• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EDUKASI TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PERILAKU PEKERJA SEKS KOMERSIAL JALANAN YOGYAKARTA TAHUN 2006 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH EDUKASI TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PERILAKU PEKERJA SEKS KOMERSIAL JALANAN YOGYAKARTA TAHUN 2006 SKRIPSI"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EDUKASI TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PERILAKU PEKERJA SEKS KOMERSIAL JALANAN YOGYAKARTA

TAHUN 2006

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Vincensius Anjar Trilaksono NIM: 028114095

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Tiap Nafasku Adalah Buah Kasih-Nya,

Terimakasih Tuhan

Untuk Detik Ini....

Karya ini aku persembahkan untuk :

Keluargaku tercinta : Bapak, Ibu, Mbak Nung, Mas Anank

Acilku

Diriku Sendiri

Paonk_Community

(5)
(6)

INTISARI

Kasus penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired

Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia setiap tahun mengalami

peningkatan yang cukup besar. Prevalensi HIV secara umum di Indonesia terjadi pada kelompok-kelompok yang berisiko tinggi. Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan suatu kelompok yang berisiko tinggi terhadap peningkatan penyebaran penyakit HIV/AIDS. Pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS yang rendah akan lebih meningkatkan risiko untuk terinfeksi penyakit HIV/AIDS dan dapat meningkatkan penyebaran penyakit HIV/AIDS pada kelompok masyarakat yang lebih luas terutama para pelanggan atau pengguna layanan seks pada PSK.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan sikap terhadap ketaatan penggunaan kondom pada PSK Jalanan Yogyakarta sesudah pemberian edukasi tentang HIV/AIDS.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (quasi

experiment design) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah

rancangan penelitian one group pre-tes post-test. Metode survei yang digunakan dengan instrumen penelitian kuesioner sebanyak 29 orang dan wawancara terstruktur terhadap 6 orang. Analisis yang dilakukan adalah analisis statistik deskriptif evaluatif dan statistik uji menggunakan Paired Sampel T Test.

Hasil untuk uji dengan Paired Sampel T Test menunjukkan perbedaan yang signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS pada PSK Jalanan Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Persentase perubahan nilai pengetahuan bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja yang menunjukkan perubahan paling tinggi yaitu: SD (15,6%), kelompok umur 21-40 tahun (20,7%), lama kerja lebih dari 4 tahun (18,6%). Persentase perubahan nilai sikap bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja yang menunjukkan perubahan paling tinggi yaitu: SD (20,7%), kelompok umur 21-40 tahun (10,0%), dan lama kerja lebih dari 4 tahun (11,7%).

Kata kunci: edukasi, pekerja seks komersial, HIV/ AIDS, kondom

(7)

ABSTRACT

The distribution cases of Human Immunodeficiency Virus (HIV) and Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) in Indonesia increased significantly every year. Generally, the prevalence of HIV in Indonesia was turned out to the high-risk groups. Prostitute is a group which has a high risk to the increase of the spreading of HIV/AIDS disease. Lack of knowledge to the HIV/AIDS disease would increase the risk of being infected by HIV/AIDS disease extensively. Moreover, it also could increase the spread of HIV/AIDS disease to the broader society specifically the costumers or the sex service users of prostitute.

The purpose of this research was to know the knowledge change about HIV/AIDS and the obedience attitude of the use of condom to the Jogjakarta street prostitutes after being given the education about HIV/AIDS.

This research was included in Quasi Experimental Research, where as the applied research plan was a one group pre-tes post-test plan. The number of participants in the survey method by distributing the questionnaire research instrument was 29 people, whereas the number of participants by conducting structured interview was six people. Analysis which was completed was evaluative descriptive statistics analysis. At the same time, testing statistics employed T-Test Paired Sample.

The test results with T-Test Paired Sample showed the significant difference to the knowledge variable and the prostitutes attitude toward HIV/AIDS before and after giving the education. The percentage of knowledge value change considered from education level, age, and working period, which showed the most significant change, that is, Elementary Level (15,6%), 21-40 years old (20,7%), more than 4 year (18,6%). The percentage of attitude value change considered from education level, age, and working period which showed the most significant change, that is, Elementary Level (20,7%), 21-40 years old (10,0%), and more than 4 year (11,7%).

Keyword: education, commercial sex worker, HIV/AIDS, condom

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan anugerah serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini serta memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.

2. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.

3. Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

(9)

5. Sri Hartati Yuliani M.Si, Apt. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan.

6. Walikota Yogyakarta c.q BAPEDA DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di kota Yogyakarta.

7. Direktur PKBI DIY beserta staf dan relawan yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

8. Bapak dan Ibu tercinta atas kasih sayang, doa serta dukungannya baik moril maupun materiil.

9. Kakakku Anang dan mbak Nunung atas doa dan dukungannya selama ini. 10. Ratna, Dhek Esthi, Om Heru, yang selalu memberi dukungan dan semangat. 11. Alumni SMU N 1 Wates: Dian (Bombay), Ridwan, Aris, Wicak, Nopek,

Didik, Mbladus, Merry, Lisa, Arum, Naning, Nana (Artya), Yos, Hate, Eny, atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini.

12. Sahabat-sahabatku angkatan 02 kelas B: Adhekku Novi, Riri, Grace, Ema, Astu, Rina, Lisa, Conny, Winda, Heri (Kumal), Arinawa, Rio, Haryu (Gopa), Tepe, Antok, Asti, Ardyan, Reni, Puri, Rika atas persahabatan, kebersamaan dan dukungannya selama ini.

13. Teman-temanku di Kampus: Edi, Ferry, Afu, Elni, Tesa, Ratih, Via, Made, Meta, Sindu, Ciput, Fretty, Tori, Firman, Kobo, Thomas, Eko, Oki, Iyok, Nango, Baja, Dita, Rani, Tatih, atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini.

(10)

14. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi ini: Kobo, Teh Themy, Mbak Ririn, Mbak Dio atas segala saran, kebersamaan, keceriaan dan dukungannya selama ini.

15. Sobat-sobatku sekontrakan: Arinawa, Heri, Kobo, Haryu, atas persahabatan, keceriaan dan kebersamaannya selama ini.

16. Teman-teman komunitas remaja jalanan Yogyakarta (Minority): Aleks, Bagus, Gendonk, Penjol, Gundul, Kikuk, Bahlul, Anto, Indra, Sandy, Riwan (Gebluk), Samsul, Cecep, Anton, Budi, Inul, Hendrik, Acong, Kenyunk, Adit, atas pelajaran kehidupan, persahabatan dan kebersamaannya selama ini. 17. Teman-teman relawan PKBI DIY: T’ni (si kecil), Adi (kriting), Rini, Gama, Sulis, Teh Nurul, Mbak Ika, Dini, Mbak Titin, Mala, Dewi, Jacki, Ofick, atas persahabatan, kebersamaan dan dukungannya selama ini.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 20 Agustus 2007

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

INTISARI ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 1. Perumusan masalah ... 4 2. Keaslian penelitian ... 4 3. Manfaat penelitian ... 5 B. Tujuan ... 5 1. Tujuan umum ... ... 5 2. Tujuan khusus ... 5 xi

(12)

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 7 A. HIV/AIDS ... 7 B. Kondom... 14 C. Edukasi... 19 D. Perilaku ... 21 1. Pengetahuan ... 22 2. Sikap ... 24 3. Tindakan ... 25

E. Pekerja Seks Komersial ... 25

F. Landasan Teori ... 26

G. Hipotesis ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28

B. Variabel ... 29 C. Definisi Operasional ... 29 D. Subyek Penelitian ... 29 E. Tempat Penelitian ... 30 F. Teknik Sampling ... 31 G. Instrumen Penelitian ... 31

H. Tata Cara Penelitian ... 32

1. Analisis situasi ... 32

2. Pembuatan Kuesioner ... 32

3. Validitas dan Reliabilitas ... 33

(13)

4. Pembuatan Leaflet ... 34

5. Penyebaran Kuesioner ... 34

6. Pemberian Edukasi ... 35

7. Wawancara Terstruktur ... 35

8. Pengolahan Data ... 36

9. Analisis Data Penelitian ... 36

I. Kesulitan Penelitian ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Karakteristik PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006 ... 38

1. Tingkat Pendidikan Terakhir ... 38

2. Umur ... 39

3. Lama Kerja ... 40

B. Pengaruh Edukasi Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006 yang Menjadi Responden.... 41

C. Perubahan Pengetahuan dan Sikap PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006 Setelah Pemberian Edukasi Tentang HIV/AIDS Bila Dilihat Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Umur, dan Lama Kerja ... 44

1. Persentase Perubahan Pengetahuan ... 44

2. Persentase Perubahan Sikap ... 47

D. Rangkuman Pembahasan ... 51

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

(14)

DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN... 59 BIOGRAFI PENULIS ... 77

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Obat-obat Antiretroviral Golongan RTI... 9

Tabel II. Obat-obat Antiretroviral Golongan NNRTI... 9

Tabel III. Obat-obat Antiretroviral Golongan PI ... 10

Tabel IV. Obat-obat Antiretroviral Golongan FI ... 10

Tabel V. Hasil Jawaban Kuisioner Untuk Item Pertanyaan Pengetahuan... 42

Tabel VI. Hasil Jawaban Kuisioner Untuk Item Pertanyaan Sikap ... 43

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Patogenesis Infeksi HIV... 12 Gambar 2. Perjalanan Infeksi HIV... 13 Gambar 3. Perilaku dan Manifestasinya ... 22 Gambar 4. Persentase Karakteristik Responden (PSK Jalanan

Yogyakarta) Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 38 Gambar 5. Persentase Karakteristik Responden (PSK Jalanan

Yogyakarta) Berdasarkan Umur ... 39 Gambar 6. Persentase Karakteristik Responden (PSK Jalanan

Yogyakarta) Berdasarkan Lama Kerja ... 40 Gambar 7. Persentase Jawaban Kuesioner Pre Tes dan Post Tes Pada

Responden (PSK Jalanan Yogyakarta) ... 42 Gambar 8. Persentase Perubahan Pengetahuan Tentang HIV/AIDS

Pada PSK Jalanan Yogyakarta berdasarkan Perbedaan Tingkat

Pendidikan ... 45 Gambar 9. Persentase Perubahan Pengetahuan Tentang HIV/AIDS

Pada PSK Jalanan Yogyakarta berdasarkan Perbedaan Umur .. 46 Gambar 10. Persentase Perubahan Pengetahuan Tentang HIV/AIDS

Pada PSK Jalanan Yogyakarta Berdasarkan Perbedaan Lama

Kerja ... 47

(17)

Gambar 11. Persentase Perubahan Sikap Ketaatan Penggunaan Kondom Pada PSK Jalanan Yogyakarta Berdasarkan Perbedaan

Tingkat Pendidikan ... 48 Gambar12. Persentase Perubahan Sikap Ketaaatan Penggunaan Kondom

Pada PSK Jalanan Yogyakarta Berdasarkan Perbedaan Umur .. 50 Gambar 13. Persentase Perubahan Sikap Ketaatan Penggunaan Kondom

Pada PSK Jalanan Yogyakarta Berdasarkan Perbedaan Lama

Kerja ... 51

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat ijin penelitian ... 59

Lampiran 2. Kuisioner penelitian ... 61

Lampiran 3. Panduan wawancara ... 63

Lampiran 4. Hasil skoring pre test ... 64

Lampiran 5. Hasil skoring post test ... 65

Lampiran 6. Hasil uji normalitas data dan uji T-Test ... 66

Lampiran 7. Hasil wawancara ... 67

Lampiran 8. Lefleat HIV/AIDS ... 71

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu

penyakit yang disebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh akibat infeksi

Human Immunodeficiency Virus (HIV). Permasalahan HIV/AIDS telah sejak lama

menjadi isu bersama, terutama dalam bidang kesehatan. Perkembangan kasus HIV/AIDS mempunyai peningkatan prevalensi yang cukup tinggi.

Pada saat ini sebanyak 40 juta orang lebih telah terinfeksi HIV di seluruh dunia. Pada tahun 2006 ini saja diestimasikan sekitar 4,3 juta orang baru terinfeksi HIV dan sebanyak 2,6 juta orang meninggal terkait dengan HIV dan AIDS. Di Indonesia sampai akhir September 2006 dilaporkan sebanyak 6.987 orang penderita AIDS. Dari jumlah itu, 1.651 orang atau 23,63% penderita AIDS diantaranya meninggal dunia (Anonim, 2006c).

Dari data tersebut terjadi peningkatan yang cukup besar, dilihat dari hasil pelaporan kasus sampai dengan 31 Maret 2006 kasus AIDS tahun 2005 sebanyak 2638 kasus dan tahun 2006 sampai Maret dilaporkan sebanyak 502 kasus. Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan adanya kasus HIV/AIDS dan sampai tahun 2006 tercatat ada 16 propinsi yang prevalensinya sudah di atas 5%, termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DIY yang juga selaku pelaksanaan harian ketua Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) DIY dr. Bondan Agus Suryantara menjelaskan, kasus AIDS di

(20)

DIY menurut data dari tahun ketahun selalu mengalami peningkatan. Bahkan sampai sekarang sudah mencapai 200 orang yang terjangkit AIDS (Anonim, 2006a).

Prevalensi HIV secara umum di Indonesia terjadi di kelompok-kelompok berisiko tinggi, salah satunya adalah Pekerja Seks Komersial (PSK). Departemen Kesehatan melaporkan pada tahun 2006 terdapat jumlah orang yang tertular HIV di Indonesia berkisar antara 169.000-216.000 orang. Sementara itu estimasi terhadap PSK sebanyak 100.000-265.000 yang ada di Indonesia terdapat sebanyak 8.200-9.640 PSK telah terinfeksi HIV, padahalpelanggan PSK ini sekitar 2,5-3,8 juta orang dan hanya sekitar 15% yang menggunakan kondom. Data tersebut dapat diasumsikan sebanyak 25-31 ribu pelanggan tersebut terinfeksi HIV (Anonim, 2006b). Kasus HIV/AIDS akan terus meningkat dengan meningkatnya pola perilaku seks yang tidak aman, dalam hal ini perilaku seks yang tidak menggunakan kondom. Perilaku seks yang tidak aman ini akan merugikan banyak pihak yaitu para PSK, pelanggan ataupun orang-orang lain yang berinteraksi seksual dengan pelanggan itu sendiri.

Terlihat dari data diatas bahwa penggunaan kondom sangat berperan penting dalam mencegah peningkatan penyebaran HIV/AIDS. Rendahnya posisi tawar para PSK dalam melayani pelanggan dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi (kespro) yang masih relatif rendah menyebabkan kecilnya persentase penggunaan kondom pada PSK. Keadaan ini ditunjang dengan mobilitas PSK yang cukup tinggi yang dapat menyebabkan meluasnya penyebaran HIV/AIDS.

(21)

3

Pernyataan Wahyuni (2005) yang menyebutkan bahwa perempuan yang terpaksa bekerja sebagai PSK atau perempuan yang dilacurkan (pedila) tidak mampu meyakinkan tamu atau kliennya untuk menggunakan kondom. Sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kespro melaporkan bahwa penyebaran IMS dan HIV/AIDS pada perempuan/wanita PSK masih cukup tinggi (Anonim, 2005).

Pekerja Seks Komersial (PSK) Jalanan dianggap liar oleh pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah tidak memberikan program khusus yang ditujukan bagi PSK Jalanan. Keadaan ini menyebabkan salah satu hak kesehatan reproduksi PSK Jalanan Yogyakarta tidak terpenuhi, yaitu hak untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Hal ini yang mengakibatkan pengetahuan PSK Jalanan tentang kespro masih rendah.

Keadaan-keadaan tersebut di atas melatarbelakangi peneliti untuk memberikan edukasi terhadap PSK Jalanan Yogyakarta. Pemberian edukasi pada penelitian ini diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan para PSK Jalanan Yogyakarta tentang penyakit HIV/AIDS. Peningkatan pengetahuan para PSK Jalanan Yogyakarta diharapkan dapat merubah sikap sehat PSK dalam ketaatan penggunaan kondom sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit HIV/AIDS. Perubahan perilaku seksual PSK menuju safe sex dalam melayani para tamu dan kesadaran bahaya HIV/AIDS dapat mencegah meningkatnya angka prevalensi kasus HIV/AIDS.

(22)

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah yang dapat diperoleh yaitu:

a. seperti apakah karakteristik PSK Jalanan Yogyakarta tahun 2006?

b. apakah edukasi tentang HIV/AIDS berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi responden?

c. bagaimana perubahan pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta tahun 2006 setelah pemberian edukasi tentang HIV/AIDS bila dilihat berdasarkan perbedaan umur, tingkat pendidikan, dan lama kerja?

2. Keaslian penelitian

Penelitian yang pernah dilakukan adalah “Studi Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika di Kalangan Pekerja Seks Komersial (PSK) di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta” oleh Sutama (2005).

Perbedaan penelitian Sutama dengan penelitian yang saya lakukan, terdapat pada metode penelitian, tempat penelitian, waktu, dan subyek penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner yang diberikan sebelum (pretest) dan sesudah (postest) pemberian edukasi dan wawancara terstruktur dengan para PSK Jalanan Yogyakarta. Edukasi diberikan melalui suatu penyuluhan dalam program ”kamis sehat”, pemberian edukasi perindividu antara peneliti dan responden, dan pemberian leaflet. Pemberian edukasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada para PSK Jalanan

(23)

5

Yogyakarta dan mengetahui pengaruhnya terhadap sikap para PSK Jalanan Yogyakarta pada tahun 2006.

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengaruh edukasi atau informasi tentang HIV/AIDS di kalangan PSK Jalanan Yogyakarta.

b. Manfaat praktis

Data yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pihak-pihak terkait dalam menangani masalah HIV/AIDS dan memberikan informasi tentang HIV/AIDS sehingga diharapkan dapat mencegah dan menekan penyebaran penyakit HIV/AIDS.

B. Tujuan 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perubahan pengetahuan dan sikap sehat para PSK Jalanan Yogyakarta setelah pemberian edukasi tentang HIV/AIDS.

2. Tujuan khusus

a. mengetahui karakteristik PSK Jalanan Yogyakarta tahun 2006.

b. mengetahui pengaruh edukasi tentang HIV/AIDS terhadap pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi responden.

(24)

c. mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta tahun 2006 setelah pemberian edukasi tentang HIV/AIDS bila dilihat berdasarkan perbedaan umur, tingkat pendidikan, dan lama kerja.

(25)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu virus yang

menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency

Syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit yang disebabkan turunnya sistem

kekebalan tubuh (Murni, 2003).

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dilihat dari

masing-masing kata yang menyusunnya mempunyai arti sebagai berikut: Acquired (didapat) berarti AIDS ditularkan dari satu orang ke orang lain. Immuno (kebal) yaitu sistem pertahanan atau kekebalan tubuh yang melindungi tubuh terhadap infeksi. Deficiency (kekurangan) menunjukkan adanya kadar atau nilai yang kurang normal. Syndrome (sindrom) merupakan suatu kumpulan tanda atau gejala yang bila didapatkan secara bersamaan menunjukkan bahwa seseorang mengidap suatu penyakit atau keadaan tertentu.

Pada dasarnya, HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Human Immunodeficiency Virus hidup dan berkembang biak pada cairan tubuh yang mengandung sel darah putih, seperti darah, cairan plasenta, air mani atau cairan sperma, cairan sumsum tulang, cairan vagina, air susu ibu, dan cairan otak (Silalahi, 2004).

Orang yang terkena HIV terkadang sulit dikenali. Seseorang yang terinfeksi HIV terkadang masih terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala-gejala

(26)

terinfeksi HIV. Human Immunodeficiency Virus dapat menular ke orang lain melalui:

1. hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV

2. jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian 3. mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV

4. ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu atau ASI (Anonim, 2006b).

Infeksi HIV lebih dari 80% diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90% terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain (Anonim, 2006b).

Tanda-tanda klinis penderita AIDS yaitu berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan, demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, penurunan kesadaran dan gangguan pada sistem syaraf.

Penatalaksanaan pada infeksi HIV/AIDS menggunakan terapi antiretroviral. Tujuan terapi antiretroviral yaitu mengurangi morbiditas dan mortalitas terkait HIV, memperbaiki mutu hidup, memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan, dan menekan replikasi virus semaksimal mungkin dalam waktu yang lama. Setiap jenis Antiretroviral (ARV) menyerang HIV dengan cara yang

(27)

9

berbeda. Antiretroviral (ARV) tidak membunuh virus melainkan memperlambat pertumbuhan virus (Anonim, 2004b).

1. Reverse transcriptase inhibitor (RTI).

Obat ini menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA. Proses perubahan ini diperlukan virus untuk bereplikasi. Sebagian besar adalah analog nukleosida (NRTI).

Tabel I. Contoh obat-obat Antiretroviral Golongan RTI

Obat Dosis Lamivudine (3TC) 2 (150mg: 1, 2x/hari) atau 1 (300mg; 1, 1x/hari)

Abacavir (ABC) 2 (300mg: 1, 2x/hari atau 2. 1x/hari)

Zidovudine (AZT) 2 (300mg: 1, 2x/hari); atau 6 (100mg: 2, 3x/hari)

Stavudine (d4T) Berat badan (BB) ≥60kg 40mg, BB <60kg 30mg; 1, 2x/hari Zalcitabine (ddC) 3 (0,75mg: 1, 3x/hari)

Didanosine (ddI)

Berat badan (BB) >60kg: 400mg (tablet dapar: 200mg, 2x/hari; atau tablet dapar/EC: 400mg, 1x/hari); atau 500mg (bubuk: 250mg, 2x/hari) BB <60kg: 250mg (tablet dapar: 125mg, 2x/hari; atau tablet dapar/EC: 250mg, 1x/hari); atau 334mg (bubuk: 167mg, 2x/hari) Emtricitabine

(FTC) 1 (200mg; 1x/hari) Tenofovir (TDF) 1 (300mg: 1, 1x/hari)

2. Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)

Obat ini juga mengganggu proses penciptaan DNA virus dari RNA, dengan mengikat pada enzim reverse transcriptase dan menghalangi kegiatannya.

Tabel II. Contoh obat-obat Antiretroviral Golongan NNRTI

Obat Dosis Delavirdine (DLV) 12 (100mg; 4, 3x/hari) atau 6 (200mg; 2, 3x/hari)

Efavirenz (EFV) 3 (200mg; 3, 1x/hari) atau 1 (600mg; 1, 1x/hari)

Nevirapine (NVP) 1 (200mg; 1, 1x/hari untuk 2 minggu pertama) kemudian 2 (200mg; 1, 2x/hari)

(28)

3. Protease inhibitor (PI)

Menghambat kerja enzim protease yang memotong rantai protein HIV menjadi protein tunggal. Protein tunggal jika bergabung akan menjadi virus baru yang siap bekerja.

Tabel III. Contoh obat-obat Antiretroviral Golongan PI

Obat Dosis Amprenavir (APV) 8 (150mg; 4, 2x/hari) + ritonavir 2 (100mg; 1, 2x/hari); atau 16 (150mg; 8, 2x/hari)

Atazanavir 2 (200mg; 2, 1x/hari untuk orang yang baru pakai ART) atau 3 (150mg; 2, + 1x 100mg ritonavir, 1x/hari) Darunavir 6 (300mg; 2 + 1 ritonavir, 2x/hari)

Fosamprenavir 4 (700mg; 2, 2xhari) atau 2 (700mg; 2+2 ritonavir, 1x/hari; atau 700mg; 1+1 ritonavir 2x/hari)

Indinavir (IDV)

4 (400mg; 2, 2x/hari) + ritonavir 2 (100mg; 1, 2x/hari); atau 6 (400mg: 2, setiap 8 jam, tidak 3x/hari) atau 9 (333mg; 3 setiap 8 jam)

Lopinavir/ritonavir (LPV/r)

6 (kapsul warna oranje 133mg lopinavir + 33mg ritonavir: 3, 2x/hari); 4 (tablet warna kuning 200mg lopinavir + 50mg ritonavir: 2, 2x/hari)

Nelfinavir (NFV) 10 (250mg; 5, 2x/hari); atau 9 (3, 3x/hari) Saquinavir (SQV) 6 (500mg: 2 + 1 100mg ritonavir, 2x/hari) Tipranavir 8 (250mg, 2 + 2 ritonavir, 2x/hari)

Ritonavir (RTV) 12 (100mg: 6, 2x/hari)

4. Fusion Inhibitor (FI)

Obat pada kelompok ini mempunyai fungsi mencegah pengikatan HIV pada sel. Tabel IV. Contoh obat Antiretroviral Golongan FI

Obat Dosis Enfuvirtide (T-20) 2 suntikan per hari. 90mg per suntikan

Mekanisme utama patogenesis infeksi HIV adalah melalui perlekatan selubung glikoprotein virus pada molekul CD4 (cluster designation 4). Molekul

(29)

11

ini merupakan reseptor dengan afinitas paling tinggi terhadap protein selubung virus. Partikel HIV yang berikatan dengan molekul CD4 kemudian masuk ke dalam sel hospes melalui fusi antara membran virus dengan membran sel hospes (Handayani, 2001).

Molekul CD4 banyak terdapat pada sel limfosit T. Banyak bukti menunjukkan bahwa molekul CD4 memegang peranan penting pada petogenesis dan efek sitopatik HIV. Efek sitopatik ini paling tinggi terjadi pada sel dengan densitas molekul CD4 permukaan yang paling tinggi yaitu sel limfosit T (Handayani, 2001).

Sekali virus HIV masuk ke dalam sel, maka enzim yang terdapat dalam nukleoprotein menjadi aktif dan memulai siklus reproduksi virus. Nukleoprotein inti virus menjadi rusak dan genom RNA virus akan ditranskripsi menjadi DNA untai ganda oleh enzim reverse transcriptase dan kemudian masuk ke nukleus. Enzim integrase akan mengkatalisa integrasi antara DNA virus dengan DNA genom dari sel hospes. Bentuk DNA integrasi dari HIV disebut provirus, yang mampu bertahan dalam bentuk inaktif selama beberapa bulan atau beberapa tahun tanpa memproduksi virion baru. Hal tersebut menyebabkan infeksi HIV pada seseorang dapat bersifat laten dan virus terhindar dari sistem imun hospes (Handayani, 2001).

Partikel virus yang infeksius akan terbentuk pada saat sel limfosit T teraktivasi. Aktivasi sel limfosit T yang telah terinfeksi HIV akan mengakibatkan aktivasi provirus juga. Ribo Nucleic Acid (RNA) virus akan membentuk membran dan menggunakan membran plasma sel hospes yang telah dimodifikasi dengan

(30)

glikoprotein virus. Pada beberapa kasus aktivasi provirus HIV dan pembentukan partikel virus baru dapat menyebabkan lisisnya sel yang terinfeksi (Handayani, 2001).

Selama periode laten, HIV dapat berada dalam bentuk provirus yang berintegrasi dengan genom DNA hospes, tanpa mengadakan transkripsi. Hal ini penting karena monosit pada individu yang terinfeksi HIV cenderung melepaskan sitokin dalam jumlah besar sehingga dapat menyebabkan meningkatnya transkripsi virus. Infeksi beberapa virus dapat meningkatkan transkripsi provirus DNA pada HIV sehingga berkembang menjadi AIDS. Patogenesis HIV/AIDS secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:

HIV Virus HIV menginfeksi T-Cell Virus HIV baru T-Cell

Gambar 1. Patogenesis Infeksi HIV

Perjalanan infeksi HIV setelah menginfeksi tubuh selama 2-3 minggu terjadi sindrom retroviral akut. Sindrom retroviral akut ditandai oleh penurunan CD4 dan peningkatan kadar RNA-HIV dalam plasma. Gejala menghilang dan terjadi serokonversi setelah mengalami sindrom retroviral akut 2-3 minggu. Serokonversi merupakan perubahan tes antibodi HIV yang semula negatif menjadi positif. Setelah mengalami serokonversi terjadi infeksi kronis HIV-asimptomatik. Infeksi kronis HIV-asimptomatik adalah infeksi HIV tanpa adanya gejala. Infeksi

(31)

13

kronis HIV-asimptomatik berlangsung selama kira-kira 8 tahun sebelum terjadi infeksi HIV/AIDS simptomatik (kondisi dengan gejala). Pada kondisi infeksi HIV/AIDS simptomatik pasien sudah jatuh dalam keadaan AIDS yang ditandai dengan terjadinya infeksi oportunistik. Setelah rata-rata 1-3 tahun pasien akan meninggal dunia (Anonim, 2004b). Perjalanan infeksi HIV dapat dilihat pada gambar 2. 2-3 minggu 6-9 minggu rata-rata 8 tahun rata-rata 11 tahun Virus Antibody

Gambar 2. Perjalanan Infeksi HIV

Infeksi HIV/AIDS dapat menyerang siapa saja. Kelompok yang mempunyai risiko tinggi tertular HIV penyebab AIDS, yaitu:

1. orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom

2. pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama

3. pasangan seksual pengguna narkoba suntik 4. bayi yang ibunya positif HIV (Anonim, 2006b).

I

Innffeekkssii

v

(32)

Penanggulangan HIV/AIDS yang disarankan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yaitu:

1. melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang pencegahan dan penularan HIV/AIDS

2. memberikan pemahaman kepada kelompok masyarakat berisiko tentang cara pemeriksaan untuk diagnosa HIV/AIDS melakukan sosialisasi untuk mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA

3. membantu pembentukan dan pemfungsian Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Provinsi atau Kabupaten atau Kota

4. mendorong munculnya dukungan peraturan perundang-undangan dan dukungan penganggaran berkaitan dengan upaya pencegahan atau penanggulangan HIV/AIDS

5. mengorganisasi suatu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau aktif pada LSM yang peduli HIV/AIDS untuk melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS (Sara, 2006).

B. Kondom

Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbuat karet/lateks, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma (Farida, 2006).

Kondom berfungsi sebagai penghambat atau dinding yang mencegah terjadinya pertukaran cairan tubuh dan jika digunakan secara benar. Human

(33)

15

memberi jaminan perlindungan 100%, tetapi kondom merupakan alat perlindungan yang paling baik. Bila terlibat hubungan seks yang mengandung risiko, penggunaan kondom 10.000 kali lebih terlindung daripada tidak menggunakan kondom asal saja menggunakan kondom bermutu tinggi serta dipergunakan secara benar dan konsisten(Anonim, 2007a).

Studi laboratorium menunjukkan bahwa kondom lateks sangat kedap untuk mencegah masuknya HIV, hepatitis dan herpes. Kondom yang terbuat dari usus domba tidak bisa digunakan untuk mencegah masuknya HIV. Hal tersebut diketahui dari penelitian yang dilakukan pada kondom yang terbuat dari usus domba melalui mikroskop elektron dengan pembesaran 30.000 kali. Pada penelitian itu menunjukkan bahwa partikel HIV yang berukuran 0,1 mikron bisa terlihat sehingga dapat disimpulkan kondom yang terbuat dari usus domba mempunyai pori (Anonim, 2007a).

Kelebihan pemakaian kondom sebagai alat kontrasepsi: 1. efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar

2. murah dan mudah didapat tanpa resep dokter dan dapat didistribusikan oleh dan untuk masyarakat (community based)

3. praktis dan dapat dipakai sendiri 4. tidak ada efek hormonal

5. dapat mencegah kemungkinan penularan Penyakit Menular Seksual termasuk HIV/AIDS

(34)

7. kondom menggunakan pelicin/pelumas sehingga dapat menambah frekuensi hubungan seksual dan secara psikologis menambah kenikmatan

8. kondom membantu suami yang mengalami ejakulasi dini

9. adanya jaminan pengawasan kualitas produksi bahwa produk layak dipasarkan. Sebelum dipasarkan kondom harus diuji di laboratorium dan harus memenuhi Standar Internasional yang ditetapkan oleh ISO (International

Organitation Standardization), CEN (Commitee European de Normalization),

dan ASTM atau American Socienty for Testing and Materials (Farida, 2006). Keterbatasan pemakaian kondom sebagai alat kontrasepsi:

1. kadang-kadang ada pasangan yang alergi terhadap karet kondom 2. kondom hanya dapat dipakai satu kali

3. secara psikologis kemungkinan mengganggu kenyamanan 4. kondom kadaluarsa mudah sobek dan bocor (Farida, 2006)

5. beberapa pria merasa bahwa kondom mengganggu hubungan seks dan mengurangi kenikmatan (Anonim, 2004a).

Kondom pria yang selama ini dipakai untuk menghindari penularan penyakit HIV-AIDS masih kurang efektif karena berbagai kendala dan alasan. Pemerintah kini sedang melakukan uji coba kondom khusus perempuan untuk mencegah dan meminimalkan penularan HIV/AIDS yang terus meningkat beberapa tahun terakhir ini (Anonim, 2004a).

Kondom wanita terbuat dari lateks. Kondom wanita mempunyai panjang 17 cm, lebar 6-7 cm, dan mempunyai beberapa aroma tertentu untuk

(35)

17

menghilangkan bau karet. Kondom wanita biasanya berwarna cerah seperti merah jambu atau bening. Beberapa jenis kondom wanita mengandung spermatisida.

Kondom khusus wanita cukup elastis dan fleksibel, sehingga mudah mengikuti kontur vagina. Bentuknya silinder dengan ujung terbukanya berbentuk cincin, dan ujung lainnya tertutup. Ujung yang tertutup diberi spons untuk menyerap sperma. Pemasangan kondom wanita sama sekali tidak sulit dan di setiap kemasan kondom yang dijual disertai cara pemakaiannya. Prinsip kondom wanita yaitu kondom akan menutupi dinding vagina dan mulut rahim, sehingga sperma atau penyakit dari pasangan tidak bisa tembus. Pemakaian kondom wanita hanya sekali pakai, dan tidak bisa dipakai berkali-kali (Anonim, 2007b).

Survei mengenai penggunaan kondom wanita di Jakarta, Papua, Jawa Barat, dan Jawa Timur menunjukkan bahwa banyak PSK yang merasa terbantu, karena bisa memproteksi diri dari IMS dan HIV/AIDS (Anonim, 2007b).

Cara menggunakan kondom yang tepat:

1. pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan, lalu dorong kondom dengan jari ke posisi bawah.

Tujuannya agar tidak tersobek saat membuka bungkusnya. Selanjutnya sobek bagian atas bungkus kondom

2. dorong kondom dari bawah agar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang kondom dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada di sebelah luar 3. pencet ujung kondom dengan ibu jari dan telunjuk agar tidak ada udara yang

(36)

4. pada saat kondom dipasang, penis harus dalam keadaan tegang (ereksi). Pasanglah kondom dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong gulungan kondom hingga pangkal penis (jangan menggunakan kuku karena kondom dapat robek)

5. setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina ketika masih ereksi, dan tahan kondom di pangkal penis dengan jari agar kondom tidak lepas dan tidak meninggalkan air mani di vagina

6. setelah menggunakan, ikat kondom agar cairan sperma tidak keluar. Kondom bekas langsung dibuang ke tempat yang seharusnya, untuk mencegah mengkontaminasi orang lain, terutama anak-anak (Farida, 2006).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan kondom:

1. periksalah tanggal kadaluwarsa pada bungkus kondom. Periksalah kondisi bungkus kondom, jangan menerima atau membeli kondom yang bungkusnya sudah rusak, ada gelembung udara di dalamnya dan berlubang

2. gunakan kondom baru setiap kali bersanggama

3. hati-hati membuka bungkus kondom, jangan sampai kondom sobek.

4. pasang kondom sebelum kontak genital, untuk mencegah masuknya sperma atau bibit penyakit ke dalam vagina, (atau sebaliknya)

5. hati-hati dalam memasang dan melepaskan kondom bagi mereka yang memiliki kuku panjang atau cincin dengan bagian yang tajam

6. jika pelicin yang ada pada kondom dirasa kurang, gunakan lubrikan atau jelly yang dianjurkan. Jangan gunakan bahan-bahan seperti vaselin, lotion, atau

(37)

19

produk minyak lainnya, karena dapat meningkatkan kemungkinan robeknya kondom

7. bila kondom pecah atau robek selama senggama, gunakan segera spermisida (busa atau gel), dan pertimbangkan menggunakan kontrasepsi darurat, untuk mencegah terjadinya kehamilan

8. simpan persediaan kondom di tempat yang sejuk dan kering. Jauhkan kondom dari sinar lampu neon dan letakan di tempat yang tidak terkena matahari langsung atau di tempat yang panas

9. sebaiknya tidak meletakan kondom di saku celana, karena suhu tubuh dapat mempengaruhi kualitas kondom. Jangan gunakan kondom bila terlihat rusak atau lapuk, karena cenderung robek (Farida, 2006).

C. Edukasi

Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi, memberi kesadaran sebagai upaya agar masyarakat dapat berperilaku sehat. Pendidik kesehatan adalah semua petugas kesehatan dan siapa saja yang berusaha untuk mempengaruhi individu atau masyarakat guna meningkatkan kesehatan mereka. Oleh karena itu, individu, kelompok ataupun masyarakat dianggap sebagai sasaran (objek) pendidikan dan

(38)

dapat pula sebagai subjek (pelaku) pendidikan kesehatan masyarakat apabila mereka diikutsertakan di dalam usaha kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

Penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan agar individu atau kelompok atau masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak mendukung nilai hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup sehat (Pratomo, 1989).

Pendidikan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik individu atau masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Seperti halnya proses pendidikan lainnya, pendidikan kesehatan mempunyai unsur masukan atau input (perilaku pemakai sarana kesehatan dan petugas kesehatan) yang setelah diolah dengan teknik-teknik pendidikan tertentu akan menghasilkan keluaran atau output (perubahan perilaku masyarakat sasaran) yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan itu (Sarwono, 2004). Pemberian edukasi akan meningkatkan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

Pelaksanaan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dapat dilakukan secara individu, kelompok maupun massal dan secara formal dan struktural, misalnya seminar, lokakarya, dan pelatihan. Pemberian KIE dapat pula dilakukan secara informal melalui jalur swasta, masyarakat, seperti mengisi rubrik kesehatan di koran, majalah, radio, televisi, atau sebagai pembicara dalam kegiatan arisan (Sara, 2006).

(39)

21

Beberapa aspek pelaksanaan KIE dalam upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS, yaitu:

a. menjelaskan tentang HIV/AIDS

b. meningkatkan pemahaman tentang perilaku aman untuk mencegah penularan HIV/AIDS. Peningkatan dilakukan dengan mengembangkan pesan-pesan kunci dalam memberikan KIE kepada keluarga dan masyarakat dari yang semula ‘ABC’ menjadi ‘ABCDE’ yaitu Abstinence, Be Faithful, Condom,

Drug, dan Equipment.

Abstinence yaitu memberikan KIE untuk tidak melakukan hubungan

seksual sebelum waktunya. Be Faithful berarti memberikan penyuluhan pentingnya berlaku setia kepada pasangan. Condom mempunyai arti yaitu membantu melakukan promosi pentingnya pemakaian kondom pada setiap aktivitas yang berisiko. Drug artinya memberikan penjelasan yang komprehensif tentang dampak buruk penggunaan napza dan penggunaan jarum suntik yang tidak higienis. Equipment berarti memberikan KIE berkaitan dengan ‘universal

precaution’ kepada para pemberi pelayanan kesehatan masyarakat.

D. Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku juga didefinisikan sebagai respons seorang individu terhadap suatu stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons dalam perilaku dibagi menjadi dua yaitu, respon bersifat

(40)

pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat dan bersikap) dan respon bersifat aktif yaitu melakukan tindakan (Sarwono, 2004).

Individu Lingkungan Perilaku Manifestasi Pengetahuan Sikap Tindakan Pengalaman

Gambar 3. Perilaku dan Manifestasinya

Perilaku kesehatan didefinisikan sebagai suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau suatu objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi:

a. perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit,

b. perilaku peningkatan kesehatan yang seoptimal mungkin apabila seseorang dalam keadaan sehat,

c. perilaku gizi (makanan) dan minuman agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah pandangan subyek terhadap suatu stimulus yang ditangkap melalui indera dan dikenal serta dipahami sehingga menimbulkan pembentukan sikap baik negatif maupun positif.

(41)

23

Macam-macam pengetahuan: a. pengetahuan/tahu bahwa.

Pengetahuan/tahu bahwa adalah pengetahuan tentang informasi tertentu, tahu bahwa sesuatu terjadi, tahu bahwa ini atau itu memang demikian adanya, bahwa apa yang dikatakan memang benar.

b. pengetahuan/tahu bagaimana

Pengetahuan jenis ini menyangkut bagaimana melakukan sesuatu. Ini dikenal sebagai know-how. Pengetahuan ini berkaitan dengan ketrampilan atau lebih tepat keahlian dan kemahiran teknik umumnya digolongkan dalam jenis pengetahuan ini.

c. pengetahuan/tahu mengenai

Yang dimaksud dengan jenis pengetahuan ini adalah sesuatu yang sangat spesifik menyangkut pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melalui pengalaman atau pengenalan pribadi. Unsur yang paling penting dalam pengetahuan jenis ini adalah pengenalan dan pengalaman pribadi secara langsung dengan objeknya (Keraf dan Dua, 2001).

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan pengetahuan yaitu adanya fasilitas. Kemudahan mendapatkan fasilitas untuk meningkatkan pengetahuan dipengaruhi oleh media. Media cetak misalnya poster, majalah, leaflet, sedangkan media elektronik misalnya televisi, radio, video dan sebagainya.

Peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi perlu memperhatikan aspek perilaku seksual. Pengetahuan tentang HIV/AIDS yang

(42)

meningkat mengakibatkan masyarakat akan lebih mudah memahami hal ihwal HIV/AIDS. Penanggulangan HIV/AIDS tidak cukup berhenti pada aspek pengetahuan, tetapi diperlukan juga perubahan sikap yang positif khususnya terhadap kesehatan reproduksi. Sikap yang positif ditunjukkan dengan semakin waspadanya masyarakat terhadap bahaya HIV/AIDS (Sara, 2006). Penelitian ini memberikan edukasi pada PSK untuk meningkatkan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS.

2. Sikap

Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu (Sarwono, 2004). Sikap positif merupakan sikap yang menunjukkan dukungan terhadap suatu obyek dengan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Sikap negatif merupakan sikap penolakan tehadap suatu obyek dan tidak melaksanakan ketentuan yang ada.

Adi (1994) menyatakan bahwa sikap seseorang dapat dibentuk atau diubah melalui cara diferensiasi. Diferensiasi yang dimaksud yaitu adanya perkembangan pengalaman, intelegensi dan pengetahuan mengakibatkan subyek dapat membedakan sesuatu yang sebelumnya dianggap sama.

Peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS melalui pemberian edukasi diharapkan dapat mengubah sikap para PSK. Sikap yang diharapkan untuk berubah adalah sikap para PSK dalam menghadapi pelanggan atau sikap dalam bekerja. Sikap untuk selalu menggunakan kondom dalam melakukan pekerjaannya dan berani menolak pelanggan yang tidak mau menggunakan

(43)

25

kondom demi satu tujuan yaitu kesehatan bersama. Perubahan sikap yang ditujukan pada pencegahan meningkatnya penyebaran HIV/AIDS.

3. Tindakan

Tindakan merupakan suatu bentuk respon aktif seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Tindakan seseorang diawali dengan mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui dan proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Weber (cit., Sarwono, 2004) berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsirannya atas suatu obyek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat.

E. Pekerja Seks Komersial

Pekerja Seks Komersial merupakan kelompok yang terbiasa melakukan aktivitas seksualnya dengan pasangan yang tidak tetap dengan kompensasi pemberian imbalan berupa uang yang telah disepakati sebelumnya (Aprilianingrum, 2002). Posisi tawar yang rendah membuat PSK rawan terserang HIV/AIDS. Alasan utama menjadi seorang PSK adalah faktor ekonomi. Hal ini mengakibatkan para PSK menuruti segala keinginan pelanggan. Pekerja Seks Komersial mempunyai mobilitas tinggi dan selalu berganti-ganti pasangan dalam hubungan seksual. Hal tersebut dapat menyebabkan tingginya peningkatan prevalensi HIV/AIDS.

(44)

Pekerja Seks Komersial Jalanan merupakan PSK yang bekerja di pinggir-pinggir jalan. Pekerja Seks Komersial Jalanan sering dianggap liar oleh pemerintah sehingga PSK Jalanan kurang mendapat perhatian khusus. Kesadaran PSK Jalanan akan penggunaan kondom masih sangat kecil karena pengetahuan tentang kespro masih rendah.

F. Landasan Teori

Pengetahuan merupakan pandangan subyek terhadap suatu stimulus yang ditangkap melalui indera dan dikenal serta dipahami sehingga menimbulkan pembentukan sikap negatif maupun positif. Sikap seseorang merupakan kecenderungan seseorang untuk berespons (secara pofitif atau negatif) terhadap suatu obyek. Sikap dapat berubah dengan adanya perkembangan pengetahuan.

Pemberian edukasi tentang kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi pengetahuan dan sikap yang berkaitan dengan kesehatan. Pemberian edukasi ini mempengaruhi individu/kelompok/masyarakat agar mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak mendukung nilai hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup sehat.

Pemberian suatu edukasi akan mempengaruhi perubahan pengetahuan seseorang terhadap sesuatu yang baru bagi orang tersebut atau lebih memperjelas sesuatu yang sudah diketahui. Perubahan pengetahuan seseorang akan mempengaruhi perubahan sikap (positif atau negatif) seseorang terhadap sesuatu hal.

(45)

27

G. Hipotesis

Pemberian edukasi tentang HIV/AIDS pada PSK Jalanan Yogyakarta akan mempengaruhi perubahan pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang HIV/AIDS dan sikap sehat dalam ketaatan penggunaan kondom pada PSK Jalanan Yogyakarta.

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan 2 jenis penelitian yaitu jenis penelitian eksperimental semu (quasi experiment design) dan jenis penelitian deskriptif. Jenis penelitian eksperimental semu menggunakan rancangan penelitian one

group pre-tes post-test. Pada rancangan penelitian one group pre-tes post-test

dilakukan pengukuran dua kali yaitu pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan (Sudjarwo, 2001). Jenis penelitian eksperimental semu digunakan untuk melihat pengaruh edukasi terhadap pengetahuan dan sikap responden. Jenis penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik dan pengaruh perbedaan tingkat pendidikan, umur dan lama kerja terhadap pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta.

B. Variabel

1. Variabel bebas: pemberian edukasi tentang HIV/AIDS pada Pekerja Seks Komersial PSK Jalanan Yogyakarta.

2. Variabel tergantung:

a. pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang HIV/AIDS.

b. sikap PSK Jalanan Yogyakarta mengenai ketaatan penggunaan kondom untuk pencegahan penyebaran HIV/AIDS.

(47)

29

C. Definisi Operasional.

1. Perilaku adalah suatu respon yang bersifat pasif berupa pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta setelah pemberian edukasi.

2. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman tentang HIV/AIDS yang dimiliki oleh PSK Jalanan Yogyakarta.

3. Sikap adalah kesadaran akan ketaatan penggunaan kondom pada PSK Jalanan Yogyakarta dalam melakukan hubungan seksual dengan pelanggan sebagai pencegah penyebaran HIV/AIDS.

4. Edukasi adalah penyampaian materi atau pemberian informasi tentang HIV/AIDS dan penggunaan kondom kepada PSK Jalanan Yogyakarta melalui penyuluhan oleh dosen-dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, pemberian leaflet, dan edukasi secara interpersonal.

5. Responden adalah PSK Jalanan Yogyakarta yang bekerja di jalanan daerah Badran dan Jalan Magelang Yogyakarta.

6. Nilai pengetahuan adalah hasil persentase perubahan skor dari kuesioner tentang pengetahuan HIV/AIDS setelah pemberian edukasi.

7. Nilai sikap adalah hasil persentase perubahan skor dari kuesioner tentang sikap penggunaan kondom setelah pemberian edukasi.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan adalah para PSK Jalanan Yogyakarta yang bekerja di Badran dan sepanjang Jalan Magelang. Pekerja Seks Komersial ini merupakan dampingan LSM Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

(48)

(PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan populasi sejumlah 91 orang (20 orang di Jalan Magelang dan 71 orang di Badran). Jumlah populasi ini diambil dari data bulan September-Desember. Peneliti mengambil 29 subyek penelitian yaitu 12 orang dari Jalan Magelang dan 19 orang dari Badran. Jumlah subyek ditentukan berdasarkan syarat penelitian deskriptif oleh Gay (cit., Sevilla, 1993) yang menyatakan pengambilan sampel dapat dilakukan minimum 10% dari keseluruhan populasi atau 20% untuk populasi yang sangat kecil dan syarat penelitian eksperimental minimal 15 orang untuk setiap populasi.

E. Tempat Penelitian

Pekerja Seks Komersial di Jalan Magelang ada 2 tempat yaitu di Denggung Sleman dan di depan Hotel M selatan perempatan ringroad Jombor. Pekerja Seks Komersial di Denggung Sleman, mereka nongkrong di suatu angkringan dan di pinggir-pinggir jalan sekitar lapangan Denggung. Pekerja Seks Komersial yang di depan Hotel M, mereka nongkrong di jalan masuk Hotel M. Mereka menunggu pelanggan dan bertransaksi di jalan masuk Hotel M. Biasanya mereka menggunakan jasa hotel untuk melakukan hubungan seks dan ada juga yang dibawa ke tempat lain oleh pelanggan.

Pekerja Seks Komersial di Badran bekerja di lingkungan rel kereta api yang aktif di sebelah barat stasiun tugu atau lebih di kenal masyarakat dengan sebutan “Ngebong”. Mereka menunggu pelanggan di pinggir-pinggir rel kereta api dengan suasana remang-remang.

(49)

31

F. Teknik Sampling

Teknik sampling yang dipergunakan pada penelitian ini adalah

nonrandom sampling dengan jenis quota sampling. Peneliti terlebih dahulu

menetapkan jumlah sampel yang akan diteliti. Sampel yang diambil sesuai dengan perhitungan untuk persyaratan penelitian deskriptif yaitu 10-20% dari populasi (91 orang). Sampel untuk persyaratan penelitian eksperimental minimal 15 orang untuk setiap populasi (Gay cit., Sevilla, 1993). Jumlah responden yang diambil sudah memenuhi syarat penelitian yaitu minimal 9-18 orang. Responden yang diambil dibatasi oleh PSK yang bersedia diajak kerja sama dalam pengisian kuesioner dan wawancara.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner, leaflet mengenai HIV/AIDS, dan panduan wawancara. Kuesioner dibuat dengan bahasa sesederhana mungkin dengan tujuan agar mudah dipahami oleh responden yang secara umum mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Panduan wawancara digunakan dengan tujuan agar wawancara yang dilakukan lebih terstruktur. Tujuan wawancara untuk lebih memperkuat data kuesioner. Leaflet digunakan sebagai media edukasi yang berisi pengetahuan mengenai HIV/AIDS dan juga tentang kondom sebagai pencegah penyebaran penyakit HIV/AIDS. Leaflet dibuat semenarik mungkin sehingga membuat PSK Jalanan Yogyakarta lebih tertarik untuk membacanya.

(50)

H. Tata Cara Penelitian 1. Analisis Situasi

Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai kemungkinan bisa tidaknya diadakan penelitian, dan melihat keseharian subyek sebelum dilakukan penelitian. Dalam melakukan analisis situasi ini peneliti di bantu oleh relawan LSM terkait yaitu PKBI DIY.

Peneliti melakukan pendekatan terlebih dahulu terhadap responden dengan didampingi relawan PKBI DIY selama 1 bulan. Penelitian ini dilakukan oleh satu tim dengan peserta 5 orang. Tim dibagi 2 bagian yaitu 2 orang dengan responden PSK di lokasi Pasar Kembang dan 3 orang dengan responden PSK Jalanan (Badran dan Jalan Magelang). Severina Sri Haryuni Wiratwanti dan Adistyawan Yoga Wicaksono di wilayah Sosrowijayan atau Pasar Kembang, mereka membagi menjadi dua bagian wilayah yaitu Sosrowijayan depan sampai tengah dan bagian Sosrowijayan tengah sampai belakang. Themy Roestian Lavatinova dan Ferawati klaudia Ida mengambil data di wilayah Badran. Penulis mengambil data di seputaran Jalan Magelang.

2. Pembuatan Kuesioner

Dalam penyusunan kuesioner ini peneliti bertanya kepada Dosen pembimbing ataupun rekan dari Fakultas Psikologi yang dianggap menguasai tata cara pembuatan kuesioner penelitian. Kuesioner dibuat dengan bahasa sesederhana mungkin dan juga dibuat dengan minta pertimbangan dari teman-teman relawan PKBI DIY yang sudah terbiasa berinteraksi dengan PSK.

(51)

33

Kuesioner dilakukan uji coba terlebih dahulu supaya pertanyaan yang diajukan pada kuesioner dapat dipahami oleh subyek uji. Kuesioner terdiri dari 16 pertanyaan dikategorikan dengan rincian 7 pertanyaan mengenai pengetahuan dan 9 pertanyaan mengenai sikap. Dari ke 16 pertanyaan tersebut dibuat 2 jenis pertanyaan yaitu 10 pertanyaan jenis favourable dan 6 pertanyaan jenis non

favourable.

3. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas

Suatu alat ukur dikatakan valid (benar/sahih) jika alat ukur tesebut jitu untuk mengukur konsep atau variable yang diukur (Adi, 2004). Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tipe validitas isi yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan rasional atau lewat profesional

judgement. Uji validitas dilakukan dengan mendiskusikan secara bertahap

kuesioner bersama dosen pembimbing, teman-teman dari Fakultas Psikologi, salah satu dosen Fakultas Psikologi dan terakhir dengan teman-teman relawan PKBI. Uji validitas dilihat dari item pertanyaan dari kuisioner yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang diinginkan.

b. Reliabilitas

Suatu alat ukur dikatakan reliabel (dapat dipercaya) jika alat ukur tersebut mantap (stabil), tepat dan homogen. Alat ukur dikatakan mantap (stabil) apabila dalam mengukur sesuatu berulangkali, alat ukur tersebut memberikan hasil yang sama, dengan syarat kondisi saat pengukuran tidak berubah. Pertanyaan (alat ukur) dikatakan tepat apabila pertanyaan tersebut mudah dimengerti dan

(52)

terperinci. Suatu alat ukur dikatakan homogen apabila pertanyaan-pertanyaan yang dibuat untuk mengukur suatu karakteristik mempunyai kaitan yang erat satu sama lain (Adi, 2004).

Kuesioner pada penelitian ini dilakukan uji reliabilitas terlebih dahulu untuk mengetahui apakah kuesioner ini mudah dipahami dan dimengerti atau tidak, tidak membingungkan dan terperinci. Uji reliabilitas dilakukan dengan membagikan kuesioner pada responden pada saat acara kamis sehat di bulan pertama pemberian edukasi. Hal ini berfungsi sebagai uji coba untuk melihat pemahaman bahasa yang digunakan pada kuesioner. Dari hasil uji tersebut ternyata ada beberapa item pertanyaan yang belum dapat dipahami oleh reponden, sehingga perlu diubah tata bahasanya agar dapat lebih mudah dimengerti oleh responden. Pengubahan pertanyaan dalam kuesioner ini dibantu oleh dosen pembimbing, teman-teman dari Fakultas Psikologi dan relawan PKBI DIY yang sehari-harinya berkomunikasi dengan responden.

4. Pembuatan Leaflet

Leaflet berfungsi sebagai media pemberian edukasi tentang HIV/AIDS pada PSK. Berisi tentang hal-hal yang terkait dengan penyakit HIV/AIDS. Leaflet dibuat semenarik mungkin, jelas, singkat dan lengkap dengan bahasa sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh responden.

5. Penyebaran Kuesioner

Kuesioner ditujukan kepada responden dengan melakukan pendekatan-pendekatan terlebih dahulu dengan didampingi oleh relawan PKBI DIY. Kuesioner diberikan sebelum dan sesudah pemberian edukasi oleh peneliti.

(53)

35

Penyebaran kuesioner pada PSK Jalanan di Badran dan Jalan Magelang mengalami berbagai hambatan yaitu waktu kerja mereka yang hanya pada malam hari dan tempat tinggal mereka yang kebanyakan dari luar kota dan kos di tempat-tempat yang berbeda satu sama lain, sehingga solusi yang diperoleh yaitu menyebarkan di tempat-tempat kos para PSK pada waktu pagi dan siang hari karena jika malam hari di tempat mereka bekerja akan mengganggu pekerjaan mereka.

6. Pemberian Edukasi

Pemberian edukasi dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang HIV/AIDS yang berupa penyuluhan dalam program Kamis Sehat, edukasi interpersonal antara peneliti dengan responden, dan pemberian leaflet. Penyuluhan diberikan sebulan sekali selama 3 bulan oleh dosen-dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan leaflet diberikan secara berulang untuk mengingatkan responden. Disamping itu juga diberikan edukasi interpersonal antara peneliti dengan responden. Pada pemberian edukasi interpersonal dibantu oleh relawan PKBI DIY.

7. Wawancara Terstruktur

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data/pewawancara dengan sumber data/responden (Adi, 2004).

Wawancara dilakukan dengan bantuan kerangka atau garis-garis besar yang dibutuhkan dan berkaitan dengan permasalahan, melalui pembicaraan informal dan pembicaraan yang dikaitkan dengan permasalahan. Wawancara

(54)

dilakukan dalam rentang waktu selama edukasi berlangsung. Proses wawancara ini dilakukan pada pagi atau siang hari di tempat kos-kosan responden, karena jika malam hari di tempat mereka bekerja akan mengganggu aktifitas kerja mereka. 8. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara menjumlahkan setiap itemnya, dengan rincian untuk pertanyaan favourable, jika jawaban “ya” diberi skor 1, jika jawaban “tidak” diberi skor 0, begitu juga sebaliknya untuk pertanyaan yang non

favourable jika jawaban “tidak” diberi skor 1, jika jawaban “ya” diberi skor 0.

Hasil penjumlahan skor disajikan dalam bentuk persentase yaitu rata-rata selisih jumlah skor untuk pre tes dan post tes dibagi jumlah pertanyaan dan dikalikan 100%, kemudian dianalisis secara deskriptif evaluatif untuk setiap kategori pertanyaan dan setiap karakteristik responden.

9. Analisis Data Penelitian

Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode statistik parametrik dan metode statistik deskriptif. Metode statistik parametrik menggunakan Paired Sampel T Test dengan taraf kepercayaaan 90% bertujuan untuk melihat signifikansi pemberian edukasi dengan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan sikap ketaaatan penggunaan kondom pada PSK Jalanan Yogyakarta dengan membandingkan hasil data antara pre tes dan post tes.

Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov

Smirnov. Distribusi data normal bila nilai probabilitas (Asymp.Sig.(2-tailed)) > 0,1

dan analisis selanjutnya menggunakan metode uji hipotesis Paired Sampel T Test. Uji hipotesis dengan menggunakan Paired Sampel T Test dilihat dari nilai

(55)

37

probabilitasnya (p) ditunjukkan dengan nilai Sig.(2-tailed), bila nilai p < 0,1 maka Ho ditolak, yang berarti terjadi perubahan yang signifikan pada variabel penelitian (Triton, 2006).

Metode statistik deskriptif dilakukan untuk menggambarkan karakteristik responden ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja, serta melihat persentase nilai pengetahuan dan sikap responden berdasarkan tingkat pendidikan, umur, dan lama kerja setelah pemberian edukasi. Persentase nilai pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta diperoleh dari rata-rata selisih jumlah skor untuk pre tes dan post tes dibagi jumlah pertanyaan dan dikalikan 100%.

P =

N X

x 100%

Keterangan: P : Persentase

X: Rata- rata nilai selisih antara pretest dan posttest N: Jumlah item pertanyaan

I. Kesulitan Penelitian

Kesulitan yang diperoleh dalam penelitian ini berupa kesulitan dalam pendekatan dan penyebaran kuesioner. Pekerja Seks Komersial Jalanan pada awalnya sangat tertutup terhadap orang asing. Hal ini menyulitkan peneliti untuk melakukan pendekatan. Pada malam hari PSK Jalanan Yogyakarta terlihat tidak mau terganggu saat bekerja. Saat bulan Ramadhan banyak sekali razia yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Pekerja Seks Komersial di lokasi Badran berada di sekitar jalur rel kereta api yang masih aktif sehingga terganggu jika ada kereta api yang melintas.

(56)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006

Karakteristik responden meliputi tingkat pendidikan terakhir, umur dan lama kerja sebagai PSK Jalanan Yogyakarta. Pada penelitian ini 29 orang responden mempunyai rincian karakteristik sebagai berikut ini.

1. Tingkat Pendidikan Terakhir

75,9%

24,1%

SD SLTP

Gambar 4. Persentase Karakteristik Responden (PSK Jalanan Yogyakarta) Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Data hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden disajikan dalam gambar 4. Persentase karakteristik PSK Jalanan Yogyakarta berdasarkan tingkat pendidikan terakhir sebagian besar merupakan lulusan SD yaitu 75,9%. Tingkat pendidikan yang rendah (SD) pada PSK Jalanan Yogyakarta merupakan salah satu faktor untuk

(57)

39

memutuskan bekerja sebagai seorang PSK. Mereka mengganggap bahwa pekerjaan sebagai PSK mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan pendidikan tinggi dan keterampilan khusus.

2. Umur

Periode kehidupan oleh Arthur (1978) dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok umur < 20 tahun adalah masa anak dan masa remaja, kelompok umur 21-40 tahun adalah masa dewasa awal, kelompok umur 41-60 tahun adalah masa dewasa madya dan kelompok umur 60 tahun keatas adalah masa dewasa akhir (Wibowo, 2005). Data karakteristik responden berdasarkan umur dibagi menjadi 4, yang disajikan dalam gambar 5.

6,9%

69,0% 24,1%

< 20 tahun 21-40 tahun 41-60 tahun

Gambar 5. Persentase Karakteristik Responden (PSK Jalanan Yogyakarta) Berdasarkan Umur

Hasil penelitian memberikan data jumlah responden terbanyak yaitu responden pada masa dewasa awal (21-40 tahun). Pada masa dewasa awal merupakan masa produktif yang cenderung memiliki keinginan untuk berinteraksi

(58)

agresif dalam pendekatan dengan para pelanggan. Urutan kedua yaitu responden pada masa dewasa madya (40-60 tahun). Pekerja Seks Komersial pada masa ini cenderung lebih memikirkan ekonomi karena sebagian besar pendapatan mereka hanya dari hasil bekerja sebagai PSK. Responden pada masa anak dan masa remaja (< 20 tahun) jarang ditemui di jalanan. Pada masa anak dan remaja merupakan masa dimana perkembangan mental belum matang. Mereka takut untuk bekerja “mangkal” di jalanan yang mereka anggap liar (rawan kekerasan). 3. Lama Kerja

6,9%

24,1%

69,0%

< 2 tahun 3-4 tahun >4 tahun

Gambar 6. Persentase Karakteristik Responden (PSK Jalanan Yogyakarta) Berdasarkan Lama Kerja

Data hasil penelitian menunjukkan 69,0% PSK Jalanan Yogyakarta sudah lebih dari 4 tahun menjadi PSK. Hal ini dapat dilihat bahwa mereka sudah sangat lama dalam menggeluti pekerjaan. Stigma masyarakat membuat mereka sulit diterima kembali di masyarakat dan lapangan pekerjaan yang terbatas

(59)

41

merupakan sebagian dari faktor yang membuat mereka tetap bekerja sebagai PSK. Faktor lain yaitu pendidikan yang rendah dan keterbatasan ketrampilan menyebabkan mereka tetap memilih bekerja sebagai PSK.

B. Pengaruh Edukasi Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006 yang Menjadi Responden Pengaruh pemberian edukasi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap dapat dilihat melalui suatu uji statistik. Uji statistik yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pemberian edukasi tentang HIV/AIDS terhadap perubahan pengetahuan dan sikap para PSK Jalanan Yogyakarta.

Hasil uji normalitas dengan metode Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal dengan nilai

Asymp.Sig.(2-tailed) > 0,1 yaitu sebesar 0,54. Pada uji hipotesis Paired Sampel T Test diperoleh

nilai probabilitas (p) sebesar 0,00 dimana nilai p < 0,1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian edukasi tentang HIV/AIDS memberikan perubahan yang signifikan terhadap pengetahuan dan sikap pada PSK Jalanan Yogyakarta tahun 2006.

Hasil dari pengisian kuesioner menunjukkan peningkatan persentase perubahan pengetahuan dan sikap. Persentase peningkatan dari hasil pretest dan

postest sebesar 10,5% menunjukkan bahwa pemberian edukasi tentang HIV/AIDS

berpengaruh terhadap perubahan pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta. Hasil persentase jawaban pretest (66,2%) menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta terhadap isu HIV/AIDS sudah tergolong cukup

(60)

HIV/AIDS pada PSK Jalanan Yogyakarta yang dilakukan oleh LSM terkait yaitu PKBI DIY melalui program pendampingan dan penyuluhan dalam program “Kamis Sehat” yang dilakukan oleh relawan PKBI DIY.

66,2%

76,7%

60,0% 62,0% 64,0% 66,0% 68,0% 70,0% 72,0% 74,0% 76,0% 78,0% Persentase Ni lai Pemberian Kuesioner

Pre Tes Post Tes

Gambar 7. Persentase Jawaban Kuesioner Pre Tes dan Post Tes Pada Responden (PSK Jalanan Yogyakarta)

Hasil dari jawaban kuisioner yang diisi oleh responden menunjukkan adanya pengaruh edukasi terhadap pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta yang menjadi responden.

Tabel V. Hasil Jawaban Kuisioner Untuk Item Pertanyaan Pengetahuan Jumlah responden menjawab benar

Item pertanyaan

pengetahuan Pre tes Post tes

i1 24 28 i2 24 24 i3 23 26 i4 9 10 i5 26 28 i6 11 25 i7 7 17

(61)

43

Dari tabel V dapat dilihat bagaimana pengaruh pemberian edukasi terhadap pengetahuan responden. Pada item pertanyaan nomor 6 dan 7 terlihat perubahan yang mencolok. Pertanyaan nomor 6 pada awalnya sebagian besar responden (18 orang) mengetahui bahwa antibiotik dapat digunakan untuk mengobati HIV/AIDS. Hasil pemberian edukasi dilihat dari post tes, sebagian besar responden (25 orang) menjadi tahu bahwa HIV/AIDS tidak dapat diobati dengan antibiotik. Pertanyaan nomor 7 dengan pertanyaan “Pemakaian kondom bukan cara terbaik mencegah penyakit kelamin dan AIDS” pada awalnya 22 responden setuju bahwa pemakaian kondom bukan cara terbaik. Hasil post tes diperoleh 17 responden yang setuju bahwa pemakaian kondom merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit HIV/AIDS.

Tabel VI. Hasil Jawaban Kuisioner Untuk Item Pertanyaan Sikap Jumlah responden menjawab benar Item pertanyaan sikap

Pre tes Post tes

i8 26 28 i9 23 27 i10 28 28 i11 5 8 i12 9 12 i13 13 15 i14 22 22 i15 29 29 i16 29 29 Pada hasil pre tes dan post tes tentang sikap responden dapat dilihat bahwa sikap mereka mengenai penggunaan kondom sudah bagus. Hal tersebut dilihat dari item-item pertanyaan nomor 9, 10, 12, 14, 15 dan 16, mereka sudah mengerti tentang arti penting kondom. Pada jawaban pertanyaan nomor 11 dan 12

Gambar

Gambar 11.  Persentase Perubahan Sikap Ketaatan Penggunaan Kondom     Pada PSK Jalanan Yogyakarta Berdasarkan Perbedaan
Tabel I. Contoh obat-obat Antiretroviral Golongan RTI
Tabel III. Contoh obat-obat Antiretroviral Golongan PI
Gambar 1. Patogenesis Infeksi HIV
+7

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini akan saya pergunakan untuk tujuan ilmiah yaitu untuk menyusun skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga dan Suasana Cafe Terhadap

Analisis konjoin adalah suatu teknik analisis yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan relatif berdasarkan persepsi pelanggan yang dibawa oleh suatu produk

Setelah proses memasukkan harga penawaran selesai dilakukan oleh Pokja, maka selanjutnya Pokja melakukan evaluasi terhadap dokumen peserta lelang dengan urutan :

Dalam percobaan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa untuk ukuran populasi 15 dan 20, Algoritma Genetika belum berhasil memperoleh nilai maksimal global dari

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA RUANGAN DENGAN TUGAS PERAWAT PELAKSANA.. DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN KEPADA KLIEN DIRUANG

7 Payakumbuh General landslide Heavy rain Fault Construction failure Logging Slope cutting Planting General landslide. - Heavy

[r]

Untuk mengetahui kontribusi faktor parasocial relationship yang terdiri dari faktor motivasi, faktor kesamaan, faktor identifikasi, dan faktor komunikasi