Pelak-sana kebijakan sebagai implementor

kurang

memadainYa

kaPasitas

program implementors yang dimiliki.

lndikatornya

daPat

dilihat

dari

lemahnya komitmen

Pelaksana,

kualitas sumber daya manusia Yang masih belum memadai, kurangnYa

koordinasi

antar

instansi

terkait.

Selain

itu,

berkaitan

dengan

isi

kebijakan yang ideal, terdapat tarik

ulur berbagai konseP dalam wacana

kebijakan pertanahan,

misalnYa

antara yang menginginkan kebijakan

pertanahan secara revolusioner atau

yang lebih

lunak

secara gradual,

pembagian Peran Pemerintah Pusat

dan

daerah,

serta

aPakah mesti mengimplementasikan Pertanahan atau tidak.

Terkalt dengan masalah

Peng-ambilan keputusan (site.of decision

making) di lndonesia saat ini meng-hadapi kuatnYa tekanan

lembaga-lembaga

di

luar

Pemerintah (non-governmental organization) Yang

memiliki jaringan komunrkasi yang solid. Pada DePartemen Pertanian

yang

memiliki kePentingan sangat

besar dengan masalah

agraria,

namun

power

PolitiknYa terbatas,

Departemen Pertanian tidak

memi-liki

otoritas untuk membuat produk

hukum yang cukuP kuat berhadaPan

dengan para stakeholders lain. Jadi, meskipun "agraria

dan

pertanian"

memiliki kaitan yang kuat dan jelas,

namun

tidak

tercermin

Pada

hu-bungan "BPN

dan

DePtan" (Forum

Agro

Ekonomi

Vol. 13 No.

2

Th

2004).

Dalam lingkungan

makro

ke-bijakan berkaitan ciengan kotrteks

kekuasaan, kePentingan,

dan

strategi aktor yang terlibat. Saat ini

berkembang berbagai pendapat

ten-tang komposisi otoritas pemerintah

pusat

dan

daerah

dalam

hal

keagrariaan. Sebagian berpendapat bahwa bidang yang daPat

diPindah-kan ke pemerintah daerah

seyogya-nya

hanyalah urusan bentuk dan

cara mengusahakan atau mengolah

unsur-unsur

tanah,

sePerti usaha

pertanian, kehutanan,

Pertambang-an,

dan

perkebunan. Sementara'

soal hak

kepemilikan

tanah

Yang

mencerminkan makna tanah

seba-gai

simbol

kesatuan bangsa dan

negara

tidak dapat

didelegasikan.

Wewenang Yang berada

di

kabu-paten/kota mengenai

Pertanahan sebaiknya

sebaias Yang

bersifat lokalitas, misalnya dalam penetapan

spatial planning, izin Jokasi, dan izin

prinsip. Dengan telah diberikannya wewenang

untuk

mbmberikan izin

lokasi

dan izin

PrinsiP

kePada

pemerintahan kabupaten/ kota, maka

telah mulai pula terdengar berbagai

keluhan

dari

investor perkebunan'

disebabkan

banYaknYa Pungutan untuk menghasilkan PAD sebesar-besarnya.

lni

meruPakan Polemik,

karena ketika izin lokasi berada di

pemerintah

Pusat,

Pemerintah

daerah

mengeluh

bahwa

mereka

tidak

memPeroleh

keuntungan apapun meski di wilaYahnYa banYak

usaha perkebunan besar swasta.

(6)

Pengaruh lmplementasi Kebijakan Perlanahan iSintaningrum)

Permasaanan

lain

adalah

kesulitan

dalam

memberantas

berkernbangnya

rent

seeking ac.'iND. trr\\>-t'.iras )a-rlg \elgD\Dlg

dalam kategori ini utamanya adalah

para

makelar tanah,

yaitu

mereka

yang

membeli

tanah

untuk

nanti

dijual lagi ketika harga sudah tinggi.

Tanah dibeli tidak untuk digunakan,

sehingga tanah diperlakukan sebgai komoditas. Dalam kadar yang lebih

ringan,

para

pemilik

tanah

yang

menyakapkan

tanahnya

kepada

petani lain dengan pembagian yang

tidak adil, dapat pula

dipandang

sebagai suatu bentuk penghisapan, yang pada prinsipnya adalah juga bentuk dari sikap menjadikan tanah

sebagai komoditas.

Masalah lain berkaitan dengan karakteristik

penguasa

(institution

and

regime

characteristic) datang

dari

intervensi ideologi kapitalisme,

khususnya melalui instrumen pasar

global,

yang

ielah

menembus

seluruh aspek kehidr:pan, termasuk

dalam

hal

sistem agraria

suatu

negara. Jika selama ini, pemerintah

yang

menjadi penguasa terhadap petani dengan menggunakan tanah

sebagai alat politiknya, maka di era

pasar bebas ketika

komoditas ditentukan

oleh

kehendak; pasar,

maka

pasarlah

yang

rnenjadi

penguasa. Dengan kata lain,

bagai-mana

sistem agraria

yang

akan

berjalan

di

suatu

negara,

baik

penguasaan,

pemilikan,

dan

penggunaan;

akan lebih

ditentukan oleh pasar dengan ideologinya sendiri

misalnya dengan penerapan prinsip-prinsip efisiensi.

Berdasarkan uraian fenomena.

fenomena

tersebut,

rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1.

Seberapa

besar

pengaruh

implementasi kebijakan pertanahan

terhadap siruktur penguasaan tanah

di Kabupaten Garut dan Subang ?

2.

Bagaimana

dampak

struktur penguasaan tanah terhadap kese-jahteraan petani di Kabupaten Garut

dan Subang ?

Metode Penelitian

Tipe

desain

penelitian

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

adalah explanatory research yaitu penelitian

yang

menyangkut peng-ujian hipotesis penelitian,

dikombi-nasikan dengan analisis deskriptif

yang

bertujuan

menggambarkan

keadaan

nyata

di

lapangan pada

waktu penelitian dilakukan.

Pemilihan

lokasi

penelitian

dilakukan

secara

purposif,

yakni

Kabupaten

Subang

dan

Garut.

Kabupaten Subang terpilih karena di

sini

kegiatan landreform

melalui

redistribusi

tanah

paling

sering

dilakukan

dengan tanah

terluas.

Sementara Kabupaten Garut terpilih karena daerah

ini

menjadi model

percontohan

BPN

melakukan

gerakan Reformasi Agraria.

Teknik

pengumpulan

data

di-lakukan dengan studi pustaka dan

studi

lapangan, melalui observasi,

wawancara mendalam

(indepth

interview), focus group dlscussion,

dan

penyebaran kuesioner. Wa-wancara dilakukan dengan Direktur Landreform BPN, Kabid Pengaturan

dan

Penatagunaan

Tanah

Kanwil

BPN Provinsi Jabar, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Subang dan

Kabupaten Garut,

Asisten

Daerah Kabupaten

Garut, Camat,

Kepala

Desa,

dan

tokoh

masyarakat di lokasi penelitian.

Kuesioner disebarkan kepada

aparat

di

Kanwil BPN Provinsi Jawa

Barat

dan

Kantor

Pertanahan Kabupaten Garut dan Subang, aparat

Pemda

ol

penelitian, lingkungan

menangani Pertanahan dan di Kank

Dari

sejumlah dengan Kerlinger sebanyakTI

Hasil

Per

Kabup

Provinsi Ja'

pada koord

Lintang

Se

10807'30" I

Garut

rl'li

adminisL.afi (3.065,1e karaktenst'x Garut, pec naman pan

nakan,

per

masih

mer Hal ini terce

rian

masya

65% beriurr

serta

diliha pertanian i

tinggi

biia

sektor-seKc (tahun 20C5

Desa F

penelitian i

Kecamatan

Garut.

Se

Padaawas

sebesar 12i Lindung 35

350 Ha,

Pr

tanah

pert:

Orbitasi De

kota

relatil

tempuh

ke
(7)

Jurnal Kependudukan Padiadiaran, Vol. 10, No, '1, Januari 2008 : 23 - 33

saan tanah

iubang ?

k

struktur rCap

kese-aten Garut

iran

yang

eiitian

ini

arch

yaitu

;<ut

peng-

dikombi-deskriptif ;ambarkan

gan

pada

penelitian

s'f

yakni

n

Garut. <arena di

r

melalui

g

sering

r

ierluas.

rut terpilih

iCi

model nelakukan

i.

data

di-staka dan

:bservasi,

t:,.indepth

,iscussion,

1er.

Wa-r

Direktur :ngaturan

h

Kanwil ila Kantor b'ang dan

':

Daerah

:

Kepala

:rakat

di

kepada ,rsi Jawa

edanahan

rg

aparat

Pemda

di

masing-masing lokasi

penelitian,

yang terdiri

dari

:

di

lingkungan Sekretariat Daerah yang

menangani pertanahan, yaitu Bagian

Pertanahan;

di

Kantor Kecamatan

dan di Kantor Desa.

Dari

jumlah

anggota populasi sejumlah

355

orang

implementor,

dengan

menggunakan

rumus

Kerlinger

(1978) terpilih

sampel

sebanyakT8 responden.

Hasil Penelitian

Kabupaten

Garut

terletak

di

Provinsi Jawa Barat bagian Selatan

pada koordinat 6056'49"

-

7

o45'00"

Lintang Selatan

dan

107o25'8"

10807'30" Bujur

Timur.

Kabupaten

Garut

memiliki

luas

wilayah administratif

sebesar 306.519

Ha

(3.065,19

km").

Sesuai

dengan

karakteristik

wilayah

Kabupaten Garut, peran sektor pertanian

(ta-naman pangan, perkebunan,

peier-nakan,

perikanan

dan

kehutanan)

masih

merupakan

sektor

andalan.

Hal ini tercermin dari mata

pencaha-rian

masyarakat Kabupaten Garut

65% berturnpu pada sektor pertanian

seda

dilihat

dari

kontribusi sektor pertanian

terhadap

PDRB

paling

tinggi

bila

dibandingkan dengan

sektor-sektor lainnya

yaitu

52,160/o (tahun 2005).

Desa Padaawas dimana lokasi

penelitian

ini

dilakukan terletak di Kecamatan Pasirwangi Kabupaten

Garut.

Secara

geografis

Desa

Padaawas memiliki

luas

tanah

sebesar 1250 Ha. Terdiri dari Hutan Lindung

350 Ha,

Hutan

Produksi

350 Ha, Pemukiman

46

Ha, dan

tanah

pertanian

seluas 504

Ha.

Orbitasi Desa Padaawas terhadap

kota

relatif dekat.

Untuk

jarak

tempuh

ke

kota

kecamatan dari

Desa Padaawas sejauh 3 km. Jarak

tempuh

ke

ibu

kota

Kabupaten

Garut

10 km

dari

pusat

Desa

Padaawas. Dari tingkat orbitasi desa

yang

relatif

dekat

ke

pusat

kota,

penduduk

Desa

Padaawas relatif

mobile artinya tingkat ke luar masuk

masyarakat

untuk pergi

ke

pusat kota sering Cilakukan oleh

masya-rakat

Desa

Padaawas.

Jumlah penduduk

Desa

Padaawas tahun

2007 adalah sebanyak 6303 orang

dan

sebagian

besar

penduduknya

bermata

pencaharian

sebagai petani.

Kabupaten Subang terleiak di bagian utara Provinsi

Jawa

Barat,

dengan letak geografis antara 107"

31'

-

107' 54' bujur timur dan 6" 1'

-6'

49'

lintang selatan. Luas wilayah

Kabupaten

Subang

mencakup 205.176

ha

atau

4,640/o

dari

luas

wilayah Provinsi Jawa Barat.

Kabu-paten

Subang

selama

beberapa

tahun

terakhir mengalami pertum-buhan rata-rata sekitar 4,37o/o per

tahun,

mendekati

rata-rata

Jawa

Barat yang mencapai sekitar,4,6%

per tahun.

Desa Cibalandong Jaya terletak

di

Kecamatan Cijambe Kabupaten

Subang dengan luas tanah 967,164 Ha; merupakan hasil pemekaran dari

Desa Cimenteng pada tahun 2006

yang terbagi menjadi Desa

Cibalan-dong

Jaya

dan

Desa

Cimenteng.

Orbitasi

Desa

Cibalandong Jaya terhadap

kota

relatif

jauh.

Jarak tempuh ke kota kecamatan dari Desa

Cibalandong

Jaya

sejauh

21

km.

Jarak tempuh ke ibu kota Kabupaten

Subang

14 km

dari pusat

Desa

Cibalandong

Jaya. Akses

jalan menuju

ke

desa

hanya

I

dengan infrastruktur jalan yang buruk. Jarak yang

jauh

disertai dengan kondisi

jalan

buruk

menyebabkan waktu

tempuh

dari

desa

ke

luar

desa
(8)

Pengaruh lmplementasi Kebijakan Pertanahan (Sintaningruml

menjadi bertambah lama. Sedangkan,

jumlah penduduk Desa Cibalandong

Jaya berdasarkan sensus penduduk

2006 tercatat sebanyak 1704 orang.

Dengan jumlah Kepala Keluarga 567

orang Desa

Cibalandong

Jaya

merniliki rata-rata jumlah keluarga 4

orang

per

kepala

keluarga. Mata

pencaharian terbanyak penduduknya

adalah sebagai petani,

baik

Petani

pemilik maupun penggarap.

Hasil

perhitungan

koefisien

jalur

dari

persamaan

struktural

menggunakan metode Partial Leasf

Square dibantu

dengan

Program VPLS, Koefisien Jalur Dari

X1

dan

X2

Terhadap

Y

menunjukkan koe-fisien

jalur dari

isi

kebijakan (X1)

terhadap

penguasaan

tanah

(Y) sebesar

0.468.

lni

artinya

bahwa

besar

pengaruh langsung

dari

isi

kebijakan

terhadap

struktur penguasaan

tanah

sebesar 0.468; atau secara hitungan matematis, jika terjadi perubahan pada isi kebijakan

dalam implementasi kebijakan

perta-nahan sebesar

satu

simpangan baku maka akan terjadi perbaikan

pada

struktur

penguasaan tanah

sebesar

0.468

simpangan

baku.

Koefisien

jalur ini

lebih besar dari

0.30 sehingga

isi

kebijakan

mema-dai

dalam

menjelaskan

struktur penguasaan

tanah.

Pengaruh dari

isi

kebijakan terhadap

struktur

penguasaan

tanah

menunjukkan

pengaruh positif yang artinya bahwa semakin

baik

isi

kebijakan dalam

implementasi kebijakan pertanahan

maka

semakin

baik pula

struktur penguasaan tanah.

Dimensi

yang dinilai

paling berperan

dalam

n'rerefleksikan isi kebijakan

adalah dimensi

derajat

perubahan

yang

diinginkan, letak

pengambilan keputusan dan dimensi

jenis

manfaat.

lni

artinya

bahwa

pengaruh

dari isi

kebijakan

imple-mentasi kebijakan pertanahan paling dipengaruhi

oleh

seberaPa besar derajat perubahan yang diinginkan,

dimana

letak

keputusan

Yang

diambil dan jenis manfaat apa Yang

akan diperoleh.

Selanjutnya, struktur

penguasa-an

tanah

juga

dipengaruhi secara

langsung oleh konteks implementasi kebijakan

(X2)

dengan

pengaruh

langsung sebesar

0.30.

Pengaruh

langsung dari konteks implementasi

dalam implementasi kebijakan

perla-nahan terhadap struktur

Pengua-saan tanah (Y) lebih kecil

dibanding-kan

dengan

isi

kebijakan

(X).

Pengaruh dari konteks implementasi

kebijakan

terhadap

struktur penguasaan

tanah sama

halnYa

dengan isi kebijakan adalah positif ini

artinya

adalah

perubahan struktur

penguasaan tanah selaras dengan

konteks

implementasi

kebijakan.

Secara

matematis

angka

0.30

menyatakan

bahwa

jika

terjadi

perubahan

pada

konteks

imPle-mentasi

keb'tjakan

sebesar

satu

simpangan baku, maka akan terjadi perubahan

pada

struktur

pengua-saan tanah sebesar 0.30 simpangan

baku. Koefisien

jalur

ini lebih besar

dari

0.30

sehingga

isi

kebijakan memadai dalam menjelaskan struktur penguasaan tanah. Dari hasil analisis dimensi sebelumnya diketahui bahwa

dimensi-dimensi

yang paling

ber-peran dalam konteks implementasi

kebijakan adalah dimensi karateristik

kelembagaan

dan

penguasa serta dimensi kekuasaan, kepentingan dan

strategi aktor yang terlibat. Dua dari

tiga

dimensi konteks implementasi

kebijakan

ini

dinilai paling dominan

mempengaruhi struktur penguasaan

tanah.

Koefisien

determinasi

dari

model pertama yaitu pengaruh dari

isi

kebijakan

dan

konteks

imPle-mentasi

kebijaka

struktr.:r

perhitur

adalah

Hasil in

menjela,

dari

da

sebesar peru ba h

saan ta: isi keb;:

tasi

dali

pertanai

kebijaka

yang

ii

dengan bijakan. perubah

tur

pen

oleh

'r'i

dimasuk

Has

gunakan

dipercier penguas

kesejahtr

0.412.

Ii

efek lan5

saan tail

petani E bahwa penguasi

baik

pi

Selain ve

tanah.

v

konteks ,

kan peng

struktur hadap ke

Efek

disumbar

kebijakan

antara :si penguase sumbanc terhadap

petani. S

(9)

Januari 2008 : 23 - 33

aling

reSaf

rkan,

yang yang

rasa-*ara

rntasi

)aruh

Jaruh lntasi

:erta-

lgua-

rding-(x).

:ntasi ruktur

alnya ;itif ini ruktur )ngan

iakan. 0.30 lerjadi

imple-satu terjadi

rDgU?-angan

besar rijakan

fuktur

nalisis

rahwa

t

ber-rentasi

teristik serta

rn dan

ra dari

lentasi lminan

Jasaan dari

:h

dari

imple-sebesar

sebgsar 52.5Yo

Pel uudndr

r-perubahan dalam struktur, pen.gYa;

52.5% perubahan

mentasi

dalam

imPlementasi

kebijakan Pertanahan

terhadaP

rtruXtur penguasaan tahan dari hasil

oerhitunqan dengan soffware VPLS adalah

lebesar

0.525 atau 52'5%'

Hasil

ini

menunjukkan model daPat

menjelaskan sebesar 52.5% variansi

dari data atau

dengan

kata

lain

kan kesejahteraan petani, prioritas

,t"tu

Yang harus dilakukan adalah oerbaik'an dalam isi kebijakan serta peningkatan

struktur

Penguasaan tanah.

Dengan

berasumsi

bahwa

struktur Penguasaan

tanah

daPat menjelaskan perubahan-perubahan

Jari'

kesejahteraan

Petani,

tn3k3 Jaoat ditehtukan beraPa besarkah

persentase

Perubahan-Perubahan dari kesejahteraan petani

(Z)

yang

bisa dijeljskan oleh variabel struktur

penguisuan

tanah

(Y)

dengan

meriggunat<an rumus: R= 92 x 100%'

Dari

hasil

Perhitungan Yang

telah dipaparkan sebelumnya telah

didaoat

nilai

P=0,412'

Dengan

J"mikiun

maka

koefisien

deter-minasi

(R)

daPat dihitung'

R

=

toiitztt

i

iooY"

=

17oh' Dari hasil berhitungan

ini

daPat

.dikatakan

bahwa besarnYa Pengaruh varlaoel

struktur

Penguasaan

tanan

(Y)

terhadaP variabel

kesejahteraan

p"t"ni

'tZl

adalah sebesar

17%'

bedangkan pengaruh varia.bel .lain

,o.t"fi

sebesar

B3Yo' TingginYa

o"nqitun

dari variabel lain terhadap

[".Jj"r'tt.t"an

petani tentunya wajar

k;;;;;

tinskat kesejahteraan Petani

meruPakan

kondisi Yang ?Ial

JiGniuk"n

oleh

banYak

variabel vano berperan, baik variabel internal

'"i",ipun'eskternal' Variabel internal

semisar banYaknYa jumlah anggota keluarga, banYaknYa sawah ,Yan-9,

dimiliki

sedangkan faktor eksternal

seoerti

mahalnYa

barang-barang ke'butuhan Pokok dan lain-lain'

Hasil

Penelitian

di

KabuPaten

Garut

dan

Subang

menunjukkan

adanYa Persamaan

dalam

imPle-t"nt'uti

kebijakan pertanahan dilihat dari aspek

isi

kebijakannya'.Ya1".Y,.

pun

diwarnai .

oleh

karakteristtK

daerahnya masing-masing' Berikut

ini

dikemukakan

Perbandingan saan tanah dipengaruhi oleh variabel

isi kebijakan dan konteks

implemen-tasi dilam

implementasi kebijakan

oertanahan

dimana vairabel

isi

i<ebijakan

memberikan

Pengaruh

urno

lebih

besar

dibandingkan

b"n6un

konteks imPlementa:'-

!?;

biiafan. Sedangkan sebesar 47 '5%

oerubahan-perubahan dalam

struk-irt

penguasaan

tanah

dijelaskan

ot"n'

vJriabel

lain

Yang

tidak

dimasukkan dalarn penelitian ini'

Hasil

analisis dengan

meng-ounakan

Partial Least

Square' iioeroleh koefisein jalur dari struktur penguasaan

tanah

(Y)

terhadaP

't"tJ1ant"t""n

petani

(z)

sebesar

0.41i.

Hasil

ini

menYatakan bahwa

efek langsung dari struktur pengua-saan tanah terhadap kesejahteraan oetani. Efek ini adalah positif, artinya

bahwa

semakin

baik

struktur

p"ngu"t""n

tanah maka

semakin

b"it

Pula

kesejahteraan Petani'

Selain variabel struktur penguasaan

tanah, variabel

isi

kebijakan dan

[ont"X.

implementasi juga

memberi-kan pengaruh tidak langsunq melalul

struktur

Penguasaan

tanah

ter-hadaP kesejahteraan Petani'

Efek

tidak

langsung terbesar

disumbangkan

oleh

variabel

lsl t

"Ui;"tan.

ArtinYa

bahwa

kaitan

antara isi kebijakan dengan struktur

penguasaan

tanah

memberikan sum-bangsih

Yang

lebih

.besar terhadap peningkatan kesejahtaran

petani.'sehingga untuk

(10)

implementasi kebijakan

di

2

lokasi

tersebut.

Di

KabuPaten

Garut

dimana

lokasi

kebijakan

diimPle-mentasikan

relatif

lebih

mudah

dijangkau daripada lokasi

di

Kabu-piten

Sunang, karenanYa Perubah-an struktur penguasaan tanah lebih dinamis ditemukan di sini. Kedekat-an jarak dengKedekat-an ibukota kecamatKedekat-an dan kemudahan fasilitas jalan yang menghubungkan desa dengan desa lain di kecamatan dan ke kota Yang

sama membuat derajat Perubahan

para

petani terlihat

lebih

nYata

dibandingkan di Kabupaten Subang' Ditelusuri dari dokumen

SK

Redis-tribusi Tanah Objek

Landreform

yang

pertama

kali

diterbitkan oleh

Femerintah

di

Desa

Padaawas,

terlihat perpindahan pemilikan tanah

yang lebih

dari

sekali

meskiPun bitemukan beberaPa Petani Yang

masih memPertahankan

Penguasa-an

tanah

redisnYa'

PerPindahan

pemilikan

tanah

mengindikasikan

iuiuan kebijakan pertanahan untuk

meningkatkan kesejahteraan petani penggirap menjadi tidak terwujud'

Berbagai kebutuhan hiduP Yang

mendesak dan tidak sebandingnYa

hasil dari pertanian dengan tingkat pengeluaran petani mengakibatkan

banlar

petani Penerima

SK

iedis

kemudian menjual kembali

tanah-nya.

Pada

mulanYa Petani

Peng-garap tidak

menjual

secara

langsung, namun bertahaP melalui

sewa-menyewa

atau

dengan cara

menggadaikan

tanahnYa.

Namun

kareni

setelah jatuh temPo, Petani

penggarap tersebut

tidak

berhasil

menebus kembali tanah gadainYa, maka akhirnya tanah tersebut dijual'

Jual beli

tanah

redistribusi

ini

banyak dilakukan walauPun Peme:

rintah telah melarangnya.

Jual

beli

dilakukan di bawah tangan, dengan

tidak merubah nama SK redistribusi

penerima

hak.

Petani

PenggaraP

tetap menggaraP tanah Yang telah diiualnva, namun posisinya kembali

k6

semula sebagai Petani

Peng-garap. Perubahan derajat kehidupan

iebih nyata ditemukan. Peningkatan

kesejahteraan

meningkat,

tetaPi hanya ditemukan pada sedikit petani

vanq

berhasil

menjadikan dirinYa

seOigai

tuan

tanah

baru.

Perbe-daan kesejahteraan Yang mencolok ditemukan

di

sini, dimana terdaPat

petani Yang sangat kaYa

Yang

menguaiai

hamPir seParuh tanah.

pertalnian di desa, dengan buruh tani

yang sangat miskin.

Lain

halnYa dengan

Desa

Cibalandong

JaYa

KabuPaten

Subang, peiitaxu jual beli tanah asal objek landreform lebih sedikit

dite-mutan. Para petani penerima redis masih memiliki tanah Yang dahulu

diberikan kepadanya. Berdasarkan

hasil

obsenrasi diketahui

bahwa

konsumsi dan gaYa hiduP Petani di

Kabupaten

Garut

lebih

tinggi

dibandingkan di Kabupaten Subang' Hal inididuga merupakan salah satu

sebab

meningkatnYa kebutuhan akan uang tunai di KabuPaten Garut

yang

mendorong

Petani

menjual

ianJnnya. Di samPing itu,

kemudah-an untuk menjual jasa atau bekerja

di

sektor informal Pada

Petani

penggarap KabuPaten

Garut

lebih

iinggi

Petani

di

Desa Cibalandong

.laii

memanfaatkan

ikan-ikan

di

suhgai Sukanegara untuk memenuhi kebutuhan

lauk

rumah tangganYa'

Sehingga Pengeluaran

uang

untuk konsumsi lebih hemat dibandingkan

petani

di

Desa

Padaawas Yang

melulu

mengandalkan Pemenuhan

konsumsinya

dari hasil

pertanian'

Ketergantungan

Penduduk

desa akan Sungar Sukanegara

menjadi-kan sungai

itu

terjaga. Lingkungan

alam leblh terpelihara ditemukan di

Desa Cibalandong JaYa.

Se

yang konieks akan

:

pelaksa

buat

r

dengar

dapat

kebija <:

an sel^, diharap dengan

berCas:

lapang: demik a

Suba. !

man'2 q

memtl,i pengua

di

lr

men;ng

tanair-t

diku as: beke"la Pen

g,:

d id is:: i

rnr.

S

Pemei'i

yang

d istrib

i

n6ndrr:

lokas

kan

k' halni a paien

t^..^

Jdy a t^^^^ Ldllo.

lebih deng a'

dahu

i;

bukar

5ULEII i

desa {

dibag r

ibu kci:

kualria

yang I

^^^t :

5ddr. r

ka la n:

(11)

Vol, 10, No. 1, Januari 2008

rg telah kembali

i

peng-hidupan ngkatan

tetapi

it petani dirinya Perbe-rencolok

ierdapat

a

yang

r

tanah rruh tani

r

Desa bupaten rah asal

ikit

dite-na

redis

t

dahulu iasarkan

bahwa

retani di tinggi Subang. rlah satu rbutuhan en Garut

menjual

emudah-r bekerja

r

petani

rut

lebih alandong

-ikan

di

remenuhi

lgganya.

rg

untuk

ndingkan

as

yang

nenuhan

rertanian.

k

desa

menjadi-rgkungan nukan di

lL l

i i

,t

'l

Setelah Pelaksanaan kebijakan

yang

diPengaruhi

oleh

isi

dan

kon[et<s kebijakan diterapkan. maka

akan daPat diketahui aPakah Para oelaksana kebiiakan

dalam

mem-buat

sebuah

kebijakan

sesuai

dengan apa Yang diharaPkan; juga

Oaplt

diketarrui aPakah

suatu

kebilat<an dipengaruhi oleh lingkung-an sehingga tingkat perubahan yang

diharapk-n

terjadi.

Berkaitan

dengan kebijakan Pertanahan, maka berdlasarkan

hasil

Penelitian

di

lapangan

juga

menunjukkan l''"1

demikian.

Di

KabuPaten Garut dan

Subang

PrototYPe

sejarah

imPle-mentaii

kebijakan

Pertanahan

memiliki kemiripan dengan sejarah penguasaan tanah di banYak temPat

bi

lndonesia.

Sejak

Belanda

meninggalkan

lndonesia,

maka

tanah-IJnah eks perkebu nanl erfacht dikuasai oleh aristokrasi lokal yang

bekerja

sama

dengan

militer'

Penguasaan

tanah diatur

dan

didislribusikan oleh kedua kalangan

ini.

Sejalan dengan

kebijakan Pemeriniahan

Pusat tahun

1961

yang

mengharuskan

tanah

dire-iistiinuslt<an kePada

Penduduk,

penguasa lokal dan militer mengatur

iotcaii

oan

luasan tanah

berdasar-kan

kePentingan

mereka'

SePerti

halnya

di

Desa

Padaawas

Kabu-pateh Garut dan Desa Cibalandong

'Jaya

KabuPaten

Subang,

tanah-tanah yang lokasinya strategis dan

lebih

-subur

karena

berdekatan

dengan mata

air

dibagikan terlebih

dahutu untuk kalangan militer (yang

bukan meruPakan Penduduk desa setemPat)

dan

aParat Pemerintah

desa. 'seielah itu baru penduduk lain

dibagikan

di

lokasi Yang

jauh

dari

ibukota

desa dan tanah

dengan kualitas kelas

dua

dengan luasan

yang lebih kecil dari mereka' Pada

l""i

ini

tanah-tanah

yang

dimiliki

kalangan

militer sudah

berPindah

tangan,

diPerjualbelikan kePada

para peiani setemPat Yang mampu

membelinYa.

Penelitian

di

KabuPaten Garut

dan

Subang menguatkan

Pernya-taan yang

dikemukakan Grindle' lmplementasi kebijakan redistribusi

tanah

di

kedua kabuPaten

menun-iukkan terjadinya proses politik yang

kental Yang menYebabkan lemahnYa

pelaksina-n Program'

Tarik-menarik kepentingan diantara

ber-bagai aktor yang teriibat mengaki-Uaikan program redistribusi tanah

tidak

berjalln

mulus, bahkan

ter-sendat

bertahun-tahun' Komitmen dan politicatt

wilt para

pelaksana

menjadi dimensi penting terseleng

garanYa

Program

secara

efektif'

Fada'

awal

kebijakan

redistribusi

tanah

ini

diteraPkan

dgngan keinqinan

Politik

Yang

kuat. dart

oemlrintah, kebijakan

berjalan

dengan

lancar

walauPun ha.silnYa

Uef

uil

diketahui

Pasti'

Namun

redistibusi tanah kepada para petant

penggaraP

terjadi.

SaYangnYa'

Oengln beralihnya regim kekuasaan

dari

orde lama

ke

orde

baru'

kebijakan ini menjadi tersendat dan kemudian tidak ada gaungnya sama

sekali,

Padahal Peraturan

P.er-undangan masih tetaP berlaku dan tidak dicabut,

Demikian halnYa Yang terjadi di

tingkat

lokal.

Situasi

politik

yang

terjadi

di

tingkat nasional berimbas

paba

PrakteknYa

di

tingkat

Plm?.-iint"t',.n lokal, iermasuk desa' Tarik ulur kewenangan antara Pemerintah

Pusat

dan

Daerah

menYebabkan

oara oelaksana

di

laPangan

ragu-ragu 'mengambil

tindakan

karena

khlwatir

melamPaui

kewenangan-;t;.

lmPlikasinYa

adatah

muncul klnnik-i<onflik atau kasus sengkeia

tanafr antara

berbagai

Pihak

di

lapangan. Konflik terjadi di kalangan

(12)

Pengaruh lmplementasi Kebijakan Pertanahan (Slntaningrr.lm)

antar

petani,

baik

petani

dengan

petani, maupun

petani

dengan

penggarap.

Konflik

yang

lebih

meluas

adalah konflik

antara

masyarakat dengan negara, dalam

hal ini Perhutani di Kabupaten Garut

dan PTPN Xll di Kabupaten Subang.

Dari hasil focus group

dr'scussrbn

dapat

diketahui

bahwa

penyebab konflik adalah perbedaan persepsi

tentang riwayat kepemilikan tanah;

tentang

siapa yang

sebenarnya

memiliki

hak

untuk

memiliki,

menguasai dan menggunakan tanah

yang disengketakan. Penyebab lain

adalah

pengaturan

pengusahaan

dan pemanfaatan tanah{anah yang kemudian disepakati dikelola

ber-sama.

Sampai

saat

penelitian

berakhir

konflik petani

di

Desa

Cibalandong

Jaya dan

PTPN Xll

belum

diselesaikan.

Sedangkan

konflik

di

desa Padaawas

di

Kabu-paten

Garut relatif sudah

mereda

dengan

disepakatinya

program

Pengelolaan

Hutan

Bersama

Masyarakat (PHBM) dimana petani

yang berlokasi di sekitar tanah milik

Perhutani diberikan

rjin

untuk

mengelola tanah seluas

kesepakat-an masing-masing dengan tanaman

kopi.

Kesimpulan

lmplementasi kebijakan

per-tanahan

berpengaruh

signifikan

terhadap struktur penguasaan tanah

dan

berdampak terhadap kesejah-teraan petani

di

Kabupaten Garut

dan

Subang. Besaran

pengaruh

implementasi kebijakan pertanahan

terhadap struktur penguasaan tanah

di

Kabupaten

Garut

dan

Subang

ditentukan oleh sub variabel konten

kebijakan (content

of

policy)

yang

meliputi

dimensi-dimensi

:

pihak-pihak yang

kepentingannya

ter-pengaruh kebijakan,

jenis

manfaat,

derajat perubahan yang diinginkan, Ietak pengambilan keputusan,

pelak-sana

program,

dan

sumber daya;

dan sub variabel konteks

implemen-tasi

(context

of

implementationj

yang meliputi dimensi: kekuasaan,

kepentingan, dan strategi aktor yang

terlibat,

karakterlstik kelembagaan

dan penguasa, serta konsistensi dan

daya

tanggap. Selanjutnya konten

kebijakan clan konteks implementasi

kebijakan

pertanahan

secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap kesejahteraan

petani

di

Kabupaten Garut dan Subang.

Pemberlakuan

batas

kepe-milikan

tanah

maksimum

harus ditegakkan

kembali

agat

struktur penguasaan

tanah dapat

menjadi

lebih merata dan adil. Namun perlu diikuti dengan peninjauan kembali

peraturan

perundangan

yang

berkaitan

dengan

implementasi

kebijakan pertanahan yang saat ini

tidak relevan lagi pemberlakuannya,

seperti ketentuan tentang kelebihan

tanah maksimum, kriteria kepadatan

penduduk,

dan

ketentuan tentang

tanah absentee.

Pemerintah

perlu

melakukan

reorientasi

arah

pembangunan

negara dengan

lebih

menaruh

perhatian

pada sektor

pertanian

Sebaiknya kewenangan

urusan

pertanahan

dipegang

oleh

satu

Departemen

Agraria,

tidak

lagi

dipisahkan

antara

kewenangan

agraria (Departemen Dalam Negeri)

dan pertanahan (Badan Pertanahan Nasional). Pemerintah

perlu

me-ningkatkan kapasitas

organisasi

petani sehingga lebih memiliki posisi

tawar

(bargaining position)

yang

lebih kuat sehingga mampu

mening-katkan produksinya.

Akhirnya.

pembaruan agraria

(reforma agrarian) tidak hanya

ber-henti

pac

tanah

sa;;

dengan ke menyokcni

nya progre harus mer

program

:

luruhan.

:

Anderson. "

f'hrl=

Stei,'al and Califor Compr Anderson.

Poticy

Rineha

Drabkin. H

and

-Perga:

Dunn, \,"!r A ^^

.-/1,t tolJt,

JerseS

tional i

Dye,

Thc-sfano,',i

EdiUor LJ^r r^, I tdlt- I

Endang

S: Menu,':r,'
(13)

Banou-Jurnal Kependudukan Padiadlaran, Vol, 10, No, 1, Januari 2008 : 23 - 33

s

manfaat, dlinginkan,

san,

pelak-rber

daya;

implemen-'mentation) rekuasaan,

aktor yang embagaan istensi dan

ya

konten plementasi

secara

ruh

nyata

petani

di anE.

rs

kepe-lm

harus

r

struktur

t

menjadi

mun perlu

n

kembali

n

yang

:lementasi rg saat ini

akuannya, kelebihan

<epadatan

r

tentang

nelakukan bangunan

menaruh pertanian urusan

leh

satu

dak

lagi

#enangan

m Negeri) ertanahan

edu

me-:rganisasi

iliki posisi

)nl

yang

:

mening-r

agraria

=nya

ber-henti pada

masalah

redistribusi

tanah

saja

tetapi

harus ditunjang

dengan kesiapan infrastruktur yang

menyokong pembaruan itu.

Karena-nya program-program penunjang itu harus menjadi

satu

paket dengan program pembaruan secara

kese-luruhan, termasuk

ke

dalamnya

program-program pasca redistribusi

(antara lain: perkreditan,

penyuluh-an,

pendidikan, dan latihan,

tekno-logi, pemasaran, dan lain-lain).

Daftar Pustaka

Anderson, James E., David W. Brady,

Charles S. Bullock lll, & Joseph

Stewart,

Jr.

1984. Public Policy

and

Politics

in

America.

California

:

Cole

Publishing

Company.

Anderson,

James

E.

1978. Public

Policy Making. Chicago

:

Holt, Rinehart and Winston.

Drabkin, H. Darin. 1977. Land Policy

and

Urban Grovvth. Toronto :

Pergamon of Canada Ltd. Dunn,

W.

N.

1994. Public Policy

Analysis

:

An

lntroducfion. New

Jersey

:

Prentice-Hall lnterna-tional, lnc., Englewood Cliffs.

Dye,

Thomas

R.

1981.

Under-standing Public Policy. Fourth

Edition. New Jersey

:

Prentice-Hall, lnc.

Endang

Suhendar,

et al.

2002.

Menuju Keadilan Agraria

:

70

yahun

Gunawan

Wiradi. Bandung. Yayasan Akatiga:

Grindle, Merilee S. 1980. Politics and

Policy

lmplementation

in

The

Third World. New

Jersey Princeton University Press.

Harsono,

Boedi. UUPA

:

Sejarah

Penyusunan, lsi dan Pelaksana-annya, Djakarta: Djambatan , hal 2-3).

Jones, C. O. 1984. An lntroduction to

the Study of Public

Policy.lhud

Edition. California

:

Wadsworth, lnc.

Kerlinger. FN. 1978. Foundations of Behavioral Research.

McGraw-Hill. New York.

Noer Fauzi. 2001.

Prinsip-prinsip

Reforma Agraria

:

Jalan

Peng-hioupan

dan

Kemakmuran

Rakyat.

Yogyakarta.' Lapera

Pustaka

Umum.

l

Parlindungan, A.P. 1990. Landreform

di

lndonesia

:

Strategi dan
(14)

Referensi

Dokumen terkait

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak

Jumlah wang yang disalurkan ke dalam penyata bendahari dan syarikat / anak syarikat yang dimiliki oleh institusi berkenaan sahaja diambil kira. Ianya bukan kumulatif

Penjelasan keluhan dan tindakan yang dilakukan secara rasional dan ilmiah, meyakinkan klien tentang kesediaan perawat untuk memberikan informasi, melakukan proses keperawatan

Kondisi sampah saat ini kian mengkhawatirkan. Jika tidak dilakukan upaya pengurangan volume sampah, maka bias dipastikan sampah-sampah Indonesia semakin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penelitian tindakan yang telah dilakukan: (1) Terjadi peningkatan kreativitas berpikir siswa kelas X A MA Ibnul Qoyyim

The analyst(s) named in this report certifies that all of the views expressed by the analyst(s) in this report reflect the personal views of the analyst(s) with regard to any and

Setelah Soeharto diangkat menjadi presiden RI menggantikan Soekarno, menginginkan agar Pulau Batam yang menilai adalah Pulau Batam adalah kembaran dari Singapura,

Penyusunan anggaran akan memungkinkan pihak mana- jemen untuk melihat proyek litbang tersebut dengan sebuah pertanyaan: &#34;Dengan melihat apa yang kita ketahui