ii PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KE-1
Disunting oleh:
Kadek Surya Mahedy Nyoman Laba Jayanta I Gede Parta Sindu Agus Aan Jiwa Permana Ida Koamang Widhiarjaya Gede Saindra Santyadiputra
I Made Ardwi Pradnyana
Nopember 2016
Diselenggarakan pada 19 Nopember 2016
Diselenggarakan oleh:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha
UNDIKSHA PRESS 2016
iii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KE 1
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha Prosiding Seminar Nasional
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Ke-1 19 Nopember 2016
Penyunting:
Kadek Surya Mahedy Nyoman Laba Jayanta I Gede Parta Sindu Agus Aan Jiwa Permana Ida Koamang Widhiarjaya Gede Saindra Santyadiputra I Made Ardwi Pradnyana
Diterbitkan oleh: Undiksha Press Jalan Udayana No. 11 Telp. +62 362 26609 Fax. +62 362 25735
Email lp3undiksha@yahoo.com
Singaraja-Bali
iv
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (SENADIMAS) Ke-1
Tahun 2016
Komite Program:
Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd.
Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si. Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd. Dr. I Gusti Ngurah Pujawan, M.Kes. Drs. I Wayan Suarnajaya, MA., Ph.D. Prof. Dr. Nengah Suandi, M.Hum.
Reviewer:
Prof. Dr. I Made Candiasa, MI.Kom. Prof. Dr. Nyoman Wijana,M.Si Prof. Dr. I Ketut Dharsana,M.Pd Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A. Prof. Dr.Ida Bagus Putrayasa,M.Pd Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A. Dr. Drs. I Wayan Kertih, M.Pd. Dr.I Wayan Bagia, M.Si Dr. Desak Putu Parmiti,MS Dr. Gede Indrawan, S.T, M.T. Dr. Drs Wayan Mudana, M.Si. Dr. Wahjoedi, S.Pd., M.Pd.
Dr.rer.nat I Gusti Ngurah Agung Suryaputra, S.T,M.Sc. Dr. I Nyoman Sukajaya, M.T.
Dr. I Wayan Muderawan, M.S.
Komite Pelaksana :
Ketua Pelaksana: Putu Hendra Suputra, S.Kom., M.Cs. Sekretaris: Nyoman Karina Wedhanti, S.Pd., M.Pd. Bendahara: Made Henny Sawitri, A,Md.
Makalah/prosiding: Kadek Surya Mahedy, S.T., M.Pd. Persidangan: Dr. Ketut Agustini, S.Si, M.Si.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya-lah Seminar Nasional Riset Inovatif (Senari) yang keempat ini dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan seminar ini digagas pertama kali oleh Lembaga Penelitian Undiksha (sekarang Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UNDIKSHA) untuk mewadahi publikasi hasil-hasil penelitian yang mengedepankan sisi inovasi, keunggulan kualitas, dan keunikan tiap disiplin ilmu dalam rangka memperkuat identitas bangsa. Hal ini tercermin dalam tema yang secara konsisten diusung Senari sejak awal pelaksanaannya, yaitu “Memperkuat Jati Diri Bangsa Melalui Riset Inovatif, Unggul, dan Berkarakter”. Selanjutnya, kami sampaikan bahwa pada tahun ini, bersamaan dengan SENARI dilangsungkan pula Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat (Senadimas) yang pertama. Pelaksanaan Senadimas merupakan tugas yang diberikan kepada panitia oleh LPPM Undiksha yang dimaksudkan sebagai upaya memberikan kesempatan kepada para dosen dalam menyebarluaskan hasil-hasil pengabdian kepada masyarakat.
Senari IV dan Senadimas I dihadiri oleh 248 presenter. Dari jumlah ini, 172 adalah presenter Senari dan 72 adalah presenter Senadimas. Dari segi manuskrip, dapat kami laporkan bahwa panitia menerima toral pendaftaran sebanyak 243 artikel dan abstrak, tetapi hanya 238 yang lolos review dan dinyatakan layak dengan perincian: Senari sebanyak 165 yang mencakup tiga bidang ilmu (pendidikan, sosial dan humaniora, serta sains dan teknologi) dan Senadimas 73 buah. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Senari dan Senadimas tahun ini juga dihadiri oleh presenter dari luar Bali seperti dari Kupang, Sumatera, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, dan Jember. Oleh karena itu, atas nama panitia izinkanlah kami mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta Senari keempat dan Senadimas pertama, dan terima kasih tak terhingga atas kepercayaannya kepada Undiksha.
Penyelenggaraan Senari dan Senadimas tahun ini menampilkan tiga pembicara. Sebagai pembicara utama adalah Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, M.Sc., Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat DPRM Kemenristek Dikti. Pembicara kedua adalah Dr. I Ketut Eddy Purnama, MT., dosen, peneliti, reviewer, dan pemegang beberapa paten di bidang biomedical engineering dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember; dan pembicara ketiga adalah Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A., guru besar di bidang pendidikan bahasa Inggris dari Undiksha dan pendiri serta direktur Yayasan Sukma Peduli Sesama Singaraja. Kami sampaikan rasa terima kasih terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pembicara yang telah memenuhi permintaan panitia sebagai narasumber dalam Senari dan Senadimas tahun 2016 ini.
Kami menyadari bahwa Senari dan Senadimas tahun ini tidaklah mungkin dapat terlaksana tanpa dukungan dan bantuan tulus dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ini izinkanlah kami pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih banyak kepada: (1) Kemenristek Dikti atas pendanaan penelitian yang diberikan, khususnya kepada para peneliti UNDIKSHA sehingga para peneliti dapat melakukan dan mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya; (2) Rektor Universitas Pendidikan Ganesha yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan ini; (3) Pemerintah daerah kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali atas kerjasama yang telah terjalin selama ini baik di bidang penelitian maupun pengabdian pada masyarakat dengan peneliti-peneliti UNDIKSHA; (4) Komite Program yang telah memberikan dukungannya baik moral maupun material untuk pelaksanaan kegiatan ini, (5) para reviewer yang telah bekerja keras dalam proses seleksi artikel-artikel dalam seminar nasional riset
vi
inovatif ini, dan (6) teman-teman panitia pelaksana atas kerja keras dan dedikasinya demi terselenggaranya kegiatan seminar nasional ini.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Semoga kegiatan Senari dan Senadimas dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi kita semua, masyarakat luas, serta bangsa dan negara. Akhir kata, kami ucapkan selamat berseminar, selamat menyemai ide, dan selamat ber-network untuk kita semua.
Singaraja, 19 Nopember 2016
vii
SAMBUTAN REKTOR
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 &
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (SENADIMAS) KE-1 19 NOPEMBER 2016, GRAND INNA BALI BEACH SANUR, BALI
Om Swastiastu, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, dan Salam Sejahtera buat kita semua.
Yang saya hormati,
Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (Prof. Dr. Okky Karna Radjasa, M.Sc.), sekaligus sebagai nara sumber utama pada seminar nasional ini
Para Pembantu Rektor,
Para Dekan dan Direktur Pascasarjana, Para Nara Sumber
Dr. I Ketut Eddy Purnama, S.T., M.T. (Dosen/Peneliti Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya)
Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi (Guru Besar di Bidang Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Bali)
Para peserta seminar,
dan undangan lainnya yang saya banggakan.
Kita patut memanjatkan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hari ini kita dapat melaksanakan Seminar Nasional Riset Inovatif (SENARI) yang ke-4 dan Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat yang ke-1. Kegiatan ini digagas dan diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Universitas Pendidikan Ganesha.
Hadirin yang saya hormati,
SENARI tidak sekedar acara rutin tahunan yang diselenggarakan sebagai forum ilmiah media solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa, dengan harapan memberikan kontribusinya sesuai bidang dan keahlian yang dikuasai. Tahun ini, untuk pertama kalinya dilaksanakan Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (SENADIMAS) yang dilaksanakan bersamaan dengan SENARI. SENARI dan SENADIMAS mengambil tema “Memperkuat Jati Diri Bangsa melalui Riset Inovatif, Unggul, dan Berkarakter”. Tema ini merupakan penjabaran visi Universitas Pendidikan Ganesha dalam menguatkan partisipasi pembangunan negeri dan lebih dikenal di kalangan nasional maupun internasional.
viii
Saya mengucapkan selamat kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Undiksha yang sudah membangun wadah akademik ini, sehingga para dosen atau peneliti baik di lingkungan Undiksha, maupun dari luar, memiliki ruang untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuannya baik di bidang Pendidikan, Sosial & Humaniora, dan Sains & Teknologi. Saya berharap bagi seluruh peserta seminar dapat memanfaatkan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya.
Hadirin yang saya hormati,
Publikasi ilmiah dalam jurnal bereputasi internasional, seminar internasional maupun nasional berperan sebagai media aktualisasi diri para akademisi dan peneliti dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Negara-negara yang memiliki mutu pendidikan dan IPTEK yang bagus cenderung memiliki jumlah publikasi ilmiah yang tinggi pada jurnal bereputasi. Kegiatan ini merupakan salah satu wadah bagi para peneliti untuk mempublikasikan hasil karya ilmiahnya.
Research is never ending process, maka publikasikanlah hasil-hasil penelitian saudara. Sehingga universitas tidak menjadi menara gading yang hasil-hasil penelitiannya tidak menjangkau masyarakat. Kami berharap, kontribusi para peserta seminar dapat turut memujudkan tema yang diangkat pada seminar ini. Semoga dengan penyelenggaraan SENARI dan SENADIMAS tahun 2016 ini, Undiksha dapat lebih memberikan kontribusi dalam upaya mewujudkan kemandirian dan kejatidirian bangsa melalui forum diskusi ilmiah sekaligus menjadi motor penggerak perubahan yang berangkat dari penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang inovatif, unggul, dan berkarakter.
Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada panitia, peserta seminar dan para undangan yang turut berpartisipasi dalam seminar kali ini dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha yang telah berusaha keras untuk menyelenggarakan kegiatan ini. Semoga seminar nasional ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, masyarakat dan kemanusiaan.
Selamat berbagi ilmu dan pengetahuan. Om Santhi, Shanti, Shanti, Om.
Singaraja, 19 Nopember 2016
Rektor Universitas Pendidikan Ganesha,
Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd. NIP. 195910101986031003
ix Daftar Isi
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN GOOD VILLAGE GOVERNANCE AND CLEAN GOVERNMENT DI KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG ... 1 IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIVITAS KAMPUS (IBIKK) BIBIT BUAH-BUAHAN LANGKA BALI ... 12 PELATIHAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS KAJIAN ISLAM DALAM KEGIATAN SEHARI-HARI UNTUK SANTRI SALAFIYAH PONDOK PESANTREN DARUL ULUM AL-BAROKAH DI KECAMATAN PANGKALAN ... 19 PELATIHAN PEMBUATAN MATERI AJAR BERBENTUK DIGITAL MELALUI APLIKASI OPEN OFFICE SUN MICROSYSTEM BAGI GURU-GURU SMA SE-KECAMATAN UBUD ... 30 PELATIHAN PEMBUATAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) BAGI GURU-GURU SMA DAN SMP SE-KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM 41 IPTEK BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI DESA SUDAJI DALAM MEMPRODUKSI BIOGAS DAN POC ... 49 PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA ... 63
PENERAPAN IPTEK MELALUI PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN
PENGGUNAAN ALARM LISTRIK BAGI PETANI TAMBAK IKAN NENER DI DESA MUSI, KECAMATAN GEROKGAK... 72 IPTEK BAGI MASYARAKAT PENGELOLA SAMPAH DESA SAMBANGAN ... 83 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERSUPLEMEN VIDEO DAN ANIMASI UNTUK MENDUKUNG PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN KIMIA ... 94 PEMANFAATAN EKSTRAK RUMPUT LAUT SEBAGAI BAHAN AKTIF DALAM PEMBUATAN HAND BODY LOTION ... 104 PELATIHAN DASAR-DASAR KEUANGAN UNTUK MENINGKATKAN LITERASI KEUANGAN DI KALANGAN MAHASISWA ... 108 IBM KELOMPOK PENGERAJIN DAUN PANDAN ... 118
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SD MELALUI PENDAMPINGAN
PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON STUDY DI GUGUS I DAN II KECAMATAN SUKASADA ... 139
IBM PENGUSAHA PRODUK OLAHAN SINGKONG DI KABUPATEN
BULELENG-BALI ... 149 TABEL 3. KOMPOSISI TEPUNG KASAVA PER 100 GRAM BAHAN ... 152 PELATIHAN PENGGUNAAN E-LEARNING BERBASIS MEDIA SOSIAL EDMODO BAGI GURU SMA DI KECAMATAN BULELENG ... 160
x
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN BERKELANJUTAN BERBASIS POTENSI DESA DI DESA BINAAN TEMBOK KECAMATAN TEJAKULA... 179 TERTIB ADMINISTRASI DALAM MENUNJANG PENGELOLAAN USAHA IKAN TANGKAP BAGI USAHA BERSAMA KELOMPOK WANITA PESISIR SANGSIT .... 193 MENINGKATKAN KUALITAS WINE SALAK BALI YANG DI PRODUKSI CV
DUKUH LESTARI DESA SIBETAN KARANGASEM BALI DENGAN
SACCHAMOMYCES HIBRIDA LOKAL ... 200 PELATIHAN PEMBUATAN LAPORAN KEUANGAN DAN PENENTUAN TINGKAT KESEHATAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI KECAMATAN KINTAMANI ... 215 PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS TERHADAP KERAJINAN TRADISIONAL TENUN GRINGSING KHAS TENGANAN ... 223 PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGURUS DAN PENGAWAS KOPERASI PADA KOPERASI DI KECAMATAN BULELENG .... 236 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LOKAL GENIUS UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA BAGI GURU-GURU SEKOLAH MENANGAH ATAS NEGERI 1 KINTAMANI ... 247 PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA GURU-GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KINTAMANI ... 255 PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA GURU-GURU SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BATUR KECAMATAN KINTAMANI ... 264 IBW KAWASAN GALIAN C DI DESA SONGAN A DAN SONGAN B KECAMATAN
KINTAMANI-BANGLI ... 272 PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PAUD BAGI GURU TK NEGERI PEMBINA DAN TK CERIA ASIH SINGARAJA ... 283 IBPE-KERAJINAN ART-GLASS DI BELEGA-GIANYAR PROVINSI BALI ... 289
PELATIHAN KONSEP PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI PADA GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI ... 300 URGENSI PENGURUSAN HAKI DALAM RANGKA MENUMBUHKAN IKLIM USAHA SEHAT BAGI UKM PELUKIS WAYANG KAMASAN ... 312 SEMINAR PEMBINAAN SEPAKBOLA BAGI GURU-GURU PENJASORKES DAN PEMBINA OLAHARAGA DESA DI KABUPATEN KARAWANG... 314 PELATIHAN PENGGUNAAN INTERNET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI GURU-GURU SDN DI DESA ANGGADITA ... 324 IBM POKDARWIS DESA SEKUMPUL ... 334 PEMBUATAN ANEKA SOKASI DARI DAUN LONTAR DI DESA TIANYAR BARAT ... 340
xi
PELATIHAN SURVEILLANCE CAMERA SEBAGAI ALAT BANTU KEAMANAN BERBASIS JARINGAN DI SMK NEGERI 1 TEJAKULA ... 346 MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU BAHASA JEPANG DI KABUPATEN BULELENG MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN PENULISAN HURUF JEPANG MENGGUNAKAN ANIMASI FLASH ... 354 PELATIHAN PENGGUNAAN INTERNET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI GURU-GURU SDN DI DESA ANGGADITA ... 365 PELATIHAN PEMBUATAN RUMPON BAGI KELOMPOK NELAYAN DI DESA LES, KECAMATAN TEJAKULA, KABUPATEN BULELENG ... 374 PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA BIMBINGAN KONSELING BERMUATAN ANTI BULLYING UNTUK ANAK USIA DINI PADA GURU-GURU TK DI KOTA SINGARAJA ... 375 RANCANGBANGUN MESIN PENCACAH SAMPAH DAN LIMBAH PLASTIK ... 375 PELATIHA OPERASI DASAR MATEMATIKA SISWA SMK SWASTA DI KARAWANG ... 375
IBM KELOMPOK PENGRAJIN KAYU-DULANG KABUPATEN BULELENG ... 375
THE INCREASED OF ECONOMIES OF SCALE FOR DOORMAT CRAFTSMEN INCOME ON THE MLOKOREJO VILLAGE ... 375 PELATIHAN PEMANFAATAN MEDIA ONLINE SEBAGAI SARANA PEMASARAN HASIL PRODUKSI BAGI ASOSIASI PENGRAJIN INDUSTRI KECIL (APIK) KABUPATEN BULELENG ... 389 SUBSTITUSI FUSION FOOD BERBASIS KULINER BALI PADA MAPEL BOGA DI SMK SE-KABUPATEN BULELENG-BALI... 399 PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE CASSAVA DI DUSUN CAU-TUA-MARGA-TABANAN ... 503
1
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM UPAYA
MEWUJUDKAN GOOD VILLAGE GOVERNANCE AND CLEAN
GOVERNMENT DI KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG
I Gusti Ayu Purnamawati1 Ni Ketut Sari Adnyani2 Nyoman Dini Andiani3 Ni Putu Rai Yuliartini4
Jurusan Akuntansi Program D3 UNDIKSHA1
Jurusan Ilmu Hukum UNDIKSHA2
Jurusan Perhotelan Program D3 UNDIKSHA3
Jurusan Ilmu Hukum UNDIKSHA4
Email: ayupurnama07@yahoo.com
ABSTRACT
Community service aims to provide training and assistance to improve the professionalism of the government apparatus village in the district of Sawan Buleleng in studying the technical rules and procedures for the administration of financial administration of the Outcomes of these activities are: guide the administration (management) Rural finance and scientific articles. The material covered in the training and mentoring include: (1) administration of financial administration of the village with the subject of the implementation of its listing on the general book (BKU) and books assistants, (2) the preparation of completeness proof of payment (expenditures) that will serve as Letter accountability (SPJ). Treasurer and Secretary of the village in the district of Sawan Buleleng involved collaboratively. The results of the training activities namely: the majority of the government apparatus village can be made: (1) administration of financial administration of the village in the form of record-keeping in the general book (BKU) and books assistants, (2) preparation of completeness proof of payment (expenditures) that will serve as Responsibility Letter (SPJ) so that later it can minimize the risk of fraud.
Keywords: Good Village Governance, Financial Management Village ABSTRAK
Pengabdian masyarakat ini bertujuan memberikan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan profesionalisme para aparatur pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dalam mempelajari secara teknis ketentuan dan tata cara penatausahaan administrasi keuangan desa. Luaran kegiatan ini adalah: panduan penatausahaan (pengelolaan) keuangan Desa serta artikel ilmiah. Adapun materi yang diberikan selama pelatihan dan pendampingan meliputi : (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa dengan pokok pembahasan pelaksanaan pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ). Bendahara dan Sekretaris Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dilibatkan secara kolaboratif. Adapun hasil dari kegiatan pelatihan yaitu: sebagian besar para aparatur pemerintah desa dapat membuat: (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa berupa pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir resiko Fraud.
Kata Kunci: Good Village Governance, Pengelolaan Keuangan Desa
PENDAHULUAN
Sistem pemerintahan Indonesia terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Indonesia pada awalnya menganut sistem sentralisasi lalu mulai beralih ke sistem desentralisasi. Salah satu bentuk
penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah adalah penyerahan wewenang untuk mengatur keuangan pemerintah daerah berdasarkan atas prakarsanya sendiri atau yang dikenal dengan istilah desentralisasi fiskal. Daerah berhak untuk mengoptimalkan potensi
2 daerahnya guna meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
Seiring dengan perkembangan sistem pemerintahan yang berlaku, desentralisasi fiskal juga mulai diberikan kepada pemerintah desa. Desa dapat
melaksanakan pembangunan desa
berdasarkan atas prakarsa dan potensi desanya. Selama ini pembangunan di Desa dapat dikatakan “dipandang sebelah mata” atau dilaksanakan “setengah hati” oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Ini terlihat dengan minimnya keahlian dan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), kurang optimalnya pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan sedikitnya nilai tambah Sumber Daya Ekonomi (SDE) serta akses infrastruktur yang sekedarnya. Adanya hal tersebut membawa masalah tidak hanya pada Desa, tetapi juga pada kota. Masalah tersebut berupa adanya urbanisasi orang Desa ke Kota, Desa bukan lagi sebagai penopang dan penunjang Kota, ketimpangan antara Desa dan Kota serta berbagai masalah lainnya. Adanya alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan kepada Desa dengan anggaran yang cukup besar mau tidak mau dilirik oleh semua pihak. Berbagai pihak tersebut, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten serta berbagai lembaga negara lainnya dan lembaga swasta harus menjalin kerjasama yang sinergis, selaras dan berkelanjutan (Yabbar dan Hamzah, 2015: 4).
Di era reformasi pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami berbagai perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut merupakan rakaian bagaimana suatu Pemerintah
Daerah dapat menciptakan good
governance dan clean goverment dengan
melakukan tata kelola pemerintahan dengan baik. Keberhasilan dari suatu pembangunan di daerah tidak terlepas dari aspek pengelolaan keuangan daerah yang di kelola dengan manajemen yang baik pula. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.
Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 20013 pasal 3 meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD. Pengelolaan keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Undang-undang No.32/2004
tentang pemerintahan daerah menyebutkan Desa (atau dengan nama lain) sebagai sebuah pemeintahan yang otonom. Untuk melaksanakan fungsinya, Desa diberikan
dana oleh Pemerintah melalui
pemerintahan atasan Desa. Good
governance dalam pengelolaan keuangan desa meliputi: (1) Penyusunan APBDes dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat; (2) Informasi tentang keuangan desa secara transparan dapat diperoleh oleh masyarakat; (3) APBDes
3 disesuaikan dengan kebutuhan desa; (4) Pemerintah Desa bertanggungjawab penuh atas pengelolaan keuangan; (5) Masyarakat baik secara langsung maupun lewat
lembaga perwakilan melakukan
pengawasan atas pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh pemerintah desa.
Diterbitkannya Peraturan Mendagri No.37/2007 tentang pengelolaan keuangan desa memberikan landasan bagi semakin otonomnya desa secara praktik, bukan hanya sekedar normatif. Rilis aturan ini kemudian diikuti dengan rilis Permendagri
No.66/2007 tentang perencanaan
pembangunan desa, sehingga terdapat kesinambungan antara aturan mengenai perencanaan dengan pengelolaan keuangan desa. Beberapa pertanya kemudian muncul berkaitan dengan substansi, urgensi, dan relevansi kedua aturan tersebut yaitu apakah aparatur Desa, terutama Sekretaris Desa dan Bendahara, akan mampu melaksanakan fungsi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, dan
pertanggungjawaban sesuai dengan yang diatur dalam Permendagri No.37/2007 tsb? Keterbatasan SDM dan kebiasaan yang berjalan selama ini harus dirubah dan diperbaikan sehingga kultur good village governance (3G) dapat merasuk ke dalam administrasi dan birokrasi desa (Syukri,
2008). Dalam kaitan ini maka
responsibilitas, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa diartikan sebagai bagian dari suatu sistem pengelolaan keuangan daerah yang menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka
mewujudkan penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dan
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah secara periodik (Surya, 2013:3).
Beberapa persoalan lain akan muncul mengingat sangat beragamnya karakteristik Desa di Daerah. Dalam hal penentuan besaran ADD, misalnya. Apabila Pemerintah Kabupaten tidak bijak, dapat menimbulkan konflik antara Pemerintah Desa-Pemkab atau antar-Desa sendiri. Beberapa Pemerintah Daerah telah menyusun peraturan daerah (Perda) tentang pengelolaan keuangan desa. Untuk mewujudkan Desa yang mandiri, sejahtera dan partisipatoris maka diperlukan
keterlibatan semua pihak dalam
menyelenggarakan tata kelola
Pemerintahan Desa yang baik. Sebagai
langkah awalnya yaitu dengan
meningkatkan keahlian dan kompetensi
SDM di Desa, membenahi sistem
administrasi dan regulasi di Desa serta penataan kelembagaan Desa. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang telah diterjemahkan kembali dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 sebagai perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara sebagai petunjuk pelaksanaannya telah menjadi payung hukum buat perangkat desa dalam melakukan pengelolaan dana desa.
Kabupaten Buleleng terletak di belahan utara pulau Bali memanjang dari barat ke timur dan mempunyai pantai sepanjang 144 km, secara geografis terletak pada posisi 8° 03’ 40” – 8° 23’ 00” lintang selatan dan 114° 25’ 55” – 115° 27’ 28” bujur timur, terdiri dari 9 kecamatan dengan 129 desa definitif dan 19 kelurahan (https://wordpress.com/gambaran-umum-wilayah-kabupaten-buleleng/).
4 Sawan adalah sebuah Kecamatan yang ada di Kabupaten Buleleng. Secara Topografi Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng merupakan daerah landai dengan ketinggian 0 s/d 50 meter diatas permukaan laut, curah hujan relatif sedang. Secara umum, kecamatan Sawan memiliki wilayah yang mencakup 13 Desa. Dua diantaranya yaitu Desa Kerobokan dan Desa Sinabun. Desa Kerobokan mempunyai luas Desa : 2 48 Ha. Batas wilayah administratif yaitu: sebelah utara: laut Bali, sebelah selatan: Desa Sinabun, sebelah Barat Kelurahan Penarukan, sebelah Timur: Desa Sangsit. Kepala Desa Kerobokan adalah Putu Wisnu Wardana. Desa Kerobokan terdiri dari 3 (tiga) Banjar Dinas yakni: Banjar Dinas Dalem: Kelian Banjar Dinasnya: Made Sudarma; Banjar Dinas Baleagung: Kelian Banjar Dinasnya: Ketut Ardika, Banjar Dinas Kloncing: Kelian Banjar Dinasnya: Gusti Nyoman Wijana. Kepala Desa Sinabun adalah Nyoman Somenada. Selama ini masih terdapat permasalahn terkait pengelolaan dana desa di kecamatan Sawan. Padahal keuangan desa itu sendiri merupakan segala sesuatu berupa uang dan
barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Seluruh pendapatan desa diterima dan disalurkan melalui rekening kas desa dan penggunaannya ditetapkan dalam APB Desa. Sebagai wujud akuntabilitas atas pengelolaan keuangan, kepala desa
diwajibkan menyampaikan laporan
realisasi pelaksanaan APB Desa kepada kepala daerah Tk.II. Pengelolaan kekayaan desa merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan,
penghapusan, pemindahtanganan,
penatausahaan, pelaporan, penilaian, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kekayaan milik Desa.
Untuk pengelolaan dana desa bukanlah hal yang mudah, namun memerlukan sistem yang juga harus dibuat secara profesional. Mulai dari segi perencanaan, desa harus membentuk musyawarah desa untuk menentukan belanja bagi dana desa pada periode ke depan. Penatausahaannya pun harus
menggunakan sistem yang telah
memanfaatkan teknologi informasi. BPKP telah mengembangkan aplikasi SIMDA DESA dalam membantu perangkat desa melakukan penatausahaan keuangan desa yang tidak hanya bersumber dari APBN, tetapi juga yang berasal dari APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Tidak hanya sistem, Sumber Daya Manusia atau perangkat penyelenggara desa pun harus memiliki kapabilitas dalam mengelola dana tersebut. Bukan pekerjaan yang mudah dan cepat, mempersiapkan SDM desa agar kapabel dan profesional. Hal itu memerlukan waktu, dana, tenaga, dan komitmen semua pihak terkait. BPKP sebagai Auditor Presiden, siap membantu
meningkatkan kapabilitas Aparat
Pengawasan Instansi Pemerintah (APIP) dalam mengawal keuangan desa. APIP menjadi sangat berperan penting untuk memberikan asurrance dan konsultansi bagi akuntabilitas dan pengelolaan keuangan desa. APIP harus dapat melihat dimana titik kritis yang mungkin timbul dalam pengelolaan dana desa.
Hingga 25 September 2015, secara nasional pemerintah telah menyalurkan Dana Desa ke kabupaten/kota sebesar Rp16,69 triliun, atau sekitar 80 persen. Namun demikian, baru sekitar 29 persen atau Rp2,45 triliun Dana Desa yang telah
disalurkan ke desa. Dari 189
kabupaten/kota, baru Rp2,45 triliun Dana Desa yang telah disalurkan ke desa, atau 29 persen dari jumlah Dana Desa yang telah
5 diterima di rekening kas kabupaten/kota (Menteri Keuangan, Sosialisasi Kebijakan Dana Desa di Kabupaten Buleleng, Bali, Jumat (25/9)). Ada beberapa faktor yang menyebabkan lambatnya penyaluran Dana Desa dari kabupaten/kota ke Desa, antara lain karena belum disampaikannya Peraturan Desa mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) oleh desa kepada kabupaten/kota. Mengingat pelaksanaan tahun anggaran 2015 tinggal beberapa bulan, maka untuk mempercepat penyaluran dan penggunaan Dana Desa tahun 2015, Pemerintah telah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri, Menteri
Keuangan, dan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Sesuai dengan SKB yang ditetapkan pada 15 September 2015 tersebut, bupati/walikota, diminta untuk paling tidak melaksanakan tiga hal. Pertama, membantu/membimbing desa dalam menyusun APBDes, RPJMDes (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa) dan RKPDes (Rencana Kerja Pembangunan Desa). Kedua, segera menetapkan peraturan bupati/peraturan walikota mengenai pengelolaan keuangan desa. Terakhir, segera menyalurkan Dana Desa ke rekening kas Desa apabila Desa
sudah mempunyai Perdes APBDes.
Sementara, kepala desa diminta untuk segera menyusun dan menetapkan APBDes dan membuat laporan realisasi penggunaan
Dana Desa semester I dengan
menggunakan contoh format sederhana
yang telah diberikan
(http://www.kemenkeu.go.id).
Pagu anggaran Dana Desa yang telah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat merupakan bagian dari anggaran Transfer ke Daerah dan Desa: (1) Dana Desa setiap kabupaten/kota dihitung
berdasarkan jumlah Desa; (2) Dana Desa dialokasikan berdasarkan: a. alokasi dasar; dan b. alokasi yang dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan greogafis desa setiap kabupaten/kota; (3) Tingkat kesulitan ditunjukkan oleh indeks kemahalan konstruksi; (4) Data jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan indeks kemahalan konstruksi bersumber dari kementerian yang berwenang, dan/atau lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik; (5) Dana Desa setiap kabupaten/kota ditetapkan dalam peraturan presiden mengenai rincian APBN. Penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap pada tahun berjalan dengan ketentuan: a. Tahap I bulan April sebesar 40% (empat puluh persen); b. tahap II pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh persen); dan tahap III pada bulan Oktober (sebelumnya November) sebesar 20% (dua puluh persen). Bagi Bupati/Wali Kota dapat memberikan sanksi administratif jika SiLPA (Sisa Lebih Penggunaan Anggaran) sebesar 30 persen berupa pemotongan Dana Desa pada tahun berikutnya. Hal itu sesuai dengan Pasal 27 ayat (3) PP Nomor
22/2015. Dana Desa dalam APBN
diberikan secara bertahap dengan mekanisme sbagai berikut: a. Tahun Anggaran 2015 paling sedikit sebesar 3% (tiga per seratus); b. Tahun Anggaran 2016 paling sedikit 6% (enam per seratus); dan Tahun Anggaran 2017 dan seterusnya sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari anggaran Transfer ke Daerah. Dalam hal APBN belum dapat memenuhi alokasi
anggaran Dana Desa sebagaimana
dimaksud, alokasi anggaran Dana Desa ditentukan berdasarkan alokasi anggaran Dana Desa tahun anggaran sebelumnya
6 atau kemampuan keuangan negara (Warta Pengawasan, 2015: 11).
Penelitian Surya (2013) mengenai Evaluasi Penerapan Kebijakan Kepala Desa Dalam Pengelolaan Administrasi Keuangan
Desa Empunak Tapang Keladan
Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang melalui kegiatan yang meliputi: Tahap Perencanaan Penganggaran, Tahap Pelaksanaan APBDes, Tahap Pelaporan APBDes, dan Tahap Pertanggungjawaban
APBDes dilihat dari Azas Umum
Pengelolaan Keuangan Desa (Azas Transparan, Azas Akuntabel dan Azas Partisipatif). Metode Penelitian yang digunakan adalah Kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pengelolaan APBDes dalam Perencanaan Penganggaran belum dilibatkan masyarakat melalui
kegiatan Musyawarah Desa untuk
menentukan Program kerja yang akan
dilaksanakan dari dana APBDes.
Pelaksanaannya pada Pembangunan
infrastruktur Desa sudah ada, hasilnya belum memuaskan. Pelaporan secara Akuntabel sudah dilaksanakan walaupun masih terdapat beberapa kekeliruan pada Pembukuannya, Transparan Belum adanya pemberitahuan yang dilakukan secara Fisik melalui papan Pengumuman pada Kantor Desa kepada Masyarakat setempat. Pertanggungjawaban Hanya di laporkan ke Pemerintah Sedangkan ke Masyarakat Belum terlaksana buktinya tidak ada penyampaian Penggunaan Dana APBDes Melalui Musyawarah Kepada Masyarakat.
Dengan adanya dana desa yang tepat sasaran, tepat jumlah, dan tepat waktu, serta dikelola dengan efisien, efektif, dan ekonomis, diharapkan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat dengan cepat terutama bagi masyarakat desa dalam peningkatan kesejahteraannya. Untuk menunjang pelayanan prima kepada
masyarakat di tingkat desa, dibutuhkan Kepala Desa serta perangkatnya yang
mampu dalam melayani kebutuhan
masyarakat khususnya di bidang
administrasi. Pengetahuan administrasi di tingkat desa memang sangat minim, terutama masalah administrasi anggaran bantuan sosial dan pembangunan desa.
IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang dialami oleh Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng adalah: minimnya pengetahuan administrasi di tingkat Desa, padahal hal ini sangat penting bagi Kepala Desa dan aparaturnya dalam memahami perannya sebagai hak pengguna anggaran dalam pengelolaan keuangan Desa serta pembuatan pelaporan sesuai aturan undang-undang yang berlaku dalam
rangka mewujudkan Good Village
Governance (Tata Kelola Pemerintahan Desa yang baik) dan Clean Government.
METODE PELAKSANAAN
Tujuan Kegiatan
Berdasarkan analisis siatuasi dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan utama dalam program pegabdian pada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dalam pengelolaan keuangan Desa sebagai upaya mewujudkan Good Village Governance (Tata Kelola Pemerintahan Desa yang baik) dan Clean Government.
7 Kerangka Pemecahan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan di lokasi rencana program ini akan dilaksanakan, diperoleh kesimpulan bahwa ada seperangkat permasalahan yang saat ini dihadapi yaitu minimnya pengetahuan administrasi di tingkat Desa, padahal hal ini sangat penting bagi Kepala Desa dan Aparaturnya dalam memahami peran strategisnya sebagai hak pengguna anggaran dalam pengelolaan keuangan Desa serta pembuatan pelaporan sesuai aturan undang-undang yang berlaku dalam rangka mewujudkan Good Village Governance (Tata Kelola Pemerintahan Desa yang baik) dan Clean Government. Pengelolaan keuangan Desa serta pembuatan pelaporan dalam rangka mewujudkan Good Village Governance (Tata Kelola Pemerintahan Desa yang baik) dan Clean Government, akan diawali dengan orientasi lapangan, dilanjutkan dengan identifikasi masalah, studi literatur, dan oprasionalisasi kegiatan.
Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran strategis dalam kegiatan ini adalah para Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng yang terdiri atas Bendahara Desa dan Sekretaris Desa. Bendahara Desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menatausahakan,
membayarkan, dan
mempertanggungjawabkan keuangan Desa dalam rangka pelaksanaan APB Desa. Bendahara wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib. Sedangkan Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa
(Raperdes) tentang pertanggungjawaban Pelaksanaan APB Desa dan Rancangan
Keputusan Kepala Desa tentang
Pertanggungjawaban Kepala Desa.
Sekretaris Desa menyampaikan kepada Kepala Desa untuk dibahas bersama BPD.
Metode Kegiatan
Sesuai dengan fokus masalah dan tujuan dari kegiatan ini, maka metode yang digunakan adalah Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode praktik langsung dimana materi atau soal-soal telah disesuikan dengan kondisi kegiatan desa sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman bagi para
Bendahara dan Sekretaris Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng sehingga mampu untuk menerapkan dalam pelaksanaannya. Adapun materi yang
diberikan selama pelatihan dan
pendampingan meliputi : (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa dengan pokok pembahasan pelaksanaan pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ). Lama pelaksanaan kegiatan adalah 6 (enam) bulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng
adalah: minimnya pengetahuan
administrasi di tingkat Desa, padahal hal ini sangat penting bagi Kepala Desa dan aparaturnya dalam memahami peran strategisnya sebagai hak pengguna anggaran dalam pengelolaan keuangan Desa serta pembuatan pelaporan sesuai aturan undang-undang yang berlaku dalam
8
rangka mewujudkan Good Village
Governance (Tata Kelola Pemerintahan Desa yang baik) dan Clean Government.
Melalui pelatihan dan
pendampingan ini diharapkan para Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dapat membuat (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa berupa pencatatan pada buku kas
umum (BKU) dan buku-buku
pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir resiko Fraud seperti: (1) Program dan Kegiatan pada RPJMDes, RKPDes, dan APB Des tidak sesuai aspirasi/kebutuhan masyarakat desa; (2) Kegagalan menyelenggarakan Siklus Pengelolaan Keuangan Desa yang sehat. (3) Kegagalan atau keterlambatan penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah
Desa, termasuk Laporan
Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes. (4) Pengelolaan Aset Desa yang tidak efisien dan efektif. (5) Penggunaan Kas Desa secara tidak sah (Theft of Cash on Hand). (6) Mark up dan atau Kick Back pada Pengadaan Barang/Jasa. (7) Penggunaan Aset Desa untuk kepentingan pribadi Aparat Desa secara tidak Sah (misuse atau larceny)
Jika dilihat dari fenomena yang ada maka sebagian besar aparatur pengelola keuangan desa belum memiliki kualitas Sumber daya Manusia yang memadai dalam pengelolaan keuangan. Jika dilihat secara teoritis, pembukuan merupakan proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan suatu perusahaan atau organisasi. Pencatatan itu meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca , dan laporan laba rugi untuk periode tahun fiskal tersebut. Pembukuan dapat digunakan sebagai alat kontrol keuangan usaha. Kita dapat mengetahui biaya-biaya mana yang tidak perlu, biaya mana yang merupakan pemborosan (inefisiensi). Sehingga biaya tersebut dipotong dan akan mengefisienkan usaha dengan lebih baik. Tanpa adanya pembukuan, hal tersebut tidak akan mungkin bisa dilakukan, karena secara nyata angka itu tidak pernah tercatat.
Dengan melakukan pembukuan berarti kita sudah berperan sebagai warga negara yang baik, yaitu dengan melaporkan pajak hasil usaha yang dilakukan. Perhitungan pajak didasarkan pada laporan keuangan usaha yaitu dari neraca dan laporan laga rugi. Pembukuan usaha, yang nantinya berakhir ke dalam bentuk laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar, layak tidaknya usaha tersebut jika menerima tambahan modal dari pihak lain seperti investor, pihak perbankan, dan perusahaan ventura. Dasar laporan keuangan ini merupakan ketentuan wajib bagi lembaga keuangan untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, karena laporan keuangan ini menunjukkan baik tidaknya kondisi perusahaan, dilihat dari untung-rugi, efisien-boros, dan pengelolaan aset usaha.
Kendala-kendala yang dihadapi oleh aparatur desa dalam pengelolaan keuangan di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng yaitu (1) Kurangnya Sumber Daya manusia yang ada dalam Pengelolaan Keuangan Desa, dimana rata-rata memiliki
pemahaman yang kurang mengenai
penyusunan laporan keuangan dan kurangnya pemahaman mengenai aturan-aturan yang ada, (2) Dana yang dikucurkan ke Desa jumlahnya sangat besar, sedangkan
9 Sumber Daya Manusia yang menangani hanya satu orang saja dan belum memahami mengenai teknik penghitungan pajaknya, (3) beberapa bukti transaksi yang diterima belum seluruhnya dilengkapi seperti surat kerjasama dengan rekanan, dan lain-lain, (4) kurangnya pemahaman pengelola keuangan desa mengenai cara penyusunan Rancangan Anggaran Biaya (RAB).
Keuangan Desa adalah semua hak
dan kewajiban dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, penganggaran,
penatausahaan, pelaporan, pertanggung-jawaban dan pengawasan keuangan Desa.
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan
Keuangan Desa adalah Kepala Desa yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan desa. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disebut PTPKD adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa. Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menatausahakan,
membayarkan dan
mempertanggung-jawabkan keuangan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa.
Rencana Pembangunan Jangka Pendek (tahunan) yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pembangunan Desa
(RKPDesa) adalah hasil musyawarah masyarakat desa tentang program dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk periode 1 (satu) tahun. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
yang selanjutnya disingkat RPJMDes adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 5 (lima) tahun.
Setelah diberikan pelatihan dan pendampingan para aparatur pemerintah desa yang ada di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng mengakui mereka memiliki kemampuan dan keterampilan
yang memadai dalam membuat
pertanggungjawaban yang digunakan untuk menghitung aliran masuk dan keluarnya dana. Adapun hasil dari kegiatan pelatihan pengelolaan keuangan desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, yaitu: sebagian besar para aparatur pemerintah desa dapat membuat: (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa berupa pencatatan pada buku kas umum (BKU)
dan buku-buku pembantunya, (2)
penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir resiko Fraud
PENUTUP Kesimpulan
Pelatihan dan Pendampingan kegiatan P2M tersebut dilakukan pada bulan Juni di Desa Kerobokan Kecamatan Sawan dengan mendatangkan tim pakar dari Universitas Pendidikan Ganesha, khususnya pakar pembukuan dari jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi. Adapun alur pelatihan Pengelolaan Keuangan Desa dimulai dari: (a) penyiapan bahan administrasi sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pelatihan, (b) melakukan koordinasi dengan para aparatur pemerintah desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, (c) menyiapkan materi pelatihan, (d) menyiapkan narasumber yang memiliki kompetensi sesuai dengan target dan tujuan pelatihan
10 (pakar Akuntansi), dan (e) menyiapkan jadwal pelatihan selama 1 hari efektif, (f) penatausahaan administrasi keuangan Desa berupa pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (g) penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir resiko Fraud, (h) persentasi hasil pelatihan, (i) koreksi dari pakar, dan (j) memberikan hasil membuat pembukuan serta laporan keuangan.
Setelah diberikan pelatihan dan pendampingan para aparatur pemerintah desa yang ada di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng mengakui mereka memiliki kemampuan dan keterampilan
yang memadai dalam membuat
pertanggungjawaban yang digunakan untuk menghitung aliran masuk dan keluarnya dana. Adapun hasil dari kegiatan pelatihan pengelolaan keuangan desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, yaitu: sebagian besar para aparatur pemerintah desa dapat membuat: (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa berupa pencatatan pada buku kas umum (BKU)
dan buku-buku pembantunya, (2)
penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir resiko Fraud.
Saran
Ada beberapa hal yang bisa dijadikan rekomendasi dari pelaksanaan pengabdian masyarakat ini yaitu:
Pemberian dana ke desa yang begitu besar, jumlah pelaporan yang beragam serta adanya titik kritis dalam pengelolaan keuangan desa tentunya menuntut tanggung jawab yang besar pula oleh Aparat Pemerintah Desa.
Pengelolaan keuangan tersebut hendaknya dilakukan oleh Sumber
Daya Manusia yang memiliki
pemahaman dan pengetahuan
mengenai hal tersebut untuk
menghindari terjadinya fraud. Oleh karena itu, Pemerintah Desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan desa, dimana semua akhir kegiatan penyelenggaraan Pemerintah Desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai ketentuan sehingga terwujud Tata Kelola Pemerintahan Desa yang Baik (Good Village Governance).
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) memiliki peran penting dalam pengawalan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa baik dari sisi Assurance
maupun Konsultansi dengan
melakukan identifikasi titik kritis dalam pengelolaan keuangan desa dalam rangka menentukan langkah pengawalan sesuai peran masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, T., dan Tuloli, M, S. 2014. Rancang Bangun Aplikasi Kontrol Pengelolaan Keuangan Desa. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing. Universitas Gorontalo.
Hamzah, A. 2013. Perspektif Kritis-Konsep dan Aplikasi Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis PP Nomor 71 Tahun 2010 beserta Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik, pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Surabaya: CV Pustaka.
11 Kurnia, B. 2015. Waspadai Titik Kritis, Wujudkan Good Village Governance. Warta Pengawasan 14 VOL XXII/ Edisi HUT ke -70 RI/ 2015 hal 16-17.
Lestari, A, K, D., Atmadja, A, T., dan Adiputra, I, M, P. 2014. Membedah Akuntabilitas Praktik
Pengelolaan Keuangan Desa
Pakraman Kubutambahan,
Kecamatan Kubutambahan,
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali (Sebuah Studi Interpretif Pada Organisasi Publik Non
Kepala Desa Dalam
Pengelolaan Administrasi
Keuangan Desa Empunak Tapang Keladan. Artikel Penelitian Universitas Tanjungpura Pontianak. Yabbar, R., dan Hamzah, A. 2015. Tata Kelola Pemerintahan Desa-Dari Peraturan di Desa Hingga Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa-Dari Perencanaan Pembangunan Desa Hingga Pengelolaan Keuangan Desa. Surabaya: Pustaka. https://wordpress.com/gambara n-umum-wilayah-kabupaten-buleleng http://sawan.bulelengkab.go.id https://syukriy.wordpress.com/ 2008/06/16/pengelolaan-keuangan-desa-apa-yang-baru/
Pemerintahan). e-Journal Vol: 2 No:1 Tahun 2014. Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1
Manopo, D, C. 2015.
Pelaksanaan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa (Studi Di Desa Warisa, Kecamatan Talawaan, Kabupaten Minahasa
Utara). Download:
http//www.google.com.
Simanjuntak, B, H. 2015. Standar Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Dorong Akuntabilitas Desa. Warta Pengawasan 14 VOL XXII/ Edisi HUT ke -70 RI/ 2015 hal 14-15. Surya, K., Tomas, Y., dan Genjik, B. 2013. Evaluasi Penerapan Kebijakan
12
IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIVITAS KAMPUS (IbIKK)
BIBIT BUAH-BUAHAN LANGKA BALI
Jhon Hardy Purba1), Putu Suwardike2), I Dewa Nyoman Arta Jiwa3)
1Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti, Singaraja, 2Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti, Singaraja, 3Fakultas Ekonomi Universitas Panji Sakti, Singaraja
Email: jhonhardy@yahoo.com
Abstract
IbIKK program for three years (2014-2016) aims to: (1) increase the college self-funding, (2) development of entrepreneurial culture, (3) provide for apprenticeship/research, (4) preservation of germplasm of rare fruits of Bali, and (5) improving welfare. Outcomes target: (1) seed and rare fruits of Bali in pot, (2) consulting/ training, (3) apprenticeship and research, (4) new entrepreneurs, (5) published articles, (6) turnover, and (7) preservation ofBali rare fruits. Realize these goals is done by optimizing the infrastructure and capital usage coming from Ditlitabmas Ristekdikti and the Unipas. Results achieved: (1) seeds of rare fruits of Bali, (2) equipment for agronomic purposes and and students practicum, (3) student practicum with supporting facilities; (4) rare Balinese fruit plants in pots, (5) student research. In the future after IbIKK contract with Ditlitabmas
Ristekdikti completed by the end of 2016, IbIKK program will become a business unit of the Faculty of
Agriculture, Unipas.
Keywords: IbIKK, seed, tabulampot, rare fruits, local Bali. Abstrak
Program IbIKK selama tiga tahun (2014-2016) bertujuan untuk: (1) meningkatkan kemandirian pendanaan kampus, (2) pengembangan budaya kewirausahaan, (3) menyediakan tempat magang/penelitian, (4) pelestarian plasma nutfah tanaman buah-buahan langka Bali, dan (5) meningkatkan kesejahteraan. Target luaran: (1) bibit dan tabulampot buah-buahan langka Bali, (2) jasa konsultasi/pelatihan, (3) Magang/penelitian mahasiswa, (4) wirausaha baru, (5) artikel yang dipublikasikan, (6) omzet, dan (7) pelestarian buah-buahan langka Bali. Mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana yang sudah ada dan penggunaan modal kerja yang berasal dari Ditlitabmas Dikti dan Universitas Panji Sakti. Hasil yang dicapai: (1) Bibit buah-buahan langka Bali, (2) Peralatan agronomis untuk keperluan IbIKK dan praktikum mahasiwa, (3) Tempat praktikum mahasiswa dengan sarana pendukungnya; (4) Tanaman buah langka Bali dalam Pot (Tabulampot), (5) Tempat penelitian mahasiswa. Proyeksi kedepan setelah kontrak IbIKK dengan Ditlitabmas Dikti selesai pada akhir tahun 2016, program IbIKK menjadi unit usaha Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti.
Kata Kunci : IbIKK, bibit bermutu, tabulampot, buah langka, lokal Bali.
I. PENDAHULUAN
Pulau Bali yang hanya memiliki luas wilayah 563.286 Ha atau 0,29% dari luas kepulauan Indonesia juga dikenal memiliki beragam jenis buah-buahan khas tropis (lokal), seperti Salak Bali (Zalaca edulis Linn.), Jeruk Bali (Citrus grandis L. Osbeck), Jerungga (Citrus maxima Merr.), Jeruk Keprok Tejakula, Jeruk Kintamani, Anggur Bali (Alphonso de lavalle Cv. Bali), beberapa jenis durian (Durio zibethinus Murr.), pisang (Musa sp.), mangga (Mangifera indica L.), wani (Mangifera caesia var. Ngompen), sentul (Sandoricum koetjape Merr.), badung,
kawista (Limonia acidissima), delima (Punica granatum L.), mundeh (Garcinia dulcis), klasem atau kaliasem (Eugenia polycepaia Mig.), pangi, kucacil (Schleichera oleosa Merr.), juwet (Eugenia cumini Merr.), kepuh, teep, boni (Antidesma nunius), kem atau rukem (Flacuortia indica Merr.), lobi-lobi (Flacaurita inermis Roxb), katilampo atau batulampo (Elaeocarpus sp.), dan lain-lain. Saat ini, keberadaan beberapa jenis diantaranya mulai jarang dijumpai. Jenis buah-buahan lokal yang keberadaannya mulai jarang ditemukan di wilayah Provinsi Bali adalah seperti tersaji pada
13 Lampiran 5. Laporan Status Lingkungan
Hidup (SLHD) Provinsi Bali (2011) menyebutkan beberapa diantara jenis tanaman tersebut keadaanya terancam. Menurut International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), suatu tumbuhan dikatakan terancam (threatened) jika memenuhi tiga kategori yaitu kritis (Critically Endangered/CR), genting
(Endangered/EN) atau rentan
(Vulnerable/VU).
Mempertimbangkan pentingnya pelestarian jenis tanaman buah-buahan lokal, khususnya yang keadaannya mulai langka, maka Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti menaruh perhatian yang serius terhadap pelestarian buah-buahan tersebut melalui kegiatan pengembangan Iptek bibit tanaman buah-buahan langka. Disamping melalui kegiatan penelitian, upaya pelestarian tanaman buah-buahan langka juga dilakukan melalui pembinaan teknis pembuatan bibit yang baik dan kerjasama pemasaran dengan UD. Flora Dewata di Desa Temukus, Kecamatan Banjar dan CV. Karya Merta Wangi di Desa Suwug, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Tahun ini (2013), Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti sedang menyiapkan bibit Sentul dan Badung sebanyak 500 batang untuk kegiatan rehabilitasi lahan di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung dan 500 batang bibit Mangga Amplemsari, Durian Bestala dan Wani Ngompen untuk kegiatan penanaman di Kecamatan Sawan dan Busungbiu.
1.1. Survey Pasar
Saat ini terdapat lebih dari 35 penangkar bibit tanaman dan lebih dari 100 pedagang bibit di Provinsi Bali yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota. Sebagian
penangkar terfokus pada penangkaran tanaman hortikultura, seperti tanaman hias, buah-buahan dan biofarmaka, sedangkan sebagian lainnya terfokus pada penangkaran tanaman kehutanan atau kelompok kayu-kayuan. Usaha yang ditekuni lebih berorientasi bisnis dan
jarang dipadukan dengan upaya
pelestarian, sehingga komoditi yang dipasarkan adalah bibit jenis tanaman yang populer atau digemari masyarakat.
Penjualan bibit di Bali dilakukan melalui beberapa cara, yaitu order melalui penangkar/pengusaha bibit, penjualan langsung melalui outlet bibit, dan penjualan melalui pedagang bibit keliling. Seorang pedagang pengecer bibit buah-buahan mampu menjual bibit antara 200-300 batang/bulan atau mencapai 20.000-30.000 batang untuk seluruh Bali/bulan. Volume penjualan bibit melalui order langsung ke penangkar lebih banyak lagi. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng (2012), permintaan bibit tanaman buah-buahan dari berbagai daerah di Indonesia ke penangkar bibit di Kabupaten Buleleng rata-rata mencapai 809.000 batang per tahun. Sementara, kemampuan produksi 14 penangkar bibit hortikultura yang resmi terdaftar di Buleleng rata-rata baru mencapai 438.241 batang/tahun atau sekitar 54,17% dari total permintaan. Kekurangan bibit tersebut dipenuhi melalui pemasokan bibit dari luar Bali, khususnya Jawa Timur.
1.2. Spesifikasi Produk
Memperhatikan faktor-faktor
penyebab rendahnya keberhasilan tumbuh tanaman pasca transplanting, maka bibit sebagai produk utama program IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali dirancang memiliki spesifikasi dengan keunggulan bibit bermutu baik.
14 Mutu bibit dimaksud mencakup mutu
genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Untuk menjamin mutu genetik bibit, dilakukan melalui pemilihan induk sumber benih atau mata tunas atau batang atas (entres) dengan cara sebagai berikut.
Untuk menjamin mutu fisik bibit, dilakukan melalui: a) Pemilihan biji, seedling (untuk batang bawah), mata tempel dan entres yang seragam dan sehat; b) Menerapkan SOP produksi bibit dengan baik; c) Mengatur jadwal pembuatan bibit agar pada saat penanaman kondisi bibit dalam keadaan baik; d) Membekali pekerja dengan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan dan penanganan bibit yang benar. Untuk menjamin mutu fisiologis bibit, dilakukan melalui: a) Pemanen buah/biji masak fisiologi atau memiliki kematangan yang cukup (tidak terlalu muda atau tidak terlalu tua) dan penanganan benih dengan baik; b) Menerapkan SOP produksi bibit dengan baik; c) Membekali pekerja dengan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan bibit yang benar; d) Bibit lebih tahan cekaman kekeringan yang dihasilkan melalui aplikasi mikroorganisme (agens hayati) jamur dari genus Trichoderma dan Bakteri dari genus Bacillus.
1.3. Kaitan Produk dengan Temuan dan HKI Perguruan Tinggi
Program IbIKK ini terlaksana sebab didukung beberapa hal yang berhubungan dengan bidang yang dikelola. Ada 2 (dua) usaha penangkar bibit yang selama ini telah dibantu dan dibina oleh Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti, yaitu UD. Flora Dewata dan CV. Karya Merta Wangi.
Tim Fakultas Pertanian Unipas
memberikan pendampingan teknis
produksi bibit dan kerjasama pemasaran dengan kedua perusahaan tersebut.
Keunggulan komparatif dari produk IbIKK ini adalah: (a) dihasilkan bibit bermutu dan lebih tahan cekaman kekeringan dari jenis buah-buahan yang tergolong langka di Bali; (b) dihasilkan jasa konsultasi teknik produksi bibit tanaman buah-buahan langka, sekaligus media edukasi bagi siswa, mahasiswa maupun masyarakat umum, dan (c) dihasilkannya buku tentang
Buah-buahan Langka Bali: Liku-liku
Pelestarian dan Pengembangannya. 1.4. Dampak dan Manfaat IbIKK dari
Aspek Sosial Ekonomi
IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali memberikan dampak dan manfaat positif bagi perguruan tinggi (Universitas Panji Sakti), masyarakat, daerah maupun secara nasional.
II. TARGET LUARAN
Dengan mempertimbangkan
ketersediaan bahan baku, kapasitas produksi, lamanya waktu proses produksi, kemampuan manajerial, kemampuan promosi dan pangsa pasar yang ada, ketersediaan SDM, fasilitas yang ada, dan kemampuan finansial yang tersedia, maka target luaran IbIKK pada tahun III ditetapkan seperti tercantum pada Tabel 1. Target-target luaran merupakan bagian tak terpisahkan dari jadwal kerja tahunan IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali. Selanjutnya, untuk menghasilkan produk di atas, maka diterapkan berbagai pilihan Iptek yang secara skematis pada Gambar 1.
15 Tabel 1. Target Luaran IbIKK Buah-buahan Langka Bali pada Tahun III
No. Jenis Luaran Terget Luaran Tahun III
1. Bibit (batang) 41.200
2. Tabulampot (pot) 300
3. Jasa konsultasi usaha/pelatihan 6
4. Magang/penelitian mahasiswa 5
5. Wirausaha baru 4
6. Buku (judul) 1
7. Artikel Publikasi (judul) 1
8. Omzet penjualan (Rp.) 369.000.000
III. METODE PELAKSANAAN 3.1.Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan meliputi : benih, biji untuk batang bawah (understem), mata tempel, entres, media pesemaian, media bibit, agens hayati dan sarana produksi (saprodi). Spesifikasi bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi bibit sebagai berikut.
Mengingat bibit yang diproduksi merupakan buah-buahan langka, maka ketersediaan bahan baku terutama benih, mata tempel dan entres tentulah sangat terbatas. Untuk itu, tim pelaksana IbIKK telah mengatur pola pengelolaan bahan baku secara cermat.
Gbr. 1. Pilihan iptek dan proses untuk menghasilkan luaran IbIKK Bibit Buah-buahan Langka
Bali
3.2. Proses Produksi
Untuk menjamin mutu produk, proses produksi bibit hasil perbanyakan generatif diawasi oleh staf quality control. Sedangkan untuk bibit hasil okulasi dan grafting, disamping diawasi oleh staf quality control, juga dibawah pengawasan
BPSP Provinsi Bali. Lama waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan bibit asal biji, bibit asal okulasi/grafting dan tabulampot berbeda-beda. Proses pembuatan bibit asal biji sampai dengan siap dipasarkan perlu waktu sekitar 6 bulan. Untuk bibit asal okulasi/grafting sekitar 1 (satu) tahun, dan untuk
16 tabulampot minimal 1 tahun sejak bibit
ditanam dalam pot. 3.3. Pemasaran
Perkiraan luasan pasar potensial penerima produk IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali adalah sebagai berikut: a) Instansi pemerintah/swasta (50%); b) Penangkar/Pengusaha Bibit di Provinsi Bali (kemitraan) (30%); c) Outlet/Showroom (10%); d) Perorangan
(10%). Untuk memasyarakatkan
informasi kegiatan usaha dan produk IbIKK ini ditempuh dengan beberapa cara, yaitu: 1) Publikasi melalui media elektronik berupa media sosial di internet, radio, papan nama, tabloid; 2) Selebaran, brosur, leaflet dan poster; 3) Mengembangkan pola kemitraan dengan penangkar-penangkar bibit dan pedagang bibit di seluruh Bali; 4) Mengembangkan kerjasama pengembangan tanaman buah-buahan langka Bali dengan Dinas Pertanian Provinsi Bali, Dinas yang membidangi pertanian di tingkat kabupaten se Provinsi Bali dan
Badan/Kantor yang membidangi
kehutanan dan lingkungan hidup kabupaten se Provinsi Bali, dan BPDAS Unda Anyar; 5) Pameran-pameran pertanian.
3.4. Sumberdaya Manusia
Pelaksanaan program IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali dukung oleh
sumberdaya manusia (SDM) yang
memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman relevan dengan usaha yang dikembangkan.
3.5. Fasilitas
Lokasi kantor IbIKK dan
showroom produk IbIKK terletak di Jl. Bisma No. 22 Singaraja. Sedangkan aktivitas produksi bibit difokuskan di Laboratorium dan Kebun Percobaan Agroteknologi Fakultas Pertanian Unipas.
IV. HASIL YANG DICAPAI
Pembuatan bibit buah-buahan langka Bali merupakan usaha dan/atau kegiatan yang telah dirintis sejak beberapa tahun oleh Fakultas Pertanian Universitas panji Sakti melalui UPT. Pembibitan tanaman. Oleh karena itu, sampai dengan jelang akhir tahun 2015 disamping telah memproduksi bibit juga telah mampu menjual/memasarkan bibit kepada masyarakat. Hasil yang telah dicapai sampai dengan jelang akhir tahun 2015 adalah sebagai berikut.
1. Koordinasi internal tim pelaksana, dengan pimpinan fakultas dan universitas.
2. Pemeliharaan dan Perluasan Rumah Paranet/Agronet (rumah bibit) sebagai showroom bibit. Rumah paranet/agronet telah dibangun pada pelaksanaan IbIKK Bibit buah-buahan langka Bali tahun 2014 (tahun I). Pada tahun 2015 dilakukan pemeliharaan rumah paranet/agronet dan perluasan agronet.
3. Penyediaan Peralatan Agronomis dan Penunjang Usaha
Untuk keperluan agronomis telah dilakukan juga pengadaan peralatan agronomis untuk keperluan IbIKK dan kegiatan praktikum mahasiwa seperti Lux meter, soil tester, soil survey SS 4 in 1, Altimeter, C meter, Digital calipper, moisture meter, timbangan digital, wireless pointer, kamera digital, Digital Multimeter BEST 9205A - Multitester VOM AC DC, Refractometer Protein, CO Carbon Monoxide Gas Detector Digital, Wireless Weather Station - Temperature, Humidity, Clock & Weather Forecast, Mini Microscope
160-200x zoom with LED,
17 Mini LED Projector, ORP + PH +
Thermometer 3 in, arco dorong, dll. 4. Pembuatan dan Pemasaran Bibit
Pembuatan bibit hingga jelang akhir tahun 2016 telah mencapai 41.200 batang dan 200 tanaman dalam pot (tabulampot). Sebagian bibit tersebut telah dipasarkan ke berbagai lokasi/daerah dengan total omzet mencapai lebih dari Rp. 100.000.000,- pada 3 triwulan pertama tahun 2016. 5. Penyediaan Jasa Tim Pelaksana IbIKK
Penyediaan Jasa Tim Pelaksana IbIKK untuk bidang konsultansi di bidang pertanian secara umum untuk 3 kegiatan pada bidang pertanian dan lingkungan hidup.
Sebagaian besar program dan kegiatan yang direncanakan pada tahun 2016 telah dan sedang dalam proses realisasi. Pembuatan bibit, tabulampot dan kegiatan pengelolaan usaha lainnya dilakukan secara kontinu. Dalam perjalanan pengelolaan usaha, tantangan utama yang dihadapi adalah (1) mendapatkan bahan tanam (benih/bibit) buah-buahan langka Bali cukup sulit, dan (2) pemasaran produk juga cukup sulit karena belum banyak masyarakat mengenal manfaat buah-buahan tersebut. Dengan dukungan berbagai pihak, terutama Pemerintah Provinsi Bali dengan diberlakukannya Perda tentang Buah-buahan Lokal dan juga dukungan Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui kebijakan pengembangan buah-buahan unggulan lokal Buleleng, terutama yang sudah cukup langka seperti mangga Amplemsari dan Durian Bestala, maka secara perlahan usaha bibit buah-buahan langka Bali mulai berkembang sesuai harapan.
V. RENCANA TAHAPAN
BERIKUTNYA
Untuk mewujudkan target-target usaha yang telah ditetapkan, maka tim pelaksana IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali akan merealisasikan beberapa rencana usaha dan kegiatan penunjangnya sebagai berikut: 1) Melanjutkan produksi bibit berbagai jenis buah-buah langka Bali; 2) Memperluas jaringan pemasaran bibit
dengan membangun jaringan,
meningkatkan promosi melalui
penyebaran leaflet, memantapkan kerjasama dengan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, Dinas Pertamanan Kota, SKPD potensial lainnya; 3) Meningkatkan jumlah Tabulampot tanaman buah-buahanan langka Bali hingga berjumlah minimal
300 pot; 4) Menerima
magang/pratikum/penelitian mahasiswa; 5) Membina wirausaha baru sebanyak minimal 4 orang; 6) Diversifikasi usaha selain pembibitan buah-buahan langka Bali, yaitu: a) jasa layanan konsultasi pertanian dan lingkungan hidup, b) jasa pembuatan dan pemeliharaan taman pada rumah pribadi dan hotel, c) jasa penyewaa tanaman dan pembuatan dekorasi taman sekitar panggung dalam momen tertentu di dalam gedung, 7) Menyusun dan
memublikasikan artikel ilmiah
pengabdian kepada masyarakat pada jurnal nasional, 8) Draf Buku IbIKK Bibit Buah-buahan Langka Bali, 9) Mengakses dana bantuan dari berbagai sumber
pendanaan untuk menyiapkan
pembangunan laboratorium kultur jaringan untuk perbanyakan secara cepat bibit buah-buahan langka Bali dan jenis buah-buahan umum lainnya agar unggul secara komparatif dan kompetitif dengan