• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DETERMINAN KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Reproductive Healt, 24/11 (2016), 1-14

DETERMINAN KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU

BEKERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

PAYUNG SEKAKI

Linda Suryani

PSD III Kebidanan STIKES Payung Negeri Pekanbaru

Email. [email protected]

Abstract:

Nutrition insecurity occurs in infants because not only foods less also

because of a mother (breastfeeding) many replaced by formula milk that way and

number which is not meet the needs. Factors affect the exclusive breastfeeding is

knowledge mother, education, the social and cultural , promotion of infant

formula, attitude or behavior mother, age, employment, maternal health, and

support health workers. The purpose of this research is to know determine

influence the success of exclusive breastfeeding in mothers working in the work

area payung sekaki of public health care. This study design is analytic cross

sectional. Independent variebel such as age, parity, education, family income,

knowledge, motivation, support health workers, support partners and dependent

variable is exclusive breastfeeding working mothers. The population 265 people

and samples 90 respondents using purposive sampling technique. The instrument

used is questionaire. Results of the study were calculated using statistical test

Chi-Square showed all the factors influencing the success of exclusive

breastfeeding working mothers among others, knowledge (P value 0.041),

internal motivation (P Value 0.000), the support of health workers (P value

0.036), and support partners ( P value 0.008). From the multivariate analysis of

several factors which are the most dominant factor affecting the success of

exclusive breastfeeding in mothers work is internal motivation to value (RP) 26

and P.Value 0.000. The higher the motivation of working mothers in exclusive

breastfeeding will affect 26 more than those who have low motivation. The need of

holding support and health promotion to the public about the importance of

exclusive breastfeeding for infants.

Keyword: Determinant, Exclusive breastfeeding, Working Mother

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurunnya daya kerja fisik serta

terganggunya perkembangan mental merupakan akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang. Kerawanan gizi terjadi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI)

(2)

banyak diganti dengan susu formula dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. (Syafrudin, 2011).

Setiap ibu menghasilkan air susu yang disebut dengan ASI. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. ASI adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Dalam proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya (Saleha, 2009).

ASI Eksklusif dikatakan sebagai pemberian ASI secara eksklusif saja, tanpa tambahan makanan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. (Yanti, 2011).

World Health Organization (WHO) telah mengkaji lebih dari 3000 penelitian menunjukkan pemberian ASI selam 6 bulan dalah jangka waktu yang paling optimal untuk pemberian ASI Eksklusif. Hal ini didasarkan pada bukti ilmiah bahwa ASI Eksklusif mencukupi kebutuhan gizi bayi dan pertumbuhan

bayi lebih baik. Di Indonesia setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi dan 1,3 juta bayi diseluruh dunia dapat diselamatkan dengan pemberian ASI (Haryono, 2014).

Di Indonesia, pada tahun 2012 angka kematian bayi adalah 32 per 1000 kelahiran hidup. Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan semua bayi perlu mendapatkan kolostrum (ASI hari pertama dan kedua) untuk melawan infeksi, dan ASI Eksklusif selama 6 bulan untuk menjamin kehidupan gizi bayi (Wiji, 2013).

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan jumlah ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya selama 6 bulan telah mencapai 42%. Angka ini lebih tinggi 10% dibanding survei serupa pada tahun 2007 yang hanya menunjukkan angka 32% (Dimyati, 2013).

Menurut Baskoro (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif yaitu tingkat pengetahuan ibu, pendidikan, faktor sosial budaya yaitu dukungan keluarga, gencarnya susu formula, sikap atau perilaku ibu, umur, pekerjaan ibu, status kesehatan ibu, dan dukungan petugas kesehatan.

Tenaga kerja perempuan yang meningkat menjadi salah satu kendala

(3)

dalam mensukseskan program ASI Eksklusif, hal ini karena cuti melahirkan hanya 12 minggu, dimana 4 (empat) minggu diantaranya sering harus diambil sebelum melahirkan (Suradi, 2003). Dengan demikian, ibu yang bekerja hanya dapat mendampingi bayinya secara intensif hanya 2 (dua) bulan, termasuk dalam menyusui bayinya. Setelah itu ibu harus kembali bekerja dan sering ibu terpaksa berhenti menyusui.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohani (2010) tentang “faktor-faktor yang meningkatkan risiko kegagalan pemberian ASI ekslusif pada ibu bayi usia 6 – 9 bulan di Kota Mataram” di dapatkan hasil bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan risiko kegagalan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-9 bulan yaitu: Ibu bekerja, persepsi yang keliru, tingkat pengetahuan ibu kurang dan dukungan keluarga yang kurang.

Angka cakupan ASI eksklusif di Riau tahun 2012 sebanyak 46,2%, sedangkan untuk Kota Pekanbaru sebanyak 54,2%. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2012, dari 20 Puskesmas yang ada Puskesmas Payung Sekaki merupakan puskesmas dengan status pemberian ASI Eksklusif terendah 48,03 % (Dinkes

Pekanbaru, 2012).

Melihat masih rendahnya angka cakupan ASI Eksklusif di wilayah puskesmas payung sekaki dan banyaknya ibu-ibu yang bekerja untuk menompang kebutuhan keluarganya pada saat ini. Maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif pada ibu bekerja di wilayah kerja puskesmas payung sekaki Kota Pekanbaru

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9–23 November 2015 di wilayah kerja puskesmas payung sekaki Kota Pekanbaru. Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu yang mempunyai bayi berusia 7-12 bulan yang ada di wilayah kerja puskesmas payung sekaki Kota Pekanbaru yang berjumlah 265 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dengan besar sampel berjumlah 90 orang, sampel ditentukan dengan metode role of thumb, dimana setiap variabel yang terlibat dalam analisis dikali 10. Dalam penelitian ini terdapat 1 variabel dependen yaitu ibu bekerja yang mempunyai bayi berusia 7-12 bulan dan

(4)

7 variabel independen yaitu umur, paritas, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, pengetahuan, motivasi, dukungan tenaga kesehatan, dukungan suami. Data dikumpulkan dengan metode wawancara menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat, untuk analisis bivariat pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik Chi-Square (X)2 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05, dan multivariat dengan menggunakan uji logistik ganda.

HASIL PENELITIAN

Hasil uji univariat diperoleh karakteristik responden pada penelitian

meliputi umur, paritas, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, pengetahuan, motivasi, dukungan tenaga kesehatan, dan dukungan suami. Mayoritas ibu bekerja yang memiliki bayi 7-12 bulan di wilayah kerja puskesmas payung sekaki kota pekanbaru 61 % termasuk kedalam usia reproduksi (20-35 tahun), 64 % paritas multipara, 53 % berpendidikan tinggi, 57 % memiliki pendapatan ≥ UMR, 66 berpengetahuan tinggi, 57 % memiliki motivasi internal yang tinggi, 69 % mendapat dukungan dari tenaga kesehatan, 66 % mendapatkan dukungan dari suami, 67 % tidak melakukan ASI eksklusif

.

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Kategori N %

Umur

Reproduksi (20-35 tahun) Tidak Reproduksi (>35 tahun)

55 35 61 39 Paritas Primipara Multipara 32 58 36 64 Pendidikan Tinggi Rendah 48 42 53 47 Pendapatan Keluarga < UMR ≥ UMR 51 39 57 43 Pengetahuan Tinggi Rendah 59 31 66 34 Motivasi Internal Tinggi Rendah 51 39 57 43 Dukungan Tenaga Kesehatan

(5)

Ada tidak 62 28 69 31 Dukungan Suami Ada Tidak 59 31 66 34 Asi Eksklusif Iya Tidak 30 60 33 67

Hasil Uji Bivariat dengan menggunakan uji chi Square untuk melihat pengaruh variabel independen ibu bekerja yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya terhadap variabel dependen yang meliputi umur, paritas, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, pengetahuan, motivasi, dukungan tenaga kesehatan, dan dukungan suami diperoleh hasil dari 8

variabel independen yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi ibu bekerja yang memberikan ASI eksklusif ternyata hanya 4 variabel memperlihatkan kemaknaan secara statistik yaitu pengatahuan (P value 0,041), motivasi internal (P Value 0,000), dukungan tenaga kesehatan (P value 0,036), dan dukungan suami (P value 0,008)

Tabel 2

Determinan Keberhasilan ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki

Independen ASI Eksklusif N P.Value Iya Tidak n % n % Umur Reproduksi (20-35 tahun) 17 31 38 69 55 0,594

Tidak Reproduksi (> 35 tahun) 13 37 22 63 35

Paritas Primipara 9 28 23 72 32 0,580 Multipara 21 36 37 64 58 Pendidikan Tinggi 16 33 32 67 48 1,000 Rendah 14 33 28 67 42 Pendapatan Keluarga < UMR 21 41 30 59 51 0,071 ≥ UMR 9 23 30 79 39 Pengetahuan Tinggi 24 41 35 59 59 0,041 Rendah 6 19 25 81 31 Motivasi Internal Tinggi 26 51 25 49 51 0,000 Rendah 6 15 33 85 39

Dukungan Tenaga Kesehatan

(6)

Tidak 5 18 23 82 28

Dukungan Suami

Ada 14 24 45 76 59

0,008

Tidak 16 52 15 48 31

Setelah dilakukan analisis bivariat selanjutnya dilakukan analisis multivariat yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi ibu bekerja memberikan ASI eksklusif. Tahap awal analisis multivariat adalah penentuan variabel

independen potensial (variabel kandidat multivariat) yang akan masuk dalam analisis mutivariat yaitu variabel dari analisis bivariat yang mempunyai nila p≤0,25. Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik ganda.

Tabel 3 Hasil Seleksi Bivariat

Variabel P Value Keterangan

Pengetahuan 0,041 Kandidat

Motivasi Internal 0,000 Kandidat

Dukungan tenaga kesehatan 0,036 Kandidat

Dukungan suami 0,008 Kandidat

Hasil seleksi bivariat menunjukkan bahwa ada 4 variabel yang menghasilkan P value ≤ 0,25, oleh

karena itu 4 variabel tersebut yang akan diikutkan dalam analisis multivariat

Tabel 4

Pemodelan Multivariat

Variabel Koef B SE (β) Nilai p RP (95 CI)

Motivasi Internal 3.258 0,780 0,000 26 (5,6-120)

Konstanta -6,229 1,478

Akurasi model = 74,4%

Dari hasil analisis multivariat terlihat bahwa variabel paling dominan yang mempengaruhi ibu bekerja memberikan ASI eksklusif adalah motivasi internal dengan nilai Ratio Prevalens (RP) sebesar 26 dan nilai p 0,000. Jadi semakin tinggi motivasi yang dimiliki ibu bekerja dalam

memberikan ASI eksklusif akan berpengaruh 26 kali lebih besar dibandingkan yang memiliki motivasi rendah.

(7)

Pengaruh Umur dengan keberhasilan ASI Eksklusif

Penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara umur dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja dengan P value 0,594. Umur adalah faktor yang menentukan dalam pemberian ASI. Dari segi produksi ASI, ibu-ibu yang berusia 19-23 tahun pada umumnya dapat menghasilkan cukup ASI dibandingkan dengan yang berusia lebih tua. Primipara yang berumur lebih dari 35 tahun biasanya tidak akan dapat menyusui bayinya dengan jumlah ASI yang cukup (Pudjadi, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Kusnadi (2007) menyatakan bahwa proporsi pemberian ASI ekslusif pada umur kurang dari 35 tahun sebesar 18,9% sedangkan umur lebih dari atau sama dengan 35 tahun sebesar 16,8).

Pengaruh Paritas dengan keberhasilan ASI Eksklusif

Penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara paritas dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja dengan P value 0,580. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas ibu yang menyusui eksklusif yang bekerja adalah ibu multipara yaitu sebanyak 36%.

Menurut Hidajati (2012) seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin

akan mengalami masalah ketika menyusui hanya karena kurang pengetahuan tentang cara menyusui yang benar maupun trauma dari pengalaman menyusui kurang baik yang dialami orang lain. Hal tersebut yang memungkinkan ibu ragu untuk menyusui atau memberikan ASI pada bayinya secara eksklusif. Sebagian besar responden multipara bekerja dan menyusui eksklusif meskipun masih dalam kategori buruk.

Pengaruh Pendidikan dengan keberhasilan ASI Eksklusif

Penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja dengan P value 1,000. Hasil analisa diketahui bahwa sebagian besar ibu berpendidikan Tinggi yaitu sebanyak 53%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Josefa (2011) tentang faktor-faktor pemberian ASI tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku menyusui. Pendidikan yang tinggi pada ibu yang baru melahirkan tidak menjamin akan memberikan ASI eksklusif dan berperilaku yang baik dalam menyusui.

Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa orang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan

(8)

lebih tinggi dan lebih luas dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap. Pengetahuan dan sikap belum dapat mencermin dalam suatu tindakan untuk mewujudkan perilaku yang baik dan benar. Pemberian ASI eksklusif akan baik jika didukung dengan kondisi yang memungkinkan, misalnya dukungan dan informasi dari pelayanan kesehatan, dukungan suami dan keluarga. Dukungan dalam pemberian ASI juga dapat diberikan di tempat kerja dengan memfasilitasi dengan menyediakan ruangan untuk menyusui (Tarigan & Aryastami, 2012)

Pengaruh Pendapatan Keluarga dengan keberhasilan ASI Eksklusif

Penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja dengan P value 1,000. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ida (2012) di mana dari hasil statistik juga tidak didapatkan perbedaan bermakna perilaku pemberian ASI eksklusif dengan tingkat pendapatan keluarga.

Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 tentang pemberian ASI eksklusif menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang jelas

antara pemberian ASI eksklusif dan tingkat pengeluaran per kapita. Semakin tinggi pengeluaran per kapita rumah tangga, semakin menurun pemberian ASI eksklusif, baik di kelompok bayi umur 0–1 bulan, 2–3 bulan, maupun 4–5 bulan.

Pengaruh Pengatahuan dengan keberhasilan ASI Eksklusif

Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja dengan P value 0,041. Pengetahuan sangat penting perannya dalam memberikan wawasan terhadap terbentuknya sikap dan akan diikuti dengan tindakan dalam hal pelaksanaan pemberian ASI. Jika ibu sudah mengetahui stimulus atau obyek kesehatan tentang pengertian ASI, manfaat ASI, manajemen laktasi, dan keuntungan ASI, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahuinya maka akan timbul perilaku pemberian ASI Ekskluif (Ayu, 2008).

Menurut Cahyono (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pendidikan, media masa/ informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan umur. Hartuti (2006) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pengetahuan ibu berhubungan

(9)

dengan perilaku pemberian ASI ekslusif, dimana semakin tinggi pengetahuan ibu semakin tinggi perilaku pemberian ASI ekslusif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukukan oleh Sriningsih (2012) , dimana ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI (p=0,015) dengan pemberian ASI eksklusif, serta penelitian yang dilakukan Siallagan ,dkk (2013) dimana tingkat pengetahuan merupakan faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013.

Pengaruh Motivasi Internal dengan keberhasilan ASI Eksklusif.

Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara motivasi internal dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja dengan P value 0,000. Motivasi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif berdasarkan penelitian sebanyak 57% pada kategori tinggi. Dapat disimpulkan bahwa keyakinan diri yang baik dari seorang ibu untuk dapat memproduksi ASI yang cukup guna memenuhi kebutuhan bayinya akan menjadi dasar penting bagi keberhasilan ibu dalam memberikan ASI. Ketika seorang ibu memiliki motivasi yang kuat atau dorongan dalam dirinya, maka ibu

akan mempunyai kemampuan yang baik dalam memberikan ASI (Lestari, 2012).

Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2012), yang mengatakan bahwa motivasi merupakan daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang berasal dari (intrinsik) motivasi yang datangnya dari dalam diri sendiri, dimana karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Penelitian yang mendukung yaitu dari Suryaningsih (2011) menunjukkan hasil bahwa keyakinan dan motivasi ibu adalah faktor yang cukup berpengaruh dalam perilaku pemberian ASI. Ibu yang memiliki tingkat motivasi dan keyakinan diri yang baik akan lebih mampu memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

Pengaruh Dukungan Tenaga Kesehatan dengan keberhasilan ASI Eksklusif

Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja dengan P value 0,036. Dukungan petugas kesehatan baik itu dokter, bidan, perawat maupun kader kesehatan, memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan memberikan ASI eksklusif. Menurut

(10)

teori, dokter atau pun bidan harus membicarakan manfaat menyusui selama pertengahan semester kehamilan dan meyakinkan serta menjelaskan dengan bijaksana kepada ibu. Pendidikan hanyalah sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi makin mudahnya seseorang menerima informasi. Sehingga ibu-ibu tersebut memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rahmawati A, Burhanuddin BaharAbdul Salam yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone dimana hasil penelitiannya bahwa ada hubungan antara peran petugas kesehatan (p=0,000) dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone. Pada penelitian Astuti I (2013) Terdapat hubungan yang signifikan antara peran petugas dengan pemberian ASI eksklusif p≤0,05.

Pengaruh Dukungan Suami dengan keberhasilan ASI Eksklusif

Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja dengan P value 0,008. Menurut Roesli (2000), suami berperan dalam menentukan keberhasilan ibu untuk

memberikan ASI kepada anaknya. Suami berperan mendorong ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya, hal ini akan membantu memperlancar refleks penghisapan ASI (let down refleks) karena secara psikologis dan emosional ibu telah mendapatkan dukungan. Suami dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI dengan memberikan dukungan secara emosional dan bantuan praktis lainnya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Cernades (2002) di Brazil yang Mengevaluasi Tentang Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Durasi Pemberian ASI eksklusif Selama 6 Bulan dan hasilnya adalah Ada hubungan bermakna antara Dukungan Keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif

Faktor dominan yang mempengaruhi WUS melakukan pap smear

Dari hasil analisis multivariat terlihat bahwa variabel paling dominan yang mempengaruhi ibu bekerja memberikan ASI eksklusif adalah motivasi internal dengan nilai Ratio Prevalens (RP) sebesar 26 dan nilai p 0,000. Jadi semakin tinggi motivasi yang dimiliki ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif akan berpengaruh 26 kali lebih besar untuk ibu bekerja dalam memberikan ASI

(11)

eksklusif dibandingkan yang tidak memiliki motivasi rendah. Keyakinan diri yang baik dari seorang ibu untuk dapat memproduksi ASI yang cukup guna memenuhi kebutuhan bayinya akan menjadi dasar penting bagi keberhasilan ibu dalam memberikan ASI. Ketika seorang ibu memiliki motivasi yang kuat atau dorongan dalam dirinya, maka ibu akan mempunyai kemampuan yang baik dalam memberikan ASI.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif pada ibu bekerja di wilayah kerja puskesmas payung sekaki kota pekanbaru antara lain pengatahuan (P value 0,041), motivasi internal (P Value 0,000), dukungan tenaga kesehatan (P value 0,036), dan dukungan suami (P value 0,008). Dari analisa multivariat dari beberapa faktor yang ada faktor yang paling dominan yang mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif pada ibu bekerja adalah motivasi internal dengan nilai Ratio Prevalens (RP) sebesar 26 dan nilai p 0,000. Jadi semakin tinggi motivasi yang dimiliki ibu bekerja dalam

memberikan ASI eksklusif akan berpengaruh 26 kali lebih besar dibandingkan yang memiliki motivasi rendah.

SARAN

Bagi ibu agar terus mengakses

informasi mengenai ASI Eksklusif

dan lebih membuka diri untuk

menerima

informasi

yang

ada,

karena pengetahuan yang tinggi

tanpa dibarengi dengan motivasi

yang tinggi tentang informasi yang

ada pengetahuan itu tidak ada

gunanya. Bagi petugas pelayanan

kesehatan agar lebih meningkatkan

dukungan dan promosi kesehatan

tentang ASI Eksklusif

DAFTAR PUSTAKA

1

AstutiIsroni.Determinan

Pemberian Asi Eksklusif Pada

Ibu Menyusui. Jurnal Health

Quality.

2013;4(1): 1-76.

2 Arikunto,Suharsimi.ProsedurPeneli tian. Jakarta: Rineka Cipta: jakarta ; 2013

3 Astutik. 2014. Payudara dan Laktasi. Jakarta : Salemba Medika 4 Ayu. Ela Widiati. (2008). Intenet.

(12)

ibu tentang ASI dan pemberian

ASI Eksklusif”.

http://www.unissula.ac.id. Diakses 24 Mei 2015.

5 Azwar, Saifuddin. 2008. Sikap

Manusia, Teori dan

Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

6 Baskoro, Anto. (2008). ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta : Banyumedia

7 Cernades. (2002). Faktor yang mempengaruhi peningkatan durasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan : Brazil

8 DinKes PemProv Riau, Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2012. Pekanbaru: DinKes PenProv Riau; 2012

9 Dimyati. 2014. “Ibu Menyusui Meningkat 10 Persen”. diperoleh 13 November 2014

10 Handayani. (2009). “Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif berdasarkan karakteristik ibu di puskesmas sukawarna kota bandung. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.

11 Haryono, Setianingsih. 2014. Manfaat ASI Eksklusif Untuk Buah Hati Anda. Yogyakarta : Gosyen Publishing

12 Hidajati A. (2012). Mengapa seorang ibu harus menyusui?. Yogyakarta: Flashbook.

13 Ida. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif 6 bulan si Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok Tahun 2011. Thesis. Jakarta. FKM-Universitas Indonesia.

14 Josefa, K. G. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI ekslusif pada ibu. Diperoleh 6 Juli 2014 dari

http://eprints.undip.ac.id/33391/1/K hrist_Gafriela.pdf.

15 Lestari, A. 2012. Motivasi Ibu Bekerja Dalam Memberikan ASI Eksklusif di PT Dewhirst Mens wear Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan Universirtas Padjadjaran.

16 Lestari. D. (2009). Faktor Ibu Bayi yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia tahun 2007. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia. 17 Maryunani. 2012. Inisiasi Menyusui

Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Jakarta : Trans Info Medika

18 Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

(13)

19 Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

20 Novita. D. (2008). Hubungan karakteristik ibu, faktor pelayanan kesehatan immediate breastfeeding dan pemberian kolostrum dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja puskesmas Pancoran Mas Depok tahun 2008. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.

21 Pertiwi. 2012. “Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang”. diperoleh 12 November 2014

22 Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung : ALFABETA

23 Roesli, Utami. (2000). Mengenal SI Eksklusif. Jakarta: Agri Wijaya 24 Rahmawati A, Burhanuddin Bahar,

Abdul Salam. 2011. Hubungan Antara Karakteristik Ibu, Peran Petugas Kesehatan Dan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone.

25 Rohani. 2010. ”Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kegagalan pemberian ASI eksklusif pada ibu bayi usia 6-9 bulan di Kota

Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.Tesis.Bali: Universitas Udayana.

26 Suryaningsih, C. 2011. Demonstrasi dan Pendampingan Menyusui Terhadap Motivasi dan Kemmpuan Ibu Dalam Pemberian ASI di Ruang Peritonologi RSUD Cimahi, Bandung: STIKes Jendral Ahmad Yani

27 Suradi, R. 2003. Peranan Lingkungan untuk Menunjang Keberhasilan Laktasi, Bunga Rampai Menyusui dan Rawat Gabung. Jakarta

28 Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika

29 Syafrudin. 2011. Penyuluhan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). Jakarta : Trans Info Media

30 Tarigan, I. U., & Aryastami, N. K. (2012). Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu bayi terhadap pemberian asi eksklusif. Diperoleh tanggal 21 Agustus 2014 dari

http://download.portalgaruda.org/ar ticle. php?article=80758&val=4892 31 Wiji. 2013. ASI dan Panduan Ibu

Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika

32 Yanti, Sundawati. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Belajar

(14)

Menjadi Bidan Profesional. Bandung : PT Refika Aditama 33 Yuliarti. 2010. Keajaiban ASI

Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta : C.V Andi Offset

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini pembuatan buku sebagai upaya melestarikan produk lokal ialah sebagai upaya mendokumentasikan atau mempublikasikan guna menyajikan sebuah informasi akan

Berdasarkan hasil penelitian hubungan pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan perilaku dalam pemberian ASI Eksklusif pada ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Tegalrejo

Laporan resmi dikumpulkan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan, setelah mendapat persetujuan (ACC) dari asisten kelompok

Secara berkelompok dan dengan bimbingan fasilitator berdiskusi terkait konsep dan prinsip komunikasi efektif dalam pembelajaran serta kegunaan pengetahuannya

ASI tidak dapat digantikan oleh makanan atau minuman apapun walaupun ibu dalam keadaan bekerja di luar rumah, faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pemerolehan acqusition bahasa adalah suatu teori siasat yang dimiliki dan dibutuhkan oleh anak-anak untuk

Dalam pembuatan animasi frame by frame, kita harus membuat gambar pada setiap framenya, supaya gambar tiap frame berbeda kita perlu mengunci gambar di setiap

Pembangunan Daerah Tertinggal membutuhkan pendekatan perwilayahan (regional development approach) yang bersinergi antar lintas pelaku (sektor), karena itu diperlukan program