W.
I*" W-
T,J*r?J#igffiS
r$$Fir4l l-ffi34
ffir
'"ll
,il,'
::i ..r:: l.lii illi..Kemiskinqn
:Mdd
Pengukuron,
Permosslohon
don Allernolif Kebiiokon
(
Nunung
Nurwoli
!
Kcjion
Model
Komunikosi,
lnformo$,
Edukosi
{KlE}Ketohanon Pongon Keluorgo
Miskin
di Kobupslen
Sondung
Provinsi
Jows
Borot
(
HePi Hopsori
don
lwon Seliowon
IPengoruh
lmplemenlosi Kebiiqkon Perlonchon
Terhadop
Slruktur
Penguosoon
lonoh don
Dsmpoknytx
Terhodsp Keseiohteroon
Petoni
di
Kobupolen
6orut don
Subong
{$inlaningrurn
}Lobour Force
Colleclivily
in
Agrieulturc
{A
$fucV
on the
lmpticotion
of
Labaur Force
on
Formers'
lneome in
Sumedong
Resdence,
West
Javo)
(
Opon
S.Suworloptodio
l
Struklur
dqn
Pols
Hubungon
Sosiql Ekonomi
Jurogon
dengon
Buruh
di
Kolongon Neloyon Fonloi
Utoro
Jowo
Borol
tstudi tentong
Simbiosis
ontsra
Juragon dengon
NelaYen Buruh
di
Pondok Boli
Kecomoton
legon
Kulon
Kabupoten
$ubong]
(
eU
Sukmowoli
IAnslisis
$ender pada
Ketuorga F*tani
Pod* rim$? l4s*$t$fuu$fursdi
Dserexft F*nggfw*n
Fmrk*tm.ficiTerakreditasi : SK. No. : 55/DlKIl/Kep/2005 ISSN:1411 -5034
KCPCNtrUPUKNN
Jurnal Kependudukan Padiadiaran Padiadjaran Journal of Papulation $fudiesAlamat
Pusat Penelitian Kependudukan dan Pengembangan SDM Lembaga Penelitian
-
Universitas PadiadiaranJt. Dipati Ukur No.
35
Bandung 40132Telp./Fax. : (022) 2546651 E-mail : pnk@unPad. ac.id
Pembina
Rektar UniYersdas Padiadiaran
Ketua Lembaga Penelitian
-
Universitas PadiadiaranPenanggung Jawab
Kepata Pusat Penelitian Kependudukan dan Pengembangan SDM Lembaga Penelitian
-
Universitas PadiadiaranEditor
H. Djadja Saeful{ah
SutYasfie Soemitrc Remi
Armida S. Alisjahbana Ganjar Kumia Zulrizka lskandar
Yahya Ase,i
Nugraha Setiawan
Nunung Nunvati
Editor Tamu
P rij o n o Tj i pto h e
ii
a nto ( U n i ve rsitas lndon esr4S ri M o e ft i n i n g si h Adi oetom o ( U n i ve rsita s I n d on e s i a )
Agus Dwiyanto (Universitas Gadiah Mada)
Desain Sampul
Yahya Asai
Dindin Makhmudin
Pelaksana
Udin Wahyudin
Anne D. Julianti lceu Nurhayati
Heni Herawati
Jumal
Kependudu menampilkan tulisan-t berkaitan dengan kernrtKomu n ikasi, I nformasi.
'
kesejahteraan pebni.;aan, dan gender.
-
Berkaitan denoanFORM
Flohon dficat
Flarna
A,lamat
Teb.,/ik
}rrd Hg
Sara
sh
feffirg
-FEiri,Ui
ryrdt
,lM@ IE "r- |
iEisl*-mffi dm rml t
N@nqdllilrryF
qF
rrtq
!ilMffiur
Wryumr
.ry;rEEr
sEEt
Itrffiqg
dtrn
fulf
mmrnmlurllrn
Mr
'dtmnrruffirur
Umm
imtffim
mmuMrEnrnmrumunryummtr
uf,
r{
C
P
C
ttl
ED
It
D
1T
r{
rua
-::aan)
--:-
,rl?j',"ffi*i,*",
;=
"il3:nff.ril:,f
l,;+
Y,A:E'
=::""=,,i#'rljfri
:
ar.
trogof.:
--arbni.
.t ooaa:;an
U""ru';i;,
., nendah
.t;-a- Ir>^ vt
-;-#';;.#:fl
_
rertanian.:-
,Ketahanan:::
Kebr4akan:=:''
^
Loka-^:
l-'angan:=
Deptan-(21^ -r !
::
i
1ee6." t,aKotl /(976_ Nasronal
*BJfixi,a
PTgSruh
lmplementasi Kebijakan
pertanahan
Terhadap
Struktur
penguasaan Tanah
dan
Dam
paknya Terhadap
Klsejahteraan
Fetan
i
di
Kabupaten Garut
din
Subung
Sintaningrum-)
Abstract
The study r's based tll_y\0otem, oj
tlte
gapbetween rand tenure structure
and the tow of rarmer inco,me
.at subanj
ina
oaiii
nig"iii."in"
causedprobrem factor
is
tf!
,the.-rand
ioiiiv-
irprementation whichdid
notimplemented as shoutd
f.
fneituii
ilra
exptanatory survey designand
statisticat path anarvsis. The
,r"uiir-'"iii
that tand po,cy imprementation significantty inftuenced by
t"ra triui'riii'ctured
and
has impact to farmery^".r1n r,lls
studv
atso s.hown ln"t-ioi"y
content dimensionis
morenlluenced than context imptementation.'
-Key Words : poticy implementation, agrarian, welfare.
penetitian
ini
duaslr(yy,"a!!ffita.han
terkait densan adanva
ketimpangan struktur penguasaan
tanah
dan rendahnyakesejahteraan
ryetan,i
di
Kabupatensubang
dan carut.
r"m, i,lnviiin
masarahtersebut pada awarnry didugz aiseoinian
oteh imprementasi kebijakan
pe rtan,ah an va ng m asih.,.betim ne
4atii
ienugui,ui"-'i"iiin-ia
di
keduadaerah tersebut' penetitian
,"rggiii*ri
ae_sainexpranatory survey dan
analisis statistik jarur. Dari hasit-fenilitian
diketahui'binii
iipt"rentasi
kebijakan pertanahan
berpengaruh
signifika,
t",iiiaii
struktur
penguasaan
tanah
dan,berdampak
pada
kesejahteriii-
petani di Kabupaten Garut dan.subang.p"i")iti[n
inijuga
menunjukkan bahwa
dimensi content kebijakan
nLrpr,gzirii rcnii "b;"";;
;;;ipaia
context
implementasi.
Kata Kunci
:
lmplementasi kebijakan, pertanahan, kesejahteraanProgram Doktor llmu Sosial {.lniversitas padjadjaran, BKIJ
Pendahuluan
Seiring dengan
menurunnyahasil
produksi
pertanian
dilndonesia, khususnya di Jawa Barat,
tingkat
kesejahteraanpetani
punrendah. Salah
satu
indikator untukmengukur
kesejahteraan
petani dalam aspek ekonomi adalah darinilai tukar petani. lndeks nilai tukar
petani (NTP) selama kurun waktu
2003-2007
berdasarkan
dataLitbang Kompasl
berfluktuatif.Secara khusus
di
provinsi
JawaBarat terus turun rata-rata 3,7 point
per tahun. Pada April-Mei 2008 NTp berada dibawah angka 100. Artinya,
indeks harga
yang
dibayarkanpetani
lebih
besar daripada harga indeks yang diterimanya.Hasil
Sensus pertanian 2003mengindikasikan semakin miskinnya
petani lndonesia. Hal itu terlihat dari
meningkatnya jumlah petani gurem
tahun 2003 menjadi 56,5 %. Setama
sepuluh
tahun
terakhir,
jumlah petani gurem meningkat 2,60/o pettahun,
yaitu
dari
1C,Bjuta
rumahtangga menjadi
13,7
juta
tahun2003.
Petanigurem
ini
mayoritas hidupdi
bawahgaris
kemiskinan. Dari 16,6% rakyat lndonesia yangtermasuk kelompok miskin, 60%-nva
adaiah kalangan petani gurem.t
Banyak
faktor yang
diduga dapat meningkatkan kesejahterainpetani. Salah satu struktur sumber daya yang harus dibenahi agar
ke-sejahteraan petani meningkat ada-lah ketersediaan lahan bagi petani
yang sama sekalitidak memadai.
Di
Provinsi
Jawa
Baratpelaksanaan kebijakan pertanahan diawali
sejalan
dengandiberlaku-kannya UUPA. Pelaksanaan
kebi-jakan
pertanahandi
provinsi
inipenting
mengingat
adanya
ke-timpangan penguasaan tanah yang kronis. Pada
tahun
1957 misalnyadiketahui bahwa sebagian
besartanah
pertaniansawah
di
JawaBarat
dikuasaioleh
sekitar
g.g65rumah tangga (0,5% rumah tangga)
dan
mereka menguasai
tanahsawah di atas 10 Ha. Sementara di
sisi
lain,
terdapat 87,B% keluargayang mempunyai tanah kurang dari
1
Ha. Dari
87,Bo/o pemilik tanahkurang dari satu hektar tersebut 5/6
nya
adalah
pemiliktanah
kurangdari
0,5
hektar. Pertimbangan lainadalah tingginya penguasaan tanah
absentee.
Di
daerah Kawedanaan lndramayu misalnya,tercatat
dari20.488 pemilik sawah,
ternyata 6.010 orang adatah pemitikdi
luardesa (absenfee).
Ketimpangan struktur pengua-saan tanah juga terlihat dari proporsi pemberian
hak
menguasai tanahyang telah terdaftar. Hasil penelitian
pada tahun 2004
menunjukkanbahwa dari berbagai hak atas tanah
yang
diberikan Badan pertanahan Nasional terhadap pemohon, yangterdiri
dari hak
pengelolaan, hakpakai,
hak
milik,
hak
gunabangunan,
hak guna
usaha, danyang
masih berupa tanah negara,maka luas tanah yang
di
atasnya melekat Hak Guna Usahamenem-pati urutan per-tama dalam keluasan
tanahnya,
yaitu
sebanyak
1364 bidang dengan luas S7T.170.60T, 62Ha.
Sementaratanah
hak
milikhanya
sebanyak
1.777.819,00bidang dengan
luas
17.692.978,82 Ha. (Sintaningrum, dkk, 2004).Berdasarkan pengamatan
pe-neliti
di
lapangan, salah satu sebabmasih
rendahnya
kesejahteraanpetani
dan
ketimpangan struktur penguasaan tanah disebabkan oleh1 Kompas,2 Juli
2008
2 Koran Tempo ontine, 4
Oktober 2006, http : //www.tem po i nte raktif . co m.
implementasi
yang belum r
kontent kebij
atau
lingkunritu
diimplemr kebijakan (a kaitan dengadainya kebija
dengan
ketterhadap
rai. kesepakatanterhadap
tujmasih
rendtpemahaman
stakeholder t
ingin dicapai nahan
ini.
Psana kebijaka
kurang
meprogram implt
lndikatomya
lemahnya
kkualitas sumb masih belum
koordinasi
aSelain
itu.
tkebijakan yan
ulur berbagai
kebijakan
p antara yangr
pertanahan seyang lebih
,:pembagian pe
dan
daerah mengimplerne atau tidak.Terkajt d
ambilan kepul
making)
di
lnchadapi kuatnr
lembaga
di
hgovernmental memiliki jarinl
solid. Pada
t
yang
memilikrbesar
denga namun pow,etDepartemen F
liki
otoritas urJurnal Kependudukan Padiadiaran, Vol 10, No. 1, Januari 2008 : 23 -33
orovinsi
iniCanya
ke-tanah yang
7
misalnya3ian
besarr di
Jawakitar
9.965tah tangga)
sei
tanahimentara di
ri
keluarga <urang darinilik
tanahersebut 5/6
ah
kurang angan lainsaan tanah
iwedanaan
rcatat
dari ternyataiilik
di
luar;r
pengua-rri proporsi
:sai
tanah I penelitian :nunjukkanatas tanah )ertanahan hon, yang rlaan, hak
ak
guna;aha,
danh
negara,ir
atasnyaa
menem-l
keluasanrak
1364t0.607,62
lak
milik 77.819,00 e2.978,82i14 I
ratan
pe-atu sebab ;:ahteraan
i
struktur ckan olehimplementasi kebijakan pertanahan
yang belum optimal, baik dilihat dari
kontent kebijakan maupun konteks
atau
lingkungan dimana kebijakanitu
diimplementasikan. Masalah isi kebijakan (contentof
policy)
ber-kaitan dengan masih belum
mema-dainya kebijakan terutama berkaitan
dengan
keberpihakan
kebijakanterhadap rakyat terutama
Petani,kesepakatan
para
stakeholderterhadap
tujuan
kebijakan
Yangmasih
rendah
serta
kurangnYapemahaman
yang utuh
daristakeholder terhadaP
tujuan
Yangingin dicapai
dari
kebijakan perta-nahanini.
Pada organisasiPelak-sana kebijakan sebagai implementor
kurang
memadainYa
kaPasitasprogram implementors yang dimiliki.
lndikatornya
daPat
dilihat
darilemahnya komitmen
Pelaksana,kualitas sumber daya manusia Yang masih belum memadai, kurangnYa
koordinasi
antar
instansi
terkait.Selain
itu,
berkaitandengan
isikebijakan yang ideal, terdapat tarik
ulur berbagai konseP dalam wacana
kebijakan pertanahan,
misalnYaantara yang menginginkan kebijakan
pertanahan secara revolusioner atau
yang lebih
lunak
secara gradual,pembagian Peran Pemerintah Pusat
dan
daerah,
serta
aPakah mesti mengimplementasikan Pertanahan atau tidak.Terkalt dengan masalah
Peng-ambilan keputusan (site.of decision
making) di lndonesia saat ini meng-hadapi kuatnYa tekanan
lembaga-lembaga
di
luar
Pemerintah (non-governmental organization) Yangmemiliki jaringan komunrkasi yang solid. Pada DePartemen Pertanian
yang
memiliki kePentingan sangatbesar dengan masalah
agraria,namun
power
PolitiknYa terbatas,Departemen Pertanian tidak
memi-liki
otoritas untuk membuat produkhukum yang cukuP kuat berhadaPan
dengan para stakeholders lain. Jadi, meskipun "agraria
dan
pertanian"memiliki kaitan yang kuat dan jelas,
namun
tidak
tercerminPada
hu-bungan "BPN
dan
DePtan" (ForumAgro
EkonomiVol. 13 No.
2
Th2004).
Dalam lingkungan
makro
ke-bijakan berkaitan ciengan kotrtekskekuasaan, kePentingan,
danstrategi aktor yang terlibat. Saat ini
berkembang berbagai pendapat
ten-tang komposisi otoritas pemerintah
pusat
dan
daerah
dalam
halkeagrariaan. Sebagian berpendapat bahwa bidang yang daPat
diPindah-kan ke pemerintah daerah
seyogya-nya
hanyalah urusan bentuk dancara mengusahakan atau mengolah
unsur-unsur
tanah,
sePerti usahapertanian, kehutanan,
Pertambang-an,
dan
perkebunan. Sementara'soal hak
kepemilikantanah
Yangmencerminkan makna tanah
seba-gai
simbol
kesatuan bangsa dannegara
tidak dapat
didelegasikan.Wewenang Yang berada
di
kabu-paten/kota mengenai
Pertanahan sebaiknyasebaias Yang
bersifat lokalitas, misalnya dalam penetapanspatial planning, izin Jokasi, dan izin
prinsip. Dengan telah diberikannya wewenang
untuk
mbmberikan izinlokasi
dan izin
PrinsiP
kePadapemerintahan kabupaten/ kota, maka
telah mulai pula terdengar berbagai
keluhan
dari
investor perkebunan'disebabkan
banYaknYa Pungutan untuk menghasilkan PAD sebesar-besarnya.lni
meruPakan Polemik,karena ketika izin lokasi berada di
pemerintah
Pusat,
Pemerintahdaerah
mengeluhbahwa
merekatidak
memPeroleh
keuntungan apapun meski di wilaYahnYa banYakusaha perkebunan besar swasta.
Pengaruh lmplementasi Kebijakan Perlanahan iSintaningrum)
Permasaanan
lain
adalahkesulitan
dalam
memberantasberkernbangnya
rent
seeking ac.'iND. trr\\>-t'.iras )a-rlg \elgD\Dlgdalam kategori ini utamanya adalah
para
makelar tanah,yaitu
merekayang
membelitanah
untuk
nantidijual lagi ketika harga sudah tinggi.
Tanah dibeli tidak untuk digunakan,
sehingga tanah diperlakukan sebgai komoditas. Dalam kadar yang lebih
ringan,
para
pemilik
tanah
yangmenyakapkan
tanahnya
kepadapetani lain dengan pembagian yang
tidak adil, dapat pula
dipandangsebagai suatu bentuk penghisapan, yang pada prinsipnya adalah juga bentuk dari sikap menjadikan tanah
sebagai komoditas.
Masalah lain berkaitan dengan karakteristik
penguasa
(institutionand
regime
characteristic) datangdari
intervensi ideologi kapitalisme,khususnya melalui instrumen pasar
global,
yang
ielah
menembusseluruh aspek kehidr:pan, termasuk
dalam
hal
sistem agraria
suatunegara. Jika selama ini, pemerintah
yang
menjadi penguasa terhadap petani dengan menggunakan tanahsebagai alat politiknya, maka di era
pasar bebas ketika
komoditas ditentukanoleh
kehendak; pasar,maka
pasarlah
yang
rnenjadipenguasa. Dengan kata lain,
bagai-mana
sistem agraria
yang
akanberjalan
di
suatu
negara,
baikpenguasaan,
pemilikan,
danpenggunaan;
akan lebih
ditentukan oleh pasar dengan ideologinya sendirimisalnya dengan penerapan prinsip-prinsip efisiensi.
Berdasarkan uraian fenomena.
fenomena
tersebut,
rumusanmasalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.
Seberapa
besar
pengaruhimplementasi kebijakan pertanahan
terhadap siruktur penguasaan tanah
di Kabupaten Garut dan Subang ?
2.
Bagaimana
dampak
struktur penguasaan tanah terhadap kese-jahteraan petani di Kabupaten Garutdan Subang ?
Metode Penelitian
Tipe
desain
penelitian
yangdigunakan
dalam
penelitian
iniadalah explanatory research yaitu penelitian
yang
menyangkut peng-ujian hipotesis penelitian,dikombi-nasikan dengan analisis deskriptif
yang
bertujuan
menggambarkankeadaan
nyata
di
lapangan padawaktu penelitian dilakukan.
Pemilihan
lokasi
penelitiandilakukan
secara
purposif,
yakniKabupaten
Subang
dan
Garut.Kabupaten Subang terpilih karena di
sini
kegiatan landreform
melaluiredistribusi
tanah
paling
seringdilakukan
dengan tanah
terluas.Sementara Kabupaten Garut terpilih karena daerah
ini
menjadi modelpercontohan
BPN
melakukangerakan Reformasi Agraria.
Teknik
pengumpulandata
di-lakukan dengan studi pustaka dan
studi
lapangan, melalui observasi,wawancara mendalam
(indepthinterview), focus group dlscussion,
dan
penyebaran kuesioner. Wa-wancara dilakukan dengan Direktur Landreform BPN, Kabid Pengaturandan
PenatagunaanTanah
KanwilBPN Provinsi Jabar, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Subang dan
Kabupaten Garut,
Asisten
Daerah KabupatenGarut, Camat,
KepalaDesa,
dan
tokoh
masyarakat di lokasi penelitian.Kuesioner disebarkan kepada
aparat
di
Kanwil BPN Provinsi JawaBarat
dan
Kantor
Pertanahan Kabupaten Garut dan Subang, aparatPemda
olpenelitian, lingkungan
menangani Pertanahan dan di Kank
Dari
sejumlah dengan Kerlinger sebanyakTI
Hasil
Per
KabupProvinsi Ja'
pada koord
Lintang
Se10807'30" I
Garut
rl'liadminisL.afi (3.065,1e karaktenst'x Garut, pec naman pan
nakan,
permasih
mer Hal ini tercerian
masya65% beriurr
serta
diliha pertanian itinggi
biiasektor-seKc (tahun 20C5
Desa F
penelitian i
Kecamatan
Garut.
SePadaawas
sebesar 12i Lindung 35
350 Ha,
Prtanah
pert:Orbitasi De
kota
relatiltempuh
keJurnal Kependudukan Padiadiaran, Vol. 10, No, '1, Januari 2008 : 23 - 33
saan tanah
iubang ?
k
struktur rCapkese-aten Garut
iran
yangeiitian
iniarch
yaitu;<ut
peng-dikombi-deskriptif ;ambarkan
gan
padapenelitian
s'f
yaknin
Garut. <arena dir
melaluig
seringr
ierluas.rut terpilih
iCi
model nelakukani.
data
di-staka dan
:bservasi,
t:,.indepth
,iscussion,
1er.
Wa-r
Direktur :ngaturanh
Kanwil ila Kantor b'ang dan':
Daerah:
Kepala:rakat
dikepada ,rsi Jawa
edanahan
rg
aparatPemda
di
masing-masing lokasipenelitian,
yang terdiri
dari
:
dilingkungan Sekretariat Daerah yang
menangani pertanahan, yaitu Bagian
Pertanahan;
di
Kantor Kecamatandan di Kantor Desa.
Dari
jumlah
anggota populasi sejumlah355
orang
implementor,dengan
menggunakan
rumusKerlinger
(1978) terpilih
sampelsebanyakT8 responden.
Hasil Penelitian
Kabupaten
Garut
terletak
diProvinsi Jawa Barat bagian Selatan
pada koordinat 6056'49"
-
7
o45'00"Lintang Selatan
dan
107o25'8"10807'30" Bujur
Timur.
KabupatenGarut
memiliki
luas
wilayah administratifsebesar 306.519
Ha(3.065,19
km").
Sesuai
dengankarakteristik
wilayah
Kabupaten Garut, peran sektor pertanian(ta-naman pangan, perkebunan,
peier-nakan,
perikanandan
kehutanan)masih
merupakansektor
andalan.Hal ini tercermin dari mata
pencaha-rian
masyarakat Kabupaten Garut65% berturnpu pada sektor pertanian
seda
dilihat
dari
kontribusi sektor pertanianterhadap
PDRB
palingtinggi
bila
dibandingkan dengansektor-sektor lainnya
yaitu
52,160/o (tahun 2005).Desa Padaawas dimana lokasi
penelitian
ini
dilakukan terletak di Kecamatan Pasirwangi KabupatenGarut.
Secara
geografis
DesaPadaawas memiliki
luas
tanahsebesar 1250 Ha. Terdiri dari Hutan Lindung
350 Ha,
Hutan
Produksi350 Ha, Pemukiman
46
Ha, dantanah
pertanianseluas 504
Ha.Orbitasi Desa Padaawas terhadap
kota
relatif dekat.
Untuk
jaraktempuh
ke
kota
kecamatan dariDesa Padaawas sejauh 3 km. Jarak
tempuh
ke
ibu
kota
KabupatenGarut
10 km
dari
pusat
DesaPadaawas. Dari tingkat orbitasi desa
yang
relatifdekat
ke
pusat
kota,penduduk
Desa
Padaawas relatifmobile artinya tingkat ke luar masuk
masyarakat
untuk pergi
ke
pusat kota sering Cilakukan olehmasya-rakat
Desa
Padaawas.
Jumlah pendudukDesa
Padaawas tahun2007 adalah sebanyak 6303 orang
dan
sebagianbesar
penduduknyabermata
pencaharian
sebagai petani.Kabupaten Subang terleiak di bagian utara Provinsi
Jawa
Barat,dengan letak geografis antara 107"
31'
-
107' 54' bujur timur dan 6" 1'-6'
49'
lintang selatan. Luas wilayahKabupaten
Subang
mencakup 205.176ha
atau
4,640/odari
luaswilayah Provinsi Jawa Barat.
Kabu-paten
Subang
selama
beberapatahun
terakhir mengalami pertum-buhan rata-rata sekitar 4,37o/o pertahun,
mendekatirata-rata
JawaBarat yang mencapai sekitar,4,6%
per tahun.
Desa Cibalandong Jaya terletak
di
Kecamatan Cijambe KabupatenSubang dengan luas tanah 967,164 Ha; merupakan hasil pemekaran dari
Desa Cimenteng pada tahun 2006
yang terbagi menjadi Desa
Cibalan-dong
Jayadan
Desa
Cimenteng.Orbitasi
Desa
Cibalandong Jaya terhadapkota
relatif
jauh.
Jarak tempuh ke kota kecamatan dari DesaCibalandong
Jaya
sejauh21
km.Jarak tempuh ke ibu kota Kabupaten
Subang
14 km
dari pusat
DesaCibalandong
Jaya. Akses
jalan menujuke
desa
hanyaI
dengan infrastruktur jalan yang buruk. Jarak yangjauh
disertai dengan kondisijalan
buruk
menyebabkan waktutempuh
dari
desa
ke
luar
desaPengaruh lmplementasi Kebijakan Pertanahan (Sintaningruml
menjadi bertambah lama. Sedangkan,
jumlah penduduk Desa Cibalandong
Jaya berdasarkan sensus penduduk
2006 tercatat sebanyak 1704 orang.
Dengan jumlah Kepala Keluarga 567
orang Desa
Cibalandong
Jayamerniliki rata-rata jumlah keluarga 4
orang
per
kepala
keluarga. Matapencaharian terbanyak penduduknya
adalah sebagai petani,
baik
Petanipemilik maupun penggarap.
Hasil
perhitungan
koefisienjalur
dari
persamaan
strukturalmenggunakan metode Partial Leasf
Square dibantu
dengan
Program VPLS, Koefisien Jalur DariX1
danX2
TerhadapY
menunjukkan koe-fisienjalur dari
isi
kebijakan (X1)terhadap
penguasaantanah
(Y) sebesar0.468.
lni
artinya
bahwabesar
pengaruh langsungdari
isikebijakan
terhadap
struktur penguasaantanah
sebesar 0.468; atau secara hitungan matematis, jika terjadi perubahan pada isi kebijakandalam implementasi kebijakan
perta-nahan sebesar
satu
simpangan baku maka akan terjadi perbaikanpada
struktur
penguasaan tanahsebesar
0.468
simpangan
baku.Koefisien
jalur ini
lebih besar dari0.30 sehingga
isi
kebijakanmema-dai
dalam
menjelaskan
struktur penguasaantanah.
Pengaruh dariisi
kebijakan terhadap
strukturpenguasaan
tanah
menunjukkanpengaruh positif yang artinya bahwa semakin
baik
isi
kebijakan dalamimplementasi kebijakan pertanahan
maka
semakinbaik pula
struktur penguasaan tanah.Dimensi
yang dinilai
paling berperandalam
n'rerefleksikan isi kebijakanadalah dimensi
derajatperubahan
yang
diinginkan, letakpengambilan keputusan dan dimensi
jenis
manfaat.
lni
artinya
bahwapengaruh
dari isi
kebijakanimple-mentasi kebijakan pertanahan paling dipengaruhi
oleh
seberaPa besar derajat perubahan yang diinginkan,dimana
letak
keputusan
Yangdiambil dan jenis manfaat apa Yang
akan diperoleh.
Selanjutnya, struktur
penguasa-an
tanahjuga
dipengaruhi secaralangsung oleh konteks implementasi kebijakan
(X2)
dengan
pengaruhlangsung sebesar
0.30.
Pengaruhlangsung dari konteks implementasi
dalam implementasi kebijakan
perla-nahan terhadap struktur
Pengua-saan tanah (Y) lebih kecil
dibanding-kan
dengan
isi
kebijakan
(X).Pengaruh dari konteks implementasi
kebijakan
terhadap
struktur penguasaantanah sama
halnYadengan isi kebijakan adalah positif ini
artinya
adalah
perubahan strukturpenguasaan tanah selaras dengan
konteks
implementasi
kebijakan.Secara
matematis
angka
0.30menyatakan
bahwa
jika
terjadiperubahan
pada
konteks
imPle-mentasi
keb'tjakansebesar
satusimpangan baku, maka akan terjadi perubahan
pada
struktur
pengua-saan tanah sebesar 0.30 simpangan
baku. Koefisien
jalur
ini lebih besardari
0.30
sehingga
isi
kebijakan memadai dalam menjelaskan struktur penguasaan tanah. Dari hasil analisis dimensi sebelumnya diketahui bahwadimensi-dimensi
yang paling
ber-peran dalam konteks implementasikebijakan adalah dimensi karateristik
kelembagaan
dan
penguasa serta dimensi kekuasaan, kepentingan danstrategi aktor yang terlibat. Dua dari
tiga
dimensi konteks implementasikebijakan
ini
dinilai paling dominanmempengaruhi struktur penguasaan
tanah.
Koefisien
determinasi
darimodel pertama yaitu pengaruh dari
isi
kebijakandan
konteks
imPle-mentasi
kebijaka
struktr.:r
perhitur
adalah
Hasil in
menjela,
dari
dasebesar peru ba h
saan ta: isi keb;:
tasi
dalipertanai
kebijaka
yang
iidengan bijakan. perubah
tur
penoleh
'r'idimasuk
Has
gunakan
dipercier penguas
kesejahtr
0.412.
Ii
efek lan5
saan tail
petani E bahwa penguasi
baik
pi
Selain vetanah.
vkonteks ,
kan peng
struktur hadap ke
Efek
disumbar
kebijakan
antara :si penguase sumbanc terhadap
petani. S
Januari 2008 : 23 - 33
aling
reSaf
rkan,
yang yang
rasa-*ara
rntasi
)aruh
Jaruh lntasi
:erta-
lgua-
rding-(x).
:ntasi ruktur
alnya ;itif ini ruktur )ngan
iakan. 0.30 lerjadi
imple-satu terjadi
rDgU?-angan
besar rijakan
fuktur
nalisis
rahwa
t
ber-rentasi
teristik serta
rn dan
ra dari
lentasi lminan
Jasaan dari
:h
dariimple-sebesar
sebgsar 52.5Yo
Pel uudndrr-perubahan dalam struktur, pen.gYa;
52.5% perubahan
mentasi
dalam
imPlementasikebijakan Pertanahan
terhadaPrtruXtur penguasaan tahan dari hasil
oerhitunqan dengan soffware VPLS adalah
lebesar
0.525 atau 52'5%'Hasil
ini
menunjukkan model daPatmenjelaskan sebesar 52.5% variansi
dari data atau
dengankata
lainkan kesejahteraan petani, prioritas
,t"tu
Yang harus dilakukan adalah oerbaik'an dalam isi kebijakan serta peningkatanstruktur
Penguasaan tanah.Dengan
berasumsi
bahwastruktur Penguasaan
tanah
daPat menjelaskan perubahan-perubahanJari'
kesejahteraanPetani,
tn3k3 Jaoat ditehtukan beraPa besarkahpersentase
Perubahan-Perubahan dari kesejahteraan petani(Z)
yangbisa dijeljskan oleh variabel struktur
penguisuan
tanah
(Y)
denganmeriggunat<an rumus: R= 92 x 100%'
Dari
hasil
Perhitungan Yangtelah dipaparkan sebelumnya telah
didaoat
nilai
P=0,412'
DenganJ"mikiun
maka
koefisien
deter-minasi
(R)
daPat dihitung'
R
=toiitztt
i
iooY"
=
17oh' Dari hasil berhitunganini
daPat
.dikatakanbahwa besarnYa Pengaruh varlaoel
struktur
Penguasaantanan
(Y)terhadaP variabel
kesejahteraanp"t"ni
'tZl
adalah sebesar
17%'bedangkan pengaruh varia.bel .lain
,o.t"fi
sebesar
B3Yo' TingginYao"nqitun
dari variabel lain terhadap[".Jj"r'tt.t"an
petani tentunya wajark;;;;;
tinskat kesejahteraan PetanimeruPakan
kondisi Yang ?Ial
JiGniuk"n
oleh
banYak
variabel vano berperan, baik variabel internal'"i",ipun'eskternal' Variabel internal
semisar banYaknYa jumlah anggota keluarga, banYaknYa sawah ,Yan-9,
dimiliki
sedangkan faktor eksternalseoerti
mahalnYa
barang-barang ke'butuhan Pokok dan lain-lain'Hasil
Penelitiandi
KabuPatenGarut
dan
Subang
menunjukkanadanYa Persamaan
dalam
imPle-t"nt'uti
kebijakan pertanahan dilihat dari aspekisi
kebijakannya'.Ya1".Y,.pun
diwarnai .oleh
karakteristtKdaerahnya masing-masing' Berikut
ini
dikemukakan
Perbandingan saan tanah dipengaruhi oleh variabelisi kebijakan dan konteks
implemen-tasi dilam
implementasi kebijakanoertanahan
dimana vairabel
isii<ebijakan
memberikan
Pengaruhurno
lebih
besar
dibandingkanb"n6un
konteks imPlementa:'-!?;
biiafan. Sedangkan sebesar 47 '5%
oerubahan-perubahan dalam
struk-irt
penguasaantanah
dijelaskanot"n'
vJriabel
lain
Yang
tidakdimasukkan dalarn penelitian ini'
Hasil
analisis denganmeng-ounakan
Partial Least
Square' iioeroleh koefisein jalur dari struktur penguasaantanah
(Y)
terhadaP't"tJ1ant"t""n
petani
(z)
sebesar0.41i.
Hasilini
menYatakan bahwaefek langsung dari struktur pengua-saan tanah terhadap kesejahteraan oetani. Efek ini adalah positif, artinya
bahwa
semakin
baik
strukturp"ngu"t""n
tanah maka
semakinb"it
Pula
kesejahteraan Petani'Selain variabel struktur penguasaan
tanah, variabel
isi
kebijakan dan[ont"X.
implementasi jugamemberi-kan pengaruh tidak langsunq melalul
struktur
Penguasaantanah
ter-hadaP kesejahteraan Petani'
Efek
tidak
langsung terbesardisumbangkan
oleh
variabel
lsl t"Ui;"tan.
ArtinYa
bahwa
kaitan
antara isi kebijakan dengan struktur
penguasaan
tanah
memberikan sum-bangsihYang
lebih
.besar terhadap peningkatan kesejahtaranpetani.'sehingga untuk
implementasi kebijakan
di
2
lokasitersebut.
Di
KabuPaten
Garutdimana
lokasi
kebijakan
diimPle-mentasikan
relatif
lebih
mudahdijangkau daripada lokasi
di
Kabu-piten
Sunang, karenanYa Perubah-an struktur penguasaan tanah lebih dinamis ditemukan di sini. Kedekat-an jarak dengKedekat-an ibukota kecamatKedekat-an dan kemudahan fasilitas jalan yang menghubungkan desa dengan desa lain di kecamatan dan ke kota Yangsama membuat derajat Perubahan
para
petani terlihat
lebih
nYatadibandingkan di Kabupaten Subang' Ditelusuri dari dokumen
SK
Redis-tribusi Tanah Objek
Landreformyang
pertamakali
diterbitkan olehFemerintah
di
Desa
Padaawas,terlihat perpindahan pemilikan tanah
yang lebih
dari
sekali
meskiPun bitemukan beberaPa Petani Yangmasih memPertahankan
Penguasa-an
tanah
redisnYa'
PerPindahanpemilikan
tanah
mengindikasikaniuiuan kebijakan pertanahan untuk
meningkatkan kesejahteraan petani penggirap menjadi tidak terwujud'
Berbagai kebutuhan hiduP Yang
mendesak dan tidak sebandingnYa
hasil dari pertanian dengan tingkat pengeluaran petani mengakibatkan
banlar
petani PenerimaSK
iediskemudian menjual kembali
tanah-nya.
Pada
mulanYa PetaniPeng-garap tidak
menjual
secaralangsung, namun bertahaP melalui
sewa-menyewa
atau
dengan caramenggadaikan
tanahnYa.
Namunkareni
setelah jatuh temPo, Petanipenggarap tersebut
tidak
berhasilmenebus kembali tanah gadainYa, maka akhirnya tanah tersebut dijual'
Jual beli
tanah
redistribusi
inibanyak dilakukan walauPun Peme:
rintah telah melarangnya.
Jual
belidilakukan di bawah tangan, dengan
tidak merubah nama SK redistribusi
penerima
hak.
Petani
PenggaraPtetap menggaraP tanah Yang telah diiualnva, namun posisinya kembali
k6
semula sebagai Petani
Peng-garap. Perubahan derajat kehidupan
iebih nyata ditemukan. Peningkatan
kesejahteraan
meningkat,
tetaPi hanya ditemukan pada sedikit petanivanq
berhasil
menjadikan dirinYaseOigai
tuan
tanah
baru.
Perbe-daan kesejahteraan Yang mencolok ditemukan
di
sini, dimana terdaPatpetani Yang sangat kaYa
Yangmenguaiai
hamPir seParuh tanah.pertalnian di desa, dengan buruh tani
yang sangat miskin.
Lain
halnYa dengan
DesaCibalandong
JaYa
KabuPatenSubang, peiitaxu jual beli tanah asal objek landreform lebih sedikit
dite-mutan. Para petani penerima redis masih memiliki tanah Yang dahulu
diberikan kepadanya. Berdasarkan
hasil
obsenrasi diketahui
bahwakonsumsi dan gaYa hiduP Petani di
Kabupaten
Garut
lebih
tinggidibandingkan di Kabupaten Subang' Hal inididuga merupakan salah satu
sebab
meningkatnYa kebutuhan akan uang tunai di KabuPaten Garutyang
mendorongPetani
menjualianJnnya. Di samPing itu,
kemudah-an untuk menjual jasa atau bekerja
di
sektor informal Pada
Petanipenggarap KabuPaten
Garut
lebihiinggi
Petanidi
Desa Cibalandong.laii
memanfaatkanikan-ikan
disuhgai Sukanegara untuk memenuhi kebutuhan
lauk
rumah tangganYa'Sehingga Pengeluaran
uang
untuk konsumsi lebih hemat dibandingkanpetani
di
Desa
Padaawas Yangmelulu
mengandalkan Pemenuhankonsumsinya
dari hasil
pertanian'Ketergantungan
Penduduk
desa akan Sungar Sukanegaramenjadi-kan sungai
itu
terjaga. Lingkunganalam leblh terpelihara ditemukan di
Desa Cibalandong JaYa.
Se
yang konieks akan
:
pelaksabuat
rdengar
dapat
kebija <:
an sel^, diharap dengan
berCas:
lapang: demik a
Suba. !
man'2 q
memtl,i pengua
di
lr
men;ng
tanair-t
diku as: beke"la Pen
g,:
d id is:: irnr.
SPemei'i
yang
d istrib
i
n6ndrr:
lokas
kan
k' halni a paient^..^
Jdy a t^^^^ Ldllo.
lebih deng a'
dahu
i;
bukar
5ULEII i
desa {
dibag r
ibu kci:
kualria
yang I
^^^t :
5ddr. r
ka la n:
Vol, 10, No. 1, Januari 2008
rg telah kembali
i
peng-hidupan ngkatantetapi
it petani dirinya Perbe-rencolok
ierdapat
a
yangr
tanah rruh tanir
Desa bupaten rah asalikit
dite-na
redist
dahulu iasarkanbahwa
retani di tinggi Subang. rlah satu rbutuhan en Garut
menjual
emudah-r bekerja
r
petanirut
lebih alandong-ikan
diremenuhi
lgganya.
rg
untukndingkan
as
yangnenuhan
rertanian.
k
desa
menjadi-rgkungan nukan di
lL l
i i
,t
'l
Setelah Pelaksanaan kebijakan
yang
diPengaruhioleh
isi
dankon[et<s kebijakan diterapkan. maka
akan daPat diketahui aPakah Para oelaksana kebiiakan
dalam
mem-buat
sebuah
kebijakan
sesuaidengan apa Yang diharaPkan; juga
Oaplt
diketarrui aPakah
suatukebilat<an dipengaruhi oleh lingkung-an sehingga tingkat perubahan yang
diharapk-n
terjadi.
Berkaitandengan kebijakan Pertanahan, maka berdlasarkan
hasil
Penelitian
dilapangan
juga
menunjukkan l''"1demikian.
Di
KabuPaten Garut danSubang
PrototYPesejarah
imPle-mentaii
kebijakan
Pertanahanmemiliki kemiripan dengan sejarah penguasaan tanah di banYak temPat
bi
lndonesia.
Sejak
Belandameninggalkan
lndonesia,
makatanah-IJnah eks perkebu nanl erfacht dikuasai oleh aristokrasi lokal yang
bekerja
sama
dengan
militer'Penguasaan
tanah diatur
dandidislribusikan oleh kedua kalangan
ini.
Sejalan dengan
kebijakan PemeriniahanPusat tahun
1961yang
mengharuskantanah
dire-iistiinuslt<an kePada
Penduduk,penguasa lokal dan militer mengatur
iotcaii
oan
luasan tanahberdasar-kan
kePentinganmereka'
SePertihalnya
di
Desa
PadaawasKabu-pateh Garut dan Desa Cibalandong
'Jaya
KabuPatenSubang,
tanah-tanah yang lokasinya strategis dan
lebih
-subur
karena
berdekatandengan mata
air
dibagikan terlebihdahutu untuk kalangan militer (yang
bukan meruPakan Penduduk desa setemPat)
dan
aParat Pemerintahdesa. 'seielah itu baru penduduk lain
dibagikan
di
lokasi Yangjauh
dariibukota
desa dan tanah
dengan kualitas kelasdua
dengan luasanyang lebih kecil dari mereka' Pada
l""i
ini
tanah-tanahyang
dimilikikalangan
militer sudah
berPindahtangan,
diPerjualbelikan kePadapara peiani setemPat Yang mampu
membelinYa.
Penelitian
di
KabuPaten Garutdan
Subang menguatkanPernya-taan yang
dikemukakan Grindle' lmplementasi kebijakan redistribusitanah
di
kedua kabuPatenmenun-iukkan terjadinya proses politik yang
kental Yang menYebabkan lemahnYa
pelaksina-n Program'
Tarik-menarik kepentingan diantaraber-bagai aktor yang teriibat mengaki-Uaikan program redistribusi tanah
tidak
berjalln
mulus, bahkanter-sendat
bertahun-tahun' Komitmen dan politicattwilt para
pelaksanamenjadi dimensi penting terseleng
garanYa
Program
secara
efektif'Fada'
awal
kebijakan
redistribusitanah
ini
diteraPkan
dgngan keinqinanPolitik
Yang
kuat. dartoemlrintah, kebijakan
berjalandengan
lancar
walauPun ha.silnYaUef
uil
diketahui
Pasti'
Namunredistibusi tanah kepada para petant
penggaraP
terjadi.
SaYangnYa'Oengln beralihnya regim kekuasaan
dari
orde lama
ke
orde
baru'kebijakan ini menjadi tersendat dan kemudian tidak ada gaungnya sama
sekali,
Padahal Peraturan
P.er-undangan masih tetaP berlaku dan tidak dicabut,
Demikian halnYa Yang terjadi di
tingkat
lokal.
Situasi
politik
yangterjadi
di
tingkat nasional berimbaspaba
PrakteknYadi
tingkatPlm?.-iint"t',.n lokal, iermasuk desa' Tarik ulur kewenangan antara Pemerintah
Pusat
dan
Daerah
menYebabkanoara oelaksana
di
laPanganragu-ragu 'mengambil
tindakan
karenakhlwatir
melamPauikewenangan-;t;.
lmPlikasinYaadatah
muncul klnnik-i<onflik atau kasus sengkeiatanafr antara
berbagai
Pihak
dilapangan. Konflik terjadi di kalangan
Pengaruh lmplementasi Kebijakan Pertanahan (Slntaningrr.lm)
antar
petani,
baik
petani
denganpetani, maupun
petani
denganpenggarap.
Konflik
yang
lebihmeluas
adalah konflik
antaramasyarakat dengan negara, dalam
hal ini Perhutani di Kabupaten Garut
dan PTPN Xll di Kabupaten Subang.
Dari hasil focus group
dr'scussrbndapat
diketahuibahwa
penyebab konflik adalah perbedaan persepsitentang riwayat kepemilikan tanah;
tentang
siapa yang
sebenarnyamemiliki
hak
untuk
memiliki,menguasai dan menggunakan tanah
yang disengketakan. Penyebab lain
adalah
pengaturan
pengusahaandan pemanfaatan tanah{anah yang kemudian disepakati dikelola
ber-sama.
Sampai
saat
penelitianberakhir
konflik petani
di
DesaCibalandong
Jaya dan
PTPN Xllbelum
diselesaikan.
Sedangkankonflik
di
desa Padaawasdi
Kabu-patenGarut relatif sudah
meredadengan
disepakatinya
programPengelolaan
Hutan
BersamaMasyarakat (PHBM) dimana petani
yang berlokasi di sekitar tanah milik
Perhutani diberikan
rjin
untukmengelola tanah seluas
kesepakat-an masing-masing dengan tanaman
kopi.
Kesimpulan
lmplementasi kebijakan
per-tanahan
berpengaruh
signifikanterhadap struktur penguasaan tanah
dan
berdampak terhadap kesejah-teraan petanidi
Kabupaten Garutdan
Subang. Besaran
pengaruhimplementasi kebijakan pertanahan
terhadap struktur penguasaan tanah
di
KabupatenGarut
dan
Subangditentukan oleh sub variabel konten
kebijakan (content
of
policy)
yangmeliputi
dimensi-dimensi:
pihak-pihak yang
kepentingannyater-pengaruh kebijakan,
jenis
manfaat,derajat perubahan yang diinginkan, Ietak pengambilan keputusan,
pelak-sana
program,dan
sumber daya;dan sub variabel konteks
implemen-tasi
(context
of
implementationjyang meliputi dimensi: kekuasaan,
kepentingan, dan strategi aktor yang
terlibat,
karakterlstik kelembagaandan penguasa, serta konsistensi dan
daya
tanggap. Selanjutnya kontenkebijakan clan konteks implementasi
kebijakan
pertanahan
secarabersama-sama berpengaruh nyata terhadap kesejahteraan
petani
diKabupaten Garut dan Subang.
Pemberlakuan
batas
kepe-milikan
tanah
maksimum
harus ditegakkankembali
agat
struktur penguasaantanah dapat
menjadilebih merata dan adil. Namun perlu diikuti dengan peninjauan kembali
peraturan
perundangan
yangberkaitan
dengan
implementasikebijakan pertanahan yang saat ini
tidak relevan lagi pemberlakuannya,
seperti ketentuan tentang kelebihan
tanah maksimum, kriteria kepadatan
penduduk,
dan
ketentuan tentangtanah absentee.
Pemerintah
perlu
melakukanreorientasi
arah
pembangunannegara dengan
lebih
menaruhperhatian
pada sektor
pertanianSebaiknya kewenangan
urusanpertanahan
dipegang
oleh
satuDepartemen
Agraria,
tidak
lagidipisahkan
antara
kewenanganagraria (Departemen Dalam Negeri)
dan pertanahan (Badan Pertanahan Nasional). Pemerintah
perlu
me-ningkatkan kapasitas
organisasipetani sehingga lebih memiliki posisi
tawar
(bargaining position)
yanglebih kuat sehingga mampu
mening-katkan produksinya.
Akhirnya.
pembaruan agraria(reforma agrarian) tidak hanya
ber-henti
pactanah
sa;;dengan ke menyokcni
nya progre harus mer
program
:
luruhan.
:Anderson. "
f'hrl=
Stei,'al and Califor Compr Anderson.
Poticy
Rineha
Drabkin. H
and
-Perga:
Dunn, \,"!r A ^^
.-/1,t tolJt,
JerseS
tional i
Dye,
Thc-sfano,',i
EdiUor LJ^r r^, I tdlt- I
Endang
S: Menu,':r,'Banou-Jurnal Kependudukan Padiadlaran, Vol, 10, No, 1, Januari 2008 : 23 - 33
s
manfaat, dlinginkan,san,
pelak-rber
daya;
implemen-'mentation) rekuasaan,
aktor yang embagaan istensi dan
ya
konten plementasisecara
ruh
nyatapetani
di anE.rs
kepe-lm
harusr
strukturt
menjadimun perlu
n
kembalin
yang:lementasi rg saat ini
akuannya, kelebihan
<epadatan
r
tentangnelakukan bangunan
menaruh pertanian urusan
leh
satudak
lagi#enangan
m Negeri) ertanahan
edu
me-:rganisasi
iliki posisi
)nl
yang:
mening-r
agraria=nya
ber-henti pada
masalah
redistribusitanah
saja
tetapi
harus ditunjangdengan kesiapan infrastruktur yang
menyokong pembaruan itu.
Karena-nya program-program penunjang itu harus menjadi
satu
paket dengan program pembaruan secarakese-luruhan, termasuk
ke
dalamnyaprogram-program pasca redistribusi
(antara lain: perkreditan,
penyuluh-an,
pendidikan, dan latihan,tekno-logi, pemasaran, dan lain-lain).
Daftar Pustaka
Anderson, James E., David W. Brady,
Charles S. Bullock lll, & Joseph
Stewart,
Jr.
1984. Public Policyand
Politics
in
America.California
:
Cole
PublishingCompany.
Anderson,
James
E.
1978. PublicPolicy Making. Chicago
:
Holt, Rinehart and Winston.Drabkin, H. Darin. 1977. Land Policy
and
Urban Grovvth. Toronto :Pergamon of Canada Ltd. Dunn,
W.
N.
1994. Public PolicyAnalysis
:
An
lntroducfion. NewJersey
:
Prentice-Hall lnterna-tional, lnc., Englewood Cliffs.Dye,
Thomas
R.
1981.
Under-standing Public Policy. Fourth
Edition. New Jersey
:
Prentice-Hall, lnc.Endang
Suhendar,et al.
2002.Menuju Keadilan Agraria
:
70yahun
Gunawan
Wiradi. Bandung. Yayasan Akatiga:Grindle, Merilee S. 1980. Politics and
Policy
lmplementationin
TheThird World. New
Jersey Princeton University Press.Harsono,
Boedi. UUPA
:
SejarahPenyusunan, lsi dan Pelaksana-annya, Djakarta: Djambatan , hal 2-3).
Jones, C. O. 1984. An lntroduction to
the Study of Public
Policy.lhud
Edition. California
:
Wadsworth, lnc.Kerlinger. FN. 1978. Foundations of Behavioral Research.
McGraw-Hill. New York.
Noer Fauzi. 2001.
Prinsip-prinsipReforma Agraria
:
JalanPeng-hioupan
dan
KemakmuranRakyat.
Yogyakarta.' LaperaPustaka
Umum.
lParlindungan, A.P. 1990. Landreform
di
lndonesia:
Strategi dan